Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG REBIRTH OF SHADOW: CIRCLE OF MILF

thanks to Subes @papapesta

semoga selalu di beri selalu kesehatan dan rezeki yang berlimpah.
cerita yang menarik dengan latar belakang sekolah.cerita yang lebih segar dengan menampilkan konflik remaja vs milf yang pada forum ini banyak di isi dengan cerita cuckold atau milf muda vs orang tua.
kalau boleh usul, tokoh utama si Rio setidaknya ada teman teman di sekolah yang bisa menjadi teman dari Rio.dan kalau bisa di tambah ilustrasi foto dari masing masing tokoh biar lebih greget dalam membayangkan dalam setiap scene nya.
 

PART 18

Sweet Revenge






Tak lama dari itu, Gio bergegas menuju ke Alamat rumah yang diberikan oleh bu Dina yang sebenarnya telah ia ketahui tersebut. Ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini dan ingin segera menghajar memek guru MILF idamannya tersebut.

Dengan menggunakan bus kota, ia segera menuju ke rumah bu Dina. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya pikirannya terbayang-bayang akan jeritan serta desahan gurunya tersebut Ketika menerima sodokan demi sodokan kontol jumbo miliknya. Hingga tanpa terasa, tibalah bus kota tersebut di halte terdekat dari rumah bu Dina. Dengan Langkah yakin, ia menuju ke rumah bu Dina.

Akhirnya ia pun sampai di tempat yang ia tuju dan segera memencet bel rumah tersebut. Alangkah terkejutnya Gio Ketika ternyata yang membukakan pintu adalah seorang laki-laki yang kemungkinan adalah suami dari bu Dina.



“iya, cari siapa mas?” tanya pria bertubuh tambun tersebut.

“ini pak, saya muridnya bu Dina diminta untuk datang ke rumah beliau.” Jawab Gio.

“kalau begitu silahkan masuk, biar saya panggilkan istri saya.” Ujarnya sembari mempersilahkan Gio duduk di kursi ruang tamu.



Tak berselang lama kemudian, sang suami datang Bersama bu Dina yang mengenakan gamis Panjang lengkap dengan hijab yang menempel di kepalanya dan langsung disambut oleh raut wajah bingung dari bu Dina, yang mengisyaratkan bahwa waktu kedatangan Gio tidak tepat.

Sepertinya bu Dina bingung harus mulai dari mana dan bagaimana, mengingat suaminya sedang ada di rumah dan dia sendiri tidak memiliki pikiran bahwa suaminya akan ada di rumah sore itu, lantaran biasanya suaminya pulang agak malam.



“oh Gio. Syukurlah kamu datang. Ini lo pa, mama minta bantuan murid mama buat ngoreksi jawaban ulangan anak-anak, kebetulan dia ini murid yang cukup pintar, jadi mama minta tolong dia buat bantuin.” Ucap bu Dina seolah meyakinkan suaminya.

“oalah begitu. Syukurlah kalau ada anak baik yang mau bantuin mama, papa juga ikut senang dan pasti kamu anak yang sangat baik, bukan begitu Gio?”

Gio hanya tersipu malu, dalam hatinya berkata, “iya, sangat baik untuk membuat istrimu mendesah kenikmatan.”

“yasudah kalau gitu, papa masuk ke dalam dulu. Kalian ngobrol aja disini atau kalau mau pakai ruangan kerja papa juga nggak masalah.” Ucap suami bu Dina yang setelahnya berlalu pergi.

Setelah kepergian suaminya, bu Dina duduk mendekati Gio, “Gio… kenapa kamu datangnya sekarang sih?” ucapnya sepontan dengan nada yang lirih.

“maaf bu… saya hanya melaksanakan perintah dari ibu. Ibu minta saya untuk datang secepatnya, saya pikir ada masalah yang cukup genting, sehingga saya putuskan buat ke rumah ibu sore ini juga.

Bu Dina mendesah pelan, “hufffttt… kamu memang tidak salah, maafkan ibu. Mungkin pikiran ibu saja yang sedikit kalut.”

“maaf bu, kalau boleh tau, untuk apa saya diundang ke rumah ibu? Apakah sesuai dengan apa yang ibu katakan tadi?” tanya Gio pura-pura polos.

“hmmmm… itu tidak sepenuhnya benar dan juga tidak sepenuhnya salah.” Jawab bu Dina.

“apa maksudnya bu?” tanya Gio Kembali.

“kamu tidak perlu banyak tanya, biarkan waktu yang akan menjawabnya.”



Setelah itu, bu Dina beranjak pergi meninggalkan Gio. Ia menemui suaminya yang sedang berada di ruang keluarga dan berkata akan menggunakan ruang kerja suaminya tersebut. Bu Dina berpikiran, sepertinya suaminya memiliki ide yang cemerlang dengan menawarkan ruang kerjanya untuk ia pakai.

Selanjutnya, ia mengajak Gio untuk masuk ke dalam ruangan kerja milik suaminya tersebut setelah mendapatkan restu dari suaminya. Sesampainya di ruangan tersebut. Bu Dina bimbang serta bingung, harus memulai semuanya dari mana.

Hatinya seakan tak menginginkan semuanya ini terjadi. Terlebih lagi ia merasa berdosa terhadap suaminya, apalagi kini suaminya sedang berada di rumah. Sementara itu, yang ada di pikirannya adalah ia ingin semua ini segera berakhir dan terbebas dari terror-teror yang selalu menghantuinya belakangan ini.



“bu… bu Dina…” sapa Gio yang berusaha membuyarkan lamunan bu Dina.

“ehh… iya…” jawab bu Dina yang tersadar Kembali dari lamunannya.

“jadi apa yang bisa saya lakukan bu?”

“karena sudah kepalang tanggung, saya mau berterus terang sama kamu. Masih ingatkah dengan kejadian tempo hari di Gudang belakang sekolah?”

Gio hanya mengangguk.

“orang yang terus meneror saya meminta agar saya “begituan” sama kamu.” Ucapnya lemas.

“begituan? Maksudnya bu?”

“iya, orang itu ingin melihat kamu, sang dewa penolong saya, berhubungan badan sama saya. Dan jika saya tidak melakukannya, karir yang telah saya bangun dan saya raih selama ini akan ia hancurkan. Bukan Cuma saya, mungkin juga suami saya akan menerima akibatnya juga karena hal tersebut.” Jawab bu Dina sembari menitihkan air mata yang tanpa ia sadari menetes.

“lantas kenapa ibu tidak berbohong saja?”

“itu tidak mungkin, karena ia selalu tau gerak-gerik saya dan tak ada kesempatan bagi saya untuk bersembunyi.”

Setelah perkataan tersebut, bu Dina lantas mengelap air matanya, “sudah, langsung saja kita mulai, biar semua ini cepat selesai.”

“dan saya ingin, kamu jangan melakukan apapun selain mengikuti perintah saya. Paham?”

“baik bu. Saya paham.” Jawab Gio.



Setelah itu, bu Dina meminta Gio untuk melorotkan celana sekolah yang ia pakai. Gio juga diminta oleh bu Dina untuk mengocok sendiri kontolnya hingga tegang sempurna. Setelah kontolnya tegang sempurna, Gio juga diminta untuk mengenakan kondom yang telah dipersiapkan oleh bu Dina dan meminta Gio untuk melumasinya dengan lubricant.

Bu Dina Kembali tercengang melihat kegagahan yang dimiliki oleh kontol muridnya itu. Ia tak menyangka bahwa kontol itu lah yang sebentar lagi akan menembus memeknya. Ia bahkan dibuat ngilu sendiri Ketika membayangkan kontol itu akan menembus memeknya.

Sementara itu, bu Dina mengangkat gamis Panjang yang ia kenakan dan menyingkap ke samping celana dalam yang ia kenakan. Ia juga melumasi bibir vagina bagian dalamnya menggunakan lubricant. Bu Dina tak ingin berlama-lama dengan melakukan foreplay terlebih dahulu dan ingin segera menuntaskannya. Semakin cepat, semakin baik, begitu kira-kira pikirnya.

Setelah kedua kelamin terlumasi dengan baik, bu Dina meminta Gio untuk merebahkan diri di sofa yang berada di ruang kerja milik suaminya tersebut. Setelah itu, segera ia mengangkangi selangkangan Gio dan menyingkap Kembali celana dalam yang ia kenakan untuk bersiap memasukkan kontol Gio ke dalam memeknya.

Dengan pakaian yang sama-sama masih lengkap, ini menjadi persetubuhan yang tidak biasa. Bu Dina ingin jika sewaktu-waktu suaminya mengetuk pintu, ia dapat dengan cepat menutupi ini semua dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dengan kondisi itu pula Gio tak bisa melihat dengan leluasa memek dari gurunya yang masih tertutup rapat.

Dengan posisi kontol Gio yang Tengah berdiri dengan gagah perkasa, digenggamnya kontol tersebut untuk dibimbingnya menuju ke lubang suci miliknya. Perlahan namun pasti, bu Dina menurunkan pinggulnya dan membuat kepala kontol tersebut mulai masuk menusuk lubang memeknya.



“eeemmmhhh… ssssttt….”

“Gio… tutup matamu.” Ucap bu Dina yang tak ingin muridnya itu melihat raut wajah serta rintihannya tatkala kontol itu mulai masuk ke dalam memeknya.

Gio pun menuruti perkataan gurunya tersebut dan membiarkan kontolnya menusuk memek gurunya itu.

“uhhh… ini besar bangetthhh…” rintih bu Dina dalam hati.

“semoga vaginaku tidak sobek dibuatnya.” Lanjutnya dalam hati.

“bbuuu… ahhh… apa ini kok rasanyaa… mmhhhh…” ucap Gio berusaha memancing bu Dina.

“ssssshhhttt… kamu diam saja.” Jawab bu Dina.



Setelah merasa maksimal bahwa kontol itu masuk ke dalam memeknya, bu Dina membiarkan sejenak kontol itu bersemayam di dalam memeknya, sembari ia mengatur ritme nafasnya. Setelah beberapa saat, barulah ia menggerakkan naik turun pinggulnya.

Bu Dina berusaha menahan desahannya dengan mengulum jarinya sendiri sembari sesekali mendongakkan kepalanya. Sementara itu, Gio masih ia biarkan untuk menutup matanya. Bu Dina juga berusaha menguatkan dirinya agar tidak terpancing nafsu dan tidak ingin menikmati permainan ini.



“mmuhhhh… ssshhh….”



Bu Dina terus menggoyangkan pinggulnya naik turun. Sementara Gio hanya bisa pasrah menikmati apa yang dilakukan oleh gurunya tersebut. Hingga tak terasa sepuluh menit berlalu.



“huhhhh… ahhhh… sampaiii… mmmhhh….”

“aku sampaii… mmmhh… ohhh…” desah bu Dina masih dengan lirih.



Hingga beberapa saat kemudian kontol Gio yang berbalut kondom tersebut disembur oleh cairan hangat yang keluar dari memek gurunya itu. Dan setelahnya bu Dina ambruk menindih tubuh Gio.



“bu… bu Dina tidak apa-apa?” ucap Gio yang menyadari tubuhnya tertimpa oleh tubuh gurunya tersebut sembari membuka matanya.



Bu Dina lantas menyadari bahwa ia telah menimpa tubuh muridnya tersebut dan lekas beranjak berdiri hingga membuat kontol Gio terlepas dari lubang memeknya.



“belum keluar juga?” ucap bu Dina setelah melihat bahwa kondom yang digunakan oleh Gio masih bersih dari lelehan spermanya.

Gio hanya menggeleng.



Lantas, tak berselang lama, tiba-tiba pintu ruangan tersebut diketuk dari luar. Bu Dina pun segera meminta Gio untuk membenarkan celananya dengan bu Dina bergegas membuka pintu. Ternyata orang yang mengetuk pintu tersebut adalah suami dari bu Dina.



“ma, papa izin keluar ya. Mau ketemuan buat bahas rencana touring.” Ucap sang suami Ketika sang istri telah membuka pintu.

“iya pa. hati-hati…” jawab bu Dina.

“Gio, saya tinggal dulu ya… baik-baik di kendang macan. Rawrrr…” Ucap suami bu Dina menyapa Gio yang telah terduduk sembari memeragakan macan yang mencakar dan mengaum.

“ihhh… papa apa-apaan si…” ucap bu Dina yang seperti salah tingkah.



Dari obrolan mereka sepertinya memang bu Dina dan suaminya adalah keluarga yang harmonis. Apakah ia salah jika masuk ke dalam sebuah hubungan yang harmonis dalam rumah tangga ini? Tapi persetan bagi dirinya, yang penting baginya adalah mendapatkan tubuh Wanita yang ia mau.

Setelah itu, suami bu Dina pergi meninggalkan mereka berdua. Sementara itu, bu Dina Kembali menutup pintu ruangan tersebut dan berjalan mendekat ke arah Gio. Ia duduk di samping Gio. Ia seakan malu dan tak berani untuk menatap wajah muridnya itu.

Ada rasa penasaran yang masih dipendam oleh bu Dina terhadap muridnya tersebut. Bagaimana anak seusianya bisa begitu tahan lama Ketika berhubungan badan. Pertama adalah kejadian di Gudang sekolah, kedua kali ini. Dan keduanya sama-sama anak ini tak ada tanda-tanda akan menumpahkan spermanya.

Selain itu, ia juga sebenarnya masih ingin lebih lama lagi bisa menggenjot ataupun digenjot oleh kontol perkasa milik Gio. Namun, di sisi lain ia juga merasa berdosa telah berkhianat kepada suaminya. Terlebih lagi ia tak mungkin meminta lebih kepada muridnya itu. Sungguh dilema apa yang ia rasakan kali ini.



“Gio, ibu mohon sama kamu. Tolong kamu jaga rapat-rapat rahasia ini dan jangan sampai bocor ke orang lain.” Ucap bu Dina tegas.

“iii—iya bu, saya akan menjaga rahasia ini.” Jawab Gio.



Setelah itu, Gio dipersilahkan untuk pulang. Sementara bu Dina melanjutkan aktivitasnya Kembali. Ada sedikit rasa kekecewaan dalam diri Gio karena apa yang terjadi barusan cukup singkat dan belum bisa membuat dirinya puas. Tapi Gio memutuskan untuk tetap menikmati permainan yang sudah ia jalankan ini dan tidak mau merusaknya.

Sementara itu, bu Dina yang sedang menonton tv pun pikirannya menjadi tidak focus. Ia terus terbayang-bayang persetubuhan yang baru saja terjadi antara dirinya dan muridnya itu. Hingga tak terasa suaminya sudah pulang Kembali ke rumah.



“ma… mama…”

“ehhh… iya pa?”

“mama kenapa sih? Papa ucap salam juga nggak dijawab sama mama.” Ujar suami dari bu Dina.

“mama gapapa kok pa, papa udah makan?” jawab bu Dina dan segera berusaha mengalihkan topik obrolan.

“udah ma tadi bareng sama temen-temen. Yaudah kalo gitu papa masuk ke kamar dulu.”



Bu Dina masih setia dengan bengong yang ia lakukan di depan televisinya. Meskipun televisinya menampilkan tayangan, tetapi matanya masih tetap kosong menatap layar tersebut. Membayangkan apa yang sore tadi terjadi antara dirinya dan Gio membuat bu Dina bernafsu Kembali.

Ia bergegas menuju ke kamarnya untuk menyusul suaminya dan tampak sang suami sedang rebahan sembari bermain ponselnya. Segera bu Dina ikut merebahkan diri di samping suaminya. Ia pun bergelendotan manja di dada sang suami.



“mama kenapa sih? nggak biasanya.”

“ah nggak papa kok. Pengen mesra aja sama papa.”

Suami bu Dina pun mendengus kasar, “pasti ada maunya nih.” Ujarnya.

“mama pengen pa…”rengek bu Dina manja.

“pengen apa?”

“ihhh… masa papa nggak peka sih.”



Suami bu Dina lantas menaruh ponselnya di meja samping ranjang dan langsung menerkam bibir bu Dina. Bibir mereka saling berpagutan dan lidah mereka saling “melilit” satu sama lain. Sementara itu, sang suami berusaha meraih bongkahan pantat bu Dina dan meremas-remasnya dari balik daster yang dikenakan oleh bu Dina malam itu.

Nafsu bu Dina menjadi semakin di ubun-ubun dengan rangsangan yang ia terima tak hanya di pantatnya, tetapi di area vaginanya yang juga tak lepas dari permainan tangan yang dilakukan oleh sang suami.

Hingga tak lama berselang, bu Dina yang berada di atas tubuh sang suami pun menyudahi pagutan bibir mereka dan melepaskan set daster dan celanyanya. Sementara sang suami Nampak sudah paham tentang apa yang harus ia lakukan.



“mama udah kebelet banget ya?” tanya sang suami.



Bu Dina mengacuhkan pertanyaan bodoh itu dan langsung menerkam dada sang suami dengan mengulum pentil sang suami yang sedikit menonjol akibat lemak yang menumpuk. Setelah itu, cumbuannya turun menuju ke area selangkangan sang suami.

Dilorotkannya celana pendek tersebut Bersama dengan celana dalamnya. Setelahnya langsung tangannya meraih batang kontol milik sang suami yang Nampak sudah tegang itu. Namun pikirannya Kembali berkecamuk sesaat setelah menggenggam kontol tersebut.

Ia masih terbayang-bayang tentang kontol Gio yang ukurannya hampir dua kali lipat dari kontol sang suami yang berukuran normal. Ia berusaha membuang jauh-jauh pikirannya tersebut dan melanjutkan aktivitasnya.

Dikocoknya kontol tersebut secara perlahan dan setelah itu, ia mengoral kontol tersebut dengan mulutnya. Sang suami pun dibuat kelonjotan dengan apa yang dilakukan oleh bu Dina. Ia tak menyangka bahwa sang istri begitu sangat bergairah malam ini.



“maaa… udah ma stop dulu… papa bisa keluar duluan ini…” ucap sang suami setelah beberapa saat bu Dina terus mengoral kontolnya.



Bu Dina pun mengamini perkataan suaminya tersebut dengan berhenti mem-blowjob-nya. Setelah itu, bu Dina Kembali merayap ke tubuh sang suami dan Bersiap dengan posisi WOT. Digenggamnya batang kontol sang suami dan diarahkan menuju ke lubang vagina miliknya.



“aahhhh… enakk banget maaa…”

“masih kayak dulu punyamu…” lanjutnya.

“uhhhh… iya maa… goyang terusss…”



Bu Dina Nampak tak menanggapi apa yang diucapkan sang suami. Dengan posisinya sekarang, pikirannya malah Kembali memproses apa yang tadi ia perbuat Bersama dengan muridnya. Tapi ia merasa kali ini apa yang ia rasakan berbeda dengan apa yang tadi ia lakukan. Benar-benar berkecamuk pikirannya malam ini.



“uuhhh… sssttt…”

“enakk banget goyanganmu maahhh…”

“aduuhhhh papa nggak tahan laggiihh maammhhh….”



Benar saja, tak lama berselang kontol sang suami menyemburkan pejuhnya ke dalam memek bu Dina. Yang sejurus kemudian terlepas dari memek bu Dina karena mengecil Kembali setelah ejakulasinya.



“yahhh… kok udah keluar sih paa…”

“papa nggak tahan sama goyangan mama yang kayak barusan…”



Bu Dina pun lantas beranjak dari posisinya dan bergegas pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih diri dan mengenakan pakaiannya kembali. Setelah itu, ia Kembali ke ranjangnya dengan raut wajah kekecewaan. Melihat itu terjadi, membuat sang suami tak enak hati.



“duuhhh… maafin papa ya ma… papa bener-bener capek hari ini makanya cepet keluarnya.” Bujuk sang suami dengan posisi bu Dina yang telah tidur memunggungi sang suami.



Bu Dina sendiri Nampak tak mempedulikan perkataan sang suami dan berpura-pura tidur. Sementara sang suami mengenakan Kembali pakaiannya setelah membasuh kontolnya di kamar mandi dan langsung tertidur pulas.

Dengan berpura-pura tidur, nampaknya tidak bisa membuat bu Dina benar-benar tidur. Ia memiliki sebuah ide agar tidak terus-terusan terbayang-bayang akan kontol Gio.

Segera ia meraih ponselnya dan membuka sebuah ecommerce. Ia berniat untuk mencari dildo yang mungkin seukuran dengan kontol Gio.

Tak lama ia mencari, dipilihlah sebuah dildo dengan mesin yang mampu menggerakkan kontol mainan tersebut maju mundur atau naik turun dengan cepat. Untungnya pula lokasi toko tersebut berada satu kota dengan dirinya, sehingga penantiannya akan barang tersebut tak akan lama.

Baru setelah itu lah ia bisa tidur dengan nyenyak. Dalam tidurnya bahkan ia bermimpi bahwa Gio sedang menggenjotnya dengan penuh nafsu dan semangat dan membuat dirinya tak henti-hentinya mendesah kenikmatan dibuatnya.

Begitu lama ia digenjot oleh Gio dengan berbeda-beda posisi, hingga membuat dirinya bisa keluar beberapa kali. Mimpi tersebut pula lah yang mengantarkannya menuju pagi dengan kondisi vagina yang basah.

Setelah ia terbangun dari tidurnya, ia lalu mepersiapkan keperluan sang suami dan dilanjut Bersiap untuk Kembali ke sekolah.

Sementara itu, Gio masih harus menjalani masa skorsingnya akibat dari perkelahian yang ia lakukan kemarin. Tak banyak aktivitas yang bisa dilakukan olehnya. Ia pun berniat untuk menuju ke tempat yang dimaksud oleh sang kepala sekolah kemarin.

Setelah agak siangan, Gio menggunakan bus kota yang mengarah ke sekolahnya, tetapi niatnya bukan untuk bersekolah, melainkan menuju ke tempat yang dimaksud oleh kepala sekolah kemarin.

Sesampainya di halte sekolah, ia menyusuri jalanan itu hingga sampailah pada sebuah ruko yang Nampak sedikit tak terawat. Ia sebenarnya merasa tak yakin jika tempat tersebut adalah tempat yang dimaksud kepala sekolah. Ia memutuskan untuk menunggu sejenak sembari mengawasi tempat itu di warung minum yang berada di dekat sana.



“mas, kalau boleh tau, itu bangunan apa ya?” tanya Gio kepada mas-mas penjual saat ia mengantarkan minuman pesanan Gio.

“ohhh itu… itu tu basecamp anak-anak Muda Berdikari. Emang kenapa ya mas?” tanya mas-mas itu balik.

“nggak papa kok mas.”



Setelah itu, mas-mas penjual es tersebut beranjak dan Kembali pada aktivitasnya. Sementara Gio terus memandangi tempat tersebut, siapa tau ada hal yang bisa ia dapatkan dari sini. Lama menunggu membuat Gio bosan dan mengantuk.

Tetapi ngantuknya menjadi hilang Ketika tak lama berselang datang sekumpulan anak-anak SMA dengan salah satunya ia mengenali wajahnya. Masih ingatkah dengan anak yang beberapa waktu lalu Gio pergoki karena dicurigai bertransaksi narkoba di dekat Gedung pak Basuki? Ya dia adalah salah satu dari gerombolan anak-anak tersebut, dia juga anak yang selama ini Gio cari dan berusaha mendapatkan informasinya.

Anak-anak tersebut berjalan dari kejauhan dan mendekat ke arah Gio, tetapi anak-anak tersebut tidak menuju ke tempat Gio, melainkan masuk ke dalam tempat yang disebut basecamp tersebut.

Setelah mereka semua masuk, Gio lantas membayar es pesanannya dan berniat untuk masuk ke dalam basecamp menemui mereka semua. Segera ia melangkahkan kaki menuju ke tempat tersebut dengan harapan mereka semua tidak mengeroyok dirinya. Karena bisa-bisa ia bonyok duluan sebelum menjalankan tugas dari kepala sekolah.



“misi bang…” ucap Gio sesaat setelah menginjakkan kaki di depan pintu tempat tersebut.

Sontak anak-anak itu langsung menoleh ke arah Gio dengan wajah terkejut.

“Weitsss… akhirnya anak yang dimaksud bu bos dateng juga.” Ucap salah seorang dari mereka.

Gio dibuat bingung dengan kalimat yang dilontarkan oleh anak itu, “bu bos? Apakah ia orang yang sama dengan kepala sekolah?”

“masuk bro, santai we lah ama kita mah.” Lanjutnya.



Gio akhirnya masuk ke dalam basecamp tersebut dan memperhatikan satu per satu wajah mereka. Nampak sebenarnya jika dilihat dari wajah-wajahnya, sebenarnya mereka ini tampak culun dan tak layak jika mereka ini adalah gangster.



“jadi gimana, udah tau kenapa lo diminta bu bos buat join ama kita?”

“nggak tau bang.” Jawab Gio.

“eiittsss… santai… ngga usah pakai abang-abang segala disini, kita semua sama bro.”

“oke, gue jelasin kenapa bu bos minta elo ke sini. Kita-kita ini lagi butuh tambahan orang buat jalanin bisnis kita lagi agar lebih maju.”

“mmm—maksudnya?”

“jadi gini, kita mau ekspansi bisnis ke tempat-tempat yang sebelumnya nggak kesentuh sama kita. Dan tempat-tempat itu, adalah tempat tempat yang terlalu berbahaya buat kita, apalagi kita-kita ini nggak banyak yang bisa bela diri.”

“ngeliat track record lu yang bisa bantai lima orang anak dua belas dan bikin ampun-ampunan orang yang paling disegani di sekolah, bu boss ama kita yakin kalo elu bisa jadi leader kita disini.” Lanjutnya.

“emang apa bisnisnya?” tanya Gio.

“hobinya anak muda jaman sekarang.” Jawabnya sembari memberikan isarat kepada salah seorang yang lain dan disambut dengan lemparan sebuah bungkusan kecil dengan serbuk warna putih di dalamnya.



Gio pun akhirnya paham tentang apa yang dimaksud. Ia tak menyangka bahwa hal ini datang dengan sendirinya kepada dia. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Akhirnya ia bisa masuk ke dalam bisnis haram yang berjalan underground di sekolahnya tersebut tanpa bersusah payah.



“eee—emang nggak ada cara lain selain harus aku yang direkrut?” tanya Gio.

Anak itu pun mendengus kasar, “sebenernya udah ada cara lain yang dulu dipakai, anak-anak yang rese ama kita-kita ini akhirnya ditangkep ama silop (polisi), tapi kalo gitu mulu kan konsumen kita ilang. Makanya mumpung ada elu di sekolah kita, elu direkrut ama bu bos. Emang lu ga butuh duit apa?”

“ya butuh sih.”

“naaahhhh… yaudah kita disini semua sama bro, capek miskin mulu.”

“lagian tenang aja, backup-an kita nggak sembarangan bro.” ucapnya berusaha meyakinkan.

Suasana hening antara keduanya menjalar setelah itu, tetapi anak-anak yang lain larut dalam obrolannya masing-masing.

“oh iya, kenalin, gue Reno.” Ucapnya sembari menglurukan tangannya.

“aku Gio.” Sambut Gio terhadap uluran tangan anak tersebut.

“masih ada yang perlu diomongin lagi kah?” lanjut Gio.

Anak itu menggeleng, “pokoknya gue sama anak-anak yang lain nunggu lu siap buat jalanin bisnis ini lagi di tempat lain. Secepatnya kabarin kita.” Jawabnya.



Setelah itu, Gio berpamitan untuk pulang karena merasa urusannya di tempat tersebut selesai. Ia segera melangkahkan kakinya menuju ke halte bus sekolah. Namun sesaat setelah melangkahkan kaki keluar dari tempat tersebut, seseorang memanggil Namanya.



“Gio…” ucap salah seorang yang ia familiar dengan wajahnya.

Gio pun menghentikan Langkah kakiknya dan menengok ke arah belakang,

“tengkyu waktu itu lo udah nolongin gue dari anak-anak kelas 12.” Ucapnya setelah berjalan mendekat ke arah Gio dan mengulurkan tangannya.

“kenalin, Gue Niko, anak 11 A5.”

“oh iya, salam kenal, aku Gio.” Jawab Gio sembari menyambut uluran tangan anak tersebut.”

“santai aja, waktu itu kebetulan aja aku ada dan bisa nolong kamu.” Lanjut Gio.



Benar saja apa yang pernah Derry lacak. Anak tersebut Bernama Niko dan memang terlibat dalam bisnis haram tersebut. Memang tak salah Gio selalu mengandalkan rekannya yang satu itu dalam urusan seperti ini.

Setelah itu, Gio melanjutkan Langkah kakinya menuju ke arah halte bus. Tujuannya kali ini adalah rumah bu Niki. Ia berniat untuk meminta maaf atas apa yang ia perbuat terhadap anaknya.

Namun, Ketika bus lain berhenti di halte tersebut dan akan menaik-turunkan penumpang tiba-tiba ia dikejutkan dengan kehadiran salah seorang yang ia kenal. Orang itu pun langsung sadar akan keberadaan Gio dan bergegas mendekatinya.



“GIOOO… kemana aja kamuu…. Ibu kangen nakk…” ucapnya sembari memeluk Gio. Sontak hal tersebut mengundang perhatian orang lain.

“bu Elin ngapain sampe ke sekolahku segala?” tanya Gio.

“ibu ke sini karena ibumu. Ibumu benar-benar kangen sama kamu. Dia menyesal atas apa yang ia lakuin sama kamu dan pengen kamu balik ke rumah.”

“apa aku nggak salah denger?”

“enggak, Gio. Kamu nggak salah denger. Ibu juga minta maaf karena ini semua gara-gara ibu.”

“ibu siap jika kamu mau hukum ibu.” Lanjutnya dengan nada genit.

“apaan sih bu. Malu dilihat orang.” Ucap Gio sembari menengok ke kiri dan ke kanan.

“pokoknya kamu harus pulang. Kasian ibumu nunggu di rumah, ibumu khawatir sama kamu, apalagi kamu lagi kena skorsing kan gara-gara berantem.”

“iya, nanti aku bakal pulang kalo aku udah siap.”

“bener ya…”

“iyaaa….”



Ah benar saja, surat skorsing itu pasti menuju ke rumah bu Dewi. Karena memang rumah bu Dewi adalah rumah yang ditulis sebagai Alamat tinggalnya waktu pendaftaran dulu.

Akhirnya bu Elin berpamitan kepada Gio untuk pergi dulu. Ia Kembali menaiki bus kota yang entah akan membawanya kemana. Sementara Gio, ia akan tetap pada tujuannya di awal.

Tak butuh waktu lama ia menunggu hingga bus yang rutenya menuju ke halte terdekat dari rumah bu Niki sampai. Segera ia menaiki bus tersebut dan menuju ke rumah bu Niki.

Tak lama berselang, bus tersebut sampai di halte yang Gio maksud. Gio lalu melangkahkan kakinya menuju ke Alamat rumah bu Niki.



*tingtong…* Gio memencet bel yang berada di depan gerbang utama rumah bu Niki.

Tak butuh waktu lama menunggu hingga salah seorang ART bu Niki datang menyambut Gio, “cari siapa mas?” tanya ART bu Niki.

“saya mau ketemu bu Niki mbak.”

“mas Gio ya?” tanya ART tersebut lebih lanjut.

Gio mengangguk, “iya, mbak.”

“silahkan masuk.” Ucapnya sembari membukakan pintu gerbang.



Gio mengikuti Langkah kaki ART bu Niki tersebut untuk masuk ke halaman rumahnya. Sesaat setelah membuka pintu utama rumah tersebut, ART bu Niki bilang.

“Mas Gio diminta untuk langsung menuju ke ruangan sparing sama Nyonya.” Ucap ART tersebut.



Gio Nampak terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh ART bu Niki tersebut. Sepertinya memang ucapan dari bu Niki waktu itu tidak main-main.

Tak ada pilihan lain selain Gio menerima apa yang bu Niki minta. Ia merasa tidak enak atas apa yang telah ia lakukan terhadap anaknya dan ia merasa tak mengerti balas budi atas apa yang telah bu Niki berikan kepada dirinya.

Segera ia menuju ke tempat yang dimaksud dengan diantar oleh sang ART. Setelah itu, karena ia tak membawa pakaian BJJ-nya ia tetap mengenakan pakaian biasanya dan duduk di matras sembari menunggu bu Niki datang.



“besar juga nyalimu buat datang ke sini.” Ucap bu Niki yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan sparing tersebut.

“mohon maaf, bu. Saya datang ke sini bukan untuk cari masalah. Saya hanya ingin meminta maaf kepada bu Niki dan Rendi.” Jawab Gio memohon.

“saya akan terima maafmu jika kamu bisa mengalahkan saya di sini.”

“maaf bu. Tapi saya tidak bisa melakukan itu.”

“halah. Nggak usah sok baik kamu, dasar berandalan.”

“segera pasang kuda-kudamu dan Bersiap. Tak ada peraturan kali ini, silahkan pakai seluruh kemampuan bela diri kamu. Pertandingan tak akan selesai sampai satu diantara kita tidak bisa berdiri lagi.” Lanjut bu Niki sembari mengencangkan sabuk hitam miliknya.



Mau tidak mau Gio menuruti permintaan dari bu Niki. Ia segera berdiri dari posisi duduknya dan Bersiap untuk menangkis serangan yang akan dilancarkan oleh bu Niki.

Bu Niki mulai melakukan serangan secara terukur dan terarah dengan hook dan jab-nya. Tapi dengan sigap, Gio masih bisa menangkis serangan-serangan tersebut.



“bu, saya mohon, hentikan semua ini.”

“tutup mulutmu, Gio. Dasar anak tak tau berterima kasih.” Pekik bu Niki sembari memberikan tendangan lurus yang mengenai ulu hati dari Gio.

*Bukkk….* Gio yang lengah pun terpental setelah terkena tendangan dari bu Niki dan terduduk di matras.

“bangun kamu. Saya masih pengen ngehajar berandalan sepertimu.”



Dengan masih memegangi area ulu hatinya yang sedikit rasa sakit, Gio akhirnya bangkit setelah terkapar terkena tendangan yang dilakukan secara mengejutkan oleh bu Niki. Gio masih berusaha untuk tidak melawan bu Niki dan terus berusaha menangkis dan mengelak setiap serangan yang dilakukan oleh bu Niki.



“bu, sekali lagi saya mohon, jangan diteruskan. Saya mengaku kalah.” Ucap Gio berusaha meyakinkan bu Niki bahwa ia tidak ingin melanjutkan pertarungan tersebut.

“saya tidak akan berhenti sampai saya atau kamu tidak kuat berdiri lagi.” Jawabnya.

“semoga ibu tidak menyesal karena saya tak punya pilihan lain.”



Gio merasa bahwa amarah dari bu Niki sudah berada di ubun-ubun dan memang pada dasarnya adalah kepala batu, maka susah bagi dirinya untuk bisa meluluhkan amarah yang sedari awal sudah membara.

Gio memiliki pikiran untuk membuat bu Niki menjadi tak berdaya tapi dengan cara yang tidak pernah terpikirkan olehnya. Apalagi setelah melihat seragam Latihan yang digunakan oleh bu Niki sudah berantakan akibat dari serangan yang dilakukannya secara membabi buta.

Di saat momen yang tepat, Gio berhasil menahan salah satu kaki bu Niki yang berusaha menendang dirinya dan sukses melakukan bantingan kepada bu Niki. Namun, sebisa mungkin ia membanting bu Niki dengan selembut mungkin.

Saat sedang menggapai kaki bu Niki, posisi badan Gio sedikit menunduk ke depan, sehingga ia bisa melihat dengan dekat bagaimana buah dada bu Niki yang sungguh mempesona dalam balutan sport bra yang dikenakannya.

Setelah berhasil men-takedown bu Niki, segera ia menindih tubuh bu Niki. Setelah itu, ia berusaha untuk mengunci bu Niki. Namun usahanya masih belum berhasil karena bu Niki masih mampu memberikan perlawanan dengan sisa tenaga yang ia miliki.

Kejadian selanjutnya justru sebaliknya, bu Niki berhasil membalikkan keadaan dengan mencekik leher Gio dari belakang. Sehingga kini posisinya berada di atas tubuh Gio dengan lengannya yang mencekik leher Gio dan kedua kakinya yang menjepit tubuh Gio.

Wajah bu Niki begitu Nampak seram saat itu, layaknya seorang pegulat yang segera ingin menyudahi pertandingan dan membuat lawannya mati. Ia seperti sangat bernafsu untuk bisa membuat Gio tak berdaya dan bertekuk lutut di hadapannya.

Cukup lama Gio bertahan dalam posisi tersebut sembari memikirkan Langkah apa yang sebaiknya ia lakukan setelah ini. Tetapi kondisi berkata lain. Semakin lama ia berada di posisi tersebut, maka ia juga merasakan semakin susah untuk bernafas.

Sebagai seorang pemula, seharusnya sangat susah untuk terlepas dari kuncian tersebut. Karena dalam posisi tersebut sudah sangat bergerak apalagi berpikir karena kondisi leher yang dicekek.

Tetapi, Gio dengan kelebihannya mampu untuk meloloskan dirinya dari kuncian leher yang dilakukan oleh bu Niki, meskipun resikonya bisa mematahkan tulang lehernya sendiri. Dengan susah payah akhirnya ia bisa melawan balik apa yang telah dilakukan bu Niki.

Kini posisinya berbalik, dengan secepat kilat, Gio berhasil membalikkan diri dan berada di atas bu Niki dengan memberikan kuncian yang sama. Namun, setelahnya ia melepaskan kuncian tersebut dan menarik kedua tangan bu Niki ke belakang.

Diambilnya sabuk bu Niki yang terlepas dan digunakan oleh Gio untuk mengikat kedua tangan bu Niki. Sontak hal tersebut membuat terkejut bu Niki.



“GIO… APA YANG KAMU LAKUKAN, LEPASKAN SAYA.” Teriak bu Niki.



Gio tak mempedulikan ucapan bu Niki dan tetap berlanjut melakukan apa yang ia mau. Setelah memastikan tangan bu Niki terikat dengan kencang, Gio membalikkan tubuh bu Niki hingga kini terlentang dengan kedua tangan terikat yang tertindih badannya sendiri. Selanjutnya, Gio menindih kedua kaki bu Niki dan merayap diatas tubuhnya.



“GIO… MAU APA KAMU… JANGAN MACAM-MACAM!!!”

“ibu sudah bilang tadi, ibu tidak akan berhenti sampai salah satu diantara kita tidak bisa berdiri lagi kan? Selain itu, ibu juga bilang dalam pertarungan ini tidak ada aturan yang digunakan. Jadi biarkan saya melakukan apapun yang saya mau untuk membuat ibu tidak bisa berdiri lagi hari ini.” Ucap Gio sembari menyeringai.

“IBLIS KAMU GIOOO….”



Gio lantas membuka seragam yang digunakan oleh bu Niki layaknya menyibakkan gorden jendela. Mudah saja bagi dirinya membuat bagian tubuh area bu Niki tersebut terekspos. Kini terpampang sudah area payudara bu Niki yang berbalut sport bra tersebut.

Gio lalu melorotkan tali/pengikat bra bu Niki dari pundaknya hingga area lengannya. Setelah itu, ia melorotkan sport bra yang digunakan oleh bu Niki.



“GIOO… JANGAN…. BERHENTI GIOOO….”

“IBU MOHON BERHENTII….”



Gio tak mempedulikan ucapan bu Niki dan langsung menenggelamkan mukanya dalam jepitan payudara indah milik bu Niki yang masih sangat kencang tersebut. Dihirupnya dalam-dalam aroma keringat khas Wanita dari bu Niki itu, setelahnya, ia menjilat sela-sela payudara bu Niki yang berkeringat itu.

Bu Niki terus memohon agar Gio melunak dan menghentikan segala perbuatan yang sedang dilakukan oleh Gio, tetapi Gio tak menghiraukannya dan tetap terus melakukan apa yang ia mau.

Bu Niki tak kuasa melawan kali ini, posisinya benar-benar tidak bisa bergerak. Yang ia bisa lakukan hanya menggoyang-goyangkan badannya, namun justru itu membuatnya semakin membuat Gio bernafsu karena payudaranya yang ikut bergoyang ke kiri dan ke kanan.

Setelah itu, cumbuannya berlanjut ke atas dengan mulai menghirup, mencium, serta menjilat leher jenjang bu Niki yang mengeluarkan keringat tersebut, hingga sampai pada area belakang telinga dari bu Niki. Sensasi yang ditimbulkan membuat bu Niki merinding. Kini keringat itu sudah bercampur dengan air liur Gio.



“keringat ibu membuat saya semakin bernafsu.” Bisik Gio tepat di samping telinga bu Niki.



Setelah puas menjamah leher dan area belakang telinga bu Niki, cumbuan Gio Kembali ke bawah, tepatnya Kembali ke area payudara dari bu Niki. Dipijatnya payudara besar milik bu Niki kiri dan kanan dari mulai payudara bagian dalam hingga putingnya. Meskipun tangannya tak bisa mencengkram dengan sempurna payudara milik bu Niki itu, ia tetap melakukannya selama beberapa kali.



“lepas Giooo… arrhhh…. ibu mohonnn….” Ucap bu Niki yang kini berbalik ‘mengemis’ kepada Gio.



Selanjutnya, Gio memainkan bibir dan lidahnya pada area areola dan puting bu Niki. Dijilat dan disedotnya puting berwarna merah muda itu layaknya bayi tua yang menyusu. Kedua tangannya masih tetap aktif saat itu dengan tetap meremasi kedua payudara bu Niki.

Areola dan puting bu Niki pun tampak lebih mengkilap karena air liur dan keringat Gio yang bercampur menjadi satu.

Berikutnya, Gio membalik tubuh bu Niki dan tetap melanjutkan untuk menindih kaki bu Niki supaya tidak bisa memberontak. Kini bu Niki dalam posisi tengkurap dengan tangan yang masih terikat di belakang tubuhnya.

Dilorotkannya dengan paksa celana dan celana dalam bu Niki hingga lututnya. Kondisi tersebut membuat bu Niki semakin kuat memberontak, tetapi sisa tenaga yang ia miliki tak sekuat itu untuk melawan Gio.



“GIOOO…. JANGAN GIOOO….”

“JANGAN KURANG AJAR KAMU….”

“IBLIS KAMU GIOOO….”

“HENTIKAN INI SEMUA GIOOOO….”



Gio masih tidak peduli, segera ia memposisikan diri untuk segera menjamah area paling sensitive milik bu Niki tersebut. Kini posisinya layaknya katak dengan kakinya yang masih menindih kaki bu Niki dan ia mencondongkan kepalanya pada area kewanitaan bu Niki.

Ditempelkannya hidungnya pada bibir vagina merah merekah bu Niki dan dihirupnya dalam-dalam. Sungguh aroma keringat Wanita yang sangat menggugah selerah, ditambah dengan area kewanitaan bu Niki yang sangat wangi terawat.

Kini, Giliran bibirnya yang menjalankan aksinya dengan mengecup bibir vagina bu Niki. Dilanjutkan dengan lidahnya yang bergeriliya dan menusuk-nusuk lubang peranakan milik bu Niki tersebut.

Tak hanya itu, bahkan ia menjilati sela-sela antara vagina dan anus dari bu Niki. Bu Niki sendiri masih berusaha meronta-ronta dan berusaha untuk melepaskan diri, tetapi sia-sia dan justru membuat tenaganya semakin terkuras habis.



“MMMAHHHHH… GIOOHHH… STOOPPPP PLEASEEEHH….”

“GGGIIIOOOOHHHH… AAHHHHH…..MMMMPPUUUNNNN….”



Vagina bu Niki pun semakin basah oleh lender-lendir pelumas yang keluar dari vaginanya bercampur dengan air liur Gio. Gio masih terus mengobok-obok memek bu Niki dengan lidah dan jarinya yang kini ikut beraksi dalam membelai dan menusuk lubang memek tersebut.

Melihat memek bu Niki yang sudah sangat basah membuat Gio menjadi semakin bernafsu. Segera ia melorotkan celana panjangnya berserta CD yang ia kenakan.



“bu, memekmu sungguh sangat indah, izinkan aku mencicipinya.” Ujar Gio sembari menindih tubuh tengkurap bu Niki.

“GIOOHHH… JANGANNNN…… TOLONGGG……”

“IBU MOHON GIOOO….”

“BIADAP KAMU GIOO… BIAAAADAAAAPPPP…..”



Gio segera bangkit dan memposisikan kontolnya tepat di lubang memek bu Niki. Digeseknya bibir vagina itu dengan kepala penis miliknya. Selanjutnya, ia masukkan kepala kontol tersebut ke dalam memek bu Niki lalu mengeluarkannya Kembali. Begitu ia lakukan berulang kali.

Dan setelahnya ia menghunuskan kontolnya menusuk memek bu Niki dan membuat bu Niki terpekik. Matanya terbelalak saat kontol tersebut berhasil merangsak masuk mengisi cela-cela vagina miliknya.



“AAAARRGGGHHHH… memekmu sangat sempit dan menjepittt…” ucap Gio.



Bu Niki tak memberikan respon. otaknya masih berusaha merespon, benda yang baru saja masuk adalah penis bukan terong. Ia tak menyangka, benda sebesar itu menusuk ke dalam memeknya.

Setelah mendiamkan beberapa saat, Gio mulai memaju mundurkan pinggulnya dan memompa kontolnya dalam memek bu Niki.



“gio… berhentii… ini kelewatannn….” Ucap bu Niki yang kini lirih dan sesenggukan.

“nikmati saja bu, saya akan membuat ibu lemas kenikmatan hari ini.” Jawab Gio sembari terus memompa memek bu Niki dengan kontolnya.



Gio kini menarik tangan bu Niki yang terikat, sehingga kini posisi tubuhnya mengambang setelah sebelumnya seluruh tubuhnya menempel di lantai matras. Dengan posisi seperti doggy, Gio kian mempercepat genjotannya.



“OHHHH…. Enakk banget bu…”

“MMMHHH…. SSSSSHHHHH….”

“UHHHH….” Tanpa disadari, kini bu Niki mengeluarkan desahan-desahan lembut dari mulutnya.



Setelah lima belas menit bertahan dalam posisi tersebut, memek bu Niki mulai berkedut dan menumpahkan orgasmenya. Memeknya benar-benar menjepit kontol Gio Bersama dengan cairan orgasme yang membanjiri memeknya.

Gio lantas menghentikan genjotannya dan merangkul tubuh bu Niki dari belakang dan Kembali mencumbu leher bagian belakangnya.



“nikmat kan, bu?” bisik Gio.

“hikss…” sementara bu Niki masih larut dalam tangisnya.



Setelah selesai orgasme bu Niki, Gio lantas membalikkan tubuh bu Niki. Diangkatnya kaki kiri bu Niki dan diletakkannya di bahunya. Setelah itu, ia Kembali memposisikan kontolnya di lubang memek bu Niki.

Langsung saja ia tusuk Kembali memek tersebut dengan kontolnya. Dipompanya Kembali memek tersebut dengan kontolnya. Dengan posisi seperti itu, ia bisa menggerayangi toket bu Niki yang bergoyang-goyang seiring dengan sodokan memeknya.

Bersama dengan sodokannya, ia memainkan toket bu Niki dengan cara meremas serta memilinnya. Sementara itu, bu Niki tak kuasa melihat wajah penuh nafsu murid yang sedang menyetubuhi dirinya tersebut dan lebih memilih untuk menengadahkan wajahnya ke atas dan memejamkan matanya.

Ia juga berusaha untuk menahan gejolak birahi yang mulai tumbuh dan menikmati persetubuhan ini. Tapi sepertinya tubuhnya tidak bisa diajak bekerja sama, ia tak kuasa membendungnya. Otak yang ia paksa untuk berpikir jernih pun tak mampu.



“SSSSSHHHHH…. AHHHHH….”

“MMMHHHHH…”

“UUMMMHHHH….”



Gio tersenyum melihat wajah bu Niki yang semakin menunjukkan bahwa ia tak kuasa menahan gejolak birahi yang timbul. Desahan lembut yang keluar dari mulut bu Niki membuat dirinya Nampak sangat seksi dan sensual di mata Gio.

Gio lantas menurunkan kaki bu Niki yang berada di pundaknya dan langsung menyerbu mulut bu Niki yang terus berdesis dengan tetap menggenjotnya. Bu Niki Nampak terkejut Ketika bibir Gio sudah menempel di mulutnya dan lidah Gio berusaha mendobrak masuk bibirnya.

Akhirnya, ia pun meladeni permainan lidah Gio sembari mendesah-desah kenikmatan, apalagi Ketika kontol Gio berhasil mentok. Suara merdu mulut beradu dan kelamin yang beradu menghiasi persetubuhan mereka. Hingga akhirnya Gio melepaskan pagutan bibirnya.



“MMMAAARRHHHH….”

“AAMMMPUUUHHH…NNNNN”

“KELUAARHHH… KELUARRRHHH… AHHHH…”



Lenguhan Panjang menandakan bu Niki Kembali sampai pada orgasmenya yang kedua. Kembali kontol Gio disemprot oleh cairan kewanitaan yang menyembur dari vagina bu Niki. Gio lantas mencabut kontolnya dan langsung disambut oleh lelehan cairan orgasme yang menetes keluar dari vagina bu Niki.

Gio langsung menjilatinya hingga tak bersisa. Nampak kemerahan area selangkangan bu Niki akibat dari permainan mereka, terlebih lagi kulit bu Niki yang cenderung putih mulus.



“masih kuat berdiri kah, bu?” tanya Gio.

“HAHH… HAHHH. HAHH… Ampun …”

“hentikan iniiihh…” jawab bu Niki sembari mengatur ritme nafasnya.

“tapi ibu menikmatinya kan?” ucap Gio sembari memberikan senyuman mesumnya.

“…” bu Niki tak menjawab dan masih mengatur ritme nafasnya.



Selanjutnya, Gio memutuskan untuk melepaskan ikatan pada tangan bu Niki, karena merasa bahwa bu Niki sudah tak memiliki tenaga untuk melawannya Kembali. Nampak noda kemerahan membekas di pergelangan tangannya karena kuatnya ikatan yang dilakukan oleh Gio.

Setelahnya, Gio mengangkat tubuh Bu Niki hingga keduanya tegak berdiri. Gio Kembali menyosor bibir bu Niki. Namun, sesaat sebelum bibirnya mendarat di bibir bu Niki, tamparan mendarat di pipinya.



*PLAAKKKKK….*

“BIADAP KAMU GIOO….” Hardik bu Niki.

“TEGA KAMU BERBUAT SEPERTI ITU KEPADA GURUMU SENDIRI….” Lanjutnya sembari Kembali meneteskan air mata.

“bukankah aku sudah memperingatkan ibu agar tidak menyesal atas apa pilihan ibu?”

“DASAR IBLISSS… IBLISS KAMU GIOOO….”



Bu Niki Nampak Kembali berusaha memukul-mukul dan mendorong-dorong tubuh Gio, tetapi semuanya lemah, tak bisa melawan kekuatan Gio. Gio malah membinging tubuh bu Niki hingga ke tembok dan langsung mendekapnya dan Kembali mencumbu leher jenjang bu Niki.

Kembali dikecup serta dijilatinya leher tersebut. Sementara bu Niki dengan sisa-sisa tenaganya, masih berusaha meronta-ronta dan terlepas dari dekapan Gio. Tak bertahan lama, Gio menghentikan cumbuannya dan lekas menarik salah satu kaki bu Niki ke atas.

Ia posisikan kontolnya Kembali agar bisa menusuk memek bu Niki. Tak butuh waktu lama, kontol besar itu Kembali menyarangi memek bu Niki dan memompanya.



“sudah bu, jangan menangis. Biarkan aku memberikanmu kepuasan yang tak terkira.” Ucap Gio sembari terus menggenjot memek bu Niki dan mengenduskan nafasnya di leher bu Niki.

“….” Sementara bu Niki memejamkan matanya dan sesekali air mata menetes dari sela-sela kelopak matanya yang tertutup.



Tak bertahan lama, sekitar sepuluh menit kemudian, Gio membalikkan tubuh bu Niki dan memintanya untuk membungkuk, hingga kini bu Niki bertumpu pada tembok di depannya. Kembali Gio menggenjot memek bu Niki dalam posisi doggy.



*PLOOKKK…. PLOOKKK… PLOKKK….*

“MMMHHHH…. SSSSTTTT…..”

“Mendesahlah bu, jangan ditahan, aku tau kau begitu menikmatinya. Aku pun demikian.”

“memekmu benar-benar membuatku ketagihan.”



Gio tak henti-hentinya menggenjot memek gurunya tersebut dan meremasi pantat serta toketnya yang menggelantung indah dan bergoyang kesana kemari. Hingga akhirnya Gio memutuskan untuk menghentikan genjotannya dan berlutut di hadapan memek bu Niki yang merah merekah kembang kempis.

Kembali didaratkannya lidahnya pada memek bu Niki tersebut dan dijilatinya dari belakang. Tak butuh waktu lama, Kembali memek tersebut menyemburkan cairan orgasmenya untuk yang ketiga kali. Langsung saja Gio melahap cairan tersebut dan menelannya.

Tubuh bu Niki pun ambruk tertunduk dan terkulai lemas. Ia benar-benar dibuat tak berdaya oleh muridnya itu. Ia tak habis pikir akan “dikalahkannya” dengan cara seperti ini.



“bagaimana bu? Saya sudah berhasil membuat ibu tak kuat berdiri Kembali, bukan?” ucap Gio.

“HAHHHH…. HAHHH… HAAAHHH…” bu Niki Kembali berusaha mengatur ritme nafasnya yang tidak teratur.



Setelah itu, Gio Kembali merapihkan celananya dan berusaha merapihkan seragam yang dikenakan oleh bu Niki. Ia memapah bu Niki yang tertatih-tatih keluar ruangan tersebut untuk menuju ke kamarnya. Untungnya saat itu tak ada orang yang melihatnya. Dengan diarahkan oleh bu Niki, Gio berhasil membawa bu Niki masuk ke dalam kamarnya.

Gio lalu merebahkan tubuh bu Niki diatas ranjang queen size miliknya dan menutupi tubuhnya menggunakan selimut. Bu Niki pun Nampak memejamkan matanya, tak kuasa melihat wajah muridnya yang habis menggaulinya tersebut.

Sebelum beranjak pergi, Gio membelai lembut rambut bu Niki dan mengecup bibirnya sekali lagi.



“terima kasih atas pengalaman yang luar biasa ini, bu. Aku tak akan pernah melupakannya.” Ucap Gio sesaat sebelum pergi.

“tolong jaga rahasia ini, jangan sampai seorang pun tau.” Ucap bu Niki lirih sesaat sebelum Gio membuka pintu kamarnya.



Gio meninggalkan rumah bu Niki tersebut dengan perasaan campur aduk. Ia sadar, ia terlalu berani kali ini. Ia tak tau efek yang akan ditimbulkan oleh aksinya kali ini.

Namun sesaat sebelum keluar dari pintu utama, tiba-tiba Gio dikejutkan dengan panggilan oleh suara yang pernah ia dengar.



“Mas Gio…” panggil ART dari bu Niki.

“iya, mbak?” jawab Gio sembari membalikkan badan menuju ke arah sumber suara.

“sudah selesai kah pertandingannya dengan Nyonya?” tanya ART tersebut.

“sudah, mbak. Memangnya kenapa?”

“oh nggak papa, tadi saya seperti samar-samar mendengar teriakan dari Nyonya kenapa ya mas?” selidik ART tersebut.

“mampus…” batin Gio. Meskipun Gio tau, sebenarnya ruangan tersebut memiliki Peredam, tetapi bisa saja teriakan dari bu Niki terdengar keluar.

“ohh itu… ya biasa kan mbak, kalau orang bela diri kadang ada teriaknya.”

“gitu ya, mas. Kalau begitu, sekarang Nyonya Dimana, kok nggak keliatan?”

“bu Niki langsung istirahat di kamarnya mbak, kasian beliau kelelahan.” Jawab Gio.

“oh begitu, pantes sih, wong kalian lebih dari 3 jam nggak keluar-keluar. Yasudah, saya Cuma khawatir Nyonya kenapa-kenapa.”

“mbak tenang aja, beliau gapapa kok.”



Setelah itu, Gio melanjutkan Langkah kakinya keluar area rumah bu Niki dan menuju Kembali ke rumahnya. Nampaknya, tak berasa bahwa hari sudah mulai malam. Cukup sengit “pertempuran”-nya kali ini hingga membuat dirinya lupa waktu.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya bus yang akan ia tumpangi pun datang. Segera ia menaikinya untuk menuju ke rumahnya. Saat sedang merebahkan diri dan mem-flashback kejadian tadi, tiba-tiba hpnya berbunyi.

tiba-tiba ia mendapatkan sebuah pesan singkat dari bu Lilis yang menyampaikan bahwa Gio sudah bisa masuk ke sekolah lagi karena mendapatkan keringanan hukuman oleh kepala sekolah. Selain itu juga ia diminta bu Lilis untuk datang ke rumahnya esok hari karena ada yang mau dibicarakan katanya.



….



Sementara itu, di tempat lain bu Dina sedang sangat antusias, karena paket yang ia pesan sudah datang. Berhubung suaminya belum pulang dan sedang lembur, ia langsung membuka paket tersebut dan mengeluarkan isi dari dalam box tersebut.

Bu Dina merasa tak sabar untuk mencoba alat tersebut. Segera ia baca buku petunjuk dan merakit alat tersebut dan lalu ia bawa ke kamar mandi miliknya. Dengan sangat excited ia mulai melumasi kontol mainan tersebut dengan cairan lubricant dan langsung memposisikannya di bibir memeknya.

Selanjutnya, ia masukkan kepala kontol imitasi seukuran kontol Gio itu ke dalam memeknya secara perlahan dan lalu ia nyalakan mesin penggerak kontol tersebut.



“MMHHHH… AHHHHH…..”

“SHHHHHHH……OOOHHHHH….”



Ia pun memejamkan matanya Ketika kontol itu mulai maju mundur di dalam memeknya. Sungguh ia menikmati sensasi tersebut. Dalam pikirannya kini membayangkan bahwa yang sedang menggenjotnya tersebut adalah Gio.



“AAHHHH… nikmat bangettt… Giooo….”

“Teruss nakkk… mmmmhhhh….”

“ayo terusss….”

“sodok vagina ibu nakkk….”



Rancau bu Dina sembari memencet tombol untuk mempercepat sodokan dildo tersebut. Ia tak henti-hentinya menyebut nama Gio Ketika kontol tersebut terus mengobel memeknya. Sungguh ia sudah benar- benar terobsesi dengan kontol itu.



“ahhhh…. Lebih kecang nakkk….”

“penismu enakk bangettthhh…”

“ibu nggak kuat lagi nakkk… AAAHHHHHH….”



Akhirnya setelah beberapa waktu larut dalam imajinasi semunya, bu Dina berhasil mencapai orgasmenya. Ia pun dibuat duduk bersandar tembok sembari mengatur ritme nafasnya. Pikirannya Kembali ke realita.

Semuanya semu, hanya imajinasinya saja. Ia menjadi merasa tidak puas atas apa yang baru saja ia lakukan. Bukan ini yang ia mau, barang tiruan ini. Ia ingin sodokan kontol yang asli, kontol Gio. Tapi bagaimana caranya? Sebagai seorang guru, tentu ia tak mungkin secara terang-terangan meminta langsung kepada muridnya itu untuk menyetubuhinya.




Lanjut ke PART 19 : THE BELOVED HOMEROOM TEACHER
 
Terakhir diubah:
Selamat mudik dan lebaran bagi suhu-suhu sekalian. selamat berkumpul bersama keluarga juga.

mohon maaf lahir dan batin jika ada salah perbuatan saya yang tidak berkenan di hati suhu sekalian.

selamat membaca perjalanan terakhir Gio sebelum lebaran:Peace:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd