Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG REBIRTH OF SHADOW: CIRCLE OF MILF

Sebaiknya usia tokoh utamanya jadi 17/18 thun aja suhu, klo masih 7thun masih trllu kecil & beresiko akan dibaned sama moderator karna ada unsur underage
 
Part 1
Inside of Me





Aku masih tidak habis pikir dengan kejadian barusan, bagaimana dengan kejinya ada orang yang tega melakukan semua itu. Aku berjanji untuk memegang teguh janjiku terhadap Prof. Gio dan membalaskan seluruh dendamku. Suasana duka masih menyelimutiku, namun untungnya, kini aku memiliki keluarga baru yang entah bagaimana mereka bisa mempercayai anak sepertiku untuk diterima di dalam keluarga mereka. Bahkan, aku tidak mengetahui seluk beluk keluarga ini bagaimana dan aku harap keluarga ini memperlakukanku dengan baik.

Bu Dewi benar-benar bak seorang dewi yang dikirimkan Dewa untuk menolongku pada saat ini. Aku yang belum mempersiapkan segala sesuatu dengan matang, harus rela kehilangan professor Gio dan semua yang aku miliki. Kini aku punya keluarga baru dan dari sini lah aku akan melakukan misi utamaku.



“Gio tidur sama ibu ya…” ucap bu Dewi yang kini menjadi ibu angkatku sesampainya kami di rumahnya.

“bbb… bolehh tidur sama ibu?” tanyaku gugup.

“iya boleh dong, kan Gio anak ibu.” Ucapnya sembari tersenyum manis.



Rumah ini Nampak sepi meskipun juga tak begitu luas, di ruang tamunya tersusun sofa dan meja dilengkapi dengan beberapa lukisan dan juga kaligrafi, selain itu juga terdapat set perlengkapan menjahit di sana lengkap dengan mesin jahitnya, sementara itu, memasuki ruang keluarganya Nampak beberapa foto terpajang yang menunjukkan bu Dewi dengan seorang pria yang aku tafsir merupakan suaminya karena dalam foto tersebut mereka layaknya sepasang suami-istri. Bersama dengan itu, ruang keluarga juga dilengkapi dengan tv serta karpet yang digunakan untuk menonton tv, sementara dapurnya terletak di belakang setelah ruang keluarga.

Bu Dewi pun menuntunku menuju ke dalam kamarnya. Letak kamar utama ini berada di dekat dengan ruang keluarga atau bisa dibilang memang disamping ruang keluarga yang mana pintunya langsung mengarah ke ruang keluarga, sementara terdapat satu kamar kosong lain yang aku perkirakan merupakan kamar yang di peruntukkan untuk anaknya kelak.



“kamu tiduran dulu ya, ibu mau bersih-bersih dan ganti baju.” Ucap bu Dewi.

Aku pun hanya mengangguk.



Aku mengamati kamar ini sekeliling dan Nampak cukup sederhana rumah ini. Dan yang masih menjadi pertanyaanku adalah dimana suaminya berada. Terlihat tidak begitu banyak pernak-pernik yang terpasang di kamar ini, hanya ada satu foto ia Bersama suaminya dan sisanya merupakan almari dan meja rias.

Aku kembali mengecek kondisi tubuhku dan bercermin, nampaknya tak ada luka serius di tubuhku ini, hanya ada beberapa perban dan luka goresan yang menempel di siku dan kepala bagian belakang. Kembali aku teringat bagaimana jasa-jasa prof Gio selama ini dan naasnya adalah ia harus meninggal dengan tragis tepat di depan mataku sendiri. Air mata pun tak berasa Kembali menetes dari pelupuk mataku.



“ehh… anak ibu kenapa malah bengong di depan cermin, sini sini, tidur sama ibu.” Ucap bu Dewi yang telah selesai beberes dan Kembali ke dalam kamarnya.



Aku pun menghapus airmataku dan mengikutinya menuju ranjang. Setelah itu bu Dewi pun memberi wejangan-wejangan layaknya memberikan nasehat kepada anak kecil dan besok ia berjanji akan membelikanku baju-baju baru dan seragam untuk aku bersekolah.

Jujur saja aku sudah sangat lama sekali tidak merasakan kasih sayang yang terasa begitu tulus seperti ini. Terakhir kali aku merasakan kasih sayang adalah ketika aku diangkat murid oleh prof Gio. Meskipun cara mendidiknya terkesan keras, namun aku menyadari satu hal, bahwa dalam setiap didikannya tersebut terkandung makna cinta kasih.

Akhirnya aku pun tertidur dalam pelukan bu Dewi. Semerbak harum khas Wanita dewasa menusuk rongga hidungku yang menimbulkan sensasi tersendiri. Baru kali ini aku merasakan tidur seranjang dengan Wanita yang benar-benar tulus. Meskipun memang sebelumnya ketika berada pada tubuh versi dewasaku, aku sering mengencani cewek-cewek dan menidurinya, tetapi mereka hanyalah menginginkan uangku dan tidak memiliki maksud yang tulus.

Pagi harinya, aku terbangun dengan kondisi kontolku yang ngaceng maksimal hingga menembus celana kolor yang aku kenakan, untungnya bu Dewi telah beranjak dari Kasur sehingga (mungkin) belum melihat kondisi kontolku yang mengganjal seperti tongkat ini. Aku pun berusaha menutupi kontolku dan berniat untuk buang air kecil. Aku sedikit kebingungan bagaimana caranya menyembunyikan tonjolan dari kontolku tersebut karena aku masih malu dengan bu Dewi jika ketauan kontolku ngaceng di pagi hari ini.

Aku pun memutuskan untuk berlari dari mulai keluar kamar hingga menuju ke kamar mandi. sayangnya, belum sampai di kamar mandi, tepatnya di depan pintu kamar mandi, tubuhku atau lebih tepatnya kepalaku bagian bawah bertabrakan dengan pantat bu Dewi yang sepertinya juga ingin masuk ke kamar mandi, namun bu Dewi berasal dari dapur yang letaknya bersebelahan dengan kamar mandi.



“aduh…” kami sama-sama terpekik akibat benturan tersebut.

Aku pun jatuh terduduk alias sedikit mental, sementara bu Dewi sedikit mental dan berpegangan pada kusen pintu kamar mandi.

“ihh… Gio kenapa pake lari-lari segala sih…” ucap bu Dewi

"ee… maaf bu… Gio kebelet pipis.” Ucapku.



Bu Dewi pun hanya terkekeh dan mempersilahkan aku untuk menggunakan kamar mandi terlebih dahulu, sementara dirinya menunggu di luar. Di sela-sela kencingku, aku pun berpikir apakah tadi bu Dewi sempat melihat tonjolan dari kontolku? Dipikir-pikir lagi, empuk juga pantatnya… eh tapi… dia kan sekarang ibu angkatku…



“Gio… kok lama sih, ayo gantian sama ibu, Nak.” Teriakan bu Dewi dari balik pintu kamar mandi menyadarkanku dari lamuanku.



Setelahnya aku pun keluar dari kamar mandi dan berpapasan Kembali dengan bu Dewi yang nampaknya juga terburu-buru ingin menggunakan kamar mandi. Nampak ia masih menggunakan baju yang sama seperti apa yang ia kenakan semalam. Sebentar mataku berusaha untuk memandang wajahnya, tetapi ternyata posturku terlalu pendek dan hanya dapat mendapati dua buah gunung kembar yang Nampak menantang indah.

Aku buru-buru membuang pikiran kotorku karena teringat akan jasanya yang mau memungutku untuk diajaknya tinggal di rumahnya ini. Aku pun menuju ke ruang keluarga untuk menonton tv. Dan ku dapati ternyata langsung menampilkan tentang berita pengeboman semalam. Tak habis pikir aku tentang headline media berita tersebut yang menuliskan “Rumah meledak karena aktivitas laboratorium illegal”. Padahal jelas-jelas ledakan tersebut bukan berasal dari lab Prof. Gio yang meledak, melainkan ada bom yang memicu ledakan besar.

Apakah kini “mereka” sebegitu berpengaruhnya hingga bisa memelintir berita sebegitu mudahnya. Semakin aku mengikuti berita tersebut, semakin aku geram dibuatnya. Bagaimanapun juga, aku harus bisa membasmi mereka semua, itu adalah misi utamaku. Tapi dengan kondisi tubuhku yang seperti anak-anak ini aku bisa apa? Dan bagaimana caranya aku bisa mengalahkan mereka semua?



“Gio… sini, Nak. Sarapan sama ibu.” Ucap bu Dewi dari dapur.

“iya, bu.”



Segera aku matikan tv yang masih menampilkan berita mengenai rumah prof Gio tersebut dan bergegas menuju ke dapur untuk sarapan Bersama dengan bu Dewi. Segera aku memakan masakan yang telah dibuat oleh bu Dewi tersebut. Saling tanya jawab pun terjadi pagi ini dan tentu saja aku mengarang ceritaku kepada bu Dewi dan bu Dewi pun mengamini setiap cerita yang keluar dari mulutku.

Sementara, aku mendapatkan informasi bahwa ia hidup sendirian, sementara waktu kejadian itu berlangsung, ia sehabis mengantarkan hasil jahitannya kepada salah seorang pelanggannya dan ternyata pas melewati sekitar rumah prof. Gio ia mendengar ledakan dan tanpa di sadari ternyata membawanya bertemu dengan anak kecil yang tak lain dan tak bukan adalah aku. Kehadiranku diharapkan mampu mengisi kekosongan tersebut.

Semetara itu, terkait foto yang dipajang di ruang tamu, yang aku Yakini pula sebagai suaminya, kemungkinan memang benar suaminya, namun telah meninggal dunia dan kini ia hidup menjanda, meskipun itu hanya asumsiku sepihak karena aku belum mendengar langsung dari mulut bu Dewi terkait dengan suaminya.



“kamu mau ikut ibu pergi ke pasar atau mau di rumah saja?” Tanya bu Dewi.

“aku mau di rumah saja, Bu.”



Setelah beres sarapan, bu Dewi pun berganti pakaian dengan gamis lengkap berserta jilbab Panjang yang selalu ia kenakan ketika pergi ke luar rumah yang mana sangat menutupi bagian tubuhnya yang menonjol. Setelah bu Dewi pergi, aku pun Kembali duduk di sofa ruang keluarga dan berpikir keras tentang bagaimana caranya bisa mengalahkan musuh-musuhku, terutama musuh di dalam selimut yang mampu membuat beberapa anak buahku berpaling dan menjadi pengkhianat.

Sampai sekarang, aku juga belum mengetahui bagaimana keadaan dari Leo. Semenjak aku membuang ponsel dan kartu sim-nya aku benar-benar kehilangan kontak dengan sahabatku tersebut. Aku juga belum bisa memastikan apakah Leo tetap berada di pihakku atau sudah berpaling dan berpindah ke pihak musuh.

Semakin keras berpikir, ternyata kepalaku semakin pusing. Entah itu efek dari ledakan kemarin dan kepalaku membentur sesuatu atau efek dari belum sempurnanya alat dari prof. Gio. Pandanganku pun menjadi berputar-putar dan aku memutuskan untuk menyandarkan tubuhku pada sandaran sofa. Tak berselang lama kemudian pandanganku berubah menjadi redup dan perlahan menjadi gelap.

Dalam kegelapan, sebuah Cahaya menyilaukan tiba-tiba muncul dan lalu meredup seiring dengan kemunculan salah seorang yang aku kenali. Ya, tak lain dan tak bukan adalah prof. Gio. Aku langsung menghampirinya dan memeluknya dengan erat. Hingga prof. Gio melepaskan pelukanku tersebut dan tersenyum kepadaku.



“aku tak tau bisa berbuat apa dengan kondisiku yang menjadi anak-anak ini prof.” ucapku.

“bukan kah ini menjadi pilihanmu?” tanyanya.

“iya. Tapi aku tidak pernah berpikir bahwa akan Kembali menjadi anak-anak yang tidak bisa berbuat apa-apa.”

Prof. Gio tersenyum, “aku tau watakmu sejak dulu. Menjadikanmu anak-anak memang sudah menjadi rencanaku semenjak kamu memintaku untuk merubah identitas dirimu. Itu semua agar kamu belajar tentang penerimaan dan kekalahan. Tak semua itu bisa kamu selesaikan dengan kekuatan yang kamu miliki, ada kalanya kamu harus mengaku kalah dan menerima, lalu memperbaiki diri untuk menjadi manusia yang lebih baik.”

“tapi tenang lah. Aku telah menginjeksikan sebuah virus khusus pada dirimu sesaat setelah kamu tak sadarkan diri dan tepat sebelum alatku bekerja waktu itu. Virus itu yang akan membawamu menuju kedewasaan, namun tetap dengan konsekuensi yang ada. Selain itu, bersiaplah, mungkin itu akan menyakitkan. Tunggulah satu minggu hingga virus itu bekerja sebagaimana mestinya.” Lanjutnya yang lalu pergi meninggalkanku sendirian.




lanjut ke PART 2 : BREAST AND PROMISE
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd