Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG REBIRTH OF SHADOW: CIRCLE OF MILF

PART 7

New Challenges





Hari ini adalah hari pendaftaran Gio untuk masuk ke dalam sekolah yang menjadi target operasinya. Tak lain dan tak bukan hanya untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya perihal anak yang pernah ia temui sewaktu bertransaksi barang haram tersebut. Informasi yang didapatkannya tentang anak itu tidaklah banyak, sehingga mau tidak mau ia harus bergerak sendiri untuk mendapatkan informasi seperti apa yang ia mau.

Kebetulan pula, waktu itu merupakan waktu awal semester atau masa penerimaan siswa baru, sehingga Gio bertemu dengan banyak anak-anak lulusan SMP yang juga akan mendaftar di sekolahan tersebut. Rata-rata anak yang datang dengan diantar oleh orangtuanya itu menggunakan mobil-mobil mewah yang harganya ditaksir lebih dari setengah milyaran. Sementara Gio dan ibunya, hanya berjalan kaki setelah turun di halte yang letaknya tak jauh dari gerbang sekolah tersebut.

Ditemani oleh bu Dewi yang akan bertindak sebagai walinya, Gio melangkahkan kakinya menuju ke sekolah yang ia maksud. Ia tampak tidak menyangka bahwa sekolah yang ia masuki tersebut bisa dibilang merupakan sekolah elit, seperti yang bu Dewi katakan ketika mereka berbicara mengenai sekolah tersebut. Menjadi pertanyaan baginya, bagaimana seorang anak yang bersekolah di sekolahan se-elit ini bisa menjadi seorang pengedar, dimana bisa dikatakan bahwa anak-anak disini pastinya berasal dari keluarga yang berada atau minimal berkecukupan.

Berbekal dokumen palsu buatan dari Derry ia mulai masuk ke ruang pendaftaran untuk mengisi data yang diperlukan. sementara itu, bu Dewi hanya duduk mendampinginya. Sebenarnya ada rasa cemas dari bu Dewi terhadap anak angkatnya tersebut, selain masalah biaya, tentu juga masalah mental anaknya yang akan bersekolah di lingkungan para burjuis. Tetapi tekat anaknya yang ingin bersekolah di tempat tersebut membuatnya tidak tega jika harus melarangnya untuk tetap bersekolah di sana.



Bu Dewi menatap Gio dengan penuh harap dan mata yang menyorotkan tentang suatu harapan dan kekhawatiran, “nak, nanti kalo kamu diterima di sekolah ini kamu harus kuat mental ya…” ungkap bu Dewi setelah menyelesaikan pendaftaran sekolah Gio yang sekarang sedang duduk di bangku bus kota.

Gio tersenyum mendengarkan ucapan dari ibu angkatnya tersebut, “ibu tenang aja.” Jawabnya singkat.



Tak berselang lama, bus yang mereka tumpangi tiba di halte terdekat dari rumah mereka. Seperti biasa, bu Dewi lantas melanjutkan aktivitas menjahitnya karena pesanan yang semakin banyak, mengingat sudah mulai masuk tahun ajaran baru, sehingga banyak pesanan seragam sekolah. Sementara itu, Gio hanya menghabiskan waktunya dengan duduk di depan televisi.



“Gio… tolong anterin baju bu Elin ini nak…” ucap bu Dewi dari tempat ia menjahit. Nampaknya bu Dewi seakan lupa bahwa bu Elin pernah bertemu dengan Gio versi kecil sehingga ia menyuruh anaknya tersebut untuk mengantarkan hasil jahitannya itu.

“iya bu…” jawab Gio sembari beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri bu Dewi.



Gio yang sudah menyelesaikan permasalahan tersebut pun tidak memikirkannya, karena bu Elin sudah ia ‘jinakkan’. Segera, ia meluncur menuju ke rumah bu Elin untuk mengantarkan pesan dari ibunya tersebut. Dengan berjalan kaki, ia menelusuri jalanan kompleks yang cukup panas efek dari matahari yang berada tepat di atas kepala. Sayangnya, sesampainya di tempat yang ia tuju, ternyata bu Elin masih belum Kembali ke rumahnya. Sehingga ia memutuskan untuk menemuinya di rumah orangtuanya.



*ting…tung…* Gio memencet bel rumah sesampainya ia di tempat yang dituju.

“cari siapa nak?” tanya ibu dari bu Elin yang membukakan pintu.

“ini bu, saya mau mengantar baju jahitan dari bu Elin.”

“oalah begitu. Ayo silahkan masuk. Sebentar, ibu panggilkan Elinnya.” Ucap ibunya bu Elin dan beranjak pergi masuk ke dalam rumah.



Gio pun masuk ke dalam rumah dari orangtua bu Elin tersebut dan duduk di ruang tamu. Sementara itu, ibu dari bu Elin masuk ke dalam rumah untuk memanggil anaknya yang sedang menidurkan anaknya di dalam kamarnya.



*tok…tok…tok..*

“lin, itu ada anak muda cari kamu, katanya nganter jahitan bajumu.”

“ha… oh iya bu, habis ini aku ke depan, kebetulan Rena juga udah tidur ini.”



Bu Elin pun sedikit panik ketika mendapati bahwa tak lain dan tak bukan yang dimaksud oleh ibunya adalah Gio. Ia merasa harus menetralkan ini semua untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah ibunya berlalu, segera ia beranjak dari ranjangnya dan menuju ke ruang tamu untuk menemui Gio.



“sebentar ya, nak. Elin masih ngurus anaknya. oh iya, kok kamu bisa tiba-tiba tau kalo elin ada di sini, kayaknya dia baru beberapa hari di sini.” Tanya ibunya bu Elin yang sukses membuat Gio gugup dan mati kutu.

“iya bu, tadi Elin ngasih Alamat sini, soalnya mau buru-buru liat bajunya, siapa tau masih belum pas kan.” Jawab bu Elin dengan santainya yang tiba-tiba muncul sembari menguncir rambut panjangnya.

“oalah begitu, ya sudah ibu tinggal masuk ke dalam dulu. Tamunya buatin minum, Lin.” Ucap ibu dari bu Elin yang lalu beranjak pergi untuk masuk Kembali ke dalam.

Setelah ibunya berlalu masuk Kembali, bu Elin mulai membuka bungkusan yang di dalamnya merupakan baju yang ia jahitkan ke bu Dewi. Sementara itu, Gio hanya memandanginya dengan seksama. Bu Elin Nampak antusias dengan bajunya tersebut, sehingga seakan melupakan pemuda tampan yang masih berada di dekatnya itu.



“kamu kenapa kok lihatinnya begitu.” Ucap bu Elin setelah selesai memeriksa bajunya.

“lagian, ibu ada tamu ganteng begini dicuekin aja, bukannya diajak ngobrol.”

“ishh… mau ngobrolin apa emang?” ucap bu Elin sembari melipat Kembali bajunya tersebut.

“hehehe… yang kemarin kan belum kelar, bu.” Ucap Gio sembari melontarkan senyuman mesumnya.

“dasar, besok-besok napa, masih rada ngilu ini habis dihajar terong belanda.”

“tapi nikmat kan bu?” tanya Gio berbisik yang kini merapatkan duduknya mendekati bu Elin.

“dah sana, kamu pulang, ibu mau istirahat.” Ucap bu Elin yang menggeser duduknya untuk menjauhkan diri dari Gio.

“bentar doang emang ga bisa bu…” ucap Gio dengan mencoba memelas.

“enggak, Gio…”

“bahaya…” lanjut bu Elin sembari sedikit berbisik.



Merasa tidak mendapatkan apa yang ia mau, Gio memutuskan untuk pulang ke rumah. Alasan bu Elin untuk menolak ajakan Gio melanjutkan pertempurannya kemarin juga bukannya tanpa dasar. Mengingat kedua orangtuanya yang berada di rumah, ditambah lagi anak-anaknya yang bisa saja tiba-tiba rewel, maka menolaknya adalah pilihan yang tepat.

Gio yang berjalan keluar dari beranda halaman rumah orangtua bu Elin pun tiba-tiba teringat sesuatu. Tak lain dan tak bukan adalah tentang pak Basuki. Tindak tanduk perilakunya yang memancing perhatian Gio untuk tau lebih jauh tentang keluarga tersebut. Gio beranggapan bahwa siapa tau bisa mendapatkan apa yang ia mau lewat penyelidikannya terhadap keluarga pak Basuki.

Gio memutuskan membelokkan arahnya menuju rumah pak Basuki yang terlihat kosong karena tidak ada mobil SUV yang kemaren digunakannya. Perlahan namun pasti, setelah memastikan bahwa lingkungan sekitar aman, Gio melangkahkan kakinya memasuki halaman rumah pak Basuki. Langsung ia menuju ke area belakang rumah pak Basuki dengan harapan tidak ada orang di sana.

Sayangnya pintu belakang rumah tersebut terkunci. Sebenarnya Gio bisa saja merangsak masuk ke dalam rumah itu, tetapi resiko dan apa yang akan ia dapatkan dari rumah tersebut sepertinya tidak sebanding, sehingga ia memutuskan untuk mengurungkan niatnya masuk ke dalam rumah tersebut. Gio berpindah Kembali ke samping dan ternyata merupakan kamar dari pak Basuki, karena di sana terpampang foto pak Basuki Bersama dengan Wanita yang pernah ia temui kemaren.

Gio tidak mendapatkan informasi apa-apa terkait dengan rumah tersebut, karena memang tidak ada yang mencurigakan dari dalam rumah tersebut. Ia juga tidak mendapati hal aneh dari dalam rumah tersebut. Kecurigaannya terhadap pak Basuki mulai luntur setelah itu. Dan tiba-tiba…



“mau apa kamu ngintip rumah saya?!” ucap seseorang dengan suara yang sangat ketus dengan tangan menyilang di depan dadanya.

*Deg….*



Gio terkaget mendengar ucapan dari orang yang berada tak jauh darinya. Sementara itu, ia masih dalam posisi mengintip dari balik celah horden yang sedikit terbuka. Dengan perlahan namun pasti, Gio berpaling dan menghadap ke arah sumber suara tersebut. Tak disangka, ternyata suara tersebut berasal dari Wanita yang kemarin berpapasan dengannya di halaman rumah ini, ya… tak lain dan tak bukan adalah istri dari pak Basuki.



“Masih mau alasan cari kucing kamu yang hilang?!” lanjut Wanita itu dengan tatapan tajam dan wajah datar.

Gio hanya bisa terdiam, karena tak terpikirkan pengintaiannya akan berakhir seperti ini.

“lebih baik kamu ikut saya dari pada kamu saya teriakin maling dan security akan membawamu ke kantor polisi.”



Sebenarnya, Gio tau bahwa Wanita tersebut tidak memiliki bukti kuat untuk mempolisikannya, tetapi resiko terberatnya justru ada pada teriakan Wanita tersebut yang bisa saja mengundang perhatian warga sekitar untuk datang dan menghakiminya. Sehingga, mau tidak mau, Gio harus menuruti permintaan dari Wanita tersebut.

Wanita tersebut mengajak Gio untuk masuk ke dalam rumahnya dan menyuruhnya untuk duduk di ruang tamu. Dengan posisi berhadap-hadapan, Wanita itu terus menatap Gio dengan tatapan tajamnya. Sementara itu, Gio hanya bisa tertunduk lesu bak maling ayam yang tertangkap basah.



“saya sebenarnya sudah curiga ketika awal kita bertemu kemaren.” Wanita tersebut mulai berbicara dengan tetap memasang wajah datarnya.

….

“kamu beralasan bahwa kamu mencari kucingmu yang hilang dan perlu kamu ketahui, bahwa di lingkungan sini tidak ada yang memelihara kucing, kamu tidak bisa membohongi saya karena saya sudah cukup lama tinggal di tempat ini dan mengenal orang-orang di sekitar sini. Toh sekalipun benar, Itu juga menandakan bahwa kamu bukan berasal dari komplek sini. Selain itu, saya juga mendapati laporan dari security bahwa ada yang mencari suami saya malam-malan yang mengaku saudara jauh, sayangnya suami saya tidak pernah membawa satu pun keluarganya ke rumah ini, apalagi saudara jauhnya yang saya pikir Alamat rumah ini pun mereka tidak tau.” Lanjutnya.

.…

“sebenarnya siapa kamu dan apa alasan kamu berkeliaran di sekitar rumah ini? saya rasa kalau kamu maling pun pasti hari itu juga ada barang di rumah ini yang hilang, tetapi nyatanya tidak ada, bahkan barang bergeser pun tidak ada.”

….

“oke kalau kamu memilih untuk terus diam, maka tidak ada pilihan lain selain saya teriak…” wanita tersebut mulai mengancam.

“jangan… tolong jangan teriak… saya akan lakukan apapun yang ibu mau, asalkan jangan berteriak.” Ucap Gio berusaha mendapatkan rasa iba dari Wanita tersebut.

“benarkah kamu akan melakukan apapun perintah saya?” Wanita tersebut tersenyum penuh kemenangan.

“i…iyaa…” Gio menjawab gugup.

“baiklah, sebenarnya tugasnya cukup mudah. Kamu cukup pantau terus suami saya dan laporkan setiap hal mencurigakan yang kamu dapatkan kepada saya. Karena saya yakin, bahwa sebenarnya kamu bukan anak-anak biasa, pasti kamu bisa menjalankan tugas ini dengan baik.”

….

“dan ingatlah untuk tidak gegabah dan bertindak bodoh seperti apa yang kamu lakukan di rumah saya.”



Mau tidak mau, suka tidak suka, Gio harus mengikuti permainan yang dilakukan oleh istri dari pak Basuki tersebut. Namun, bukan Gio Namanya jika tidak memiliki plan tersendiri. Meskipun demikian, ia tidak pernah tau apa yang akan terjadi ke depannya. Gio tidak punya pilihan lain, selain mengikuti permainan itu dan mempersiapkan rencana lain.

Wanita tersebut pun memberikan kontaknya kepada Gio untuk memberikannya update perkembangan dari pengintaian yang akan Gio lakukan. Setelahnya, Gio memutuskan untuk pulang ke rumah karena ia sudah terlalu lama meninggalkan rumah, padahal ia hanya diminta untuk mengantarkan jahitan kepada bu Elin.



“dari mana saja kamu nak, kok lama sekali?” tanya bu Dewi sesampainya Gio di rumah.

“eh… iya bu, tadi main dulu sama Rony.” Elak Gio.

Bu Dewi tiba-tiba menghentikan aktivitas menjahitnya dan Kembali menatap Gio, “bu… bukannya bu Elin pernah melihat kamu ketika kecil?” bu Dewi baru tersadar bahwa satu-satunya orang yang pernah melihat Gio kecil di lingkungan ini.

“ibu tenang aja, aku tadi bisa cari alasan lain dan bu Elin juga tidak curiga kok.” Ucap Gio enteng.

“syukurlah kalo begitu.”



###


Hari ini tiba lah Gio masuk sekolah untuk pertama kalinya sebagai seorang siswa baru. Ia datang sendiri dengan menaiki bus kota yang menjadi transportasi sehari-harinya. Sesampainya ia di sekolah, pemandangan seperti apa yang tersaji ketika ia melakukan pendaftaran pun Kembali terjadi, dimana mayoritas para siswanya diantarkan dengan menggunakan mobil-mobil mahal dan pemandangan seperti itu akan menjadi hal yang lumrah nantinya.

Saat masuk ke kelas sebelum memulai acara pertama pada hari ini, ia berkenalan dengan beberapa anak yang juga sekelas dengannya. Rata-rata orang yang berkenalan dengannya memang terlihat bukan dari kalangan yang biasa saja, terlihat dari apa yang mereka pakai merupakan barang-barang mahal. Sementara Gio hanya berpenampilan bak anak biasa dan tidak memiliki barang-barang mewah. Hingga mereka cenderung memandang sebelah mata kepada Gio, untungnya ada salah seorang anak yang bisa dibilang sangat cerewet mengajak Gio ngobrol.

Seperti biasa, kegiatan hari pertama adalah Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang diawali dengan upacara pembukaan. Di sana Gio dapat melihat para guru dan siswa dari kelas satu sampai tiga yang berbaris rapih. Yang menarik perhatian Gio adalah barisan para Guru yang banyak diisi oleh MILF kesukaannya. Mata Gio langsung berbinar melihat pemandangan tersebut dan harapannya adalah beberapa guru tersebut mengajar di kelasnya sehingga ia dapat melancarkan SSI-nya.

Entah sejak kapan ia mulai menyukai MILF, karena sebelum ia menjadi seperti sekarang ini, kebanyakan Wanita yang pernah tidur dengannya adalah seorang gadis. Mungkin pandangannya mulai berubah semenjak ia mulai hidup Bersama dengan bu Dewi lalu bertemu dengan bu Elin, sehingga memberikannya pandangan lain tentang ibu-ibu binor nan binal.

Setelah upacara pembukaan selesai, para siswa digiring untuk Kembali ke kelas mereka masing-masing. Tidak ada yang menarik dari acara ini selain salah seorang guru yang masuk ke kelas untuk memberikan pembekalan dan pendampingan. Ya, beliau adalah wali kelas Gio. Beliau memperkenalkan diri sebagai bu Lilis yang selain menjadi wali kelas juga menjadi guru Bahasa inggris.

Pandangan Gio tak pernah lepas dari bu Lilis. Dengan menggunakan hijab berpadu rok span ketat yang memamerkan lekuk bokong indahnya dan dengan kemeja batik press body yang juga menonjolkan dua bukit indahnya, sukses membuat mata Gio tak berkedip. Gio yang sedari tadi focus pada fantasinya membuatnya tidak memperhatikan apa yang beliau katakan.

Di sisi lain, bu Lilis juga sebenarnya menyadari bahwa ada seorang anak tampan yang sedari tadi memperhatikannya dengan seksama, tetapi sebagai guru yang professional ia menganggapnya sebagai bentuk dari dia yang memperhatikan apa yang sedang ia bicarakan. Bu Lilis memilih untuk mengacuhkan pandangan anak tersebut dan tetap focus pada apa yang sedang ia bicarakan, sementara Gio tetap dengan aktivitas matanya.

Acara berlanjut dengan perkenalan, pemberian jadwal belajar, penentuan ketua kelas dan jajarannya, dan seperti kebanyakan acara hari pertama anak sekolah pada umumnya. Tidak ada yang istimewa dengan acara ini dan untungnya acara yang sangat membosankan ini hanya akan digelar selama satu hari saja, sehingga Gio bisa bebas dari kebosanan yang membelenggunya.

Gio sendiri kini memiliki motivasi lebih ketika sudah melihat para MILF idamannya yang mengisi jajaran guru di sekolah ini. namun, ita tetap Kembali meluruskan niat awalnya masuk di sekolah ini, yaitu mendapatkan informasi tentang anak itu dan kartel yang mungkin menguasai sekolah ini.

Sepulang sekolah, Gio berniat untuk mampir ke rumah rahasianya guna meminta bantuan Derry mencari informasi lebih detail mengenai pak Basuki. Ia mulai menjalankan misi yang diperintahkan oleh istri dari pak Basuki untuk menyelidiki suaminya tersebut. Dengan bus kota ia menuju ke rumah rahasianya tersebut.



“Der, kamu masih ingat dengan pak Basuki yang informasinya pernah kamu berikan kepadaku beberapa waktu lalu kan? Coba kasih tau lebih detail informasi tentang dirinya.”

Tak berselang lama, Derry menjawab pesan dari Gio tersebut, “baik bos, akan segera saya lakukan.”



Sembari menunggu Derry memberikan informasi mengenai pak Basuki, pikiran Gio Kembali terbayang tentang para MILF yang ‘menghantuinya’ akhir-akhir ini, atau lebih tepatnya semenjak ia berubah. Terlebih lagi guru-guru di sekolahnya, namun ada satu orang yang luput dari pandangannya. Dia adalah istri dari pak Basuki yang tak kalah aduhay. Gio yakin, meskipun usianya telah menginjak kepala empat, tapi dia masih bisa binal di ranjang. Terlebih lagi, sepertinya suaminya jarang memberikan sentuhan manja kepadanya. Hingga timbul pikiran Gio untuk menaklukkannya.

Selang beberapa saat, Derry Kembali menghubungi Gio dengan memberikan data informasi mengenai pak Basuki. Tidak banyak sebenarnya apa yang didapatkan Gio, hanya seputar Alamat kantor dari pak Basuki dan informasi mengenai pak Basuki yang rupanya merupakan seorang businessman dan juga ternyata ia juga merupakan salah satu influencer baru yang cukup kondang. Memang tidak ada kejanggalan dari informasi yang didapatkan, tetapi sebagai seorang influencer data yang didapatkan oleh Derry sangatlah minim, lantaran datanya terenkripsi dengan sangat ketat.

Menaruh kecurigaan terhadap pak Basuki tentu perlu dilakukan, mengingat istrinya sendiri saja curiga dengan suaminya. Meskipun demikian, kecurigaan dari sang istri mungkin saja hanya sebatas pada pak Basuki yang memiliki Wanita lain di belakangnya. Dengan catatan yang diberikan oleh Derry tersebut tentu semakin menguatkan kecurigaanku terhadap pak Basuki jika ia memang ikut terlibat dalam suatu bisnis gelap.

Setelah mendapatkan informasi tersebut, Gio beranjak pergi dari rumah rahasianya tersebut untuk pulang ke rumah bu Dewi. Tak lupa ia mencatat Alamat kantor dari pak Basuki untuk ia datangi. Selanjutnya, ia memiliki rencana untuk menyusup ke tempat kerja dari pak Basuki jika memang memungkinkan.

Sesampainya di rumah, Bu Dewi menanyai Gio tentang hari pertamanya sekolah dan dia juga mendengarkan dengan antusias apa yang Gio ceritakan. Setelah itu, Bu Dewi mengajak Gio untuk makan. Perhatian-perhatian kecil seperti itu yang membuat Gio seperti terpikat kepada bu Dewi. Bu Dewi memang benar-benar seperti melupakan kejadian ‘di luar nalar’ yang pernah terjadi beberapa waktu lalu dan membuka lembaran baru Bersama dengan anak angkatnya tersebut.

Setelah menyelesaikan makannya, Gio Kembali berpamitan kepada bu Dewi untuk pergi ke luar dengan alasan pengen bertemu dengan teman-temannya. Dan dengan senang hati, bu Dewi mengizinkan Gio untuk pergi, karena memang sebagai ibu dia tidak ingin membatasi anaknya.

Gio langsung menuju ke Alamat yang telah dicatatnya. Rasa-rasanya Alamat tersebut tidak asing baginya. Daripada hanya berasumsi, ia langsung menuju ke Alamat tersebut menggunakan bus kota. Setelah beberapa saat, ia tiba di Alamat yang ia tuju. Dan benar saja bahwa Alamat tersebut merupakan Gedung tempat mbak Reni bekerja.

Ia memutuskan untuk menunggu mbak Reni di luar Gedung sembari memantau area sekitar, siapa tau ada sesuatu yang bisa dijadikan informasi. Ia berharap bahwa mbak Reni akan muncul dari balik pintu belakang Gedung tersebut, sehingga ia bisa mencari informasi mengenai pak Basuki.

Cukup lama Gio menunggu, hingga rasa bosan hampir membuatnya beranjak dari tempat ia menunggu. Namun, penantiannya ternyata tidak sia-sia. Sore hari, dimana waktunya orang-orang pulang kantor, didapatinya mbak Reni yang dengan susah payah membawa tumpukan sampah melalui pintu belakang, persis seperti apa yang ia kerjakan sewaktu memergoki Gio.



“Sore mbak… mau aku bantuin?” sapa Gio ketika mbak Reni baru keluar dari balik pintunya.

Mbak Reni pun terkejut, “eh… ngapain lagi kamu ke sini? Mau maling lagi?” ucap mbak Reni judes sembari masih melakukan aktivitasnya.

Gio pun membantu mbak Reni mengangkat sampah dan membuangnya ke bak sampah, “tau aja mbak Reni. Coba di cek hpnya ada apa enggak?” ucap Gio sembari mengangkat tangannya yang membawa sebuah hp.

Sontak ucapan Gio tersebut membuat mbak Reni kaget dan langsung mengecek kantok celananya, “ooo… selain maling ternyata kamu juga copet ya. Cepet balikin atau aku teriak.”

“ehhh… iya-iya… kenapa pake ngancem-ngancem teriak sih.” Gio mengulurkan tangannya hendak mengembalikan hp dari mbak Reni, tetapi sesaat sebelum tangan mbak Reni berhasil merahi hpnya, Gio menarik Kembali tangannya, “tapi ada syaratnya…”

“apasih pake syarat-syarat segala, udah sini cepetan, aku masih harus kerja lagi ini.” mbak Reni masih sewot.

“setelah ini, aku mau ngobrol sesuatu sama mbak.”

“mau ngobrol apa sih… udah sini.” Mbak Reni berhasil merampas hpnya Kembali dari tangan Gio.

“pokoknya aku tunggu ya…”

“terserah.” Ucap mbak Reni sembari berlalu Kembali masuk ke dalam Gedung meninggalkan Gio sendirian.



Mbak Reni seperti keheranan dengan tingkah laku bocah itu. Entahlah, meskipun dalam dua kali pertemuannya tersebut sering kali membuatnya kesal, namun ia juga seperti mendapatkan ‘hiburan’ tersendiri ketika bertemu dengan bocah itu. Ia juga sebenarnya penasaran dengan anak itu, seolah-olah anak tersebut sedang melakukan sesuatu, tetapi ia tidak begitu peduli dengan apa yang sedang dilakukan oleh anak itu, toh juga tidak mengganggu hidupnya juga.

Gio merasa puas setelah bisa bertemu dengan mbak Reni dan kini ia tinggal menunggu mbak Reni menyelesaikan pekerjaannya. Sembari menunggu, ia mengamati lingkungan sekitar dan dari situ ia tidak melihat kejanggalan. Ia memutuskan untuk berpindah tempat menuju ke depan Gedung, mungkin saja ia bisa melihat mobil dari pak Basuki di situ. Sayangnya ia tidak mendapati mobil pak Basuki, toh sebenarnya juga ada mobilnya pun ia tidak hapal nomor polisinya.



Tak berselang lama dari Gio berpindah tempat, mbak Reni menampakkan hidungnya dengan jaket yang membalut tubuhnya dan tas yang digendongnya, “mau pulang, Mbak?” sapa Gio.

Mbak Reni pun mengacuhkan Gio dan tetap melangkahkan kakinya menjauh, “eh mbakkk… kan janjinya mau ngobrol dulu…” ucap Gio sembari setengah berlari mengejar mbak Reni.

Mbak Reni menghentikan langkahnya, “mau ngobrolin apasih?!” gerutunya.

“udah ayok, cari tempat yang aman gitu.”

“cari tempat aman, cari tempat aman. Otakmu noh mesum.” Cibirnya.

“buset deh, bunuh aku mbak kalo aku berani mesumin mbak.” Protesku.



Akhirnya mbak Reni menuruti permintaan Gio. Mereka menuju ke tempat di belakang Gedung tersebut yang terbilang sepi namun masih memiliki pencahayaan yang cukup. Meskipun mbak Reni cukup was-was dengan anak muda tersebut, di sisi lain ia juga penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh bocah itu, sehingga harapannya dia bisa sedikit tau tentang bocah tersebut.



“mau ngobrolin apa?! Cepetan, waktuku nggak banyak.” Keluh mbak Reni sesampainya mereka di tempat tersebut.

“ishhh… bentar dulu napa, buru-buru amat.” Protes Gio.

“yee… pergi nih kalo kelamaan.” Ucap mbak Reni sembari Bersiap untuk pergi.

Gio menahan tangan mbak Reni agar ia tidak beranjak dari posisinya, “etsss… iya-iya. Jadi Gini, mbak kan kerja di situ, mbak tau yang Namanya pak Basuki?” tanyaku langsung to the point.

Mbak Reni memicingkan matanya, “apa urusanmu nanya-nanya tentang pak Basuki?” tanyanya menyelidik.

“katanya kan pak Basuki itu influencer ya. Bisa minta tolong buat promisiin produk temenku gak si mbak?”

“trus urusannya sama aku apa?”

“yeee… kan maksudnya tolongin gitu biar bisa ketemu pak Basuki buat ngelobi beliau.”

“ketemu mah tinggal masuk aja, ribet banget sih.” Cibir mbak Reni.

“ya kan maksudnya pake bantuan orang dalam gitu.” Jawab Gio sembari nyengir.

“dah lah, terserah kamu. Aku mau pulang.” Ucap mbak Reni sembari beranjak dari posisi duduknya.

“mbak, plis bantu aku sama temenku kali ini, dia lagi usaha buat bantuin orangtuanya yang usahanya kolabs, utang dimana-mana, kasian dia mbak, sekarang juga bapaknya lagi sakit keras, jadi mau gak mau dia dan ibunya yang usaha.” Ucap Gio dengan nada memelas.



Ternyata cerita karangan Gio tersebut cukup memberikan efek kepada mbak Reni yang cukup trenyuh denga napa yang Gio ucapkan. Mbak Reni sepertinya mulai mempertimbangkan untuk membantu Gio. Sementara Gio yang melihat gesture tubuh dari mbak Reni seperti mendapatkan angin segar. Usahanya sepertinya akan membuahkan hasil. Selanjutnya tinggal ia Menyusun rencana berikutnya.

Di satu sisi sebenarnya mbak Reni juga bingung bagaimana ia bisa melobi bosnya untuk mau mempromosikan produk dari Gio. Di sisi lainnya ia juga merasa kasihan setelah mendengarkan cerita dari Gio, terlebih lagi menyangkut masalah keluarga. Mbak Reni juga merasa salut dengan Gio yang mau membantu temannya ketika berada dalam kondisi sulit seperti itu, tanpa ia tau bahwa cerita Gio sebenarnya hanyalah karangan Gio semata untuk mendapatkan apa yang ia mau.




Lanjut ke PART 8 : THE TURNING POINT
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd