Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG REBIRTH OF SHADOW: CIRCLE OF MILF

PART 9

Make Her Fly






Kondisi Kembali berjalan normal. Ibu-ibu dan bapak-bapak pun Kembali pada aktivitas mereka masing-masing. Sementara itu, bu Hajah lebih memilih untuk duduk Bersama dengan bu Dewi yang saat itu sedang makan cemilan sembari melihat aktivitas para wisatawan. Bu Hajah dan bu Dewi Nampak akrab satu sama lain, dikarenakan memang bu Dewi sendiri sering mengikuti pengajian rutin yang di dalamnya bu Hajah sering menjadi ustadzah-nya.



“anak ibu itu benar-benar tanggap ya bu, kepekaannya tinggi.” Ucap bu Hajah di sela-sela obrolan mereka.

“syukurlah bu kalau memang anak saya demikian. Sebagai ibu saya ikut bangga.” Jawab bu Dewi sembari tersenyum.

“ibu beruntung punya anak seperti Gio. Tidak seperti anak saya…” bu Hajah tidak melanjutkan ucapannya.

“masing-masing anak punya kelebihan dan kekurangan masing-masing kok bu. Jadi ya jangan selalu melihat dari satu sisi saja.” Ucap bu Dewi masih dengan senyumannya.

“astagfirullah… maaf bu. Saya jadi kebawa ngomongin anak saya.”

“tidak apa bu. Manusia memang tempatnya khilaf. Ngomong-ngomong pak haji kemana bu? Kok tidak ikut.”

“beliau lagi ada acara di luar kota. Biasa, ngisi ceramah.” Jawab bu Hajah.



Obrolan antara bu Dewi dan bu Hajah masih terus berlanjut. Sementara itu, tak jauh dari mereka berdua, Gio sedang menikmati pemandangan alam yang disuguhkan oleh tempat wisata tersebut. Pemandangan yang asri dengan riuh suara air yang jatuh dari ketinggian dan kegembiraan orang-orang yang sedang berwisata menambah rasa ramai di tempat tersebut.

Gio terkadang iri dengan mereka yang bisa menghabiskan waktu dengan tertawa Bersama, seolah tidak ada beban di kepala mereka. Gio sendiri sampai lupa kapan terakhir kali dirinya bisa selepas itu dalam menikmati hidup. Rasanya selama ini hidupnya hanya dihabiskan dengan kecemasan dan rasa tidak tenang, meskipun selama ini ia selalu bergelimang harta.

Waktu terus berjalan, hingga malam hampir menyelimuti curug tersebut. Para rombongan pun Kembali digiring untuk memasuki bus yang akan membawa mereka ke rumah makan untuk makan malam. Bu Hajah Nampak masih tertatih-tatih dalam berjalan, ditambah lagi ia harus menaiki tangga untuk menuju ke parkiran bus. Untungnya saat itu ada Gio yang begitu perhatian kepadanya, sehingga ia bisa tenang dalam menaiki anak tangga tersebut.

Di rumah makan, suasana riuh para rombongan yang mengobrol dan bercanda gurau pun menghiasi pemandangan di sana. Sesekali Gio diajak bercanda oleh beberapa bapak-bapak dan ibu-ibu peserta tour. Selain itu juga beberapa pertanyaan-pertanyaan ringan dilontarkan kepada Gio. Seolah mereka ingin mengulik kehidupan Gio sebelum ini, terlebih lagi Gio diperkenalkan ibunya sebagai anaknya yang lama hidup Bersama neneknya. Setelah itu, mereka Kembali menaiki bus yang akan membawa mereka ke hotel, tempat dimana mereka menginap.

Sesampainya di hotel para rombongan di pasrahkan kunci hotel (cardlock) setelah melalui proses check-in yang dibantu oleh tour leader. Rombongan yang notabene kebanyakan adalah pasangan suami istri, maka mereka diplot Bersama dengan pasangan mereka masing-masing. Sementara Gio dan bu Dewi juga mendapatkan satu kamar, karena sesuai dengan plotting yang telah dilakukan.

Gio dan bu Dewi Kembali melangkahkan kaki mereka untuk masuk ke dalam kamar dengan tujuan untuk bersih-bersih diri dan beristirahat. Sesampainya di dalam kamar, Gio langsung merebahkan dirinya di atas Kasur king size tersebut. Bu Dewi Nampak sudah gerah dan risih dengan hijab yang sedari pagi ia kenakan. Bu Dewi pun melepas hijabnya di depan cermin yang terletak di depan pintu kamar mandi. Sementara Gio matanya focus melihat aktivitas yang sedang dilakukan oleh Gio tersebut.

Leher jenjang bu Dewi langsung Nampak sesaat setelah hijabnya ia lepas dari kepalanya. Sementara itu, ia masih mengenakan gamis Panjang yang dapat menutup auratnya dengan sempurna. Saat ingin membuka gamis panjangnya, ia tersadar bahwa sedari tadi ada sepasang mata yang focus melihat aktivitas yang sedang ia lakukan.

“hey… ngapain liat ibu sampai segitunya.” Ucap bu Dewi sembari menatap Gio dari pantulan cermin.

“eh… enggak kok bu…” elak Gio.

“sudah sana, kamu mandi dulu. Nggak baik badanmu masih kotor tapi udah naik ke Kasur.” Perintah bu Dewi.



Gio yang menjadi salah tingkah pun langsung mengamini perintah ibu angkatnya tersebut. Ia langsung menuju ke kamar mandi untuk melakukan ritual bersih dirinya. Ia mulai menghidupkan shower dan menggosok sekujur tubuhnya dengan sabun. Namun gosokan-gosokan tersebut bertahan lama saat tangannya menyentuh batang kejantanannya. Gosokan tersebut kini berubah menjadi kocokan yang ia lancarkan sendiri pada batang kontolnya itu.

Tanpa Gio sadari, area kamar mandi merupakan area kaca yang tidak transparan, tetapi sedikit banyak mampu menggambarkan aktivitas apa yang sedang dilakukan oleh orang yang berada di dalam. Bu Dewi sendiri, sedari tadi masih belum beranjak dari tempat ia berdiri untuk melepas hijabnya. Dari pantulan cermin terlihat bahwa tangan Gio sedari tadi bermain-main di area selangkangannya.



“dasar anak muda, hasratnya memang lagi tinggi-tingginya.” Bisik bu Dewi dalam hati sembari menggelengkan kepala.



Gio menghentikan aktivitas onaninya saat ia menyadari bahwa telah menghabiskan banyak waktu di kamar mandi. Sementara itu, batang kontolnya tak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan orgasme. Akhirnya ia membilas tubuhnya dan melanjutkan prosesi mandinya. Ia juga teringat tentang janjinya terhadap bu Hajah untuk mengurut kakinya malam ini. siapa tau kesempatan itu bisa ia manfaatkan, pikirnya sembari membayangkan hal yang tidak-tidak.



“sudah nak? Lama ya mandinya.” Ucap bu Dewi sembari tersenyum ketika Gio keluar dari pintu kamar mandi.

“eh… udah bu, maaf kalo lama, air angetnya enak soalnya.” Jawab Gio sembari menundukkan muka dan berlalu untuk berganti pakaian.



Bu Dewi hanya bisa geleng-geleng kepala dan tersenyum melihat tingkah anaknya tersebut. Kali ini giliran bu Dewi yang masuk ke dalam kamar mandi. Ia mulai melepas gamis yang sedari tadi ia kenakan. Ia urung melepas gamisnya tadi di luar dan hanya membuka resleting di bagian belakangnya saja. Langsung saja ia melucuti underwear-nya satu demi satu.

Bu Dewi nampak terlihat kagum dengan badannya sendiri saat ia tak sengaja melihat bayangan dirinya pada pantulan cermin yang berada di dalam kamar mandi. Bagaimana tidak, di usianya yang sudah berkepala empat tersebut tubuhnya masih sangat kencang, meskipun perutnya tidak rata, tetapi area dada dan bokongnya benar-benar kencang dan sintal layaknya seorang gadis.

Gio yang kini merebahkan diri di Kasur pun sedikit menoleh ke arah sumber suara ketika bu Dewi mulai menyalakan shower-nya. Dari situ tergambar bagaimana lekukan tubuh bu Dewi, meskipun tidak secara jelas. Kondisi tersebut membuat kontol Gio Kembali terangsang. Pemandangan indah tersebut tidak disia-siakan olehnya. Matanya terus focus melihat setiap gerak-gerik yang sedang dilakukan oleh ibunya dari balik dinding kaca tersebut.

Baru menikmati pemandangan tersebut, ingatannya Kembali kepada aktivitas yang ia lakukan ketika mandi tadi, dimana ia sempat mengocok kontolnya sendiri selama beberapa waktu. Jika ia bisa samar-samar melihat bu Dewi yang berada di kamar mandi, berarti tadi bu Dewi juga bisa melihatnya ketika sedang onani. Pikirannya tersebut membuat dirinya termenung sebentar.

Hingga tak terasa bu Dewi telah menyelesaikan ritual mandinya. Bu Dewi Nampak telah berganti pakaian dengan pakaian yang lebih santai. Langsung ia menuju ke Kasur, tempat dimana Gio berada. Sementara Gio menjadi salah tingkah setelah ia menyadari kejadian tadi. Bu Dewi Nampak mengecek hpnya sembari menutup tubuhnya dengan selimut tebal.



“Nak, ini bu Hajah nanyain, katanya tadi kamu janji mau ngurut kaki beliau.” Ucap bu Dewi sembari matanya masih focus menatap ponsel genggamnya.

“eh… iya bu…” ucap Gio sembari bangun dari posisi rebahannya.

“kamu kenapa jadi gugup gitu sih?” tanya bu Dewi sembari mengalihkan pandangannya ke arah Gio.

“gapapa kok bu. Aku ke kamar bu Hajah dulu.” Jawab Gio sembari melangkahkan kaki menuju ke luar kamar.

“kamarnya nomor 417.” Ucap bu Dewi dengan setengah berteriak.



Gio langsung menju ke kamar bu Hajah, mengingat waktu yang semakin malam. Ia harus menuruni satu lantai terlebih dahulu untuk dapat sampai di kamar bu Hajah, karena kamarnya sendiri terletak di lantai 5, sementara bu hajah di lantai 4. Saat ia sampai di lantai 4, tak sengaja ia berpapasan dengan ibu-ibu lain dari lantai yang sama dengan bu Hajah dan menyapa Gio. Gio yang tidak mengenalinya pun hanya tersenyum ramah.



*tok… tok… tok…* Gio mengetuk pintu kamar bu Hajah.

Tak berselang lama, bu Hajah membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan Gio untuk masuk, “maaf ya nak. Ibu jadi merepotkan kamu.” Ucap bu Hajah sembari berjalan dengan tertatih menuju ke kasurnya.

“tidak merepotkan kok, bu. Gio senang bisa membantu ibu.” Jawab Gio sembari berjalan di belakang bu Hajah.



Terlihat bahwa bu Hajah telah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih santai. Ia menggunakan daster terusan Panjang sampai ke mata kakinya dan tak lupa juga ia menggunakan hijabnya sebagai bentuk kalau dirinya adalah seorang ustadzah. Sempat terpikirkan olehnya tentang ia yang mengundang seorang laki-laki untuk masuk ke dalam kamarnya. Namun segala bentuk pikiran kotor segera ia tepis lantaran ia tak mau berburuk sangka terhadap orang.

Gio langsung meminta bu Hajah untuk memposisikan dirinya di atas ranjang. Sementara Gio memposisikan dirinya di samping bu Hajah. Tak lupa bu hajah memberikan body lotion kepada Gio untuk membantunya dalam mengurut, lantaran ia tak membawa obat urut.



“maaf, bu. Dasternya saya angkat sedikit tidak apa?” tanya Gio dengan sopan kepada bu Hajah yang telah telungkup diatas ranjang.

“iya, nak. Silahkan.” Jawab bu hajah.



Tak mau menunggu lebih lama, langsung saja Gio menarik gamis bu hajah hingga betisnya. Dengan telaten, ia mulai mengoles area pergelangan kaki bu Hajah dengan body lotion itu. Setelahnya ia mulai mengurutnya dengan perlahan dan penuh kelembutan. Tetapi nampaknya itu masih terasa sakit untuk bu hajah, hingga bu hajah sedikit terpekik dan meminta Gio untuk lebih pelan-pelan.

Gio menuruti permintaan dari bu Hajah tersebut dan mulai mengurut dengan pelan. Bu Hajah sendiri Nampak menikmati urutan yang dilakukan oleh anak muda tampan tersebut. Hingga Gio izin untuk memijat area betisnya, karena dirasa urutannya di area pergelangan kaki sudah cukup. Bu Hajah pun mengamini permintaan Gio tersebut, karena juga ia merasa pegal-pegal setelah dari curug tadi.

Gio mulai memijit betis bu hajah dengan sangat lembut dan perlahan. ia Nampak sedikit takjub dengan kondisi betis bu Hajah yang sangat mulus dan berwarna putih. Ia jadi membayangkan bagaimana kondisi area selangkangan bu Hajah jika betisnya saja seindah ini. pijatannya kini perlahan mulai naik ke area paha dari bu Hajah setelah ia sedikit menyingkap daster bu Hajah hingga pangkal pahanya, namun kali ini ia tidak meminta persetujuan kepadanya.

Bu Hajah Nampak terlelap dalam tidurnya saat tangan Gio mulai menyentuh pahanya. Tangan Gio yang semula masih memijat, kini mulai mengelus-elus paha bu Hajah. Di elusnya paha bu Hajah dari mulai area lutut hingga pangkal pahanya. Bu Hajah Nampak tidak menyadari apa yang sedang dilakukan oleh anak muda tersebut kepadanya, karena ia sendiri terlelap dalam tidurnya. Efek dari kelelahan dan kenikmatan dari Gio yang bercampur menjadi satu menambah rasa kantuknya.

Melihat bu Hajah tidak bereaksi dengan apa yang telah ia lakukan, membuat Gio menjadi semakin berani. Perlahan kini ia mulai menyentuhkan jarinya di area intim bu Hajah saat tangannya memijat hingga pangkal paha bu Hajah. Beberapa kali ia melakukan cara tersebut dan sepertinya hal tersebut membawa bu Hajah ke alam mimpi basahnya. Merasa kurang, Gio pun berpindah posisi dengan mengangkangi paha bu Hajah sembari meminta izin kepada bu Hajah untuk memijat bokongnya karena tadi ia jatuh terduduk.



“bu, izin untuk pantatnya sekalian ya. Tadi ibu kan jatunya panta ibu duluan.” Ucap Gio masih berusaha ramah.”

“iyahh…” jawab bu Hajah dengan suara lirih seperti orang mengigau.



Gio mulai menindih paha bu Hajah dan mendaratkan tangannya di pantat semok milik bu Hajah. Sama seperti tadi, semula ia memijit patat tersebut dengan lembut hingga perlahan berubah menjadi remasan-remasan lembut. Sesekali ia menyelipkan jarinya ke belahan bokong dari balik daster dan celana dalam yang masih dikenakan bu Hajah.

Merasa tidak mendapatkan penolakan jari jemari Gio Kembali menarik daster bu Hajah hingga pinggang dan beraksi dengan menggesek-gesekkan jarinya dari mulai belahan pantat hingga sampai pada memek bu Hajah. Bu Hajah pun mendesah pelan saat aksi Gio tersebut berjalan, namun masih dalam kondisi tertidur. Sepertinya bu Hajah sedang bermimpi dibelai oleh suaminya sendiri.

Perlahan namun pasti, celana dalam yang dikenakan oleh bu Hajah mulai lembab oleh cairan pelumas yang keluar dari memeknya tersebut. Merasa kurang seru dengan permainan ini, Gio memiliki sebuah ide untuk melihat reaksi bu Hajah. Segera ia merapikan Kembali daster bu Hajah dan mencoba untuk membangunkan beliau.



“bu, maaf saya sudah selesai. Ibu coba jalan dulu, sudah enakan atau belum.” Ucap Gio sembari berdiri membungkung di samping ranjang bu Hajah.

“ahhh… iya…” jawab bu Hajah sembari mulai membuka matanya, sepertinya mimpi indahnya menjadi kentang ketika Gio mulai membangunkan dirinya.

“oh sudah selesai ya. Coba ibu buat jalan.” lanjut bu hajah ketika kesadarannya sudah pulih Kembali.



Awalnya Bu Hajah menggoyang-goyangkan engkelnya dan merasa sudah enakan. Dan kini ia mencoba untuk berjalan dengan ditonton Gio. Nampak raut muka Bahagia terpancar dari wajah bu Hajah ketika dirasa kakinya telah sembuh.



“sudah nak. Sudah pulih. Terimakasih.” Ucap bu Hajah sumringah.

Bu hajah pun melangkahkan kakinya ke arah meja tempat ia meletakkan tasnya. Ia Nampak mengambil dompetnya dan mengeluarkan uang pecahan seratus ribu, “ini nak, besok buat jajan.” Ucap bu Hajah dengan sumringah sembari memberi Gio uang tersebut.

“ehh… saya tidak butuh uang ini, bu. Kalo boleh saya Cuma mau gantian dipijit sama ibu, soalnya badan saya juga pegal-pegal. Apa boleh?” Ucap Gio langsung to the point.

“hmmm… begitu ya… oke tidak papa kalo gitu, sana naik ke Kasur.” Pinta bu Hajah.



Dengan semangat Gio langsung merebahkan dirinya di atas Kasur. Namun, ia tidak tidur telungkup, melainkan malah menelentangkan tubuhnya. Bu Hajah pun seperti tidak menyadari bahwa ada yang aneh dengan anak tersebut dan mulai menyiapkan body lotion yang tadi digunakan juga oleh Gio.

Perlahan bu Hajah mulai memijat betis Gio dengan telaten, mulai dari sebelah kanan dan berpindah ke sebelah kiri. Hingga bu Hajah mulai memijat area paha dari Gio dan dengan kondisi tersebut, Gio dapat dengan jelas melihat wajah ayu dari bu Hajah yang sepertinya memiliki darah timur Tengah. Sayangnya pakaian yang digunakan bu Hajah menutupi lekuk tubuhnya, sehingga Gio tak dapat melihat dengan jelas dua bukit kembar milik bu Hajah yang bergoyang seiring dengan ritme pijatan bu Hajah.

Tanpa disengaja ternyata bu Hajah melihat tonjolan besar dari balik celana Gio yang ketat tersebut. Rasa-rasanya ia jadi merindukan batang kejantanan dari suaminya yang juga tak kalah besar karena suaminya keturunan timur Tengah, namun sayangnya ia telah lama tidak mendapatkan nafkah batin tersebut. Terlebih lagi semenjak malam pertamanya, ia tidak pernah merasakan kepuasan tatkala melayani suaminya tersebut. Meskipun besar ternyata bukan menjadi jaminan bahwa pria tersebut kuat, pikirnya.



“bu… apa boleh saya lepas celana saja, supaya ibu lebih gampang mijitnya.” Pinta Gio.

“eh… tapii…” jawab bu Hajah ragu.

“tak apa bu, supaya ibu lebih gampang saja mijitnya.”



Merasa taka da penolakan dari bu Hajah, Gio langsung meloroti celananya dan menyisakan celana dalamnya saja di area bawah. Pemandangan batang kontol jumbo milik Gio pun langsung tersaji di depan mata bu Hajah. Matanya langsung focus menatap batang tersebut. Sementara Gio Nampak kesenangan karena rencananya berjalan lancar. Ia berusaha membayangkan hal-hal kotor untuk memancing kontolnya agar lebih ngaceng.



“adtagfirullah… ituu… kok keluarr…” ucap bu Hajah sembari menutup mulutnya ketika kepala kontol Gio mulai menerobos sempaknya yang tak mampu menampung.

“ehhh… maaf bu… saya juga tidak tau kenapa bisa seperti ini.” jawab Gio mengelak dan berpura-pura berusaha menutupi kontolnya.

“apa boleh yang ini juga di dipijit bu? Soalnya ikutan nyeri” pinta Gio yang semakin berani sembari menunjukkan batang kejantanannya.

“tidak boleh nak, itu dosa.” Jawab bu Hajah, namun matanya masih memandangi kontol dari Gio.

“kok dosa sih bu? Berarti tadi saya pijit ibu juga dosa dong?”

“eh… bukan gitu, kalau tadi kan darurat.”

“ini juga darurat bu, kalau ini masih nyeri seperti ini, kepala saya jadi ikut pusing. Gimana kalau tiba-tiba saya pingsan di kamar ibu? Kan tambah repot bu.” Jawab Gio sembari terus merayu bu Hajah.



Bu Hajah Nampak berpikir sejenak, berusaha berpikir jernih dalam menanggapi Gio. Namun, sepertinya otaknya tidak bisa diajak berkompromi, ia seakan tak punya alasan untuk bisa menolak permintaan Gio tersebut.

“yasudah, ibu pijitin, tapi jangan bilang siapa-siapa ya…” ucap bu Hajah.

Hati Gio bersorak, “iya bu. Tenang aja.” Jawab Gio sembari melorotkan celana dalamnya.



Segera bu Hajah mendaratkan tangannya di kontol Gio. Rasa deg-degan dan gemetar Nampak terlihat dari wajahnya. Hal tersebut lumrah terjadi lantaran seumur hidupnya, ia tak pernah memegang kontol lain selain kepunyaan dari suaminya. Ia Nampak tak kuasa melihat batang kontol jumbo milik Gio tersebut dan memlih untuk memalingkan wajahnya. Sementara kedua tangannya menggenggam kontol tersebut yang meskipun di gengang dua tangan, kepalanya masih nongol dari telapak tangannya.



“bu, kok Cuma digengam. Dinaik turunkan itu lo bu.” Pinta Gio memberikan instruksi kepada bu Hajah.

Bu Hajah tak menghiraukan ucapan Gio, tetapi kini tangannya mulai melaksanakan tugasnya untuk mengocok tangan Gio. Namun, ternyata kontol tersebut belum tegang maksimal, hingga tak terasa kontol tersebut bertambah Panjang dan besar.

“ehhh… kok…” ucap bu Hajah tertahan yang seolah tak percaya bahwa tadi bukan merupakan ukuran maksimal dari kontol itu. Kini ia beranikan diri untuk menatap batang kontol tersebut.



Gio yang melihat rekasi dari bu Hajah semakin merasa dirinya di atas angin. Meskipun kocokan yang diberikan bu Hajah masih belum dirasakan nikmatnya. Namun, dengan pasti kocokan bu Hajah menjadi lebih nikmat. Sementara itu, bu Hajah masih berusaha untuk terus berpikir jernih bahwa ini merupakan Tindakan yang tidak seharusnya dilakukan oleh dirinya dan Gio, sehingga sebisa mungkin ia tidak menikmati permainan ini.

Perasaannya terus bergejolak seiring dengan irama kedua tangannya yang tak berhenti mengocok kontol Gio. Keringat pun mulai membasahi hijab dan wajahnya seakan dinginnya ruangan karena ac tak berasa. Hampir 15 menit ia berkutat dengan kontol itu, tetapi Gio tak menunjukkan reaksi bahwa ia akan segera sampai.



“sudah belum nak? Ibu capek.” Rintih bu Hajah yang tangannya mulai tak kuasa menandingi keperkasaan kontol Gio.

“belum bu…” jawab Gio dengan santai.

“terus ibu harus bagaimana, nak?” tanya bu Hajah yang seakan pasrah.

“gimana kalau ibu rebahan saja, trus gantian kaki ibu yang di situ?”

“ha? Emang bisa nak? Kaki ibu kasar.”

“bisa bu, nanti dikasih lotion itu.”



Bu hajah tak kuasa menahan permintaan dari Gio tersebut dan mulai merebahkan dirinya di samping Gio. Sementara itu, Gio meminta bu Hajah untuk lebih merapatkan dirinya ke arah Gio dan mulai membimbing kaki bu Hajah untuk diarahkan ke kontolnya. Bu Hajah terlihat kikuk dengan keadaan tersebut, karena seumur-umur baru kali ini ia mengocok kontol dengan kakinya. Bu Hajah masih belum bisa rileks dan masih kaku dalam menggerakkan kakinya tersebut, lantaran sangat susah bagi dirinya untuk mengendalikan kakinya tersebut.



“bu, boleh nggak Gio pegang tetek bu Hajah?” tanya Gio.

“eh… mau ngapain, jangan mulai kurang ajar ya kamu!” Jawab bu Hajah yang tersentak akibat ucapan dari Gio tersebut.

“bu Hajah mau cepat selesai apa enggak, kalau enggak ya terserah.” Ucap Gio mengancam.



Bu Hajah pun berpikir sejenak, berusaha mempertimbangkan keputusan yang akan ia ambil. Jika dia menuruti permintaan Gio, maka kemungkinan akan susah Kembali mengontrol nafsunya. Tetapi jika tidak, maka Gio tidak akan keluar-keluar dari kamarnya. Akhirnya ia membiarkan Gio untuk menggerayangi toket montoknya tersebut, dengan syarat “hanya boleh pegang.”

Mendapatkan lampu hijau, segera Gio mendaratkan tangannya di toket Gio. Toket yang tadi sore hanya berhasil sedikit ia sentuh. Mulai ia meremasi toket bu Hajah dengan lembut. Sementara itu, bu Hajah hanya bisa memejamkan matanya. Kakinya sendiri masih sibuk berusaha mengatur ritme dalam mengocok kontol Gio. Hingga tanpa disadari, remasan-remasan tersebut kini berubah menjadi pelintiran-pelintiran kecil pada puting dari balik daster dan bra bu Hajah.

Bu hajah sendiri masih memejamkan matanya sembari menggigit bibir bawahnya sendiri, berusaha untuk menahan gejolak birahi yang mulai menyerang syarafnya. Suara desahan-desahan halus juga mulai keluar dari mulut bu Hajah akibat dari permainan yang dilakukan oleh Gio tersebut. Aksi Gio menjadi lebih berani ketika kini ia tak lagi mempedulikan kocokan yang dilakukan oleh kaki bu Hajah dan mulai menyosor toket montok bu Hajah. Di mainkannya toket tersebut menggunakan mulutnya dari balik pakaian lengkap yang masih dikenakan bu Hajah.



“Gioohhh… jangannhh….” Desah bu Hajah ketika Gio mulai mendaratkan bibirnya di toket bu Hajah sembari memberikan penolakan-penolakan kecil dengan tangannya.



Bukannya berhenti Gio malah semakin menjadi jadi, kini ia menyosor mulut bu Hajah yang sedari tadi mengeluarkan desahan-desahan halus. Dilumatnya mulut mungil tersebut yang membuat bu Hajah tak berkutik lantaran masih memejamkan matanya, sementara tiba-tiba mulutnya tersumpal oleh mulut Gio. Sementara itu, tangan Gio masih aktif bermain di area toket milik bu Hajah. Bu Hajah sendiri berusaha untuk mendorong tubuh Gio agar menjauh dari tubuhnya, namun usahanya tersebut sia-sia, lantaran tenaga Gio lebih besar dari tenaganya.

Cumbuan Gio kini beralih menuju ke leher milik bu Hajah, dengan menyingkapkan hijabnya sedikit. Jilatan demi jilatan, kecupan demi kecupan dilontarkan Gio dan sedikit berhasil membuat bu Hajah melayang hingga lupa daratan. Sementara itu, dorongan yang dilakukan oleh bu Hajah masih dilakukan, setengah pikiran dan jiwanya masih tak menghendekai kejadian tersebut terjadi.



“sudah bu, nikmati saja, toh ibu tidak pernah tau apa suami ibu tidak bermain di belakang bu Hajah.” bisik Gio berusaha memancing bu Hajah untuk terus larut dalam permainannya. Sementara cumbuannya masih terus berlangsung di leher bu Hajah.

“uhhh… tidakk… sudah Giohh… ini dosa…” ucap bu Hajah.

“tak apa bu, kita nikmati malam ini berdua, saya janji akan buat ibu lupa sama suami ibu.”

“tidakk… saya mohonn…”



Permohonan dari bu Hajah tersebut sia-sia, nafus Gio telah berada di ubun-ubun dan ia tidak memperdulikan ucapan dari bu Hajah dan masih terus mencumbunya. Gio Kembali menurunkan kepalanya menyusuri tubuh bu hajah. Disobeknya daster yang dikenakan bu Hajah dengan mudah, hingga terpampang bukit kembar milik bu Hajah yang terbalut dengan bra berwarna cream. Diremasnya toket jumbo milik bu Hajah tersebut dengan gemas.

Bu Hajah mulai pasrah dengan aksi yang dilakukan oleh Gio. Air matanya perlahan mulai menetes karena merasa bersalah dengan suaminya. Hatinya terus-terusan meminta ampun kepada Yang Maha Kuasa dan juga kepada suaminya, karena terjebak dalam permainan ini. ia tak menyangka bahwa malam ini ada seorang anak muda yang sedang menindih tubuhnya dan berusaha untuk menggaulinya.

Gio kini melorotkan bra milik bu hajah tersebut hingga terpampang toket montok yang menggantung layaknya buah papaya. Dijilatinya areola yang berwanra coklat gelap tersebut dan disedotnya putingnya secara bergantian satu sama lain. Tangan dan mulutnya seakan bergantian memainkan perannya masing-masing dalam menjamah toket papaya milik bu Hajah tersebut.

Bersama dengan air mata yang menetes, bu Hajah tak kuasa menahan gejolak birahi yang sedari tadi ia tahan. Desahan demi desahan mulai keluar dari mulut mungilnya seiring dengan mulut Gio yang mengenyot toketnya. Pikirannya menjadi kacau karena birahinya mulai menguasai dirinya. Secara juga dia sudah lama tidak disentuh oleh suaminya, sehingga belaian-belain lembut seperti ini sangant dirindukannya.

Gio melanjutkan aksinya dengan menuju ke area selangkangan bu Hajah. Diteruskannya robekan daster tersebut hingga kini terpampang cd yang berwarna senada dengan bra milik bu Hajah. Gio Nampak tersenyum girang tatkala melihat cd bu Hajah sudah mulai basah oleh lendir kenikmatannya sendiri.

Dijilatnya memek bu Hajah dari balik CD-nya dengan sangat buas. Dan langsung disambut dengan rintihan dan desahan dari mulut bu Hajah yang mulai runtuh pertahanan dirinya. Bersama dengan itu, diselipkannya jari Gio melalui cela-cela celana dalam bu Hajah untuk menembus rimbunnya bulu kemaluan bu Hajah. Reaksi bu hajah pun sedikit menggelinjang ketika jari Gio berhasil menyentuh area paling sensitive miliknya itu.

Dilorotkannya CD milik bu Hajah hingga ke pahanya, hingga terpampang hutan rimbun yang menyelimuti goa peranakan milik bu Hajah. Ditusukkannya jari Tengah Gio ke dalam lubang peranakan milik bu Hajah tersebut dan sukses membuat bu Hajah terpekik dan kelonjotan. Mulai dimainkannya tangan Gio di area tersebut dan membuat lubang tersebut semakin basah oleh lendir kenikmatan.

Setelah cukup puas, Gio mendaratkan lidahnya di area kewanitaan bu Hajah tersebut. Di mainkannya labia mayora dan juga klitoris milik bu Hajah dengan lidah Gio. Bu Hajah sendiri mulai larut dalam permainan yang dilakukan oleh Gio dan membiarkan nafsu menguasai dirinya.



“ahhhh… hentikan… uhhh… cukuppp….” Seakan mulut dan perbuatan dari bu Hajah sudah tidak sinkron, karena meskipun bibirnya berkata demikian, nyatanya kakinya malah membekap kepala Gio untuk tidak terlepas dari area kewanitaan miliknya.



Gio menjadi semakin bersemangat menjilati memek bu Hajah ketika melihat reaksi dari bu Hajah yang demikian. Kembali dijilati dan digigitnya area kewanitaan bu Hajah. Sementara rancauan demi rancauan terus keluar dari mulut bu Hajah. Tangannya meremas kuat-kuat sprei Kasur hotel tersebut. Hingga tak berselang lama kemudian terasa memeknya berkedut dan disusul dengan semburan cairan hangat yang keluar dari memek bu Hajah. Nafas bu Hajah terengah-engah dan kondisi bajunya sudah benar-benar berantakan, kini hanya menyisakan hijabnya saja yang menutupi kepalanya.



“gimana bu Hajah?” ucap Gio sembari membersihkan mulutnya yang terkena semburan lahar milik bu Hajah.

“sudah… tolong… saya sudah tua dan bersuami.” Jawab lirih bu Hajah sembari mengatur ritme nafasnya.

“tapi memek bu Hajah masih legit, ingin segera aku tusuk pake kontolku ini.” ucap Gio memancing.

“astagfirullah… jangan nak… ibu mohon… itu dosa nak, tidak boleh dilakukan.”

“kita tetap harus melakukannya bu, ibu sudah saya bikin enak, masa saya kentang.” Jawab Gio.



Segera Gio memposisikan diri untuk menggagahi bu Hajah. Celana dalam bu Hajah yang masih menggantung di pahanya pun berhasil diloloskan Gio. Dibukanya lebar kedua kaki bu Hajah tersebut dan langsung memposisikan diri di depan selangkangan bu Hajah. Kepala kontolnya digesekkan di bibir vagina dari bu Hajah tersebut dan sukses membuat bu hajah memejamkan mata dan kembali menggigit bibir bawahnya sendiri.



“tolongghhh… jangann…”

Gio tidak menjawab dan malah mulai menusukkan kepala kontolnya di memek bu Hajah, “ohhh… sakittt….”pekik bu Hajah tatkala kepala kontol tersebut berhasil menyeruak masuk ke dalam lubang peranakan miliknya.

Gio yang melihat pemandangan tersebut segera melumat bibir mungil milik bu Hajah dan menarik kontolnya Kembali. Sejurus kemudian, Kembali ia tusukkan kontolnya di memek bu Hajah. Kegiatan tersebut ia lakukan berulang-ulang hingga ¾ kontolnya bisa masuk ke dalam memek bu Hajah dan sukses menyentuh dinding rahimnya.



“auhhh… pelan-pelann… ohh…” bu Hajah mulai lupa jati dirinya yang seorang ustadzah ketika ia bisa mendapatkan kenikmatan dari kontol orang lain selain dari suaminya sendiri.

“enak nggak bu?” ucap Gio sembari terus memaju mundurkan pinggulnya untuk memompa memek bu Hajah.

“iyahhh… ohhh….”

“penuhhh…” bu hajah terus merancau seiring dengan sodokan demi sodokan yang dilakukan oleh Gio.

“ibu sudah lama tidak ngewe sama pak haji ya? Kok seret banget memeknya.” Ucap Gio yang mulai berbicara kotor.

“iyahhh… plis teruss… mau keluar lagihh…” ucap bu Hajah.

“iya bu keluarin, siram kontolku pake cairan orgasmemu, nanti giliran aku siram Rahim ibu pake pejuhku.” Jawab Gio sembari mempercepat genjotannya.



Tak berselang lama kemudian, memek bu Hajah Kembali berkedut dan disusul dengan semburan cairan hangat yang mengenai kontol Gio. Gio sengaja tidak melanjutkan genjotannya ketika bu Hajah orgasme dan malah sedikit menarik kontolnya, sehingga bu Hajah bisa menikmati orgasmenya. Dibiarkannya bu Hajah menikmati orgasmenya dengan kondisi kontolnya yang masih menancap di memek bu Hajah.

Setelah bu Hajah selesai dengan orgasmenya, Gio meminta bu Hajah untuk bangkit dan menuju ke arah jendela hotel. Bu Hajah yang sudah dikuasai oleh hawa nafsu pun mengikuti permintaan dari Gio. Dimintanya untuk menungging dengan kepala menghadap ke arah jendela hotel yang telah dibuka gordennya. Gio langsung memposisikan kontolnya untuk Kembali masuk ke dalam sarangnya.



“ahhh… iyahhh….” Lenguh bu Hajah ketika kontol itu Kembali menghunjami memeknya.

*plakkk…* Gio menampar pantat montok milik bu Hajah.

“dasar ustadzah binal. Maaf pak ustadz istrimu aku tunggangi.” Ucap Gio yang seolah memancing bu Hajah.

“iyahhh… maaff abii… punya Gio lebih dahsyatt….” Bu Hajah mulai terpancing omongan kasar Gio.

*plokkkk…. Plokkkk…. Plokkkk….*



Suara persetubuhan mereka semakin menggema menghiasi kamar hotel. Bu Hajah sudah semakin lupa akan daratan akibat dari kontol Gio yang tidak henti-hentinya mengobok-obok liang peranakan miliknya yang telah melahirkan tiga orang anak untuk suaminya tersebut. Kenikmatan yang selama ini ia rindukan Kembali hadir malam ini, tetapi bukan dari suaminya, tetapi melalui anak-anak yang baru menolongnya tadi sore.

Gio semakin liar menggenjot memek bu Hajah yang Nampak cepat menyesuaikan dengan ukuran kontolnya itu. Bersama dengan itu, ia tak membiarkan toket papaya milik bu Hajah yang menggantung bebas karena efek gravitasi. Diremasnya toket tersebut dan bu Hajah semakin liar mendesah.

Kedua tangan bu Hajah masih bertumpu pada kaca jendela, sementara kepalanya menunduk dan mulutnya merintih menikmati setiap sodokan yang diberikan oleh Gio. Hingga tiba-tiba Gio menarik tubuhnya dan memutarnya. Digendongnya tubuh bu Hajah dan disenderkan ke kaca jendela dengan posisi kontol Gio yang masih menancap di memeknya.

Kemudian Gio mulai menaik mempoma kontolnya Kembali. Bu hajah melingkarkan tangannya ke leher Gio karena kakinya tidak menapak ke tanah. Sementara itu, melihat dihadapannya ada toket montok milik bu Hajah tak disia-siakannya. Bersama dengan genjotannya, lidahnya mengulum pentil milik bu Hajah tersebut.



“ahhh… enakkk…. Terusss….”



Sensasi ini juga merupakan sensasi yang baru bagi bu Hajah. Tak pernah sebelumnya terbayangkan olehnya akan bermain segila ini. Gio semakin bersemangant menggenjoti memek bu Hajah, hingga akhirnya kontolnya mulai berkedut tanda akan sampai pada orgasmenya.



“ohhh… buu… aku keluarr…”

“sama, nakk… ibu jugaa….”

*serrr….*

*crottt… crottt… crottt….*



Mereka orgasme hampir di waktu yang bersamaan. Gio sukses menyiram Rahim bu Hajah dengan pejuh miliknya, sementara bu Hajah sampai pada orgasmenya yang kedua. Dibiarkannya kontol Gio yang masih menancap di memek bu Hajah sembari menggendong bu Hajah untuk menuju ke Kasur Kembali. Setelah merebahkan tubuh bu Hajah, barulah Gio mencabut kontol miliknya itu Bersama dengan lelehan cairan surgawi mereka berdua yang telah bercampur padu.

Lelehan sisa orgasme dari mereka berdua tersebut kemudian dijilat Kembali oleh Gio dari memek bu Hajah. Bu Hajah pun hanya bisa pasrah sembari mendesah tatkala mulut dan lidah Gio Kembali menyentuh memeknya. Kembali ia mencengkram sprei yang telah berantakan tersebut untuk menahan reaksi luar biasa akibat dari permainan lidah Gio.



“gimana bu Hajah? Masih mau lanjut?” Tanya Gio sembari tersenyum manis setelah menyelesaikan aktivitas jilmeknya.

Bu Hajah menggeleng, “capek.” Ucap bu Hajah sembari masih mengatur ritme nafasnya.



Kondisi bu hajah saat ini benar-benar sudah berantakan, dimana hijabnya sudah carut marut dan dasternya yang sobek terbelah, mirip seperti korban pemerkosaan. Meskipun demikian, Nampak wajah puas terpancar dari wajahnya lantaran bisa mendapatkan dua kali orgasmenya. Sementara Gio juga merasakan puas karena bisa menggauli sesosok orang yang selama ini dipandang alim di kompleksnya.

Tak berasa hampir 4 jam ia bergumul dengan bu Hajah, dan waktu sudah menunjukkan hampir Tengah malam. Karena merasa tak enak jika terlalu berlama-lama di kamar bu Hajah, ia memutuskan untuk Kembali ke kamarnya. Tetapi sebelum itu, ia sempatkan untuk Kembali mengecup bibir bu Hajah sembari berpamitan.



“kapan-kapan lagi ya bu Hajah.” Ucap Gio setelah melepas kecupan bibirnya.

“…..” Bu Hajah tidak menjawab dan memilih memejamkan matanya. Rasa berdosa dan bersalah terhadap suaminya Kembali melanda, seakan kini nafsu birahinya telah padam dan Kembali pada akal sehatnya.



Gio langsung bergegas untuk keluar kamar bu Hajah. Pikirannya Kembali tidak tenang mengingat ia akan tidur Bersama dengan bu Dewi, terlebih lagi sampai selarut ini ia berada di dalam kamar bu Hajah. Takutnya ada orang yang melihat gerak-geriknya, sehingga menimbulkan gossip yang akan mengganggu bu Dewi.

Ketika melangkahkan kaki melewati Lorong dan turun menggunakan lift, rasanya para penghuni kamar telah lelap dalam mimpinya masing-masing, sehingga rasa cemasnya tersebut menjadi sedikit luntur. Segera ia mengetuk pintu kamarnya untuk minta dibukakan oleh bu Dewi, karena ia tidak memegang cardlock.



“maaf bu, jadi ganggu tidurnya ibu.” Ucap Gio setelah bu Dewi membuka pintu kamarnya.

“kok lama banget nak? Ayo masuk.” tanya bu Dewi dengan kondisi mata sayu khas orang yang sedang bangun tidur sembari mengajak Gio untuk masuk ke dalam kamar.

“tadi keluar dulu bu habis dari bu Hajah, cari minuman anget, trus ngobrol sama bapak-bapak warga sini. Eh, jadi lupa waktu.” Jawab Gio ngeles.



Bu Dewi Kembali merebahkan tubuhnya di Kasur. Gio menyusulnya dengan berbaring di samping bu Dewi. Bu Dewi melanjutkan Kembali tidurnya dengan tidur miring memunggungi Gio. Sementara Gio masih tidur terlentang membayangkan Kembali adegan erotisnya Bersama dengan bu Hajah tadi. Hal tersebut sontak membuat batang kontolnya tegang Kembali.

Setelah beberapa saat, tanpa ia sadari, nalurinya menuntun agar dirinya memeluk bu Dewi dari belakang. Dilingkarkan tangan kanannya hingga ke perut bu Dewi, sementara kaki kanannya menjepit kedua kaki bu Dewi. Ia membuat tubuhnya merapat ke tubuh bu Dewi. Hingga tak sengaja batang kontolnya yang menegang menyentuh pantat semok milik bu Dewi.



“kenapa kamu kok tumben manja sama ibu?” tanya bu Dewi yang mengagetkan Gio karena dia pikir bu Dewi telah tidur.

“eh… engga papa kok bu. Maaf.” Jawab Gio sembari menarik tubuhnya menjauh, tetapi segera ditahan oleh bu Dewi.

“sudah tidak papa begini saja.” Ucap bu Dewi.




Lanjut ke Part 10 : The Pleasure Hunter
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd