Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG REBIRTH OF SHADOW: CIRCLE OF MILF

PART 10

The Pleasure Hunter




Di kamar hotel itu, setelah persetubuhan panasnya dengan Gio membuat bu Hajah tidak bisa langsung tidur dan melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Entah pikirannya tiba-tiba menjadi bercabang. Tak bisa dipungkiri bahwa dirinya sendiri sebenarnya sangat menikmati permainan yang dilakukan oleh Gio, tetapi di sisi lain ia merasa bersalah dengan suaminya, karena ada orang lain yang telah menjamah tubuhnya.

Bu Hajah merasa malu atas gelarnya sebagai ustadzah yang selama ini dibebankan kepadanya, tetapi dengan mudahnya ia terlena akan nafsu duniawi yang menggodanya. Entah mau disembunyikan di mana mukanya jika rahasia yang terjalin antara dirinya dan Gio ini sampai bocor ke khalayak umum. Pasti suaminya akan sangat marah kepada dirinya dan dirinya pun seakan tak memiliki harga diri lagi.

Bu Hajah bangkit dari tempat tidurnya untuk melangkahkan kaki ke kamar mandi, namun ternyata rasa tidak nyaman menjalar dari memeknya ketika melangkah. Sepertinya memeknya memang porak-poranda akibat pertempuran dengan kontol Gio, sehingga sedikit rasa mengilu menjalar tatkala ia melangkahkan kakinya.

Segera ia menuju ke kamar mandi untuk melakukan ritual mandi besarnya, lantaran badannya yang terkena dan mengeluarkan Najis setelah persetubuhannya tadi. Dengan layout kamar mandi yang sama percis dengan kamar Gio, ia memandangi Kembali tubuh bugilnya setelah melepaskan seluruh pakaiannya. Di depan cermin tersebut ia memandangi tubuhnya sendiri dari mulai kepala hingga ke kaki. Ia berpikir bahwa tubuhnya yang mulai tua tersebut apa masih menarik, sehingga anak seumur Gio masih tergoda dengan tubuhnya. Setelah itu, ia memutuskan untuk melakukan ritualnya karena sempat tertunda akibat ia terlalu lama bercermin.

Sementara itu, di kamar lain Gio tak dapat tertidur dengan pulas lantaran posisi tidurnya yang membuatnya tidak nyaman. Bukannya apa, posisinya kini masih sama seperti tadi, yaitu memeluk bu Dewi dari belakang, sehingga tubuhnya pun berhimpitan dengan bu Dewi. Kondisi tersebutlah yang membuat dirinya tak nyaman. Ia berusaha membuang jauh-jauh pikiran kotornya untuk menghindari kontolnya ngaceng, karena jika itu terjadi, maka bu Dewi dapat merasakan tonjolan kontol Gio yang menyundul pantatnya.

Keesokan paginya, Gio dibangunkan oleh bu Dewi karena hari sudah mulai siang dan jam breakfast hotel akan segera usai, selain itu juga mereka akan melanjutkan wisata mereka dan setelahnya akan pulang. Segera Gio beranjak dari tempat tidurnya dan menuju ke kamar mandi. Setelah selesai mandi Gio Bersama dengan bu Dewi menuju ke restaurant hotel untuk melakukan sarapan pagi.



“Eh, Gio… semalam jadi ngurut kaki bu Hajah yang kesleo ya?” ucap salah seorang ibu-ibu yang tiba-tiba menyapa Gio ketika ia sedang mengambil makanan.

“iya bu.” Jawab Gio singkat sembari tetap melakukan aktivitasnya.

“kayaknya pijitan kamu enak ya? Bu Hajah sampai udah bisa lihat pemandangan dari jendela semalem.”

Gio mengerti maksud perkataan dari ibu-ibu tersebut. Ia menghentikan aktivitasnya dan menatap ibu itu, “Syukur kalau emang Bu Hajah udah enakan bu.” Jawab Gio sembari melemparkan senyuman untuk mencoba menetralisir suasana.

“aku tau apa yang kamu perbuat semalam.” Bisik ibu tersebut tepat di dekat telinga Gio dan lalu pergi meninggalkan Gio.



Gio merasa ini adalah ancaman. Ia tak akan membiarkan ini begitu saja, tetapi ia harus tetap tenang dalam menghadapinya, supaya tidak menimbulkan kecurigaan yang lainnya. Ia lalu menuju ke meja tempat di mana bu Dewi berada. Bu Dewi sepertinya melihat obrolan dari Gio dan ibu-ibu tadi. Yang kemudian diketahui bahwa nama ibu tadi adalah bu Andini.



“ada apa nak? Ngobrol apa sama bu Andini?” tanya bu Dewi.

“ah nggak kok bu. Sepertinya bu Andini juga mau dipijit, katanya dapat testimoni dari bu Hajah, kalau pijitanku enak.” Jawab Gio mengelak sembari tersenyum.



Bu Dewi pun percaya saja dengan ucapan dari Gio tersebut. Padahal sebenarnya kenyataan berbalik 180 derajat dari apa yang Gio ucapkan. Setelah itu, mereka Kembali melanjutkan sarapannya hingga selesai. Pagi hingga siang ini merupakan free time bagi rombongan tour sembari menunggu waktu check-out hotel, sehingga banyak yang memanfaatkannya untuk berenang, ngopi-ngopi santai, dan kegiatan mereka masing-masing Bersama dengan keluarga.



“Nak, ibu diajak ibu-ibu yang lain buat beli oleh-oleh sekitar sini, kamu mau ikut apa gimana?” tanya bu Dewi.

“aku di hotel aja bu.” Jawab Gio.



Selesai sarapan bu Dewi meninggalkan Gio karena memang sudah mendapatkan pesan dari ibu-ibu yang lain. Setelah itu, Gio berniat untuk menuju ke kolam renang, siapa tau ia bisa cuci mata di sana. Benar saja, kolam tersebut cukup ramai oleh pengunjung hotel yang sedang asik berenang. Gio pun duduk di salah satu kursi yang disediakan, dari kejauhan Gio melihat bu Andini yang sepertinya sedang mengawasi anak beserta suaminya yang bermain di kolam tersebut.

Hingga tak berselang lama, Nampak bu Andini yang berjalan keluar area kolam renang. Gio pun membuntuti kemana bu Andini melangkah. Ternyata kaki bu Andini mengarah ke kamarnya, untuk mengambilkan pakaian ganti anaknya. Sampai saat ini bu Andini masih tidak menyadari bahwa sedari tadi Gio membuntutinya dari belakang.

Setelah bu Andini masuk ke kamar, Nampak ia tak merapatkan pintunya manual, melainkan membiarkannya tertutup sendiri, sehingga kesempatan tersebut dimanfaatkan Gio untuk menyelinap masuk ke kamar bu Andini lantaran pintu tersebut memakan waktu beberapa saat agar tertutup dengan rapat. Setelah berhasil masuk, segera Gio menutup pintu tersebut dan menghampiri bu Andini.



“Halo bu,” ucap Gio memberikan salam kepada bu Andini yang masih sibuk mencari baju ganti anaknya di dalam tas.

Bu Andini terkejut dan menghentikan aktivitasnya, “ngapain kamu disini? Gimana kamu bisa masuk?” tanyanya terkejut melihat Gio yang tiba-tiba ada di kamarnya.

“saya Cuma mau ngelanjutin omongan ibu di resto tadi.” Ucap Gio sembari melemparkan senyuman mesumnya.

Gio Kembali melanjutkan Langkah kakinya mendekat ke arah bu Andini, “ibu pasti juga pengen ngerasain apa yang bu Hajah rasain kan?”

“ttt… tapii…” ucap bu Andini belum menyelesaikan ucapannya namun segera di dekap oleh Gio.

“nggak usah pake tapi, bu. Aku kasih late morning sex buat ibu.” Jawab Gio dan langsung menyosor bibir bu Andini.



Kissing pun langsung terjadi diantara keduanya. Bu Andini pun meladeni permainan Gio dengan sangat panas. Bersama dengan bibir dan lidahnya yang terus bermain, tangan Gio mulai aktif meremasi pantat bu Andini dari balik gamis yang ia kenakan. Sementara itu, bu Andini yang sadar bahwa sedari tadi ada barang tumpul yang menyundul perutnya pun segera menggerayanginya.



“jadi ini yang bikin bu Hajah kesetanan semalem?” ucap bu Andini ketika mereka menyudahi permainan mulut mereka dan masih mengelus-elus kontol Gio dari balik celana yang dikenakannya.

Gio pun tersenyum, “itu juga kan yang bikin ibu penasaran?”

Tak menjawab, Bu Andini segera melucuti celana pendek tanpa celana dalam milik Gio. Digenggamnya kontol Gio tersebut, “pantesan bu Hajah lupa daratan, yang bikin terbang sebesar ini ternyata.” Ucap bu Andini sembari mengocok kontol Gio.



Bu Andini dengan telaten memainkan tangannya dalam mengocok kontol Gio. Bahkan, tanpa dikomandoi, ia melahap kontol Gio untuk melakukan blowjob. Nampaknya tak semua kontol Gio mampu ditampung oleh mulut bu Andini. Hingga air liur yang bercampur dengan cairan pelumas dari kontol Gio menetes dari sela-sela sepongan bu Andini. Muncul keisengan Gio untuk menyodok mulut bu Andini lebih dalam. Ia pun sedikit menghentakkan kontolnya maju dan sukses membuat bu Andini tersedak.



“ihhh… jahat banget sih, udah tau barangnya gede, make disodokin segala.” Protes bu Andini dengan muka marah yang dibuat-buat.

Gio hanya tertawa, “cukup bu nyepongnya, giliran ibu yang aku kasih enak, waktu kita nggak banyak.” Ucap Gio.



Bu Andini pun mengamini ucapan Gio, segera ia melucuti gamisnya Bersama dengan hijab yang ia kenakan. Namun saat hendak melepas hijabnya, Gio menahan bu Andini untuk tetap membiarkan hijabnya menutupi kepalanya. Begitu pula dengan Gio yang melepaskan pakaian yang ia kenakan dan menjatuhkannya di samping ranjang.

Segera bu Andini terlentang di atas ranjang dan melebarkan kakinya sembari meremas kedua toketnya yang lumayan montok, “Ayo Gio, buat aku melayang lebih tinggi dari bu Hajah semalam.” Ucap bu Andini.

Segera Gio mendaratkan mulutnya di mulut bu Andini, namun tak lama berselang, cumbuannya berpindah ke area leher bu Andini dan terus turun hingga sampai di toket bu Andini. Segera ia mainkan putting milik bu Andini tersebut. Sementara toket yang lainnya ia remasi dan pelintir pelan putignya.



“Ahhh… yesss… terusss…. Hisappp….”

“hisap pentilkuhhh… ahhh…. remasss…..”

“mainin terus Giooo….”



Tak mau berlama-lama, Gio menyudahi permainannya di toket bu Andini dan langsung menuju ke hidangan utama, yaitu memek bu Andini yang gundul dan berwarna pink gelap. Segera lidah dan bibirnya bermain-main di lubang peranakan milik bu Andini tersebut. Dimainkannya labia minora dan klitoris milik bu Andini, Bersama dengan itu, ditusukkannya jari Tengah Gio ke memek bu Andini.



Bu Andini pun melenguh, “ouhhh… Gioo…. Enakkk…”

“ahhhh… kenapa enak bangethh…. Uhhhh…”



Jari jemari Gio yang bersinergi dengan mulut dan lidah Gio dalam memborbardir pertahanan bu Andini sukses membuat bu Andini mendesah-desah keenakan. Kegiatatan obok-obok memek yang baru dilakukan beberapa saat tersebut harus terhenti lantaran pintu kamar bu Andini di ketok. Padahal hampir saja ia akan mendapatkan orgasme pertamanya.

Kondisi tersebut tentu membuat bu Andini uring-uringan, tetapi juga panik. Lantaran ia meyakini bahwa itu adalah suaminya, karena sedari tadi ia tak kunjung Kembali ke kolam renang. Segera Gio dan bu Andini memunguti pakaian mereka, Gio pun langsung menuju ke kamar mandi untuk bersembunyi.



Gio melempar handuk kepada bu Andini, “pake ini bu, bilang kalo lagi sakit perut, aku tunggu di kamar mandi.” Ucap Gio sembari mengedipkan matanya.



Benar saja, bu Andini menuruti perkataan Gio dan membalut tubuhnya dengan handuk. Setelah itu, ia membukakan pintu untuk suaminya. Suaminya pun juga uring-uringan karena bu Andini yang tadi berpamitan untuk mengambil baju sang anak tetapi tak kunjung Kembali. Gio yang berada di dalam pun sengaja mematikan lampu kamar mandi, supaya bayangan dirinya di dalam kamar mandi tidak terlihat dari luar.



“kamu ini kemana aja sih ma, kok nggak balik-balik, ditungguin dari tadi juga.” Protes suami bu Andini.

“duhh… pa, mama sakit perut dari tadi. Itu bajunya adek udah mama siapin di atas meja, mama mau ke kamar mandi lagi.” Bu Andini beracting benar-benar menahan sakit perut, padahal sebenarnya ia sudah tak tahan merasakan orgasme yang tertunda.



Bu Andini pun Kembali masuk ke dalam kamar mandi, dan disambut oleh Gio yang sedang duduk di kloset. Bu Andini juga memberikan kode kepada Gio agar tidak berbicara. Segera Gio Kembali melumat bibir bu Andini.



“aku tau ibu tadi hampir keluar, ayo sekarang kita lanjutin.” Bisik Gio.

“iyaa… ibu udah ga tahan pengen disodok batang besar, Panjang, dan keras milikmu itu.” Jawab bu Andini masih dengan berbisik.



Segera Gio memposisikan bu Andini menungging. Bu Andini berpegangan pada handle pintu kamar mandi yang cukup Panjang. Gio mulai menggesekkan kepala kontolnya di bibir memek bu Andini. Bu Andini sendiri sepertinya sudah tidak sabar hingga ia menengok ke belakang sembari menggit bibir bawahnya dan memberi kode meminta Gio untuk segera memasukkan kontolnya.

Gio tersenyum dan langsung memasukkan kontolnya secara perlahan. lenguhan dari bu Andini hampir saja keluar dari mulutnya ketika kontol Gio perlahan menyeruak masuk menembus memeknya. Untungnya dengan sigap tangannya menahan mulutnya. Memek bu Andini sendiri lumayan rapat, meskipun beberapa tahun yang lalu ia melahirkan, sepertinya memang ia benar-benar memberikan perhatian lebih kepada memeknya.

Sodokan demi sodokan dilancarkan Gio di memek yang lumayan sempit tersebut, dan sukses membuat bu Andini merintih keenakan. Gio tak berani menggenjot bu Andini dengan keras, mengingat suaminya juga berada di kamar tersebut dan sedang mengganti pakaian anaknya dan dirinya.



“ma, kok lama banget sih. Ini sebentar lagi kita berangkat loh.” Ucap suami bu Andini.

Melihat kondisi bahwa bu Andini sedang berbicara dengan suaminya membuat Gio sedikit iseng dengan menyodokkan kontolnya lebih dalam dan tiba-tiba, “uhhh… iyahh paa… papa turun aja dulu, perut mama masih sakit, kayaknya masuk angin.” Jawab bu Andini dengan sedikit mendesah lantaran sudah sulit mengontrol apa yang keluar dari mulutnya.

“tapi mama gapapa kan?”

“gapapah paaahh… turun aja dulu nantihh mama… nyusulll… uhhh…”



Tanpa kecurigaan suami bu Andini dan anaknya pun keluar kamar hotel dan menuju ke lobby bawah. Sementara itu, Gio dan bu Andini yang mendengar bahwa pintu kamar sudah Kembali ditutup segera melanjutkan persetubuhan mereka tanpa ditahan lagi.



“ahhh… Gioohhh… enakkhhh….”

“sodok terus giohhh….”

“terussshhh… uhhhh….”



Genjotan Gio makin lama makin cepat di memek bu Andini. Sementara itu, bu Andini berujar bahwa ia akan sampai pada orgasme pertamanya. Benar saja, tak berselang lama, bu Andini sampai pada orgasmenya dan menyembur kontol Gio dengan lahar panas miliknya. Gio tak mencabut kontolnya dan masih membiarkan bersarang di memek bu Andini.



“ohhhh… yaahhhh…. keluarhhh….”

“kamu gila Gio, bisa bikin ibu keenakan.” Ucap bu Andini yang masih ngos-ngosan.

“ayo pindah ke Kasur lagi bu.” Ajak Gio.



Akhirnya mereka pun Kembali ke Kasur hotel untuk melanjutkan persetubuhan mereka. Dijilatinya Kembali memek bu Andini yang baru saja mengalami orgasme oleh Gio. Bersama dengan itu, bu Andini juga mendesah kenikmatan tetapi meminta Gio untuk berhenti dan meminta melanjutkan entotan kontol Gio.

Gio mengabulkan permintaan bu Andini, namun kali ini meminta bu Andini untuk berada di atas. Tentu bu Andini yang sudah kesetanan dengan kontol Gio pun menyanggupinya. Segera mereka bertukar posisi dengan Gio yang tidur terlentang. bu Andini Bersiap dengan duduk di atas selangkangan Gio dan menghadap ke arah Gio. Segera ia memegang kontol Gio dan mengarahkan memeknya agar bisa menyarangi kontol Gio.



“yahhhh…. Ohhh…..” lenguh bu Andini sembari mendongakkan kepalanya.

“dalemm bangethh….”



Bu Andini masih menikmati saat-saat kontol Gio Kembali berhasil menerobos masuk ke dalam memeknya. Bu Andini tersenyum ketika menatap Gio dan langsung melumat bibir Gio. Bersama dengan itu, ia mulai menggerakkan pantatnya naik turun.



“memekmu enakk buu…” ucap Gio

“iyahh… ini milikmu Gioo…” jawab Bu Andini sembari masih menaik turunkan pantatnya.

“bu, tahan pantatnya rada tinggi.”



Setelah memberikan komando tersebut, Gio langsung mengambil alih kendali. Segera ia mainkan dengan menaik turunkan pantatnya dengan cepat. Dan sukses membuat desahan bu Andini seirama dengan sodokannya.



“eee…. Eee…. Eee….”

“terus Gioo…”

“enakhh bangetthhh….”

Hingga tiba-tiba ponsel bu Andini berbunyi, “Haloh pahh…” ucap bu Andini ketika mengangkat ponselnya, sementara itu di bawahnya masih ada Gio yang memelankan genjotannya.

“iyahh… sebentar lagihh...” jawab bu Andini.



Sepertinya suaminya menanyakan kenapa dirinya tak kunjung menampakkan diri, padahal sudah hampir satu jam ia menunggu di bawah. Padahal tanpa sepengetahuannya, istrinya itu sedang digauli oleh remaja tampan anak angkat dari bu Dewi dan sedang mendesah kenikmatan.

Gio berinisiatif untuk menggendong bu Andini, sama seperti apa yang ia lakukan kepada bu Hajah semalam. Bersama dengan kontolnya yang masih menancap, segera ia menggendong tubuh bu Andini menuju ke jendela kamar dengan sedikit membuka gordennya.



“ehh…” ucap bu Andini yang terkejut dengan aksinya Gio.

“enggak pa, ini kamar mandinya licin.” Elak bu Andini kepada suaminya karena telepon mereka masih terhubung.

Gio segera Kembali memompa kontolnya ketika posisinya sudah sesuai dengan apa yang ia harapkan, “uhhh… dah duluhh… pahhh… mama mau beres-beres dulu.” Ucap bu Andini kepada suaminya dan mematikan hpnya.

“uhhh…. Gioohhh… enakk bangethhh….”

“teruss sayangghh ibu mauhh… sampai lagihh…”

“bentar bu… ayo nungging kayak bu Hajah kemaren, biar sama.”

“tapih nanti bisa ada yang liatt…”

“kepala ibu aja yang nongol.”



Bu Andini pun mengamini permintaan Gio, setelah Gio melepaskan gendongannya. Segera ia memposisikan diri dengan berpegangan pada kusen jendela dan mengeluarkan kepalanya di sela-sela gorden tersebut. Sejurus kemudian, Gio Kembali memposisikan kontolnya untuk Kembali masuk ke dalam sarangnya.



*Plakkk… Plakkk….* Gio menampari pantat semok bu Andini.

“ibu jarang dikontolin suaminya ya?” tanya Gio sembari menampari pantat bu Andini dan memaju-mundurkan kontolnya ketika hanya masuk kepalanya saja.

“iyah Gioohh… semenjak punya anakk…”

“sekarang ibu milikmuhh….”

“enakan kontol siapa bu?”

“enakan punya kamuhhh…” jawab bu Andini masih berusaha memfilter kata-katanya.

“apanya yang punyaku bu?” *plakkk…*

“kontol… Gioo… kontolll…. ayo Gio sodok lagihhh”

“apanya yang disodok bu?” *plakkk…*

“memek ibuuu Giooo… memekk… ayoo Giooo….”



Segera Gio mengabulkan permintaan bu Andini dan langsung membenamkan seluruh kontolnya sesuai dengan kemampuan memek bu Andini dalam menampung. Lagi-lagi tak seluruhnya bantang kontol Gio dapat tenggelam dalam himpitan memek. Setelah itu, Kembali Gio memompa memek bu Andini, namun kali ini dengan irama yang kencang.



“aduhhh Giooo… ibu keluarrhhh….” Bu Andini pun akhirnya berhasil orgasme untuk yang kedua kalinya.

“kamu masih belum keluar juga?” lanjutnya sembari ambruk lemas dan menyaksikan bahwa kontol Gio masih dengan gagahnya menegang.

Gio hanya menggeleng dan tersenyum, “Next time pasti bakal pejuhin Rahim ibu dan aku buat ibu lemes ga bisa bangun.” Ucap Gio sembari menggendong tubuh bu Andini.

“janji ya Gio…” ucap bu Andini penuh harap.



Setelah itu, Gio membopong tubuh bu Andini dan menggeletakkannya di Kasur. Tak lupa juga Gio memberikan kecupan di bibir bu Andini sebagai salam perpisahannya untuk hari ini. segera ia mengenakkan pakaiannya dan Kembali ke kamarnya.



“dari mana saja kamu nak? Ini loh udah mau waktunya kita berangkat.” Ucap bu Dewi ketika membukakan pintu untuk Gio. Ia sengaja tidak beranjak dari kamarnya dahulu karena menunggu Gio.

“maaf bu, Gio ngegym bentar tadi di gym center hotel.” Elak Gio.



Untungnya bu Dewi selalu percaya dengan omongan Gio, sehingga membuat Gio merasa lega. Setelah itu, Gio Kembali mandi dan bergegas untuk berkumpul Bersama dengan rombongan yang lain di lobby bawah. Sesampainya di sana, nampaknya ia belum melihat bu Andini yang habis ia entoti. Sementara itu, terlihat suaminya begitu gusar menantikan istrinya yang tak kunjung datang.

Tak berselang lama, bu Andini baru terlihat keluar dari lift dengan tergopoh-gopoh, “maaf ya semua, tadi perut saya sakit, sepertinya memang lagi kurang enak badan.” Ucap bu Andini yang menyadari bahwa rombongan hanya tinggal menunggu dirinya. Suaminya pun hanya bisa ngomel-ngomel tidak jelas.

Liburan pun berlanjut dengan mengunjungi beberapa tempat wisata tak jauh dari situ. Tak ada lagi kejadian menarik yang bisa diceritakan di liburan yang tersisa setengah hari itu. Masing-masing Kembali larut dalam keceriaan masing-masing.



###


Hari ini, Kembali Gio harus menjalani rutinitasnya untuk Kembali ke sekolah. Karena jam pertama pagi ini adalah olahraga, maka Gio sudah langsung mengenakkan setelah olahraga sedari ia berangkat dari rumah. Seperti biasa, ia menggunakan bus kota untuk mengantarkannya menuju ke sekolahnya.

Seperti biasa, ia menjalani kehidupan sekolah layaknya anak-anak pada umumnya. Hanya saja, bedanya ia belum memiliki teman di sekolah ini. seolah teman-temannya banyak yang memandang dirinya sebelah mata, mungkin karena ia “berbeda” dari anak-anak yang lain.

Hingga tiba lah jam pertama dimulai, yaitu olahraga. Guru pun masuk ke dalam kelas tak lama setelah bel tanda masuk dibunyikan. Lagi-lagi Gio dibuat terpesona oleh gurunya itu. Bagaimana tidak, dengan setelan kaos polo bermerk L*coste berwarna putih berpadu dengan celana training dan sepatu running begitu Nampak mempersona.



“anak-anak, perkenalkan saya bu Niki, Guru olahraga kalian. Selanjutnya hari ini materi pertama kita adalah lari jarak menengah dengan memutari lapangan sekolah sebanyak 3 kali.” Ucap bu Niki dengan disertai senyumnya.



Gio tak henti-hentinya memelototi pemandangan yang sangat mengagumkan yang berada di depan matanya tersebut. Sungguh sangat indah memang, dengan lekukan tubuh yang sungguh sangat sempurna. Dengan pantat yang sangat menonjol, berpadu dengan toket yang mungkin sedikit lebih besar dari genggaman pria dewasa. Namun, tubuhnya sungguh sangat indah bagaikan putri Indonesia.

Sungguh bisa menandingi apa yang dimiliki oleh bu Lilis dan bu Dina, meskipun sama-sama menggairahkan. Tak salah memang Gio masuk ke dalam sekolah ini, karena memang dihuni oleh para MILF idaman yang bisa membangkitkan gairah seksualnya. Meskipun baru tiga guru yang ia temui namun semuanya sungguh bisa membuat dirinya lebih betah bersekolah di sini.

Langsung saja, Gio dan teman-temannya menuju ke lapangan sekolah yang berada di belakang untuk melaksanakan apa yang sudah diperintahkan oleh bu Niki. Peluti dibunyikan oleh bu Niki bersamaan dengan para murid yang memulai aktivitas lari mereka. Di setengah putaran pertama, Nampak tak ada masalah yang berarti. Begitu masuk ke putaran kedua, banyak dari murid yang sudah mulai berjalan dan nafasnya mulai ngos-ngosan.

Kondisi tersebut berbeda dengan apa yang dialami oleh Gio. Ia seolah memiliki energi yang tak terbatas. Meskipun nafasnya tetap terengah-engah, tetapi rasa capek seolah tidak menjalari tubuhnya. Hingga ia menyelesaikan kegiatan lari tersebut dengan catatan waktu tercepat.



Bu Niki memberikan applause sesampainya Gio di garis finish, “keren, kamu sering olahraga ya, kok bisa kuat dan cepat?” tanya bu Niki.

“hah… hah… hah… enggak kok, bu. Biasa saja.” Jawab Gio sembari masih mengatur nafasnya.

“tapi bagus, ketika yang lain sudah tidak kuat berlari, kamu bisa menyelesaikan ini dengan sempurna. Ibu bangga punya murid sepertimu.” Ucap Bu Niki sembari tersenyum.

“oh iya, siapa nama kamu?” lanjutnya.

“Gio, bu.”



Kegiatan berlanjut ketika semua murid telah menyelesaikan putaran ketiganya. Setelah itu, bu Niki memberikan materi singkat di ruangan yang berada di dekat lapangan tersebut mengenai lari jarak menengah. Setelah itu, para murid diperbolehkan untuk beristirahat dan pergi ke kantin sekolah. Gio sendiri memilih untuk Kembali ke kelasnya, daripada menuju ke kantin, karena kantin pasti juga ramai oleh anak-anak yang haus dan lapar.



“loh, kamu kok nggak ke kantin?” tanya bu Niki yang tiba-tiba berada di samping Gio.

Gio tersenyum, “enggak bu, nanti saja. Mau ambil minum di kelas saja.” Jawab Gio.

“tapi kalau saya traktir kamu mau ke kantin?” tanya bu Niki lagi.

“ah, tidak usah bu. Malah saya merepotkan ibu.”

“udah, nggak papa. Itung-itung hadiah buat kamu karena tadi bisa jadi yang paling cepet.”



Akhirnya Gio luluh dengan perkataan dari bu Niki. Mereka lalu menuju ke kantin sekolah Bersama. Ditengah perjalanan mereka menuju ke kantin, Gio dan bu Niki banyak mengobrol ringan dengan bu Niki yang banyak bertanya tentang Gio. Hingga tak berselang lama, mereka pun sampai di kantin sekolah.



“Mbak, nanti apa aja yang dipesen anak ini tagih ke aku ya buat bayarnya.” Ucap bu Niki kepada ibu penjaga kantin.



Setelah itu, Bu Niki berpamitan untuk pergi dan meninggalkan Gio di kantin tersebut. Gio hanya memesan es teh manis di kantin tersebut untuk menghilangkan dahaganya. Ia merasa tidak enak kepada bu Niki, jika harus memesan makanan yang akan menambah tagihan jajannya.

Saat sedang menikmati es teh manisnya, Gio tiba-tiba mendengar ada keributan di dekat kantin. Segera ia beranjak pergi menuju ke tempat dimana sumber suara keributan tersebut berasal. Ternyata ada salah seorang murid yang entah siapa sedang dikelilingi oleh murid yang lainnya, seperti orang dikeroyok.



“MAJU SATU-SATU KALO EMANG KALIAN LAKI!!!” Teriak Gio yang ikut geram melihat adegan tidak gentleman tersebut.

Orang-orang tersebut memandang Gio dengan tatapan tajamnya, “Anak baru cari mati nih.” ucap salah satu dari mereka.



Lima orang yang tadi mengeroyok anak itu kini berbalik mengincar Gio. Satu per satu mulai maju mendekati Gio, namun tanpa sepengetahuan mereka, Gio telah menyiapkan balok kayu dari balik badannya yang ia ambil dari patahan kursi. Adegan baku hantam pun tak terelakan. Anehnya adalah setiap pukulan yang mendarat di tubuh Gio tak begitu berasa, namun sebaliknya, pukulan yang dilayangkan Gio sukses membuat mereka kelimpungan.



*Bakk.. bukk… bakk… bukk…*



Suara saling pukul terdengar menghiasi perkelahian tersebut. Sebenarnya Gio cukup kewalahan untuk menangani lima orang sekaligus. Sehingga pukulan demi pukulan yang ia layangkan terkesan sembarangan dan sporadis. Tetapi syukurnya setiap pukulan yang ia layangkan selalu telak mengenai musuhnya, sehingga satu per satu dari mereka berhasil Gio robohkan.

Gio sukses membuat lima orang tersebut terkapar. Sedangkan dirinya masih tegak berdiri, namun dengan kondisi baju yang sudah koyak sana-sini dan kotor. Ia seakan juga tak percaya tentang kondisi tubuhnya yang bisa-bisanya masih selamat dikeroyok lima orang. Entah kekuatan tersebut muncul dari mana ia tak tau.



“STOPPP… APA-APAAN KALIAN INI, BUBAR!!!” Teriak seorang dari tempat rada jauh.



Mendengar teriakan tersebut, anak-anak yang terlibat pengeroyokan tersebut pun kalang kabut dengan berlari sempoyongan. Hanya satu yang tertinggal dari mereka, ya dia adalah anak yang dikeroyok tadi. Terlihat bahwa anak tersebut adalah anak yang selama ini menjadi incaran Gio untuk mendapatkan informasi. Tidak lain, anak itu adalah anak yang sempat dilihat Gio sedang bertransaksi narkoba di dekat Gedung kantor pak Basuki.

Namun, tak lama berselang anak tersebut juga ikut lari pergi meninggalkan Gio yang masih menatapnya dengan tajam. Kini tinggal ia sendiri di tempat tersebut. Gio menengok ke sumber suara dan ternyata suara tersebut berasal dari bu Lilis. Dengan tatapan tajamnya, bu Lilis menatap semua anak-anak yang terlibat perkelahian tersebut. Selain bu Lilis, ternyata juga ramai teman-teman sekelas Gio yang berdiri di belakang bu Lilis.



“GIO, IKUT IBU!” Bentak bu Lilis.



Gio pun mengikuti apa yang diperintah bu Lilis. Ternyata ia dibawa menuju ke UKS. Karena tanpa ia sadari bibirnya mengeluarkan darah dan ada beberapa luka lebam di tubuhnya. Mungkin karena adrenalinnya sedang tinggi maka ia belum merasakannya.



“Ayo, sini ibu obatin dulu.” Ucap bu Lilis.

“Tidak usah, bu. Saya tidak apa-apa kok.” Jawab Gio.

“Gapapa gimana, itu liat wajah kamu.” Ujar bu Lilis.

Bu Lilis pun menarik tangan Gio untuk duduk di Kasur UKS, “kamu ini kok ya bisa-bisanya berkelahi, kamu itu murid baru lo disini.” Lanjutnya sembari mulai mengobati luka di muka Gio

“maaf, bu. Saya Cuma berusaha membantu tadi ada anak yang dikeroyok.” Jawab Gio membela diri.

“sebenarnya bagus maksudmu itu, tetapi berkelahi tetap tidak dapat dibenarkan, ditambah dilakukan di lingkungan sekolah.”



Gio hanya bisa diam dan menunduk mendengarkan ucapan tersebut. Ia memang tidak bisa menyangkal apa yang dikatakan oleh bu Lilis itu, karena memang posisinya yang memang salah, sehingga ia memutuskan untuk tidak memperdebatkannya.

Di tengah-tengah pengobatannya tersebut ada momen yang sangat menarik. Di mana ketika bu Lilis berusaha mengobati mulut Gio yang mengeluarkan darah membuat posisi kepala Gio sejajar dengan kepalanya, sehingga adegan saling tatap menatap tak terelakan.

Gio dengan serius memandangi mata lentik bu Lilis yang masih focus mengobati luka di mulutnya dengan obat totol. Hal tersebut membuat Gio sedikit terpesona dengan keelokan paras yang dimiliki oleh bu Lilis. Andai saja ia tak mengingat bahwa itu adalah gurunya yang ia hormati, mungkin saat ini juga sudah ia terkam tubuh bu Lilis.



“Dah, selesai. Sana kamu Kembali ke kelasmu.” Ucap bu Lilis sembari membereskan perlengkapan P3Knya.

Omongan bu Lilis tersebut menyadarkan Gio dari lamuannya ,“eh… iya bu. Terimakasih banyak atas bantuannya.” Jawab Gio sembari menundukkan kepalanya.



Setelah itu, Gio Kembali menuju ke kelasnya. Dan karena kebetulan waktu sudah menunjukkan jam istirahat, maka ramai anak-anak yang melihat Gio keluar dari UKS dengan kondisi yang bonyok. Sebenarnya Gio tidak merasakan sakit, tetapi justru rasa malu dilihat oleh banyak orang yang hinggap di dirinya.

Gio tidak memperdulikan pandangan aneh dari orang-orang tersebut dan memilih untuk melanjutkan Langkah kakinya menuju ke kelas. Di sana bukannya di pandang aneh, justru malah ia mendapatkan beberapa apresiasi dari teman-temannya karena berani melawan Tindakan bullying. Terlebih lagi murid-murid cowok yang jadi lebih mendekatinya seolah meminta perlindungan kepada dirinya jika sewaktu-waktu kejadian yang sama menimpa mereka.

Hingga tak lama dari itu Namanya dipanggil melalui pengeras suara untuk menuju ke ruangan bu Lilis. Perasaannya menjadi tidak karuan karena firasatnya buruk kali ini. segera ia menuju ke ruangan bu Lilis untuk menemuinya, sesuai dengan apa yang ia dengar dari pengeras suara yang berada di kelasnya tersebut.



“silahkan duduk, Gio.” Ucap bu Lilis ketika Gio mengucapkan salam dan berdiri di pintu masuk ruangannya.

“jadi ada apa bu sampai saya dipanggil ke ruangan ibu?” tanya Gio.

“ibu sebelumnya minta maaf sama kamu, ibu Cuma menyampaikan pesan dari ibu kepala sekolah yang kebetulan sedang tidak ada di tempat dan beliau sudah mendengar kabar terbaru dari sekolah mengenai perkelahian kamu.”

“…” bu Lilis menghentikan ucapannya sejenak.

“ibu kepala sekolah melalui ibu menjatuhi kamu hukuman skorsing selama satu minggu lantaran kamu terlibat perkelahian dan membuat lima orang siswa babak belur. Bersama dengan ini juga akan ada surat dari sekolah untuk orangtua kamu yang nanti akan dikirimkan ke rumahmu.” Pungkas bu Lilis sembari menyodorkan surat skorsing.

“tapi bu… saya Cuma membela diri dan siswa lain yang di-bully dan kenyataannya saya juga yang dikeroyok. Kenapa seolah-olah semua fakta yang ada diputar balikkan?” tanya Gio yang tidak terima dengan putusan tersebut.

“ibu mohon maaf Gio, iIni keputusan langsung dari kepala sekolah. Ibu tidak bisa membantu kamu untuk kali ini. sekali lagi ibu minta maaf.” jawab bu Lilis.



Setelah itu, Gio Kembali ke kelas dan mulai mengikuti kegiatan belajar mengajar Kembali. Sepulang sekolah, ia ragu untuk mengatakan kejadian yang baru saja ia alami kepada bu Dewi, lantaran ia takut membuat ibu angkatnya itu khawatir mengenai dirinya. Tapi bagaimana pun juga ia tidak punya pilihan. Terlebih lagi surat tersebut akan dikirimkan ke rumahnya dan pastinya akan diterima langsung oleh bu Dewi.

Di sisi lain, skorsing tersebut bisa saja membuat dirinya lebih bisa memfokuskan pencarian informasinya mengenai pak Basuki dan Leo. Karena sejauh ini tidak banyak informasi yang ia peroleh dari mereka dan data mereka di internet memiliki enkripsi yang sangat tinggi. Maka dari itu, mau tidak mau ia harus mengumpulkan informasi tersebut secara manual.

Selain itu, ia juga telah berjanji kepada mbak Reni untuk mencarikannya pekerjaan, sehingga mau tidak mau sekarang ia memiliki pekerjaan lebih untuk mencarikan mbak Reni pekerjaan. Mungkin untuk masalah ini ia akan Kembali meminta bantuan dari Derry.

Gio pun akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Karena ia ingin menghubungi Derry terlebih dahulu menanyakan pekerjaan untuk mbak Reni. Terlebih lagi, kini alat komunikasi tersebut tak lagi ada di rumah rahasianya dan telah ia bawa ke rumah bu Dewi.

Sesampainya di rumah, ia membuat bu Dewi panik ketika melihat baju yang ia kenakan lusuh dan kotor. Bersama dengan itu juga ada beberapa luka lebam di tubuhnya. Gio pun menjelaskan apa yang ia alami tadi di sekolah, sementara bu Dewi benar-benar menjadi pendengar yang baik dengan tidak melakukan interupsi ketika Gio berbicara.

Syukurnya bu Dewi menerima apa yang Gio lakukan, meskipun juga ia tidak membenarkan Tindakan yang diambil oleh anaknya tersebut. Bu Dewi juga sepertinya legowo ketika Gio menceritakan bahwa ia diskors oleh sekolah selama satu minggu dan berujar bahwa Gio harus mengambil Pelajaran dari apa yang didapatkannya.

Setelah menjelaskan semuanya, Gio berpamitan kepada bu Dewi untuk masuk ke dalam kamarnya. Di sana ia mengambil alat komunikasi terebut dan lekas menghubungi Derry. Tak lama setelah itu, mereka Kembali terhubung melalui pesan text. Lalu Gio menanyakan tentang kemungkinan pekerjaan untuk mbak Reni. Sayangnya Derry mengabarkan bahwa bisnis-bisnis yang telah dijalankan oleh Gio dalam rangka money laundering-nya dahulu telah bangkrut semua.

Tetapi ada satu yang masih tersisa, tetapi bisnis tersebut bukanlah bagian dari money laundering tersebut. Melainkan merupakan bisnis yang sepat dijalani Gio dahulu karena kecintaannya terhadap wine. Ya bisnis itu adalah perkebunan anggur yang letaknya di pinggir kota ini. mungkin itu bisa menjadi opsi bagi mbak Reni untuk bisa mendapatkan pekerjaan.

Setelah itu, Gio berniat untuk menuju ke indekosnya mbak Reni guna memberikan kabar jika ia telah mendapatkan pekerjaan untuk dirinya. Ia pun berpamitan kepada bu Dewi untuk keluar sebentar. Sebenarnya ada sedikit guratan khawatir dari muka bu Dewi melihat kondisi Gio yang habis dikeroyok. Untungnya Gio dapat meyakinkannya bahwa ia tidak apa-apa. Langsung ia bergegas pergi ke halte bus yang akan membawanya ke dekat indekosnya mbak Reni.



*Tokkk… Tokkk… Tokkk…* Gio mengetuk pintu kamar mbak Reni.

“Siapa?” tanya mbak Reni dari dalam kamar kosnya.

“Gio mbak.” Jawab Gio.

“Gio siapa?”

“Gio donat.”

Mbak Reni pun membuka pintu sembari tertawa, “Kamu masih pake nama ‘donat’ terus ya, kek ga ada nama lain yang bagus aja.” Ejeknya.

“habisnya mbak ngeselin, udah tau nama Gio itu langka, make nanya mulu ‘Gio siapa… Gio siapa…’” protes Gio.

“oh jadi mbak ngeselin nih?” ancam mbak Reni sembari berpura-pura akan menutup pintu kamarnya Kembali.

“ehhh… enggak kok mbak. Mbak Reni kan cantik, baik hati, rajin menabung, montok lagi.” Ucap Gio sembari tersenyum manis.

“apanya yang montok?” tanya mbak Reni sembari melotot.

“eh… bantal mbak… bantal di kamar mbak kan montok tuh.” Elak Gio sembari menunjuk bantal yang ada di atas tempat tidur mbak Reni.

“Dasar mesum.” Ucap mbak Reni sembari menoyor jidat Gio.



Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam kamar. Gio langsung mengutarakan maksudnya Kembali datang ke kos dari mbak Reni, yaitu terkait dengan pekerjaan yang ia peroleh. Gio menjelaskan tentang pekerjaan tersebut dan disambut antusias oleh mbak Reni. Tetapi semangatnya sedikit kendur ketika mengetahui lokasinya yang berada di pinggiran kota, dimana ia harus menghabiskan waktu sekitar 45 menit untuk bisa mencapai lokasi dengan menaiki kereta listrik.

Untungnya, mbak Reni tetap menyanggupi dan berterima kasih kepada Gio karena telah membantunya untuk mendapatkan pekerjaan lagi. Mbak Reni berniat untuk langsung datang ke tempat yang dimaksud oleh Gio tersebut keesokan harinya agar segera bisa bekerja di sana nantinya. Setelah itu, Gio berpamitan kepada mbak Reni untuk pulang.

Sebenarnya, Gio tak ingin langsung pulang, melainkan terlebih dahulu mampir ke kantor pak Basuki untuk menempelkan GPS yang tadi sempat ia beli di toko sparepart kendaraan di mobil pak Basuki agar ia bisa melacak kemana saja mobil tersebut menuju. Sesampainya di sana, apa yang ia cari Nampak terlihat. Mobil pak Basuki terparkir di depan Gedung kantornya tersebut. Dengan berjalan hati-hati, Gio mulai meraba-raba tempat yang pas untuk ia tempatkan GPS-nya teresbut.

Tetapi, ia sedikit terkejut ketika mendapati alat sejenis juga sudah tertempel di tempat tersebut. Gio mulai curiga bahwa istrinya pak Basuki sepertinya memiliki rencana yang sama dengan dirinya. Sehingga Gio memutuskan untuk mengurungkan niatnya menempelkan GPS tersebut karena takut menaruh kecurigaan kepada istri pak Basuki ketika mengambil GPS-nya juga.

Setelah itu, Gio memutuskan untuk pergi dan berencana mengganti rencananya tersebut. Ia memutuskan untuk Kembali ke rumah, mengingat hari telah sore dan sebentar lagi akan mulai gelap. Sesampainya di rumah ia terkejut ketika mendapatkan pesan teks dari istri pak Basuki yang berisi perintah yang akan membawanya ke dalam sebuah rencana yang lain.




Lanjut ke Part 11: Fake Robbery
 
Terakhir diubah:
Ya lord part 2 ngakak ya kayak kebayang dia tuh tubuhnya masih kecil tpi otaknya udah kotor cemana ya itu😂 apakah nantinya akan menjadi kesempatan emas untuk bisa icip2 tete😂
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd