Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG REBIRTH OF SHADOW: CIRCLE OF MILF

PART 11

Fake Robbery






“bu, aku boleh ijin buat nginep di rumah temanku? aku mau belajar materi sekolah, karena aku kan masih kena skors.” Ucap Gio kepada bu Dewi dengan disertai alibinya untuk bisa keluar rumah.



Bu dewi sedikit terkejut mendengar ucapan anak angkatnya tersebut. Bukannya apa, ia khawatir membiarkan anaknya malam-malam keluar rumah dan pergi ke tempat yang mungkin masih asing bagi dirinya. Ia juga khawatir mengenai pergaulan anak jaman sekarang dan takut jika Gio terlibat dalam pergaulan yang tidak semestinya. Namun ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa hal-hal buruk yang ada di pikirannya tidak akan pernah terjadi dan memilih menaruh kepercayaan kepada Gio.



“iya nak, boleh, tapi hati-hati ya…” jawab bu Dewi sembari tersenyum simpul.

“aku nggak bakal macem-macem kok bu, temenku itu juga orang baik dan nggak aneh-aneh, pokoknya aman deh.” Jawab Gio yang seakan mengerti maksud dari bu Dewi yang memintanya untuk berhati-hati.

“ibu percaya sama kamu.” Jawab bu Dewi sembari masih tersenyum dan menepuk pundak Gio.



Setelah mendapatkan lampu hijau, Gio segera pergi meninggalkan rumah bu Dewi dengan menggendong tas ransel untuk meyakinkan bu Dewi bahwa ia benar-benar ingin ke rumah temannya untuk belajar. Tujuan sebenarnya bukanlah itu, Gio melangkahkan kaki menuju ke rumah rahasianya untuk mengambil barang yang telah dipersiapkannya beberapa hari lalu.

Sesampainya di rumah tersebut, Gio segera masuk dan menukar ransel yang ia bawa dari rumah dengan ransel lain yang telah ia siapkan sebelumnya. Ransel tersebut telah ia isi dengan segala perlengkapan pendukung aksinya. Dengan menggunakan jaket yang telah ia persiapkan juga, ia meninggalkan rumah tersebut untuk menuju ke TKP.

Dengan menggunakan topeng penutup kepala yang tinggal menyisakan mata dan mulutnya saja membuat Gio Nampak seperti bandit yang siap merampok. Tak lupa juga sarung tangan canggih telah membalut tangannya untuk melindungi sidik jarinya agar tidak menempel pada benda yang disentuhnya. Outfitnya kini benar-benar dipenuhi warna hitam layaknya macan kumbang yang mencari mangsa di malam hari.

Kali ini ia memutuskan untuk tidak melewati jalan utama kompleks, melainkan lebih memilih untuk melewati tembok setinggi 2 meter dengan menggunakan tali yang telah ia siapkan. Setelah berhasil melewati tembok tersebut, Gio melihat keadaan sekitar yang sudah mulai sunyi, lantaran hari sudah malam.

Dari kejauhan dan posisi yang tersembunyi di dalam kegelapan, ia mulai menyiapkan drone miliknya untuk memantau situasi. Drone tersebut mulai mengudara beberapa saat kemudian dan mulai mengitari kompleks perumahan. Sejauh drone terbang, situasi dan kondisi sangat aman dan kondusif.

Beberapa saat kemudian, drone berpindah menuju ke rumah target operasi. Kamera drone berganti yang awalnya menampilkan gambar beresolusi tinggi, kini berubah menjadi kamera thermal canggih yang bisa mendeteksi perbedaan suhu tubuh manusia dan suhu lingkungannya. Fungsinya adalah untuk melihat apakah ada manusia dan mungkin hewan peliharaan yang berada di rumah tersebut atau tidak.

Setelah melihatnya beberapa saat, ternyata target operasi berada di salah satu ruangan dan sepertinya sedang tertidur. Selain itu, tidak terlihat tanda-tanda lain yang membahayakan, sehingga drone tersebut perlahan Kembali kepada sang empunya. Dengan hasil pengamatan singkat tersebut, Gio lalu melanjutkan aksinya.

Gio mulai berjalan ke arah blind spot yang tidak terkespos kamera pengawas. Mulai ia sambungkan perangkat genggam miliknya yang telah terpasang perangkat lunak buatannya ke jaringan nirkabel rumah tersebut. Setelah terhubung, ia mulai menjalankan perangkat lunak buatannya itu untuk memanipulasi kamera pengawas dengan cara mematikan rekamannya dan menggantinya menjadi rekaman yang terus berulang.

Dengan kata lain, kamera tersebut tetap akan menampilkan jam, tanggal, dan rekaman pada saat ini, tetapi tidak merekam secara real-time atau hanya mendaur ulang rekaman beberapa hari lalu untuk masuk ke dalam rekaman pada hari ini. dengan cara tersebut, Gio dapat masuk ke dalam rumah itu tanpa terekam oleh CCTV yang ada.

Seperti apa yang ia lakukan kepada bu Elin waktu itu, Gio mulai menjalankan aksi selanjutnya, yaitu melakukan sabotase saluran AC. Diutak-atiknya saluran tersebut agar angin hembusan yang keluar berganti menjadi udara yang mengandung obat yang dapat menurunkan kesadaran bagi yang menghirupnya. Setelah itu, ia mengembalikan fungsi AC tersebut seperti semula, karena tak ingin jika korbannya terlalu kehilangan kesadaran mereka.

Setelah memastikan semuanya berjalan sesuai rencana, Gio mulai menuju ke pintu utama. Dengan pakaian serba hitam yang lengkap dengan penutup kepala (topeng), ia mulai mengeluarkan sebuah kartu yang bentuknya seperti kartu ATM. Kartu tersebut merupakan sebuah master key yang bisa mengacak system smart lock, sehingga siapa saja yang memiliki kartu tersebut dapat dengan mudah membobol pintu yang menggunakan system keamanan smart lock.

Beberapa detik kemudian smart lock mengindikasikan bahwa kunci berhasil dibuka, sehingga Gio bisa masuk ke dalam rumah tersebut tanpa membunyikan alarm keamanan. Gio mulai menyusuri rumah tersebut dan bergerak dengan hati-hati menuju ke salah satu ruangan.

….

Beberapa Hari yang lalu,

Tepat tiga hari setelah isi pesan dari istri pak basuki dan membuat hari-hari Gio tidak tenang. Ia tak tau apa yang sedang direncanakan oleh istri pak Basuki tersebut dan kenapa harus melibatkan dirinya. Tetapi bagaimana pun juga nasi sudah menjadi bubur, Gio sendiri lah yang pada saat itu menawarkan diri dengan meninggalkan nomor teleponnya agar bisa dikontak oleh istri dari pak Basuki tersebut.

Kembali Gio memandangi ponselnya yang berisikan pesan dari istri pak Basuki. Pesan tersebut berisi permintaan dari istri pak Basuki agar Gio membuat scenario perampokan palsu. Bersama dengan isi pesan tersebut juga diberitahukan kepada Gio lokasi tempat dimana dokumen-dokumen penting berada yang nantinya Gio lah yang diminta mengambil.

Gio sangat bingung dengan sikap dari istri pak Basuki tersebut. Entah bisa dapat wangsit darimana sehingga mempunyai pemikiran agar Gio merampok rumah mereka sendiri. Permintaan yang lebih anehnya lagi adalah ia meminta agar perampokan tersebut dilakukan saat suaminya berada di rumah. Mungkin kali ini alasannya agar suaminya begitu percaya bahwa itu benar-benar perampokan.

Gio diberi tenggat waktu lima hari sebelum melancarkan aksinya tersebut, yang berarti kurang lebih sekitar dua hari lagi ia harus melancarkan aksinya. Atas dasar tersebut, ia mulai menyiapkan rencana awal untuk menjalankan aksinya tersebut dengan mulus. Hari ini ia berniat untuk melakukan survei terlebih dahulu mengenai tempat tersebut.

Kebetulan juga ia hari ini tidak masuk sekolah akibat dari skorsing yang ia terima. Ia bergegas keluar kamar dan berpamitan kepada bu Dewi untuk pergi sebentar. Bersama dengan langkah kakinya, ia menuju ke kompleks perumahan yang di dalamnya terdapat rumah pak Basuki dan rumah orangtua bu Elin.

Gio memutuskan untuk duduk di pinggir jalan sesampainya ia di depan rumah yang ia maksud. Sembari memakan cilok yang ia beli dari abang-abangan, Gio mengamati dengan seksama tiap sudut rumah itu dan mencari celah tempat dirinya bisa melancarkan aksinya. Dari kejauhan ia melihat kamera pengawas (CCTV) yang terpasang di tiap sudut rumah tersebut. Ia baru menyadari bahwa rumah pak basuki tersebut terpasang CCTV di beberapa titik.

Karena tidak memungkinkan untuk melanjutkan eksplorasi dan investigasi, Gio memutuskan untuk kembali ke rumahnya dan berniat kembali pada malam harinya. Ia berpikir bahwa terlalu beresiko jika ia memaksakan diri untuk merangsak masuk ke dalam area rumah pak Basuki tanpa perlengkapan yang mempuni, ditambah lagi kini dapat dipastikan bahwa area rumah tersebut tercover oleh CCTV di setiap sudutnya.

Malam harinya, Gio kembali lagi ke tempat tersebut dengan membawa seperangkat drone yang dilengkapi beberapa perlengkapan canggih. Melihat kondisi yang sudah mulai sepi, Gio mulai menerbangkan drone tersebut. Tujuannya adalah melihat lebih dekat rumah pak Basuki untuk mendapatkan informasi lebih banyak dan lebih jelas.

Dilengkapi dengan kamera thermal yang canggih, drone tersebut mulai mengudara di atas rumah pak Basuki. Kamera tersebut dapat mendeteksi orang yang berada di dalam rumah dengan melihat perbedaan suhu dari orang dan benda yang berada di sekitarnya. Namun, ada satu kejanggalan di sana, di mana Gio tidak mendapati adanya manusia yang tertangkap oleh kamera drone miliknya.



Sembari mengernyitkan dahi, Gio bergumam, “kok nggak ada orangnya di dalam?”

“ah, mungkin mereka sedang pergi ke luar kota.” Bantahnya sendiri.



Selanjutnya, mode kamera tersebut berganti menjadi kamera normal yang menampilkan resolusi tinggi. Kini Gio mengamati setiap detail dari rumah itu, salah satunya adalah pintu utama, yang setelah di-zoom-in terlihat bahwa menggunakan smart lock.

Selain itu, Drone tersebut juga berputar putar untuk mencari informasi lain yang mungkin tadi luput dari pengamatan Gio. Selanjutnya, Gio menurunkan drone miliknya tersebut seiring dengan informasi yang ia dapatkan dirasa telah cukup. Gio pun pulang kembali ke rumah bu Dewi untuk beristirahat dan mempersiapkan segala perlengkapannya sebelum memulai eksekusinya.

Keesokan harinya, karena masih dalam masa skorsing, Gio kembali tidak datang ke sekolah dan kali ini malah menuju ke rumah rahasianya untuk menyusun rencana dan mempersiapkan perlengkapannya. Dibuatnya lah sebuah master key berbentuk kartu yang dapat mengacak-acak system keamanan smart lock pintu. Berbekal alat tersebut lah ia nanti akan merangsak masuk ke dalam rumah pak Basuki.

Selain itu, ia juga mempersiapkan perlengkapan lain, seperti penutup kepala, sarung tangan dan lain-lain. Gio ingin bermain dengan aman kali ini dan tidak ingin meninggalkan jejak sedikit pun, sehingga ia sangat mempertimbangkan segala sesuatunya dengan matang.

Kali ini Gio tidak ingin melibatkan Derry, sehingga ia memilih melakukan segala sesuatunya sendiri. Ia mulai mengurangi ketergantungan dengan seseorang dan tak ingin melibatkan Derry dalam suatu masalah lagi, meskipun mantan anak buahnya tersebut adalah orang yang setia.

Tak lupa, Gio juga menyiapkan sebuah perangkat lunak yang akan masuk ke dalam system kamera pengawas rumah pak Basuki. System tersebut akan membuat kamera pengawas tersebut melakukan looping atau pemutaran berulang rekaman CCTV beberapa hari sebelumnya. Atau dengan kata lain, kamera tersebut tidak akan merekam aktivitas yang terjadi di depannya ketika system tersebut mulai dioperasikan.

Setelah dirasa cukup, Gio mengemas segala perlengkapannya ke dalam sebuah tas ransel miliknya. Segera ia kembali ke rumah bu Dewi karena hari semakin sore. Bersama dengan itu, ia memiliki sebuah ide. Dimana ia tidak akan sepenuhnya patuh pada perintah dari istri pak Basuki tersebut.



....

Kembali ke hari kejadian,

Setelah berhasil masuk ke dalam rumah pak Basuki, Gio menuju ke ruangan yang dimaksud oleh istrinya tersebut untuk mengambil beberapa berkas sesuai dengan arahan darinya. Ruangan tersebut adalah ruang kerja milik pak Basuki. Salah satu instruksinya adalah membongkar laci meja yang disinyalir menyimpan bukti perselingkuhan dari pak Basukit.

Laci tersebut terkunci layaknya sebuah brankas pribadi. Untungnya laci ala brankas tersebut masih tergolong jadul dan hanya menggunakan system pengunci putar. Dengan teliti Gio mulai memutar kunci terebut sembari mendengarkan setiap bunyi hasil dari putarannya. Tak berselang lama laci tersebut dapat dibuka. Diambil lah sebuah ponsel yang tersimpan disitu.

Ada salah satu dokumen yang menarik perhatian Gio. Dokumen tersebut adalah laporan keuangan Perusahaan milik pak Basuki. Segera Gio memasukkan segala bentuk dokumen lain yang dirasa penting. Tak lupa juga Gio memasukkan ponsel yang tergeletak di ruangan tersebut dengan maksud siapa tau bahwa ponsel tersebut juga bisa menjadi petunjuk nantinya. Setelah semuanya selesai, tibalah kini Gio melanjutkan aksi lain di luar scenario dari istri pak Basuki.

Kini ia sudah berada di dalam kamar milik pak Basuki. Nampak sepasang suami istri tersebut masih terlelap dalam tidurnya dan tidak menyadari kehadiran Gio di hadapannya. Gio memandangi segala penjuru ruangan dan melihat bahwa ada foto keluarga yang terpampang di sana. Terlihat dari foto bahwa keluarga tersebut harmonis dengan pak Basuki dan istrinya Bersama dengan kedua anaknya. Sayangnya keharmonisan keluarga tersebut hanya tercetak di foto saja. Segalanya luluh lantah semenjak kehadiran orang ketiga.

Penasaran dengan siapa nama dari istri pak Basuki, Gio mencari dompet milik istri pak Basuki tersebut. Dompet yang tergeletak di meja dekat ranjang pun dia ambil dan terpampang kartu identitas atas nama Desi Fatikasari dengan usia kini menyentuh angka 43 tahun. Gio nampak sedikit terpesona melihat foto yang terpampang di sana, bagaimana anggun dan eloknya wanita tersebut ketika masih muda.

Kembali Gio memandangi sosok wanita yang masih terlelap tersebut. Meskipun telah berkepala empat, namun aura kecantikan masih terpancar dari wajahnya. Melihat pemandangan tersebut juga membuat Gio konak, karena pakaian yang dikenakan juga merupakan baju tidur dengan belahan dada rendah sehingga sedikit mengekspos bagian dada milik wanita itu.

Setelah meletakknya kembali ke tempat semula, Gio kembali melanjutkan aksinya. Diambilnya tali yang telah disiapkannya. Sebelumnya juga ia telah membawa bangku dari ruang makan untuk dibawa masuk ke dalam kamar tersebut. Diikatnya satu persatu antara pak Basuki dan istrinya menggunakan tali. Pak basuki ia ikat di bangku yang telah ia siapkan, sementara istrinya ia ikat tangannya ke belakang dengan membalikkan badannya. Setelah terikat ia kembali membaliknya ke posisi terlentang.

Tak lupa juga mulut keduanya ia tutup dengan kain, sehingga tidak bisa berteriak minta tolong. Menurut perkiraannya, sesuai dengan obat yang ia gunakan, sekitar 3 menit lagi mereka akan tersadar. Gio pun merebahkan dirinya di posisi pak Basuki tertidur tadi. Sementara pak Basuki saat ini duduk terikat menghadap ke arah ranjang tempat Gio dan istrinya berada.



“Basuki... sudah tersadar kau rupanya.” Ucap Gio setelah pak basuki membuka mata dan meronta karena tangan dan kakinya terikat.

“emmm.... emmmm....” jawab pak Basuki yang mulutnya tersumbat.

“gimana tidurmu? Nyenyak?” ucap Gio sembari menatap ke arah pak Basuki yang masih meronta-ronta.



Bu Desi yang berangsur-angsur tersadar pun juga terkejut dengan apa yang terjadi. Ia juga meronta-ronta berusaha lepas dari ikatan yang membelenggunya. Sayangnya ikatan tersebut sangat kuat sehingga tak mudah terlepas.



“Desi Fatikasari... sadar juga kau rupanya.” Ucap Gio yang menyadari bahwa bu Desi juga telah tersadar.

“Basuki... Basuki.... kau ini, sudah dikasih istri secantik ini tapi malah kau sia-siakan.” Ucap Gio lagi sembari memiringkan tubuhnya dan membelai lembut pipi bu Desi.

Ketika kesadarannya telah kembali, bu Desi menyadari bahwa orang itu adalah Gio. Tetapi ia tak pernah menyangka bahwa Gio akan melakukannya sejauh ini. Selain itu, ini juga bukan waktu yang telah ia tentukan sebelumnya, sehingga ia terkejut dengan aksi ini.



Gio beranjak dari posisi berbaringnya dan mendekati pak Basuki, “lihatlah istrimu itu basuki... tega-teganya kau menghianati wanita sepertinya.” Ucap Gio setengah berbisik kepada pak Basuki.

Gio kemudian berpindah mendekat ke arah bu Desi, “lihatlah suamimu yang lemah itu Desi... tak ada yang bisa kau harapkan dari lelaki lemah macamnya.”

“biar ku tunjukkan bagaimana laki-laki itu seharusnya.” Lanjut Gio sembari menjilat pipi bu Desi dan tersenyum mesum.

Bu Desi hanya bisa meronta ke kiri dan ke kanan. Tak banyak yang bisa ia lakukan selain meronta dan pasrah.



Sejurus kemudian, Gio duduk dengan bertumpu pada lutut dan lekas mencopoti satu persatu kancing baju tidur yang dikenakan oleh bu Desi. Dan membuka lebar area depan baju teresbut hingga terpampang dua bukit kembar miliknya yang terbungkus BH berenda berwarna cream. Gio terpesona melihat dua bukit kembar yang masih kencang itu. Dilorotkannya dengan paksa BH tersebut hingga ke bawah toket milik bu Desi dengan paksa.



“kau lihat ini Basuki? Barang seindah ini kau anggurkan dan lebih memilih Wanita lain diluar sana? Bodoh.” Ucap Gio dengan menatap pak Basuki.



Gio pun meremasi kedua toket bu Desi tersebut. Merasa tidak puas karena tangannya masih berbalut sarung tangan, ia melepaskan sarung tangan tersebut dan kembali meremasi toket montok itu. Bibirnya yang tak tertutup penutup kepala juga tak mau kalah dengan mulai menyosor ke area putting yang berwarna coklat sedikit tua tersebut. Secara bersamaan tangan dan mulutnya menjamah kedua toket milik bu Desi tersebut.

Bu Desi pun tidak dapat berkutik dengan apa yang sedang dilakukan Gio. Perlahan air mata juga menetes dari pelupuk matanya karena tidak menyangka bahwa ia akan “diperkosa” di hadapan suaminya sendiri. Sesekali ia melirik suaminya, karena merasa berdosa tubuhnya telah dijamah oleh lelaki lain. Tetapi ia juga membenci suaminya yang tega berselingkuh dengan wanita lain, sehingga mengurangi intensitas mereka di ranjang.

Sementara itu, pak Basuki hanya bisa menyaksikan bagaimana istrinya dijamah oleh lelaki lain, dihadapannya pula. Mau berusaha sekuat apapun rasanya sia-sia, karena mustahil bagi dirinnya untuk lepas dari belenggu tali yang mengikatnya. Namun, sepertinya ia juga ikut menikmati bagaimana istrinya dijamah oleh lelaki lain dihadapannya. Tak pernah ia merasakan secara langsung persetubuhan yang dilakukan oleh orang lain.



Setelah puas, Gio beranjak berdiri dan kembali mendekati pak Basuki, “sudah siap dengan pertunjukan selanjutnya Basuki?” ucap Gio dari samping kuping pak Basuki.

Pak Basuki pun mulai bercucuran keringat karena adrenalinnya yang meningkat dan tenaganya juga semakin lemah karena sedari tadi ia berusaha melepaskan diri namun sia-sia.

Gio Kembali mendekati bu Desi duduk dengan bertumpu lutut dan mendekatkan kepalanya ke kepala bu Desi, “sudah siap dengan kenikmatan yang tak akan pernah kamu lupakan Desi Fatikasari?” ucap Gio setengah berbisik.



Selanjutnya, Gio turun ke bawah dan melorotkan celana tidur Panjang milik bu Desi tersebut hingga terlepas. Sejatinya kaki bu Desi tidaklah terikat, bisa saja ia menendang Gio pada saat itu, tetapi ia tak melakukannya dan memilih untuk diam. Setelah celana tersebut melorot, terpampanglah CD berenda berwarna senada dengan bra miliknya itu. CD tersebut juga diloloskan Gio hingga memek gundul terawat yang berwarna coklat kemerahan itu terpampang di hadapan Gio.



Gio mulai membelai memek indah milik bu Desi yang telah lembab tersebut, “Goa indah ini yang telah lama tak disarangi kontolmu Basuki?” ucap Gio sembari menengok ke arah pak Basuki.

“lihatlah sebentar lagi, Basuki. memek ini akan memiliki tuannya yang baru” lanjut Gio.



Jari jemari lentik Gio mulai menjalankan aksinya. Mula-mula di belai dan dimainkannya bibir vagina tersebut dan lalu jari tengah Gio mulai mengobok-obok memek bu Desi. Di tusukkannya jari tengah miliknya ke dalam memek bu Desi dan sukses membuat bu Desi mendesah tertahan karena mulutnya yang tersumpal.

Bersama dengan itu, Gio mendekatkan wajahnya ke lubang peranakan milik bu Desi tersebut dan menjulurkan lidahnya untuk bisa ikut andil menikmati memek indah itu. Dijilatnya klitoris atau itil milik bu Desi tersebut. Tak hanya itu, klitoris tersebut juga dimainkan dengan lidah dan sesekali menggunakan bibirnya.

Bu Desi seperti dibawa melayang dengan apa yang dilakukan oleh Gio. Kepalanya menengadah ke atas menikmati setiap sodokan jari dan jilatan pada klitorisnya. Nafsu birahi perlahan namun pasti mulai memuncak dan menguasai dirinya. Setelah sekian lama tak pernah terjamah, rasanya ini sangat-sangat fantastis.

Gio semakin cepat mengocok memek bu Desi menggunakan jarinya seiring dengan kondisi memek tersebut yang semakin becek. Lidahnya juga semakin liar menjilati klitoris bu Desi. Bu Desi sendiri semakin kelonjotan dan segera akan menyemburkan cairan kenikmatan untuk pertama kalinya.

Benar saja, tak berselang lama, pinggulnya sedikit terangkat dan memeknya menumpahkan cairan kenikmatan tersebut. Cairan tersebut pun mengenai mulut dan topeng yang dikenakan oleh Gio. Namun, Gio malah senang dengan hal tersebut dan membiarkan bu Desi untuk menikmati sisa-sisa orgasmenya.



Gio beranjak dari posisinya dan Kembali mendekati pak Basuki, Diangkatnya dagu pak Basuki, “apa yang kau lihat barusan Basuki? Itu lah yang selama ini tak kau berikan kepada istrimu.”

Gio bersiap membuka celananya, “sudah siap dengan pertunjukan utamanya Basuki?” lanjut Gio sembari melucuti jeans hitam miliknya bersama dengan CD abu-abunya hingga kini ia telah setengah bugil.

Bu Desi yang melihat kontol tegang milik Gio pun tercengang karena ukurannya yang tidak biasa.

Gio kembali menindih bu Desi, “aku akan melepas penutup mulutmu, asal kau tak teriak dan jika nekat teriak, maka nyawa kalian berdua kupastikan melayang.” Ucap Gio mengancam.

Setelah berkata demikian Gio melepaskan kain yang membekap mulut bu Desi, “siapa kamu? Kenapa tega melakukan ini kepada kami?” ucap bu Desi sembari terengah-engah.

“kau tak perlu tau aku siapa. Yang terpenting adalah aku akan memberikanmu kenikmatan yang sudah lama kau rindukan.” Jawab Gio.

“lakukan saja setiap perintahku maka kamu dan suamimu akan selamat, tak hanya itu, aku jamin malam ini menjadi malam yang tak akan pernah kamu lupakan.” Lanjut Gio.

“….” Bu Desi tak menjawab dan hanya meneteskan air matanya.

Gio pun mendekatkan kontolnya di muka bu Desi dan menamparkan kontolnya di pipi bu Desi, “ayo buka mulutmu wahai Desi Fatikasari.” Ucap Gio sembari menggesekkan kontolnya di pipi bu Desi.



Tak ada pilihan lain dari bu Desi selain menuruti permintaan Gio. Kontol jumbo milik Gio juga seolah menghipnotis dirinya hingga ia memiliki keyakinan bahwa kontol tersebut bisa membuatnya puas malam ini. ia mulai membuka mulutnya untuk menyambut kontol Gio yang mulai menyundul-nyundul bibirnya.

Setelah kontolnya masuk ke dalam mulut bu Desi, Gio memutar tubuhnya. Kini kepalanya berada di atas selangkangan bu Desi. Jarinya kembali membelai lembut memek indah milik bu Desi. Disibakkannya labia minora bu Desi dan disusul dengan serangan lidah pada lubang peranakan milik bu Desi tersebut.



“aghhh....” desah tertahan bu Desi tatkala lidah Gio mendarat di area paling sensitive miliknya.



Sementara itu, Gio juga memaju mundurkan kontolnya yang telah bersarang di mulut bu Desi. Kontolnya pun terasa basah karena air liur bu Desi yang melumeri setengah batang kontolnya. Kontol jumbo tersebut tak bisa ditampung sepenuhnya oleh mulut bu Desi dan air liur pun menetes dari sela-sela kontol dan mulutnya. Penjamahan yang terjadi di memek bu Desi pun tak kunjung usai. Jari-jemari Gio kembali mengobok-obok memek tersebut.

Merasa cukup, Gio pun menarik kontolnya dari mulut bu Desi dan ingin segera menikmati lubang kenikmatan milik bu Desi. Segera ia beranjak dari posisinya dan mengangkangi selangkangan bu Desi. Diarahkannya kontol jumbo miliknya itu di depan lubang kenikmatan tersebut dan digesekkannya kepala kontol tersebut pada bibir vagina bu Desi.



“sudah siap melihat lubang yang telah melahirkan dua anakmu ini menjadi milikku Basuki?” ucap Gio sembari menengok ke arah pak Basuki.

“terima kontolku di dalam memekmu Desi Fatikasari....” Lanjut Gio sembari memandang bu Desi yang hanya terpejam dan lalu menusukkan kontolnya di lubang peranakan itu.

“ohhh.....” pekik bu Desi ketika kepala kontol itu berhasil menyeruak masuk ke dalam memeknya.

Gio menarik keluar kembali kepala kontolnya, “minta ijin dulu ke suamimu buat aku entot wahai Desi Fatikasari.” Ucap Gio sembari menggesekkan kepala kontolnya di bibir memek bu Desi.

“ohhh... iyahh... pliss masukinn....” jawab bu Desi

“ayo minta ijin dulu atau ku biarkan dirimu tak sampai klimaks?” perintah Gio dengan masih menggesekkan kepala kontolnya.

“pahhh... mamah minta ijinn....” ucap bu Desi spontan karena nafsunya telah berada di ubun-ubun dan tak peduli bagaimana perasaan suaminya yang berada di hadapannya.

Gio Kembali menusukkan kepala kontolnya ke memek bu Desi dan menariknya lagi, “minta ijin bua tapa?” tanya Gio ketika kontolnya Kembali tercabut keluar.

“buat dientott… ohhh….” Jawab bu Desi.

“kau dengar sendiri apa yang dikatakan oleh istrimu ini, Bas?” ucap Gio sembari menengok kembali ke arah pak Basuki dan tersenyum.

Sejurus kemudian, Gio menusukkan Kembali kontolnya ke dalam memek bu Desi sedalam mungkin, “ohhh plissss…. pelannn… ahhh… besarrr bangethhh” pekik bu Desi.

“ughhhh… rapet juga memekmu ini.” Ucap Gio yang masih berusaha mendorong lebih dalam lagi kontolnya.

“pelann.... perihhh... uhhhh... tapi enaghhh......”



Gio mulai memaju mundurkan kontolnya dan lekas mendekatkan kepalanya ke kepala bu Desi. Sejurus kemudian, bibir mereka telah bersatu dan lidah mereka telah beradu. Sementara itu, Gio masih terus memompa kontolnya di memek bu Desi dengan ritme yang konstan, tidak cepat dan tidak pelan. Selain mencumbu bibirnya, Gio juga menjamah leher bu Desi hingga ke dadanya dan berakhir di bukit kembar milik bu Desi yang kembali dikenyotnya.



“ohhh.... lebih dalammm....”

“Terussss....”

“lagihhh...” Racauan yang terus keluar dari mulut bu Desi seiring dengan genjotan Gio.

“iyahhh... isep pentilkuhhh... terusshhh.... uhhhh….”

“kau lihat dan dengar sendiri apa yang dirasakan dan diucapkan oleh istrimu, Bas?” ucap Gio sembari terus menggenjot bu Desi sembari menengok ke arah pak Basuki.



Kontol Gio semakin dalam menembus memek bu Desi hingga mentok menyundul leher rahim milik bu Desi. Gio pun semakin semangat menggenjot memek bu Desi dengan menaikkan tempo genjotannya. Sementara bu Desi hanya bisa mendesah dan mendesah karena kenikmatan yang ia peroleh.



“ohhh... memekmu enak bangett....” ucap Gio sembari terus menggenjotnya.

“iyahhh... terusss... lebih cepatthhh..... ahhhh....” racau bu Desi.



Gio semakin meningkatkan ritme genjotannya dan semakin membuat bu Desi melayang-layang hingga lupa daratan. Seiring dengan ritme genjotannya yang kencang, bu Desi kembali merasa akan sampai pada orgasmenya kembali.



“arghhhh... iyahhh... sampaiiii.... aku sampaiii....”

“ahhh.... terusss..... genjottt....”

“Keluarghhhhh.... uhhhh” pekik bu Desi sesaat sebelum semburan cairan kenikmatan mengalir deras dari lubang memeknya.

Gio menghentikan genjotannya ketika kontolnya terasa diremas oleh dinding-dinding memek bu Desi dan lalu disembur cairan kenikmatan itu, “Gimana? Udah puas apa masih kurang?” ucap Gio kepada bu Desi.

“hah.... hah.... hah....” bu Desi terengah-engah di sisa-sisa orgasme keduanya.



Gio mencabut kontolnya dari memek bu Desi dan langsung cairan itu meleleh ke kasur karena sebelumnya tersumbat kontol besar milik Gio. Ia beranjak dari posisinya dan kembali mendekati pak Basuki yang sedari tadi matanya tak beralih dari pemandangan persetubuhan panas antara Gio dengan istrinya tersebut.



“Bagaimana Basuki, puas melihat apa yang ku lakukan kepada istrimu? Lihatlah istrimu itu, sebegitu menikmatinya dia dengan sodokan kontolku sampai lupa kalo suaminya menontonnya sedari tadi. Itu yang kau dapatkan karena kejamnya dirimu tak memberikannya nafkah batin.” Ucap Gio dengan tegas tepat di kuping pak Basuki.

“sudah siap dengan ronde berikutnya?” lanjut Gio sembari berjalan ke Tengah diantara bu Desi yang masih merebahkan diri dan pak Basuki yang terduduk di kursi.



Gio menuntun bu Desi untuk berdiri di hadapan suaminya. Kembali ia mencumbu dengan panas bibir istri dari pak Basuki di hadapan suaminya langsung. Gio menyuruh bu Desi untuk menjilati lehernya hingga ke pusar dan dilanjutkan mengulum kontolnya di hadapan suaminya.

Dengan binalnya bu Desi menuruti permintaan dari Gio dan mulai menjulurkan lidahnya ke leher Gio dan meliak-liukkan lidahnya menyusuri leher, mengecup puting Gio, ke pusar, hingga berakhir lidahnya menjamah kontol Gio yang masih tegak dengan gagahnya. Mulai dimasukkannya kontol tersebut ke dalam mulut bu Desi dan mulai menyepongnya dengan memaju mundurkan kepalanya.

Pak Basuki lagi-lagi dihadapkan dengan adegan bokep, tetapi kali ini ia menyaksikannya secara langsung, dengan mata kepalanya sendiri. Ia tak menyangka bahwa istrinya dapat bertingkah sebinal itu. Terlebih lagi selama pernikahannya tak pernah istrinya berperilaku seperti itu kepadanya, tetapi kali ini dengan orang lain yang bahkan ia tak tau itu siapa malah ia bisa bertingkah sebinal itu. Kontolnya yang sedari tadi ngaceng pun ingin rasanya ia kocok hingga keluar pejuhnya karena merasa tak tahan menyaksikan adegan panas yang ada di depannya.



“cukup... cukup...” ucap Gio menghentikan aktivitas menyepong yang dilakukan oleh bu Desi setelah beberapa saat.

Bu Desi menghentikan sepongannya dan mendongakkan kepalanya ke arah Gio seolah menunggu aba-aba berikutnya.

Gio kembali mendekat ke arah pak Basuki, “kasihan ada yang dari tadi ngaceng tapi nggak bisa melampiaskan.”

Gio melorotkan celana piyama yang dikenakan oleh pak Basuki Bersama dengan CD-nya, “sekarang kamu nungging di depan suamimu.” Lanjut Gio sembari memberikan arahan kepada bu Desi.



Bu Desi pun menuruti perintah dari Gio tersebut dengan menungging dengan posisi berdiri di depan pak Basuki. Gio berpindah posisi ke arah belakang bu Desi dan kembali menjilati lubang memek bu Desi dari belakang. Sesekali juga lidahnya menyentuh lubang dubur milik bu Desi.

Selanjutnya, Gio memegangi tangan terikat bu Desi yang berada di pinggul belakang. Kontolnya kembali diarahkan ke lubang memek milik bu Desi. Perlahan namun pasti, dari mulai kepala kontol hingga batangnya mulai menyeruak masuk ke dalam memek itu.

Bu Desi hanya bisa mendesah dan sedikit mendongakkan kepalanya dan memejamkan mata hingga sejajar dengan wajah suaminya yang berada di depannya. Ia sudah sepenuhnya dikuasai oleh nafsu, hingga tak peduli bahwa orang yang berada di depannya adalah suaminya. Desahan demi desahan keluar dari mulutnya seiring dengan genjotan yang dilakukan oleh Gio terhadap memeknya.



“ahhh... terusss....”

“iyahhh....”

“Tuhannn.... enakkkkhhh....”

“plissss.... uhhh... lebih kerasss...”

Gio menampari pantat bu Desi yang tak kalah montok itu dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya menahan tangan bu Desi yang terikat, “mendesahlah lebih keras.” Ucap Gio ditengah hentakan dan tamparannya.

“iyahhh... iyahhhh....”

Setelah hampir 10 menit berlalu genjotan masih terus dilakukan oleh Gio, “ayo sepong kontol suamimu itu, biar dia juga merasakan nikmatnya sepongan dari mulutmu itu.” perintah Gio.

“aku ga mau.... aku Cuma mau kontolmuhhh....” jawab bu Desi

“lakukan atau aku berhenti disini.” Ancam Gio.

“jangann…. Iyahhh… akan aku lakukan…..”



Bu Desi Kembali tak memiliki pilihan selain menuruti permintaan gila dari Gio. Mulai diturunkannya kepalanya hingga mendekat ke kontol pak Basuki yang panjangnya tak sampai setengah dari kontol Gio. Langsung dicaploknya kontol itu hingga tenggelam dalam mulutnya dan ia mulai menggerakkan kepalanya ke atas dan ke bawah.

Pak basuki pun tak bisa memungkiri kenikmatan yang ia peroleh dari sepongan istrinya tersebut. Adrenalinnya semakin terpacu karena ada orang lain juga yang saat ini sedang menyetubuhi istrinya.

Gio yang melihat adegan tersebut semakin bersemangat menggenjot bu Desi dan meremasi toket bu Desi yang menggantung dengan indah. Semakin liar dan cepat genjotan Gio hingga bu Desi hampir sampai pada orgasme ketiganya. Hal tersebut terasa karena memek bu Desi berkedut seperti akan Kembali melelehkan lahar kenikmatannya.

Gio pun lebih memilih menarik kontolnya dan tidak melanjutkan genjotannya, sehingga bu Desi tidak sampai pada orgasmenya yang ketiga. Bu Desi yang merasa sebentar lagi akan sampai tetapi malah dicabut kontol itu dari memeknya pun terkejut dan menengok ke arah Gio.



“kenapa dicabut?” rengek bu Desi.

“silahkan kalian melanjutkan berdua, ku cukupkan malam ini sampai disini.” Jawab Gio sembari berjalan ke arah celananya yang tergelak di lantai lalu memungutnya dan memakainya kembali.

“tolong jangan… aku hampir sampai…” rengek bu Desi.

“lanjutkan Bersama suami lemahmu itu.” Ucap Gio sembari menggunakan kembali sarung tangannya.

“tidak, aku mohon...”

Gio tak memperdulikannya dan memilih untuk menyudahinya. Ia pun mengeluarkan sebatang lilin dan korek api. Ia meletakkan lilin yang telah ia nyalakan tersebut di meja rias bu Desi, “Gunakan lilin ini untuk melepas ikatan tali itu.”

Sebelum pergi Gio menyempatkan kembali mendekati pak Basuki dan membuka penutup mulutnya, “bagaimana pertunjukan malam ini basuki?” tanya Gio kepada pak Basuki.

“SIAPA KAMU? BAJINGAN KAMU.... BAJINGAANNN.....” teriak pak Basuki penuh amarah kepada Gio.

Gio tak menghiraukannya dan berlalu pergi meninggalkan bu Desi yang masih duduk bersimpuh di depan pak Basuki yang terduduk di kursi, “selamat melanjutkan kesenangan.” Ucap Gio sebelum hilang dari balik pintu.



Bu Desi bergegas bangkit dari duduk bersimpuhnya karena tak ada artinya bila ia hanya meratapi gagalnya ia mendapatkan orgasmenya yang ketiga kali. Ditambah lagi, lilin itu semakin lama semakin memendek karena meleleh, sehingga mau tidak mau ia harus cepat agar bisa melepaskan tali yang mengikatnya itu. Dengan berjalan tertatih ia mendekati tempat dimana lilin tersebut berada.

Dengan bantuan cermin di meja riasnya, ia mengarahkan tangannya dengan hati-hati ke arah sumber api lilin. Dengan posisi tersebut sebarnya agak sulit bagi dirinya untuk bisa mengarahkan tangannya, karena ia harus membelakangi lilin tersebut. Namun ia tetap berusaha sekuat tenaga untuk bisa melepaskan tali yang mengikatnya. Nyatanya, usaha yang ia lakukan tak menghianati hasil, beberapa saat kemudian tali tersebut berhasil terlepas dari tangannya.



Bu Desi lalu melepaskan ikatan pada tangan dan kaki pak Basuki, “ma, tolong lanjutin yang tadi.” Rengek pak Basuki meminta bu Desi untuk Kembali menyepong kontolnya.

“nggak.” Jawab bu Desi dingin.

“tolong jangan dengerin orang itu. Orang itu fitnah papa ngelakuin selingkuh lah apa lah. Papa ga pernah ngelakuin itu ma… semuanya fitnah.” Ucap pak Basuki berusaha mengklarifikasi.



Bu Desi pun tak peduli dengan ucapan dari suaminya tersebut dan memilih memunguti pakaiannya yang berserakan dan bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di kamar mandi, di bawah guyuran air shower, ia Kembali terngiang kejadian yang baru saja ia alami. Ia tak menyangka bahwa kejadian tersebut akan menimpanya. Anehnya juga ia malah menikmati “pemerkosaan” itu.

Memeknya baru terasa ngilu saat ini karena adrenalinnya berangsur turun. Bagaimana tidak, seumur-umur baru kali ini sebuah rudal dalam bentuk kontol baru saja menembus memeknya yang telah lama tak di jamah oleh lelakinya, ditambah lagi kontol suamminya yang cenderung mungil itu lah yang selama ini bersarang di memeknya, tak ada yang lain.

Di sisi lain, selama hidupnya juga tidak pernah ia bersetubuh dihadapan orang lain, terlebih lagi orang itu adalah suaminya. Satu-satunya orang dalam hidupnya yang pernah menjamah memeknya. Selain Gio barusan tentunya.

Sementara itu, di kamar tempat dimana pak Basuki berada ia mengocok batang kontolnya sendiri sembari ngedumel karena istrinya tak mau melayaninya. Hingga tak lama kemudian ia sampai pada klimaksnya dengan sperma yang berceceran di batang kontolnya, seakan sperma hanya menetes dari kontolnya.

Bu Desi yang telah selesai mandi pun kembali ke kamarnya dan merebahkan diri di kasur, seolah tak terjadi apa-apa. Sementara pak Basuki juga berada di sampingnya, namun ia punggungi, karena ia tidur miring.

Di tempat lain, Gio telah sampai di rumah rahasianya lagi. Ia sengaja pamit tidak pulang kepada bu Dewi tadi karena memang memiliki rencana untuk tidur di rumahnya tersebut. Gio melepas segala perlengkapan yang ia kenakan dan merebahkan diri di kasur sembari membayangkan kira-kira apa yang sedang terjadi di rumah pak Basuki. Selain itu, ia juga menjadi menerka-nerka apa yang akan dilakukan oleh bu Desi ketika ia meninggalkannya dalam kondisi kentang.

Ia sengaja membiarkan hal tersebut terjadi untuk memancing reaksi dari bu Desi. Selain itu juga, ia membiarkan pak Basuki juga merasakan hal yang sama, karena ia yakin bahwa bu Desi tidak mungkin melanjutkan sepongannya setelah ia pergi, sehingga pak Basuki pasti kentang dan ujung-ujungnya coli sendiri.

Beberapa jam kemudian, pak Basuki baru menyadari bahwa berkas-berkasnya banyak yang hilang ketika ia Bersiap untuk menuju ke kantornya. Setelah itu, ia menelpon polisi dan melaporkan bahwa telah terjadi perampokan di rumahnya. Selain itu, ia juga mempostingnya di akun media sosial miliknya untuk menarik simpati para warganet sekaligus ajang untuk menarik banyak followers.

Benar saja, tak berselang lama Gio yang masih berada di rumah rahasianya menyalakan tv dan langsung disuguhkan dengan berita breakingnews dengan headline “Rumah Seorang Influencer Jadi Sasaran Perampokan Profesional: Kejadian Mengejutkan di Dunia Media Sosial”. Gio hanya tersenyum melihat berita tersebut.

Di sisi lain, bu Desi Nampak cemas melihat kondisi ini, karena polisi memerikas TKP dan banyak wartawan yang berdatangan ingin meliput. Selain itu, bu Desi dan pak Basuki juga dimintai keterangan terkait dengan pelaku perampokan tersebut. Selanjutnya pemeriksaan forensic juga dilakukan untuk mengumpulkan bukti fisik dari tempat kejadian.

Apakah ini akan menjadi masalah baru bagi Gio? Atau ia bisa lolos begitu saja atas aksi yang baru saja ia lancarkan? Entahlah, biarkan polisi melakukan tugasnya dan tunggu hasilnya bagaimana.



Lanjut ke Part 12 : Back to School
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd