Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG REBIRTH OF SHADOW: CIRCLE OF MILF

Part 13

Glimmer of Light






Beberapa bulan berlalu, Gio masih belum melakukan apa-apa. Baik itu masalahnya dengan bu Dini maupun keluarga pak Basuki. Ia memilih untuk diam sejenak dan mengamati yang sedang terjadi di sekitarnya. Rasa-rasanya baru kali ini lah waktu yang tepat bagi dirinya untuk melancarkan aksi-aksinya kembali.

Kondisi di keluarga pak Basuki mulai kondusif dengan berangsur-angsurnya berita yang perlahan mulai surut memberitakan “musibah” yang mereka alami. Pada akhirnya polisi tidak memiliki cukup bukti untuk dapat menemukan dan mengamankan siapa dalang atau pelaku di balik perampokan yang terjadi di kediaman pak Basuki tersebut.

Media juga sepertinya sudah mulai bosan melihat pemandangan pak Basuki yang seolah memanfaatkan situasi tersebut untuk mendapatkan simpati dan atensi dari publik. Pak Basuki memang benar-benar memanfaatkan kondisi tersebut untuk membuat dirinya dan bisnisnya semakin terkenal dan menarik minat masyarakat. Sayangnya masyarakat di tempat tersebut sangat mudah dibodoh-bodohi dengan sajian konten yang semacam itu, sehingga mudah bagi kaum kapitalis memanfaatkan simpati dari mereka semua.

Alasan mengapa pada akhirnya berita perceraian tidak terdengar pun menjadi gamblang, karena Gio mengetahui alasan kedua pasangan tersebut tidak memutuskan untuk bercerai setelah semuanya telah jelas. Hal tersebut ia ketahui setelah membuka dokumen yang ia curi tempo hari dari rumah pak Basuki. Ternyata keduanya memang simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan dan saling membutuhkan, jadi perceraian tentu bukanlah menjadi jalan tengah yang baik untuk keduanya.

Sementara itu, kondisi sekolah juga sama. Gio masih menerka-nerka tentang langkah apa yang akan ia ambil untuk memberikan “hukuman balik” kepada bu Dini atas apa yang pernah dilakukannya tempo hari. Sembari memikirkan langkahnya, ia juga mengamati tentang kondisi sekitar yang sekiranya mampu untuk mendukung aksi yang kemungkinan akan segera ia jalankan.

Kondisi pembelajaran pun semakin intens dan semakin dekat dengan ujian Tengah semester. Gio masih tetap berlatih Brazilian Jui Jitsu (BJJ) Bersama dengan bu Niki. Minggu demi minggu ia selalu mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh bu Niki di sekolah. Progress yang ia dapatkan pun semakin baik dan semakin mahir ia mempraktekkan apa yang telah diajarkan pada Latihan.

Puncaknya adalah ketika ia diminta langsung oleh bu Niki untuk mewakili sekolah dalam perlombaan BJJ antar perguruan atau dalam hal ini perguruan tersebut masuk dalam naungan sekolah. Mau tidak mau Gio pun bersedia untuk mengemban tugas yang diberikan oleh bu Niki tersebut selaku pelatih dan instrukturnya.

pagi ini adalah pagi di hari minggu, dimana sekolahan pun sedang libur. Gio yang sedang bermalas-malasan di kamar pun dikejutkan dengan nada dering yang menandakan pesan masuk di handphone-nya. Dibukanya pesan tersebut dan berisi perintah dari bu Desi yang memintanya untuk menyerahkan apa yang telah mereka sepakati sebelum perampokan palsu dilakukan.

Gio tidak menaruh ekspektasi apa-apa ketika membaca pesan tersebut. Dipikirannya hanya ada antara bu Desi mengajaknya untuk bersetubuh kembali atau ia akan digampar olehnya karena menjalankan misi dengan tidak semestinya. Namun, pikirannya kembali flashback ke beberapa bulan yang lalu ketika bu Desi merintih kenikmatan ketika kontolnya menghujami memek bu Desi yang sempit itu. Jadi kemungkinan kedua yang ada di pikirannya segera ia hilangkan.

Setelah membaca pesan tersebut, segera Gio bersiap diri untuk menemui bu Desi dengan membawa apa yang dimintanya. Setelah berpamitan dengan bu Dewi, Gio berencana mampir ke rumah rahasianya terlebih dahulu untuk mengambil barang yang diminta oleh bu Desi. Setelah itu barulah ia melangkahkan kaki menuju ke rumah bu Desi.

Sesampainya di depan rumah tersebut, tak Nampak mobil dari pak Basuki yang biasanya terparkir di carport rumahnya ketika pak Basuki sedang berada di rumah. Segera Gio mengetuk pintu rumah tersebut berharap agar bu Desi segera membukakakn pintu untuknya. Lebih dari tiga menit ia mengetuk pintu tak nampak tanda-tanda bahwa pintu akan segera dibuka dari dalam. Tiba-tiba....



*HEZRRTTTTT.....* bunyi sebuah sengatan Listrik.



Tubuh Gio disetrum menggunakan Stun Gun dari belakang dan sukses membuat Gio ambruk lemah tak berdaya. Bersama dengan kondisi tubuhnya yang lemas, barang yang ia bawa pun ikut terjatuh ke lantai. Setelah itu, orang yang menyetrum Gio dengan Stun Gun tersebut membawa Gio masuk ke dalam rumah milik pak Basuki dan Bu Desi tersebut.

Didudukkannya tubuh Gio pada sebuah bangku kayu dengan tangan, kaki, dan mulut terikat. Kesadaran Gio tidak hilang sepenuhnya, tetapi tubuhnya lemas tak berdaya, sehingga ia tidak mampu memberikan perlawanan atas orang yang melakukan hal tersebut kepada dirinya. Orang tersebut pun kini berdiri di hadapan Gio dengan wajah tersenyum senang.



“bagaimana rasanya menjadi tidak berdaya, Gio?” tanya orang tersebut.

“...” Gio tak menjawab.

“syukurlah kamu tidak tertangkap polisi atas ulahmu kemarin.”

Orang tersebut perlahan mulai mendekatkan kepalanya ke kepala Gio, “selain kriminal, ternyata kamu itu juga kurang ajar. Bisa-bisanya aku kau buat mendesah keenakan di depan suamiku sendiri.”

“untungnya kontolmu itu besar dan kuat” lanjutnya sembari mengelus selangkangan Gio yang masih berbalut jeans tebal dan sempaknya.



Ya orang itu tak lain dan tak bukan adalah bu Desi. Sosok Wanita yang sangat sulit ditebak. Seorang Wanita dengan segudang rencana. Kali ini ia berhasil membuat Gio tak berdaya dihadapannya. Setelah berhasil mendapatkan apa yang ia mau, kini sasarannya adalah kontol Gio. Kontol yang beberapa hari lalu berhasil menyarangi memeknya yang telah lama tak terjamah oleh laki-laki. Kontol yang membuat dirinya lupa akan suaminya dan kontol jahanam yang tega meninggalkan sarangnya ketika sarangnya baru akan menyemburkan laharnya.



“setelah apa yang kamu lakukan kepadaku beberapa bulan lalu, kini giliranku Gio. Giliranku yang mengambil alih kendali atas tubuhmu.” Ucap bu Desi.



Gio masih tak berbicara dan nampak seperti orang lemas, tetapi matanya terus menyorot ke arah bu Desi yang mulai berjongkok di hadapannya. Segera bu Desi berjongkok di hadapan Gio dan mulai melepas kancing pengait celana Jeans yang digunakan oleh Gio. Setelah itu, dilorotkannya dengan paksa celana tersebut bersama dengan CD yang dikenakan oleh Gio hingga terpampang sebatang kontol Jumbo yang masih tertidur.



Dielusnya kontol tersebut, “batang kontol ini yang selalu aku rindukan sejak ia bersarang pertama kali ke lubang memekku.” Ucap bu Desi sembari menggigit bibir bawahnya menggesek memeknya sendiri dari balik celana yang ia pakai.



Segera ia genggam kontol tersebut dengan tangannya dan muali dikocoknya. Perlahan namun pasti tangan bu Desi dengan terampil naik turun mengocok kontol jumbo milik Gio tersebut. Sementara Gio hanya bisa menikmati permainan tangan yang sedang dilakukan oleh bu Desi itu. Tak hanya mengocoknya, bu Desi juga meludahi kontol Gio beberapa kali untuk membasahinya.



“gimana? Enak?” tanya bu Desi kepada Gio sembari terus mengocok kontol Gio yang semakin membesar.

“...” Gio tidak menjawab pertanyaan dari bu Desi tersebut.



Tak hanya mengocoknya, bu Desi mulai mengarahkan mulutnya menuju kontol Gio. Dijilatnya kepala kontol tersebut layaknya anak kecil yang sedang menjilati eskrim kesukaannya. Kepala kontol tersebut dijilatnya secara memutar dan kemudian dengan cepat dimasukkannya ke dalam mulut. Lidah bu Desi menari-nari di kepala kontol Gio yang setelah beberapa saat bergerak menyusuri setiap inchi batang kontol tersebut hingga ke pangkalnya.

Setelah puas dengan permainan lidahnya, bu Desi mulai memasukkan kontol tersebut ke dalam mulutnya. Gerakan naik turun terus dilakukan bu Desi kepada kontol Gio. Rambutnya yang dibiarkan terurai pun ikut mengayun naik turun seirama dengan Gerakan mulut bu Desi. Karena besarnya ukuran kontol Gio membuat air liur mulai ikutan menetes dari sela-sela kontol dan mulut yang saling beradu.



*oclok... oclokkk... oclokkkk...* suara khas adegan blowjob mulai menghiasi adegan panas tersebut.



Sesekali bu Desi melepaskan kulumannya untuk mengambil nafas. Ia seakan kesetanan dengan kontol Gio dan tak ingin melewatkan momen sedetikpun, sehingga dengan intens ia terus melanjutkan blowjobnya. Sesekali bu Desi juga melakukan deep throat dan langsung melepaskan kulumannya, begitu terus beberapa kali dan berulang.



Setelah kurang lebih tiga menit berkutat dengan penyepongan, akhirnya bu Desi menyudahinya. Area bibir dan mulutnya sudah teramat basah oleh air liurnya sendiri yang belepotan kemana-mana. Begitu pula kontol Gio yang sudah sangat basah oleh air liur bu Desi dan cairan pelumas yang keluar dari kontolnya menjadi satu.



“Gimana? Enak?” tanya bu Desi lagi sembari mengikat rambutnya yang sebelumnya terurai.

“kita lanjut ya...” ucapnya manja bersama dengan gerakan tangannya yang melorotkan celana tanpa CD-nya sendiri sembari menatap manja Gio yang masih duduk terikat dengan mulut tersumpal.



Sesaat setelahnya, bu Desi mulai memposisikan diri di pangkuan Gio dengan membelakanginya. Ia genggam batang kontol yang gagah perkasa tersebut dengan tangan kanannya, lalu ia arahkan memeknya di kontol yang telah tegak sempurna tersebut. Mula-mula ia gesekkan kepala kontol tersebut pada bibir memeknya sendiri. Setelahnya, ia turunkan bokongnya perlahan hingga kepala kontol tersebut perlahan masuk kedalam bibir memeknya.



“aakkhhhh.... hmmmsss....” rintihnya sendiri sembari mendongakkan mukanya ke atas saat kepala kontol tersebut mulai menyeruak masuk menembus bibir memeknya.



Bu Desi menarik kembali pantatnya ke atas, karena sepertinya masih terasa ngilu saat kontol itu kembali masuk ke dalam lubang peranakan miliknya, sehingga perlu penyesuaian kembali agar memeknya bisa menampung kontol sebesar itu. Beberapa kali ia mencoba memasukkan dan mengeluarkan kontol tersebut dari memeknya. Hingga percobaan ke sekian kali akhirnya baru terasa enak dan perlahan mulai menurunkan pantatnya Kembali dan membiarkan kontol milik Gio lebih dalam menusuk memeknya.



Bu Desi membiarkan kontol tersebut bersarang sejenak di dalam memeknya sembari melenguh panjang, “ughhhh.... hmmsss.....” desahnya ketika kontol tersebut berhasil sampai pada titik terdalamnya.



Bu Desi berusaha membiasan kembali memeknya dengan kontol milik Gio. Dengan telaten ia terus menaik turunkan pinggulnya, hingga kini hampir separuh kontol Gio bisa masuk ke dalam memeknya. Seiring dengan gerakan menaik-turunkan pinggulnya yang intens, keringat sebesar biji jagung juga mulai menetes membasahi tubuh bu Desi.



“huh.... hah..... agghhh..... iyahhh... iyahhh...” desahan bu Desi setiap kontol Gio terus menyeruak masuk menembus dinding memeknya.



Hampir lima menit bu Desi berpacu dengan gerakan menaik-turunkan pinggulnya, hingga kini kontol Gio sudah dapat menyundul dinding rahimnya. Bu Desi semakin bersemangat bergoyang riya di atas pangkuan Gio. Tak hanya menaik-turunkan pinggulnya, ia juga menggoyangkan pinggulnya memutar bak sedang mengulek sambal. Tangannya juga aktif meremasi buah dadanya sendiri yang masih terbalut lengkap dengan kaos dan bra-nya.



“arrgghhhh... aahhh..... hzzzz...” bu Desi terus mengeluarkan desahan disertai dengan desisannya.



Beberapa saat kemudian memek bu Desi berkedut dan tak lama berselang lahar kenikmatan membanjiri kelamin kedua ingsan tersebut. Bu Desi pun lantas mengambrukkan diri dengan kontol yang masih menancap di memeknya ke tubuh Gio yang masih terduduk. Bu Desi berusaha mengatur nafasnya kembali yang ngos-ngosan setelah permainannya sendiri.

Bu Desi memiringkan kepalanya dan membuka penutup mulut yang menyumpal mulut Gio. Sejurus kemudian, ia melumat mulut Gio dengan ganasnya. Permainan lidah antara keduanya pun tak terelakkan. Tangan bu Desi juga turut mengusap lembut wajah Gio yang tepat berada di depannya. Tak berselang lama, keduanya pun menyudahi permainan lidah dan bibir mereka.

Gio kini berusaha merangsang Kembali bu Desi dengan menjilati batang lehernya. Bu Desi pun menyambutnya dengan sedikit memiringkan kepalanya dan menengadahkan kepalanya ke atas. Tak hanya lehernya, kuping bu Desi juga menjadi target dari Gio. Dikecupnya daun telinga tersebut dan lalu dijilatnya area telinga bagian belakang milik bu Desi.

Ketika bu Desi dibuat melayang Kembali, tanpa disadari bahwa ikatan tali di tangan Gio sudah berhasil terlepas. Gio sebenarnya tidak benar-benar lemas tadi ketika terkena Stun Gun, ia hanya ingin melihat sejauh mana permainan dari bu Desi ini berjalan, sehingga ia memutuskan untuk pura-pura lemas.

Setelah itu, Gio mendorong tubuh bu Desi agak keras hingga ia terdorong ke depan. Kontol dan memek yang sedari tadi menyatu padu pun menjadi terlepas. Dengan cepat dan cekatan Gio melepaskan ikatan kakinya dan tak lupa pula ia menanggalkan celananya yang tadi hanya dibuka sedikit oleh bu Desi bersama dengan kaos yang ia kenakan.



Bu Desi yang terkejut pun malah menengok ke arah Gio sembari menggigit bibir bawahnya, “aku suka sisi liarmu itu.” Ucapnya.



Segera Gio menghampiri tubuh bu Desi yang seperti orang merangkak tersebut. Segera ia daratkan bibirnya di memek bu Desi yang telah basah oleh lahar kenikmatan efek dari pertempuran mereka barusan. Dijilatnya habis sisa-sisa cairan kenikmatan tersebut oleh Gio. Bergantian dengan lidahnya, kini jarinya yang mengambil alih dan mulai menyodok memek bu Desi. Sesekali juga jarinya memainkan klitoris dari bu Desi.



“arrghhh…. Iyahhh…. Terussss….” desah bu Desi merespon apa yang dilakukan Gio.

“ughhh…. Apa iniihhh….” Pekiknya sembari menengok ke belakang ketika jari Gio yang lain menusuk lubang anusnya.

“enak nggak bu?” tanya Gio sembari terus memainkan jari jemarinya di lubang memek dan anus bu Desi.

“iyahhh… terusss…. Terusss kan….” Rintih bu Desi manja.

“arrgghhh…. Aduhhh…. Keluar lagihhh….” Teriak bu Desi yang seirama dengan banjirnya cairan kenikmatannya lagi.

“hahh... hahhh.... kamu memang benar-benar luar biasa.” Ucapnya ngos-ngosan sembari mengubah posisinya yang semula bertumpu menggunakan tepalak tangan kini beralih bertumpu menggunakan kedua sikunya.

“lanjut lagi, Bu?” tanya Gio.

Bu Desi yang masih menikmati sisa-sisa orgasmenya hanya mengangguk lemas sembari mengatur nafasnya.



Segera Gio mengubah posisinya dan bersiap memasukkan kontolnya kembali ke lubang peranakan milik bu Desi tersebut. Mula-mula Gio menggesekkan kepala kontolnya di bibir memek bu Desi yang sudah sangat basah tersebut dan dengan sekali hentakkan ia berhasil memasukkan hampir setengah kontolnya.



“egghhhh.... hzzzz....” pekik dan desis bu Desi ketika Gio menghentakkan kontolnya.

“enak bu?” tanya Gio

“iyahh… sodok lebih dalemm…”



Tak perlu dikomandoi Gio mulai memompa kontolnya di dalam memek bu Desi tersebut. Disodokkannya kontol tersebut lebih dalam seiring dengan genjotannya yang semakin kencang. Bersama dengan itu, tangannya juga meremasi pantat milik bu Desi yang nampak menggairahkan. Sesekali tamparan-tamparan di pantat bu Desi menghiasai permainan ini.



“argghhh... memekmu enakkk bu....” *plakk...* ucap Gio sembari menampar pantat bu Desi.

“iyahhh... teruss nakkk.... terusss.... punyamu juga enakk....”

*plakkk....* “kontolku bu maksudnya?” *plakkk....*

“iyahhh... kontol... ohhh...”



Gio semakin bersemangat menggenjoti istri dari pak Basuki tersebut. Gio pun merapatkan tubuhnya ke tubuh bu Desi dan meremasi toket montoknya dari balik baju yang masih ia kenakan. Dengan posisi tersebut otomatis ritme genjotan Gio menurun, tetapi ia mengakalinya dengan hentakan yang lebih kuat.

Sementara itu, tangannya yang merasa tak puas dengan hanya bisa menggerayangi toket bu Desi dari luar ia mulai menyobek baju milik bu Desi tersebut hingga terbelah menjadi dua layaknya kemeja. Bu Desi kini sudah hampir telanjang bulat, sepertinya ia memang sudah menyiapkan semuanya, karena ia tidak mengenakan CD dan BRA-nya.

Setelah terbuka, segera Gio meremasi toket bu Desi yang menggantung indah dan bergoyang seirama dengan genjotan yang sedang dilakukan Gio. Dimainkannya toket tersebut layaknya tangannya sedang menggunakan mouse komputer. Bersama dengan itu, sesekali tangannya memelintir putting susu bu Desi tersebut.



“iyahhh... remasss.... genjott... terussss....”

“ayoohh... iyahhh... terusss....”

“bodymu mantap semua bu...” ucap Gio sembari terus melanjutkan genjotan dan remasannya.

“jangan keluar dulu bu... ayo ganti posisi...” lanjut Gio sembari menghentikan genjotannya.



Tanpa mencabut kontolnya, Gio mengarahkan tubuh bu Desi untuk tidur miring beralaskan karpet bulu di lantai. Diangkatnya kaki kiri bu Desi dan diletakkan di atas bahunya. Sementara kaki kanannya berada di bawah tubuh Gio. Tubuh Gio kini berada di antara kaki kiri dan kanan bu Desi dengan bertumbu menggunakan kedua lututnya. Segera dipacunya kembali kontol yang masih bersarang tersebut dengan cepat.



“arggghhh.... teruussss.... enakkk.....”

“iyahhh.... terussss....”

“teruss mainkannn....”



Tangan Gio yang kanan memegangi kaki kiri bu Desi, sementara tangan kanannya yang menganggur pun memainkan peran untuk memainakn toket bergoyang milik bu Desi. Secara terus menerus Gio menggenjot tubuh bu Desi tersebut. Hingga orgasme dari bu Desi sudah tidak tertahan kembali.



“ampunnn.... ahhhh.... aduhhh.... aduhhh... keluarrghhh.....” pekik bu Desi sembari memeknya berkedut kembali dan sampai pada orgasmenya yang ketiga.



Bu Desi mengatur ritme nafasnya yang seperti orang sehabis berlari marathon. Ia pun mengambrukkan diri dengan tidur di lantai beralas karpet bulu tersebut dan membuat kontol Gio terlepas dari sarangnya. Matanya terlihat sayu seperti orang kelelahan. Ya faktanya memang baru saja ia menyelesaikan tiga rondenya dengan kemenangan mutlak untuk Gio 3-0.



Gio yang melihat bu Desi terkulai lemas pun lekas menindih tubuh bu Desi dan mencumbu lehernya sembari ia berbisik, “aku kan belum keluar bu...”

Bu Desi yang masih ngos-ngosan pun menjawab sekenanya, “capekk...”



Gio tak memperdulikan ucapan dari bu Desi, ia tetap saja terus mencumbu leher bu Desi yang masih tidur terlentang seperti orang tak berdaya. Maklum saja, Gio juga terakhir kali bersetubuh adalah ketika dirinya melakukan perampokan palsu dan orang yang ia setubuhi waktu itu tak lain dan tak bukan adalah bu Desi, orang yang sama dengan lawan mainnya saat ini. Setelah itu, cubuannya turun ke bawah di bagian dua bukit kembar menantang milik bu Desi tersebut. Dimainkannya kedua puting milik bu Desi tersebut dengan jarinya dan sesekali meremasinya dengan gemas.

Bu Desi sendiri hanya merespon dengan desahan-desahan lembut yang hampir samar. Sepertinya memang ia benar-benar sudah terlalu Lelah menghadapi kontol Gio yang benar-benar gagah perkasa dalam menggauli memeknya. Ternyata nafsunya yang besar tidak diimbangi dengan ketahanan dirinya yang lama dalam mengimbangi permainan Gio.

Setelah itu, Gio Kembali mencumbu bibir bu Desi dan bersiap untuk memasukkan kontolnya Kembali ke liang senggama milik bu Desi tersebut. Dengan dibimbing tangan kanannya kepala kontol Gio kini telah berada di depan bibir memek bu Desi. Perlahan namun pasti, Gio Kembali menusukkan kontolnya sembari terus mencumbu bibir bu Desi yang hampir tanpa respon alias pasif.

Gio Kembali memaju-mundurkan kontolnya di lubang peranakan milik bu Desi tersebut dengan lembut. Sementara itu, bibirnya masih saja menyatu Bersama dengan bibir bu Desi. Bu Desi sendiri hanya memejamkan mata dan menikmati setiap hentakan yang dilakukan oleh Gio terhadap memeknya.

Memek bu Desi yang sudah beberapa kali menyemburkan laharnya pun menjadi sangat basah dan menimbulkan suara yang sangat erotis tatkala kontol Gio memompanya. Konto Gio juga sudah belepotan cairan-cairan kenikmatan milik bu Desi yang sedari tadi menyiraminya.

Hingga tanpa disadarinya, ternyata bu Desi terlelap di tengah-tengah persetubuhan panas keduanya. Gio yang mulai menyadari itu pun mengalah, ia melepaskan cumbuan bibirnya dan mencabut kontolnya dari bibir serta dari memek bu Desi. Selepas itu, ia mengangkat tubuh bu Desi dan memindahkannya ke kasur yang terletak di kamarnya.

Setelah meletakkan tubuh bu Desi di atas kasurnya dan menutupinya menggunakan selimut, Gio berniat untuk langsung keluar dari rumah tersebut untuk menghindari kecurigaan dari tetangga sekitar. Namun, saat ia akan melangkah keluar kamar, ia melihat handphone milik bu Desi yang tergeletak begitu saja di meja riasnya. Ia pun teringat saat ia akan meletakkan GPS di mobil pak Basuki namun urung ia lakukan lantaran menemukan GPS lain yang ia sinyalir milik bu Desi.

Segera ia mengambil handphone tersebut dan mencari aplikasi yang sekiranya merupakan aplikasi dari GPS pelacak tersebut. Benar saja, tak lama ia melakukan pencarian ditemukan lah sebuah aplikasi yang ketika dibuka menunjukkan garis dan titik tempat mobil pak Basuki bergerak. Langsung ia menyalin semua data yang terdapat pada aplikasi tersebut untuk ia masukkan ke dalam handphone miliknya.

Setelah semuanya beres, Gio kembali meletakkan handphone milik bu Desi tersebut di tempat semula dan lalu bergegas pergi meninggalkan rumah pak Basuki dengan kondisi bu Desi tertidur dan telanjang bulat. Segera ia menuju ke rumah rahasianya untuk memecahkan data yang ia terima dari aplikasi pelacak GPS milik bu Desi tersebut untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci.



....



Sore harinya, pak Basuki pulang ke rumahnya. Ia masuk ke rumah tanpa ada kecurigaan sedikit pun, hingga ia tiba di ruang tengah. Ia terkejut ketika melihat celana istrinya tergeletak di sana bersama dengan kursi makan kayu yang terdapat tali bekas orang terikat. Sontak ia langsung menuju ke ruangan pribadinya untuk melihat barang-barang berharga miliknya. Ternyata ruangan tersebut aman.

Setelah itu, ia masuk ke dalam kamarnya untuk mengecek kondisi di sana. Ternyata hanya ditemukannya istrinya yang masih tertidur pulas dengan selimut menutupi area dada ke bawah. Segera ia menyibakkan selimut tersebut untuk membangunkan istrinya. Namun alangkah terkejutnya ia ketika selimut tersebut tersibak yang ia lihat adalah pemandangan istrinya yang sedang bugil dan menyisakan kaosnya yang robek di bagian depan.



“Maaa… Maaaa….” Ucap pak Basuki sembari menggoyangkan tubuh bu Desi.

“….”

“Maaa… bangun maa…..”

Akhirnya bu Desi tersadar dan menatap ke arah pak Basuki,

“Ma, apa rumah kita dirampok lagi? Atau mama kena pemerkosaan?” tanya pak Basuki lantaran mendapati istrinya yang tertidur dengan kondisi yang sepeti itu.

Bu Desi pun merubah posisinya yang semula tiduran menjadi duduk di kasur, “Apa sih, Bas. Enggak, gak ada apa-apa di rumah kita. Udah kamu urus aja urusanmu sama Pelacur-pelacurmu itu.” Jawab bu Desi tegas yang kini sudah tidak lagi menyebut pak Basuki dengan sebutan “Pa”



Setelah itu, bu Desi meninggalkan pak Basuki untuk pergi ke kamar mandi. Sementara pak Basuki masih berdiri termenung mendengar ucapan dari istrinya tersebut. Ia tak habis pikir bahwa semuanya akan berubah menjadi seperti ini.



....



Di tempat lain, Gio sedang menatap ponselnya lekat-lekat karena rekapan dari perjalanan pak Basuki menggunakan mobil pribadinya tersebut sangat banyak. Ia sedikit bingung dari mana ia harus melacak. Akhirnya Gio berpikir bahwa urusan seperti ini biarlah Derry yang mengurus dan pada akhirnya seluruh data tersebut ditransfernya ke Derry untuk dilakukan penyelidihan guna mendapatkan hasil yang lebih baik.

Sembari menunggu hasil tersebut, Gio kepikiran untuk mengunjungi mbak Reni. Sudah lama rasanya semenjak ia memberitakan tentang pekerjaan di perkebunan anggurnya, ia tak pernah lagi bertemu secara langsung dengan mbak Reni. Bahkan keduanya tidak sempat bertukar nomor telepon sebelumnya, sehingga komunikasi mereka terputus.

Setelah bus kota berhasil membawanya ke halte terdekat dari tempat kontrakan mbak Reni, Gio melanjutkan langkahnya menuju ke tempat yang ia tuju. Tak butuh waktu lama untuk dirinya sampai dan segera mengtuk pintu kamar yang ia ingat bahwa itu adalah kamar mbak Reni.



*Tok... Tokk... Tok....*

“Siapa?” ucap orang dari dalam yang suaranya sangat familiar bagi Gio.

“Gio, mbak.”

“...” tak ada jawaban dari dalam.



Namun, tiba-tiba pintu kamar tersebut terbuka dan muncul lah sesosok Wanita cantik yang selalu tampak manja namun mandiri menatap Gio lekat-lekat. Lalu ia memeluk Gio dengan erat layaknya sepasang kekasih yang telah lama terpisah lalu bertemu kembali.

Sadar bahwa ini lingkungan umum, Gio lantar memajukan badannya sehingga mendorong tubuh mbak Reni ke belakang agar tubuh keduanya sepenuhnya masuk di kamar. Tak lupa juga Gio menutup pintu tersebut.



“kemana aja sih kamu? Kok lama banget nggak pernah muncul ke sini.” Tanya mbak Reni sembari melepaskan pelukannya sembari manyun manja yang dibuat-buat.

“aku nggak pernah kemana-mana, mbak.”

“Aku kan selalu ada di sini” lanjut Gio sembari menunjuk ke arah jantung hati mbak Reni

Mbak Reni kembali memeluk Gio dan kali ini menitikkan air mata, “kamu tau nggak? Aku rela nggak pindah dari kontrakanku ini supaya suatu waktu kamu datang ke sini masih orang yang sama yang akan kamu temui.” Ucap mbak Reni sembari sesenggukan.

“...” Gio hanya diam dan membelai lembut rambut mbak Reni.

“ini semua demi siapa? Demi kamu, demi kamu bisa ketemu aku lagi.” Lanjutnya.

Merasa ada yang janggal Gio pun melakukan interupsi atas pernyataan mbak Reni tersebut, “bentar mbak, kok demi aku? Kan mbak sendiri yang mutusin buat stay di sini, bukan aku yang nyuruh.” Protes Gio.

Mbak Reni pun juga tak mau mengalah, “ishh... iyain aja kek.” Protesnya sembari memukul dada Gio pelan.

“aku juga sebenarnya mau ngucapin makasih ke kamu, karena kamu juga aku bisa dapat kerjaan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.” Lanjut mbak Reni yang masih menggelayut manja di tubuh Gio.

“makasih doang mbak? Nggak ada hadiahnya gitu?” tanya Gio cengengesan.

“tutup matamu.” Perintah mbak Reni sembari menatap Gio.

“ehh... buat apa?”

“tutup!” jawab mbak Reni serius.



Tak ingin menjadi runyam, Gio menuruti perintah dari mbak Reni tersebut. Sementara itu, mbak Reni juga ikut menutup matanya sendiri seolah berusaha meyakinkan diri sendiri. Gio yang penasaran dengan apa yang terjadi pun membuka matanya sedikit dan melihat bahwa mbak Reni juga memejamkan matanya.

Tak berselang lama, kepala mbak Reni mulai maju ke arah kepala Gio. Bibir kedua ingsan tersebut menjadi semakin dekat dan makin dekat hingga keduanya bertemu. Gio sedikit terkejut dengan apa yang terjadi. Ia tak menyangka bahwa mbak Reni akan melakukan ini. Gio juga tidak ingin gegabah dengan mengacaukan semua ini, mengingat mbak Reni pernah mempunyai trauma ketika ia hampir diperkosa oleh pak Basuki.

Bibir keduanya masih saling berpagutan. Pada awalnya hanya bibir mereka yang bermain, namun Gio mengambil inisiatif untuk memanikan lidah mbak Reni dengan menyedotnya. Permainan menjadi semakin panas ketika mbak Reni juga membalas permainan Gio dengan berbalik memainkan lidahnya.

Sayangnya permainan menjadi terhenti ketika tangan Gio tinggal beberapa centi lagi mendarat di dua bukit kembar milik mbak Reni tersebut. Sementara itu, tangan mbak Reni yang sudah menggerayangi kontol Gio dari balik celana jeansnya. Mbak Reni terkejut dan langsung melepaskan pagutan bibirnya.

Kondisi menjadi awkward diantara keduanya. Awalnya ketika bibir mereka baru saja saling lepas mata mereka masih saling menatap. sementara itu, sepersekian detik kemudian keduanya menjadi salah tingkah. Mbak Reni yang bingung harus ngapain pun memutuskan untuk mencari alasan,



“eh bentar, jemuran, iya jemuran belum diangkat.” Ucap mbak Reni sembari meninggalkan Gio sendiri.

Gio juga menjadi salah tingkah, “aku juga mau pulang mbak, ada janji sama ibu.” Jawab Gio saat mbak Reni baru saja melewati dirinya.

“oh oke, kapan-kapan main lagi ya.” Jawab mbak Reni sembari berjalan dan tidak dengan menatap Gio yang notabene adalah lawan bicaranya.

“eh... iya mbak.” Ucap Gio.



Mereka berdua berpisah di sebuah persimpangan anak tangga, mbak Reni menuju ke lantai atas (rooftop), sementara Gio turun ke bawah untuk pulang. Mata keduanya sempat bertemu saat tanpa sengaja mereka berdua sama-sama menengok ke belakang dalam waktu yang hampir bersamaan. Tetapi keduanya juga langsung saling membuang muka setelah beberapa saat mata mereka bertemu.

Gio kembali menuju ke halte tempat dimana ia datang tadi dan dia ingin kembali ke rumah rahasianya untuk melihat perkembangan yang diberikan oleh Derry. Tak berselang lama kemudian, ia sampai di rumah rahasianya dan langsung mengecek email yang masuk. Benar saja, Derry memberikan perkembangan terkininya mengenai Riwayat pelacak GPS tersebut.

Informasi yang diberikan oleh Derry berisi mengenai lokasi yang paling sering dikunjungi oleh GPS tersebut dan mengarah ke salah satu koordinat di salah satu perumahan. Informasi berikutnya menyatakan bahwa rumah tersebut adalah milik seorang Wanita bernama Citra Indah. Derry juga menjelaskan bahwa Wanita tersebut adalah sekertaris dari pak Basuki. Dalam penutupnya Derry juga menjelaskan bahwa perkembangan dari temuannya akan diupdate secara berkala.

Gio yang mendapatkan informasi semacam itu pun menjadi sumringah. Ia seperti melihat sesuatu yang cerah di masa depan, meskipun tak tau yang bercahaya cerah itu apa. Gio memutuskan untuk segera melihat dan mengawasi pergerakan dari pak Basuki dan sekertarisnya tersebut untuk mendapatkan petunjuk yang lebih jelas.


Lanjut ke Part 14 : Black Hole
 
Terakhir diubah:
terimakasih kepada suhu-suhu sekalian yang selalu menyempatkan membaca tulisan saya.
mohon maaf tidak bisa membalas satu persatu komen dari para suhu sekalian, tapi saya selalu mengusahakan untuk membacanya.
terimakasih juga atas like dan komentarnya, sehingga bisa mendorong saya untuk terus melanjutkan perjalanan Gio ini.

monggo, langsung disimak lanjutan perjalanan dari Gio ini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd