Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG REBIRTH OF SHADOW: CIRCLE OF MILF

PART 16

Killing two birds with one stone






Sesampainya Gio rumah rahasianya, ia segera kembali berganti pakaian dan melepaskan topengnya karena merasa sangat lembat. Hari semakin malam dan ia harus cepat kembali ke rumah bu Dewi karena masalahnya bersama bu Dewi juga tak kunjung usai dan ia tak ingin masalah tersebut menjadi semakin runyam.

Tak butuh waktu lama untuk dirinya sampai di rumah bu Dewi. Segera ia mengetuk pintu dan masuk ke dalam rumah. Didapatinya bu Dewi sedang duduk di depan tv dan menyambut Gio dengan tatapan tajamnya.



“dari mana saja, kok baru pulang?” ucap bu Dewi ketus.

“eee... tadi ada ekskul bu sama sekalian ngerjain pr.” Jawab Gio gugup.

“jangan bohong kamu.”

“enggak bu... Gio nggak bohong.”

“cepat mandi terus makan, ibu tunggu di kamar.” Ucap bu Dewi sembari mematikan tv dan berlalu pergi ke dalam kamarnya.



Gio menuruti perkataan ibu tirinya tersebut. Segera ia bersih-bersih diri dan setelahnya menyantap makanan yang telah dihidangkan oleh bu Dewi di atas meja makan. Setelah beres semua, baru lah ia menuju ke kamar bu Dewi.



*tokkk... tokkk... tokkk...*

“masuk.” Jawab bu Dewi dari dalam.

“duduk di situ.” Ucap bu Dewi yang berdiri di samping ranjang dan meminta Gio untuk duduk di tepi ranjang.

Gio menuruti perintah bu Dewi.

“jujur sama ibu, sudah berapa istri orang yang kamu gauli selain bu Elin?!” tanya bu Dewi.

Gio terkejut mendengar pertanyaan dari bu Dewi yang tiba-tiba bertanya masalah itu, “eee... ttidak ada bu... Cuma bu Elin saja.”

“jujur sama ibu...” ucap bu Dewi dengan nada lebih tegas.

“tttidak ada bu, Gio jujur Cuma bu Elin.” Elak Gio.

“benarkah? Coba sekarang buka celanamu.”

“ehh… buat apa bu?” tanya Gio heran.

“buka saja!” jawab bu Dewi tegas.



Gio menuruti perintah dari bu Dewi tersebut dan lekas melorotkan celananya dan langsung terpampang kontolnya yang tertidur karena memang ia jarang mengenakan celana dalam ketika berada di rumah. Ia merasa keheranan dengan sikap ibunya tersebut, entah apa yang sedang merasuki ibu tirinya itu hingga berbuat demikian terhadap dirinya.



“kenapa kamu bisa begituan sih sama bu Elin?!” tanya bu Dewi sembari berkacak pinggang.

“kamu nafsu sama ibu-ibu?!” lanjutnya sebelum Gio menjawab.

“coba sekarang, apa kamu juga nafsu sama ibu?!”



Bu Dewi lantas menanggalkan daster terusannya dan menyisakan bra dan CD-nya saja. Setelah itu ia masih berkacak pinggang sembari menatap Gio dengan tajam.

Gio tak tau harus berbuat apa di depan ibu tirinya tersebut. Terlebih lagi kini ia tak mengenakan celana, sehingga ia tak bisa menyembunyikan kondisi kontolnya yang perlahan mulai membesar.

Satu-satunya cara yang bisa dilakukan oleh Gio adalah berpaling muka, alias tidak melihat pemandangan yang sangat indah di hadapannya dan berusaha mengacuhkannya, tetapi --



“Gio! Lihat ibu!” bentak bu Dewi ketika Gio berusaha memalingkan muka.



Mau tidak mau Gio menuruti perintah dari ibu tirinya tersebut. Gio mulai memandangi wajah bu Dewi dengan seksama. Namun tetap saja, matanya begitu sulit lepas untuk tidak melihat bagian dada dan bawah perut bu Dewi yang begitu sangat menawan.

Kondisi tersebut membuat kontol Gio semakin menegang. Ia tak bisa mengontrol pikirannya dan juga kontolnya untuk terus berpikir positif. Andai saja yang di depannya bukanlah bu Dewi yang notabene adalah ibu tirinya, pasti sudah dihajar habis memek itu dengan kontol supernya.



“ibu benar-benar tidak menyangka, Gio. Bahkan sama ibumu sendiri itumu bisa tegang.” Ucap bu Dewi sembari matanya menatap nanar konto Gio yang ereksi.

“bb-bukan begitu ibu, maafin Gio bu. Gio juga nggak tau kok bisa begini.” Jawab Gio sekenanya sembari berdiri dari posisinya dan mendekat ke arah bu Dewi.

“sudah, sana keluar!” bentak bu Dewi sembari menggoyangkan pundaknya saat tangan Gio berusaha merangkul pundaknya.



Gio menuruti perkataan bu Dewi dan berjalan keluar kamar. Pikirannya berkecamuk, ia tak tau apa maksud ibunya bertingkah laku seperti itu. Sempat timbul pertanyaan di benaknya, apakah sebenarnya ibu tirinya tersebut juga menginginkan keperkasaan kontolnya itu?

Ah rasanya terlalu naif jika bu Dewi tidak penasaran dengan kontol Gio yang terlihat menantang saat ereksi. Apalagi dirinya sudah lama sekali tidak dijamah oleh laki-laki dan sekarang di dalam rumahnya sendiri ia hidup bersama dengan laki-laki lain.

Gio masih berusaha membuang pikiran-pikiran kotor dirinya terhadap bu Dewi. Ia sangat menghormati ibu angkatnya tersebut. Tapi di sisi lain, ia tak bisa memungkiri bahwa dirinya sangat bernafsu untuk bisa menjamah tubuh ibu tirinya itu.

Terlalu banyak pertanyaan-pertanyaan dan asumsi-asumsi liar yang melintas di kepalanya. Ditambah rasa konak yang menjalar tatkala ia disuguhi pemandangan seindah itu tadinya, namun ternyata malah kontolnya tercampakkan.

Gio memutuskan untuk keluar kamar dan berjalan mengendap-endap ke kamar bu Dewi. Rasanya bu Dewi sudah tertidur pulas di jam tengah malam. Gio memberanikan diri untuk mencoba menyusup masuk ke dalam kamar bu Dewi.

Prinsipnya kali ini adalah “jika tidak pernah mencoba, bukankah kita tak akan pernah tau?”

Dengan perasaan deg-degan, Gio berhasil membuka pintu kamar bu Dewi yang ternyata tak terkunci. Perlahan ia mendekati tubuh bu Dewi yang berbaring terlentang di atas ranjang tidurnya.

Gio menyingkapkan selimut tebal yang menutupi tubuh bu Dewi. Di sana lah ia melihat bu Dewi masih mengenakan pakaian yang sama seperti tadi ketika ia menghardik Gio. Dengan sedikit gemetar Gio berusaha membuka kerah model v-neck daster terusan yang dikenakan oleh bu Dewi tersebut hingga terpampang dua bukit indah yang seakan tergencet balutan bh.

Kontol Gio menjadi semakin tegang melihat pemandangan tersebut. Ia segera naik ke atas ranjang dan memposisikan kontolnya di dekat toket bu Dewi yang masih berbalut bh tersebut. Dengan harap-harap cemas karena takut bu Dewi akan terbangun, ia mulai menyelipkan kontolnya di sela-sela bh dan diantara kedua toket itu.

Setelah itu, mulai lah ia memaju mundurkan pinggulnya untuk mendapatkan sensasi yang mengenakkan. Dari posisinya itu juga, ia bisa melihat begitu teduhnya wajah ibu tirinya ketika sedang tertidur, ditambah kini kontolnya berhasil bermain-main di antara toket montoknya.

Arrgghhh… sungguh pemandangan yang sangat erotis.

Gio terus memaju mundurkan kontolnya pada belahan toket bu Dewi sembari tangannya merapatkan kedua toket tersebut. Ia juga berusaha untuk tidak menindih tubuh ibu tirinya itu, takut ia akan terbangun jika itu terjadi.

Sayangnya pemandangan tersebut tak berjalan lama, tiga menit Gio bermain…



“GIOOO…. APA-APAAN KAMU?!” teriak bu Dewi sembari mendorong tubuh Gio hingga Gio terjatuh dari ranjang.

“Bisa-bisanya ya kamu berbuat seperti ini kepada ibu!” ucap bu Dewi yang marah dengan apa yang dilakukan oleh Gio terhadap dirinya.

“bu... maafin Gio... Gio khilaf bu...” Ucap Gio berusaha membela diri.

“KELUAR KAMU... KELUAR DARI RUMAH INI, NGGAK SUDI IBU PUNYA ANAK CABUL. KELUAR!” bu Dewi benar-benar marah kepada Gio atas tingkah lakunya.



Merasa penjelasan apapun akan sia-sia, Gio memilih untuk keluar kamar dan mengambil barang-barangnya di kamar. Setelah itu, ia benar-benar pergi dari rumah bu Dewi.

Tujuannya kali ini adalah kembali ke rumah rahasianya. Karena Cuma itu satu-satunya yang ia punya saat ini.

Ia tak habis pikir jika semuanya akan berakhir seperti ini. Rasanya ia ingin mengutuk dirinya sendiri karena telah bertindak bodoh, bukan seperti Gio yang selama ini ia kenal. Ia tak berpikir bahwa tidak semua wanita bisa dengan mudah takluk dengan kontol “super”-nya itu.



....



Beberapa minggu berlalu, kini Gio sudah menikmati kesendirian dalam hidupnya. Ujian Tengah Semester juga telah dilangsungkan. Kini waktunya ia Kembali menjalankan misi-misinya yang sedikit terbengkalai akibat dirinya terlalu memusingkan permasalahannya Bersama bu Dewi.

Ia sampai hari ini juga tidak mengetahui bagaimana kondisi bu Dewi selepas kepergiannya. Ia tak berusaha mencari tau dan berusaha tak ingin tau. Mungkin para pembaca bertanya-tanya, kenapa tak membalasnya dengan langsung mengeksekusinya saja seperti TO yang lain? Jawabannya simpel, untuk masalah ini Gio tak mau melakukannya, karena ia merasa banyak berhutang kepada bu Dewi dan tak tega jika melakukan itu atas hawa nafsu.

Rencananya hari ini adalah melanjutkan “permainannya” bersama dengan bu Dina, karena hari ini juga bertepatan dengan dirinya yang mengajar di kelas Gio.



“Selamat pagi bu Dina yang rupawan, lama rasanya saya tak menyapa ibu. Bagaimana bu? Sehat-sehat ‘kan?” isi email yang dikirimkan oleh Gio kepada bu Dina sebelum jam Pelajaran bergulir.

Bu Dina yang menerima pesan tersebut pun menjadi gusar. Tak habis pikir jika orang itu Kembali datang Bersama dengan teror-nya yang tak kunjung usai. Ia pun memilih untuk mengabaikan pesan tersebut.

“sombong sekali, ibu. Berani-beraninya tidak membalas pesan saya. Ibu pikir semuanya sudah selesai? Ingat, bu. Saya bisa menghancurkan karir ibu detik ini juga jika saya mau.” Bunyi pesan berikutnya.

Bu Dina pun geram membaca pesan kedua tersebut. Namun bagaimanapun ia sudah terlajur terlalu jauh mengikuti permainan orang tak dikenal tersebut.

“terus mau anda apa? Saya jawab ramah? MIMPI!” Bunyi balasan bu Dina.

“HAHAHAHA... saya suka dengan wanita judes seperti anda.”

“tidak usah berbasa-basi. Apa mau anda?” balas bu Dina.

“HAHAHAHA... oke kalau mau ibu langsung pada intinya. Ibu masih ingat dengan anak yang tempo hari menyelamatkan muka ibu dari ratusan murid ibu dan rekan-rekan sejawat ibu? Saya ingin ibu memberikan pengalaman yang tak terlupakan kepada anak itu.”

Membaca pesan tersebut membuat bu Dina mengernyitkan dahinya, “apa maksud anda?” balasnya.

“saya ingin melihat anak itu merasakan kenikmatan dan kepuasan dengan bantuan ibu.” Balas Gio tegas.

“saya masih belum mengerti arah pembicaraan anda.”

“apakah saya perlu menjelaskan bahwa saya ingin melihat anda memberikan pengalaman seks kepada anak itu? entah apapun itu caranya. Jangan lupa juga pake alat yang pernah saya kasih itu. Dan ingat semua harus dilakukan di area sekolah. Saya beri batas waktu hanya sampai siang ini.”

“sudah gila ya anda? Bagaimana mungkin saya melakukan itu kepada murid saya. Saya tidak bisa melakukan itu dan saya akan melaporkan anda ke kantor polisi,” Jawab bu Dina dengan raut wajah memerah.

“HAHAHAHA… Silahkan saja, toh saya sudah memberi waktu luang kepada anda, tetapi anda tidak melakukannya, itu menandakan anda lebih takut nama anda tercoreng, bukan? Anda tidak punya pilihan lain, laksanakan setiap perintah saya dan hidup anda akan aman Sentosa. Ingatlah, mata saya ada di mana-mana, jadi jangan coba-coba mengelabuhi saya jika tak mau nasib sial hinggap di diri anda.”



Akhir dari percakapan tersebut bertepatan dengan bel tanda masuk jam Pelajaran. Di perjalanan menuju ke ruang kelas, bu Dina baru tersadar bahwa anak yang dimaksud oleh orang tak dikenal tersebut adalah Gio, murid yang berada di kelas yang akan ia ajar saat ini.

Sesampainya di kelas, ia menatap ke arah Gio. Ia bingung harus mulai dari mana. Rasa-rasanya ini merupakan pengalaman pertamanya dengan cowok lain dan langsung dilakukan di sekolah. Bagi dirinya ini sangat aneh dan tidak biasa.

Akhirnya, setelah memberikan soal-soal Latihan kepada murid-murid di kelas tersebut, ia memanggil Gio ke depan.



“Ada apa ya bu?” tanya Gio saat sampai di samping meja guru.

“ikut saya, saya mau bicara soal UTS kamu.” Jawab bu Dina singkat sembari berjalan meninggalkan kelas.



Tentu saja jawaban tersebut merupakan jawaban paling aman yang diberikan bu Dina. Ia tak ingin Gio dan murid lain curiga atas apa yang akan ia lakukan.

Dengan langkah hati-hati mereka menuju ke belakang sekolah. Di sana terdapat salah satu tempat untuk menumpuk meja maupun kursi-kursi yang telah tak terpakai dan tentunya merupakan tempat yang aman. Bu Dina meminta Gio untuk menunggunya sejenak, ia melipir ke tempat yang tak terlihat Gio dan memasangkan dildo kecil yang ia bawa.

Setelah memastikan kondisi sekitar aman, bu Dina meminta Gio untuk duduk di kursi yang masih layak.



“Kenapa malah ke sini bu? Bukannya kita mau bicara soal UTS?” tanya Gio pura-pura heran.

“sudah, kamu diam saja.” Jawab bu Dina sembari berjongkok di hadapan Gio.

Bu Dina pun lekas melonggarkan ikat pinggang Gio, “eee—ehh… ada apa ini bu?” tanya Gio pura-pura kaget.

“sssttt... pokoknya kamu diam saja dan jangan pernah beritahu siapa-siapa soal apa yang terjadi di sini.” Jawab bu Dina sembari masih sibuk dengan celana Gio.



Setelah berhasil melonggarkan celana sekolah Gio, lantas bu Dina meminta Gio untuk melorotkan celana berserta CD yang ia kenakan. Dengan perasaan senang yang disembunyikan, Gio menuruti permintaan dari guru killernya tersebut.

Hingga terpampanglah kontol Gio yang sudah mulai tegang karena membayangkan hal-hal tabu. Bu Dina sedikit tercengang ketika kontol milik Gio dengan gagahnya tegak lurus di hadapan mukanya. Ia tak habis pikir jika muridnya tersebut memiliki ukuran kontol yang jumbo.



“bu…” sapa Gio yang membuyarkan lamuan bu Dina terhadap kontolnya.

“eee—eh… iya…”



Bu Dina lantas memegang kontol Gio tersebut dengan tangannya dan mulai mengurutnya lembut. Dari kepala hingga pangkal, kontol tersebut tak luput dari usapan lembut tangan bu Dina. Saking tak biasanya ukuran kontol Gio, sampai-sampai bu Dina menggunakan kedua tangannya untuk membelai kontol tersebut.

Bersama dengan kocokan yang bu Dina lakukan, tiba-tiba dildo yang telah terjepit oleh memeknya bergetar. Kondisi tersebut membuat tubuh bu Dina sedikit terkejut, untungnya ia masih bisa menguasai dirinya.

Sementara itu, Gio hanya melihat dan menikmati apa yang sedang dilakukan oleh guru killer-nya itu. Ia ingin benar-benar menikmati permainan yang telah ia jalankan selama ini.



“mmmmhhh... ehhh...”

“ssssshhh....”



Keduanya sama-sama mengeluarkan desahan-desahan lembut akibat dari rangsangan yang terjadi pada masing-masing alat kelamin mereka.

Bu Dina mendongakkan kepalanya sedikit ketika mendengar desahan-desahan lembut keluar dari mulut Gio. Bu Dina tak mau membuat muridnya ke-gr-an, sehingga ia tetap memasang wajah bengisnya, meskipun sebenarnya ia terpukau dengan kontol yang dimiliki Gio.

Bu Dina sebenarnya sudah sangat horny, bukan hanya karena alat getar yang berada di selangkangannya, tetapi juga karena kontol jumbo yang kini sedang ia kocok.

Lima belas menit berlalu. Tak ada tanda-tanda bahwa Gio akan orgasme juga. Sampai-sampai membuat kedua tangan bu Dina pegal karena tak ada hentinya mengocok kontol tersebut. Malahan, ia yang merasakan akan orgasme dahulu.



“errgghhhh....” pekik tertahan bu Dina sembari sedikit meremas kontol Gio dan memejamkan matanya. Memeknya kini banjir lahar kenikmatan karena orgasmenya.

“bu Dina kenapa?” tanya Gio.

“sudah kamu jangan banyak tanya, ini kenapa kamu lama banget nggak keluar-keluar sih? Tangan saya capek begini terus.” Ucap bu Dina tegas.

“saya nggak tau bu.” Jawab Gio.

“haduhhh... biasanya kamu berapa lama sih kuat begini?” tanya bu Dina cemas.

“saya nggak tau bu.” Jawab Gio mencari aman.

“coba kasih saya saran harus bagaimana ini biar cepat selesai.”

“mmmm—mungkin… pake mulut bu? Aaa—atauu… pake itu…” jawab Gio gugup sembari menunjuk toket bu Dina dengan dagunya.

Bu Dina pun refleks melihat ke arah tempat yang ditunjuk oleh Gio, “Gila kamu ya... nggak-nggakk... saya gamau...”



Gio tidak berani untuk menimpali kembali ucapan bu Dina dan lebih memilih untuk diam. Keduanya pun menjadi saling diam, tetapi tangan bu Dina masih aktif bergerak di kontol Gio. Bu Dina berpikir sejenak, jika ia tetap melanjutkan menggunakan tangannya, maka ini tak akan cepat selesai dan apa salahnya mengikuti saran dari sang empunya kontol?

Akhirnya bu Dina memutuskan untuk memberikan blowjob kepada Gio. Mula-mula ia ragu melakukan itu, tetapi karena kepalang horny dan ingin cepat-cepat berakhir, akhirnya ia melakukannya.

Dengan perlahan kepalanya mulai didekatkan ke kontol Gio. Langsung dilahapnya kepala kontol Gio hingga masuk ke dalam mulutnya. Setelah itu, sebisanya ia berusaha untuk memasukkan kontol Gio ke dalam mulutnya.

Mulailah persepongan duniawi yang dilakukan oleh bu Dina terhadap kontol Gio,



“slllrrrppppp… crrpppp….”



Bu Dina tak berani membuka matanya. Ia tetap menutup matanya sembari kepalanya naik turun mengoral kontol Gio. Sementara Gio, masih teguh dengan pendiriannya untuk tidak mengganggu jalannya permainan.

Apa yang terjadi di belakan sekolah itu menjadi sangat panas akibat blowjob yang diberikan oleh bu Dina. Ditambah lagi, tanpa sadar kedua tangan bu Dina meremas-remas sendiri toketnya dari balik sragam dinas yang ia kenakan.

Bu Dina sebenarnya sudah sangat terbawa suasana sekali, ditambah lagi kondisi memeknya yang terus diberikan rangsangan oleh alat getar yang sedari tadi tak berhenti bekerja.

Hampir sepuluh menit berlalu. Lagi-lagi tak ada tanda-tanda Gio akan menyemburkan spermanya. Bu Dina menghentikan sejenak oralnya,



“masih belum juga?” tanya bu Dina sembari menyeka air liur bercampur pelumas kontol Gio yang keluar dari sela-sela mulutnya akibat blowjob tadi.

Gio hanya menggeleng lemah.

“terus harus gimana lagi Gio?” tanya bu Dina yang semakin frustasi.

“ccc—coba cara yang terakhir bu, siapa tau works ‘kan.” Jawab Gio gugup.

Bu Dina mendesah pelan, “oke, terakhir ini ya…” jawabnya.



Bu Dina mulai melepas satu persatu kancing bajunya hingga bagian depan tubuhnya terekspos. Ia tak memikirkan lagi yang dihadapannya ini adalah muridnya. Ia hanya ingin ini cepat selesai, meskipun kontol Gio sedikit membuat dirinya lupa diri.

Pemandangan indah terjadi. Gio tak pernah terpikirkan bahwa akhirnya ia bisa melihat payudara indah milik gurunya yang killer itu. Meskipun masih terhalang bra, ia bisa membayangkan nantinya tangannya itu akan bermain-main di kedua bukit kembar tersebut. Namun untuk saat ini, ia hanya akan menikmati keindahannya saja terlebih dahulu.

Setelah seluruh kacingnya terlepas, ia tak melepaskan bra yang ia kenakan. Ia langusng mengarahkan toketnya yang masih terbungkus bra tersebut ke arah kontol Gio. Dari sela-sela bra tersebut kontol Gio masuk dan dijepit dengan dua bukit kembar sekal.

Bu Dina mulai menaik turunkan tubuhnya untuk memberikan rangsangan pada kontol Gio yang telah terjepit oleh keua bukit kembarnya. Sesekali kontol tersebut menyentuh dagunya.



“bbb—berapa lama lagi?” tanya bu Dina dengan masih menaik turunkan tubuhnya Bersama dengan toketnya.

“ughhhh… hahhhh… hahhh… hahhhh….” Justru malah bu Dina yang Kembali orgasme dan membuat dirinya duduk bersimpuh di hadapan Gio.

“buu… ibu kenapa?” tanya Gio.

“hahh… hahh… hahh… nggak apa-apa, saya gapapa.”

“udah Gio saya capek banget. Cepat benerin celana kamu.” Lanjut bu Dina sembari masih mengatur nafasnya.



Bu Dina lantas melepaskan kontol Gio yang tadinya masih terjepit di bra dan toketnya lalu mengancingkan bajunya kembali satu persatu. Sementara itu, Gio juga memasukkan Kembali kontolnya ke dalam celananya dan merapihkannya Kembali.

Bu Dina tampak masih mengatur ritme nafasnya, sementara itu hijabnya sedikit basah karena keringatnya yang banyak keluar. Dengan sedikit susah payah ia duduk di meja tak terpakai di dekat Gio. Ia merapihkan dan membersihkan baju serta roknya.



“maaf sebelumnya bu, kalau boleh tau, kenapa ibu melakukan ini semua?” tanya Gio dengan sopan.

Bu Dina gundah gulana, apakah ia harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak, pertimbangannya adalah jika ia tidak mengatakan yang sebenarnya, muridnya itu bisa saja berpikiran bahwa ia nafsu kepadanya. Tetapi jika ia mengatakan yang sebenarnya, apakah hal itu bisa dipercaya dan masuk akal?

Bu Dina mendesah pelan, “sebenarnya ibu sedang dipermainakn oleh orang. Kamu ingat poster yang kamu ambil dari madding tempo hari? Itu lah asal muasal semua ini. Dengan segala tipu daya yang dimiliki oleh orang tersebut, ia berusaha mengancam saya dan berusaha merusak karir saya.” Jawab bu Dina menjelaskan.

“lantas, ibu hanya diam saja dan memilih mengikuti permainan orang tersebut?”

Bu Dina menggeleng lemah, “ibu tidak punya pilihan lain. Ibu tau orang itu bukan orang sembarangan.”

“Apa yang akan ibu lakukan jika bisa menemukan orang tersebut?” tanya Gio lagi.

“saya tidak akan pernah memberinya ampun dan saya ingin orang tersebut juga hancur.” Jawab bu Dina tegas dengan matanya memandang lurus ke depan namun tatapannya kosong.



Mendengar ucapan bu Dina tersebut, membuat Gio menelan ludahnya dengan kasar. Ternyata memang tak salah jika ia memberikan julukan kepada guru matematikanya tersebut “guru killer”.

Bel tanda pergantian jam Pelajaran pun telah berbunyi. Tandanya bu Dina harus pindah ke kelas lain untuk mengajar. Segera mereka berdua Kembali ke kelas karena telah lama meninggalkan kelas, tepatnya hampir dua jam Pelajaran mereka pergi.

Tak lupa sebelum Kembali ke kelas, bu Dina melipir sejenak untuk melepaskan alat getar yang sedari tadi memberikan sensasi tersendiri pada area sensitifnya tersebut.

Setelah itu, mereka sibuk dengan urusan masing-masingnya Kembali. Gio bisa sedikit senang karena sepertinya sebentar lagi ia bisa menaklukkan guru killer idamannya tersebut.



Sore harinya, tiba-tiba ponsel Gio berbunyi,

“suami saya kamu apakan? Ke rumah saya malam ini.” Bunyi pesan tersebut.



Gio tak memusingkan isi pesan tersebut, karena baginya ini adalah tanda-tanda kemenangan. Dan ia tau bahwa sang istri yang mengirim pesan tersebut bukan maksud ingin menghakiminya nanti dan malah akan berterima kasih kepadanya.

Sepulang sekolah, Gio Kembali ke rumah rahasianya. Dia teringat tentang janjinya untuk bisa membebaskan bu Elin dari belenggu setan yang sedang menjeratnya. Bagaimanapun juga ia harus membantunya. Di tempat itu ia mulai memikirkan sebuah rencana bagaimana ia akan membongkar itu semua.

Malam harinya, Gio bertamu ke rumah pak Basuki. Karena tidak ada instruksi khusus makai a memutuskan untuk bertamu selayaknya manusia normal. Ternyata di depan rumah tersebut sudah terpakir mobil yang biasa dipakai oleh pak Basuki.



*Tok… Tokkk… Tokkk….* Gio mengetuk pintu rumah pak Basuki.

“ya sebentar…” ucap bu Desi dari dalam rumah.

Tak berselang lama pintu terbuka dan langsung disambut oleh senyuman manis dari bu Desi.

“gimana? Sehat-sehat kan… lama ya kita nggak ketemu.” Ucap bu Desi basa-basi di depan suaminya.

Gio hanya diam dan malah seperti orang salah tingkah.

Gio di bawa oleh bu Desi ke ruang Tengah yang disana telah ada pak Basuki yang menunggu. Dengan tatapan tajam, pak Basuki terus memandang ke arah Gio.

“jadi ini berondong simpananmu itu?” tanya pak Basuki straight to the point yang membuat Gio terkejut.

“iya, ini adalah cowok yang aku ceritaiin tempo hari dan yang pasti masih jrenggg… gak loyo…” jawab bu Desi.



Gio hanya diam sembari kebingungan mendengarkan obrolan dua insan manusia ini. Ia tak tau mau dibawa kemana arah pembicaraan mereka ini. Yang semakin membuat dirinya bingung adalah, kenapa dirinya dibilang sebagai berondong simpanan bu Desi?



“maaf kalau saya memotong pembicaraan, sebenarnya di sini saya diminta untuk apa ya?” tanya Gio sopan.

Sontak pertanyaannya tersebut membuat mata pak Basuki dan bu Desi langsung mengarah ke arah dirinya, “ehmmm…” bu desi berdehem, “jadi gini, kamu saya minta ke sini, karena bapak yang minta dan sebagai pancingan bapak supaya bisa…” lanjut bu Desi yang diakhir memberikan isyarat dengan jari tentang kontol yang ereksi.

“jjj—jadi saya harus ngapain di sini?” tanya Gio lagi dengan gagap.

“ya kamu harus main sama tante di hadapan bapak sayang…” jawab bu Desi sembari mengedipkan matanya kepada Gio.

“tak usah berlama-lama lagi, langsung saja kita mulai.” Ucap pak Basuki sembari berlalu pergi masuk ke dalam kamar.



Setelah pak Basuki beranjak masuk ke kamar, Gio bertanya kepada bu Desi tentang apa maksud dan tujuannya ini semua. Bu Desi pun menjelaskan bahwa ini semua memang skenarionya dan ia tau dan yakin bahwa orang yang membuat pak Basuki tidak bisa ereksi adalah Gio.

Selain itu, bu Desi juga mengatakan bahwa akhir-akhir ini pak Basuki sedang uring-uringan karena merasa dirinya tidak bisa ereksi lagi dan berakibat pada berkurangnya Hasrat seksualnya yang tidak dapat dilampiaskan.

Dari situ, muncul lah ide gila dari bu Desi yang menyarankan pak Basuki untuk menonton live action persetubuah yang akan dilakukan oleh dirinya dan Gio. Ia beralasan bahwa mungkin dengan cara tersebut bisa membangkitkan Kembali gariah seksualitas dari pak Basuki.

Dan tanpa diduga ternyata sarang tersebut diterima oleh pak Basuki yang sepertinya sudah benar-benar tidak tau lagi harus bagaimana.

Selanjutnya, bu Desi dan Gio masuk ke kamar yang telah mereka persiapkan. Namun, sesaat sebelum membuka pintu kamar, bu Desi langsung menyosor bibir Gio dengan sangat ganas. Sementara itu, tangannya menggapai ganggang pintu dan membukanya.

Setelah masuk ke kamar, bu Desi yang memegang kendali pun mengarahkan Gio ke ranjang yang telah disiapkan dengan masih berpagutan bibir dan mereka berdua pun saling menindih dengan bu Desi yang berada di atas. Di ranjang tersebut pergumulan antar keduanya pun masih terus berlanjut dengan permainan lidah dan bibir yang saling menyedot.

Sementara itu, pak Basuki yang duduk di sofa pun hanya bisa mengamati permainan dari istrinya dan berondong yang dikenalkan sebagai pria simpanan sang istri.

Bu Desi melepaskan pagutan bibirnya dan berusaha melepaskan baju yang dikenakan oleh Gio, dengan bantuan dari Gio akhirnya terlepaslah kaos hitam yang dikenakan oleh Gio dan dilemparkannya ke samping. Setelah itu, ia turun ke bawah dan melepaskan celana jeans Panjang yang dikenakan oleh Gio.



“ini yang selalu aku kangenin” ucap bu Desi sembari menggenggam kontol Gio yang telah tegak sempurna.

Tak perlu dikomandoi, bu Desi langsung melahap kontol jumbo milik Gio tersebut, “ahhh… sedot tan… sedot terusss… aduhhh mulutmu seksi banget tanteee…” desah Gio.

*slllrppp…* bu Desi melepaskan kuluman kontolnya, “kamu suka ini sayanggg?” lanjut bu Desi.

“iya tantee… suka bangett… terussinnn plisss…” jawab Gio.



Adegan persepongan pun terus berlanjut dengan desahan-desahan yang keluar dari mulut Gio dan memang disengaja untuk membuat pak Basuki panas. Bersama dengan mulutnya yang mengoral, bu Desi juga melorotkan daster tanpa lengan miliknya.



“aduhhh tantee gantian pake susumu dong tannn…”

Mendengar ucapan dari Gio tersebut langsung menghentikan bu Desi dari aktivitasnya, dan langsung menjepit kontol Gio dengan kedua bukit kembar miliknya, “begini kan?” ucap bu Desi.

“iya tan… aduhhh kenyel banget Susumu tannnn…”



Bu Desi lantas menaik turunkan toketnya dan menjepit kontol Gio di belahan toketnya. Sesekali juga ia meludahi toketnya dengan air liurnya dan tentunya hal tersebut menambah keseksian dirinya dimata Gio.

Sementara itu, pak Basuki masih terus mengamati adegan demi adegan yang dipertontonkan oleh istrinya dan anak tersebut.



“aduhh tannn… teruss tannn… enak bangettt….”

“kamu suka?”

“iya tantee sukaa… kenyal banget susu tantee….”

Pak Basuki yang masih focus menyaksikan adegan tersebut pun sempat berkata dalam hati, “kuat juga anak ini, dari tadi masih belum ada tanda-tanda orgasme.”

“yuk nak, gantian. Tante juga pengan kamu enakin.” Ucap bu Desi sembari beralih ke atas dan Kembali menindih tubuh Gio dan mengecup bibirnya.



Setelah itu, Gio memutar tubuhnya, hingga kini ia yang berada di atas. Selanjutnya, ia melepaskan pagutan bibirnya dan cumbuannya turun ke bawah menuju ke dua bukit kembar yang sangat menantang milik bu Desi.



“aduhh sayanggg… pinter banget kamuu…”

“iyahhh… hisap teruss… remas yang satunya… ahhhh….”

“mmmhhhh….. ahhhhh”



Mendengar rintihan dan desahan dari bu Desi membuat Gio semakin gencar meremas dan mengenyoti kedua toket milik bu Desi. Sementara itu, bu Desi tidak henti-hentinya mendesah hingga suaranya mengisi seluruh ruangan.

Bu Desi seakan benar-benar melupakan dan tidak peduli dengan suaminya yang sedari tadi mengamati dengan seksama pergumulan yang terjadi antara dirinya dan Gio. Memang jika sudah bertemu lawan mainnya (Gio), bu Desi menjadi semakin binal dan lupa akan daratan.

Cumbuan Gio berlanjut ke bawah. Kali ini targetnya tak lain dan tak bukan adalah liang senggama milik bu Desi. Segera didaratkannya bibir dan lidahnya di liang peranakan milik bu Desi yang sudah sangat becek tersebut.

Dijilatinya labia mayora dan klitoris milik bu Desi sembari sesekali memberikannya sedotan-sedotan manjah yang sukses membuat desahan bu Desi semakin melengking. Selain itu juga jari-jemarinya tak mau ketinggalan peran. Jari telunjuk, jari Tengah, dan jari manisnya ia tancapkan masuk ke dalam memek bu Desi dan langsung mengobok-oboknya.



“aduhhhh….. ahhhhh…”

“ammpuunnnn….”

“enakk bangetthhhh….”

“ahhhhhh…..”

“aduhhh… tante ga tahann…. Mmmhhhhhh….”

Gio menghentikan aktivitasnya, “becek banget memek tante.” Ucap Gio.

“iya sayang. Gara-gara kamu itu, ayo masukin sekarang.”



Gio pun Bersiap untuk menyarangkan kontolnya ke dalam memek bu Desi. Namun, ia tak langsung memasukkan kontolnya ke dalam memek tersebut. Ia gesek-gesekkan terlebih dahulu kepala kontolnya di bibir vagina bu Desi.



“mmmhhhh…. Jangan buat mainan sayang…”

“langsung masukin plisss… jangan siksa tantee….”

Tanpa aba-aba tiba-tiba Gio langsung menusukkan kontolnya sedalam mungkin, “hegghhh…. Ahhhh…. Pelann-pelannn sayanggghhh….” Pekik bu Desi.

“mentok tann….”

“iyahhh…. Gede banget punya kamuhhh…”



Setelah itu, Gio mulai memompa kontolnya yang sudah bersarang di memek bu Desi tersebut dengan tempo yang langsung cepat. Kondisi tersebut membuat desahan bu Desi menjadi semakin tak terkendali.



*plokkk… plokkk… ploookkkk…* suara hentakan dan bertemunya dua selangkangan menggema mengisi seluruh penjuru ruangan.

“aaaahhhhhhh….”

“teruusssss……”

“iyaaahhh sayanggg teruusss…. Genjottt terussss….”

“aduuhhh sayanggg…. Tantee keluaarrhhh…. Ahhhhh…..”



Bu Desi membanjiri kontol Gio dengan lender kenikmatan yang keluar dari vaginanya. Bukannya memperlambat atau mencabut kontolnya, justru malah terus menggenjot memek bu Desi. Bunyi khas memek yang semakin lembat beradu dengan kontol pun semakin merdu terdengar.



“ahhhh… enak bangett memek tante…”

“memek tantee nyedootttt kontolkuhhh… ahhh…”

“kamuhh suka sayanggg?”

“iyahhh…. Ahhhhhh….”



Setelah itu, mereka berganti posisi. Kini bu Desi yang berada di atas, sementara Gio tidur terlentang di tempat bu Desi tadi dengan Bu Desi yang berada di atas memunggungi Gio.

Bu Desi sudah Bersiap mengangkang untu memasukkan Kembali kontol Gio yang berdiri tegak layaknya tombak. Dengan perlahan, ia mulai menurunkan pinggulnya hingga kontol Gio pun juga perlahan menusuk masuk lubang peranakan miliknya.



“aaarrhhhh….” Bu Desi mendesah panjang sembari mendongakkan kepalanya dan menggoyangkan pinggulnya setelah kontol Gio masuk mentok di dalam memeknya.



Setelah itu, bu Desi mulai menaik turunkan pinggangnya diikuti dengan desahan-desahan yang keluar dari mulutnya. Sesekali juga ia membenarkan rambutnya yang terurai bebas.

Tak berselang lama kemudian, Gio menarik tubuh bu Desi agar merapat ke tubuhnya yang telah bersandar di sisi ranjang. setelah itu, ia meminta bu Desi untuk sedikit mengangkat pinggulnya. Bersama dengan itu, ia mencumbu mulut bu Desi dan meremasi toketnya dengan gemas.

Sejurus kemudian, Gio langsung memompa kontolnya dengan tempo yang sangat cepat. Kondisi tersebut membuat bu Desi semakin mendesah tak karuan, ditambah lagi dengan posisi seperti itu g-spot-nya juga terkena rangsangan.



“aaahhhhhh…..”

“ammmpuunnnn….”

“adduhhhhh…. Tantee mau pipisssss….”

“aduhhh…. Sayangggg…. Tante mau pipissss….”

“pipis aja tanteee, jangan ditahan….”

“uughhhhh…..”



Benar saja, tak berselang lama cairan squirt menyembur dari memek bu Desi. Gio menarik kontolnya tepat sesaat sebelum bu Desi mengalami squirt, sehingga cairan squirtnya menyembur kemana-mana.

Sprei Kasur pun tidak hanya basah karena keringat mereka berdua, tetapi juga ditambah dengan cairan squirt yang ikut membasahi.

Pak Basuki yang sedari tadi terus mengamati pun sedikit keheranan Ketika melihat istrinya bisa seperti itu. Bahkan ini pertama kali dalam hidupnya melihat langsung seorang Wanita mengalami squirt.

Persetubuhan yang dilakukan oleh Gio dan bu Desi terus berlanjut hingga beronde-ronde. Bu Desi pun sukses dibuat Gio lemah tak berdaya dan tertidur pulas setelah mendapati orgasmenya yang ke lima kali.

Sementara itu, lagi-lagi Gio seakan masih enggan untuk menyemburkan spermanya kendati telah bermain hampir tiga jam lamanya. Setelah selesai persetubuhannya dengan bu Desi, ia segera mengenakan Kembali pakaiannya dan Bersiap untuk pulang ke rumah.

Namun, tiba-tiba sebelum meninggalkan rumah pak Basuki, Langkah kakinya dihentikan oleh sang empunya rumah,



“he bocah, siapa nama kamu?” tanya pak Basuki dengan angkuh sesaat sebelum Gio keluar dari rumahnya.

“Saya Gio pak. Ada yang bisa saya bantu?” jawab Gio ramah.

“duduk dulu sini sebentar, aku ingin bicara.” Ajak pak Basuki.

Gio menuruti permintaan dari pak Basuki dan duduk di ruang tamu Bersama dengannya.

“aku lihat-lihat stamina kamu benar-benar gila dan luar biasa, bagaimana itu bisa terjadi?” tanya Pak Basuki yang straight to the point.

“ah soal itu, saya tidak tau pak. Mungkin sudah anugerah dari Tuhan.”

Pak Basuki terkekeh, “alah kamu itu, orang tua seperti aku tidak mudah kamu bohongi. Beri tau aku obat yang kamu minum itu dan akan aku berikan imbalan untukmu.” Rayu pak Basuki.



Setelah obrolan mereka tersebut, Gio memutuskan untuk pergi ke rumah bu Citra. Ia ingin memberikan kejutan kepada bu Citra karena telah menjalankan tugasnya dengan baik.

Tak butuh waktu lama untuk dirinya sampai di rumah bu Citra. Seperti biasa, karena kondisi yang sudah cukup larut dan penjagaan satpam sangat ketat, maka Gio memilih untuk melewati jalan yang memutar dan melompati pagar.

Sesampainya di depan rumah bu Citra, tanpa mengetuk pintu, Gio langsung masuk ke dalam rumahnya karena pada saat pembobolan ia telah mendaftarkan sidik jarinya di kunci rumah tersebut. Alhasil tanpa hambatan yang berarti, Gio berhasil dengan mudah masuk ke dalam rumah bu Citra.

Kondisi rumah sudah sangat sepi dan tampak tak terlihat orang beraktifitas. Langsung saja, Gio menuju ke kamar dari bu Citra yang ternyata tidak terkunci, sehingga memudahkannya untuk masuk ke dalam.

Sesampainya di dalam kamar, Gio langsung melucuti seluruh pakaiannya dan merangsak masuk ke dalam selimut yang menutupi tubuh bu Citra. Melalui bawah selimut, ia langsung menuju ke bagian selangkangan bu Citra.

Disingkapnya baju kimono tidur bagian bawah yang dikenakan bu Citra hingga terpampang celana dalam berenda warna hitam yang menutupi memek gundul milik bu Citra. Dibukanya ke samping sedikit celana dalam itu dan mulut serta lidah Gio langsung menjalankan tugasnya.

Dimainkannya memek bu Citra menggunakan lidah dan bibir Gio. Mulai dari dijilat hingga disedot-sedotnya bibir memek tersebut. Selain bibir memeknya, klitoris dari bu Citra juga menjadi target dari mulut Gio.

Sementara itu, bu Citra Nampak belum menyadari bahwa yang ia alami bukanlah mimpi. Bu Citra sendiri masih sebatas mendesah-desah pelan sembari matanya masih terpejam layaknya orang yang mengigau.

Setelah cukup basah oleh lendir pelumas yang keluar dari memek bu Citra, Gio menusukkan jari-jemarinya ke dalam liang senggama bu Citra. Baru saat itu bu Citra membuka matanya dan terkejut Ketika melihat orang yang tidak ia kenal sedang bermain-main di area sensitive miliknya tersebut.



“mmmhhhhh…. Ssss—siapa kamu?” ucapnya setelah mendesah pelan.

“aku bandit yang waktu itu memberikanmu kenikmatan.”

“aaaghhhh… kammuhhh ngapainnn….”

“aku mau memberikan tanda terima kasihku karena ibu telah menjalankan tugas dengan baik.”

“aaa—apa maksudmuhh….”

“sudah ibu nikmati saja.”



Tak menghentikannya, Gio semakin kuat merangsang area paling sensitive milik bu Citra tersebut. Sementara bu Citra bukannya menolak perbuatan yang dilakukan oleh Gio, ia malah semakin intens mendesah.



“aaaahhhh… hentikaannnn….”

“uhhhhmmmm…. Sttopppphhh…”

“mmmhhhhh……”



Meskipun mulutnya berkata demikian, nyatanya tangannya malah menekan kepala Gio yang berada di selangkangannya. Gio pun semakin semangat lagi memainkan bibirnya di area tersebut.



“becek banget bu….”

“yakin nih mau berhenti?” lanjut Gio menggoda.

Bu Citra tak menjawab, matanya menatap nanar ke arah Gio.



Gio menyibakkan selimut yang sedari tadi menutupi dirinya dan tubuh bu Citra kesamping. Setelah itu, ia menindih tubuh bu Citra dan langsung menyambar bibir mungilnya. Dan ternyata bu Citra langsung menyambut lumatan bibir yang dilakukan oleh Gio.

Bersama dengan bibir dan lidah mereka yang saling beradu, Gio lekas meremasi bukit sekal bu Citra yang masih berbalut bra dan kimono-nya. Setelah itu, tangannya menelusup dari celah-celah kimono yang dikenakan bu Citra dan meremasi buah dadanya.

Setelah puas, Gio melepaskan lumatan bibirnya dan duduk menindih bu Citra.



Ditamparnya pipi bu Citra menggunakan kontolnya yang telah mengeras, “ibu nggak kangen sama ini?” ucap Gio sembari menepuk-nepukkan kontolnya di wajah bu Citra.

Sementara itu, Bu Citra hanya memejamkan matanya.



Setelah itu, Gio turun ke bawah dan membuka lebar-lebar kedua kaki bu Citra. Gio Bersiap untuk menusukkan kontolnya masuk ke dalam memek bu Citra. Namun sebelum itu, ia menggesek-gesekkan kontolnya di bibir memek bu citra selama beberapa saat.



“dilanjut apa engga nih bu? Nanggung loh bu, udah becek banget.” tanya Gio sembari masih menggesek-gesekkan kontolnya.

Bu Citra hanya diam sembari menggigit bibir bagian bawahnya.

“ah yasudah kalau ibu masih jual mahal begini, mending saya pulang.” Acam Gio sembari Bersiap untuk beranjak pergi.

“jangann… plisss…”

Gio menengok ke arah bu Citra dan tersenyum, “nah gitu dong, kan saya juga jadi enak.”



Gio Kembali menggesek-gesekkan kepala kontolnya di bibir memek milik bu Citra tersebut. Setelah itu, dengan perlahan ia menusukkan kontolnya ke dalam lubang peranakan milik bu Citra tersebut. Namun baru saja kepala kontolnya yang masuk, ia menariknya Kembali. Begitu terus selama beberapa saat.



“kenapa Cuma kepalanya?” rengek bu Citra.

“saya mau masukin sampai mentok kalau ibu mau bantu saya biar bisa entotin kakaknya bu Citra?”

“hah… aaaa—apa maksudmu?”

“saya tau ibu punya satu kakak Perempuan, nah saya mau ibu bantu saya agar bisa entotin dia, baru saya kasih ibu jatah. Gimana, setuju?” ucap Gio.



Bu Citra hanya diam termenung. Gio pun mencabut Kembali kontolnya dan Kembali melumat bibir bu citra yang masih bengong.



“untuk sekarang ibu sepong kontol saya saja dulu.” bisik Gio di samping kuping bu Citra.



Lanjut ke Part 17 : The Teachers
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd