Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Perlu pakai bahasa resmi negara nggak nih ? (bahasa Inggris, Itala, Jerman, Dll)

  • Ya ! (biar feel dramanya terasa) / dua-duanya nggak papa

    Votes: 38 17,8%
  • Nggak usah ! (Bahasa Indo aja, biar gampang)

    Votes: 176 82,2%

  • Total voters
    214
Bimabet
Terima kasih atas update nya
Ramaikan terus hu :Peace:
Berharap ada kisah yg lbh detail tentang tumbangnya si binal Daphine ditebas pak Grant kerempeng
Hahahaha
Spoiler : ada cerita lebih komplit nanti alasan utama kenapa Daph akhirnya bisa luluh + jadi budak Pak Grant sm petugas NW korup lainnya. Staytune~
 
Daphnie gak ada misi gitu ke India ?

Hmmm... kira-kira ada nggak ya? @renanda36R

Ini sementara menyelesaikan Season 1, masih membahas gimana mula Barry merekrut Lucy-Daph-Q untuk jadi satu tim, namanya Unit-355.

Season 2 ?

Mungkin ini masih perlu ide-ide lagi sih, masih dengan konsep cerita fiksi-sejarah seperti ini.

Rencananya nanti saya buat Barry, Lucia, Daphine, Q terlibat misi memburu agen-agen simpatisan Red Licence ke negara-negara Arab, Amerika Selatan, Afrika, Asia (mungkin India atau Indonesia?) yang pernah mengalami krisis, perang saudara, dll di medio tahun 2000an (ala-ala jalan cerita film james bond).

Ramaikan terus ya suhu-suhu, ;) hehehe
 
Sebelumnya...


(Kebun binatang Borghese, kota Roma)
7 April 1999 | Pukul (UTC+1) 03.00 dini hari

Flashback, setelah pertemuan mendadak di rumah Clemenza Bertini antara Barry, Q, dan Lucia.

Mobil Alfa Romeo yang dikemudikan Qristal beberapa kali menyalip ugal-gunakan barisan mobil lain di 2 titik lampu merah.

Barry sudah teler di sebelah Qristal. Repot juga mengurus orang tua ini dalam keadaan mabuk.

“Huh, bagaimana bisa Angelo betah untuk bekerja dengan latino ini?!” - Qristal

‘Grngggggg...
Cittttttt !’

(Mobil tiba-tiba mengerem mendadak)

Keterangan alih bahasa :
🇬🇧 : Percakapan Native bahasa Inggris
🇮🇹 : Percakapan Native bahasa Italy

( 🇬🇧 )

“Gosh ! (Astaga!) tugasmu cuma menyetir mengantarkan saja sampai ke hotel!” omel Barry tanpa membuka mata.

Wajahnya hampir saja terpental ke dasbord karena hentakan rem.

“Barry wake up! (bangun!) Sialan! bagaimana dengan pria yang ada di dalam bagasi?” Qristal yang masih setengah mabuk bertanya setelah mereka selesai minum-minum di sebuah bar lokal.

Mereka hampir saja lupa, sebelumnya menyekap seorang pria bertubuh tambun dengan kumis kotak ala hitler yang sepertinya punya masalah dengan Lucia.

“Who ? (Siapa?)”

“Kau lupa? Bukankah Lucia meminta kita untuk mengurusnya juga? aku rasa pria gemuk itu memang bermasalah.”

“Mengurus? maksudmu menyuruh kita membunuhnya? Oh God, aku malas sekali saat ini.” jawab Barry, kepalanya sudah menyender ke jendela mobil. “Lagipula kurasa dia sudah mati kehabisan nafas di dalam bagasi.”

“Bagaimana kalau kita bakar saja mobilnya?” Qristal memberi usul.

“Maksudmu?”

“Menghilangkan jejak dan identitasnya sekalian~”

“Kau gila? Ini mobil lumayan untuk dijadikan koleksi!” omel Barry. “Kau tembak saja dia, dan lemparkan ke kanal tadi.”

“What ?!” Q meliriknya. “Kita akan berbalik hanya untuk membuang jasadnya ke sungai, sudah hampir tiba ke hotel. Kurasa itu ide buruk kalau sampai CCTV lalu lintas menangkap pergerakan mobil kita,” imbuh Qristal. “Dan lagipula, aku tidak biasa membunuh tanpa intimidasi dengan bahasa Italia.”

(-_-)

“Jadi apa kau punya ide selain membakar mobil?”

Qristal mengedikkan bahu. Matanya terus menyusuri jalanan dengan kilauan lampu indah dengan bundaran boulevard tak jauh dari lampu merah. Tidak begitu jauh dari kawasan turis, Trevi Fountain.

“Serigala roma!” celoteh Barry, begitu mereka tiba di sebuah bundaran kawasan wisata museum metropolis.

“Hmm?” Q meliriknya bingung. “Apa maksudmu?”

“Kapan terakhir kali kau berkunjung ke kebun binatang?” Barry tiba-tiba bertanya, random.

Q menggeleng.No way! Bukan ide bagus—” Qristal seperti sudah bisa menangkap maksud si tua latino itu.

“Ya benar! Ayo masuk ke Villa Borghese. Sudah lama rasanya aku tidak melihat pertunjukan sirkus, macan memangsa manusia, Hahaha...” perintah Barry.

Qristal langsung melongok tidak habis pikir dengan rencana psikopat latino itu. Tapi, tangannya tetap saja mengalihkan kemudi memasuki kawasan Villa Borghese, di dalamnya memang terdapat kawasan kebun binatang bernama Bioparco di Roma.


Menjelang subuh. Saat satu persatu lampu penerangan kebun binatang mulai remang. Keadaan yang dingin membuat beberapa binatang pelihara tertidur pulas dalam kandang.

Kini mereka bertiga sudah berada tepat di mulut kolam buaya. Beruntung bagi Guitano, karena Q tidak sempat menemukan di sebelah mana kandang serigala atau kandang macan.

Mari kita bayangkan. Salah satu adegan ikonik dalam film King Kong (2005), saat si cantik Ann Darrow diikat oleh sekumpulan suku mengerikan ke sepasang tiang untuk dijadikan tumbal pemujaan sebelum di selamatkan oleh King Kong.

Nah bedanya Guitano yang saat ini yang diikat dengan posisi kedua tangan terikat merentang dengan posisi ‘T’.

Dengan kondisi mulut dijejali kaus kaki bau miliknya sendiri. Walaupun belum cukup untuk menyumpal teriakan seorang pengecut sepertinya.

( 🇮🇹 )

“Akan kuberikan berapapun yang kalian mau?! Ti prego, non uccidermi ! (Kumohon, jangan bunuh aku!)” teriak Pak Guitano, histeris, memohon supaya Barry tidak menceburkannya ke bawah. Sampai terkencing-kencing.

“Cè una possibilità di sopravvivenza (Ada kemungkinan selamat), tentu jika kau bisa berenang lebih cepat dari seekor buaya muara jantan. Mau ku lepas ke kandang singa?” jawab Barry.

Lelaki latino ini sengaja mengaitkan ujung ikat pinggang suspender si gemuk itu kepada kerekan yang biasa untuk memberikan pertunjukan makan buaya di bawah.

“Amo ancora i miei figli ! (Aku masih sayang anak-anakku!) Kenapa kalian melakukan ini kepadaku?” jawab Pak Guitano semakin histeris begitu Barry memutar tuas katrol untuk membuatnya turun sedikit demi sedikit.


Tiang kerek sampai berderit karena tidak kuat menahan berat badan si gendut cabul itu.

“Questo è per Lucia ! (Ini untuk Lucia!) kau pikir bisa seenaknya saja melecehkan perempuan tanpa suami? Hahaha... Dasar pengecut!” balas Barry.

‘Krkkk... Krkkk...
Ngik ! Ngik !’

(Barry Memutar tuas katrol)

“Non ! (Tidak!) Nona, Hey Nona! Tolong aku! Aku tidak tau siapa kau, tapi kurasa kau orang paling baik di sini!” respon Pak Guitano, beralih melinguk kepada Q. Bermaksud mengiba.

Tapi tetap saja, mau serendah apapun dia kepalanya menyembah, memohon, Q tidak akan paham.

( 🇬🇧 )

“What's he talking about ? (Bicara apa dia?)” tanya Q, di sebelah Barry.

“Dia mengiba padamu,” jawab Barry. “Dia juga memintamu melepaskannya.”

“Lalu? Kenapa kau ini?! Lepaskan saja dia! Kita bisa berikan obat kebiri, atau potong saja kelaminnya!” usul Q, mengingat aksi mereka ini terkesan nekad.

“What ?! (Apa?!) Kumohon ampuni aku!” Guitano sepertinya paham dengan kata-kata Q barusan.

“Bicara apa kau ini? kau tidak paham, dia ini suka melecehkan perempuan?” Barry keberatan.

“Kau pemabuk tua sialan! Bisakah berpikir tenang? Setidaknya kita bisa manfaatkan dia untuk mencarikan daftar nama yang mungkin dibutuhkan!” timpal Q, kesal.

Barry menggeleng. “Emmh... dia ini cuma kroco. Aku rasa tidak perlu. Aku tidak mau direpotkan apalagi harus bekerja sama dengan tikus got semacam dia ini.” tambahnya.

“Bukankah kau yang mengatakan padaku? Aku tidak akan datang jika kau memintaku mencari daftar nama berikutnya! Kita bisa lebih mudah menarget jika punya salah satu dari mereka!” protes Qristal.

‘Krkkk... Krkkk...
Ngik ! Ngik !’
(Barry Memutar tuas katrol)


( 🇮🇹 )

“ARGHHH! Belle donne ! (Nona cantik!) Tolong aku! Aku berjanji tidak akan menyentuh Lucia lagi, kumohon!”

Non è abbastanza per convincermi (Itu tidak cukup meyakinkanku).” celoteh Barry.

Posisi Guitano makin dekat dengan permukaan air. Seekor buaya muara yang dimaksud, terlihat mengintainya dari lubang buatan kandang.

“Akan kuberikan daftar nama untuk kalian! Semuanya tentang rekananku di keluarga Camorra. Barangkali mereka mengenal orang-orang Red Licence yang kau inginkan!” tambah Guitano, makin ketar-ketir.

“Tidak! Itu juga belum cukup. Ada yang lain?” Barry terus memutar tuas katrol untuk menceburkan ujung sepatu pantofel milik Guitano.

“AAAARGHHHHH!” si gendut tua itu langsung menangis sejadi-jadinya.

( 🇬🇧 )

“Barry, orang-orang akan datang jika kau terus bermain-main seperti ini! Angkat saja dia, biarkan aku yang bicara!” perintah Q.

“Aku tidak suka negosiasi.” bentak Barry.

“Dan aku tidak suka buang-buang waktu dengan orang bodoh sepertimu! Angkat dia! Biarkan aku yang bicara! Atau aku akan membatalkan rencana pertemuan berikutnya?” ancam Q.

“Huh, dasar cabul beruntung!” gerutu Barry.

‘Krkkk... Krkkk...
Ngik ! Ngik !’

(Barry Memutar tuas katrol)

....

( 🇬🇧 )

“You can speak English, Sir? (Kau bisa bicara bahasa Inggris?)” tanya Qristal setelah Barry memaksa Guitano duduk bersimpuh dengan kondisi tangan terikat ke belakang.

‘Ckrak !’ mata pistol dikokang oleh Barry, langsung menodong Pak Guitano.

“Little... (Sedikit paham).” jawab Guitano masih syok karena ulah Barry barusan.

“Alright (Baiklah), karena kita tidak sedang dalam negosiasi. Kau harus bekerja untuk kami. Selain menjauh dari Lucia dan menjamin untuk tidak menyentuhnya, kami ingin kau mencarikan beberapa nama.”

Guitano mengangguk. Sudah tidak peduli. Nyawanya lebih berharga dari penjanjian macam apapun. Setidaknya soal Lucia, sudahlah. Guitano berpikir masih bisa cari PSK atau mahasiswi ayam kampus lainnya.

“Jika kau berniat menipu dengan hal semacam ini atau mengancam Lucia... ketahuilah, kami memiliki semua informasi mulai dari alamat mertuamu. Identitas 2 anakmu, Di mana mereka bersekolah, bahkan hanya untuk mengetahui posisimu berpijak 7x24 jam itu bukan masalah bagi pria latino itu!” jelas Qristal.

“Yes-Yes, I Will... I promise ! (Aku berjanji!) Aku akan mengabdikan diri untuk kalian!” Guitano lagi-lagi cuma bisa mengangguk dan mengiba.

Mau bagaimana lagi? Laki-laki latino yang duduk di kursi taman kebun binatang di samping Q berulangkali iseng memainkan pistol amunisi penuh kepadanya.

“So ?” Qristal meminta persetujuan. Barry cuma mengedikkan bahu. Tidak peduli.


“Terserah,” jawaban Barry. “Bahkan dalam keadaan tertekan, mata ‘dokter penguin’ itu masih saja melirik tetekmu. Kau tahu itu?”

“Umm?” Qristal melirik kepada Guitano.

Benar saja, wajah si kepala sekolah cabul itu tertangkap basah, melongo, mengintip sesekali ke arah belahan dada Q yang naik-turun dari balik dress.

Pak Guitano langsung kagok, tersadar dan merasa ada yang akan datang. Coba memberinya penjelasan.

Pak Guitano menggeleng malu. “Tidak. Aku tidak bermaksud... maaf... aku cuma mengagumimu, Hey Nona—”

Belum selesai bicara, tiba-tiba Q melangkah padanya dan menyiapkan ancang-ancang...

‘GPRAKKK !’

Sepakan telak Q menggunakan heels, mengenai tepat di wajah Guitano.

‘GBRK !’

Badan gempal Pak Guitano langsung jatuh, lemas, tak sadarkan diri...

“Oh God! Sekarang kita harus berpikir bagaimana memindahkan kuda nil ini kembali ke mobil!” keluh Barry.


 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd