Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Repost] Kumpulan Cerita CCS

matata

Semprot Kecil
Daftar
24 Aug 2010
Post
69
Like diterima
142
Bimabet
Alkisah, jaman dahulu ada milis berbasis yahoogroups yang berisikan cerita-cerita sex. Milis tersebut sekarang sudah hilang dengan hilangnya yahoogroups, namun ada beberapa cerita yang tersimpan namun sayang hanya disimpan di laptop.

Berhubung semua cerita repost, maka ada beberapa aturan sebagai berikut:
  • Semua cerita milik orang lain. Kalau ada yang punya cerita dan keberatan untuk dimasukkan kesini, silakan pm
  • Update sesukanya tergantung TS
  • Kalau sudah pernah di post, tolong kasih tahu melalui pm
  • Ga ada request karena TS ga buat ceritanya
  • Beberapa cerita tidak di post karena melibatkan underage

Update:
Hal 1 - PESONA KOTA "Y"
Hal 1 - NANI GADISKU DARI KAMPUNG
Hal 1 - PAGI DI ITALY
Hal 1 - Pacar Gue
Hal 1 - Tuminah
Hal 1 - Tinny, Pacar Sahabatku
Hal 1 - ORAL DI KANTOR
Hal 1 - Rahasia Pertama [episode I]
Hal 2 - Rahasia Pertama [episode 2]
Hal 2 - Rahasia Pertama [episode III]
Hal 2 - Rahasia Pertama [episode IV]
Hal 2 - Rahasia Kedua [episode 1]
Hal 2 - Rahasia Keduaku [episode 2]
Hal 2 - Rahasia Kedua [episode 3]
Hal 2 - PERAWAT BANGSAL BEDAH
Hal 2 - Perkenalan
Hal 3 - Deasy
Hal 3 - NGINTIP
Hal 3 - VONNY # 1
Hal 3 - VONNY # 2
Hal 3 - Ivonne bagian 3
Hal 3 - VONNY #4
Hal 3 - 'Thana' cewek Thai
Hal 3 - Papijay is back with more!!!
Hal 3 - DALAM BUS DI ITALY
Hal 4 - Semalam di Anyer
Hal 4 - Deasy
Hal 4 - Asih
Hal 4 - AYAH MERTUAKU
Hal 4 - Tante Tercinta
Hal 4 - Yang Pertama
Hal 4 - my story
Hal 4 - Millenium Night di Singapore
Hal 4 - WTS Becak
Hal 4 - abg bispak di lampung
Cerita selanjutnya silakan cek tiap halaman
 
Terakhir diubah:
PESONA KOTA "Y"

Aku adalah seorang "computer engineer" yang selalu dinas keliling Indonesia
guna melayani customer perusahaan tempatku bekerja. Satu saat tepatnya
bulan Juni 1994, aku ditugaskan ke kota Y.
Sesampai distasiun kereta api jam 8 pagi aku langsung naik becak dan
melintas jalan M yang cukup terkenal lalu meminta kepada tukang becak untuk
segera diantar ke hotel yang mempunyai cukup fasilitas. Aku menurunkan tas
koperku didepan hotel M. Setelah cukup istirahat aku berniat ingin sarapan,
karena semalam di kereta api aku tidak makan. Namun ketika keluar dan akan
mengunci pintu kamar, aku terkejut melihat beberapa wanita memakai pakaian
swimsuit melintas dibelakangku. "Ada apa gerangan ?" dalam hati aku
bertanya.
Rasa ingin tau ku begitu besar, sehingga membuat perutku rasanya menjadi
kenyang. Aku coba mengikuti para wanita tersebut dari belakang dan.....
wowww... betapa bahenolnya pantat mereka. Sesaat aku berhenti dan ....
ternyata mereka adalah pengujung biasa yang hanya ingin latihan fitness.
Beberapa saat aku memperhatikan mereka, dan ketika itu juga terdengar suara
wanita menggoda menyapaku "mau fitness juga mas ?", aku mencoba berbalik
badan.... ya ampun !!! seorang wanita memakai swimsuit warna pink dengan
body yang aduhai dan mempunyai rambut lurus terurai hingga pundak
menghampiriku sambil tersenyum.
"Waaahhhhhh senyumnya begitu menggoda pikirku dalam hati", hingga aku
sejenak terdiam bagai patung tapi biji mataku berjalan dari atas ke bawah
memperhatikan wanita tersebut yang mempunyai kaki begitu panjang dan indah.
"Ohhhh..... tidak!!!, hanya lihat-lihat aja" jawabku. "Mas.... dari Jakarta
?" wanita tersebut kembali bertanya. "iya... saya sedang tugas kesini, dan
kebetulan saya menginap dihotel ini, anda sendiri sedang apa disini ?" aku
memberanikan diri balik bertanya. "Sebanarnya aku kesini mau fitness, tapi
sudah full.... jadi aku merubah rencana ingin berenang saja, kebetulan
kolam renangnya bersebelahan dengan ruangan fitness". Kesunyian memmecahkan
pembicaraan kami sejenak.... dan "oh, ya.. Bambang namaku.. kamu siapa ?"
aku mencoba berkenalan. "namaku Vina... aku juga orang Jakarta, aku kuliah
disini, aku sering ke hotel ini hanya untuk fitness dan berenang" jawab
Vina.
"Kalau begitu kita sama-sama aja ke kolam renang" aku coba mengajak.
"Emang Mas Bambang mau berenang juga" tanya Vina. Aku terkejut sambil
menelan ludah... "gawat !!!!aku kan enggak bisa berenang yachhh...."
pikirku dalam hati. "oh, tidak.. tidak !! kamu aja yang berenang, aku pesan
makanan dan minuman, kebetulan aku belum sarapan" jawabku sambil memanggil
pelayan. "oke dech kalau begitu... Vina sekalian minta minuman berenergi
boleh enggak..?", langsung aku jawab "boleh-boleh... mau berapa botol ?",
byuuurrrr Vina menjatuhkan badannya ke kolam "aku pesan satu botol saja
yach..." jawab Vina manja dari dalam kolam.
Setelah 30 menit Vina baru beranjak dari kolam renang dan langsung glek..
glek.. glek.. satu botol kecil minuman berenergi langsung kering diteguk
Vina. "Pantas Vina mempunyai body begitu aduhai, dan pasti mempunyai gairah
sex yang tinggi" aku mengira-ngira.
"Mas Bambang berapa lama disini ?" tanya Vina sambil mengusap-usap
rambutnya dan menjatuhkan pantatnya dikursi malas disampingku. "Enggak lama
kok, hanya 2 hari" jawabku berbohong, padahal aku harus 1 bulan menetap di
kota Y, karena tugas yang akan aku lakukan cukup berat.

Angin sepoi-sepoi mengusap pembicaraan kami berdua, rasanya kami sudah
cukup akrab meskipun perkenalan kami baru berlangsung beberapa jam dan tak
terasa waktu menunjukan pukul 10 pagi. "Kamu mandi dan ganti pakaian di
kamarku saja" aku memberanikan diri memberi tawaran pada Vina yang sejak
tadi melonjorkan badannya dengan tangan keatas sehingga dengan bebas bulu
keteknya menari-nari tertiup angin. "Boleh dech..." jawab Vina singkat.
Sampai di kamar, timbul rasa birahiku karena tergoda bentuk tubuh Vina yang
menggigit seluruh persendianku. "Mas... nanti malam aku boleh kesini enggak
? karena sekarang aku mau kuliah dulu, Mas juga kan mau tugas dulu kan..?"
tanya Vina ketika keluar dari kamar mandi dengan pakaian sudah rapi.
Pertanyaan Vina itu sekaligus mengundang ribuan setan mempengaruhi
pikiranku mencari akal untuk merayu Vina agar dapat aku setubuhi. "Boleh..
datang aja" jawabku sambil memegang pundak Vina yang mempunyai umur 21
tahun tinggi badan 163 cm. Vina diam saja saat aku pegang pundaknya, malah
dia menatapku tajam. Aku tak berdaya akan tatapan matanya yang begitu
indah. Suasana hening.. dan perlahan aku goyangkan kepalaku untuk mencoba
menyentuh bibirnya. "Jangan mas... aku sudah pakai lipstik, nanti
berantakan lagi" jawab Vina menolak dengan halus. Aku jadi penasaran, tapi
aku yakin dari tatapan matanya tersembunyi ada kesan frustasi dalam diri
Vina, tapi aku tidak mau mencoba berusaha tau ada apa sebenarnya yang
terjadi tehadap diri Vina. Karena pikiranku sudah kacau termakan keindahan
lekuk tubuh Vina yang begitu menggoda.

"Ting tong... ting tong... ting tong..." tepat pukul 7 malam suara bell
kamar berbunyi 3 kali, aku segera menghampiri pintu dan saat kubuka.....
wuuaaahhhh kulihat Vina berdiri manis dengan mengenakan gaun tipis panjang
warna biru muda dengan tali kecil di pundak hingga terlihat anggun.
Terlihat bercak dua bulatan BH didadanya dan celana dalam mungil yang
tembus pandang tersorot lampu utama saat aku nyalakan. "Mau mengajak jalan
kemana yach...? Kalau kedisco tidak mungkin, pasti makan malam, sebab Vina
mengenakan pakaian resmi untuk pesta" dalam hati aku bertanya-tanya.
"Silakan masuk..... aku masih pakai handuk dan mau ganti pakaian dulu, aku
baru selesai mandi" jawabku sambil menarik tangan Vina yang mulus putih
bersih.
Blaakkkk !!! pintu kamar aku tutup dan ...... terkejut aku tiba-tiba jemari
lentik nan lembut memegang jemariku yang kasar yang setiap hari memegang
obeng dan solder ketika aku mengunci pintu. Aku berbalik badan dan sambil
berdiri langsung aku belai rambut Vina yang halus lurus terurai... aku
teruskan belaianku ke wajah Vina yang berbentuk oval dan terlihat ada rasa
penyesalan bercampur keputusasaan juga keinginan untuk melakukan
persetubuhan yang paling melekat.... kulanjutkan belaianku menyusuri
pundak... "ohhh mas..." jawab Vina lirih sambil memejamkan matanya isarat
meminta untuk dicium. Aku tatap bibirnya tidak berwarna merah muda lagi
saat Vina pakai disiang hari tadi, mungkin ini menandakan aku boleh
menciumnya. Aku dekap Vina dengan mesra seperti layaknya seorang istri
dimalam pertama. Dengan lembut aku hujamkan ciuman dengan deras ke bibir
Vina yang tipis menggoda. Tak disangka... Vina membalas dengan menjulurkan
lidahnya kedalam mulutku dan memainkannya dengan lihai. Aku segera membelai
dan menciumi tengkuk leher panjang Vina sampai pundak dan....... ting..!!
aku lepas tali gaunnya, hingga gaun terusan sampai kaki itu terjatuh ke
lantai. Kini hanya BH ukuran 36B tanpa tali ke pundak yang ada dihadapanku
siap aku mangsa. "Ahhhhh..... ouuhhh.... masssssss.... beri aku kepuasan.."
terdengar suara Vina meminta dengan pasrah yang saat itu juga terdengar
degupan jantung Vina yang berdetak keras dengan nafas terengah-engah
apalagi disaat aku mencoba membuka BH Vina yang yang tipis berwarna putih.
Woooowwwwww... indah sekali buah dada Vina yang menonjol kedepan dengan
puting kecil dan dikelilingi aurora yang kecil pula dan penuh kehangatan
itu. "ooouuuhhhhh... Massss... isap.. isap dong Masss..." pinta Vina
memelas. Aku langsung melahap dua buah gunung kembar itu dengan isapan dan
jilatan yang liar sehingga membangunkan adikku yang bersembunyi dibalik
handuk, sepertinya adikku pun sudah tidak sabar menggedor-gedor dan
menjatuhkan handuk hingga aku kini telanjang bulat. Aku semakin gencar
melancarkan serangan keseluruh tubuh Vina yang wangi khas parfum true love,
aku meremas buah dada kiri Vina dan menjilati buah dada kanan Vina sambil
memeluk dan mengelus-eluskan tanganku dipunggung Vina sampai kepantat. Vina
mendengus keenakan dan membuang kepalanya kebelakang dengan otomatis
dadanya membusung kedepan dan makin tampak pula keindahan buah dadanya yang
menonjol membesar. "Terus massss..ouuggghhhhh... yang keras isapnya
masss..." Vina memaksa. Perlahan aku pelorotkan celana dalam Vina yang
tipis berwarna putih dan berbunga ditengahnya hingga dengkul dan tanpa
dikomando aku telah benamkan kepalaku dihadapan vagina Vina yang
tersembunyi dibalik bulu-bulu halus yang lebat tak terkira. Ohhh.....
honey.... please go on..... ouuuuhhhhh.... sepertinya Vina kurang bebas,
akhirnya dia pelorotkan sendiri celana dalamnya sampai kini dia benar-benar
bugil tanpa sehelai benangpun menempel ditubuh indahnya itu.
Sambil berdiri Vina membuka kakinya lebar-lebar untuk menyerahkan lobang
kenikmatannya yang menganga agar segera dijilat. Ssssttttttt........
sluuupppppp....... eeehhhhmmmmmmm.... "ohhh... Vina betapa sempitnya
vaginamu" pikirku yang terus membengkek dan menjilati klitoris Vina yang
nangkring di pintu gua yang penuh misterius namun penuh kenikmatan itu,
"uuggghhhh....... oooouuuuuhhhhh... eeehhhhmmm..." Vina mendesah dan.....
ssseeerrrrr...... cairan madzi membanjiri vagina yang membuatku semakin
mudah meluncurkan rudal scudku untuk menembus Vigina Vina. Kebangkitan
birahi Vina makin membara dan mulai memutar-mutarkan pantatnya yang gempal
dan bulat seirama dengan jilatan lidahku yang lincah menari-nari di sekitar
klitoris dengan sekali-sekali memasukan lidahku kedalam gua yang gelap
gulita. Vina menggelinjang keenakan. Aku begitu merasakan kenikmatan
begitupun Vina yang menarik-narik rambutku dengan ganas... bagai seorang
wanita yang sudah lama haus menantikan kenikmatan yang tiada tara itu.
"Oooohhhhh... honey masukin cepat adiknya" pinta Vina tak sabar sambil
menjatuhkan kedua tangannya ke sofa dan menjulurkan pantatnya kebelakang
dengan kaki mengangkang. Kini Vina dalam posisi berdiri menungging
kebelakang siap menerima rudal scudku dari belakang. Sleeebbbbbb........
adikku menembus lorong gelap menuju singgasananya dengan perlahan.
"Oooouuuuuuhhhhhhhhh...... nikmat sekali maaassss... terus perlahan
maasss.... accchhhhkkkkkk.... jangan berhenti maassss...." Vina memohon
lirih, diputar-putarkan pantatnya dari kiri kekanan dan sebaliknya,
sehingga rasa geli menyelimuti adikku yang keluar masuk Vagina Vina yang
sempit tapi lembut. Aku semakin mengganas tatkala aku dengar desahan Vina
yang tiada hentinya. "Oouuuggggghhhhhhhh...... accchhhkkkkkkkk.... yang
cepat... yang keras.... masss... masss... ooouuuggghhhhh...
maaaaasssssssss....!!!!!!" seerrrrrrrr... terasa basah mengguyur adikku
yang masih berdiri tegak dengan panjang 14 Cm dan diameter 3.5 cm itu.
Sehingga terdengar bunyi clep... clep... vagina Vina mulai becek, Vina
mengeluarkan adikku dan.... slupppppp... sluuupppppp... ssstttttt... Vina
langsung melahap adikku dan mengisap dengan rakusnya, sesekali dia julurkan
lidahnya untuk menjilati dua buah biji adikku hingga lobang anus yang
membuatku mengelinjang kegelian. Setelah puas memainkan adikkuku,
sepertinya Vina meminta kembali untuk diserang dan dia menarik aku ke kamar
mandi hingga ke bath tab dengan memegang adikku. Aku seperti kerbau dungu
yang mau menuruti perintah tuannya, namun jika kerbau yang ditarik
hidungnya, tapi aku yang ditarik adikku yang sedang menegang. Vina membuka
kran air dingin tanpa air panasnya, jadi terasa dingin sekali tatkala kami
berdua menjatuhkan diri kedalam bath tab tersebut... namun tidak
mengecilkan semangat adikkku yang masih terus menjulang tegang. Vina
menutup air kran setelah bath tab terisi sedikit sekedar membasahi als bath
tab. Vina kembali menjilati adikku... selangkanganku dan tidak kalah
pentingnya anuskupun dijilatinya kembali. Aku tidak mau kalah, akhirnya aku
bangkit dan aku tidur kembali membalikkan tubuhku sehingga kepalaku kini
berada pas di depan vagina Vina yang telah dari tadi menganga minta
dijilat. Dalam keadaan posisi 69, Vina berada dibawah dengan kaki
merenggang diangkat ke sisi – sisi bath tab, Vina mengangkat pantatnya
sambil digoyang-goyang dengan dengan cepat karena semakin geli oleh jilatan
lidahku yang menusuk-nusuk hingga dalam. "Oooouuuhhhhh.... maaassss.....
masukin sayang.... aku udah enggak tahan nich..." Vina mengeluh minta
dimasukin. Akhirnya kami merubah posisi, giliran Vina yang berada di atas,
sedang aku dibawah. Denagn posisi berjongkok Vina lansung menangkap adikku
dan menuntunnya masuk kedalam lobangnya yang sudah basah dengan campuran
madzi dan air kran juga air ludahku. Sleeeebbbbbbb... sleeeeeebbbbbbbb...
perlahan Vina menaik turunkan tubuhnya sambil memegang dadaku yang plontos
tanpa bulu sedikitpun. Aku liat mata Vina merem melek keenakan sambil
mengigit-gigitkan bibirnya yang mungil itu dengan sesekali mendesah.
"aahhhhh... accchhhhh... oooouuuuucchhhhhhhh... massssss... enak sekali,
kamu hebat masssss... bisa bikin aku puas.... oouuuhhhh ..!!!!!... accchhhh
....!!!!... uuuhhhhhh... baru kali ini aku merasakan kepuasan...
oooouuuuggggghhhhh ...!!!!" Vina mengerang merasakan kenikmatan yang tiada
tara. Vina semakin mempercepat gerakannya dan terdengar suara bleb.. bleb..
yang begitu keras antara pantat Vina yang besar dengan pahaku, berpadu
dengan suara teriakan Vina yang meminta ampun merasakan ngilu atas gesekan
adikku dengan Vagina Vina.
"Masss... aku mau keluar lagi... kita keluarin sama-sama yach say..?" pinta
Vina lagi memelas dengan suara sedikit gemetaran menahan rasa nikmat yang
segunung.
"Uuuugggghhhh... honey... aku mau keluar... ayo sayang.. lebih cepat, lebih
cepat lagi sayang... ooouuggghhhhh...!!!!!!" aku mendengus. "Oooouuuuhhh...
aaaccckkkkkkhhhhhh...!!!!!" Vina berteriak keras sambil menggaruk dadaku
kuat-kuat merasakan kenikmatan dunia yang hebat itu. cret.. cret.. cret...
cret... cairan maniku membasahai lobang kenikmatan Vina dan terasa becek
sekali, tapi rasa itu menghilang dengan secara mendadak adikku yang masih
mendarat di lobang Vina dipijit dengan keras oleh vagina Vina yang kembang
kempis seperti anus ayam... kata orang itulah yang namanya empot ayam.
"Terima kasih ya mas... sudah memberi kepuasan kepada Vina" ucapan Vina
membisik ditelingaku dan Vina langsung terkulai lemas diatas tubuhku dan
tanpa sadar dia terbaring lelap dengan keadaan telanjang bulat, indah dan
mulus sekali tubuhnya walau sudah 3 kali orgasme, bau aroma true love nya
pun tetap melekat ditubuhnya. Aku peluk tubuhnya dengan mesra dan akupun
mulai tertidur, sebelumnya aku buka penyumbat air bath tab supaya airnya
mengalir keluar dan tidak menggenang didalam bath tab. "Kalau airnya enggak
dibuang bisa masuk angin aku... apalagi dalam keadaan capek begini" pikirku
dalam hati. Dan kamipun tertidur lelap sampai pagi didalam bath tab.
Ternyata Vina wanita yang kawin diusia muda dan melanjutkan kuliah di kota
"Y", tapi tidak pernah mendapatkan kepuasan sex dari suaminya, karena rudal
scud suaminya lama sekali untuk bangun, sehingga kadang-kadang Vina sudah
mencapai 3 kali orgasme sebelum rudal scud suaminya bangun dan masuk ke
vagina Vina. Jadi masih bisa dihitung baru 5 kali rudal scud suami Vina
menyelam ke dalam Vagina Vina.
"Pantes... vagina Vina sempit seperti perawan" pikirku dalam hati. Dan
semenjak itu setiap ada tugas ke kota "Y" aku selalu mengambilnya, dan
sebelum berangkat aku telepon Vina dahulu.
 
NANI GADISKU DARI KAMPUNG

Kala itu aku numpang kost dirumah temanku yang sudah berkeluarga, sedang
seorang gadis adik temanku kebetulan numpang juga dirumah itu, sebagai
pengasuh anak-anak temanku itu, berhubung suami istri bekerja.

Pada awalnya aku memandang gadis itu Nani namanya, biasa-biasa saja, maklum
aku walaupun sudah cukup dibilang dewasa (27) tetapi sekalipun belum pernah
mengenal cewek secara khusus apalagi namanya pacaran, maklum ortuku
menekankan menuntut ilmu lebih utama untuk masa depan. Apalagi setelah aku
selesai kuliah dan langsung bekerja, aku merasa berhasil menikmati hasilku
selama ini. Itu sekedar backround kenapa gadis itu aku pandang biasa saja,
karena dia hanya lulus SD sehingga aku kurang peduli bila aku menyadari
tingkat pendidikanku sendiri. Namun dari hari kehari Nani si gadis itu
selalu melayaniku menyediakan makan, menjaga kebersihan kamarku, dan bahkan
mencuci bajuku yang terkadang tanpa aku minta walaupun aku sebenarnya biasa
mencuci sendiri, namun adakalanya aku cukup sibuk kerja, sehingga waktuku
terkadang di-buru2.
Rupanya gadis itu sedikit menaruh hati, tapi aku tidak tanggap sekali.
Terlihat dari cara memandangku, sehingga aku terkadang pura-pura perhatian
ke hal yang lain. Sampai pada suatu saat, dimana temanku beserta anak
istrinya pulang kampung untuk suatu keperluan selama seminggu, sedangkan
adik perempuannya karena harus menyediakan makan setiap kali untukku tidak
diikutkan pulang, sehingga tinggal aku dan si gadis Nina itu dirumah .
Rupanya kesendirian kami berdua menimbulkan suasana lain dirumah, dan
hingga pada suatu pagi ketika itu gadis itu sedang menyapu kamarku yang
kebetulan aku sedang bersiap berangkat kerja, masuklah gadis itu untuk
menyapu lantai. Sebagai mana posisi orang menyapu, maka saat gadis itu
membongkok, aduhhh rupanya perhatianku yang sedang bercermin tersapu juga
oleh pemandangan yang menakjubkanku. Dua buah melon yang subur segar
terhidang didepanku oleh gadis itu, dengan sedikit basa basi gadis itu
menyapaku entah sadar atau tidak dia telah menarik perhatianku karena
payudaranya yang tidak terbungkus BH, kecuali dibalut baju yang berpotongan
dada rendah. Dengan tidak buang kesempatan aku nikmati keindahan payudara
itu dengan leluasa melalui cermin selama menyapu dikamarku. Menjelang dia
selesai menyapu kamarku, tiba-tiba dia dekap perutnya sambil merintih
kesakitan dan muka yang menampakkan rasa sakit yang melilit. Dengan gerak
reflekku, aku pegang lengannya sambil aku tanya apa yang dia rasakan.
Sambil tetap merintih dia jawab bahwa rasa mules perut tiba-tiba, maka aku
bimbing dia kekamarnya dengan tetap merintih memegangi perutnya sampai
ditempat tidurnya. Kusuruh dia rebahan dan memintaku untuk diberikan obat
gosok untuk perutnya. Segera aku ambilkan dan sambil berjaga dia gosok
perutnya dari balik blosenya. Tetapi tiba-2 saat menggosok lagi-2 dia
mengerang dan mengaduh, sehingga membuatku sedikit panik dan membuatku
segera ikut memegangi perutnya dan sambil mengurut juga. Dan nampak sedikit
agak berkurang rintihanya, sambil aku masih urut perutnya. Kepanikanku
mulai hilang dan perhatianku mulai sadar lagi akan keindahan payudara gadis
itu bersamaan dengan bangkitnya perasaan gadis itu selama aku urut tadi
mulai menelusuk ke tubuhnya merasakan kenikmatannya juga dan dengan tiba-2
tanganku dipegangnya dan dibimbingnya tanganku ke taman berhiaskan buah
melonnya yang subur segar dan aku turuti saja kenikmatan bersama ini untuk
mengusap buah melon yang tidak terbungkus itu, dan tanganku terus menelusup
diantara buah-2 itu sambil memetik-metik putingnya. Gadis itu mulai
merintih nikmat, dan erangan halus dan memberi isyarat tanganku untuk terus
dan terus memilin puting buahnya yang semakin menegang. Baru aku sadari
bahwa untuk kali pertama aku merasakan puting gadis yang menegang bila
sedang terangsang dengan erangannya yang membuat penisku yang dari tadi
ikut mengeras tambah menekan didalam celanaku yang sebenarnya sudah siap
untuk berangkat kerja, namun untuk sementara tertunda. " eehh ... mas ..
geliii.. tapi enak, aahhh .. eehmm aduuuhh enak mass.." Posisi dia saat itu
sambil duduk membelakangiku, dan tiba-tiba dia menyandar kedadaku sambil
menengadahkan mukanya dan mulutnya mengendus-endus leherku. Tanpa buang
waktu, mulutkupun aku enduskan kelehernya dan selanjutnya mulut kami saling
mencari bibir-bibir untuk saling mengemot dan saling menjulurkan lidah
bergantian untuk saling dikemot-kemot penuh nafsu, sementara tanganku terus
menyusuri buah-buah yang subur itu untuk meningkatkan kegairahannya, sedang
tangan gadis itu mulai hilang kesadarannya oleh kenikmatan itu dengan
ditandai kegairahannya untuk melepas kaitan rock bawahannya dan dilanjutkan
ke kancing-kancing blousenya. Kembali kesadaranku tertegun untuk pertama
kali aku menikmati keutuhan tubuh seorang gadis yang hanya mengenakan
CD-nya. Namun untuk saat itu juga aku aku teperanjat, " Eiitt, Nina ini
udah jam delapan , aku harus berangkat kerja wahh aku terlambat" kataku.
Kami saling tertegun pandang dan saling senyum tertahan dan kemudian kami
berpeluk cium, sambil aku berkata " Entar aku berangkat dan aku segera
kembali , hanya untuk minta ijin kalau aku ada keperluan yahh, gimana ??".
"He.. eh, mas entar kita terusin lagi ya. mas, tapi janji lho, ehh tapi mas
?". "Kenapa Nan ...." tanyaku, " Mas kemotin dulu dong nenenku, ntar boleh
berangkat". Achh lagi-lagi kenikmatanyang tak bisa ditunda pikirku, dengan
terpaksa aku kemot putingnya dan dengan penuh gairah aku kemot buah (melon)
dadanya sampai hampir merata bekas kemotan di hampir kedua buah dadanya
sampai-sampai si Nani tak percaya keganasanku. Kami saling melepas pelukan
yang seolah kerinduan yang selama ini lama terpendam.

Kebetulan kantorku hanya beberapa ratus meter dari rumah kost yang aku
tempati. Selesai aku menyampaikan alasan yang dapat terima atasanku, segera
aku bergegas pulang lagi.
Ketika aku sampai dirumah, yang memang setiap harinya sepi pada jam-jam
kerja, maka menambah kegairahanku waktu aku membuka pintu depan yang tidak
terkunci, dan langsung kukunci saat aku masuk. Tetapi pintu-pintu kamar
tertutup. Maka yang pertama aku tuju kamarku. Aku buka kamarku untuk ganti
baju kerjaku dengan maksud akan ganti baju kaos dengan celana pendek saja.
Aku buka baju dan celanaku satu persatu, dan saat aku hanya kenakan celana
dalamku, tiba-2 dari belakang Nina sigadis itu sudah dibelakang mendekapku
dan ohh, menakjubkan rupanya dari tadi dia aku tinggalkan tidak lagi
kenakan bajunya sambil terus menunggu dikamarku. Maka kembali kenikmatan
pagi itu aku teruskan lagi, dengan saling meraba dan ciuman yang penuh
nafsu dan kami masing hanya mengenakan celana dalam saja, sehingga kulit
kami bisa saling bergesekan merasakan dekapan secara penuh, sementara kami
berpelukan dan mulut berciuman, penisku merasakan keempukan tonjolan daging
diselangkangan Nani yang seolah terbelah dua memberikan sarang ke batang
penisku. Sedangkan dadaku merasakan tonjolan Buah (melon) dadanya yang
lembut dan torehan puting susunya didadaku. Tanganku bergerak dari
punggungnya beralih ke pantatnya yang bulat untuk aku remas-2 sedang
tangannya tetap memegang leher dan kepalaku dengan mulut bibir lidah saling
mengemot. Lama kami pada posisi bediri " eehhh ... mmaaaas eeehh eeegh
enaak sayang nggg ..., terusss, terusss ,,,, geliii... egghhhh eenaak "
erangnya yang setiap saat keluar dari mulutnya. Kegairahan pagi itu kami
lanjutkan dilantai kamarku untuk saling berguling dan tetap saling peluk
menaikkan gairah petting kami yang pertama kali dilantai kamarku. Maklum
kamar indekost dengan tempat tidurku yang seadanya dan pas-pasan yang pasti
kurang pas untuk kegairahan petting yang memuncak di pagi itu. Dengan
leluasa tangan kami saling bergerak ke buah (melon) dada, penis, puting dan
satu hal selama ini obsessiku adalah keinginan yang terpendam adalah
kenikmatan untuk mengemot puting bila melihat buah (melon) dada
gadis/wanita yang demikian montok dan menggairahkan, maka aku tumpahkan
obsesiku pada kenikmatan pagi itu untuk pertama kali. " Mass sayang terruss
kemot pentilku,,, mmaasss gelii, geeliii, ... eehm mas enak.. terus
jilatinn pentilku teruss aku peengin di jilatin terus pentilku..". Dengan
penuh gairah pertama aku puaskan menjilati putingnya yang aku rasakan
semakin menegang dan peniskupun juga semakin menegang sambil aku
gesek-2-kan ke tonjolan daging diselangkangan Nina. Aku kembali agak kaget
ketika batang penisku merasakan basah saat aku gesekkan di tonjolan daging
selangkangan Nina yang masih memakai CD, yang padahal penisku sendiri tidak
mengeluarkan cairan sperma. Maka sambil mulutku mengemot dan menjilati
puting susunya, tangan ku mencoba meraba selangkangan Nina diantara belahan
daging, namun tiba-tiba dia memekik " A'aaa ehh jangan dulu mas enggak
tahan gelinya". Maka sementara aku lepaskan kembali dan tangan ku kembali
meremas Buah (melon) dadanya sambil memilin-milin putingnya " Mass
..,,,he'eh begitu kemotin pentilku terussusuku diremass-re'eemas ,,,,
e'eeenak eeh ... ehghhm .... yangg geli....". Penisku terus aku gesek-2kan
dicelah selangkangan Nina, " eeh,,eehh ... eehh . eehh . eeheh . eh".
Demikian lenguhannya setiap aku gesek selangkangannya." Mas... tarik CD-ku
dan pelorotkan punyamu", sampai pada ucapan Nina tersebut maka sementara
kami lepas pergumulan itu sambil aku dengan ragu dan deg-deg-an aku tarik
pelan-pelan CD-Nani yang masih dalam keadaan terlentang semantara aku duduk
dan dia mulai angkat kakinya keatas saat CD-nya mulai bergeser meninggalkan
pantat sambil terus aku menarik perlahan-lahan dengan saling
berpandang-pandang mata serta senyum-2 nya yang nakal maka aku dihadapkan
dengan sembulan apa yang disebut clitoris yang ditumbuhi rambut-2 halus
sedikit keriting dan bllaaasss lepas sudah CD-nya tinggalah celah
rapat-rapat menganga semu pink dan semu basah dengan sedikit leleran lendir
dari lubang kenikmatan. "Nin.. kenapa sih" tanyaku nakal, " Apanya ... mas"
sautnya sambil senyum, " Kalau dikemot-kemot teteknya sama pentilnya tadi".
" Aduh rasanya geli banget, rasanya kaya mau mati saja tapi enak iih
geli"." Enggak sakit dikemot dipentilnya tadi" tanyaku, " Enak.. mas,
rasanya pingin terus, kalu udah yang kiri, terus pingin yang kanan, rasanya
pingin dikemot bareng-2 sama mulut mas.Terus di memekku jadi ikut-2an geli
enyut-2an sampai aku eeghh.. hemmm gimana yach bergidik. hhmmmm" akunya. "
Terus pingin lagi nggak dikemot-kemot?" tanyaku penasaran."Iiiih ... mas
nakal, ya ..pingin lagi dong", sambil tangannya merayap ke selangkanganku
yang masih pakai CD, memencet penisku yang menonjol dan juga meremas.
"Kalau adik mas rasanya gimana tuh kalau kau pegang-pegang gini ?, geli
nggak?" keingin-tahuannya juga. " Sama enak rasanya, pengin terus dielus-2
sama Nina terus, geli eh-eh.eh" dengan penasaran dia mengesek-gesek pas
lubang penisku, jadi geli rasanya. "kalau ininya dipegang-pegang gini
gimana mas?" sambil dia pegang dan raba-2 buah pelirku. " Yah nikmat juga"
tegasku sambil aku elus-2 pahanya yang tidak begitu putih tapi mulus. "Eh..
mas tadi aku tipu, pura-2 sakit, abis mas kelihatannya cuek saja" sambil
dia senyum nakal menggoda. Berengsek juga nih cewek batinku, nekat juga
ngerjain aku. "Mas.. selama seminggu ini kita hanya berdua saja dirumah,
terus gimana enaknya mas ?" tanyanya sambil iseng meremas-remas penisku
yang tetap tegak sedang aku memilin-milin puting susunya yang tetap juga
tegang, " Kita kelonan terus saja seminggu ini biar siang atau malem".
Kebetulan kerjaku selama ini sampai jam 14.00 sudah pulang. Dia menggoda "
Terus nanti kalau kelonan terus mas nanti nggak ada yang nyediain makan
dong". "yah nggak usah makan asal kelonan terus sama Nina ntar kenyang".
Dia bangkit dan memelukku erat-erat dan diciuminya bibirku sambil lidahnya
dijulurkan ke kerongkonganku. Sambil melepas dia berkata " Mas kita kelonan
lagi yuk sampai sore, terus nanti mandi bareng". Tanganku mulai mengelus
clitorisnya dan mulutku terus mengulum bibirnya dan kembali dia terlentang
dilantai dan aku mulai menindihnya "Mas.. kalau gini terus aku rasanya mau
pingsan kenikmatan eehhh ...m eghhhmm... aduuuh... enak mas di memekku ..
geli rasanya teruusss eeghhh ... eghh". Dan aku rasakan clitorisnya semakin
basah, dan dengan lahapnya jari tengahku aku cabut dari clitnya untuk
kujilati jariku dan aku rasakan nikmat gurihnya lendir seorang perempuan
pertama kali. " eehh .. eennak ... aahhhh .. aahhhh uuuhhhgguuughhhguuuhh
... ehhehh" saat jariku kembali menelusup kedalam lubang clitorisnya.
Lenguhan mulutnya dan dengus napasnya menaikkan gairahku yang kian
meningkat tapi aku ragu untuk menuruti naluriku mencoba memasukkan penisku
kelubang memeknya. Maka sementara aku tahan walupun peniskupun juga sudah
semakin basah oleh lendirku juga. Aku mulai merayap kebawah selangkangannya
dan mulutku berhadapan dengan clitorisnya tanpa dia sadari karena matanya
terpejam menikmati gairah yang dirasakan, saat lidahku mulai menjilat
lubang clitorisnya, kembali dia terpekik agak bersuara " Aaahhhuuuughh
huuu. hu.. egghh aduh ,,, eggh enak, aduhhh aku gimana nih mass aahhhh
aku nggak kuat, masss ... mas.. eghh.. egh hhgeehh... mas." sambil dia aku
perhatikan pantat, paha , perut dan kakinya seolah kejang seperti kesakitan
tetapi aku sangsi kalau dia sakit, dan malahan kepalaku dia tekan kuat ke
selangkangannya sambil terus berteriak " hehehggheh ahhh ... ehhhehhh...
huhhh,,, mass .... aku .. akuuu rasanya ... eghhh" dan dia bangkit sambil
menarik CD-ku yang masih aku kenakan, dan blarrr penisku menantang tegak
"Mas masukkan mas.. eeghheghh" dan dia angkat kakinya sambil terlentang dia
bentangkan lebar selangkangannya sambil tangannya membimbing penisku
memasukki clitorisnya. "Mas.. kocok mas-eghh mas yang dalam... kocok terus
selangkanganku aduhh eghhh mas enakk" Sambil kakiku aku tekuk sementara
tanganku sebagai tumpuan dan dengan berat tubuhku aku tindihkan dan aku
amblaskan penisku kelubang yang sedari tadi sudah menunggu, dan aku rasakan
sedotan lubang yang sangat kuat pada batang penisku yang rasanya
dikemot-kemot. "Eehhgehhg ... terussss. terusss mas ... maaass enak kocok
terus aduuh rasanya aku enggak kuat mass ada yang keluar
eghh..eeeghhh.eehhgg aduu masss ..." "ahhgg-agh... Nani aku aduh egghh
Nani rasanya memekmu ngemot eghhh eehhmm... enak... terus sedot" " Mass
enak ... sekali enak... dalam sekali .aahh Aduh... hhhaghhhhah Masa aku
mauu.kkeluar ". "Aku juga Nan... ahhhgh aku udah mau keluar.. ahggghhah"
Dan aku cabut penisku saat dia demikian bergetar dan menyedot sedot penisku
sehingga aku tak tahan lagi untuk menyemburkan spermaku dan saat itu merasa
dia terlepas dari penisku dia bangkit dan menyongsong batang penisku dengan
mulutnya menyambut semburan spermaku sambil dtangannya menggosok lubang
clitorisnya di timpali dengan lenguhannya yang tidak beraturan dimulutnya "
cppokklep.. plekk.. clepk.. clkek.. cslckek" bunyi mulutnya mengemot
menyedot penisku sementara aku terasa bergetar dan tenagaku
berangsur-angsur lemas, sampai dia menjilati sisa sperma pada penisku
dengan bersih. Ahhh
Sesaat kemudian aku tidur ditempat tidurku siang itu kelonan berdua yang
tidak terasa telah jam 3 sore baru bangun dengan badan terasa agak pegal.
Kami kembali berpagut lama dengan saling rabaan dan remasan masih dalam
keadaan tanpa busana. Akhirnya kami mandi bersama yang sebelumnya kami
masak air untuk mandi bersama.

Itulah pengalaman pertama kali aku menikmati hubungan sex dengan seorang
ganis kampung Nani.
Saat mandi bareng ini ada keasyikan yang akan saya ceritakan berikutnya.
 
PAGI DI ITALY

Nama saya Vivian, umur 25 tahun, kulit putih bersih dan bentuk
badan yang penuh lekuk (dada 36B, pinggang 28, pinggul 36,5 inch).
Saya bekerja sendiri, mengelola pabrik garment keluarga dan orang tua saya
sekarang tinggal di Singapore. Saya tinggal bebas seorangan di sebuah
apartment di daerah Jakarta Barat.
Saya selalu merasa saya agak beda sebagai wanita yang lahir di bumi Timur
ini karena saya sangat menikmati sex semenjak pengalaman pertamaku. Saya
banyak membaca buku-buku erotic dan selalu terbuka untuk mencobanya. Bagi
saya, sex adalah kesenangan yang ingin saya dapatkan setiap saat saya lagi
mood. Sex juga bagi saya tidak mesti dengan suami atau hanya pacar saja..
Kalau lagi kosong, saya suka ke café-café yang bertebaran di ibukota ini
sambil mencari-cari. siapa tahu ada lelaki ganteng yang bisa menolong saya
memuaskan nafsu yang besar ini.

Saya baru kenal erick sekitar 3 bulan di O'reylis café dan baru saja tidur
pertama kali dengannya awal bulan Juli ini. Penalaman pertama dengannya
sangat mengesankan karena ternyata Erick juga sangat liar di tempat tidur,
saya seperti bertemu pasangan yang serasi untuk pertama kali. dan dia juga
dapat bertahan cukup lama, malam itu saya tiga kali orgasme. hmmm not bad
at all right. Dan bagi Erick, malam itu dia mendapat 'the best blow-job
ever'. saya tidak keberatan sama sekali dengan oral sex dan I think I'm
quite good in that particular area.
Erick seorang pengusaha, ia mengimport sepatu dan tas dari Italy dan
Spanyol. Kebetulan Week-end kemarin erick ada bisnis meeting di Italy, jadi
saya di ajak juga olehnya kesana.

Kami tiba di Italy jam 11.30 malam waktu setempat dan karena berjam-jam di
atas pesawat plus perbedaan waktu jadi kami berdua langsung tergeletak di
tempat tidur, kecapekan.
Pagi itu saya bangun lebih dulu dari Erick. Saya suka memandang wajah nya
yang sedang tidur, begitu tenang tapi tetap macho. Erick punya badan yang
kekar, kulit agak kecoklatan, tapi yang paling saya suka dari wajahnya
yaitu rambut disekitar rahangnya, hmmm. saya mulai mengelus rahangnya,
terus ke leher dan dadanya (Oya, kita kebiasaan tidur telanjang), sesudah
itu tangan saya mulai turun ke daerah pangkal pahanya dan mengelus
'captain'-nya yang lembut terkulai. Puas dengan tubuhnya, saya bangun dan
pergi ke kamar mandi. Saya sedang menggosok badan saya dengan busa
bersabun ketika saya merasakan kehadiran erick dibelakang tubuh saya. "Ow
Erick, what a surprise" kata saya, sambil saya bisa merasakan 'captain'nya
menjadi keras pas di atas belahan pantat saya yang putih dan bulat. Mungkin
karena pemandangan itu juga dia menjadi sangat terangsang. Erick sering
bilang bahwa pantat sayalah bagian terindah dari tubuh saya, putih, bulat
dan nungging-menantang katanya. Kemudian Erick mengambil busa dari tangan
saya dan mulai menggosok badan saya. 'Shh, santai saja, saya mau mandiin
kamu" katanya. Kemudian Erick mulai menyabunin saya, seluruh tubuh mulai
dari leher, terus ke dada saya.. dengan gerakan memutar Erick menggosokkan
busa itu ke kedua bukit saya perlahan. Putting saya langsung mengeras dan
berwarna merah jambu kecoklatan tanda saya mulai terangsang, mata saya
tertutup menikmatinya kemudian saya merasa bibir Erick sudah mengulum bibir
saya dan kita saling berpagutan dengan hot-nya. Saya ambil busa itu dari
tangan Erick kemudian gantian saya yang menggosok seluruh tubuhnya. Karena
saya sudah terangsang, vagina saya terasa panas, cepat-cepat kita bilas
tubuh kami berdua kemudian saya menjilati putting erick. Lidah saya
bergerak memutari putingnya dan setelah keras, saya gigit perlahan sehingga
terdengar erangan Erick. Perlahan sambil dibawah pancuran saya berlutut di
depan 'captain'nya dan mulai menjilati kepalanya, saya gerakkan lidah saya
mendorong lobang di kepala anu-nya agak cepat sampai dia mengerang antara
geli dan nikmat lalu saya masukkan semua anunya didalam mulut saya dan saya
hisap dengan gerakan cepat. Erick sangat suka kalau saya hisap anunya
dengan cepat dan kuat
"Oh, Viv.. You are soooooo good. keep suckin' it babe. fast. hard. Oh
babe you're the best!" kalau erick sudah mengerang segitu dahsyat, perlahan
saya pelan kan gerakan lidah dan sedotan saya. saya jilati lagi kepala
anunya lalu saya kejutkan dengan sekali isapan yang dalam dan keras lalu
saya berdiri. Saya angkat kaki sebelah saya ke atas pinggangnya lalu saya
pegang anunya dan arahkan kedalam vagina saya yang sudah basah dari tadi..
Mulanya agak susah masuk karena vagina saya agak sempit tapi Erick terus
menggoyangkan pinggulnya maju-mundur sehingga bash kuyup vagina saya lalu
'blesh. masuklah semua 'captain' erick kedalam vagina saya sambil Erick
menggangkat kedua kaki saya ketas pinggulnya. Aduh, enaaaak sekali rasanya
bercinta dengan anu yang besar. Oh erick. it's sooo good ah.. ah.. goyang
terus sayang , yang dalam sayang. aduh besar deh, enak 'yang. lagi. lagi"
begitu lah .kita saling bergerak naik turun. saya tak mampu menguasai
perasaan nikmat didada sehingga erangan kenikmatan terus terdengar dari
mulut saya. "terus 'yang, terus . hampir . oh, hampir, lagi. lagi. oh,
coming, coming babe, keep moving .. yeah, oh.. oh. OHHH." satu jeritan
dahsyat saya lontarkan karena orgasme yang begitu intens dari Erick.
sementara Erick tidak sedikit pun melambatkan goyangan pinggulnya tapi
makin cepat kami berdua bergerak, saya tahu badan Erick sudah mulai
bergetar nikmat. Desah Erick, "tunggu sebentar lagi sayang, oh, I'm almost
come. oh, oh, babe lick me. ohm.. ohm. yes, yes, .. Is it good sayang?
Tanya saya sambil terus menjilati daerah -daerah sensual Erick, sementara
Erick agak menunduk mencari puncak bukit saya sesudah dia dapatkan dia
hisap dan gigit dengan gemas. lalu desah nya kemudian, "coming babe, coming
,.. coming.",lalu saya merasa aliran hangat didalam vagina saya, erick
sudah selesai juga. Oh ya saya lupa bilang bahwa kami sangat berisik kalu
bercinta. apakah mungkin karena kita berdua cukup ahli dan sama buasnya???.
kami lalu merampungkan kegiatan kami, membilas lalu saling mengelap badan
dengan handuk.
"tok. tok. oh, sarapan datang, Erick memakai baju mandinya lalu keluar
membukakan pintu, saya dengar dia bilang 'grazie.." lalu pintu ditutup,
saya keluar bugil dan langsung disambut dengan ciuman erick yang hangat,
kita berciuman lumayan lama. "untuk our great quickie this morning" .

buat yang lain, cara ini sungguh hebat untuk memulai hari yang segar.. Coba
deh kapan-kapan....
 
Pacar Gue

by Taslim

Gua punya pacar namanya Tia (bukan nama sebenarnya). Pada hari Minggu
malem dia telepon ke rumah gue bilangin kalo besok (Senin, 7 Juni
1999) gue diminta untuk nemenin dia nyoblos di dekat rumahnya. Sehabis
nyoblos gue diajak ke rumahnya untuk nonton film. Waktu itu gue nggak
tau film apa, tapi gua nurut aja. Sesudah nyampe di rumahnya dia
mengajak gue ke kamarnya, lalu dia memasang filmnya. Sesudah dipasang
filmnya, dia menawarkan gue minum, ya gue mau aja. Wah, gua liat di
TV-nya ternyata blue film. Langsung aja kontol gua terangsang untuk
bermain seks dengannya, melihat buah dadanya yang 38 B. Busyet deh,
yang ngeliat pasti langsung horny dech ! Gua nonton tu film sampe
abis, enggak taunya sudah sore. Gua udah janji sama nyokap gue untuk
nemenin belanja. Waktu gua mo keluar dari kamar, dia langsung mencium
gua dan tangan kirinya memegang kontol gua sambil diremas-remas.
Melihat situasi tersebut langsung aja gua mencari buah dadanya dan
kuremes-remes dengan gemas. Sambil meremas-remas, gua mencari kancing
bajunya dan mulai mencopoti satu persatu sehingga muncul juga buah
dadanya yang besar yang masih dibungkus BH. Gua kesulitan mencari
kancing BH-nya, tapi ia menuntun tanganku ke kancing BH-nya lalu gua
langsung copotin tuh BH yang mengganggu operasi tanganku.Setelah BH
merah muda itu copot gua melihat sepasang gumpalan daging yang sangat
besar dengan puting berwarna merah muda, gua mulai menghisap,
mengulum, dan menyedoti dadanya. Waktu itu gua seperti bayi yang
kekuangan ASI dari ibunya. Setelah puas merambah buah dadanya, dia
membuka baju dan celana panjang yang gua gunakan lalu ia menurunkan
celana dalam gue, sehingga kami berdua bugil bagai dua orang bayi yang
baru saja dilahirkan. Kemudian ia menyuruh gue duduk. Ia menyodorkan
payudaranya ke mulut gue dan gue menerimanya. Gue lumat payudara yang
kenyal itu dengan mulut gue, sedangkan lidah gue yang
menyambar-nyambar seperti lidah ular, bergoyang-goyang mempermainkan
puting susunya yang tinggi menggiurkan. Gue hisap puting susu itu yang
semakin lama semakin menegang saja. Tia semakin memeluk gue dengan
erat. "Ouuuhhh..... Tas..... Ouuuhhhh!"

"Ouuuhhh... Ouuhh....." Tia menjerit kecil tatkala lidah gua mulai
menjilati kemaluannya dan kemudian masuk menyusuri liang vagina Tia.
Gua menjilat-jilat bagian dalam "daerah terlarang" yang mulai basah
itu. Tia menjerit lagi, ketika ujung lidahnya mempermainkan daging
kecil yang menempel pada kewanitaan Tia itu. Lalu Tia berdua berbuat
serupa. Akhirnya kami berdua sama-sama kelelahan dan tergolek begitu
saja di atas kasur. Gua tanya sama Tia, "Tia, kamu masih perawan nggak
?" Dia mengangguk dengan perlahan gua langsung mengarahkan kontolku ke
vaginanya, masih seret sih tapi aku tak gentar ingin memperawani Tia.
Setelah gua coba 3 kali baru kontol gua amblas semuanya ke dalam
vaginanya. Kami bergoyang semakin cepat dan semakin cepat.. sampai
akhirnya kami berdua berteriak sama-sama ketika air maniku muncrat
banyak sekali di dalam liang vagina Tia yang juga mencapai orgasmenya.

Malam itu kami melakukannya tiga kali. Dan sejak itu setiap ada
kesempatan. Satu hal lain yang kuperoleh dari pengalaman itu. Ternyata
aku sekarang pandai memainkan cewek-cewek berdasarkan suka. Karena
kemudian Tia memperkenalkan aku dengan teman-temannya juga haus sex
dan kami bermain bersama-sama tergantung temen-temen ceweknya Tia itu.
Kadang-kadang kita main bertiga atau berempat bahkan pernah
berdelapan.

Itulah pengalaman SEX ku dengan pacarku.
 
Tuminah

Nasibmu lah, Tuminah. Wajahmu sama sekali tidak cantik. Hidungmu pesek
seperti jambu klutuk yang disumpalkan di atas mulutmu. Gigi atasmu
tonggos, terlalu jauh keluar dari bibirmu yang tebal tidak karuan.
Jidatmu menonjol tak proporsional dengan mukamu yang bulat dan gempal.
Kedua matamu belo dan sama sekali tidak sedap dipandang mata.

Pokoknya, nasibmu lah, Tuminah. Buruk muka, dan menjadi babu pula.
Menjadi bagian dari masyarakat yang tercampakkan walau konon sangat
diperlukan. Bekerja keras untuk gaji yang tidak seberapa. Sejak kecil
kau telantar, karena toh kedua orangtuamu juga tak sanggup memberimu
makanan yang cukup.

Untung sajalah kau sekarang bekerja untuk tuan dan nyonya mudamu yang
agak baik hati itu. Tuan Andi dan Nyonya Nita; masing-masing eksekutif
muda yang sedang naik daun. Punya mobil dua, tidak ada anak, rumah
cukup besar, dapur modern. Beruntunglah kau, Tuminah. Coba bandingkan
dengan terakhir kali kau bekerja, di saudagar Tionghoa yang sedang
bangkrut itu. Wah, jauh sekali bedanya.

Tuan Andi gagah tampan. Nyonya Nita cantik menawan. Kamu ...? Ah, kamu
seperti kain dekil yang tersampir selalu di pundakmu. Mereka seperti
sutra halus aneka warna. Kamu seperti gentong berlumut di pojok garasi
itu. Mereka seperti patung marmer buatan Italia.

Pokoknya, nasibmu lah, Tuminah.

Bahkan Bang Miun, tukang sayur yang dulunya tukang ikan itu, tidak
suka melihat wajahmu. Bang Miun lebih suka menggoda dan menjawil-jawil
si Rukiah yang montok di seberang jalan itu. Atau mencubit-cubit
pantat Inem yang memang bahenol itu. Bahkan sampai berebut dengan si
Rohmat, supir tua yang matakeranjang itu.

Tidak ada yang mau menggodamu, Tuminah. Kamu jelek dan tak menarik
sama sekali. Mukamu itu, lah. Terlalu cepat menggugurkan selera
laki-laki.

Padahal badanmu bagus belaka. Sebagai wanita, yang sedang tumbuh
dewasa, dan bekerja membanting tulang, maka tubuhmu terbentuk bagus
seperti Nyonya Nita yang menghabiskan jutaan rupiah untuk ikut
fitness. Dadamu kencang, karena memang gerakan-gerakan menyapu atau
mencuci membuat otot-otot di sana selalu terlatih. Pinggulmu berisi,
dan perutmu tak gembung seperti gadis-gadis manja yang kebanyakan
makan hamburger itu.

Tetapi kamu juga, sih! Pakaianmu selalu kedodoran, butut dan
kehilangan warna aslinya. Tentu saja. Mana sanggup kamu beli pakaian
seperti Ditha, adik wanita Nyonya Nita yang kuliah di perbankan itu.
Beli jeans ketat? Atau kaos yang kependekan untuk memperlihatkan
pusarmu? Jangan mimpi, lah, Tuminah.

Nasibmu lah, Tuminah.

Padahal sebagai manusia biasa kamu punya hasrat juga. Sudah kamu
lewati masa pubertas dan menstruasimu teratur rapi. Ingin juga
sekali-kali kamu punya pacar, bukan? Ingin berjalan-jalan seperti si
Tinah yang katanya pacaran dengan kepala satpam kelurahan itu. Ingin
joget dang-dut seperti teman-temanmu yang bekerja di pabrik panci
dekat-dekat sini, bersama buruh-buruh pria yang kekar walau kerempeng
itu.

Tetapi siapa yang mau mengajakmu, Tuminah. Tidak ada. Belum apa-apa
orang sudah melengoskan mukanya. Jadi, janganlah bermimpi tentang
malam minggu yang romantis.

Duduk saja kamu di depan televisi, menonton sinetron yang bintangnya
cantik tampan belaka. Bahkan para babu di sinetron itu tidak ada yang
sejelek kamu, Tuminah. Bahkan ada yang sangat seksi sehingga tuannya
kepincut, lalu nyonyanya mengamuk. Kamu tak mungkin dilirik sekalipun
oleh Tuan Andi. Aman-aman sajalah kamu di sini. Nyonyamu pun sangat
sayang kepadamu.

Duduk saja di depan televisi, malam-malam seperti ini, setelah rumah
beres dan piring sisa hidangan malam sudah kering.

Dan tuan nyonyamu di dalam kamar bergelut. Kamu mendengar samar-samar
ranjang berderit, dan nyonyamu mengerang-erang. Itulah yang bisa kau
lakukan, Tuminah, di malam minggu seperti ini. Mendengar jerit-jerit
kecil nyonyamu, dan geraman tuanmu di penghujung kejadian. Lalu
besoknya mencuci seprai yang di sana-sini ada bercak kering putih.

Masuk saja ke kamarmu setelah televisi kehabisan acara.

Duduk di dipanmu yang tak terlalu lebar. Terlentang belum bisa tidur
karena kamu punya hasrat juga. Berguling-guling gelisah karena kamu
mengenang adegan di suatu siang hari libur. Tuan nyonyamu bersebadan
di kamar tamu menyangka kamu masih di pasar. Terkenang kamu melihat
adegan yang begitu menggebu-gebu dan alamiah dan ..... kamu ingat juga
adegan sapi bersebadan di kampung. Kamu ingat kambing adikmu di
kampung disetubuhi oleh jantannya dari belakang.

Tuan Andi juga suka main dari belakang.

Kamu tidak bisa tidur. Lalu belajar meraba-raba tubuhmu sendiri.
Meremas-remas tetekmu sendiri. Mengelus-elus pahamu sendiri.
Menyelip-nyelipkan jarimu sendiri. Kamu suka begitu, Tuminah, walau
wajahmu yang buruk tak pernah sedikit pun berubah cantik ketika sedang
orgasme. Malah tambah mengerikan.

Kamu bahkan melakukannya di kamar mandi setelah selesai mencuci. Rumah
sepi dan kamu ingin sekali memasukkan sesuatu sambil berjongkok.
Menjerit kecil sendirian karena sakit sedikit, tetapi lalu enaknya
lebih banyak. Kamu masuk-masukkan jarimu, karena pernah kamu lihat
pacar nona Ditha melakukannya di beranda. Kamu melihat terlalu banyak,
Tuminah.

Ah, kamu lakukan semuanya sendirian. Karena wajahmu terlalu jelek
bahkan untuk si Dollah yang dungu itu. Ia membantumu menyabit rumput,
lalu kamu coba-coba memikat dengan menyingkap rokmu pura-pura tak
sengaja. Eh, Dollah malah menendang pantatmu karena sebal.

Nasibmu lah, Tuminah, punya wajah buruk dan hasrat menggebu.

Kamu tak bakal menarik minat lelaki normal, karena semua lelaki suka
memandang keindahan ketika menyebadani wanita. Kecuali kalau lelaki
itu buta ...

Hei, mengapa kamu juga berpikir begitu. Lelaki buta. Tukang pijat
tunanetra. Itulah harapan satu-satunya bagimu, Tuminah.

Pak Kadir ... kamu memintanya datang di suatu siang ketika semua
penghuni rumah sudah pergi. Kamu bilang bahwa tubuhmu pegal minta
dipijat.

Ting-tong! Pak Kadir menekan bel. Kamu tergopoh-gopoh karena keasyikan
merapi-rapikan dirimu di kamar. Bodohnya, kamu Tuminah. Buat apa
memakai bedak dan gincu segala, kalau lelaki yang datang itu buta!
Buat apa memakai daster bekas nyonyamu yang tipis menerawang itu,
kalau lelaki yang mendatangimu itu tak bisa melihat apa-apa.

Ah, kamu cuma ingin berhayal saja sebagai Cinderella sehari ini; pak
Kadir adalah pangeranmu.

"Silakan masuk, Pak Kadir," katamu gugup. "Langsung ke kamar saya
saja. Tuan dan nyonya tidak ada."

Pak Kadir meraba-raba dengan tongkatnya, mengikuti langkahmu yang
terlalu cepat. Nyaris saja guci indah di kamar tamu terterjang langkah
lelaki buta itu. Awas, nanti kamu dimarahi nyonya, Tuminah.

Kamu tidak sabar. Kamu tuntun Pak Kadir ke kamarmu. Lelaki tua itu tak
punya kecurigaan apa-apa. Ia sudah memijat 1000 babu sebelumnya. No
problem. Para babu itu memang memerlukan pijat relaksasi setelah
bekerja seharian. Selama ini langganannya tak pernah mengeluh. Pak
Kadir memang idola para babu yang sedang keletihan.

Tuminah, Tuminah ... kamu cuma bilang minta pijat seperti biasa.
Kenapa kamu buka seluruh bajumu yang tadi kamu patut-patutkan di muka
cermin?

Pak Kadir mulanya biasa saja. Memijat dari sini ke sana, seperti ia
memijat 1000 babu sebelumnya. Tetapi, kamu Tuminah ... kamu yang
mengatakan dengan suara parau, "Pijat di sini, Pak Kadir ...."

"Lho ..lho .. lho!" Pak Kadir heran meraba bukit empuk kenyal halus
mulus.

Kamu, Tuminah .... kamu nakal dan menggelinjang-gelinjang kegelian.
Tidak tertawa, melainkan terengah-engah, dan berkata, "Terus, Pak
Kadir .... terus yang keras ..."

"Lho ... lho ... lho." Pak Kadir terus menyatakan keheranan, tetapi
terus meremas-remas pula. Istrinya yang tidak buta dan tambun itu juga
suka diremas-remas seperti ini.

Kamu memejamkan matamu, Tuminah .... lagakmu seperti bintang di film
video yang kamu putar diam-diam ketika tuan nyonyamu kelupaan
memasukkannya ke lemari. Kamu memang merasa keenakan, Tuminah.

Pak Kadir tak bisa melihat wajahmu yang sama sekali tak sedap
dipandang kalau sedang terangsang seperti itu. Mulutmu terbuka, tetapi
gigimu yang tonggos itu mengganggu pemandangan. Hidungmu tidak bangir,
dan lubangnya yang kempas-kempis itu menyebabkan tampangmu seperti
kerbau saja.

Tentu saja Pak Kadir tak tahu itu. Sehingga kamu beruntung, Tuminah.
Kamu bisa merasakan tangan lelaki menjamah badanmu. Puting-puting
susumu menegang dan kamu merasa sangat-sangat geli. Ingin menjerit,
tetapi kamu masih punya malu juga, Tuminah.

Tuminah ... Tuminah ... kamu makin nakal saja. Kamu singkapkan kedua
pahamu, dan kamu paksa Pak Kadir meraba bagian terlarang (siapa yang
melarang?) yang sudah agak basah itu.

"Nak, Tumi ini mau gituan, toh!?" bisik Pak Kadir, padahal ia tak
perlu berbisik karena tidak ada siapa-siapa di sana.

Tuminah mengangguk. Bodohnya kamu, mana bisa ia melihat kamu
mengangguk.

Pak Kadir juga sebenarnya tak mau tahu jawaban. Ia sudah mengendurkan
sarungnya, dan merangkak ke atas tubuhmu.

"Pijat-pijat dulu, Pak Kadir ...." katamu Tuminah, sambil
terengah-engah.

"Oh, iya .. iya." Pemijat profesionalmu sekarang jadi tampak dungu.

Lalu kamu bawa jari-jarinya menelusup-nelusup. Kamu mengerang,
mencontoh nyonyamu atau bintang film itu? Pak Kadir merasakan
jari-jarinya basah dan lengket. Ia rajin sekali memutar-mutar dan
menyodok-nyodok. Sialan kamu, Tuminah, membuat orang repot dengan
kegairahan-kegairahanmu. Bagaimana kalau nanti istrinya memotong kuku
Pak Kadir dan melihat bekas-bekas kewanitaanmu di situ?

Kamu sekarang sedang menikmati terbang bebas menuju orgasme pertamamu
di tangan lelaki, Tuminah. Hebat kamu, Tuminah. Walau buruk muka,
tidak mau menyerah. Ingin mencapai cita-citamu yang sederhana,
Tuminah.

Pak Kadir sekarang juga terengah-engah. Ia belum pernah bertemu babu
seperti kamu, Tuminah. Sudah 1000 babu, tidak satu pun yang minta
disetubuhi. Ini rupanya hari keberuntungan Pak Kadir. Ia membuka
sarungnya, dan terjadilah persetubuhan yang seperti kamu inginkan,
Tuminah. Masuk lancar, berjalan sesuai rencana.

Ah, tetapi kasihan Pak Kadir. Ia menggelosor setelah baru saja
memasukkan kejantanannya tergesa-gesa.

Kasihan kamu juga, Tuminah.

"Gimana, sih ... Pak!" Kamu memprotes. Pak Kadir nyengir saja salah
tingkah.

Kamu kesal sekali. Membayar dengan uang agak lusuh, kamu suruh lelaki
malang itu pulang karena kamu ingin cepat-cepat membersihkan seprai
yang basah oleh tumpahan birahi.

"Besok saya datang lagi, deh ..." kata Pak Kadir. "Tidak usah dibayar,
deh ..."

Kamu tidak menjawab. Karena memang kamu ingin mencoba lagi. Kamu
mengantar Pak Kadir ke gerbang, dan dia pergi setengah pincang. Dia
sudah cukup renta, memang.

Lalu keesokan harinya kalian mengulangi lagi upaya itu. Kali ini,
lumayan buat kamu Tuminah. Pak Kadir bertahan lima menit sebelum
menggelepar. Dia menyalahkan kamu. Katanya kamu terlalu sempit,
Tuminah. Salahmu lagi, Tuminah. Nasibmu, punya wajah buruk dan
kewanitaan yang sempit. Lelaki tak tahan berlama-lama di sana.

Tidak setiap hari kamu bisa mengulangnya, Tuminah. Besok lusa hari
Minggu, semua penghuni rumah ada untuk makan siang bersama keluarga
besar. Kamu sibuk sekali hari itu, dan lupa pada hasrat gairahmu.

Tetapi hari Rabu, kamu ulangi lagi upayamu. Lebih lumayan lagi kali
ini, Pak Kadir bertahan 10 menit. Kamu untuk pertama kalinya merasakan
enaknya berlama-lama di bawah tubuh lelaki. Memang belum sampai
mengejang-kejang seperti di film-film itu. Belum sampai gatal, bahkan.
Tetapi lumayanlah. Kamu masih terlalu sempit, Tuminah.

Lalu kamu temukan tablet obat kuat di kamar tuan-nyonya. Oh, ini yang
pernah kamu dengar dari pembantu di seberang jalan, tentang tuannya
yang juga suka menelan obat sebelum bersebadan dengan istri keduanya,
atau istri keempatnya, atau gundiknya. Kamu tidak terlalu cepat bisa
membaca, tetapi dengan mengeja kamu bisa tahu nama obat itu. Iya ...
iya ... sama dengan obat yang disebut-sebut

"Pak Kadir, minum ini dulu sebelum main," katamu sambil menyodorkan
satu tablet dan satu gelas.

Gila betul, kamu Tuminah. Pak Kadir menyetubuhimu satu jam penuh! Kamu
pingsan karena keenakan. Sepraimu berantakan. Seluruh kamarmu
berantakan, karena kamu jatuh ke lantai dan bersetubuh di sana seperti
kambing, seperti sapi, seperti ayam. Kakimu yang berotot itu menerjang
rak jemuran di kamarmu; jatuh bergelontangan. Seluruh daerah di
sekitar selangkanganmu rasanya pedih, tetapi kamu tak peduli. Kamu
terlalu keenakan, Tuminah. Sampai penuh keringat tubuhmu. Sampai licin
lantai kamarmu.

Pak Kadir ngos-ngosan lalu rubuh menimpa tubuhmu yang sintal. Kamu
memang sudah pingsan lebih dulu. Kepalamu terasa ringan. Kamu berada
di langit ketujuh, Tuminah. Bukan main!!

Pak Kadir tidak berkutik lagi.

Pak Kadir tidak bernafas lagi.

Setelah sadar dari pingsan, kamu mendorong-dorong tubuhnya yang berat.
Lelaki itu tak bergerak. Kamu berteriak panik. Celaka, Tuminah. Lelaki
itu terkena serangan jantung. Celaka, Tuminah.

Nasibmu, Tuminah. Wajahmu buruk. Kewanitaanmu terlalu sempit. Lelaki
yang menyetubuhimu mati.

Sekarang, telpon saja polisi, Tuminah!
 
Tinny, Pacar Sahabatku


Tempat tempat kostku yang lalu aku sempat akrab dengan Asri anak dari
ibu kost di situ. Hubungan akrab kita dianggap tidak layak oleh orang
tua Asri, dan mereka meminta aku untuk tidak menemui Asri dan juga
diminta untuk pindah tempat.

Ijinkan untuk memperkenalkan diriku, namaku Tamara, yang udah akrab
memanggilku Mara, atau mbak Mara. Usiaku 24, bekerja di pusat
kesehatan di Jakarta. Tinggiku 163 cm, dengan tubuh atletis, kulit
sawo matang, rambut hitam lurus sebahu panjang dikit lagi. Dadaku
berukuran 36B dan nggak terlalu besar. Hobbyku antara lain, membaca,
masak, dan ngobrol atau ketemu teman baru. Semua nama yang di sini
telah saya rubah untuk menutupi identitas orang yang bersangkutan.

Karena kesal disuruh pindah oleh ibu kostku yang menyangkut skandal
(he... he... he.........) Dengan anaknya, aku ceritakan ke bekas teman
kerjaku Anton, yang kebetulan ketemu di mall dan kita makan siang
barengan. Tapi aku nggak cerita ke dia tentang skandalku.

Lima bulan yang lalu aku berpisah kerja dengan Anton, aku pindah ke
klinik kesehatan dan dia masih di perusahaan Jepang tersebut. Dan dia
juga cerita bahwa dia ketemu/berkenalan dengan anak perempuan yang
sekarang jadi pacarnya ini dari internet dan setelah sekian lama hanya
ketemu di internet, mereka memutuskan untuk jumpa darat, yang kemudian
dilanjutkan dengan makan bersama atau ke cafe barengan, nonton dan
lain-lain. Dan ternyata mereka cocok satu dengan yang lain dalam
banyak hal juga. Dan waktu aku katakan bahwa aku sedang mencari tempat
tinggal, dia menyambung bahwa dia juga sedang mencari tempat karena
tempat dia yang sekarang akan dijual.

Kurang lebih dua minggu setelah aku ceritakan itu, aku, Anton, dan
Tinny selalu kelihatan bersama sama terus untuk mencari tempat untuk
disewakan. Sampai pada akhirnya kita setuju dengan tempat di Kelapa
Gading di belakang sporting club. Tiga kamar, dan dua tingkat.

Sekarang aku telah tinggal di tempat itu bertiga selama tujuh bulan.
Anton dan Tinny satu kamar, aku dapat kamar sendiri, dan satu kamar
lagi untuk tamu, kalau ada yang datang, dan kamar belajar untuk waktu
lainnya. Hubungan kita bertiga bisa dibilang cukup baik, sepulang dari
kerja biasanya menyiapkan makan malam, atau pekerjaan rumah yang lain
dan setelah makan malam biasanya, nonton TV/video/VCD, sambil ngobrol
atau bikin kue ringan dengan Tinny. Anton biasanya pulang kerja
sekitar jam 18:30, sedangkan aku dan Tinny biasanya pulang dengan beda
waktu yang nggak terlalu banyak. Tinny juga sering berbagi
rasa/masalah, baik mengenai hubungan mereka, atau kerjaan.

Suatu hari aku mengambil libur, karena sudah lama aku tidak ambil,
meskipun aku tidak ke mana-mana, tapi aku sedang kepingin santai di
rumah saja, aku sudah siapkan beberapa buku yang aku hendak baca, dan
juga film yang aku belum sempat nonton, dapat pinjaman VCD disk dari
teman kantor, dan sekalian dikasih pinjam film orang dewasa juga.

Hari pertama liburan aku bangun agak siang, jam 08:30 aku sudah
bangun, dan masih bermalas-malasan di atas ranjang, dan aku ingat akan
film orang dewasa, aku pasang di alat VCD kebetulan di kamarku, ada TV
juga, jadi aku bisa nonton acara yang lain dengan yang di ruang tamu.

Filmnya lumayan jelas gambarnya, dan waktu selesai dengan adegan
pertama, telah membuat nafsu birahiku keluar. Waktu adegan kedua akan
mulai aku sudah melepas daster tidurku (aku memang tidak mengenakan
pakaian dalam kalau tidur) tangan kananku sedang mengesek memekku
sedangkan tangan kiriku meremas-remas buah dadaku.

Di pertengahan adegan kedua itu napsuku sudah tak terkendali. Dan
pengen punya orgasme seperti yang di film itu. Aku buka laci meja
samping tempat tidurku, aku punya batangan yang bisa bergetar, dan
kalau aku masukkan ke memekku, atau digesekkan sambil bergetar di
sekitar memekku rasanya enak sekali. Waktu aku temukan, aku berbaring
lagi di ranjang sambil disangga beberapa bantal di punggungku supaya
aku bisa menonton film lebih enak, dan aku kangkangkan kakiku supaya
bisa lebih mudah untuk aku mengosok memekku. Suara di TV aku bikin
nggak terlalu keras karena aku nggak mau si Anton atau Tinny tahu apa
yang aku sedang lakukan. Sambil melihat adegan cowok yang sedang
jilatin memeknya si cewek, aku mulai menghidupkan alat itu dan
kuusap-usapkan di sekitar memekku, dan tangan satunya masih sibuk
meremas remas dan memilin-milin buah dadaku.

"Uuh.... Argh...... Ehn..... Ahh...." Itu yang keluar dari mulutku
tapi masih aku tahan karena takut kalau kedengaran sampai di luar.

Tiba tiba Tinny masuk dengan membawa tas dan beberapa majalah yang
dipinjamnya untuk presentasi di kantor nya.

"Eehh.........!" teriaknya kecil melihat keadaanku yang sedang di atas
ranjang. "Maaf Mara aku kira kamu sudah pergi kerja......" katanya
sambil melirik ke arah TV ku, ditaruhnya tas dan majalahku itu, lalu
cepat cepat keluar.

Aku segera mengenakan dasterku lagi dan keluar kamarku menyusul Tinny.
Kulihat dia sedang di belakang memasukkan pakaian kotornya ke dalam
mesin cuci, kudekati dia dari belakang.

"Sorry kalau tadi bikin kaget kamu, Tinn........ Tolong ya.... Jangan
cerita ama siapa-siapa atau ama Anton apa yang kamu lihat tadi, kalau
kamu mau nonton, kita bisa lihat sama-sama," kataku dari belakang dia.

"Nggak apa-apa kok akunya aja yang norak nggak pernah lihat film
seperti itu," jawab Tinny. "Kamunya nggak kerja hari ini.....?"
lanjutnya.

"Nggak aku sedang ambil libur...... Mau nyantai sebentar di rumah, aku
kirain kamunya udah pergi kerja," jawabku.

"Hari ini komputer di tempat kerja sedang diperbaharui, jadi percuma
juga kalau masuk nggak ada yang dikerjakan, dan nanti sore aku harus
telepon ke sono dulu untuk ngechek udah bisa masuk blon besoknya,"
jawab Tinny.

Setelah kejadian itu seharian aku di kamar terus segan untuk keluar,
aku cuma dengarkan musik dan membaca buku, dan pintuku setengah
terbuka, supaya nggak ada yang kaget lagi. Siangnya Tinny pergi ke
mall untuk membeli keperluan di rumah.

Besoknya Tinny sudah pergi kerja lagi, dan mumpung nggak ada orang di
rumah aku bebas untuk nonton film orang dewasa itu tanpa ada yang
ngganggu lagi.

Itu kejadian sudah 5 minggu yang lalu, hubunganku dengan Tinny masih
berlangsung biasa-biasa saja, dan kita masih berbagi rasa, dan
sekarang dia malah lebih berani untuk terbuka dan menanyakan tentang
masalah hubungan orang dewasa. Menurut dia, Anton sering ngajak dia
untuk gituan, tapi dianya yang menolak, karena menurut dia rasanya
nggak benar dan takut kalau ada rasa bersalah, belum lagi kalau sampai
kecelakaan. Dan aku salut juga ama Anton yang mau ngertiin keadan ini,
dan sama juga aku kaget jadi selama ini mereka tinggal satu kamar itu
ternyata nggak sampai gituan.

Suatu hari Anton bilang kalau dia sekarang kerjanya akan ngelembur dan
pulangnya akan sampai jam 23:30 tiap hari Senin sampai Jumat, selama 6
bulan yang akan datang, atau sampai projectnya selesai. Kasihan juga
ama Tinny nggak ada yang temanin ngobrol, jalan-jalan ke mal atau
pergi ke cafe. Untungnya Tinny dan aku punya kesenangan dan hobby yang
kurang lebih hampir sama, jadi kita bisa saling menemani.

Mugkin karena bosan keluar rumah terus minggu yang lalu, maka malam
ini kita di rumah saja sambil bikin makanan kecil, dan dengarkan
lagu-lagu santai saja. Setelah itu kita duduk nonton VCD sambil
menikmati masakan kita ditemanin dengan minuman beralkohol yang
kebetulan masih ada di lemari es dan ngobrol santai saja.

Tiba-tiba Tinny berkata, "Mara, kamu dulu punya film orang dewasa,
pinjam lihat dong........"

Aku sampai kaget dan terbatuk-batuk tersedak minuman yang salah masuk.
Aku ambil VCD itu dari tempat penyembunyiannya, dan aku pasang di alat
VCD yang ada di ruang tamu. Mungkin karena pengaruh alkohol yang
membuat kita masih santai saja ngobrol sambil nonton film gituan. Dan
tanpa sadar tangan kiri saya masih memegang gelas, dan tangan kanan
sudah turun ke selangkanganku dan mengeseknya pelan-pelan, dan kita
mulai ngobrol tentang olah raga, dan ngencengin badan, aku sudah nggak
konsentrasi ama yang diomongkan, karena mataku menuju ke TV dan tangan
kananku mengesek selangkanganku.

Tiba tiba si Tinny tanya ke aku, "Tangannya kok di bawah kenapa ??
Gatal ya........." katanya sambil tersenyum nakal.

Tersentak kaget, aku tarik tanganku cepat-cepat. Dan, "Nggak apa apa
kok, tangan apa ??" tanyaku balik, dan wajahku moga-moga masih
kelihatan polos.

Tinny nggak mau kalah dan sekarang duduk di sebelahku, ditegak habis
isi gelas yang ada di tangan nya.

"Iya nich......... Anuku kok jadi basah, waktu nonton adegan itu, dan
kalau digaruk enak juga," katanya sambil menaruh gelas yang sudah
kosong itu di meja dan menaikkan dasternya sedikit, dan tangannya
menggosok selangkangnya sendiri.

Aku langsung aja kaget setengah mati, nggak biasanya Tinny ngomong
seperti itu. Ini anak lagi teller kali aku pikir. Aku habiskan
sekalian isi gelas ku dan pikiran iseng mulai keluar lalu aku perdekat
dudukku ke dia, kuraba bagian belakang telinganya dan dengan tangan
satunya aku belai buah dadanya, ternyata nggak pakai bh di balik
dasternya.

"He........ Ehm....... Iya di situ, kalau diremas enak juga
kok......." katanya sambil tersenyum ke aku, buah dadanya lebih besar
dari yang kelihatan, dan setelah saya perhatikan, si Tinny rupanya
sudah naik berat badannya, dibandingkan dengan yang di foto, oleh
Anton makannya lebih bergizi mungkin.

Tangannya yang satu mengusap buah dadanya dan tangan satunya membelai
rambutku dan mengusap pundakku juga. Tanganku sudah tidak di buah
dadanya lagi, tapi sudah turun ke selangkangannya, mengusapnya
perlahan dan aku garuk-garuk memeknya dari luar CD nya, aku lihat
matanya sudah tertutup dan dari mulutnya terdengar suara, "Ehm.......
Eh....... Ehm........." Dan terlihat dia tersenyum kecil dan keluar
lesung pipinya, kelihatan manis sekali, tak heran jika Anton suka
dengan dia.

Karena aku juga ingin merasakan lebih dari itu, maka aku beranjak dari
sofa, dan berlutut di depan Tinny. Aku singkapkan dasternya, tanganku
masih mengelus-elus bukit kecil di selangkangannya yang mulai
kelihatan ada bercak basahnya dan aku kecup pusarnya, tak ada reaksi
baru, maka aku korek pusarnya dengan lidahku, dan Tinny pun mulai
menggeliat liat.

"Angkat pantatmu sedikit Tinn......" kataku sambil berusaha untuk
menurunkan CD nya.

Aku lihat di balik CD nya rambut kemaluannya tipis, tidak terlalu
lebat, bibir memeknya kelihatan kemerahan, di antara bibir memeknya
telah kelihatan ada lendir yang keluar, dan di atasnya aku lihat
itilnya menonjol keluar. Aku pegang itilnya dengan jari telunjukku dan
aku goyangkan perlahan, Tinny mulai mengerang, "Aarh.........
Eehmm...... Aaahh......." dengan suara tertahan, dan lendirnya pun
keluar makin banyak lagi, dan mulai meleleh turun ke lubang pantatnya.

Dengan tangan satunya aku olesi jariku dengan lendirnya, lalu aku
masukkan jariku yang sudah basah itu ke lubang memeknya yang sekarang
ini sudah banjir, dan keluar lagi lendir dari situ karena terdorong
keluar oleh jariku. Buru-buru aku jilat cairan yang keluar itu dan
jariku yang telah basah itu aku arahkan ke mulut Tinny, dia sudah
tidak canggung lagi, dihisapnya jariku seperti sedang menghisap penis
saja. Aku masukkan lagi jari itu ke memeknya dan aku suapkan ke dia
lagi, rupanya dia ketagihan, dan sekarang dengan jarinya sendiri
dimasukkan ke memeknya dan dijilatin sendiri. Dan lendir yang meleleh
keluar aku jilat sekalian, sayang kalau terbuang percuma. Pantatnya
mulai diangkat-angkat ketika aku masukkan lidahku ke memeknya, dan
goyangannya makin menjadi-jadi ketika aku hisap itilnya, sehingga aku
harus merangkul kedua pahanya dari depan, supaya hisapan itilnya tidak
lepas. Waktu aku masukkan lidahku lagi ke lubang memeknya baru reda
sedikit goyangannya.

"Eeeehmmm............ Tadi enak hisapannya Mara, coba sini berdiri
donk......" katanya sambil menuntun aku untuk berdiri. "Aku juga
pengen lihat kamu punya dong........... Mara........." kata dia dengan
bersamanya dasterku disingkapkan olehnya, tanpa minta persetujuanku.

"Lihat apa sih.........?" tanyaku pura pura nggak ngerti.

"Ini lho......... Punya kamu," jawabnya sambil tangannya mengusap
gundukan daging di selangkanganku, yang sudah basah dari tadi.

Aku hanya diam saja menunggu apa yang akan dilakukan selanjutnya. Dia
masih berdiri di hadapanku, tidak setinggi aku dan mulai jalan ke
belakangku dan dikecupnya tengkukku dari belakang, dan tangannya mulai
meraba buah dadaku, dan didekapnya kedua buah dadaku, bibirnya masih
menjilat dan mengecup belakang tengkukku. Aku hanya menutup mataku,
sambil menikmati apa yang dilakukannya. Tanpa memberi peringatan
disusupkan tangannya ke dalam dasterku, dan dibukanya BH ku dan satu
tangan mencari pentilku, dan tangan satunya mengesek memekku dari
luar.

Aku sudah nggak tahan lagi, maka aku lepas celana dalamku, dan duduk
lagi di sofa, sedangkan Tinny sekarang sudah berlutut di depanku,
diambilnya celana dalamku yang ada bercak lendir dari memekku, dan
diciumnya.

"Eeehhmmmmmm............ Baunya membuatku terangsang saja......."
katanya sambil mendekatkan mukanya ke memekku. Dijilatnya memekku dan
jarinya pun ikut masuk ke situ, dan waktu dikeluarkan jarinya basah
kuyup dengan lendirku, dan dijilatin jarinya, aku pun dapat bagian,
telunjuk nya yang lentik aku hisap, seperti menghisap penis yang
kecil.

"Tinn...... Langsung saja ke sumbernya......." kataku sambil
membetulkan posisi dudukku.

Dan lidah Tinny langsung memasukkan lidahnya ke lubang memekku,
dijilatinya dinding samping memekku dan dengan tangannya yang satu
dicarinya iti ku.

"Mana sih......... Itilnya.... Kok nggak ketemu ?" tanya Tinny dari
balik memekku, dan dengan satu tengan aku rekah rambut di memekku,
supaya kelihatan lubangnya, dan dengan tangan satunya aku singkapkan
bibir memekku.

"Tuh.... Di atas lubang ini kelihatan nggak ada seperti pentil kecil ?
Itulah itil ku."

"Oooooh.......... Itu........" jawab Tinny.

Sekarang bukan lubang memekku yang jadi perhatiannya, tapi itilku
dijilatnya perlahan, dan dihisapnya. Itu membuat aku kegelian, dan aku
goyangkan pantatku, dan oleh Tinny ditekannya supaya jangan goyang
terlalu banyak. Waktu Tinny sedang di bawah jilatin dan hisap itilku,
tanganku sedang asik meremas-remas kedua buah dadaku, dan putingnya
nggak ketinggalan aku pilin-pilin.

Karena nggak tahan lagi maka aku ajak Tinny untuk berdiri, dan aku
cium di bibirnya, ada rasa lendirku sedikit di situ, aku hisap bibir
bawahnya, dan gigitan kecil di bibirnya, membuatnya gregetan, lidahnya
masuk ke mulutku mencari lidahku, dan aku gunakan kesempatan ini untuk
menangkap lidahnya dan aku hisap dengan perlahan dan waktu lidahku
beradu dengan lidahnya seperti dua ular yang bertarung. Tangan Tinny
tidak tinggal diam, meremas-remas buah dadaku bergantian, dan memekku
juga digeseknya perlahan. Tanganku juga ikut meremas pantatnya yang
padat itu, dan aku juga mencari lubang pantatnya, supaya aku bisa
memainkannya juga.

Karena nggak berhasil menemukan lubang pantatnya, maka aku lepaskan
ciumanku dan aku ajak dia untuk ke sofa panjang. Aku turunkan
retsleting dasternya, dan aku lepaskan dasternya, yang kemudian jatuh
ke lantai, aku juga buru-buru membuka dasterku, kemudian berbaring
berbaring di sofa, dan aku suruh dia untuk telungkup di atasku, supaya
kita dapat melakukan 69.

Lidahku langsung menuju ke lubang memeknya menjilatin dan menghisap
lendirnya, kedua tanganku merangkul pantatnya, sekarang aku lebih
leluasa untuk meremasnya juga. Jilatanku tidak berhenti sampai di situ
saja, mulai aku kecup dan jilat kulit antara lubang pantat dan
memeknya, yang membuatnya kegelian dan mengoyangkan pantatnya,
memeknya pun disumpalkan ke mukaku, basahlah mukaku oleh lendir dari
memeknya.

Tinny juga tidak tinggal diam dalam waktu yang sama ditariknya bibir
memekku supaya terbuka, dan dijilatinya itilku, dan lidahnya masuk ke
dalam lubang memekku, dengan mulutku masih di memeknya Tinny aku hanya
bisa mengeluarkan erangan seperti, "Eehh......... Eehmm........" Dan
ketika dihisapnya itilku aku hanya bisa mengeliat kegelian dan
mengerang, "Aaaarrgh........" Keenakan. Lendir dari memeknya aku
oleskan ke lubang pantatnya, dan mulai aku masukkan jari telunjukku,
lubang pantatnya masih perawan, dan agak sempit.

"Tam, jangan donk........ Sakit ........... Ah........" katanya sambil
berusaha untuk menghindar.

Dari sela sela memeknya aku jawab, "Nggak apa apa......... Ntar kalau
udah terbiasa juga enak lho......... masukin aja jarinya kamu ke
lubang pantatku, pelan pelan ya.........." Dan aku berasa jari Tinny
mulai masuk, dan memekku masih dijilatinnya.

Setelah kurang lebih 10 minit kita saling menjilat dan menghisap.

"Tinn..... Stop berhenti sebentar aku ada ide........." kataku sambil
aku tepuk pantatnya, dan aku suruh dia untuk turun dari atas tubuhku.

"Sekalian tolong tuang minumnya, dan campurin ama itu Camparinya...."
kataku sambil berjalan ke dapur, aku ambil dua pisang yang aku beli
dari pasar kemarin. Dan waktu kembali, aku lihat Tinny sedang minum
dari gelasnya dan tangan satunya sedang merapikan rambutnya. Lalu aku
ambil satu pisang, nggak terlalu besar, tapi lurus nggak tahu itu
pisang apa namanya.

"Lapar ya....... Mara ??" tanyanya dari balik gelas.

"Nggak terlalu kok............ Cuma ini makannya rada lain........"
jawabku sambil mendekat ke dia.

Aku ambil gelas dari tangannya, untuk ditaruh di meja. Aku beri
kecupan di bibirnya, tapi tangan Tinny menahan kepalaku dan bibirnya
melumat bibirku, lidahnya kembali memangut lidahku, dan aku tangkap,
dan hisap pelan-pelan, sambil tanganku mengusap memeknya, Tinny hanya
bisa bersuara, "Uuh............ Aakh..........." saja. Dan aku suruh
dia untuk duduk di sofa lagi, lalu aku berjongkok di depannya, dan aku
buka bibir memeknya, dan aku jilatin perlahan memek bagian dalamnya,
kakinya sudah nggak bisa diam dan diangkatnya kedua kakinya dan
ditaruhnya di pundakku, satu tangan dia menahan kepalaku supaya
menekan ke memeknya lagi, sedangkan tangan satunya meremas buah
dadanya.

Setelah beberapa saat, "Aku nggak bisa napass........ Aah..... Jangan
ditekan terus gitu donk..........." kataku sambil menarik kepalaku.

"Sorry Mara......... Enak sih........ Dijilatin di situnya........"
kata Tinny sambil nyengir.

"Dengan ini akan lebih enak lagi..........." jawabku sambil menunjukan
pisang yang sudah aku kupas itu.

"Emangnya buat apaan........?" tanya Tinny dengan muka yang lugu
sekali.

"Udah senderan saja........" kataku sambil menaruhkan ujung pisang ke
memeknya.

Pertama-tama aku hanya menggesek-gesek ujung pisang itu saja, dan
lendir yang keluar sudah agak banyak, lalu dengan perlahan aku
masukkan pisang itu ke dalam memeknya, pertama hanya sedikit saja, 2
cm dan aku tarik lagi, aku keluar masukkan sepanjang 2 cm saja, lalu
setelah beberapa saat aku masukkan lagi lebih dalam sampai 5-7 cm, dan
aku kocok memeknya dengan pisang, aku lihat kalau dia keenakan dan
mulai mengerang-erang, "Eeerhhh........... Aakhhh............
Ehmmm..........." Dan tangannya masih meremas-remas buah dadanya
sendiri.

Pisangnya telahdi basahi dengan lendir yang keluar dari memeknya,
untung pisang nya nggak terlalu matang, jadi nggak terlalu blepotan.
Aku masih kocokin memeknya sambil aku hisap itilnya juga, lendir yang
keluar banyak juga dan akhirnya keseluruhan pisang dapat masuk, dan
dengan otot di memeknya Tinny bisa mendorongnya keluar lagi. Dengan
lidahku aku dorong masuk lagi, itilnya masih aku gesek perlahan, dan
dengan tangan satunya aku bantu dia untuk remas buah dadanya. Setelah
agak lama ternyata pisangnya mulai agak lembek, dari pada dibuang, aku
makan sedikit demi sedikit, sambil aku dorong keluar masuk juga,
pisangnya manis, dan ada asin-asinnya juga.

"Kok berhenti..........." tanya Tinny ketika pisangnya habis aku makan
dan tidak ada lagi yang keluar masuk memek nya.

"Habis ama aku, memek kamu makannya barengan ama aku tadi. Tapi ini
ada timun kita bisa pakai barengan lagi," kataku sambil aku berikan
ketimun nyake dia.

"Coba gantian kamunya yang makan timunnya," kata Tinny.

"Udah..... Kenyang makan kue tadi, dan juga pisang....." jawabku.

"Yang makan bukan yang di atas, aku mau suapin mulutmu yang di
bawah......." kata Tinny.

Dan timunnya digosok biar bersih katanya. Aku bantu dia dengan duduk
segera di sofa, dan aku buka selangkanganku, juga aku gosok memekku
perlahan.

Ketika Tinny sudah berjongkok di depanku, aku bungkukkan badanku dan
kucium dia di bibirnya, dan aku cubit pentilnya, dia hanya
bergelinjang kegelian, dan buah dadanya meloncat naik turun. Aku buka
bibir memekku, lidah Tinny langsung masuk ke memekku, membuatku
melonjak kaget, dan di gigit kecil pahaku bagian dalam, yang menambah
kegelianku, dan aku berasa ada lendir yang keluar dari memekku, tangan
satu saja yang memegang bibir memekku, sedangkan tangan satunya mulai
meremas buah dadaku sendiri atau mengarahkan kepala Tinny ke posisi
yang aku inginkan.

Setelah beberapa saat aku suruh dia untuk memasukkan.

"Aaahkkk............. Eehhmmm............. Pelan-pelan seperti aku
tadi donk........." kataku sambil meremas bantalan kursi yang ada di
samping ku....... Agak pegal juga karena sudah lama nggak aku masukin
apa-apa di memekku itu.

Sekarang memekku mulai dikocok dengan timun dan aku naikkan kakiku ke
pundak Tinny biar lebih santai.

"Tinn...... Jari kamu dibasahi dengan lendir yang dari memekku lalu
masukin ke lubang pantatku donk........" kataku dan tanganku masih
sibuk meremas-remas buah dadaku.

Waktu jari Tinny masuk ke lubang pantatku, berasa sakit sedikit, dan
masih ada rasa pegal dari memekku.

Setelah beberapa saat, "Tinn...... Aakhh........... Too.... long
di...... Ge... sek...... Itil....... Ku...... Aakhh....... Biar....
Enak........ Gitu...... Uuhmm........" kataku terbata-bata, dan tangan
Tinny yang tadinya mengocok memekku dengan timun itu aku ambil alih,
betul juga ketika tangan Tinny mulai mengosok itilku aku berasa
pegal........ Sekali di memekku dan rasanya seperti kepingin pipis
aja.

"Terus.... Mara..... Terus........ Banyak keluar cairannya......" kata
Tinny ketika orgasmeku telah tercapai. Dan rasanya capek juga.
Akhirnya aku terkulai lemas sambil berpelukan.

Aku kecup hidungnya, lalu turun ke bibirnya, dan lidah Tinny mulai
masuk ke mulutku, lidahku pun menjilat bibirnya seperti anak kecil
yang sedang menjilat ice cream, dan aku hisap bibir bawahnya dan bibir
atasku dihisapnya juga. Kita punya tangan pun tidak tinggal diam,
tangan Tinny ingin meremas buah dadaku tapi aku selalu menangkisnya,
hanya berlagak jual mahal saja, begitu juga tanganku meskipun
menangkis dia punya tapi, aku juga berusaha untuk meremas dia punya.

Dan beberapa saat kemudian. Birahi kita sudah mulai terasa lagi dan,
"Tinn..... Coba deh ambil timunnya tadi, eehh...... Yang itu saja
deh........ Kelihatanya lebih panjangan...." kataku sambil menunjuk
timun yang masih ada di tas plastik.

"Dibersihin dulu ya......... Mara......." katanya sambil mengosok
timun itu.

Ketika sudah siap, aku panggil dia untuk masuk ke kamarku, aku telah
pasang film orang dewasa lagi di VCD yang ada di kamarku. Lalu aku
ajak dia untuk naik ke ranjangku. Sewaktu aku berbaring aku bilang ke
Tinny untuk berbaring juga di ranjangku dan kaki kita saling mengapit,
dengan arah yang berlawanan, sehingga memekku bergesekan dengan
memeknya dia, dan dia lebih suka lagi ketika aku suruh dia untuk
memegang kedua pergelangan kakiku dan begitu juga aku.

Sekarang aku ada kontrol untuk kakinya dia dan bagaimana aku mau
mengarahkan memek dia, begitu juga dia. Setelah beberapa saat memek
kita saling bergesekan, dan punyaku mulai terasa basah, begitu juga
punya Tinny.

"Tadi ketimunnya mana ?? Mau di pakai nich......" tanyaku.

Waktu aku terima timun itu aku gosok ke memeknya dia, supaya dapat
lendirnya, dan juga yang ujung satunya aku gesek ke memekku. Setelah
itu aku masukkan timun itu ke memekku, dan ujung satunya perlahan aku
arahkan dan masukkan ke memek Tinny.

"Aaakhh.............. Mara, sa..... kit...........
Ahhhh.............." kata Tinny, ketika setengah dari timun itu masuk
ke memeknya. Dan sekarang ketika aku goyang pinggulku dengan perlahan,
aku berasa ketimunnya masih tertinggal dan kadang ikut juga, yang
berarti keluar masuk dari memek Tinny juga.

Tinny dan aku masih saling memegang pergelangan kaki kita, dan
timunnya masih dikocok di memek kita masing-masing. Dan dengan otot
yang ada di memek kita, aku dapat mendorong timunnya keluar dan
diterima di memek Tinny, lalu dia mendorong balik ke memekku,
sedangkan memek kita rapat menempel dan itil kita juga saling
bergosokan, setelah beberapa saat, ada rasa pegal di memekku, dan juga
seperti ingin kencing.

"Aaahh...... Tinn........ Pengen sampai ini klimaksnya..........."
kataku sambil terus mengosok memekku ke memek Tinny.

Dan tiba tiba, "Brrak.........." Suara pintu depan dibanting, aku
langsung menengok ke jam dinding di kamarku, nggak terasa jam telah
menunjukkan jam 23:14.

"Jam segini kok Anton sudah pulang," kataku ke Tinny. Saat itu Tinny
dan aku masih dalam keadaan shock, karena Anton pulang lebih awal, dan
yang lebih mengagetkan lagi adalah pintu kamarku masih terbuka lebar.

"Tinny......... Mara........." teriak Anton, dan ketika sampai di
depan pintuku, Anton menengok ke kamarku, Tinny dan aku belum sempat
untuk bersembunyi atau menutupi badan kita, memek kita masih saling
menempel, dan timunnya masih di dalam.

Dan ketika Anton melihat apa yang sedang kita lakukan. Mukanya menjadi
merah, dan tertengun sebentar, begitu juga kita yang di kamar, hanya
diam mematung. Kemudian, "Kok..... Nggak ngajak ajak aku
sih..........." katanya sambil tersenyum ke kita, dan pergi menuju
ruang tengah. Kita yang dari tadi mematung, aku cubit paha Tinny.

"Gimana....... Tuch ketahuan ama cowok loe........." tanyaku sambil
pelan-pelan melepaskan timun yang masih ada di memek kita.

"Kamu gimana ..........?? Mau nggak dia ikutan..........." tanya Tinny
balik.

"Malu ahh............. Ama dia, kan dia bekas teman kerjaku........"
jawabku sambil memakai kaos, seadanya, dan aku lemparkan sarungku ke
Tinny.

"Nggak apa-apalah.......... Kan sekarang udah nggak kerja bareng
ini......... Atau takut dilaporin ke Nady........??" jawab Tinny
sambil memakai sarungku di pinggangnya saja, dan dibiarkannya dadanya
bergelajutan dengan bebas.

"Sialan ini anak........ Diam-diam menghanyutkan juga........" pikirku
dalam hati.

Aku lihat Anton sedang membelakangiku, dan Tinny sedang berbicara
dengan dia.

"Kamu gila ya......... Ama Tamara gituan................ Kalau sama
aku nggak mau, kalau ama Mara mau......." kata Anton sambil menuangkan
air jeruk ke gelasnya, aku menguping pembicaraan mereka.

"Nggak........... Tadi habis bikin makanan kecil dan ngobrol sambil
minum dari botolnya kamu, dan aku rasanya dekat ama Tamara, dan aku
sedang napsu juga, udah lama nggak marturbasi, dan kamunya sibuk ama
kerjaan, yang di rumah temanin aku cuma Tamara," sahut Tinny.

"Kita juga udah lama nggak maen dengan aku..........." lanjut Tinny
dengan manja, dan dirangkulnya Anton dari belakang, aku bisa melihat
tangan Tinny mengusap dada Anton, dan tangan satunya lagi mulai turun
ke bagian bawah, mencari retsleting celananya.

"Gila....... Tinny ngajakin Anton maen bareng nggak minta
pertimbanganku dulu maen ngajak aja............ rupanya air tenang
menghanyutkan juga......... Ini anak," pikirku.

Aku lihat baju kerja Anton udah terlepas di lantai, mereka masih
ciuman, dan sekali kali kedengaran Tinny ketawa kecil. Karena lama
mereka sibuk sendiri, aku pikir nggak jadi, lalu aku yang udah keburu
basah tapi nggak di teruskan, ya..... Udahlah...... Maen sendiri juga
bisa, pikirku. Lalu aku masuk ke kamarku, kututup pintunya dan
keluarkan mainanku yang berbentuk seperti peluru, dan bisa bergetar
itu. Aku nyalakan dan aku goreskan perlahan ke memek, dan sekitar
itilku. Aku ambil bantal dan aku cepit di pahaku, tanganku yang satu
sibuk meremas, dan memilin putingku, sedang asik-asiknya maenan
sendiri, tiba-tiba aku dikagetkan dengan, "Tok..tok..tok..!!" Cukup
keras.

"Mara...... Mara...... Kamu belum tidur..... Kan," suara Tinny dari
luar.

Sebelum sempat aku berdiri untuk membukakan pintu, dia udah nyelonong
masuk, aku lupa kunci pintunya.

"Tadi timunnya belum dibuang kan ??" tanya Tinny sambil jalan menuju
sisi ranjang sebelah satunya mencari timun yang kita pakai tadi, aku
taruh di atas tas plastik.

"Si Anton gimana.......?? Kok nggak ama dia ??" tanyaku sambil
melepaskan bantal yang aku kepit.

"Tuh..... Dia di situ mau ikutan ......... Katanya........" jawab
Tinny sambil menunjuk ke pintu, aku kaget sekali, dan berusaha mencari
apa saja untuk menutupi tubuhku yang bugil itu. Ketika aku lihat
Anton, berdiri di pintu telanjang bulat dengan penisnya setengah
berdiri.

"Eh........... Eloe gila mau bertigaan......?" tanyaku.

"Aku hisap dia punya dan kita pakai timunnya itu lagi........." jawab
Tinny.

"Kenapa pakai timun segala......? Kan udah ada Anton punya......."
tanyaku kembali sembari menengok ke arah pintu, dan melihat Anton
masih senyum-senyum saja.

"Kita kan.... Belum nikah...... Jadi aku yang nggak mau
gituan........" jawab Tinny sambil mendekat, dan berusaha untuk
mencium aku, dan tangannya menarik selimut yang aku pakai untuk
menutupi tubuhku.

"Aah............ Udahlah....... Aku juga lagi kepengen gituan,"
pikirku jadi menyerahlah aku dengan rencana Tinny.

"Udah........... Masuk sini Ton, nanti nyamuknya yang masuk," kataku
ke Anton sambil bergeser memberi tempat ke Tinny.

Kita kembali ke posisi sebelumnya, cuman bedanya aku yang di tempat
tidur bagian kepala, dan Tinny di bagian kakinya, dan aku baru
mengerti ketika Anton berdiri di bagian kaki ranjang dan Tinny mulai
menghisap penis Anton. Sedangkan aku dan Tinny, masih saling menggesek
kita punya memek dan kemudian dimasukin dengan ketimun yang tadi lagi.
Karena tangan Tinny sedang sibuk dengan penis Anton, maka cuman aku
yang pegang pergelangan kaki Tinny, sehingga aku bisa atur gesekan
memek kita.

Setelah beberapa lama karena bosan dengan posisi yang ini lagi maka
aku lepaskan timun di memekku, dan aku kocokin memek Tinny dengan
timun itu, Lalu aku juga ambil mainanku yang seperti peluru itu, dan
aku masukan ke memek Tinny sebagai ganti timun itu.

Ketika aku nyalakan, dan mulai bergetar, "Aakhh............
Aakhhh.......... Uhmmmm............ Apaan itu sih Mara??" tanya Tinny
masih memegangi penis Anton.

"Enak nggak........?" jawab aku.

Sebelum Tinny sempat jawab tangan Anton sudah memalingkan kepala Tinny
untuk mengihisap penisnya lagi. Aku lihat memek Tinny keluar lendirnya
lagi, sayang kalau kebuang maka aku jilatin juga lendir yang keluar.

Sewaktu aku tarik mainanku itu keluar aku bisa lihat sudah berlumuran
lendir dari memek Tinny. Dua jariku sekarang masuk ke memeknya dan
meraup lendir yang ada di sana, lalu aku oleskan ke lubang pantat
Tinny, sekalian aku masukkan satu jari ke lubang pantatnya. Mainanku
kembali aku masukkan lagi ke memeknya Tinny.

"Marr....... ra...... Jangan donk........ Sakit aahhhh..........."
kata Tinny dengan mulutnya masih ada kepala penis Anton.

Anton rupanya suka melihat ceweknya dibegitukan dia sahutin, "Sakit
atau sakit............ Hhhemm.........?"

"Nggak apa apa Tinn........ Ntar kan jadi enak juga......." kataku
lagi, sambil terus kocokin lubang pantat Tinny dengan jariku,
pertama-tama cuman satu jari yang aku masukkan, setelah agak lama, aku
berasa lubang pantatnya sudah agak melebar, lalu aku masukkan satu
jari lagi.

Selagi aku kocokin lubang pantat, dan goyang-goyangin mainanku di
memek Tinny, "Mara......... Sinian donk........ Memeknya kamu jadi aku
bisa jilatin....." kata Anton, dan aku lihat mata Tinny melotot ke
Anton, tanda cemburu.

"Aaaakkhhh.............. Aduh...... Aduh......... Ya........... Sudah,
ya........... Sudah kalau nggak boleh......... Aduh..... Sakit
kan......" teriak Anton, sambil berusaha untuk melepaskan biji
pelirnya dari mulut Tinny, rupanya waktu dengar permintaan Anton, biji
pelirnya dikunyah habis oleh Tinny.

Setelah agak lama aku kocokin lubang pantat Tinny, sekarang sudah agak
melebar ototnya, lalu aku masukan mainanku yang seperti peluru itu di
lubang pantatnya dan aku nyalakan supaya bergetar, dan aku masukkan
timun tadi ke memeknya, dengan perlahan aku masukan juga ujung timun
satunya ke memekku dan kaki kita saling menyilang seperti tadi lagi,
tapi kali ini dengan mainanku yang bergetar ada di lubang pantat
Tinny.

Aku pegang ke dua pergelangan kaki Tinny, sehingga aku bisa atur
gerakan dan gesekan memekku, waktu aku tusukan timun itu ke arah
belakang Tinny aku merasakan getaran mainanku dari pantat Tinny
membuat aku geli juga. Dan ketika aku dorong lagi, "Aakhh..........
Mara di situ enak tuh........ Lagi donk....... Dorongnya....." kata
Tinny sambil menjilatin kepala penis Anton.

Aku tarik pergelangan kaki Tinny agak ke belakang sedikit, supaya aku
menekan timunnya bisa lebih mantap. Dan kali ini aku dorong masuk,
sampai timunnya ketelan habis antara memekku dan Tinny, aku rasakan
juga itilku bergesekan di paha Tinny begitu juga itil Tinny di pahaku.

"Tinn....... Goyangnya jangan maju mundur, biar itilku bergesekan
dengan kamu ............ Aakhh............ Iya begitu
aahh............. Aku mau sampai nich...... Orgasmenya..........."
kataku ke Tinny ketika dia merubah goyangannya.

"Aaahh............... Aku juga.......... Mara............" kata Tinny.

"Tinn........... Pelirnya diremas pelan-pelan nanti kita bisa
keluarnya bareng-bareng..........." kata Anton nggak mau kalah.

Tangan Anton meraih buah dada Tinny dan meremasnya, juga aku lihat
putingnya juga nggak ketinggalan dipilinnya juga. Setelah itu aku
nggak kelihatan apa-apa lagi, yang aku dengar hanya teriakan Tinny,
"Aakhh............. Aahhh............... Uukhhh..............
Aduh......... Aakhh............" Dan menggesek memekku dengan keras,
kakinya juga meronta ronta berusaha untuk melepaskan genggamanku, dan
itu membuat aku mencapai klimaksku juga, timun yang berada di memekku,
juga ikut bergetar karena mainanku yang bergetar di lubang pantat
Tinny, getarannya merambat ke timun, dan ketika Tinny mendorongnya ke
memekku ternyata menyentuh daerah sensitive yang ada di memekku, yang
orang-orang sering bilang G-spot. Memekku juga aku gesekkan Tinny juga
untuk mengimbanginya. Karena G-spotku di senggol dengan timun itu
terus terasa pegalnya, dan jadi pengen pipis juga. Dan aku berasa
seperti ada yang keluar dari memekku, yang ternyata lendirku.

Setelah itu tak lama kemudian, teriakan Anton mulai terdengar,
"Aakhh........... Aaakhh.......... Tinn.......... I... ya......... Di
situ......... Tinn........... Aakhh............."

Setelah beberapa saat nggak ada yang bersuara, dan yang terdengar
hanyalah........ napas kita yang terengah engah.

Ketika aku buka mataku, terlihat sperma Anton tersebar ke muka, dan
buah dada Tinny, Anton tergeletak di sisi ranjangku menindih satu
tangan Tinny, yang masih meremas dan menarik seprei ranjangku. Tinny
masih mengenggam penis Anton, dan kepala penis Anton masih di muka
Tinny. Dan aku sendiri masih di posisi terlentang dengan memekku dan
Tinny menempel dengan timun masih di dalamnya. Dan di bawah memekku
terlihat ada bercak lendirku dan Tinny di serpraiku.

Setelah semua selesai dengan klimaksnya, dan berusaha untuk bangun,
perlahan aku lepaskan timun yang berada di memekku dan beringsut untuk
berdiri dari ranjangku, dan Anton malah bukannya berdiri tapi
mendekati memek Tinny untuk kemudian menjilatin lendir yang keluar
dari situ.

Aku pergi ke kamar mandi dan mandi sekalian biar bersih, dan segar,
waktu aku lihat jam dinding ternyata sudah jam 01:17, waduh.......
Pikirku udah malam juga ini........ Dan ketika aku masuk ke kamar, aku
lihat si Anton masih jilatin memek Tinny, dan Tinny rupanya keenakan,
mulai meremas remas buah dadanya.

"Eehh........... Udah malam...... Ya...... Sana pada pulang ke kamar
...... Masa aku disuruh nonton aja......" kataku menyuruh mereka
berhenti, kalau tidak bisa sampai pagi nich......

"Sini kalau mau ikutan aku jilatin sekalian juga boleh," kata Anton,
dan diikutin dengan "Aduh.......... Ya..... Ya.... Nggak lagi
deh....... Ampun....." teriak Anton, karena tangan Tinny mencubit dada
Anton.

Aku buka lemariku untuk mengambil seprei baru.

"Tinn...... Tolong bantuin dong pasang sepreinya........" mintaku
sebelum Tinny keluar kamarku.

"Tuh....... Kamu mau juga gituan ama si Anton...." kataku sembari
memasukkan sisi seprei ke bawah ranjang.

"Kan...... Nggak sampai gituan........ Kan cuma kocokin anunya, dan
bikin keluar saja.......... Kalau itu sih sering............ Kita juga
kadang gantian........ yang kepingin tinggal minta aja....." jawab
Tinny sambil membetulkan sisi ranjang ke arah aku.

"Kalau gitu boleh donk aku pinjam sebentar kalau lagi kepengen......."
kataku sambil tersenyum. Lalu dicengkramnya perutku sehingga handuk
yang melilit badan lepas.

"Eh............. Itu punyaku ya........ Nggak ada yang namanya
pinjam-pinjaman......... Awas lho........ Kalau sampai aku
tahu......." jawab Tinny sambil tersenyum juga. Tapi apa maksudnya di
balik senyuman itu ??

Sebagai teman yang tinggal bareng aku nggak akan menghianati si Tinny,
apa lagi kita sama-sama wanitanya, dan aku juga nggak mau jika punya
pacar ada yang minjam. Sekarang kita lebih bebas tinggalnya karena aku
kalau kepingin gituan, aku bisa masturbasi di luar tanpa takut
ketahuan, dan begitu juga Tinny dan Anton, karena kita tahu bahwa kita
sudah dewasa, dan dapat mengerti/memaklumi hal-hal seperti itu.

Kadang-kadang ketika sampai di rumah, dan mereka sedang sibuk sendiri
tanpa mengenakan pakaian, atau hanya seorang saja, aku hanya senyum ke
mereka, atau aku berbisik, "Eh....... Ada tamu tuch...... Yang benar
dong.....!!"

Dan kontan aja mereka pada kabur ke kamar, dan setelah beberapa saat
ada yang marah-marah dari kamar, "Sialan............ Si Tamara sedang
keluar isengnya........ Tuch...... Kita kerjain aja yuk........"

Dan kalau aku lupa kunci pintu kamarku, mereka udah masuk dan akunya
yang gantian dipaksain untuk menuruti kehendak mereka.
 
ORAL DI KANTOR

Saya adalah penggemar berat site cerita-cerita seru ini, and untuk mas wiri
eggh... , keliru maksudnya mas Wiro semoga sukses selalu. Setiap pagi sebelum
memulai pekerjaan kantor sehari-hari maka yang kulakukan adalah membuka site ccs
untuk di down load, kemudian siang sewaktu jam istirahat baru aku baca semuanya.
Sebelumnya gambaran mengenai diri saya adalah seorang pegawai kantor swasta yang
berada di kota Buaya dengan tinggi badan 169 cm umur 27 th kulit sawo matang (
abis orang jawa siiih. ) dan maaf kalau tulisan saya kurang bagus karena baru
pertama kali menulis dan mengarang selama hidup ( bukan wartawan,he.. he... ).
Kejadian ini kira-kira pada bulan Juli 1998 tepatnya di ruang kantorku. Aku
mempunyai teman kantor, namanya Lisa sedikit gambaran tentang Lisa ini ,
keturunan chinese dengan tinggi 165 berat 55 kg , jadi sepintas kelihatan agak
semook tapi sexy banget , apalagi kalau lihat bokongnya wuiiih pasti ke
bayang-bayang dehh... .
Kebetulan Lisa ini orangnya baik banget sama aku, setiap dia pergi dari luar
kota maupun dari luar negeri pasti dia bawa oleh-oleh buatku. Sebetulnya aku
tidak punya perasaan macam-macam sama Lisa, tapi berhubung keadaan , situasi
mendukung maka terjadilah perselingkuhanku dengannya.
Lisa minta tolong sama aku untuk diajarkan mengirim e-mail untuk kekasihnya yang
ada di luar negeri,dan aku bilang " ok nanti aku ajarin setelah jam pulang
kantor di ruanganku " dan Lisa jawab " ok nanti kalau sudah jam pulang aku
menuju ruanganmu .."
Sekitar jam 17:15 Lisa sudah datang diruanganku , kebetulan (kebetulan terus )
seisi ruanganku sudah pada pulang semua. Aku duduk di kursi sambil mengahadap ke
Computer , sedangkan Lisa ada disebelah kiriku dengan seksama dia memperhatikan
apa yang kuajarkan. Tangan kananku ada pada mouse sedangkan tangan kiri
kuletakkan di paha kiriku. Lisa memepetkan badannya untuk melihat apa yang ada
di layar monitor tanpa sengaja paha kanannya tersentuh tangan kiriku. Sebetulnya
waktu itu aku tidak punya perasaan apa-apa , karena aku pikir kita teman baik
dan Lisa orangnya juga baik sekali.
Setelah bersentuhan kulirik pahanya yang putih mulus dan terasa gentaloku
menyesakkan celana katunku. Lumayan juga aku mengajari Lisa untuk send & receive
e-mail jam telah menunjukkan pk 18:00 , seluruh karyawan kantor sudah pada
pulang semua tinggal aku berdua dengan si Lisa.
Maka kuberanikan untuk menyentuh paha putih yang muluuus itu
dengan sangat perlahaaan sekali, aku takut kalau Lisa nanti marah bisa gawat
soalnya namanya juga teman. eh eh ternyata si Lisa diam saja dan pura - pura
tanya bagaimana cara membuka home page yang di internet. Aku gembira setengah
mati karena kusangka dia pasti marah atau paling enggak negur aku karena berani
menyentuh pahanya yang putih. Sekitar 2 menit aku elus - elus pahanya terus
kunaikkan jari-jariku sedikit demi sedikit keatas menuju pangkal pahanya and
Lisa mulai merem sambil tanganya merangkul pundakku sambil tetap berdiri
disebelahku , akupun masih tetap duduk pura- pura memandangi layar monitor ,
karena bagaimanapun baru kali aku melakukan perselingkuhan. Ujung jari tengahku
menyentuh pangkal paha dan merasakan sekumpulan rambut hitam yang agak lembab
dan masih di tutupi oleh celana dalam, Lisa mendesah sambil mengucapkan ' mas
Ton kok kamu lakukan padaku ?? .... " Apakah kamu belum pernah melakukan yang
seperti ini ???, kalau memang belum pernah aku akan stop dan tidak akan
melakukan ini padamu .."
dan aku juga minta maaf apa yang telah kuperbuat padamu .."
Ternyata Lisa diam aja matanya merem lagi sambil mendesah , sementara aku
berkata tadi jari tengahku sudah melewati celah celana dalamnya sehingga
menyentuh bibir kemaluannya.
Kuteruskan tanganku bergeriya dan ku gesek-gesekkan di clitorisnya, kira - kira
15 menit aku bermain lubang & bibir kemaluannya , sambil setengah sadar
diberkata"aduh...geliii.., geliii.. mas Tooon..." tanpa kusadari tangan dan
celana dalam Lisa sudah basah berlendir, tangannya rapat memegang pundakku dan
mulut kami telah beradu, sambil saling mengulum , Keadaan masih seperti semula
aku duduk sedangkan Lisa setengah membungkukkan badannya dengan lidah saling
menari , mendesah tanpa rasa canggung lagi sementara tanganku masih bergerilya
di lubang kemaluannya. Tangan kanannya kubimbing kearah celana katunku dan
kubuka resleting celana dan juga celana dalam sebatas paha , maka tersembulah
burungku keluar dengan berdiri tegak siap untuk diapain aja ( pokoknya jangan di
potong ). Kusuruh Lisa untuk memegang plus mengelus- elus burungku secara
perlahan, sementara aku sudah napsu buanget
kuraih celana dalamnya dan kutarik rok span kantornya keatas ( di perut )
kududukan di meja hadapanku kubuka kancing bajunya kuraih juga tali pengait BH
nya maka sudah lengkaplah yang ada di depan hidungku ini, sambil tetap kukulum
mulutnya hingga turun ke leher kujilati semuanya sampai pada akhirnya ke puncak
gunung kembarnya , Lisa mengerang keenakkan . Tangan Lisa tetap meremas dan
mengelus burungku. setelah agak lama aku menyusu, lalu kubisikan kepadanya "
Lisa bagaimana kalau burung ku masuk ke sangkarnya ..? " . " Lisa belum pernah
melakukannya mas Toonn., Lisa takut ...
Oh ternyata si Lisa ini masih virgin , belum pernah kemaluannya dimasukin oleh
benda tumpul. Memang aku punya prinsip melakukan asal suka sama suka dan tidak
merusak masa depan seseorang dan lagi aku masih takut untuk melangkah lebih jauh
. Tapi berhubung aku sudah nggak ku-ku ( kuat ) maka kusuruh Lisa untuk mengulum
burungku, kuturunkan Lisa dari atas meja dan jongkok di bawah meja sambil
kubimbing mulutnya untuk mengulum burungku.
Pertama-tama dia agak ragu-ragu karena menurut pengakuannya belum pernah Lisa
melakukan ORAL. Kukatakan padanya bahwa nggak apa-apa asal air maninya jangan di
telan. Akhirnya dengan perlahan bibirnya mengecup ujung dari burungku dan dengan
sangat berhati - hati dimasukkannya burungku ke dalam mulutnya. Kusuruh ia
bervariasi untuk menjilati batang kemaluan dari ujung lubang kemaluan sampai
buah pelirku .
Kira - kira 15 menit Lisa mengulum burungku sambil kupegang kepalanya dan kadang
ku pelintir pentil susunya.
Setelah 15 menit aku merasa ada yang mau keluar dari mulut burungku. Aku berkata
" Lis... aku sudah mau keluaaarrr... "
Dia lepas mulutnya dari burungku dan aku suruh dia ngocok burungku, maka
muncratlah air maniku membasahi buah dada dan perutnya, aku mendesah keenakan "
sshh......" , sambil bersandar di kursi saking enaknya. Setelah itu Lisa berdiri
dan membenahi BH dan CD nya dan baju serta rok spannya walaupun sudah agak
awut-awutan.
Pada waktu itu jam telah menunjukkan pk 20:10, aku menawarkan jasa untuk
mengantarnya sambil mengucapkan terima kasih dan tak lupa ku remas bongkahan
pantatnya yang sexy.
Kuantar Lisa pulang dengan mobilku dengan hati dan rasa yang puas sekali, yang
kebetulan rumah nya tidak begitu jauh dari kantor dan satu arah dengan aku
menuju pulang.
Demikianlah kisahku dengan Lisa , hubunganku terus berlanjut tapi hanya sebatas
oral and oral aja kami lakukan di kantor juga dimobil terkadang juga chek in di
hotel ,tapi tidak sampai lebih dari itu karena aku tidak mau merusak masa
depannya dan juga aku belum pernah bersetubuh dengan perempuan lain selain
istriku. Lisa juga senang dengan apa yang kulakukan padanya , walaupun
sebenarnya kita tidak punya rasa saling cinta hanya saja iseng belaka tapi
mempunyai makna yang uuuueeeenaakk tenaaan..... and bebas penyakit.
 
Bimabet
Rahasia Pertama [episode I]

Aku terpaksa ceritakan ini karena aku ingin mengetahui apakah ada orang lain
yang mengalami hal yang sama, entah pria atau wanita. Aku berharap kita bisa
saling tukar pengalaman. Karena aku tidak bisa bercerita secara enak, ya…
pokoknya seperti itulah kisahnya..

Namaku Dino M Tandi, Aku adalah seorang suami dan memiliki 2 orang anak, aku
sangat sayang kepada
mereka. Sebagai pimpinan di suatu perusahaan ternama di Indonesia, aku
memiliki
banyak bawahan termasuk operator telepon kantor. Kebetulan, aku ikut memilih
dan
menentukan si Tina, nama operator telepon itu agar dipekerjakan di kantorku.
Dia berkulit cerah, berambut sepundak, dan aku tahu giginya kurang sempurna
ketika dia pertama kali tersenyum padaku saat wawancara. Tetapi, itu tidak
mengurangi kecantikannya.

Sudah 6 bulan sejak dia bekerja di tempatku, tanpa terasa, aku sering
mendengar
suaranya lewat telepon setiap kali aku minta tolong dia untuk menyambungkan
telepon ke luar, atau meminta tolong untuk mengirimkan atau menerima fax.
Lama-lama kedengaran suara itu sangat indah didengar.

"Tin, tolong sambungkan ke 4343949, dengan pak Joko, ya .." kataku suatu hari
saat meminta dia menyambungkan telepon ke partner kerja di BCA. Dia selalu
menjawab dengan suara yang aku suka, "Oya, baik pak.." dan ditutupnya
telepon.
Demikian terus setiap hari... Suatu ketika...

Dia datang pagi sekali, kebetulan aku sudah ada di kantor, bersiap untuk
menandatangani berkas-berkas di meja. Ruangku, yang selalu membuat aku bisa
mengamati dia dari jauh, membantu aku untuk bisa mengetahui apa yang dia
lakukan. Saat itu, dia berbenah diri mengeluarkan alat kosmetik berkaca dan
mulai membetulkan rias wajahnya yang terkena debu saat berangkat kantor,
mungkin. Saat itu, dia mengenakan baju cream terang sehingga kelihatan BHnya
yang berwarna putih bertali kecil. Bawahnya, dia memakai rok dengan belahan
tidak terlalu tinggi. Sungguh cantik kelihatannya. Rambutnya yang membuat
perasaanku menjadi berdegub, dia mulai menyisir rambutnya...Dia betulkan tali
BHnya dan tangannya menarik-narik bentuk BHnya mungkin dirasa tak enak
dipakainya, membuat aku semakin deg-degan.. Dan, ketika dia sadar aku
perhatikan, dia segera tersenyum malu dan menggigit bibir bawahnya, aku
terpaksa
membalas senyumannya, dan berlagak serius dan tidak memperhatikannya. Wah!
aku
berharap, dia tahu bahwa aku memang sedang memperhatikannya...

Suatu hari, aku panggil dia untuk mengirimkan fax dan sekaligus mengetik
artikel
untuk bahan promosi. "Ya pak ?" dia datang ke ruang kerjakua. "Oya, duduk
saja"
kataku. Saat itu, dia memakai baju dengan motif kembang kecil, kain bajunya
sangat transparan sehingga aku bisa lihat dia memakai BH berwarna putih.
Ukurannya ? saat itu aku tidak tahu..tapi nantinya aku tahu.
Kulit lehernya yang putih bersih, membuat aku ingin terus melihat ke bawah
lehernya. Sekali-kali, aku melihat bagian itu dan berusaha tidak membuat ia
tahu, semoga berhasil. Dia tersenyum cerah kepadaku.
"Aku ada artikel, coba kamu lihat dulu" aku suruh dia untuk lebih maju untuk
melihat artikel itu. Tanpa sengaja, aku melihat belahan bajunya yang atas dan
memperlihatkan belahan kecil buah dadanya yang putih itu. Dia sama sekali
tidak
tahu bahwa aku sedang melihat buah dadanya. Terus saja dia membaca artikel
itu
dan aku melihat buah dadanya, pikiranku sudah kemana-mana, kontolku sudah
mulai
mengeras. "Tolong itu ketikkan, saya tunggu hari ini, dan ini tolong difax ke
Kantor Pusat, ada yang kamu tanyakan ?" kataku, membuat kondisi tetap formal,
agar dia tidak menyadari tindakanku. "Nggak pak, nanti segera saya ketik dan
fax
ini, ada yang lain, pak ?" Dia tegak kembali, dan tersenyum lagi.

Sejak itu, aku menjadi terus menerus ingin memperhatikannya. Perasaanku
menjadi
gelisah saat aku lama tidak melihatnya. Wah gawat nih! Aku selalu
membayangkan
buah dadanya yang putih itu suatu saat bisa kuelus...

Pada bulan Desember, hujan lebat, saat kantorku sangat sibuk dan membuat aku
kerja lembur, aku harus pulang malam. Saat itu, aku tidak tahu bahwa Tina,
belum
juga pulang. Ternyata ia belum dijemput oleh pacarnya. Aku pergi ke Toilet,
untuk cuci muka, dan mampir ke dapur. Eh! Tina ada di sana sedang membuat
teh.
"Lho, Tina kok belum pulang ? sudah jam 8 malam kan ?" aku coba untuk
menenangkan diriku sendiri, karena aku sangat tidak menyadari bahwa aku
berjumpa
dia saat itu di tempat yang jarang sekali dikunjungi orang, dapur. "Ehh...
iya,
pak Dino.. mmm saya belum dijemput, mungkin gara-gara hujan ini.. jadinya
telat.." sambutnya malu-malu.."Ooo..pacarmu ya ?" pancingku.."Hhehehemm" dia
malu menjawabnya. "Wah aku juga mau tuh, kalo dibuatin Kopi, bisa ?" aku coba
lagi membuat bahan percakapan.. mumpung ada kesempatan."Oya, pak saya
buatkan.."
Dia langsung membuka lemari, tetapi dia tampak kesulitan mendapatkan kopinya.
Belahan di paha kanannya terbuka lebar saat dia jongkok dan meraih sesuatu di
dalam lemari. Putih sekali…Lengannya yang putih mulus langsung terbuka dan
memperlihatkan bulu ketiaknya yang halus.. merangsangku..untuk mendekatinya.
"Ada ?" tanyaku. Aku duduk di kursi sebelahnya, aku perlihatkan muka yang
lelah.
"Sebentar pak, pasti ada...cape pak ?" tanyanya. "Ah.. biasaaa...tiap hari
juga
begini.. tapi kalo sudah minum kopi, hilang dah.."
Ternyata, kopinya sudah habis. Dan untuk membuat dia tetap berjasa untukku,
aku
bilang "Ah sudahlah, teh saja nggak apa-apa" "Tapi pak, tehnya juga habis,
ini
tadi yang terakhir, wah..gimana nih ya .." dia sangat kuatir aku kecewa..
bingung sekali. "Ooo hohoh...wah, nggak apa-apa lah..mmm.. gimana kalo tehmu
kita minum sama-sama ? nggak usah malu, aku yang minta kok..ya", "O, buat
bapak
aja lah itu.. saya gampang minum air putih saja.." aku nggak kalah "Eeii..
ini
kan punyamu.. ayo". Akhirnya, dia mengalah juga.
Bajunya sudah tidak rapi lagi, banyak belahan kancing yang terbuka karena
tekukan badan saat mencari kopi untukku tadi, membuat aku bisa melihat
kulitnya
yang putih.. mulus...
Kami duduk di meja dapur. Aku minum sedikit, dia minum juga sedikit. Dia
tampak
sudah merasa bahwa aku tertarik kepadanya. Beberapa kali dia menahan
senyumnya,
malu. Hujan di luar malah bertambah lebat...
"Ayo temani aku ke ruang kerjaku, kamu bisa belajar komputer di sana". "Oya,
wah
nggak ngganggu nih ?"..Aku dan dia langsung menuju ke ruang kerja. Kantor
sudah
sepi, hanya satpam ada di luar.
Karena sudah gelap, banyak lampu dimatikan, aku coba bimbing dia dengan
memegang
pinggangnya maju. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku sediakan dia kursi dan
laptopku untuk dia gunakan. Aku buka internet dengan site perusahaanku. Dia
manggut-manggut ketika aku jelaskan tentang internet. Dan aku tidak sengaja
membuka hot site, karena sudah ada di history. Dia langsung ketawa "Hei..
bapak
ini, hayo..ini juga ada di internet toh?.." tanyanya lucu. Lama-lama,
pandangannya lain ke monitor laptop yang menampilkan gambar laki-laki muda
sedang mengulum buah dada seorang gadis dan tangannya mengelus memek gadis
itu.
"Tapi, aku punya yang lebih bagus dari ini, Tin.." "Dia kaget mendengar
kata-kataku tadi. Aku langsung stelkan VCD porno yang kebetulan menggambarkan
situasi yang sama antara aku dengan Tina. Situasi di ruangan kantor. Adegan
demi
adegan membuatku terangsang meski aku sudah pernah melihatnya. Aku melihat
buah
dada Tina naik turun karena nafasnya yang sudah tidak beraturan lagi. Aku
pura-pura biasa saja, aku tidak ingin merusak konsentrasi Tina melihat VCD
itu.
Dia beberapa kali menelan ludah. Aku dekati dia dari samping kiri agak ke
belakang. Tanganku memegang pundaknya, perlahan.. tanpa membuatnya terkejut.
"Kamu pernah melihat film seperti ini, Tin ? tanyaku "Ah.. belum pak"
jawabnya
agak berbisik. Suara "ahhhh...ahhh....mmemmmm..yyeaaa.. fuck me please.."
dari
speaker laptopku menjadikan suasana tambah panas. kontolku sedari tadi sudah
bangun, dan sakit karena terhambat celanaku. Tanganku yang sudah berada di
pundaknya, kini menuruni lengannya yang berlengan baju pendek dan tipis. Aku
naik-turunkan jempolku dengan halus dan pelan sekali. Dia bereaksi dengan
membetulkan duduknya. Adegan hot saat itu adalah gadis yang tadi sudah berada
di
atas meja dan memeknya sedang dicium dan dijilati clitorisnya.
"Uhhhhh..yesss.... againnnn...Ahhhh" suara di laptopku semakin menjadi-jadi.
Hujan di luar menjadi-jadi juga. Tiba-tiba terdengar suara pager milik Tina.
Dia
buru-buru melihat isinya, ternyata Pacarnya tidak dapat m
enjemput karena kendaraanya mogok terkena banjir. Dia menjadi bingung sekali.
"Lho, kan ada saya, nanti saya antar kamu ke rumah..." dan aku langsung
bilang
"Nggaaakk, ngapain mesti repot ?" saat dia bilang tidak ingin merepotkan aku.
Akhirnya, dia menuruti saranku.
Wah! konsentrasiku buyar nih! kontolku tidur kembali. Aku lihat, wajah Tina
sangat lain. Saat itu, ada hal yang ingin disampaikan tetapi dia tidak
berani.
Aku beranikan untuk mengetahuinya...Tanganku aku letakkan di telinganya dan
menyibakkan rambutnya ke belakang. Terus begitu, dan akhirnya ke alisnya. Dia
tampak diam saja, dan sesekali menoleh ke wajahku dengan agak malu. Aku yakin
sekali, dia menyukai perlakuanku padanya.
Karena itu, aku lanjutkan dengan mendekatkan mukaku ke wajahnya. Aku elus
pipinya, dan aku tempelkan hidungku ke pipinya, membuat hembusan nafasku
mengenai wajahnya... "Paakk.." katanya berbisik sambil agak memejamkan
matanya,
tetapi, dia menjauhkan wajahnya lagi.
Suara di laptopku "Come on babe... i'm cumming...deeper more deeper..."
tampaknya membuat suasana menjadi lain.
"Tin, boleh aku cium kamu ?" tanyaku nekat. Tanpa menunggu jawabannya, aku
dekati wajahnya dan aku cium bibirnya yang kering karena suasana tegang saat
melihat film itu. "Mhmemmm.. pak, saya..mau pullmshmm" kata-katanya tidak
dapat
dilanjutkan, karena aku sudah mengulum lidahnya. Aku lingkarkan lenganku ke
pundaknya, dan aku putar kursinya menghadap ke kiri. Tangan kiriku, sekarang
menyentuh kancing baju depan dan membuka satu kancingnya. Dengan telunjuk,
aku
elus buah dadanya yang halus itu perlahan-lahan. Aku tidak ingin dia
ketakutan.
Perlahan-lahan sekali aku elus buah dadanya, tanpa membuka BHnya. Matanya
merem
melek, aku ingin tertawa tetapi aku tahan. Aku paham bahwa saat itu dia
setuju
dengan perlakuanku. Sekarang aku putar jempolku ke arah puting kirinya,
"hhhhehhhh..mmehhhmmm" Dadanya agak membusung.. Aku putar jempolku ke arah
puting kanannya, "ahhhhh, pak Dino..ssshshsmm" Aku terus saja mengulum
lidahnya,
dan dia sudah menyambut ciumanku, bersemangat.
Kedua putingnya terasa keras, menonjol di BHnya yang tipis itu. "Pakk..."
bisiknya lagi.."Tin..aku sudah lama ingin menciummu..." kataku untuk
memancing
dia berterus terang.
Tangan kiriku, membuka kancing teratas, sehingga BHnya terlihat selurunya.
"Jangan..pakk.malu..." bisiknya. Aku teruskan dengan menarik tali BH di
lengannya menurun, kiri dan kanan.."Ohhhh pakk." Dia melihat dirinya sendiri,
dan dia sempatkan melihat adegan di VCD sekarang sedang memperlihatkan ke dua
orang tadi sedang dalam posisi 69. "Ahhhhh...ohhhhh ...mshmsmsmshmmm yesss"
suara di laptop membuat aku semakin terangsang. kontolku sudah tegang lagi
sekarang.
Dan ternyata aku baru tahu, bahwa roknya memiliki resleting di depan panjang
ke
bawah. Aku coba untuk membukanya, tanganku dipegang oleh Tina keras. Dia
mencabut ciumanku. "Pak... jangan pak.."
"OK, Tin, aku antar kau ke toilet..ayo" kataku tersenyum tanpa membuat dia
bersalah. Langsung dia mengancing baju dan mengikutiku dari belakang. Dia tak
tahu maksudku tapi dia ikut saja. Dia mengira bahwa ini sudah berakhir dan
dia
akan pulang.
Sesampai di toilet, aku ikuti dia masuk. Di depan cermin, aku rangkul dia dan
mengulangi adegan mesra di ruangan kerjaku, dan sekarang dia tahu apa yang
aku
lakukan, karena kami berada di depan cermin.
"Paakk, saya malu" saat aku lepas seluruh kancing bajunya, dan aku lepaskan.
BHnya, aku lepas dari belakang. Aku ciumi buah dadanya, sampai putingnya,
keduanya.... "Ohhhhhmm...pakkk.. saya..hhmmmmmm" tangannya memegang kepalaku,
dan menekannya ke arah buah dadanya. Matanya merem, dan melihat adegan kami
lewat cermin.
Akhirnya, aku lepas roknya tanpa kesulitan, sekarang dia hanya memakai celana
dalam, serta sepatu berhak 3 cm. Dia memalingkan badannya membelakangi
cermin,
untuk mengatasi malunya. Dari belakang, bokong Tina tampak merangsang ditutup
celana dalam warna hitam berenda. "Pak, kenapa pak Dino melakukan ini ? nanti
ibu bagaimana ?.."dia mencoba mengingatkanku pada istriku."Kenapa ibu ? aku
sangat kangen pada kamu" aku mulai menciumi putingnya, membuat dia
membusungkan
dadanya.."hohhh hhhhmm hhmhhm..." dia tidak dapat menahan suaranya..
Tangan kananku mendorongnya menuju wash table yang terbuat dari beton dan
panjang itu. Tanganku mulai menelusuri jembutnya yang terasa basah itu.
"Paaaaak..." bisiknya..Mukanya sudah lain, dia sangat merangsang sekali saat
itu. Aku turunkan celana dalamnya menuju lutut dan aku turunkan dengan
kakiku.
Sekarang dia telanjang bulat! Di hadapanku! Aku tidak sangka, akan
menelanjangi
dia seperti ini!
Tangannya kubimbing menuju ke kontolku yang sudah keras. Aku masih memakai
baju
lengkap. Aku angkat dia duduk di atas wash table dan aku merendahkan kepalaku
untuk bisa mencium memeknya. Aku lihat, bulunya tipis agak kemerahan..
rambutnya
basah karena rangsanganku. Tangannya menyangga tubuhnya ke belakang dan
wajahnya
mendongak ke atas. Aku duduk pada lutut dan aku mulai menghisap memeknya yang
sangat basah itu. Lidahku mencari clitorisnya, dan ketika ketemu, aku hisap
dan
elus-elus ke atas-bawah. Tangan Tina langsung menangkap kepalaku dan
menjambak
rambutku. "Auhhhmmmm...paakkk..." ..."Rasanya gimana Tin..." ..."paakk..saya
maluuu.." tapi pinggulnya sekarang mengayun-ayun ke depan dan belakang,
seirama
dengan elusan lidahku. Berarti, dia sudah bisa menikmati! 5 menit aku jilat,
elus, hisap clitorisnya, akhirnya kedua kakinya mengejang lurus dan tangannya
menekan kepalaku keras masuk ke dalam memeknya. Sampai-sampai hidungku basah
semua! Kini kutahu dia sedang orgasme.. panjang sekali!
1 menit setelah dia mengatur nafasnya, aku memutuskan untuk tidak
melanjutkannya, karena jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku kuatir, dia
ditunggu oleh orang di rumahnya. Aku langsung membantu dia mengenakan bajunya
dan dia sangat malu kepadaku. Untuk membuat dia tidak malu "Tin, aku suka
kepadamu, dan kamu jangan malu kepadaku, biar kamu gak malu lagi, sekarang
kamu
bisa lihat kontolku dan cium juga" aku keluarkan kontolku yang masih tegang
berukuran 20 cm. "Pak!, malah malu saya pak!" ..tetapi akhirnya dia mau
menciumnya hanya sebentar dan tersenyum malu lagi.

Akhirnya aku antar di pulang. Di jalan, kami tidak dapat berbicara
apa-apa.....Aku juga tidak ingin perasaannya kacau.


Bersambung : epidode 2
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd