Deasy
Gue baru masuk SMA, dan lagi di kota yang baru pula. Tapi asyik juga. Sekolah baru, kota baru, suasana baru. Baru semua. O iya, nama gue Andi ( nama samaran ) umur gue baru juga 17 taon. dan tinggal di rumah Tante gue. Minggu itu, gue lagi asyik bersih-bersih kamar, agak berdebu. Gak lama kemudian sepupu gue Deasy ( nama samaran ) liat gue nyapu. Dia negur,"Hei bersih-bersih ya."
"Iya."jawab gue singkat.
Informasi, sepupu gue itu dah umur 24 atau 25 taon, gue kurang ingat. Dan dia sudah gawe di sebuah instansi pemerintah. Tingginya 155 cm, gak begitu tinggi seh, tapi bodynya cukup bagus. Padat. itu gue tau karena kadang gak sengaja liat dia lagi pakaean kalo pas mo ke kantor. Ukuran bra yang dia pake kira-kira 36. Lumayan.
"Saya bantu ya?" lanjutnya sambil merapikan beberapa pakaian di dekat gue. Kebetulan saat itu gue masih pake sarung, heheh..gue emang kalo tidur cuman pake sarung. Kebiasaan. Nah saat itu, gue kan baru bangun tidur juga. Gak begitu, kebetulan gue mo ngambil celana pendek yang dia rapikan tadi di keranjang di lantai.
Saat itu dia memang lagi nunduk, benerin pakean di keranjang itu. Nah, saat sama-sama nunduk itulah.....ntah kenapa pikiran gue tiba- tiba ngeres....."brengsek gue." bathin gue ngeluh. Entah dari mana datangnya, tapi sepertinya gue makin berani... punya gue yang dah keras itu gue selipin di belahan pantatnya dari belakang...Tapi dianya diam aja....Makin gila. Kontol gue gesekin pelan. Ada reakasi. Pantatnya yang bulat itu digoyang pelan ke kiri dan ke kanan. Sedangkan gue makin asyik gue goyang ke depan dan kebelakang. Yang lebih asyik lagi, dia masih pake sarung, seperti biasanya cewek- cewek di daerah. Dari gesekan punya gue ke belahan pantatnya tepat di memeknya, dia gak pake CD. Oh.... Kenekatan gue makin jadi, gue coba meraih tumpukan daging yang menggangtung di dadanya. Pertama gue hanya belai, sampe saat itupun belum ada reakasi dari dia. Gue remas perlahan. Dengan jemari gue permainkan putingnya yang dah ngeras. ohhhh.....
Posisi kami kini dah berubah, dah berdiri tegak. Tapi gue masih peluk dia dari belakang. Posisi kakinya di kangkang ( posisi membuka ), sementara itu punya gue masih gue gesekin dan tangan gue terus meremas buah dadanya yang sungguh kenyal. Kami sama-sama terdiam.
Tiba-tiba hal yang tak terduga terjadi, reakasi dari dia. Bukan marah, tapi tangannya yang tadinya hanya diam saja, kini mulai meraba punya gue setelah badannya berbalik. Kami saling berhadapan. Kontol gue yang panjangnya hanya 14.5 cm itu di kocokin ma dia.
"Ugh...."desahku lirih. Enak dan....
"Ndi, kamu ko' berani dan kurang ajar seperti ini ?!" tanya tiba- tiba. Sementara dia masih menggenggam dan mengocok punya gue.
"Nnn....mmmm......" gue hanya berdehem. Gue sendiri gak tau mo jawab apa.
Batangan gue yang dikocok sekarang dah Deasy alihkan ke selangkangannya. Sarung yang Deasy gunakan diangkat dan keliatanlah rambut hitam lebat di daerah sejengkal di bawah pusar. Hitam lebat dan menggoda itu. Deasy menjinjitkan kakinya kemudian kakinya agak dibuka dengan maksud mempermudah mengarahkan punya gue ke memek nya yang ternyata dah basah itu.
"Bukannya Deasy masih perawan ?"benakku. "Ah masa bodo, enak ini." Gue kira dia akan memasukkan punya gue ke dalam lobang vaginanya. Ternyata tidak, Deasy hanya menempatkan batangan gue di selanya aja. Disela bibir vaginanya. Berarti pettin doang. Oh. Dengan lihainya Deasy mempermainkan gerakan-gerakan yang luar biasa enaknya dengan goyangan pingulnya ke depan dan kebelakang yang sekali sekali digerakkan ke kiri dan ke kanan.
"Oghh...ughy,,,," sekali sekali erangan itu keluar dari desahnya yang kian memburu birahinya. Makin gila. Beberapa waktu kemudian, kira-kira 6 menit bergoyang dan bergesekan seperti itu, vagina Deasy yang makin basah ternyata membuat gue makin larut dalam birahi.
"Ahhh Ndi...Aku mau keluar...mau kelaur....mau...aaahhhh" dan saat erangannya yang terakhir gitu gue rasakan punya gue seperti disedot- sedot. Ahhh..ternyata gue juga keluar. Cret Cret cret cret....beberapa kali. Tepat di bibir vaginanya di selangkangannya berceceran sperma. Lemas.
Tidak berhenti sampe disitu, gue muali lagi meraba dadanya, meremas. Kemudian wajah gue dekatin tepat ke putingnya. Gue emut, gue isap putingnya, gue gigit pelan...dan Deasy pasrah menikmati nuansa-nuansa birahinya yang mulai bangkit lagi. Tangannya tidak mau kalah, dengan gerakan meremas sambil mengocok punya gue yang dah lemas itu. Sementara napas gue smakin memburu menahan luapan birahi. Aku lihat Deasy pun berpacu dengan napasnya. Kemudian dia menghetikan semua aktifitasnya.
"Kenapa ?" tanyaku tak kuasa dengan birahi yang menggantung ini.
"Tenang saja."kemudian dia berlutut dan tangannya mengarahkan bantangan gue ke mulutnya. Oh....itu rupaya. Punya gue yang masih blepotan dengan sperma diisap dengan penuh napsu. Sekali lagi Gila. Ini utnuk pertama kalinya gue melakukan hubungan sex dengan cewek dan dapat parner yang hebat.
"Gila...ugh..enak..."pikirku. Ternyata sepupu gue neh doyang sex. Agedan ini tidak berlangsung lama. Tiba-tiba gue terhenyak.
"Eh..udah dulu. Aku mau pergi. Dan kamu jangan pergi kemana-mana. Tunggu aku pulang jam 2 siang nanti." kata Deasy.
"Sial."Gerutuku dalam hati. Lagi enak begini berhenti. Ah...biarin toh nanti sore jam 2 dapat lagi. Kemudian Deasy kembali merapikan letak sarungnya. Dan pergi terburu-buru ke luar kamar gue. Mungkin dia mau mandi lagi atau ... ah gak tau.
Gue coba untuk tiduran, maksudnya sih biar nunggu Deasy pulang gak berasa. Tapi ternyata, justru ini yang membuat gue tambah gelisah dan rasanya waktu berjalan dengan sangat pelan. Bagaimana ngga', kejadian tadi masih saja terus terbayang adegan demi adegan yang kami lakoni. Benar-benar lakon gila. Bagaimana ngga', gue bercinta ( sex ) dengan sepupu gue sendiri. Perasaan bersalah juga ikut menambah kegelisahan gue. Tapi entahlah, gue gak tau napa justru keinginan untuk melanjutkan adegan sex itu ke episode yagn lebih gila dan lebih liar lagi. Balik kanan... balik ke kiri lagi. Dan masih saja bayangan adegan itu terbayang. Dan yang lebih menjadi-jadi lagi adalah perasaan gue, makin horny. Batangan gue 'dah menegang, keras bangat. Hm... jam ternyata 'dah menunjukkan 13:45.
" Ah...rasanya lama sekali." keluhku. Sementara ketegangan batang gue makin menjadi. Pikiran-pikiran pun makin liar.
" Eh.... ngapain Ndi bolak-balik seperti cacing kepanasan." sapaan membuyarkan lamunan gue. Gila, ternyata Deasy 'dah di dekat gue.
Masih dalam pakean seperti dia berangkat keluar pagi tadi. Deasy duduk di bibir ranjang tempat gue tiduran. Kemudian dia bergeser mendekati gue. Tapi ekspresi wajahnya kali ini, serius.
" Eh..Ndi. Aku mau tanya ke kamu. Kenapa kamu begitu gila pagi tadi. Kamu 'dah kurang ajar ke kakakmu, sepupu kamu sendiri." tanyanya dengan nada yang terasa serius.
"hm.... ngg.." hanya dengungan yang bisa gue perdengarkan. Sementara pikiran gue berkecamuk dengan 1001 pertanyaan. Kenapa Deasy bereaksi dengan kejadian tadi pagi. Ah...kamu juga gitu. Pura-pura tanya, pura-pura marah... ah... munafik... kamu juga suka. Begitu yang terlintas kesal dalam benakku.
" Eh...aku tanya kenapa kamu diam ?" tanyanya lagi. Sementara badannya makin dekat ke gue. Ada sekian banyak keheranan dalam kepala gue. Sial.... Tapi kenapa Deasy merapatkan pinggulnya ke paha gue. Sekali lagi sial.....
Ah.... rasanya meledak sesuatu dalam kepalaku. Sesaat kemudian gue putar badan dan telah menghadap ke Deasy. Dan gak tau dari mana datangnya tuh keinginan untuk mengulangi adegan gila seperti pagi tadi. Batangan gue tiba-tiba bereaksi sesaat setelah dengan entah sengaja atau tidak, gue gak tau, tangannya bagian pergelangan menyentuh batangan gue. Tegang, horny gue. Lagi-lagi sial, kesalku dalam hati. Kenapa ngga' segera aja. Dan jangan pura- pura marah atau bertanya dengan kejadian pagi tadi. Kalo mau... ayo aja. Dan itu sekarang aja. Bisikku dalam hati. Ternyata napsu telah membakar semua tentang gue.
Tanpa mendengar lagi ocehan yang dia ucapkan, gue tarik pundaknya dengan kedua tangan gue. Cepat dan dengan tarikan yang tepat, Deasy telah berada dalam dekapan gue. Juga dengan, bibirnya yang telah gue pagut. Gue langsung kulum, dalam. Ha ha... ha ha.... gue tertawa penuh kemenangan dalam hati. Gotcha !! Perkiraan gue adalah Deasy akan marah, paling tidak Deasy akan menepis adegan kali ini. Tapi ternyata salah. Ciuman ternyata dia balas dengan sangat bernapsu. Bernapsu, rasanya situasi inilah yang telah menguasai keadaan.
Sementara adegan ciuman terus berlangsung, tangan gue mulai mencari tempat pendaratan untuk melakukan aksi. Bajunya gue lepas, kancing gue lepas satu persatu. Dan terkuaklah gunung kenikmatan yang gue cari itu. Tumpukan putih tertutup bra hitam, tanpa menunggu lebih lama lagi tangan gue menguak membuka bra itu. Puting coklat memerah itu langsung gue terjang dengan remasan yang membuat dia terengah-engah dengan napasnya yang kian gak beraturan lagi. Deasy bereaksi gak mau kalah, tangan kirinya menyusup ke balik celana yang gue kenakan. Seperti yang gue perkirakan, sasarannya adalah batangan gue. Tepat ! Seperti adegan pagi tadi, dengan lihai dan cekatan, Deasy meremas- remas batangan gue.
" Ahh... mmhhheemmm.... ughhsss... ssstt " terdengar desahan Deasy begitu tangan gue yang satunya lagi menyusup ke dalam roknya. Menyusurui pahanya yang putih terus ke bagian selangkangannya. Basah. CD yang Deasy gunakan ternyata dah basah. Jemari gue menyusuri ke balik CD-nya. Apalagi yang gue cari kalo bukan belahan yang dikelilingi rambut itu. Yap, bibir vagina. Tapi posisi ini ternyata tidak menguntungkan.
" Ndi... tunggu sebentar. Aku mau ganti baju dulu. Dan kamu tunggu disini, sekalian kamu pake sarung aja. " wajah Deasy begitu berbinar meninggalkan gue ke kamarnya mo ganti baju.
" Yessss...." sambut gue kegirangan. Akhirnya..... sex.
Gak lama berselang, Deasy datang dengan menggunakan daster bermotif bunga berwarna merah tua. Tipis. Dan di bagian dadanya tampat putingnya dengan jelas membentuk. Sementara batangan gue yang semakin keras mencuat dari balik sarung yang gue pake. Deasy langsung mendekap gue, ciuman. Sementara tangan gue meraih buah dada yang gak terlapisi lagi dengan bra itu. Kenyal, remasan demi remasan membuat suasana makin terasa dipenuhi birahi, tangan Deasy pun menggengga' dan membelai batangan gue. Sementara itu, tangan gue yang satunya lagi, mendarat di selangannya. Ahh..haaa...tanpa CD. Hm...jembutnya lebat. Seperti panari baleria yagn memainkan gerakan-gerakan lebut dengan iringan musik klasik, tangan gue memainkan gerakan-gerakan yang lembut dan itu makin membuat Deasy kian menggeliat kenikmatan.
Daster Deasy gue lepas. Deasy gak menggunakan apa-apa lagi. Telanjang bulat, sesaat gue melihat sebentuk tubuh polos tanpa selembar benang pun didepan gue. Deasy pun melakulan aksinya, sarung gue dia lepas. Jadilah sepasang manusia dengan beda jenis kelamin tanpa selembar apapun yang melekat ditubuh berhadapan. Dan apa yang akan terjadi bisa ditebak. It's all about sex. Mungkin.
" Aaaahhh.... mmmhhmmmm....." desahan Deasy makin menjadi. Sesaat kemudian dia jongkok. Ahh... batangan gue yang dari tadi dia genggam, diarahan ke mulutnya.
" Ssssstttttssss...." seperti seekor ular yang mendesis melihat mangsa. Deasy makin liar. Jilatan-jilatan yang dia buat membuat gue menggelinjang. Kenikmatan yang sudah lama gue inginkan dari Deasy, seperti saat-saat gue mengintip dia mandi. Ahhhh....... gila!!!!!!!! Lidahnya meniti dipermukaan batangan gue, dari kepala bantangan gue meniti terus ke bagian pangkal. Dan gue imbangi dengan usapan dn remasan di dadanya yang kenyal menantang itu. Batangan gue diemut Deasy, dan dengan gerakan maju mundur Deasy mengulumnya. Mempermainkannya, sambari sekali-sekali melirik ke gue dan melemparkan senyuman.
Hm....Setelah puas dengan permainan lidahnya, Deasy bangkit dari jongkok. Dia berdiri membelakangi gue. Kakinya dibuka agak lebar. Tampat jelas di depan gue belahan pantat. Liur birahi gue menjadi. Tanpa diberitahu, gue dah tau apa yang diinginkan Deasy. Batangan gue selipin ke selangkangan Deasy. Hanya di luar saja, hanya di bibir vaginanya, basah. Setelah batangan gue 'dah berada di selangkangan, Deasy agak merapatkan kakinya. Dan batangan gue terasa agak terjepit oleh kedua pangkal pahanya. Deasy menggoyangkan pinggulnya ke depan dan ke belakang. Gue pun ngikuti gerapan gitu dengan menggoyangkan berlawanan arah gerakan Deasy. Bila pinggulnya digerakkan ke depan, gue gerakin ke belakang. Ah... rasanya 'pala batangan gue geli... geli dan basah.... Dan erengan-erangan kenikmatan Deasy kian menjadi. Untung saja saat itu gak ada orang lain di rumah sehingga gue dan Deasy bisa dengan leluasa mengekspresikan kenikmatan itu. Kira-kira berselang 4 menit, tiba-tiba Deasy mempercepat gerakannya.
" Ndi... ahh.. oh... lebih kencang lagi dong goyangnya." "...hm.. ok.. Des."
" Remas yang lebih kasar lagi tuh dadaku. Tak tahan nih Ndi... aku mau keluar..." Deasy menengadahkan wajahnya diiringi dengan erangan yang agak panjang....
" AAAhhhhhhhh...... keluar Ndi.. aku keluar...." desahnya setengah berteriak. Gerakannya berhenti. Deasy membaringkan tubuhnya di ranjang. Telentang.
" Ndi.. sini.. masukin punya kamu ke sini." sambil mengangkang kakinya. Belahan vaginanya merekah dan terlihat jelas basah sekali.
" Tapi kamu masukin kepalanya aja. Jangan masukin semuanya. Aku masih perawan." tangan Deasy membelai-belai clitorisnya sendiri.
Terlihat dia menggeliat-geliat. Hah... birahi ini gak tertahan lagi. Gue mendekati dia, dengan posisi duduk di selangkangannya, gue mencoba memasukkan batangan gue. Sesuai dengan permintaan dia, hanya kepalanya saja. Terus terang, baru kali ini gue melihat dari dekat dan memasukkan batangan due ke dalam alat kelamin seorang cewek. Dengan debaran yang sudah gak beraturan lagi, gue memasukkan batangan gue. Slettttt.....terasa becek... basah... Dan pala batangan gue dah masuk. Gue gak tau gimana beda antara perawan dan yang gak lagi. Tapi yang gue rasakan, batangan gue terasa sempit. Kepalanya aja sudah terasa seret gitu. Gimana kalo gue masukin semuanya. Ah,..ngaco. Nikmati aja sekarang ini. Pikirku. Kembali ke adegan sex ini. Tangan Deasy memegang batangan gue, memainkannya dengan cara menggoyang-goyangnya searah dengan belahan vagina dia. Ahh.... uihhhh... ngghhhhmmmm..... berakali-kali erangan itu didengungkan di mulutnya. Gue gak tahan dengan kenikmatan yang gue rasakan, gue bereaksi dengan mencoba menggoyang pinggul gue ke depan dan ke belakangan.
" Ndi... goyangnya jangan terlalu dong. Nanti bisa bablas masuk... ingat gue masih perawan. Kamu jangan macam-macam." katanya mengingatkan gue setengah mengancam. Sial !!
Goyangan gue perlambat, dan keliatan masuk keluarnya batangan gue di vaginanya bergerak sekitar 1 - 3 cm doang. Tapi gak pa-pa... ini juga dah enak. Baru kali ini, gue ngerasain memek cewek padahal biasanya gue hanya mengkhayal sambil ngocokin sendiri batangan gue. Tapi kali ini memang sensasinya jelas beda. Jauh lebih nikmat. Ini berlangsung sekitar 6 menit, hingga akhirnya.
" Ahh.. Ndi mau keluar. Keluar...!! Ahhhh.." erangannya panjang dengan ekspresi tegang wajah menahan napas. Ternyata saat itu pun gue merasakan sengatan nyut-nyut seperti menjepit batangan gue. Sementara gue masih terus menggoyang perlahan.
" Mau keluar juga ..." napasku gak beraturan. Ahhhh.... gue keluar... gue keluar. Tapi sebelum sperma itu terpancar. Gue cepat-cepat cabut batangan gue dari lobang vaginanya dan gue arahin ke perut Deasy. Creetttt.... cretttt... crreettt... crreettt.... sperma muncrat dari batangan gue. Perut dan dada Deasy blepotan dengan muncratan sperma gue. Tangannya menyeka-nyeka sperma kemudian menjilati tangannya yang pernuh sperma.
" Ugh... Ndi enak sekali, Ndi." katanya sembari menjilati terus seperma yang melekat di tangannya.
Adegan demi adegan sex seperti itu sering kami lakukan saat orang-orang gak ada di rumah. Bahkan lebih berani lagi, walaupun rumah gak kosong itu tetap kami lakukan tetapi kami lakukan di ruangan dapur. Dengan alasan masak mie instant atau alasan lainnya. Waktu pun gak jadi masalah, entah pagi, sore, siang atau malam. Pokoknya setiap ada waktu disitu ada peluang. Hingga pada suatu ketika, Deasy tidak dapat menahan lagi gejolak birahinya. Ketika itu sore, mungkin jam 15:12. Deasy dengan menggunakan piama tidur tipis berwarna krem. Tanpa pakaian dalam. Sangat jelas terlihat puting susunya mencuat di piama yang dia gunakan. Begitu pun jembut di selangkangannya terbanyang menantang kian mendekat menghampiri gue. Ugh.... tanpa ba bi atau bu.. batangan gue 'dah menegang, keras. Kebetulan saat itu hari minggu dan rumah juga kosong, tinggal gue dan Deasy.
" Ndi.. main yuk." ajakan dia lontarkan sambil tidur dengan posisi kaki dia buka dan piayama dia tepis keatas. Terkuaklah lobang kenikmatan itu. Sip. : )
"hm... main beneran ya. Masukin semua ya ?" tantang gue setengah berbisik. Hanya senyuman yang terlihat. Entah apa artinya, iyakah atau ..ah.. gak tau. Seperti biasa. Posisi pembukaan dengan saling merangsang. Saling membelai. Posisi 69. Kira-kira hanya berlangsung tidak lebih dari 10 menit. Kemudian meminta gue masukin pelan-pelan bantangan gue ke vaginanya. Juga seperti sebelum sebelumnya, kedalamannya cuman 1 - 3 cm. Tapi kali ini ada sedikit lain dari Deasy. Geloranya seperti lebih dari biasanya. Sangat bernapsu. Setiap gue goyangin reaksinya sangat luar biasa, dia ikut menggoyangkan pinggulnya ke depan dan kebelakang. Rasanya gak lagi 1 -3 cm. Lebih dalam lagi. Hah..... gue berdebar, itu karena adegan kali ini lebih dari yang biasa kami lakukan.
" Ndiiiii... ahh.. gak tahan nih. Kamu masukin saja .. tapi pelan- pelan. " keningnya dikerutkan menahan rasa saat gue mulai menekan perlahan-lahan ke dalam vaginanya. 5 cm dah lewat... terus... gue selingi dengan remasan di dadanya. 8 cm... makin dalam... ini berarti dah lewati 'batas tirai' perawannya.
" Ndii... goyang dong.. terus... enak.... enakkkkk..."
" yah... iya.. ini juga lagi digoyang.. seret nih... agak susah." yah.... sebuah jawaban lugu. Namanya juga baru pertama kali ini, ML. Irama detak jantung yang tidak lagi mengikuti aktifitas seperti kebiasaannya. Kacau... karena adegan ini. Goyangan-goyangan gue menekan ke dalam vagina Deasy yang gue selingi dengan sekali-sekali pinggul gue gue geser ke samping kiri atau kanan sambil menekan. ( Cara ini gue tau dari teman ). Ternyata cara ini sungguh luar biasa. Reaksi Deasy yang gue lihat adalah ekspresi kenikmatan dengan menahan sakit 'the first time' ML. Kata orang sakit, tapi gue gak perduli dengan itu semua. Peluh dah bercucuran. Deasy makin larut dalam birahi gilanya. Tak terkendali lagi. Erangan Deasy sambil menggigit-gigit bibir bawahnya entah menahan sakit atau mengekspresikan kenikmatan yang dia rasakan. Gue gak begitu memperhatikan raut wajahnya karena gue sibuk dengan goyangan-goyangan gue. Sesekali gue merasakan tangan Deasy memegang pinggang gue seperti ikut menambah irama goyangan. Hingga akhirnya......
" Ohhhh....... aauiuihyihihhh.... sebentar lagi. Terus... goyang terus Ndi... mau keluar.."
Gue terus mempertahankan irama goyangan gue.
" Bareng keluar ya... tembak di dalam saja." ekspresinya menjadi.
" Ahh..hm.... dalam hitungan ke-5 kita keluar bareng.... 1.... 2..... 3..... 4......" Crreettt... ccrrreettt.. ccret.. cretee... cretttt... Saat yang tepat.
Hm.... begitulah, ternyata adegan-adegan berikutnya di lain hari terulang dan terulang lagi. Kenikmatan dosa yang terus dilakukan tiap ada kesempatan. Dan berlangsung selama 4 tahun. Bahkan ketika gue pindah dari rumah itu ke asrama dekat kampus gue, gue masih melakukan itu walau frekuensinya cuman sekali dalam 2 minggu atau bahkan sekali sebulan. Bahkan pernah juga kami lakukan itu di kantornya. Kabar terakhir yang gue tau Deasy kini sudah menikah, kira-kira 6 bulan yang lalu. Dan gue sendiri telah menikah sejak 2 tahun yang lalu. Kami gak lagi saling memberi kabar sejak gue pindah ke Jakarta sejak Juni 1995 yang lalu.
Tetapi justru semua yang terjadi dengan dia adalah menjadi awal dari segala kejalangan-kejalangan gue sekarang. Meskitpun kini gue dah punya seorang putra berumur kurang dari 1 tahun, tetapi petualangan-petualangan sex kian menjadi. Dan sasaran atau target gue adalah perempuan-perempuan yang lebih tua dari gue. Terobsesikah gue ? Hah..bodo ! Gue gak pernah berusaha mencari tau apa jawaban dari semua kegilaan gue.
Gue baru masuk SMA, dan lagi di kota yang baru pula. Tapi asyik juga. Sekolah baru, kota baru, suasana baru. Baru semua. O iya, nama gue Andi ( nama samaran ) umur gue baru juga 17 taon. dan tinggal di rumah Tante gue. Minggu itu, gue lagi asyik bersih-bersih kamar, agak berdebu. Gak lama kemudian sepupu gue Deasy ( nama samaran ) liat gue nyapu. Dia negur,"Hei bersih-bersih ya."
"Iya."jawab gue singkat.
Informasi, sepupu gue itu dah umur 24 atau 25 taon, gue kurang ingat. Dan dia sudah gawe di sebuah instansi pemerintah. Tingginya 155 cm, gak begitu tinggi seh, tapi bodynya cukup bagus. Padat. itu gue tau karena kadang gak sengaja liat dia lagi pakaean kalo pas mo ke kantor. Ukuran bra yang dia pake kira-kira 36. Lumayan.
"Saya bantu ya?" lanjutnya sambil merapikan beberapa pakaian di dekat gue. Kebetulan saat itu gue masih pake sarung, heheh..gue emang kalo tidur cuman pake sarung. Kebiasaan. Nah saat itu, gue kan baru bangun tidur juga. Gak begitu, kebetulan gue mo ngambil celana pendek yang dia rapikan tadi di keranjang di lantai.
Saat itu dia memang lagi nunduk, benerin pakean di keranjang itu. Nah, saat sama-sama nunduk itulah.....ntah kenapa pikiran gue tiba- tiba ngeres....."brengsek gue." bathin gue ngeluh. Entah dari mana datangnya, tapi sepertinya gue makin berani... punya gue yang dah keras itu gue selipin di belahan pantatnya dari belakang...Tapi dianya diam aja....Makin gila. Kontol gue gesekin pelan. Ada reakasi. Pantatnya yang bulat itu digoyang pelan ke kiri dan ke kanan. Sedangkan gue makin asyik gue goyang ke depan dan kebelakang. Yang lebih asyik lagi, dia masih pake sarung, seperti biasanya cewek- cewek di daerah. Dari gesekan punya gue ke belahan pantatnya tepat di memeknya, dia gak pake CD. Oh.... Kenekatan gue makin jadi, gue coba meraih tumpukan daging yang menggangtung di dadanya. Pertama gue hanya belai, sampe saat itupun belum ada reakasi dari dia. Gue remas perlahan. Dengan jemari gue permainkan putingnya yang dah ngeras. ohhhh.....
Posisi kami kini dah berubah, dah berdiri tegak. Tapi gue masih peluk dia dari belakang. Posisi kakinya di kangkang ( posisi membuka ), sementara itu punya gue masih gue gesekin dan tangan gue terus meremas buah dadanya yang sungguh kenyal. Kami sama-sama terdiam.
Tiba-tiba hal yang tak terduga terjadi, reakasi dari dia. Bukan marah, tapi tangannya yang tadinya hanya diam saja, kini mulai meraba punya gue setelah badannya berbalik. Kami saling berhadapan. Kontol gue yang panjangnya hanya 14.5 cm itu di kocokin ma dia.
"Ugh...."desahku lirih. Enak dan....
"Ndi, kamu ko' berani dan kurang ajar seperti ini ?!" tanya tiba- tiba. Sementara dia masih menggenggam dan mengocok punya gue.
"Nnn....mmmm......" gue hanya berdehem. Gue sendiri gak tau mo jawab apa.
Batangan gue yang dikocok sekarang dah Deasy alihkan ke selangkangannya. Sarung yang Deasy gunakan diangkat dan keliatanlah rambut hitam lebat di daerah sejengkal di bawah pusar. Hitam lebat dan menggoda itu. Deasy menjinjitkan kakinya kemudian kakinya agak dibuka dengan maksud mempermudah mengarahkan punya gue ke memek nya yang ternyata dah basah itu.
"Bukannya Deasy masih perawan ?"benakku. "Ah masa bodo, enak ini." Gue kira dia akan memasukkan punya gue ke dalam lobang vaginanya. Ternyata tidak, Deasy hanya menempatkan batangan gue di selanya aja. Disela bibir vaginanya. Berarti pettin doang. Oh. Dengan lihainya Deasy mempermainkan gerakan-gerakan yang luar biasa enaknya dengan goyangan pingulnya ke depan dan kebelakang yang sekali sekali digerakkan ke kiri dan ke kanan.
"Oghh...ughy,,,," sekali sekali erangan itu keluar dari desahnya yang kian memburu birahinya. Makin gila. Beberapa waktu kemudian, kira-kira 6 menit bergoyang dan bergesekan seperti itu, vagina Deasy yang makin basah ternyata membuat gue makin larut dalam birahi.
"Ahhh Ndi...Aku mau keluar...mau kelaur....mau...aaahhhh" dan saat erangannya yang terakhir gitu gue rasakan punya gue seperti disedot- sedot. Ahhh..ternyata gue juga keluar. Cret Cret cret cret....beberapa kali. Tepat di bibir vaginanya di selangkangannya berceceran sperma. Lemas.
Tidak berhenti sampe disitu, gue muali lagi meraba dadanya, meremas. Kemudian wajah gue dekatin tepat ke putingnya. Gue emut, gue isap putingnya, gue gigit pelan...dan Deasy pasrah menikmati nuansa-nuansa birahinya yang mulai bangkit lagi. Tangannya tidak mau kalah, dengan gerakan meremas sambil mengocok punya gue yang dah lemas itu. Sementara napas gue smakin memburu menahan luapan birahi. Aku lihat Deasy pun berpacu dengan napasnya. Kemudian dia menghetikan semua aktifitasnya.
"Kenapa ?" tanyaku tak kuasa dengan birahi yang menggantung ini.
"Tenang saja."kemudian dia berlutut dan tangannya mengarahkan bantangan gue ke mulutnya. Oh....itu rupaya. Punya gue yang masih blepotan dengan sperma diisap dengan penuh napsu. Sekali lagi Gila. Ini utnuk pertama kalinya gue melakukan hubungan sex dengan cewek dan dapat parner yang hebat.
"Gila...ugh..enak..."pikirku. Ternyata sepupu gue neh doyang sex. Agedan ini tidak berlangsung lama. Tiba-tiba gue terhenyak.
"Eh..udah dulu. Aku mau pergi. Dan kamu jangan pergi kemana-mana. Tunggu aku pulang jam 2 siang nanti." kata Deasy.
"Sial."Gerutuku dalam hati. Lagi enak begini berhenti. Ah...biarin toh nanti sore jam 2 dapat lagi. Kemudian Deasy kembali merapikan letak sarungnya. Dan pergi terburu-buru ke luar kamar gue. Mungkin dia mau mandi lagi atau ... ah gak tau.
Gue coba untuk tiduran, maksudnya sih biar nunggu Deasy pulang gak berasa. Tapi ternyata, justru ini yang membuat gue tambah gelisah dan rasanya waktu berjalan dengan sangat pelan. Bagaimana ngga', kejadian tadi masih saja terus terbayang adegan demi adegan yang kami lakoni. Benar-benar lakon gila. Bagaimana ngga', gue bercinta ( sex ) dengan sepupu gue sendiri. Perasaan bersalah juga ikut menambah kegelisahan gue. Tapi entahlah, gue gak tau napa justru keinginan untuk melanjutkan adegan sex itu ke episode yagn lebih gila dan lebih liar lagi. Balik kanan... balik ke kiri lagi. Dan masih saja bayangan adegan itu terbayang. Dan yang lebih menjadi-jadi lagi adalah perasaan gue, makin horny. Batangan gue 'dah menegang, keras bangat. Hm... jam ternyata 'dah menunjukkan 13:45.
" Ah...rasanya lama sekali." keluhku. Sementara ketegangan batang gue makin menjadi. Pikiran-pikiran pun makin liar.
" Eh.... ngapain Ndi bolak-balik seperti cacing kepanasan." sapaan membuyarkan lamunan gue. Gila, ternyata Deasy 'dah di dekat gue.
Masih dalam pakean seperti dia berangkat keluar pagi tadi. Deasy duduk di bibir ranjang tempat gue tiduran. Kemudian dia bergeser mendekati gue. Tapi ekspresi wajahnya kali ini, serius.
" Eh..Ndi. Aku mau tanya ke kamu. Kenapa kamu begitu gila pagi tadi. Kamu 'dah kurang ajar ke kakakmu, sepupu kamu sendiri." tanyanya dengan nada yang terasa serius.
"hm.... ngg.." hanya dengungan yang bisa gue perdengarkan. Sementara pikiran gue berkecamuk dengan 1001 pertanyaan. Kenapa Deasy bereaksi dengan kejadian tadi pagi. Ah...kamu juga gitu. Pura-pura tanya, pura-pura marah... ah... munafik... kamu juga suka. Begitu yang terlintas kesal dalam benakku.
" Eh...aku tanya kenapa kamu diam ?" tanyanya lagi. Sementara badannya makin dekat ke gue. Ada sekian banyak keheranan dalam kepala gue. Sial.... Tapi kenapa Deasy merapatkan pinggulnya ke paha gue. Sekali lagi sial.....
Ah.... rasanya meledak sesuatu dalam kepalaku. Sesaat kemudian gue putar badan dan telah menghadap ke Deasy. Dan gak tau dari mana datangnya tuh keinginan untuk mengulangi adegan gila seperti pagi tadi. Batangan gue tiba-tiba bereaksi sesaat setelah dengan entah sengaja atau tidak, gue gak tau, tangannya bagian pergelangan menyentuh batangan gue. Tegang, horny gue. Lagi-lagi sial, kesalku dalam hati. Kenapa ngga' segera aja. Dan jangan pura- pura marah atau bertanya dengan kejadian pagi tadi. Kalo mau... ayo aja. Dan itu sekarang aja. Bisikku dalam hati. Ternyata napsu telah membakar semua tentang gue.
Tanpa mendengar lagi ocehan yang dia ucapkan, gue tarik pundaknya dengan kedua tangan gue. Cepat dan dengan tarikan yang tepat, Deasy telah berada dalam dekapan gue. Juga dengan, bibirnya yang telah gue pagut. Gue langsung kulum, dalam. Ha ha... ha ha.... gue tertawa penuh kemenangan dalam hati. Gotcha !! Perkiraan gue adalah Deasy akan marah, paling tidak Deasy akan menepis adegan kali ini. Tapi ternyata salah. Ciuman ternyata dia balas dengan sangat bernapsu. Bernapsu, rasanya situasi inilah yang telah menguasai keadaan.
Sementara adegan ciuman terus berlangsung, tangan gue mulai mencari tempat pendaratan untuk melakukan aksi. Bajunya gue lepas, kancing gue lepas satu persatu. Dan terkuaklah gunung kenikmatan yang gue cari itu. Tumpukan putih tertutup bra hitam, tanpa menunggu lebih lama lagi tangan gue menguak membuka bra itu. Puting coklat memerah itu langsung gue terjang dengan remasan yang membuat dia terengah-engah dengan napasnya yang kian gak beraturan lagi. Deasy bereaksi gak mau kalah, tangan kirinya menyusup ke balik celana yang gue kenakan. Seperti yang gue perkirakan, sasarannya adalah batangan gue. Tepat ! Seperti adegan pagi tadi, dengan lihai dan cekatan, Deasy meremas- remas batangan gue.
" Ahh... mmhhheemmm.... ughhsss... ssstt " terdengar desahan Deasy begitu tangan gue yang satunya lagi menyusup ke dalam roknya. Menyusurui pahanya yang putih terus ke bagian selangkangannya. Basah. CD yang Deasy gunakan ternyata dah basah. Jemari gue menyusuri ke balik CD-nya. Apalagi yang gue cari kalo bukan belahan yang dikelilingi rambut itu. Yap, bibir vagina. Tapi posisi ini ternyata tidak menguntungkan.
" Ndi... tunggu sebentar. Aku mau ganti baju dulu. Dan kamu tunggu disini, sekalian kamu pake sarung aja. " wajah Deasy begitu berbinar meninggalkan gue ke kamarnya mo ganti baju.
" Yessss...." sambut gue kegirangan. Akhirnya..... sex.
Gak lama berselang, Deasy datang dengan menggunakan daster bermotif bunga berwarna merah tua. Tipis. Dan di bagian dadanya tampat putingnya dengan jelas membentuk. Sementara batangan gue yang semakin keras mencuat dari balik sarung yang gue pake. Deasy langsung mendekap gue, ciuman. Sementara tangan gue meraih buah dada yang gak terlapisi lagi dengan bra itu. Kenyal, remasan demi remasan membuat suasana makin terasa dipenuhi birahi, tangan Deasy pun menggengga' dan membelai batangan gue. Sementara itu, tangan gue yang satunya lagi, mendarat di selangannya. Ahh..haaa...tanpa CD. Hm...jembutnya lebat. Seperti panari baleria yagn memainkan gerakan-gerakan lebut dengan iringan musik klasik, tangan gue memainkan gerakan-gerakan yang lembut dan itu makin membuat Deasy kian menggeliat kenikmatan.
Daster Deasy gue lepas. Deasy gak menggunakan apa-apa lagi. Telanjang bulat, sesaat gue melihat sebentuk tubuh polos tanpa selembar benang pun didepan gue. Deasy pun melakulan aksinya, sarung gue dia lepas. Jadilah sepasang manusia dengan beda jenis kelamin tanpa selembar apapun yang melekat ditubuh berhadapan. Dan apa yang akan terjadi bisa ditebak. It's all about sex. Mungkin.
" Aaaahhh.... mmmhhmmmm....." desahan Deasy makin menjadi. Sesaat kemudian dia jongkok. Ahh... batangan gue yang dari tadi dia genggam, diarahan ke mulutnya.
" Ssssstttttssss...." seperti seekor ular yang mendesis melihat mangsa. Deasy makin liar. Jilatan-jilatan yang dia buat membuat gue menggelinjang. Kenikmatan yang sudah lama gue inginkan dari Deasy, seperti saat-saat gue mengintip dia mandi. Ahhhh....... gila!!!!!!!! Lidahnya meniti dipermukaan batangan gue, dari kepala bantangan gue meniti terus ke bagian pangkal. Dan gue imbangi dengan usapan dn remasan di dadanya yang kenyal menantang itu. Batangan gue diemut Deasy, dan dengan gerakan maju mundur Deasy mengulumnya. Mempermainkannya, sambari sekali-sekali melirik ke gue dan melemparkan senyuman.
Hm....Setelah puas dengan permainan lidahnya, Deasy bangkit dari jongkok. Dia berdiri membelakangi gue. Kakinya dibuka agak lebar. Tampat jelas di depan gue belahan pantat. Liur birahi gue menjadi. Tanpa diberitahu, gue dah tau apa yang diinginkan Deasy. Batangan gue selipin ke selangkangan Deasy. Hanya di luar saja, hanya di bibir vaginanya, basah. Setelah batangan gue 'dah berada di selangkangan, Deasy agak merapatkan kakinya. Dan batangan gue terasa agak terjepit oleh kedua pangkal pahanya. Deasy menggoyangkan pinggulnya ke depan dan ke belakang. Gue pun ngikuti gerapan gitu dengan menggoyangkan berlawanan arah gerakan Deasy. Bila pinggulnya digerakkan ke depan, gue gerakin ke belakang. Ah... rasanya 'pala batangan gue geli... geli dan basah.... Dan erengan-erangan kenikmatan Deasy kian menjadi. Untung saja saat itu gak ada orang lain di rumah sehingga gue dan Deasy bisa dengan leluasa mengekspresikan kenikmatan itu. Kira-kira berselang 4 menit, tiba-tiba Deasy mempercepat gerakannya.
" Ndi... ahh.. oh... lebih kencang lagi dong goyangnya." "...hm.. ok.. Des."
" Remas yang lebih kasar lagi tuh dadaku. Tak tahan nih Ndi... aku mau keluar..." Deasy menengadahkan wajahnya diiringi dengan erangan yang agak panjang....
" AAAhhhhhhhh...... keluar Ndi.. aku keluar...." desahnya setengah berteriak. Gerakannya berhenti. Deasy membaringkan tubuhnya di ranjang. Telentang.
" Ndi.. sini.. masukin punya kamu ke sini." sambil mengangkang kakinya. Belahan vaginanya merekah dan terlihat jelas basah sekali.
" Tapi kamu masukin kepalanya aja. Jangan masukin semuanya. Aku masih perawan." tangan Deasy membelai-belai clitorisnya sendiri.
Terlihat dia menggeliat-geliat. Hah... birahi ini gak tertahan lagi. Gue mendekati dia, dengan posisi duduk di selangkangannya, gue mencoba memasukkan batangan gue. Sesuai dengan permintaan dia, hanya kepalanya saja. Terus terang, baru kali ini gue melihat dari dekat dan memasukkan batangan due ke dalam alat kelamin seorang cewek. Dengan debaran yang sudah gak beraturan lagi, gue memasukkan batangan gue. Slettttt.....terasa becek... basah... Dan pala batangan gue dah masuk. Gue gak tau gimana beda antara perawan dan yang gak lagi. Tapi yang gue rasakan, batangan gue terasa sempit. Kepalanya aja sudah terasa seret gitu. Gimana kalo gue masukin semuanya. Ah,..ngaco. Nikmati aja sekarang ini. Pikirku. Kembali ke adegan sex ini. Tangan Deasy memegang batangan gue, memainkannya dengan cara menggoyang-goyangnya searah dengan belahan vagina dia. Ahh.... uihhhh... ngghhhhmmmm..... berakali-kali erangan itu didengungkan di mulutnya. Gue gak tahan dengan kenikmatan yang gue rasakan, gue bereaksi dengan mencoba menggoyang pinggul gue ke depan dan ke belakangan.
" Ndi... goyangnya jangan terlalu dong. Nanti bisa bablas masuk... ingat gue masih perawan. Kamu jangan macam-macam." katanya mengingatkan gue setengah mengancam. Sial !!
Goyangan gue perlambat, dan keliatan masuk keluarnya batangan gue di vaginanya bergerak sekitar 1 - 3 cm doang. Tapi gak pa-pa... ini juga dah enak. Baru kali ini, gue ngerasain memek cewek padahal biasanya gue hanya mengkhayal sambil ngocokin sendiri batangan gue. Tapi kali ini memang sensasinya jelas beda. Jauh lebih nikmat. Ini berlangsung sekitar 6 menit, hingga akhirnya.
" Ahh.. Ndi mau keluar. Keluar...!! Ahhhh.." erangannya panjang dengan ekspresi tegang wajah menahan napas. Ternyata saat itu pun gue merasakan sengatan nyut-nyut seperti menjepit batangan gue. Sementara gue masih terus menggoyang perlahan.
" Mau keluar juga ..." napasku gak beraturan. Ahhhh.... gue keluar... gue keluar. Tapi sebelum sperma itu terpancar. Gue cepat-cepat cabut batangan gue dari lobang vaginanya dan gue arahin ke perut Deasy. Creetttt.... cretttt... crreettt... crreettt.... sperma muncrat dari batangan gue. Perut dan dada Deasy blepotan dengan muncratan sperma gue. Tangannya menyeka-nyeka sperma kemudian menjilati tangannya yang pernuh sperma.
" Ugh... Ndi enak sekali, Ndi." katanya sembari menjilati terus seperma yang melekat di tangannya.
Adegan demi adegan sex seperti itu sering kami lakukan saat orang-orang gak ada di rumah. Bahkan lebih berani lagi, walaupun rumah gak kosong itu tetap kami lakukan tetapi kami lakukan di ruangan dapur. Dengan alasan masak mie instant atau alasan lainnya. Waktu pun gak jadi masalah, entah pagi, sore, siang atau malam. Pokoknya setiap ada waktu disitu ada peluang. Hingga pada suatu ketika, Deasy tidak dapat menahan lagi gejolak birahinya. Ketika itu sore, mungkin jam 15:12. Deasy dengan menggunakan piama tidur tipis berwarna krem. Tanpa pakaian dalam. Sangat jelas terlihat puting susunya mencuat di piama yang dia gunakan. Begitu pun jembut di selangkangannya terbanyang menantang kian mendekat menghampiri gue. Ugh.... tanpa ba bi atau bu.. batangan gue 'dah menegang, keras. Kebetulan saat itu hari minggu dan rumah juga kosong, tinggal gue dan Deasy.
" Ndi.. main yuk." ajakan dia lontarkan sambil tidur dengan posisi kaki dia buka dan piayama dia tepis keatas. Terkuaklah lobang kenikmatan itu. Sip. : )
"hm... main beneran ya. Masukin semua ya ?" tantang gue setengah berbisik. Hanya senyuman yang terlihat. Entah apa artinya, iyakah atau ..ah.. gak tau. Seperti biasa. Posisi pembukaan dengan saling merangsang. Saling membelai. Posisi 69. Kira-kira hanya berlangsung tidak lebih dari 10 menit. Kemudian meminta gue masukin pelan-pelan bantangan gue ke vaginanya. Juga seperti sebelum sebelumnya, kedalamannya cuman 1 - 3 cm. Tapi kali ini ada sedikit lain dari Deasy. Geloranya seperti lebih dari biasanya. Sangat bernapsu. Setiap gue goyangin reaksinya sangat luar biasa, dia ikut menggoyangkan pinggulnya ke depan dan kebelakang. Rasanya gak lagi 1 -3 cm. Lebih dalam lagi. Hah..... gue berdebar, itu karena adegan kali ini lebih dari yang biasa kami lakukan.
" Ndiiiii... ahh.. gak tahan nih. Kamu masukin saja .. tapi pelan- pelan. " keningnya dikerutkan menahan rasa saat gue mulai menekan perlahan-lahan ke dalam vaginanya. 5 cm dah lewat... terus... gue selingi dengan remasan di dadanya. 8 cm... makin dalam... ini berarti dah lewati 'batas tirai' perawannya.
" Ndii... goyang dong.. terus... enak.... enakkkkk..."
" yah... iya.. ini juga lagi digoyang.. seret nih... agak susah." yah.... sebuah jawaban lugu. Namanya juga baru pertama kali ini, ML. Irama detak jantung yang tidak lagi mengikuti aktifitas seperti kebiasaannya. Kacau... karena adegan ini. Goyangan-goyangan gue menekan ke dalam vagina Deasy yang gue selingi dengan sekali-sekali pinggul gue gue geser ke samping kiri atau kanan sambil menekan. ( Cara ini gue tau dari teman ). Ternyata cara ini sungguh luar biasa. Reaksi Deasy yang gue lihat adalah ekspresi kenikmatan dengan menahan sakit 'the first time' ML. Kata orang sakit, tapi gue gak perduli dengan itu semua. Peluh dah bercucuran. Deasy makin larut dalam birahi gilanya. Tak terkendali lagi. Erangan Deasy sambil menggigit-gigit bibir bawahnya entah menahan sakit atau mengekspresikan kenikmatan yang dia rasakan. Gue gak begitu memperhatikan raut wajahnya karena gue sibuk dengan goyangan-goyangan gue. Sesekali gue merasakan tangan Deasy memegang pinggang gue seperti ikut menambah irama goyangan. Hingga akhirnya......
" Ohhhh....... aauiuihyihihhh.... sebentar lagi. Terus... goyang terus Ndi... mau keluar.."
Gue terus mempertahankan irama goyangan gue.
" Bareng keluar ya... tembak di dalam saja." ekspresinya menjadi.
" Ahh..hm.... dalam hitungan ke-5 kita keluar bareng.... 1.... 2..... 3..... 4......" Crreettt... ccrrreettt.. ccret.. cretee... cretttt... Saat yang tepat.
Hm.... begitulah, ternyata adegan-adegan berikutnya di lain hari terulang dan terulang lagi. Kenikmatan dosa yang terus dilakukan tiap ada kesempatan. Dan berlangsung selama 4 tahun. Bahkan ketika gue pindah dari rumah itu ke asrama dekat kampus gue, gue masih melakukan itu walau frekuensinya cuman sekali dalam 2 minggu atau bahkan sekali sebulan. Bahkan pernah juga kami lakukan itu di kantornya. Kabar terakhir yang gue tau Deasy kini sudah menikah, kira-kira 6 bulan yang lalu. Dan gue sendiri telah menikah sejak 2 tahun yang lalu. Kami gak lagi saling memberi kabar sejak gue pindah ke Jakarta sejak Juni 1995 yang lalu.
Tetapi justru semua yang terjadi dengan dia adalah menjadi awal dari segala kejalangan-kejalangan gue sekarang. Meskitpun kini gue dah punya seorang putra berumur kurang dari 1 tahun, tetapi petualangan-petualangan sex kian menjadi. Dan sasaran atau target gue adalah perempuan-perempuan yang lebih tua dari gue. Terobsesikah gue ? Hah..bodo ! Gue gak pernah berusaha mencari tau apa jawaban dari semua kegilaan gue.