Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA RINDIANI The Series - Pelangi untukku

Nice story.....


Liku kehidupan yang menguras pikiran, penuh dg pesan kehidupan, tidak hanya ttg sex tp ttg bagaimna mnjalin sebuah rumah tangga dan menghargai pasangan.
 
Saya suka alurmya...smooth......lembut.....enak di baca...hapy ending lah semoga..hehehe..tapi apapun endingnya...crita yg bagus..
 
RINDIANI The Series – Seri 11
Dream Come True



Rindiani


Part 1


Waktu terasa cepat berlalu, dan tibalah hari rabu, hari dimana kami harus mengantarkan Nova pulang ke rumahku karena esok, Pram harus melakukan registrasi ulang sebelum perkuliahan semester baru dimulai.

Sedih, berat rasanya harus kembali hidup terpisah dengan buah hatiku. Hal yang sama pun dirasakan oleh lelakiku, Pram. Sepanjang malam ia tidur disisi Nova, memanjakannya dengan usapan-usapan lembut hingga putriku terlelap.

Perhatian penuh ia pusatkan pada Nova, membuatku merasa senang dan bahagia. Aku kagum pada sifat dan sikapnya, penerimaannya terhadap kehadiran Nova ditengah hubungan kami.

Sedikit banyak, ia lebih memperhatikan Nova, memanjakannya, daripada terhadapku. Ia benar-benar mencoba untuk membahagian Nova dan aku memahaminya, memakluminya. Pram bahkan tidak mengajakku untuk bercinta, atau sekedar menggodaku.

Percintaan terakhir kami terjadi hari senin, dan selanjutnya tidak ada kegiatan seks diantara kami, hingga saat ini. Sesekali aku mencoba menggodanya, namun Pram hanya tersenyum lalu kembali mencurahkan perhatiannya pada Nova. Pram benar-benar lelaki idamanku.

Sepulang kerja, aku dan Pram langsung berangkat, dan hampir jam empat sore, kami tiba dirumah kedua orangtuaku.

Senyum sumringah terlampir diwajah mereka ketika melihat Nova dalam gendonganku. Mereka sangat merindukan sang cucu, yang selama beberapa waktu belakangan telah menemani dan menghibur mereka.

Sepertinya Nova pun merindukan kedua orangtuaku, karena saat melihat keduanya, Nova mengulurkan tangannya, meminta ibuku untuk menggendongnya. Tentu saja ibuku langsung menyambut uluran tangan mungilnya.

“Pak, bu, kami gak bisa berlama-lama disini. Soalnya bu rindi belum istirahat. Tadi pulang kerja langsung berangkat kesini.” kata Pram setelah meletakkan tas berisi pakaian Nova di ruang tengah.

“Kalian gak makan malam dulu? Atau paling enggak, minum dulu, baru pulang.” jawab ibuku.

“Iya, duduk dulu sebentar. Istirahat.” sambung bapak.

Merasa tak enak hati dengan tawaran kedua orangtuaku, akhirnya Pram dan aku duduk sejenak diruang tengah, ditemani bapak dan ibu, serta Nova yang masih menikmati dekap hangat ibuku.

“Pram mau minum apa?” tanyaku.

“Air putih aja bu.”

Kutinggalkan mereka sejenak, melangkah menuju ke dapur. Diatas meja makan, tergeletak beberapa sisir buah pisang yang hampir menguning, sementara diatas meja dapur, beragam sayuran segar berjejer rapi.

Setelah meraih sebotol air mineral dingin dan gelas, aku kembali ke ruang tengah.

“Sayurannya masih segar. Ibu tadi belanja?” tanyaku.

“Itu dikasih tetangga nak. Mereka panen hari ini, dan kita dikasih.” jawab ibu.

“Pisangnya juga?”

“Itu pisang dari kebun kita sendiri. Tadi bapak kesana, kebetulan pisangnya sudah matang, jadi bapak bawa pulang.” jawab bapak.

Kutuangkan air putih kedalam gelas dan menyerahkannya pada Pram.

“Pak, nanti saya minta pisangnya ya, saya bawa pulang.”

“Dibawa pulang aja, dikebun masih ada satu tandan lagi yang mungkin minggu depan sudah matang.” jawab bapak.

Nova masih larut dalam dunianya bersama ibuku, sehingga tak begitu memperdulikan kami. Sesekali kukecup pipinya dengan gemes hingga membuatnya risih dan berusaha menjauhkan wajahku darinya.

Hampir jam empat sore, aku dan Pram meninggalkan rumah bapak ibuku, dengan membawa beragam sayur mayur dan pisang.

“Pram sukanya makan buah apa?” tanyaku sambil mengupas pisang.

“Saya suka rambutan bu.”

“Pas banget, dikebun bapak ada pohon rambutan yang buahnya manis banget.”

“Kalo yang dihalaman rumah itu, gak terlalu manis sih.” sambungku.

Kuserahkan pisang yang telah kukupas pada Pram, lalu kembali mengupas lagi untuk diriku sendiri.

“Enak.. manis banget” gumannya setelah mencicipinya.

Aku mengangguk, setelah ikut mencicipinya.

Tak banyak yang kami bicarakan selama perjalanan pulang, sehingga akhirnya aku tertidur karena tubuhku terasa lelah. Pram merendahkan sandaran jok yang kududuki dan membiarkanku beristirahat.

Cukup lama aku tertidur hingga kurasakan sebuah ciuman dibibirku. Pram melumat bibirku dengan lembut, satu tapak tangannya menempel erat di pipiku. Perlahan, kubuka mataku dan mendapati wajah lelakiku dihadapanku.

“Kita sudah sampai rumah.” gumannya lembut sambil mengusap pipiku.

Kuusap pipinya dengan lembut, dan Pram kembali melumat bibirku. Aku hanya berdiam diri, memejamkan mataku dan menikmati ciumannya. Tak sedikitpun aku balas melumatnya, aku hanya sekedar ingin menikmati ciumannya.

Setelah beberapa saat, ciuman itu terhenti dan Pram menjauhkan wajahnya dari hadapanku.

“Ibu lanjutin istirahat dikamar aja ya.” katanya.

Waktu menunjukkan pukul enam sore saat aku kembali merebahkan tubuh diatas kasur. Sekaali lagi, Pram melumat bibirku, lalu mengecup keningku dengan mesra. Ditutupinya tubuhku dengan selimut, lalu meninggalkan kamar tidur, memberiku waktu untuk beristirahat.

Pram benar-benar membuatku KO setelah menyetubuhiku pagi tadi. Ditambah harus bekerja dan menempuh perjalanan untuk mengantarkan Nova pulang, aku benar-benar merasa kelelahan.

Namun, aku cukup beruntung, karena Pram sangat mengerti keadaanku. Ia memberiku waktu, membiarkanku beristirahat sepuasku.

Hampir tengah malam, akhirnya aku terjaga dari tidurku. Pram telah tertidur pulas disampingku. Aku tersenyum bahagia melihat lelakiku terlelap begitu damai disampingku. Dengan gerakan perlahan, aku turun dari ranjangku, lalu beranjak ke sisi ranjangku yang lain dimana Pram berbaring.

Kubenahi selimut yang menutupi tubuhnya lalu mengecup pipinya dengan lembut.

Aku sedang mengusap tubuhku dengan sabun ketika Pram menyusulku ke kamar mandi. Ia telah melucuti seluruh pakaiannya dan langsung memelukku dari arah belakang.

“Kok bangun sih sayang?” tanyaku sambil menjulurkan kedua tangan ke arah belakang dan menapakkan kedua tangan dipantatnya, merapatkan himpitan tubuh kami.

“Saya juga belum mandi bu.”

“Ibu kok udah bangun? Saya kira tidurnya sampai pagi.” sambungnya sambil mengusap perutku hingga kebagian paha serta kemaluanku.

“Ibu laper.. jadi kebangun.”

“Rencananya mau masak, makan, habis itu tidur lagi.”

Pram mengecup pipiku sambil meremas lembut payudaraku.

“Gak usah masak bu. Kelamaan. Nanti kita beli makan diluar aja. Saya juga lapar.” jawabnya.

“Lhoo.. sayang juga belum makan?” tanyaku lagi.

“Belum bu. Gak enak mau makan sendiri. Mau makan sama-sama ibu aja biar asik, biar enak.”

Mendengar jawabannya, aku langsung memutar tubuh, menghadap ke arahnya dan melingkarkan tangan di lehernya. Kulumat bibirnya dengan lembut dan penuh rasa.

“Ya udah, kita mandi dulu, habis itu beli makan” jawabku kemudian.

Pram mengangguk, lalu membantuku mengusap seluruh bagian tubuh dengan sabun. Setelah selesai, giliranku menyabuni tubuhnya. Sesekali aku menggodanya dengan mengocok batang penisnya yang mengeras dan Pram lelakiku hanya tersenyum, lalu membalasnya dengan mencubit putingku.

Pelukan dan ciuman silih berganti menghiasi moment kebersamaan kami dikamar mandi. Hanya sekedar candaan dan ungkapan rasa hati, bukan aksi panas mengumbar birahi.

“Sayang kan masih muda, kira-kira ini masih bisa tambah gede lagi gak sih?” tanyaku sambil berlutut disampingnya dan mengocok penisnya.

“Gak tau bu.” jawabnya singkat.

“Emang kurang gede ya?” tanyanya.

“Ini udah gede banget lhoo.. panjang lagi.. kayak di film-film porno.”

Pram tertawa, lalu menuntunku untuk berdiri dan melumat bibirku. Satu tangannya mengusap lembut kemaluanku, membuatku merinding sekaligus terangsang.

“Ibu udah sering ngerasain, tapi tetap aja gak bosen kok.” gumanku setelah tautan bibir kami terlepas.

Dikamar tidurku, aku kembali memperhatikan tubuh telanjang lelakiku. Sambil duduk ditepian ranjang, aku tersenyum memandangi Pram yang tengah asik memilih pakaian untuk ia kenakan dilemari pakaian kami.

“Kok senyum-senyum?” tanyanya heran ketika mendapati aku tengah tersenyum sambil memperhatikan tubuhnya.

“Gapapa sayang..” jawabku singkat lalu berdiri dan menghampirinya.

“Senang aja lihat sayang."

Pram kembali memeluk erat tubuhku. Berkali-kali keningku dihadiahinya dengan kecupan mesra.

“Sekarang pakai baju, trus kita keluar beli makan.”

Aku mengangguk sambil tersenyum, lalu kembali memeluknya dengan erat.

Kunikmati setiap detik yang berlalu dengan merasakan hangat tubuh telanjangnya, membiarkannya mengusap punggungku dengan penuh kasih sayang.

“Kalo malam ibu keluar gak pakai jilbab, boleh?” tanyaku sambil melihat-lihat koleksi pakaian dalam lemari.

“Kenapa gak pakai jilbab?” tanyanya heran.

“Gapapa sih sayang, pengen nyoba aja. Ibu belum pernah nyoba keluar gak pakai jilbab.”

“Ibu yakin?” tanyanya lagi.

Aku mengangguk mantap.

“Kalo ibu yakin dan nyaman, boleh aja.”

Tak butuh waktu lama bagiku untuk memilih pakaian yang akan kupakai. Pilihanku jatuh pada sehelai short dress yang terselip diantara pakaian rumahan lain karena hampir tak pernah kugunakan pasca melahirkan.

“Kalo ibu gak pakai daleman juga gapapa??” tanyaku lagi.

Pram tertawa pelan, lalu merentangkan kedua tangannya ke arahku. Segera kudekati lelakiku yang tengah duduk ditepian ranjang itu dan disambut oleh pelukannya.

“Bolehhhh.. gapapa kok bu. Tapi dengan satu syarat.” katanya sambil meremas lembut kedua belah pantatku.

“Syaratnya apa??”

“Syaratnya.. ibu gak boleh godain cowok diluar sana. Saya gak mau ibu digangguin laki-laki lain karena penampilan ibu.”

Aku mengangguk setuju, lantas mengecup keningnya.

“Ibu udah punya sayang. Ibu gak mau yang lain.” balasku sambil memeluk erat tubuhnya.

Akhirnya, Short dress tanpa lengan menutupi tubuh telanjangku, dan Pram tersenyum sambil menggelengkan kepala ketika melihat kegilaanku, dimana tak ada pakaian dalam yang menutupi organ intimku.


“Ibu makin nakal..” gumannya pelan saat kami telah memasuki mobil.

Aku hanya tersenyum lalu mencubit pinggang Pram.

Hampir sepuluh menit kemudian, kami sampai di sebuah warung makan tepi jalan yang biasa kami lalui setiap hari.

Warung makan tersebut relatif sepi karena letaknya yang jauh dari pusat kota pelajar.

“Kita makan disini aja Pram.” kataku padanya sambil menengok keadaan warung tersebut dari jendela mobil.

Pram mengangguk lalu menepikan mobil dan berhenti tepat didepan warung tersebut. Tak banyak menu yang tersisa karena waktu telah larut malam.

“Mas, nasi goreng dua. Minumnya es teh sama es jeruk ya.” kata Pram pada seorang pria yang berjaga diwarung tersebut.

Saat Pram memesan makanan untuk kami, aku langsung menuju ke meja yang tersedia disana. Tak ada seorang pun pengunjung di warung itu, karena daerah pinggiran seperti ini relatif sepi jika waktu telah larut.

Pram memilih duduk tepat dihadapanku, sambil melihat-lihat lembaran daftar menu yang tersedia dihadapan kami.

“Sayang, tissuenya gak ada.” kataku pada Pram saat melihat wadah tissue dihadapan kami telah kosong isinya.

“Ibu tunggu sebentar. Saya ambil di mobil."

Tepat saat Pram keluar dari warung, sorang pengunjung lain datang dan memasuki warung tersebut. Saat ia melihatku, matanya langsung tertuju pada belahan payudaraku. Dan saat aku memergokinya, pria itu mengalihkan pandangannya.

Baju yang kukenakan memamg sedikit terbuka di bagian dada, sehingga memamerkan hampir sebagian besar payudaraku, apalagi aku tak mengenakan bra, maupun celana dalam.

Aku tak memperdulikan tatapan jalang mata lelaki itu, justru aku merasa sedikit terangsang akibat kenakalan mata lelaki itu.

“Sendirian aja mbak?” tanya lelaki itu sambil berdiri dihadapanku, tatapan matanya kembali menikmati pemandangan payudaraku.

“Enggak.. tuh, sama suami saya.” jawabku sambil menunjuk le arah depan saat Pram kembali berjalan ke arahku.

Pria itu tersenyum lalu mengangguk dan beralih. Ia duduk tepat dibelakangku.

“Siapa?” tanya Pram kemudian sambil duduk disampingku.

“Ibu gak kenal. Dia dateng trus nanya ibu sendirian apa enggak.”

Pram tertawa pelan sambil melirik ke arah belahan payudaraku. “Dia tergoda lihat belahan dada ibu.” bisiknya pelan.

"Kayaknya sih iya.. tadi pas berdiri didepan ibu, matanya melirik ke nenen ibu. Pas ibu bilang ibu kesini sama suami ibu, dia langsung pergi."

Sejenak aku kembali melihat kearah dadaku, dan memang kuakui, belahan payudaraku terpampang jelas karena pakaian yang kukenakan terbilang cukup seksi karena bagian dada yang terbuka lebar.

Ujung pakaian yang kukenakan pun hanya mampu menutupi setengah bagian paha, sehingga menjadi santapan mata lelaki.

“Ini terakhir kali ibu keluar gak pakai jilbab, lain kali gak boleh.” kata Pram.

Aku mengangguk pelan sambil tersenyum padanya.

“Iya, ibu janji ini terakhir kalinya.” balasku sambil menggengam erat jemarinya.

"Ibu emang istri idaman banget." bisiknya.

"Jagoan di dapur, pinter di ranjang." sambungnya.

Aku hanya bisa tersenyum mendengar pujiannya.

Tak lama kemudian, pesanan makanan kami pun tiba, dan seperti kejadian tadi, mata lelaki penjaga warung tersebut pun menikmati pemandangan payudaraku.

Entah mengapa, tatapan liar lelaki pada tubuhku membuatku bergairah dan terangsang. Kedua putingku pun perlahan mengeras dan tercetak jelas dibalik baju.

“Basah..” bisikku pelan pada lelakiku.

Pram mennatapku dengan penuh keheranan sambil mengunyah makanannya.

“Memek ibu basah. Ibu horni..” bisikku lagi.

Pram menggelengkan kepala sambil tersenyum.

“Sekarang ibu makan dulu. Nanti pulang baru bersihkan memeknya.” bisiknya lagi.

Aku berhenti mengunyah makananku dan menatapnya sejenak. Pram, lelakiku semakin bingung dengan tingkahku.

“Disini tempat terbuka, gak mungkin ibu bersiin disini.” jawabnya.

Aku tetap saja diam membisu dan menatapnya.

“Kalo cuman dibersiin aja ibu gak mau.” bisikku.

Pram tertawa, sepertinya ia mengerti, paham dengan keinginanku.

“Sampai dirumah, bersihkan, trus kita istirahat. Besok ibu kerja dan sekarang sudah larut malam.” jawabnya.

Aku menggelengkan kepala, menjauhkan piring berisi makanan milikku.

“Gak mau..” balasku sambil merajuk manja.

“Ya udah, sekarang ibu lanjutin makannya, nanti sampai rumah ibu saya perkosa.”

Aku tertawa pelan mendengar jawaban nakalnya.

“Iya.. diperkosa sampe lemes” balasku.

Pram lantas mendekatkan piring makanku, memintaku untuk melanjutkan menyantap nasi goreng yang telah kami pesan.

Tak butuh waktu lama bagi kami untuk menghabiskan makanan tersebut, karena waktu telah larut malam. Saat hendak beranjak dari meja makan, tiba-tiba hujan pun turun dengan derasnya.

Kilatan petir sambung menyambung menghiasi langit kota pelajar. Angin kencang dan suara gemuruh guntur menggelegar.

“Ibu tunggu disini, saya ambil payung.” kata Pram, lalu bangit berdiri dan berlari ke arah mobil.

“Itu suaminya ya mbak?” tanya si penjaga warung saat aku membayar makanan yang telah kami santap.

“Iya..” jawabku singkat.

“Laki-laki yang beruntung.” gumannya.

“Maksud mas, beruntung gimana?” tanyaku.

“beruntung banget dapet istri seperti mbak. Cantik, seksi, montok.” jawabnya sambil melirik ke arah payudaraku.

Aku hanya tersenyum mendengar pujiannya.

“Yuk.. pulang..” kataku pada Pram yang telah datang dan berdiri disampingku.

“Mari mas. Terima kasih.” kataku sambil melangkah pergi.

Kami saling merangkul pinggang, merapatkan tubuh demi menghindari titik hujan yang turun.

“Masnya dapet rejeki gratis.” kata Pram sambil memegang payung.

“Rejeki apa?”

“Itu puting ibu nyeplak banget.” jawabnya.

Aku tertawa sambil memandangi payudaraku. Pram benar, kedua putingku tercetak jelas dibajuku karena telah mengeras sejak tadi.

“Ibu yang nyetir.” kataku saat kami tiba di mobil.

Hujan yang turun dengan deras membuat jalan raya sangat sepi. Hampir tak ada kendaraan yang terlihat dijalan raya yang kami lalui.

“sepi banget.” gumanku sambil memperhatikan jalan raya didepan.

“Udah larut malam bu, hujan deres lagi. Orang-orang udah pada tidur.”

“Tapi kita masih kelayapan.” balasku lalu tertawa.

“Kelayapan karena kelaparan. Gapapa, lagian baru kali ini kita keluar larut malam. Sesekali pacaran tengah malam diluar rumah.” kata Pram sambil melirik ke arah pahaku.

Dress yang kukenakan sedikit tertarik keatas saat duduk, sehingga Pram nyaris melihat kemaluanku.

“Sayang, tolong ambilin tissue.”

Pram mengangguk, lalu membuka laci dashboard dihadapannya dan meraih beberapa lembar tissue lalu menyodorkannya padaku.

“Sayang, ibu kan lagi nyetir..” protesku manja.

Pram kembali tertawa dan mendekatkan tubuhnya ke arahku.

Sambil mengendalikan stir, aku berusaha menyingkap dress yang menutupi pinggul, dan hanya dalam sekejab, ujung dress itu terangkat hingga ke bagian pinggangku.

Kubuka lebar pahaku dan membiarkan lelakiku memandangi vaginaku yang nampak basah.

“Sayang yang bersiin..” kataku lagi.

Sambil menundukkan wajah, Pram mengusap vaginaku, membersihkan cairan kental yang berada disekitar belahan kemaluanku. Sambil menyetir, aku tersenyum geli melihat lelakiku yang begitu penurut, memenuhi keinginanku.

“Lain kali ibu gak boleh keluar rumah tanpa jilbab.” kata Pram, sambil menyeka cairan lubrikasi di kemaluanku.

“Iya sayang. Ibu janji.”

“Saya gak suka badan ibu dilihatin laki-laki lain seperti tadi.”

Aku menunduk, mengecup kepala lelakiku.

Aku sadar, penampilanku sekarang terlalu mengumbar tubuh, sehingga Pram berkata seperti itu. Pram berniat baik, bermaksud menjagaku, melindungiku dari hal-hal buruk yang bisa saja terjadi akibat kegilaanku.

“Sayang gak marah kan?” tanyaku.

Pram menggeleng, lalu menjauhkan kepala dari tubuhku karena telah selesai membersihkan kemaluanku. Dengan lembut ia mengecup pipiku.

“Saya gak marah kok bu, dan gak bermaksud mengatur cara hidup ibu.”

“Iya, ibu ngerti kok. Makasih sayang..”

Pram sedang menjalankan perannya sebagai penanggung jawab terhadap diriku. Perannya sebagai pelindung, sebagai pendamping hidupku, dan aku tak sedikitpun keberatan dengan hal tersebut.

Hujan deras yang turun sejak beberapa menit yang lalu menimbulkan banyak genangan air disepanjang jalan yang kami lalui, bahkan dibeberapa titik, genangan air tersebut menutupi badan jalan, bak sungai.

“Sayang aja yang nyetir, ibu takut.” kataku sambil menepikan mobil setelah melihat jalan didepan kami tertutupi oleh genangan air.

Pram keluar dari mobil dan memeriksa jalan tersebut sementara aku tetap berada didalam mobil. Dan ketika ia kembali, ia menggelengkan kepalanya.

“Hujannya deres banget bu. Kita harus cepat pulang, siapa tau dirumah kita juga banjir.”

Dengan perlahan, Pram menerobos genangan air tersebut dan ketika kami telah melewatinya, Pram melaju kencang menembus hujan agar segera tiba dirumah.

Jalan yang sepi membuat perjalanan kami semakin mudah, dan hanya dalam beberapa menit, kami telah tiba dirumah.

“Kalo hujan deres kayak gini sampai pagi, bisa-bisa rumah kita kebanjiran bu.” katanya setelah melihat halaman rumah telah tergenang air hujan.

“Mudahan aja hujannya cepat berhenti.” gumanku sambil memasuki rumah.

“Sayang gak ganti baju?” tanyaku sambil melucuti pakaianku.

Pram pun melucuti pakaian dan meletakkannya di keranjang pakaian bekas di sudut kamar sementara aku langsung naik keatas ranjang dan menutupi tubuh telanjangku dengan selimut. Pram tersenyum sambil menggelengkan kepala melihatku.

“Ibu gak dingin?” tanyanya sambil membuka lemari pakaian.

Aku hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. Pram menutup kembali pintu lemari lantas menyusul naik keatas ranjang dan berbaring disampingku. Aku menatapnya lantas beringsut naik keatas tubuh telanjang lelakiku.




“Gak bakal kedinginan kalo ada sayang.” bisikku nakal sambil menggoyang pinggulku dengan pelan seolah sedang bersetubuh.

Pram membalas dengan melumat bibirku. Satu tangannya menyelinap diantara himpitan tubuh kami, mengusap dan membelai vaginaku.

Sementara ciuman kami berlanjut, Pram berguling sehingga posisi tubuh kami pun berubah. Lelakiku menindih tubuhku, sementara ciumannya terus berlanjut kebagian leher dan pundak.

Dengan cepat, nafsu birahi menguasaiku, merangsangku untuk membalasnya dengan menjilati dan menciumi lehernya.

Sejenak, tubuh lelakiku menggelinjang akibat permainan lidahku, dan disaat itulah kami kembali berguling. Speri, selimut, bantal dan guling berserakan diatas ranjangku, dan kami tak memperdulikannya.

Kini, giliranku menindihnya, mencumbui sekujur dadanya, sementara tapak tangan Pram meremas kedua belah pantatku dengan sedikit keras.

Sapuan lidahku terus bergerak liar, menelusuri dada hingga perutnya, ssementara satu tanganku meraih penisnya, meremasnya, mengocoknya dengan pelan.

Pram mendesah, pinggulnya bergerak-gerak akibat rangsanganku. Aku senang dan puas melihat lelakiku terbuai kenikmatan yang kuberikan. Aku ingin memuaskannya, menuntaskan dahaga birahinya dengan tubuhku, karena aku sangat menyayanginya.

Tak sabar dengan Permainanku, Pram menuntuk kepalaku ke arah pangkal paha, satu tangannya yang lain memegang penisnya dan menuntunya kearah mulutku. Pram ingin merasakan permainan mulutku di kemaluannya.

Baru saja aku menikmati penis itu itu dengan ujung lidahku, tiba-tiba suara petir menggelegar di udara. Listrik pun padam, sementara angin kencang terus bertiup, menimbulkan suara gaduh ditengah derasnya hujan.

Pram menuntun kepalaku untuk menjauhi penisnya.

“Sebentar..” kata Pram, lalu mengecup keningku.

Suasana gelap gulita membuatku sedikit khawatir, apalagi hujan deras disertai angin kencang masih saja terjadi diluar rumahku. Pram beringsut menjauh, meninggalkanku diatas ranjang seorang diri.

“Sayang mau kemana?”

“Mau nyalain lilin bu, biar gak terlalu gelap.”

Tak berapa lama kemudian, Pram menyalakan lilin dan meletakkannya diatas meja riasku lalu kembali ke tepian ranjang.

“Sekarang ibu pakai pakaiannya ya. Tunggu saya disini. Saya mau ngecek keadaan diluar.”

Pram meraih pakaianku dan menyerahkan padaku, ia pun segera mengenakan pakaiannya.

“Ibu ikut.” kataku saat Pram hendak membuka pintu kamarku.

Dengan segera aku turun dari kasur. Dinginnya lantai rumah terasa hingga ke tulang membuat suasana semakin mencekam. Aku mengikuti langkah Pram menuju ke ruang tamu.

Sejenak ia mengintip keadaan diluar melalui celah gorden jendela, sekedar memastikan keadaan diluar rumah. Selanjutnya kami menuju ke dapur, dan memastikan semua pintu dan jendela telah terkunci sebelum akhirnya kembali ke kamar tidur.

“Untung aja ada sayang disini.” kataku saat kami kembali berbaring diranjangku.

Pram kembali menutupi tubuh kami dengan selimut, lalu mengecup keningku.

“Sekarang kita istirahat.” bisiknya, lalu memelukku dengan sangat erat.

Jauh sebelum aku menikah, aku pernah membayangkan akan menjalani kehidupan rumah tangga yang harmonis dan bahagia. Aku memimpikan sosok suami yang mampu dan mau membahagiakanku seumur hidup.

Aku pernah menjalani kehidupan seperti impianku tersebut, namun hanya seumur jagung karena pada akhirnya, suamiku mengkhianati pernikahan kami dengan berselingkuh.

Marah, sedih, stres, frustasi, sempat menghampiriku selama beberapa waktu, hingga akhirnya sosok laki-laki lain muncul dan menuntunku ke lembaran baru hidupku.

Aku sadar, Pram bukanlah laki-laki sempurna. Namun sosoknya benar-benar seperti laki-laki yang pernah kuimpikan untuk menjadi pendamping hidupku.

Luka akibat pengkhianatan cinta yang dilakukan oleh suamiku perlahan sembuh, berganti dengan tawa bahagia.

Mungkin saja Pram tidak mencintaiku sebesar cintaku padanya, dan aku memaklumi hal itu karena aku sadar dengan keadaanku.

Jika pada akhirnya aku harus kehilangan tempat dalam kehidupannya, aku akan sangat rela untuk melepaskannya karena Pram adalah sosok yang telah membantuku umtuk bangkit dan menata kehidupanku lagi. Ia adalah penolongku.

Cepat atau lambat, apa yang kami jalani sekarang pasti akan berakhir, dan bagaimana nasib kami nantinya, biarkan waktu yang akan menjawabnya.

Sebelum memejamkan mata, kusempatkan untuk mengecup dada lelakiku yang telah memelukku dengan erat. Dan dalam hati aku berayukur karena dipertemukan dengannya.

Surara ritik hujan dan hembusan angin menghantarkan kami untuk beristirahat, memejamkan mata sejenak sebelum menjalani hari yang baru, lagi.

♡♡♡ bersambung ♡♡♡

Part 2 akan rilis dalam beberapa jam kedepan.

Terima kasih :rose:
 
Bimabet
Akhirnya kembali lagi mba @merah_delima setelah sekian lama... Makasih apdate nya mba
:Peace: :Peace:

Sukses terus buat mba nya, Semoga dilancarkan segala urusan RL nya,, biar apdate nya juga lancar... Wkwkwk

Aku gak bisa buat index. Mau belajar buat index tapi males bet eh.

Maap ya he he he he :rose:
Gampang kok mba, cuma copy-paste link cerita²nya
:Peace:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd