Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

Bimabet
Hmmmm... aroma bedak bayi emang khas, dan toketnya pasti kenceng dihiasi urat2 biru karena penuh oleh asi. Memeknya juga sempit karena habis di jahit, semoga marni blum ngentot ama suaminya sejak melahirkan.
Tapi ttep masih demen ama bi Narsih. Dan masih setia menunggu aksi ibunya ujang.
 
Bab 35 : Pertarungan Terakhir

Eh, udah waktu bayi." jawabku salah tingkah.

Marni tertawa geli yang melihatku gugup dan tiba tiba berkeringat dingin. Sehingga dia tidak menyadari kalau bayinya sudah terlelap dan puting teteknga sudah tidak lagi dikulum bayinya. Ada sisa sisa ASI yang terlihat samar membuatku meneguk air liur yang memenuhi rongga mulutku.

"Idih mata kamu sampe melotot liat tetek, Marni." kata Marni yang menyadari anaknya sudah tidak lagi menyusu sehingga puting teteknya menjadi tontonan gratis. Bukannya memasukkan teteknya ke dalam baju, Marni malah memencet teteknya sehingga ASInya menetes dari putingnya.

"Susunya banyak ya, Jang? Kalau gak sering dikeluarin jadi sakit." kata Marni sambil mengusap bukit payudaranya yang besar.

Melihatku yang melotot melihat payudaranya, Marni tertawa geli lalu memasukkan payudaranya ke dalam dasternya yang kebesaran lalu Marni bangun dari duduknya.

"Marni mau nidurin si kecil di dalam dulu, ya!" Kata Marni berjalan masuk kamar meninggalkan aku yang bengong sendiri.

"Jang, bisa minta tolong ?" tanya Marni dari dalam kamar.

"Minta tolong apa?" tanyaku dari ruang tamu.

"Tolong ambilin bungkusan plastik hitam di atas lemari kamar depan." kata Marni lagi.

Aku masuk kamar yang akan aku tempati sampai malam Jum'at Kliwon, di atas lemari ada sebuah bungkusan dalam plastik hitam, mungkin ini yang dimaksud Marni. Iseng aku melihat dalamnya, ternyata sebuah dildo berukuran sebesar kontolku. Wah ternyata Marni cewek maniak.

Aku masuk ke ruang tengah, ada 3 kamar, entah yang mana kamar marni. Ada 1 kamar yang pintunya terbuka bersebelahan dengan kamar yang aku tempati. Mungkin ini kamar Marni. Aku melongok ke dalam, Marni duduk di pinggir ranjang sedang membetulkan posisi tidur anaknya. Marni tersenyum melihatku berdiri di pintu.

"Tolong taruh di meja, Jang. Sebagai ucapan terima kasih, kamu aku kasih ASI. " kata Marni sambil mengeluarkan payudaranya dari dalam daster lewat celah daster yang kancingnya sudah terbuka.

Marni duduk di pinggir ranjang, tangannya menarik tanganku menyentuh payudaranya yang besar. Tentu saja aku tidak menolak meremas payudara besar yang sudah menjadi perhatianku saat tersembunyi di balik dasternya.

Penasaran dengan rasanya, aku menunduk dan menghisap putingnya yang berwarna coklat kehitaman, ada cairan yang keluar dari puting, rasanya gurih tapi berbeda dengan rasa susu kaleng yang manis maupun susu bubuk yang pernah aku minum.

Marni memeluk kepalaku, badannya semakin condong ke belakang hingga ahirnya rebah di kasur membuatku ikut tertarik menimpa payudaranya yang jumbo membuatku gelagapan sulit bernafas saking kerasnya Marni memeluk leherku.

Aku menarik nafas lega saat pelukan Marni mengendor. Kembali aku menghisap ASI yang keluar dari payudara Marni yang gurih dan menyegarkan, sementara payudaranya yang satunya aku remas remas dengan lembut sehingga ASInya keluar membasahi tanganku.

Puas menyusu aku bangkit berdiri menegakkan badanku yang pegal karna membungkuk terlalu lama membungkuk. Marni tersenyum melihatku, kakinya diangkat.ke tas ranjang sehingga dasternya tersingkap ke atas memperlihatkan pahanya yang besar dan mulus. Marni mengangkat pinggulnya dan tangannya menurunkan celana dalamnya yang berwarna putih.

"Jang, jilatin memek Marni, donk.!" Marni bicara tanpa malu malu, pahanya mengangkang lebar memperlihatkan bibir memeknya yang bergelambir dan tembem. Warnanya hitam jembutnya jarang.

Aku langsung saja berjongkok di pinggir ranjang, mulutku langsung menyosor ke memek Marni, baunya sangat tajam dan memeknya sudah sangat basah terlihat olehku. Tapi baunya yang menyengat bukanlah masalah buatku. Aku mulai menjilati lobang memek Marni dengan rakus mengisap cairanya tanpa merasa jijik.

"Aduhh Jang. Marni cuma becanda minta memek dijilat, kamu malah beneran. Ennnak banger, Jang. Padahal suami Marni gak pernah mau. " Marni mengangkat pinggulnya menerima hujaman lidahku di memeknya. Aku semakin bersemangat menjilati memek Marni dan kadang aku gigit gelambir memeknya sambil aku tarik tarik pelan. Itilnyapun aku hisap membuat Marni blingsatan mengangkat pinggulnya.

"Jang, Marniii kelllluarrrrr.... !" Marni menjambak rambutku dan menekannya ke memeknya membuatku meringis menahan sakit. Aku menarik nafas lega saat Marni melepas rambutku.

Marni tidak menyadari saat aku beridiri dan membuka celana terburu buru. Marni masih terpejam menikmati sisa sisa orgasmenya. Aku langsung mengarahkan kontolku ke lobang memek Marni yang agak terbuka, sebelum Marni menyadarinya kontolku sudah .enerobos masuk memeknya dengan mudah.

"Aduh memekku kok kamu entot? Tanya Marni mengangkat tubuhnya melihat ke arah memeknya yang sudah tertembus kontolku.

Aku nenarik kontolku hingga tersisa kepala kontol yang masih terbenam lalu kembali kudorong menerobos masuk hingga dasar memek Marni yang melihat takjub memeknya diterobos kontolku yang besar dan panjang.

"Gila, kontol kamu gede amat dan panjang banget." Marni terus melihat kontolku yang bergerak mengocok memeknya.

"Ennak banget kontol kamu sampe mentok...!" Marni kembali merebahkan tubuhnya, tangannya memegang kakinya agar mengangkang lebar.

Aku semakin kencang mengocok memek Marni, berpacu dengan waktu sebelum Bi Narsih kembali. Tanganku meremas payudara jumbo Marni.

"Memek kamu ennnak banget, Mar..." ucapku semakin mempercepat kocokanku sehingga ranjang ikut terguncang.

"Ammmmmpuuun, Marni kelllluarrrrr...." Marni menjerit lirih saat badai orgasme kembali menghempaskannya ke langit ke 7, tangannya mencengekeram sprei hingga kusut.

Tanpa memperdulikan Marni, aku terus mengocok memeknya membuat Marni semakin blingsatan keenakan. Tiba tiba Marni bangun dan mendorong tubuhku hingga kontolku terlepas dari memeknya. Kontolku terlihat mengkilap oleh lendir memek Marni.

"Jang, kamu di baaah, gantian aku di atas." Marni menarikku naik ke ranjang. Aku lalu terlentang di atas ranjang di samping anaknya yang tidur pulas.

"Kontol kamu gede banget, Jang." kata Marni memenggenggam kontolku lalu dengan bernafsu Marni melahap kontolku disertai lidahnya menjilati kepala kontolku membuatku menggelinjang kegelian.

Setelah puas menghisap kontolku, Marni berjongkok mengarahkan kontolku ke lobang memeknya yang sudah sangat basah. Perlahan Marni menekan kontolku memasuki memeknya hingga dasarnya. Nikmat sekali rasanya.

Marni mulai memompa kontolku dengan cepat sehingga payudara jumbonya berguncang keras begitu indah dan menggiurkan. Yanganku meraih payudara jumbonya agar tidak terjatuh. Gesekan kontolku di memeknya menimbulkan bunyi keciplak yang merdu.

"Marni, kok bisa kamu ngajak aku ngentot kan kita baru kenal ?" tanyaku penasaran sambil terus meremas teteknya.

"Ini Gunung Kemukus, orang bisa bebas milih pasangan ngentot setiap saat, Jang. Ennnak kontol kamu sampe mentok." kata Marni.

"Marni, apa apaan kamu. Suami kerja kamu malah enak eanak ngentot sama orang yang baru kamu kenal.!" kata Bu Tris yang tiba tiba sudah ada di kamar membuatku pucat ketakutan, berbeda dengan Marni yang kelihatan cuek dengan kehadiran ibu ya dia terus memompa kontolku dengan cepat.

"Gak apa toch, Bu. Memekku sudah lama gak dipake suamiku. Kontolnya Mas'e guede banget, Bu....ampunnnnn akkkku kelllluarrrrr lagiii..!" Marni mengeram menyambut orgasme ke 3nya di depan Bu Tris yang melihat kami.

Setelah badai orgasme reda, Marni bangun dan menyuruh bangun juga. Marni merebahkan tubuhnya di bekas tempatku, dasternya di angkat hingga perut, pahanya yang besar mengangkang lebar.

Buruan, Jang. Entot Marni lagi. Ibu gak akan marah dan gak akan bilang bilang ke orang
" kata Marni cuek dengan kehadiran Ibunya. Mungkin benar apa yang dikatakannya, ini Gunung Kemukus.

Aku merangkak di atas tubuh Marni yang langsung menuntun kontolku ke lobang memeknya. Dengan mudah kontolku kembali amblas di memek Marni. Aku melirik ke arah Bu Tris, ternyata sudah tidak ada. Aku mengocok Marni dengan cepat agar secepatnya menyemprotkan pejuhku ke memeknya. Sementara mulutku menghisap ASInya dengan rakus, nikmat dan mengeyangkan.

"Marniii akkkku kelllluarrrrr...." aku mengeram menembakkan cairan pejuhku ke lobang memeknya dan tidak berapa lama Marni pun mendapatkan orgasmenya lagi dan lagi dalam waktu hanya beberapa detik.

Kami berciuman lama setelah badai orgasme reda. Perlahan aku menarik keluar kontolku dari lobang memek Marni, aku melihat cairan pejuhku perlahan keluar dari memek Marni.

"Jang, makasih sudah muasin Marni, selama ini Marni gak pernah puas sampe pake dildo buat muasin diri sendiri." kata Marni mencium pipiku.

Aku tersenyum lalu memakai celanaku kembali sebelum Bi Narsih mergokin aku habis ngentot dengan Marni. Kemudian aku ke kamar mandi buat mencuci kontolku agar sisa sisa lendir memek Marni hilang.

Selesai mencuci kontol, aku langsung masuk kamar. Rasa kantukku tidak mampu aku tahan lagi dan aku berharap mimpi yang sambung menyambung itu tidak datang lagi setelah Senapati Kebo Abang jatuh ke jurang dan pasti dia sudah mati, berarti mimpi anehku yang sambung menyambung akan berahir juga.

Perlahan kesadaranku hilang.

******

Aku terjatuh ke dalam jurang , untungnya ini bukan jurang yang tegak lurus, tapi mempunyai kemiringan sehingga banyak pohon pohon kecil yang tumbuh liar. Aku masih sempat meraih batang pohon yang sedikit banyak menahan tubuhku agar tidak terperosok makin dalam.

Aku menendang tanah yang lembab penuh dengan tumbuhan liar sehingga ujung kakiku amblas, kakiku yang satunya kembali menendang tempat yang lebih tinggi untuk mendapatkan pijakan.sedangkan tanganku berusaha nencengkeram tanah yang dipenuhi akar. Aku merayap naik dengan perlahan.

Dari atas aku mendengar jeritan Mbakyu Sekar memanggil namaku. Aku tidak berani menjawab panggilannya. Musuh yang menyerangku dari belakang pasti masih mengintai, kalau dia tahu aku selamat pasti dia akan kembali menyerangku begitu aku muncul.

Satu gapaian tangan lagi aku sampai.tempatku terjatuh. Aku diam merapal Ajian Sapta Pangrungu berusaha mendengar suara nafas dari musuh yang menyerangku. Hanya ada 3 irang yang bernafs dan aku yakin ke nafas itu adalah Mbakyu Sekar, Chentini dan Nawang. Setelah aku yakin tidak ada orang lain, aku naik.

"Adik Kebo Abang, kamu selamat?" Mbakyu Sekar berteriak kegirangan melihatku muncul dari bibir jurang.

Tiba tiba ada serangan lagi yang mengarah kepalaku, dengan gesit aku memiringkan kepalaku dan serangan itu lewat tidak mengenaiku. Sekarang aku bisa meluhat si penyerang gelap itu sedang bergelantungan di pohon. Ternyata itu adalah seekor Lutung. Berarti yang menyerangku tadi hanyalah seekor Lutung.

Aku benar benar marah, seorang bekas Senopati Majapahit dipermainkan seekor Lutung. Aku mengambil 2 buah batu sekepalan tangan dan melemparkannya ke arah Lutung. Hebat, Lutung itu bisa menghindari lemparanku yang terkenal jitu. Lutung itu bisa menghindar dari lemparan pertamaku, tapi tidak dengan lemparan ke duaku yang tepat menghantam dadanya. Lutung itu terjatuh dan langsung lari diikuti oleh teman temannya.

"Tenaga saktimu sudah mulai pulih, Adik Kebo Abang !" Mbakyu Sekar tersenyum senang melihatku sudah mulai bisa bergerak lincah. Dan aku baru menyadarinya.

"Benarkah itu, Mbakyu?" tanyaku ingin meyakinkan ucapan Mbakyu Sekar. Aku memejamkan mata berkonsentrasi pada cakra dasar, kurasakan hawa panas yang membakar.

Aku segera bersila menuntun hawa panas di cakra dasar naik ke cakra pusar, perlahan aku mengalirkan hawa panas itu memasuki senua cakra utama yang ada di dalam tubuhku hingga ahirnya mencapai cakra mahkota. Dari cakra mahkota aku mengalirkan hawa panas itu turun ke tulang punggung, semakin turun je tulang ekor hingga kembali ke cakra dasar. Aku mebgulanginya sebanyak 7x, sehingga semua cakraku benar benar bersih dan terbuka kembali.

Aku bangkir, menyalurkan tenaga saktiku ke telapak tangan menghantam pohon sebesar paha kaki orang dewasa. Dhuar, pohon itu tetap berdiri tegak tidak bergeming sedikutpun. Aku melangkah mundur. Perlahan lahan pohon itu tumbang. Batang bagian dalam yang terkena pukulanku telah hancur. Inilah kehebatan ajian Gelap Sayuta,. Bagian dalam yang terkena pukulanku akan hancur.

"Adikku Kebo Abang, tenaga saktimu sudah pulih bahkan kamu sudah mencapai tingkat tertinggi Aji Gelap Sayuta." Mbakyu menatapku kagum.

Tiba tiba aku mendengar teriakan di atas bukit dan suara senjata yang beradu. Telah terjadi pertempuran di atas bukit. Apakah para prajurit pajajaran telah mengetahui keberadaanku ?

"Mbakyu, telah terjadi pertempuran di atas bukit, mari kita bantu Kakang Ginggi." aku tidak menunggu jawaban Mbakyu Sekar, aku langsung mengangkat tubuh Chentini dan Nawang, kedua gadis itu berteriak kaget dan tangan mereka memeluk leherku agar tidak terjatuh.

Aku berlari dengan menggendong Chentini dan Nawang di kiri kananku. Tenaga saktiku sudah pulih, tubuh ke 2 gadis itu terasa enteng. Hanya saja lariku tidak bisa secepat biasanya sehingga Mbakyu bisa mengimbangi kecepatan lariku yang dibarengi dengan aji Kidang Kancana.

Sesampainya di puncak bukit aku melihat Kakang Ginggi sedang menghadapi 5 orang lawan yang mengeroyoknya. Sedangkan ke 5 anak buah Kakang Ginggi sudah tewas dan ada juga 5 orang lawan yang tewas.

Aku segera menurunkan Chentini dan Nawang, secepat kilat aku melakukan serangan ke orang orang yang sedang mengeroyok Kakang Ginggi. Belom sempat pukulanku nengenai orang orang yang mengeroyok Kakang Ginggi, sebuah tangan yang kuat memotong seranganku sehingga aku terhuyung ke samping karna tidak menduga.

"Senapati Setan Kober !" teriakku kaget melihat musuh bebuyutanku yang telah menghancurkan tenaga saktiku. Setan Kober adalah bekas Senopati Majapahit yang bergabung dengan kerajaan Demak. Ada dendam pribadi di antara kami. Tepatnya Setan Kober sangat membenciku karna aku pernah menjalin asmara dengan istrinya yang terkenal cantik.

"Hari ini kamu akan mati, Kebo Abang." belum habis ucapannya, Setan Kober sudah menusukka tombak panjangnya ke ulu hatiku.

Aku bergerak ke samping menangkis tombaknya panjangnya dengan tombak pendek yang selalu terselip di pinggangku. Unilah pertaruhan hidup mati yang sering kami lakukan. Ini harus menjadi pertarungan terahir. Salah satu di antara kami harus mati hari ini.

Setan Kober mulai menggunaka ilmu pamungkasnya Aji Jala Sutra, sebuah ilmu yang berasal dari daerah pesisir, maka tidak heran langkah kakinya lebar dan agak tegak. Seperti jala, gerakkanya melingkar mengurungku dengan serangan bertubi tubi. Selalu bergerak menghindari pertarungan jarak dekat. Itu sebabnya tombak panjang menjadi andalan Setan Kober.

Berbeda denganku yang berasal dari daerah pegunungan, aji gelap sayutaku mempunyai langkah yang pendek dan rendah, selalu melakukan serangan dengan jarak dekat, sedekat mungkin. Maka tombak pendek menjadi senjata paling cocok.

Setelah melalui pertarungan panjang dan melelahkan, ahirnya aku melihat celah yang sangat kecil, aku melesat mendekat sambil menghindar dari tusukan tombak yang mengarah leherku. Tombakku menusuk ulu hati Setan Kober yang tidak mampu menghindar. Satu satunya gerakkan yang bisa dilakukan Setan Kober adalah menghantam kepalaku dengan tombak panjangnya. Reflek aku bergulingan menghindar dan melepaskan tombakku yang tertancap menembus ulu hati Setan Kober.

Aku berdiri tegak melhat Setan Kober terjungkal ke belakang. Ahirnya musuh bebuyutanku tewas di tanganku dan juga ke 10 orang anak buahnya. Ginggi dan ke 5 anak buahnya juga tewas. Tinggal aku, Mbakyu Sekar, Chentini dan Nawang yang masih hidup.

Aku menarik nafas panjang, lalu mulai menggali tanah untuk mengubur semua mayat yang ada dengan dibantu Mbakyu Sekar. Setelah selesai mengubur senua jenazah, kami masuk pondok.

"Mbakyu, berikan Chentini dan Nawang hadiah uang emas, besok kamu antar mereka pulang. Sebarkan ke setiap orang bahwa kalian telah mendapat hadiah dari Pangeran Samudra, sebarkan pada setiap orang, barang siapa yang datang ke tempat ini, semua keinginannya akan terkabul." kataku kepada Mbakyu Sekar.

"Tapi Adik Kebo Abang, apabila tersiar berita tentang keberadaan kita di sini, pasukan dari Demak akan menyerang kita." kata Mbakyu Sekar, khawatir.

"Prajurit Demak tidak akan ke sini, Mbakyu. Aku ingin semua orang mengenal nama Pangeran Samudra, hingga tempat ini akan menjadi terkenal sepanjang masa hingga dunia mengetahui nama Pangeran Samudra. " kataku tegas.

Tiba tiba semuanya menjadi gelap. Keadaan sekelilingku berubah, tidak ada pondokan, Mbakyu Sekar, Chentini dan Nawang. Semuanya hilang, bahkan Kebo Abang pun hilang.

"Ritualmu sudah sempurna, anakku." aku mendengar suara tanpa wujud.

******

"Jang, bangun. Udah 2 hari kamu pingsan. " aku mendegar suara panggilan Bi Narsih sambil menangis.

"Mbak, kita bawa ke RS saja y? Sudah 2 hari gak bangun bangun." suara Pak Tris terdengar khawatir.

"Iya, Pak. Anter saya nyari mobil buat bawa Ujang ke RS." kata Bi Narsih pelan.

"Bu, saya nitip ya. Saya mau nyari mobil diantar Pak Tris" kata Bi Narsih.

"Iya, Mbak. Hati hati di jalan" sekarang aku mendengar suara Bu Tris yang bicara.

Lalu hening, tak ada suara. Ada seseorang yang meraba keningku, tanganya begitu halus dan wangi bedak bayi. Apakah ini tangan Marni?

"Badannya mulai dingin, Bu." sekarang suara Marni yang berbicara.

"Jangan jangan anak ini sakit gara gara minum ASI kamu? Dia keracunan ASI Kamu. Dia kan langsung sakit sehabis nyusu ke kanu." kembali suara Bu Tris.

"Ibu, dedek aja minum ASI malah sehat. Ibu ini ada ada saja." kata Marni.

Bersambung.........?
 
Terakhir diubah:
Kok tamat??? Kan konflik malasah pembunuh ayah ujang belum selesai???
 
Makin lama pengembangan ceritanya makin menarik. Setiap Bab full SS, apa ga keseringen tuh :D dengkul ujang ampe lemessss.....
 
Mantab ceritanya hu..benang2 kusut sudah mulai rapi
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd