Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

lanjutkan gan, dengan tambahan pemain baru, misalnya disana ketemu lg dgn kenalan lama...
 
Dibumbui dengan sedikit roman hu, misal perselingkuhan Mbak Wati sama pak Budi nantinya, atau si Ujang sama teh Lilis.
Tapi semua apa kata suhu aja lah.
 
Bab 7 : Curi Curi Kesempatan 3some

"Di depan kamar yang ditempati Mbak Wati aku mendengar suara dengkuran Pak Budi yang kelelahan setelah perjalanan jauh dan pejuhnya pasti dikuras oleh Mbak Wati yang binal. Tentu saja Mbak Wati tidak akan membiarkan Pak Budi tidur sebelum birahinya terpuaskan. Aku tersenyum membayangkan Pak Budi kelabakan melayani nafsu Mbak Wati.

"Jang, kamu enak banget, dapet Teh Lilis yang cantik." goda Mbak Wati yang ternyata baru selesai dari kamar mandi, dengan nada cemburu, sepertinya dia tidak rela bertukar pasangan.

"Mbak juga dapet Pak Budi yang ganteng" jawabku santai, kami sama sama mendapatkan pasangan berkelas, bukan lagi dari kalangan bawah yang harus bersusah payah mencari uang kecil. Lagi pula Pak Budi ganteng, lebih ganteng dariku.

"Enakan sama kamu, Jang. Pak Budi, peltu." kata Mbak Wati tidak bisa menyembunyikan kekesalannya, sepertinya dia belum puas.

"Mungkin kecapean setelah menempuh perjalanan jauh." kataku berusaha menghibur Mbak Wati yang masih terlihat jengkel karena hasratnya belum terpuaskan.

"Kamu mau kencing apa mau nyuci kontol, Jang ? " tanya Mbak Wati sambil meraba kontolku yang sudah membuatnya berkali kali meraih orgasme.

"Mau kencing sambil nyuci kontol, " jawabku balas meremas payudaranya yang menggantung, payudara pertama yang aku nikmati. Tidak urung hal ini membuatku kembali terangsang, perlahan kontolku menggeliat.

"Ya udah, sekalian kencingin memekku ya, seharusnya kita tidak perlu bertukar pasangan." kata Mba Wati menarik tangan ku masuk kamar mandi yang bisa menampung dua atau tiga orang sekaligus. Mbak Wati menurunkan celanaku dan memegang kontolku yang kembali menegang karena godaannya.

"Jang, katanya mau kencing, kok malah megangin memek Mbak sih? Kamu belum puas, ya?" tanya Mbak Wati senang melihat kontolku sudah kembali tegang dan siap kalau diminta menghujam memeknya yang pasti sudah kembali basah. Aku sengaja memegang memeknya membalas perbuatannya.

"Gimana mau kencing kalau kontol ku terus dipegangin." kataku terus meremas memek Mbak Wati yang tertutup dasternya, untuk membalas perbuatannya, aku yakin dia tidak memakai celana dalam.

"Iya, buruan kamu kencing." kata Mbak Wati melepaskan kontolku, aku langsung kencing bebas mengeluarkan semua air kencingku yang sejak tadi tertahan. Setelah semua air seniku habis, aku kembali meraba memek Mbak Wati, menyusup masuk ke balik daster pendeknya.

"Jang, kamu nakallll..!" Mbak Wati merintih menikmati jari jariku yang menggelitik memeknya.

"Coba Mbak, cium kontol kamu, pengen tau bau memek cewek secantik Teh Lilis itu, gimana. Pasti baunya masih nempel di kontol, kamu." tanpa menunggu jawaban dariku, Mbak Wati mencium kontolku yang setengah tegang, lalu mengulumnya dengan rakus tanpa merasa jijik masih ada sisa sisa air seni yang menetes keluar.

"Mbakkkk..!" aku menggelinjang nikmat mendapatkan blowjob Mbak Wati yang sangat bergelaman. Kepalanya bergerak mengocok kontolku, tidak peduli kami melakukannya di tempat yang salah.

Tiba tiba ketukan di pintu dan suara panggilan Lastri terdengar mengagetkan kami."siapa di dalem ? Buruan, udah kebelet kencing, nich."

Agak malu, aku membuka pintu kamar mandi, sedang Mbak Wati terlihat cuek, tidak mau melepaskan kontolku yang berada di mulutnya.. Mkba Wati menatap Lastri yang berdiri di depan pintu dengan mulut tersumpal kontolku.

"Idih, mesumnya jangan di kamar mandi. Masih belum puas, ya ?" ledek Lastri melihat kami, dengan santainya dia masuk seolah adegan yang terjadi di depan matanya adalah hal yang sangat bisa terjadi di tempat ini.

"Iya, nich. Pasangan baruku, peltu (baru nempel, wis metu)" kata Mba Wati, cuek. Kenapa harus, malu ? Semua orang yang ke Gunung Kemukus sudah pasti akan berbuat mesum. Hal yang berkaitan urusan mesum akan terbuka di sini.

Lastri hanya mesem, dengan cueknya dia menurunkan celana jeans dan celana dalamnya, srrrr air kencing keluar dari memeknya, posisi Lastri yang menghadap kami, membuatku dapat melihat memeknya yang mungil dan halus tanpa bulu.

"Kalo mau ngentot, tak kasih pinjem kamarku" kata Lastri, "tapi....!" Lastri tidak meneruskan kalimatnya, dia menatap Mbak Wati, tatapan penuh makna.

"Tapi, kamu mau ikutan ngentot, ya ? " tanya Mbak Wati tanpa basa basi, tangannya tetap memegang kontolku, seolah ingin menunjukkan ke Lastri, bahwa kontolku milik nya tapi dia siap berbagi dengan wanita lain.

"Hihihi, Mbak tau saja." kata Lastri sambil menjulurkan lidahnya karena keinginannya bisa ditebak Mbak Wati.

"Ya udah, ayo ke kamarmu, Las. Memekku udah gatel pengen dientot kontol si Ujang yang guede. " jawab Mbak Wati antusias, ada kamar yang bisa digunakannya berpacu birahi dengan ku. Tawaran yang tidak mungkin ditolaknya karena birahinya belum terpuaskan oleh Pak Budi.

Aku yang jadi objek pembicaraan mereka, hanya diam, tidak tau apa yang harus kuucapkan. Melayani 2 wanita sekaligus, menjadi pengalaman pertama yang membuatku bergairah. Bukti bahwa kontolku mampu membuat para wanita bertekuk lutut dan kehilangan rasa malunya. Aku pejantan tangguh yang menjadi incaran para wanita dan itu membuatku sangat bangga.

"Dasar, orang gila semua. " kata Ibu warung yang tiba tiba sudah ada deket kami, pintu kamar mandi yang tidak tertutup membuatnya bisa melihat adegan yang terjadi kamar mandi. Untung saja bukan Lilis atau Pak Budi yang datang, aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau mereka yang datang.

"Ibu juga kalo dikasih yang gede, maukan ? Hehehe ?" goda Lastri sambil menunjuk kontolku yang berada di genggaman Mbak Wati yang masih belum rela melepaskan kontolku.

Lastri tiba tiba menarik tanganku ke kamarnya membuatku nyaris menabrak Mbak Wati yang masih berjongkok memegang kontolku sehingga Mbak Wati jatuh duduk di lantai kamar mandi yang basah.

"Gila kamu. Las...!" omel Mbak Wati yang berhasil mengendalikan dirinya, bangkit berdiri sambil menepuk nepuk pantatnya yang basah.

"Yuk, Mbak..!" ajakku menarik tangan Mbak Wati dengan perasaan tidak sabar, bagaimana rasanya melayani dua wanita sekaligus. Aku benar benar merasa menjadi pejantan tangguh, sudah wajar para wanita memperebutkanku.

Di kamar semuanya berjalan, cepat, kami harus berpacu dengan waktu. Tanpa pemanasan yang buang buang waktu, semuanya kami lakukan dengan tergesa gesa.. Mbak Wati hanya membuka celana , Lastri Pun membuka jeans dan celana dalamnya. Mbak Wati mendorongku dan kedua wanita itu berlomba menarik celana training yang kupakai. Mereka berlomba menjadi yang pertama membenamkan kontolku di memeknya.

"Aku dulu, Mbak..!" kata Lastri yang dijawab dorongan tangan Mbak Wati sehingga Lastri terpaksa menyingkir.

Mbak Wati langsung mengangkangi kontolku tanpa pemanasan lagi, kontolku di pegang mengarah pada lobang memeknya yang sudah sangat basah.

"Kontol ennnak..!" Mbak Wati merintih saat kontolku masuk hingga mentok mengenai mulut rahimnya.

"Mbak curang, inikan kamarku, masa Mbak duluan yang ngentot." omel Lastri yang bergerak mengangkangi wajahku sehingga memeknya yang gundul menyentuh bibirku. Lidahku menyambut memeknya yang tersaji di hadapanku, dengan rakus aku menjilati lendir yang terus menetes.

"Tapi aku yang pertama kali bawa Ujang ritual, kalau gak begitu kamu gak akan bisa nyobain kontol Ujang..!" jawab Mbak Wati semakin liar memompa kontolku yang tegak menghujam memeknya.

"Tapi ini kamarku...!" jawab Lastri tidak mau mengalah, pinggulnya bergerak membuat wajahku ikut bergerak mengejar memeknya sehingga sebagian cairan birahinya membasahi wajahku. Baunya benar benar sangat memabukkan birahiku.

Konsentrasi ku terpecah dengan dua memek yang berbeda. Berbeda dengan Mbak Wati yang total menikmati gesekan memeknya yang diterobos kontolku, apa lagi nafsunya sudah sampai puncaknya, tidak perlu waktu lama, dia mendapatkan orgasmenya.

"Jaaaang, Mbak mauuu nyampeeee. Kontol kamu, ennnakkk. Mbak, keluarrrrrrrrr...." diiringi rintihan panjang dan nafas tertahan, tubuh Mbak Wati mengejang. Memeknya berkedut kedut dahsyat meremas remas kontolku. Nafasnya terengah engah menikmati orgasmenya yang perlahan berhenti. Sayang, aku tidak bisa melihat wajah Mbak Wati saat mendapatkan orgasme, wajahnya pasti akan semakin cantik.

"Ochhhhhh nikmat....!" rintih Mbak Wati saat mengangkat tubuhnya, sehingga kontolku terlepas dari memeknya. Mbak Wati duduk bersandar dinding triplek, melihat Lastri yang terus menjejalkan memeknya ke mulutku.

Lastri yang melihat Mbak Wati selesai menuntaskan hajatnya, mengangkat pinggulnya, beringsut mundur, menempatkan memeknya sejajar dengan kontolku. Bles, kontolku menghujam memeknya yang sudah sangat basah.

"Mas, kok enak banget kontol, kamu. Awww, ganjel banget di memekku." kata Lastri memeluk tubuhku. Bibirnya menciumi bibirku yang dipenuhi lendir memeknya, aku menyambutnya dengan nafsu yang semakin memuncak. Pinggulku bergerak mengocok memeknya dari bawah.

"Walah, aku juga pengen ngerasain kontol Masnya yang gede,!" tiba tiba ibu warung sudah masuk kamar. Roknya terangkat, dibukanya celana dalamnya tanpa membuka daster yang dipakainya. Gila, aku harus melayani tiga wanita yang sangat haus sex.

"Las, aku pengen ngerasain memekku dijilat..!" kata Ibu warung berusaha menarik tubuh Lastri agar duduk.

"Ibu ini gak boleh orang lagi enak " jawabLastri dengan perasaan jengkel bangkit, berjongkok di selangkanganku. Pinggulnya kembali bergerak memompa kontolku.

"Walah, si Ibu. Udah tua masih pengen kontol anak muda." kata Mbak Wati tertawa pendek melihat Ibu warung yang mengangkang di atas wajahku.

"Umurku 45 tahun, Mbak. Belum tua tua amat," kata ibu warung, tanpa meminta persetujuanku, dia menyodorkan memeknya yang berjembut cukup lebat. Bentuknya hampir sama dengan memek Mbak Wati, agak bergelambir, warnanya hitam dan terlihat mungil di balik lipatan lemak. Maklum, Ibu warung tubuhnya gemuk. Lebih gemuk dari Mbak Wati. Mungkin beratnya 80 kg.
Tawaran yang sangat menggoda, lidahku menyambut memek Ibu warung, menjilatinya dengan bernafsu. Lidahku berubah menjadi tempat penampungan lendir berbagai macam memek.

"Masssssss, aaaaaaa memek Lasssss... Ochhhhh...!" Lastri berteriak histeris membuatku khawatir akan membangunkan Lilis yang belum terbiasa di tempat seperti ini.

"Las, kecilin suaramu..! Waduh ennak banget memekkku dijilat..!" kata Ibu warung memperingatkan Lastri mengecilkan volume suaranya.

Tapi perkataannya tidak digubris oleh Lastri yang semakin histeris memacu kontolku, bergoyang makin cepat, nafasnya terengah engah. Memek Lastri rasanya beda dengan memek Mba Wati yang gemuk dan lembut. Memek Lastri lebih kecil dan lebih berasa. Nikmat sekali, walau konsentrasiku terpecah antara menikmati jepitan memek Lastri dan menjilati memek Ibu warung.

"Aduuuuh, masssss. Lastriii, keluar. Ennnak, ngentot sama massss" Lastri mengerang, memeknya terasa semakin hangat. Memeknya berkedut kedut, walau tidak sekeras kedutan memek Mbak Wati.

Setelah orgasmenya reda, Lastri bangkit. Ibu warung langsung menggantikan posisi Lastri menunggangi konyolku. Bles, kintolku masuk memek ibu warung yang tembem dan hangat. Ternyata, walau tubuhnya gemuk, ibu warung bisa bergerak lincah memompa kontolku.

"Wuenak, mas. Kontol kamu mentok sampe dasar memek, ibu." kata ibu warung, matanya mendelik ke atas.

Gila, aku diperkosa oleh 3 wanita, pikirku. Dan sekarang aku bisa menikmati secara maksimal memek ibu warung. Setelah kuperhatikan, ternyata ibu Warung, cantik juga. Bibirnya mungil dan agak tebal. Hidungnya bangir.
Nikmat sekali memek ibu warung, apalagi gerakannya yang cepat mengocok kontolku, tidak membuat kontolku sakit karena tertekan. Tanganku meremas toket ibu warung yang tertutup baju dan bh.

" kenthu, uenakkk, mas. Kontolmu guede." kata ibu warung. Nafasnya terdengar berat.

Akupun ikutan mendesis nikmat, kurasakan orgasmeku semakin dekat. Kuremas toketnya dengan keras.

"Iya, mas. Remas toketku, uenakkk, masss. Aku mau keluarrrrr, massssss" erang ibu warung.

"Buuuuu, akuu gak tahan, akuuuu keluar, bu." erangku. Kontolkupun menyemburkan pejuh yang cukup banyak.

"Iyyya, masssss, akuuu jugaaaa. Aaaa kontolmu, uennnak." tubuh ibu warung mengejang, menyambut orgasmenya yang dahsyat. Yang membuat aku semakin enak adalah, memek ibu warung ternyata bisa ngempot seperti memek Wati.
Setelah orgasmenya reda, ibu pemilik warung bangkit, sehingga kontolku terlepas dari lobang memeknya. Langsung dikenakannya celana dalamnya tanpa melap memeknya.

"Buruan kamu cuci kontol kamu pake sabun. Biar Mbaknya gak tau kamu abus ngentot, waktu dia tidur. " kata ibu warung sambil keluar kamar.

Aku segera memakai celana training. Kulihat Lastri tertidur di pojok tanpa memakai celana, sedang Mba Wati sudah keluar sejak Ibu Warung masuk kamar, Aku Pun ke kamar mandi, mencuci kontolku dengan sabun hingga bersih.

Ketika masuk kamar, ternyata Lilis masih tertidur lelap, dengan tubuh bugil. Celentang, kaki kirinya menekuk, mempertontonkan memeknya yang berjembut jarang. Cantik sekali Teh Lilis saat tidur.
Aku merebahkan tubuhku di sampingnya. Mataku terpejam, perlahan kesadaranku hilang, rasa kantuk membuatku terlelap dengan cepat.

**********
 
Terakhir diubah:
Mantap suhu updatean nya cuma masih banyak typo yg bertebaran saran saya nga usah buru suhu santai aja sayang cerita yg mantap ini dikerjakan dengan buru2
 
Busyet baru selesai marathon baca, mantap benar si ujang dibantai semua si wanita
 
Mantap suhu updatean nya cuma masih banyak typo yg bertebaran saran saya nga usah buru suhu santai aja sayang cerita yg mantap ini dikerjakan dengan buru2
Maaf, yang dimaksud dengan typo itu, apa ? Maklim, masih dalam tahap belajr, jadi masih perlu bimbingan dari yang sudah, ahlinya.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd