Bab 3 : Malam Pertama yang Melelahkan
Kami berpelukan setelah selesai mengayuh birahi yang melelahkan dan penuh kenikmatan. Aku dapat mencium aroma rambut Mba Wati yang lembut.
"Mba, Mas Gatot kok, bisa ngijinin Mba ritual pesugihan ?" tanyaku penasaran.
"Karna pengen cepet, kaya." jawab Mba Wati, singkat.
"Och.! "
"Kamu hebat, Jang. Kontol kamu selain besar dan panjang, juga keras banget waktu ngaceng." mba Wati menggenggam kontolku dengan lembut. Otomatis kontolku beraksi, mulai mengeras lagi.
"Idih, kontolmu mulai bangun lagi, tuch. " mba wati tertawa senang merasakan kontolku yang mulai keras.
"Tadi juga waktu kamu abis mba sepong, kamu langsung tidur, padahal Mba lagi sange banget. Iseng Mba maenin kontol kamu, ech langsung tegang lagi. Y udah mba entotin kamu sampe mba keluar 4x, baru kamu ngecrot. Trus Mba ikutan tidur, pas bangun, mba liat kontol kamu udah ngaceng lagi, padahal kamu masih tidur, ya udah mba entoyin lagi kontol kamu, sampe kamu bangun. Hihihi."
"Mba nakal banget, aku lagi tidur, mba entotin 2x. Ngomong ngomong aku tidur lama juga, y ?" tanyaku.
" iya, dari jam 2 bangun jam 8, kamu gak lapar, Jang ? Kita makan dulu,yuk ! Mba udah kelaparan, abis makan kita ngentot lagi." mba Wati bangun, lalu memakai kaos tangan panjang dan celana panjang, tanpa memakai BH dan CD.
Akupun segera berpakaian, kami lalu keluar kamar, di warung ada 2 wanita muda yang asik ngobrol dengan ibu pemilik warung.
"Wah, pengantin baru sudah keluar,hihihi". Ujar wanita paling muda mengoda kami.
Aku hanya tersenyum, jengah menghadapi godaannya. Aku menatap wajah gadis itu, cantik juga. Ada lesung pipi di ke dua pipinya saat dia tersenyum.
" hus, kamu ini, Lastri. " kata ibu warung. " Mau ngopi, apa makan, mas ? " tanya ibu warung kepadaku.
"Kopinya satu, teh manis dan makannya skalian," Mba Wati menjawab.
Kamipun makan dengan lahapnya, setelah ritual nikmat yang melelahkan. Bahkan, ku sampe nambah lagi. Maklum perut kuli, biasa makan banyak. Mba Wati, ikut nambah.
Wah, ini cewek makannya banyak, pantesan gemuk. Pipinya yang cuby, begitu menggemaskan. Beruntung diusia ke 21 aku bisa merengkuh kenikmatan dengannya. Guru mesum yang baik.
Setelah selesai makan, kami duduk di teras depan, beberapa warung masih buka, suara musik dangdut terdengar, menghilangkan kesan sakral Gunung Kemukus.
"Dingin,!" mba Wati semakin merapat ke tubuhku, mencari kehangatan. Tangannya menggebggam tanganku dengan, erat.
"Iya,!" perlahan kontolku mulai bangkit, kembali. Membayangkan kenikmatan lobang memek, mba Wati yang kata Mas Gatot suaminya, empot ayam. Aku masih malu ngajak Mba Wati masuk, kamar. Padahal kontolku udah ngaceng.
"Ich, kontolmu udah ngceng lagi" bisik Mba Wati, melihatku agak membetulkan celana yang sesk. Tangannya menyentuk kontolku.
"Masuk, yuk." mba Wati menarik tanganku.
"Wah, udah mau mulai lagi, nich ?" goda wanita muda yang kudengar dipanggil, Lastri.
"Iya, donk. Baru juga 3x" balas Mba Wati, cuek.
"Wah, bisa kecet tuch lobang, kalo disodok sampe pagi. Hahahah." ibu warung ikut ikutan menggoda, kami. Aku hanya menduk, malu.
"Ya, enggak, donk. Kan udah basah.." mba Wati menjawab sambil tertawa.
"Wah, enak donk disodok sampe pagi. Aku udah 3 malam gak ada yang, nyodok. Padahal udah sange, nich. Hihihi." Lastri nyamber seperti, beo.
"Hus, Lastri. Kamu ini." ibu warung tertawa mendengarnya.
Sampai di kamar terdengar Lastri berkata, " Mbak'e, kalo lagi kenthu volumenya dikecilin, nanti ada yang pengen. " disambut suara tawa dari yang lainnya.
"Mbak, jangan marah ya, Lastri biasa becanda, jangan dimasukin hati." kata ibu warung menimpali.
"Gak apa apa, Bu. Saya juga biasa becanda. Kalo Lastri, pengen. Suruh aja masuk, kita gabung. Hihihi." kata mba Wati.
Selesai bicara, Mba Wati langsung mendorongku rebah di atas kasur, tubuhnya menindihku, bibirnya rakus mengulum bibirku, lebih ganas dari yang tadi.
Naluriku, menuntun tanganku meremas pantatnya yang besar. Begitu kenyal dan padat pantat Mba Lastri.
Dan instingku pula yang mendorong tanganku meraih baju yang dikenaka Wati, menariknya lepas dari tubuh montok yang menggiurkan.
Aku bangkit, memangku Mba Wati, menggapai toketnya yang besar, dengan rakus aku menghisap pentilnya yang besar, rasanya biasa saja, tapi ada kesenangan sendiri membuat Mba Wati menggelinjang kegelian, dan tangannya menekan kepalaku ke toketnya yang kenyal. Dan aku semakin rakus menghisap seperti bayi, namun tak ada setetepun ASI yang keluar dari dalamnya.
"Jang, enak. Terus isep, sayang. Kamu makin pinter aja."
Bosan dengan toketnya, kugulingkan tubuh montok Mba Wati terlentang. Kubuka celana mba Wati, hingha memeknya yang tidak berbulu terlihat menggairahkan, hitam dan bergelambir. Perlahan aku menyentuh memek Mba Wati, mnguakkannya, agar bisa melihat bagian dalam yang telah memberikanku sejuta kenikmatan. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, karna penerangan lampu yang temaram.
"Jang, jangan diliatin aja, jilatin memek, mba!" protesnya, mengagetkanku yang begitu terpesona dengan keindahan memeknya.
Perlahan kudekatkan wajah ke memeknya, tercium bau aneh, bukan bau pesing. Ini bau yang asing, apa ini yang dibilang bau, memek ?
Perlahan kujulurkan lidah, menjilat bibir memek yang tembem, rasnya aneh, entah kenapa aku malah suka dengan rasanya. Kukuakkan memeknya agar lidahku bisa menjilati bagian dalamnya, nikmat. Baunya semakin membuatku bergairah. Lidahku semakin aktif menjilati lendir memek mba Wati.
"Jang, enak banget, trus Jang....!" mba Wati menekan kepalaku.
Akupun semakin bernafsu menjilat dan menghisap memeknya, permainan baru yang sangat mengasikkan. Apalagi memek mbak Wati semakin basah, cairan yang keluar semakin banyak, jariku mulai aktif, masuk lobang sempit yang menyimpan sejuta kenikmatan.
"Udah, Jang. Mba, gak kuat. Entot mbak, skarang." rintih mba Wati, tanpa perduli suaranya akan terdengar oleh orang di warung.
Akupun sudah tidak sabar nyodok memek mbak Wati, seger kubuka celanaku, membebaskan kontolku dari sangkarnya.
"Mba, sepong dulu." kusodorkan kontolku ke wajahnya. Mba Wati langsung mencaplok kontolku dengan rakus.
"Aw, nikmat Mba." untuk kedua kalinya kontolku disepong, Mba Wati dengan rakus. Sayangnya sepongan Mba Wati hanya sebentar, dia udah g sabar pengen dientot.
"Udah, jang. Entot memek, mba." Mba Wati memohon.
Akupun mengarahkan kontolku, Mba Wati semakin melebarkan pahanya, tangannya mengarahkan kontolku di pintu masuk memeknya.
Perlahan kontolku masuk ke dalam lobang memek yang sudah sangat basah, dindingnua begitu lunak, lembut dan hangat bergesekan dengan kepala kontolku yang sensitif. Nikmat sekali.
"Jang, kontol kamu enak banget......!"
"Memek Mba juga, enak." ujarku sambil ngocok memeknya dengan lembut, menikmati setiap gesekannya. Kadang aku mengeluarkan kontolku, dan menusuknya kembali membuat mba Wati menjerit, karena birahinya aku permainkan. Dan ternyata hal itu membuat Mba ratih bertahan lama, tiba tiba dia memelukku dan mencium bibirku denhan ganas.
"Jang, Mba keluar....aaaaaaaah,..!" tangannya memelukku erat dan pahanya membelit pinggangku hingga kontolku terbenam semuanya, kurasakan memeknya berdenyut denyut memijit konyolku.
"Jangan digoyang, dulu..... Mba, keluar..." kurasakan pelukannya mengendur, nafasnya agak tersengal sengal. "Jang, gantian, mba yang di atas.
Akupun menggulingkan tubuhku, celentang d sampingnya. Mba Wati segera menaiki tubuhku dan menngenggam kontolku, setelah dirasa pas, mba Wati nenurunkan pinggupnya, mendorong kontolku memasuki memeknya. Perlahan, mba Wati menaik turunkan tubuhnya, bibirnya tersenyum, menatapku sayu.
" kamu pinter ngentot, Jang!" kata mba Wati, tubuhnya menindihku, bibir mungilnua mencium bibirku, kamipun berciuman. Sementara pinggulnya bergerak semakin cepat mengocok kontolku.
"Kan, mba Wati yang.ngajarin
" ujarku setelah ciuman yang panjang.
"Aduh, Jang.!! Mba mau keluar lagi. Aaaaach," tubuhnya mengejang, menyambut orgasme ke duanya.
"Mba, kok cepet banget, keluarnya ?" tanyaku heran. Sedang menurut cerita, orang bisa ngentot lama sebelom, orgasme.
"Abis, kontol kamu enak, Jang. Kamu blom keluar, y ?"Mba Wati tersenyum, menatapku sayu.
"Belom, Mba. Aku pengen bisa ngentot 1 jam kaya cerita cerita." kataku kugu.
"Hahaha, kamu kebanyakan baca ceriya poroi sama film liat bokep, mana ada ngentot satu jam baru keluar. Bisa patah sakit kontolmu karna gak orgasme orgasme. Aku pengen ngerasain dientot sambil nungging, Jang." mba Ratih langsung nungging disampingku.
"Ayao, Jang. Entot memekku dari belakang."
Akupun beriri dengan lutut, mengarahkan kontolki ke memek Mba Ratih, dengan mudah kontolkuku masuk. Dengan posisi seperti ini, gerkanku terasa kaku, mungkin karna pengalaman pertamaku. Tapi rasanya lebih nikmat, karna memek Mba Ratih lebih berasa.
"Mba, aku gak tahan, mau ngecrot...!" uvapku lirih, dan sebisa yang aku bisa, kupercepat kocikanku untuk bisa meraih orgasme ke 3 ku.
"Iya, Jang. Mba juga mau keluat lagi......" kata mba Wati.
"Aku keluar, mba,, aaaaaach..." kontolku menembakan pejuh ke memek Mba Wati.
"Jaaaaang, akuuu juga keluar....! " teriak
mba Wati..
Hening, perlahan aku mencabut kontol. Mba Wati mendesah saat kintol terlepas dari vengkeraman, memeknya. Tubuhnya ambruk tengkurap. Akupun merebahkan tubuhku di sampingnya.
Mba Wati membalikkan tubuhnya, terlentang. Wajahnya menoleh ke arahku, tersenyum puas. Lalu matanya terpejam, nafasnya terdengar halus teratur. Tidak lama, terdengar dengkur halus Mba Wati yang tertidur.
Mba Wati pasti kecapean, sehabis menempuh perjalanan jauh dari Bogor sampe Kemukus, ditambah ngentot beberap x denganku. Kuambil sarung dari tasku, untuk menyelimuti tubuh bugil, Mba Wati.