Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

Bimabet
Salut Hu, bisa bikin cerita sepanjang ini, sampai tamat pula.
ceritanya bagus, bikin penasaran, susah ditebak.
sampai tamat pun msh bikin penasaran.
siap menunggu cerita berikutnya.
makasih om, silahkan mampir di cerita lanjutannya.
 
yang udah baca cerita ini, mampir donk di cerita season ke duanya. hehehe. ngarep biar season kedua lebih rame
 
Bab 1 : Perjalan Pertama

Sejak, kejadian dan obrolanku dengan Wati, di kontrakan Mas Gatot, aku agak malu setiap kali bertemu Mas Gatot. Seperti mengerti dengan keadanku, mas Gatot meyakinkan aku untuk pergi ke Kemukus dengan istrinya, ahirny setelah dibujuk bujuk oleh mas Gatot, akupun mau.

Pada waktu yang telah ditentukan, tepatnya hari senen kami janjian ketemu di stasion Tanah Abang, sengaja kami tidak berangkat bareng dari rumah, agar tidak ada tetangga yang curiga. Aku tiba terlebih dahulu, 30 menit kemudian Wati datang dengan diantar suaminya, Gatot.

Hampir saja aku tidak mengenal Wati karna penampilannya yang jauh berbeda, dengan menggunakan gamis lebar yang menyembunyikan kesuntalan tubuhnya dan jilbab warna pink, senada dengan baju gamis yang dikenakannya. Ternyata Wati istri mas Gatot ini kalo sudah dandan, terlihat lebih cantik. Usianya yang menginjak 35 tahun, tertutupi oleh kecantikannya.

Mas Gatot menepuk pundakku dan berbisik " Aku titip istriku ya, Jang. Santai aja, ga usah tegang. Di Kemukus ritualnya nikmat, kamu bileh ngentotin istriku sampe puas, dijamin kamu akan ketagihan memek istriku, bisa empot ayam. " lalu Mas Gatotpun meninggalkanku, yang bengong dan wajah merah padam karna malu.

Aku kaget, ketika mba Wati menepuk pundakku, menyadarkanku.

"Kita masuk, Jang ; " kata Mba Wati.

Aku mengangguk, mengikuti Mba Wati dengan membawa ranselku dan juga tas pakaian mba Wati, memasuki stasion. Kami harus bergegas memasuki kereta agar dapat tempat duduk. Tidak seperti sekarang, jumlah penumpang disesuaikan dengan jumlah bangku yang ada. Saling berebutan naek kereta agar dapat tempat duduk.

Ternyata benar apa yang dikhawtirkan Mba Wati, kami tidak dapat tempat duduk. Terpaksa kami duduk di pintu dekat dengan toilet yang bau. Mba Wati mebyuruhku mengunci pintu kereta agar tidak ada yang masuk dan membuat kami terganggu. Kami duduk berdempetan beralaskan koran.

Mba Wati tersenyum menatapku, digenggamnya tanganku. " Tangan kamu dingin, Jang ! Jangan tegang, jang. Emang kamu belim pernah ngentot, ya ? "

"Jabgankan ngentot, megang tangan perempuan aja, ga pernah, mba. " ujarku, mulai tenang.

"Wah, aku beruntung dong, bisa dapet perjaka kamu. " Mba Watu mengecup pipiku.

Keretapun mulai jalan, pelan lalu semakin cepat meninggalkan stasion Tanah Abang. Tubuh kami terguncang, Mba Wati semakin merapatkan tubuhnya, bersandar padaku.

Tak lama, Mbak Wati tertidur di sampingku.
*****

Keesokan harinya kamipun tiba di stasion Solo Balapan, lalu kami meneruskan perjalan naek becak ke terminal bis, dari sana kami naek bis jurusan purwodadi. Aku yang tidak biasa dengan perjalanan jauh ditambah selama di kereta tidak bisa tidur, begitu duduk di bangku bis, aku langsung tertidur.

"Jang, Ujang, bangun, sudah mau sampai.!" ujar Mba Wati sambil menggiyangkan pahaku.

Mba Wati menyuruhku minum air mineral agar aku lebih segar.
Dalam sekejap, air mineral yang tinggal separuh, habis kuminum.

Kamipun turun dari bis, lalu naek ojek ke Gunung Kemukus. Sesampai di lokasi kami langsung masuk ke sebuah warung yang menyediakan kamar kamar untuk menginap.

"Bu, kopinya satu dan teh manis ! " kata mba Wati ke pemilik warung. "Ko, sepi, bu ?" tanya mba wati, lagi.

"Di sini ramenya malam Jum'at pon dan Jum" at kliwon, mbak. Sampeyan dari mana, mbak . sudah brapa kali ke sini ?" tanya pemilik warung.

"Baru skarang, bu. Saya dari Bogor, Jawa Barat. "

Setelah selesai ngopi, kamipun masuk kamar yang hanya berukuran 2 x 2, tanpa ranjang, kasur terg3letak di lantai.

" Kita langsung mandi di sendang Ontrowulan, Jang. Setelah itu kita ziarah ke makam, Pangeran Samudra"

Aku hanya mengangguk, melihat Mba Wati yang mengeluarkan handuk.

"G bawa sabun, mbak ?" tanyaku heran, melihat sabun yang diletakkan di atas meja, habya sikat gigi dan odol yang dibawa.

"Mandi kembang ga boleh pake sabun, Jang. "

Yang dimaksud sendang, ternyata hanya sebuah sumur di dalam kamar mandi, Mba wati membeli kembang, lalu kami masuk ke dalam bilik kamar mandi, tempat sendang ontrwulan.

Aku melotot kaget saat Mba Wati dengan cueknya membuka seluruh pakaiannya hingga bugil, buah dadanya yang besar dan kendor dengan pentilnya coklat kehitaman terlihat indah. Memeknya yang tanpa jembut, terselip di pangkal pahanya, mungkin jembutnya slalu dicukur.

"Jang, jangan melotot, buruan buka baju, kita mandi." Mba Wati menarik kaos yang aku kenakan, terlepas dari badanku melewati kepala. Dengan tergesa gesa mba watipun membuka celanaku, seperti seorang ibu yang menelanjangi anaknya yang nakal dan gak mau mandi.

Aku benar benar pasrah, terkesima dengan tubuh bugil wanita yang baru sekarang aku lihat. Bahkan aku tidak sadar saat celana dalamkupun terlepas.

"Jang, kontol kamu gede amat ! " ucap Mbaj Wati mengagetkanku. Reflek aku menutup kontolku yang sudah ngaceng.

"Gak usah ditutup, Jang. Bentar lagi kontol kamu masuk memekku, nanti malah kamu yang pengen selalu bugil, di depanku. Hihihi" mbak Wati tertawa geli.

Setelah mandi, kami berjalan menaiki tangga menuju makam Pangeran Samudra yang terletak di atas bukit. Skali lagi kami harus membeli kembang dan menyan.

Kembang dan menyan kami serahkan ke kuncen.

"Nama dan kamu, mba ?" tanya kuncen ke mba Wati.

"Wati binti ...!" mba Wati menjawab.

"Kamu ? " kuncen menoleh ke arahku.

"Ujang bin Jalu" aq menjawab lirih, bau menyan begitu tajam membuatku merinding, dan semakin merinding saat kuncen membaca mantra. Kulihat Mba Wati menundukan wajah dengan khusu.

Selesai membaca mantra, kuncen memberikan kembang yang sudah diasapi menyan, menyuruh kami masuk ke dalam cungkup makam. Hanya kami berdua di dalam cungkup, bersila dan berdoa dengan khusu agar semua keinginan kami terkabul.

Keheningan itu pecah saat Mba Wati terisak lirih, air mata mengalir di pipinya yang cuby dan mulus, tanpa sadar, akupun ikut menangis. Teringat dengan nasibku, umur 8 aku sudah menjadi yatim, umur 15 tahun, aku sudah harus memberi nafkah ibu dan adikku, membuayai sekolah adikku.

Suara isak kami seperti mantra yang mengetuk alam ghaib, menghiba agar semua hajat kami terkabul. Kami bersujud tanpa sadar, dahi kami menyentuh marmer makam yang dingin, semua tangis dan kesusahan yang dialami semuanya, seakan tertumpah saat itu. Ahirnya kesadaranku pulih, saat Mba Wati mengguncang pundakku, tersenyum dengan mata yang sembab.

Tanpa bersuara kami meninggalkan makam Pangeran Samudra, menuju kamar penginapan, walau tudak pantas dusebut penginapan, habya bilik kamar berdinding triplek yang temaram tanpa jendela.

Kami berjalan menuruni anak tangga dengan bergandengan tangan. Ritual selanjutnya akan dimulai, tanganku menggenggam erat tangan Mba Wati, sebentar lagi aku akan merasakan kenikmatan yang sebenarnya.
Jadi ingat pengalaman pribadi ke GK
 
Bab 2 : Ritual Melepas Perjaka

Sampai kamar, Mba Wati memesan kopi pait, kopi manis, susu dan aer putih. Piring kosong untuk tempat bunga, semuanya diletakkan di meja. Dari dalam tas, Mba Wati mengeluarkan lisong, rokok klobot dan juga daun sirih. "Untuk sesaji, " kata Mba Wati menjelskan, melihat tatapanku. Senyumnya tidak lepas dari bibir mungilnya.

Kemudian Mba Wati membuka jilbab dan baju gamisnya, skali lagi aku melihat tubuh bugilnya yang menurutku sangat sexy. Walau agak gemuk, tapi payudaranya yang besar seperti pepaya, perutnya yang berlemak dan pinggulnya yang besar, kembali membuat kontolku ngaceng sempurna.

"Jang, jangan diliatin terus. Kamu juga buka baju. " kata Mba Wati sambil mencium pipiku.

Tidak perlu disuruh 2x, aku melucuti pakaianku hingga bugil.

"Jang, kontol kamu gede dan panjang, brapa panjangnya, Jang ? " Mba Wati menggenggam kontolku. "Kita sila berhadapan, Jang. Kita baca mantra dulu sebelom kita ngentot, kamu ikutu bacaan Mba, ya !"

Aku menggangguk, dan mulai mengikuti bacaan Mba Wati, walau aku tidak bisa kosentrasi. Bagaimana aku busa kosentrasi, bila dihadapanku ada wanita manis yang bersila bugil, dengan kedua tangan kami saling berpengan. Beberapa kali aku salah mengucapkan mantra dan harus diulang lagi, ahirnya mantra selesai dibaca.

"Jang, kamu celentang. Mba mau nyepong kontol kamu dan minum pejuh kamu sebagai sarat pesugihan."

Sperti kerbau dicocok hidung, aku tidur telentang, Mba Wati mulai mencium bubirku dengan ganas. Sekaligus menjadi ciuman pertamaku, rasanya tak bisa aku gambarkan. Sementara pentil dadaku diplintir lembut, geli dan nikmat.

Lalu ciuman Mba Wati turun ke leherku, aku terkikik geli, turun ke puting dadaku, menggigit pelan. Mak, bulu kudukku merinding, nikmat skali. Sementara kontolku diremas lembut.

"Mba, enak." gumamku. Aku yang hanya seorang pemula, hanya bisa pasrah dan pasif menerima perlakuan wanita dewasa yang merangsang titik titik sensitifku.

Mba Wati begitu lihai mempermainkanku yang pasrah seperti boneka, diam dan mendesis nikmat.

"Kamu benar benar perjaka tingting, ya Jang ? Mba Wati menatapku sambil tersenyum. Tangannya terus membelai kontolku yang sudah sangat tegang. "Panjang kontol kamu, brapa Jang ?"

"19 cm, mba." ya ¹8 cm, karna aku pernah iseng iseng ngukur kontol dengan penggaris, cuma aku gak tau, brapa diameternya. Cuma lebih gemuk dibanding kontol teman temanku. Karna sering mandi di sungai kalo di kampung, makanya kami suka iseng ngukur kintol suapa paling besar dan panjang.

Aku menahan nafas, saat Mba Wati menjilati kepala kontolku, geli heli nikmat, tubuhku semakin merinding, terlebih saat kintolku mulai diemut mulut Mba Wati, kontolku terasa hangat dan basah.

"Mba, aduh !!" aku benar benar melayang, untuk pertama kalinya kontolku diemut wanita, rasanya sulit duucapkan. Mba Wati begitu lihai memompa kontolku di muputnya sambil dihisap hisap. Kadang kepala kontolku dijilati lidahnya yang hangat.

Aku tidak mampu menahan hentakan kenikmatan, ini. Magma yang terpendam sudah sampai puncaknya. Ini pengalaman pertamaku, wajar kalo aku tidak bisa tahan lama.

"Mba, aku mau keluar.....!!!" ujarku.

Mba Wati malah semakin menghisap kontolku yang menembakan pejuh dengan derasnya. Tanganku mencengkram kasur, tubuhku mengejang nikmat, tanpa dapat aku tahan, menjerit lirih mengiringi puncak orgasme. Nikmatnya melebihi orgasme saat onani.

Aku terhempas lemas, mataku menatap sayu melihat mba Wati yang terus menyedot kontolku. Perlahan rasa nikmat berganti ngilu.

"Mba, udah. Kontolku ngilu." mba Wati menatapku, senyumnya membuat wajah cubynya semakin manis. Ditelannya spermaku.

"Mba, ko pejuhku ditelen ? " tanyaku heran.

"Inikan sarat ritual." ujar Mba Wati.

Suara mba Wati terdengar samar, tubuhku sudah terlalu lelah, hanya tidur 1 jam, ditambah orgasme yang aku alami membuatku lemas seperti tidak bertenaga. Akupun tertidur.
*****

"Och, nikmat Jang, kontol kamu gede, panjang dan keras banget. Memek mbak, enak. "

Mba wati terus memacu kontol dengan liar. Dengan posisi WOT, membuatnya begitu leluasa memacu kontolku. Rambutnya yang panjang, kusut, tubuhnya basah oleh keringat, membuatnya terlihat cantik dengan penerangan lampu yang temaram.

Toketnya yang besar ikut bergoyang, dengan gemas aku meremasnya. Begitu kenyal dan hangat.

Tiba tiba aku terbangun dari mimpiku, aku merasa kontolku seperti keluar masuk lobang sempit yang lunak, lembut, hangat dan basah. Ada yang menindih tubuhku.

Betapa terkejutnya aku saat melihat Mba Wati sedang asik jingkok di atas kontolku. Tubuhnya naek turun dengan.liar. ternyata yang aku impikan tadi, ternyata nyata.

"Mba Wati !!!"

"Ahirnya kamu bangun juga, Jang. Dari tadi Mba ngentotin kamu, gak bangun bangun, juga. " mba Wati tersenyum, samnil terus memacu kontolku.

"Jang, mba keluar lagi" teriak mba Wati. Memek Mbak Wati berkedut kedut meremas kontolku. "Mba, cape jang. "

Setelah orgasmenya selesai, mba Wati tersenyum menatapku, kontolku masih tertanam di dalam memeknya. Mba wati mencium bibirku dengan lembut, lalu merebahkan tubuhnya d sampingku.

"Mba, aku belom keluar !" protesku.

"Ya udah, masukin lagi kontol kamu ke memek, mba. Gantian kamu yang diatas." kata mba Wati. Pahanya mengangkang.

Aku segera menindih tubuh Mba Wati yang reflek meraih kontolku, agar posisinya pas dilobang memeknya. Secara naluri, aku menekan kontolku masuk memek Mba Wati.

"Mba, memeknya enak." ujarku parau.

"Kontol kamu jiga, enak banget, mba udah keluar 3x, ayo Jang, entot lagi memek mba, keluarin pejuh kamu di memek, mba. "

Akupun memacu kontolku dengab ganas, membombabir memek Mba Wati yang memelukku erat. Bibir kami saling berciuman dengan ganas.

Seperti tidak mau kalah, pinggul mba Wati ikut bergiyang menyambut kontolku, hingga ahirnya Mba Wati tiba tiba menggigit dadaku, pada saat itu pula aku merasakan kontolku kembali memuntahkan pejuh yang banyak menyirami memek mba Wati.

"Aku keluar, mbak "

"Iya Jang, mbak juga keluar."
Nginep di GK kamarnya gak nyaman
 
Bab 3 : Malam Pertama yang Melelahkan

Kami berpelukan setelah selesai mengayuh birahi yang melelahkan dan penuh kenikmatan. Aku dapat mencium aroma rambut Mba Wati yang lembut.

"Mba, Mas Gatot kok, bisa ngijinin Mba ritual pesugihan ?" tanyaku penasaran.

"Karna pengen cepet, kaya." jawab Mba Wati, singkat.

"Och.! "

"Kamu hebat, Jang. Kontol kamu selain besar dan panjang, juga keras banget waktu ngaceng." mba Wati menggenggam kontolku dengan lembut. Otomatis kontolku beraksi, mulai mengeras lagi.

"Idih, kontolmu mulai bangun lagi, tuch. " mba wati tertawa senang merasakan kontolku yang mulai keras.

"Tadi juga waktu kamu abis mba sepong, kamu langsung tidur, padahal Mba lagi sange banget. Iseng Mba maenin kontol kamu, ech langsung tegang lagi. Y udah mba entotin kamu sampe mba keluar 4x, baru kamu ngecrot. Trus Mba ikutan tidur, pas bangun, mba liat kontol kamu udah ngaceng lagi, padahal kamu masih tidur, ya udah mba entoyin lagi kontol kamu, sampe kamu bangun. Hihihi."

"Mba nakal banget, aku lagi tidur, mba entotin 2x. Ngomong ngomong aku tidur lama juga, y ?" tanyaku.

" iya, dari jam 2 bangun jam 8, kamu gak lapar, Jang ? Kita makan dulu,yuk ! Mba udah kelaparan, abis makan kita ngentot lagi." mba Wati bangun, lalu memakai kaos tangan panjang dan celana panjang, tanpa memakai BH dan CD.

Akupun segera berpakaian, kami lalu keluar kamar, di warung ada 2 wanita muda yang asik ngobrol dengan ibu pemilik warung.

"Wah, pengantin baru sudah keluar,hihihi". Ujar wanita paling muda mengoda kami.

Aku hanya tersenyum, jengah menghadapi godaannya. Aku menatap wajah gadis itu, cantik juga. Ada lesung pipi di ke dua pipinya saat dia tersenyum.

" hus, kamu ini, Lastri. " kata ibu warung. " Mau ngopi, apa makan, mas ? " tanya ibu warung kepadaku.

"Kopinya satu, teh manis dan makannya skalian," Mba Wati menjawab.

Kamipun makan dengan lahapnya, setelah ritual nikmat yang melelahkan. Bahkan, ku sampe nambah lagi. Maklum perut kuli, biasa makan banyak. Mba Wati, ikut nambah.

Wah, ini cewek makannya banyak, pantesan gemuk. Pipinya yang cuby, begitu menggemaskan. Beruntung diusia ke 21 aku bisa merengkuh kenikmatan dengannya. Guru mesum yang baik.

Setelah selesai makan, kami duduk di teras depan, beberapa warung masih buka, suara musik dangdut terdengar, menghilangkan kesan sakral Gunung Kemukus.

"Dingin,!" mba Wati semakin merapat ke tubuhku, mencari kehangatan. Tangannya menggebggam tanganku dengan, erat.

"Iya,!" perlahan kontolku mulai bangkit, kembali. Membayangkan kenikmatan lobang memek, mba Wati yang kata Mas Gatot suaminya, empot ayam. Aku masih malu ngajak Mba Wati masuk, kamar. Padahal kontolku udah ngaceng.

"Ich, kontolmu udah ngceng lagi" bisik Mba Wati, melihatku agak membetulkan celana yang sesk. Tangannya menyentuk kontolku.

"Masuk, yuk." mba Wati menarik tanganku.

"Wah, udah mau mulai lagi, nich ?" goda wanita muda yang kudengar dipanggil, Lastri.

"Iya, donk. Baru juga 3x" balas Mba Wati, cuek.

"Wah, bisa kecet tuch lobang, kalo disodok sampe pagi. Hahahah." ibu warung ikut ikutan menggoda, kami. Aku hanya menduk, malu.

"Ya, enggak, donk. Kan udah basah.." mba Wati menjawab sambil tertawa.

"Wah, enak donk disodok sampe pagi. Aku udah 3 malam gak ada yang, nyodok. Padahal udah sange, nich. Hihihi." Lastri nyamber seperti, beo.

"Hus, Lastri. Kamu ini." ibu warung tertawa mendengarnya.

Sampai di kamar terdengar Lastri berkata, " Mbak'e, kalo lagi kenthu volumenya dikecilin, nanti ada yang pengen. " disambut suara tawa dari yang lainnya.

"Mbak, jangan marah ya, Lastri biasa becanda, jangan dimasukin hati." kata ibu warung menimpali.

"Gak apa apa, Bu. Saya juga biasa becanda. Kalo Lastri, pengen. Suruh aja masuk, kita gabung. Hihihi." kata mba Wati.

Selesai bicara, Mba Wati langsung mendorongku rebah di atas kasur, tubuhnya menindihku, bibirnya rakus mengulum bibirku, lebih ganas dari yang tadi.

Naluriku, menuntun tanganku meremas pantatnya yang besar. Begitu kenyal dan padat pantat Mba Lastri.

Dan instingku pula yang mendorong tanganku meraih baju yang dikenaka Wati, menariknya lepas dari tubuh montok yang menggiurkan.

Aku bangkit, memangku Mba Wati, menggapai toketnya yang besar, dengan rakus aku menghisap pentilnya yang besar, rasanya biasa saja, tapi ada kesenangan sendiri membuat Mba Wati menggelinjang kegelian, dan tangannya menekan kepalaku ke toketnya yang kenyal. Dan aku semakin rakus menghisap seperti bayi, namun tak ada setetepun ASI yang keluar dari dalamnya.

"Jang, enak. Terus isep, sayang. Kamu makin pinter aja."

Bosan dengan toketnya, kugulingkan tubuh montok Mba Wati terlentang. Kubuka celana mba Wati, hingha memeknya yang tidak berbulu terlihat menggairahkan, hitam dan bergelambir. Perlahan aku menyentuh memek Mba Wati, mnguakkannya, agar bisa melihat bagian dalam yang telah memberikanku sejuta kenikmatan. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, karna penerangan lampu yang temaram.

"Jang, jangan diliatin aja, jilatin memek, mba!" protesnya, mengagetkanku yang begitu terpesona dengan keindahan memeknya.

Perlahan kudekatkan wajah ke memeknya, tercium bau aneh, bukan bau pesing. Ini bau yang asing, apa ini yang dibilang bau, memek ?

Perlahan kujulurkan lidah, menjilat bibir memek yang tembem, rasnya aneh, entah kenapa aku malah suka dengan rasanya. Kukuakkan memeknya agar lidahku bisa menjilati bagian dalamnya, nikmat. Baunya semakin membuatku bergairah. Lidahku semakin aktif menjilati lendir memek mba Wati.

"Jang, enak banget, trus Jang....!" mba Wati menekan kepalaku.

Akupun semakin bernafsu menjilat dan menghisap memeknya, permainan baru yang sangat mengasikkan. Apalagi memek mbak Wati semakin basah, cairan yang keluar semakin banyak, jariku mulai aktif, masuk lobang sempit yang menyimpan sejuta kenikmatan.

"Udah, Jang. Mba, gak kuat. Entot mbak, skarang." rintih mba Wati, tanpa perduli suaranya akan terdengar oleh orang di warung.

Akupun sudah tidak sabar nyodok memek mbak Wati, seger kubuka celanaku, membebaskan kontolku dari sangkarnya.

"Mba, sepong dulu." kusodorkan kontolku ke wajahnya. Mba Wati langsung mencaplok kontolku dengan rakus.

"Aw, nikmat Mba." untuk kedua kalinya kontolku disepong, Mba Wati dengan rakus. Sayangnya sepongan Mba Wati hanya sebentar, dia udah g sabar pengen dientot.

"Udah, jang. Entot memek, mba." Mba Wati memohon.

Akupun mengarahkan kontolku, Mba Wati semakin melebarkan pahanya, tangannya mengarahkan kontolku di pintu masuk memeknya.

Perlahan kontolku masuk ke dalam lobang memek yang sudah sangat basah, dindingnua begitu lunak, lembut dan hangat bergesekan dengan kepala kontolku yang sensitif. Nikmat sekali.

"Jang, kontol kamu enak banget......!"

"Memek Mba juga, enak." ujarku sambil ngocok memeknya dengan lembut, menikmati setiap gesekannya. Kadang aku mengeluarkan kontolku, dan menusuknya kembali membuat mba Wati menjerit, karena birahinya aku permainkan. Dan ternyata hal itu membuat Mba ratih bertahan lama, tiba tiba dia memelukku dan mencium bibirku denhan ganas.

"Jang, Mba keluar....aaaaaaaah,..!" tangannya memelukku erat dan pahanya membelit pinggangku hingga kontolku terbenam semuanya, kurasakan memeknya berdenyut denyut memijit konyolku.

"Jangan digoyang, dulu..... Mba, keluar..." kurasakan pelukannya mengendur, nafasnya agak tersengal sengal. "Jang, gantian, mba yang di atas.

Akupun menggulingkan tubuhku, celentang d sampingnya. Mba Wati segera menaiki tubuhku dan menngenggam kontolku, setelah dirasa pas, mba Wati nenurunkan pinggupnya, mendorong kontolku memasuki memeknya. Perlahan, mba Wati menaik turunkan tubuhnya, bibirnya tersenyum, menatapku sayu.

" kamu pinter ngentot, Jang!" kata mba Wati, tubuhnya menindihku, bibir mungilnua mencium bibirku, kamipun berciuman. Sementara pinggulnya bergerak semakin cepat mengocok kontolku.

"Kan, mba Wati yang.ngajarin
" ujarku setelah ciuman yang panjang.

"Aduh, Jang.!! Mba mau keluar lagi. Aaaaach," tubuhnya mengejang, menyambut orgasme ke duanya.

"Mba, kok cepet banget, keluarnya ?" tanyaku heran. Sedang menurut cerita, orang bisa ngentot lama sebelom, orgasme.

"Abis, kontol kamu enak, Jang. Kamu blom keluar, y ?"Mba Wati tersenyum, menatapku sayu.

"Belom, Mba. Aku pengen bisa ngentot 1 jam kaya cerita cerita." kataku kugu.

"Hahaha, kamu kebanyakan baca ceriya poroi sama film liat bokep, mana ada ngentot satu jam baru keluar. Bisa patah sakit kontolmu karna gak orgasme orgasme. Aku pengen ngerasain dientot sambil nungging, Jang." mba Ratih langsung nungging disampingku.

"Ayao, Jang. Entot memekku dari belakang."

Akupun beriri dengan lutut, mengarahkan kontolki ke memek Mba Ratih, dengan mudah kontolkuku masuk. Dengan posisi seperti ini, gerkanku terasa kaku, mungkin karna pengalaman pertamaku. Tapi rasanya lebih nikmat, karna memek Mba Ratih lebih berasa.

"Mba, aku gak tahan, mau ngecrot...!" uvapku lirih, dan sebisa yang aku bisa, kupercepat kocikanku untuk bisa meraih orgasme ke 3 ku.

"Iya, Jang. Mba juga mau keluat lagi......" kata mba Wati.

"Aku keluar, mba,, aaaaaach..." kontolku menembakan pejuh ke memek Mba Wati.

"Jaaaaang, akuuu juga keluar....! " teriak
mba Wati..

Hening, perlahan aku mencabut kontol. Mba Wati mendesah saat kintol terlepas dari vengkeraman, memeknya. Tubuhnya ambruk tengkurap. Akupun merebahkan tubuhku di sampingnya.

Mba Wati membalikkan tubuhnya, terlentang. Wajahnya menoleh ke arahku, tersenyum puas. Lalu matanya terpejam, nafasnya terdengar halus teratur. Tidak lama, terdengar dengkur halus Mba Wati yang tertidur.

Mba Wati pasti kecapean, sehabis menempuh perjalanan jauh dari Bogor sampe Kemukus, ditambah ngentot beberap x denganku. Kuambil sarung dari tasku, untuk menyelimuti tubuh bugil, Mba Wati.
Maksih om, GK tempat yang penuh kenangan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd