Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

Bimabet
Waduhhh..si Jalu kena jebakan eh jepitan singa betina...dah gitu singa jantannya dateng lagi....bahaya nih...
 
Lamun teu salah mah lain apalen si a ujang/jalu teh saha nu ngabunuh bapana teh..

Pernah baca si jalu ningali nu ngabunuh na si japra trus si japra bebeja ka si dhea.

Teuing bebeja naon poho deui
Trus si japra jeng si dhea teh ngewe sa engges maehan bapana si jalu teh

Bner teu asa pernah ngabaca..
 
ngadem dulu di lapak om satria....
sapa tahu diturunin ilmunya jalu....
 
Lamun teu salah mah lain apalen si a ujang/jalu teh saha nu ngabunuh bapana teh..

Pernah baca si jalu ningali nu ngabunuh na si japra trus si japra bebeja ka si dhea.

Teuing bebeja naon poho deui
Trus si japra jeng si dhea teh ngewe sa engges maehan bapana si jalu teh

Bner teu asa pernah ngabaca..
si jalu hente ningali bapakna dibunuh.
 
Chapter 5

Aku bergerak mundur hingga lupa memasukkan kontol ke dalam celana. Pikiranku lebih tertuju ke arah Japra untuk melakulan pertarungan hidup dan mati. Aku terjebak dalam situasi yang sudah kuperkirakan sebelumnya, itu sebabnya aku membawa sebuah pisau belati panjang yang sangat tajam. Aku meraba pinggang belakangku mencari pisau belati yang tergantung. Wajahku langsung pucat karena aku tidak menemukan belati yang, hanya tersisa sarungnya saja..

"Kamu mencari ini?" tanya Dhe menunjukkan pisau belati yang sudah berada di tangannya. Gila sejak kapan dia mengambilnyaa dan aku tidak merasakannya. Tapi tidak ada wajtu untuk memikirkannya, ada yang lebuh penting.

Aku beringsut ke arah kanan mencari ruang yang lebih luas untuk melakukan pertarungan. Tanganku terkepal dan kakiku membentuk kuda kuda tanggung. Perlahan aku melangkah maju mendekati Japra, anehnya pria itu tetap tenang tidak menunjukkan reaksi apa apa.

"Kang Jalu, kamu hanya membutuhkan kepalan tangan dan kaki untuk bertarung. Sebesar apapun kontolmu tidak akan mumgkin mampu mengalahkan lawanmu. Kontolmu hanya bisa untuk menaklukan wanita di atas ranjang." kata Bu Dhea membuatku bingung dengan maksudnya.

"Masukkan kontolmu, aku tidak akan tergoda karena aku lelaki tulen." Japra menambahkan apa yang dikatakan Dhea, reflek aku melihat je bawah dan aku baru menyadari kontolku belum aku masukkan ke dalam sangkarnya. Buru buru aku memasukkan kontolku dan merapikan celanaku.

"Kalian menjebakku?" tanyaku seyelah berhasil menenangkan diri dari rasa terkejutku. Perlahan aku mengatur nafasku untuk menenangkan hatiku. Apa lagi lawan yang harus kuhadapi sangatlah tangguh.

"Menjebakmu? Untuk apa? Aku bisa membunuh kapanpun aku mau." jawab Japra penuh rasa percaya diri dan berkesan meremehkanku. Seolah olah aku hanyalah anak kemaren sore yang tidak bisa apa apa.

"Jangan sombong, di Gunung Kemukus kau tidak berhasil membunuhku." jawabku berusaha untuk mengintimidasi Japra dengan mengingatkannya dengan kejadian di Gunung Kemukus. Ya, dia tidak berhasil membunuhku padahal kesempatannya sudah di depan mata.

"Bodoh, aku tidak berniat membunuhmu. Targetku adalah membunuh Pak Tris secepat mungkin sebelum masyarakat datang mengeroyokku." jawab Japra tenang. Aku mulai terpengaruh oleh perkataannya sehingga kewaspadaanku agak mengendur. Yang menjadi pikiranku kenapa Pak Tris harus dibunuh. Ada rahasia apa di baliknya. Atau kesalahan apa yang sudah dilakukan oleh Pak Tris sehingga harus dubunuh.

"Kamu yang membunuh ayahku?" tanyaku menatap wajah Japra yang terlihat dingin. Ya, sepertinya seperti itu.

"Ya, aku membunuhnya. Karena ayahmu sudah melewati batasnya. Batas yang seharusnya tidak boleh dilanggar." kata Japra membuatku yerpancing.

Tanpa berpikir panjang aku melayangkan tinjuku yang semakin terasah dalam pertarungan jalanan. Pertarungan tanpa aturan, di mana jurus jurus Cimande yang aku pelajari hilang menjadi sebuah kreteg. Menjadi sebuah keinginan, keinginan untuk melumpuhkan. Sebuah jurus yang pernah kupelajari menjadi gerak yang digerakkan oleh naliuri. Bukan lagi gerakkan baku yang harus dihafal.

Tapi Japra adalah jawara tua yang sudah berkecimpung dalam dunia hitam selama puluhan tahun, telah melakukan pertarungan puluhan bahkan mungkin ratusan kali pertarungan jalanan. Dengan mudah dia menepis pukulanku dan membalas dengan pukulan yang tidak kalah mematikan dengan pukulan yang aku lancarkan.

Dalam sekejap kami saling bertukar pukulan di ruang yang sempit sehingga gerakan kaki dan kuda kuda kami begitu terbatas. Inilah pertarungan sesungguhnya di segala medan.

"Cukup kamu menguji Kang Jalu..!" kata Dhea berusaha menghentikan pertarungan yang sedang berlangsung sebgut.

Aku tidak berani mulai menyudahi pertarungan, bisa saja ini sebuah jebakan. Tapi ternyata Japra mundur menghentikan serangannya dan seperti tidak melihat kehadiranku dia duduk di sofa yang dikhususkan untuk para tamu.

Aku tetap berdiri tegak tidak terpancing oleh siasat mereka. Saat ini aku sedang berada di kandang singa, nyawaku dalam bahaya. Aku harus selalu siap setiap saat menghadapi terkaman mereka yang bisa datang kapan saja.

"Duduklah kami tidak berniat mencelakaimu karena kamu adalah pemimpin kami sekarang setelah kematian Kang Gobang." Dhea berjalan menghampiriku, bajunya masih terbuka sehingga payudaranya bergerak lembut saat dia berjalan. Payudara idaman setiap pria yang memuja nafsu duniawi.

Dengan lembut Dhea menggandeng tanganku untuk duduk di sofa, duduk bersebarangan dengan Japra yang terlihat acuh dengan kehadiranku. Rasa percaya diri yang luar biasa dari seorang jago tua yang sudah kenyang asam garam dunia hitam.

"Kita harus bersatu, bahu membahu untuk mengembangkan bisnis kita. Bisnis yang akan membuat kita menjadi sebuah kartel besar yang menguasai dunia bawah. Salah satu alasan kami melenyapkan ayahmu adalah keinginanya untuk menutup kran bisnis yang menggiurkan itu. Kita tidak bisa hanya berkecimpung di klub dan prostitusi. Kita harus merambah narkoba, itu pangsa pasar potensial yang bisa membawa kejayaan pada kita. Bukan hanya di negara ini, tapi juga di AAsia." Dhea menerangkan tujuannya. Ambisinya membuatku merinding ketakutan. Ini sebuah rencana gila, pantas saja ayahku menolaknya. Dan sekarang dia menginginkanku masuk dalam rencana besarnya. Ya, dengan kehadiranku mereka akan mendapat tambahan kekuatan, bantuan dari Mang Karta, Mang Udun, Bi Narsih dan Lilis. Kenapa Lilis begitu diharapkan untuk bergabung dengan rencana besar mereja?

"Kenapa harus aku ?" tanyaku heran. Aku hanyalah anak kemaren sore yang tidak tahu apa apa. Secara kemampuan, aku belum layak untuk duduk di kursi panas yang ditawarkan atau Dhea hanya menginginkanku sebagai boneka yang bisa digerakkannya sesuka hati.

"Karena kamu adalah anak Kang Gobang dan kemampuan bertarungmu setara dengan Kang Gobang. Yang membedakan hanyalah pengalamanmu. Dengan kamu bergabung, maka jago jago tua yang sangat disegani akan mengikuti jejakmu. Seperti Kang Karta, Kang Udin Tompel. Ahli strategi seperti Teh Narsih dan jstrimu Lilis akan terlibat. " kata Dhea membuatku terkejut. Dia sengaja menjadikanku pucuk pimpinan karena ingin mengumpulkan orang orang terdekatku ikut terlibat dalam rencana besarnya. Rencana gila.

"Kamu gila, hanya karena ambisimu, ayahku kau lenyapkan dan kemungkinan Pak Budi juga kamu lenyapkan." kataku dingin. Kupu kupu yang menjadi julukannya tidak pantas disandangnya. Herusnya dia mempunyai julukan lain.

"Japra, sodok anusku...!" perintah Dhea ke Japra membuatku yerkejut. Ternyata Dhea seorang maniak sex yang tidak pernah puas dengan satu kontol.

"Kang, kamu rebah di sofa panjang." kemnali Dhea memneri perintah. Aku segera bangkit sambil menggendong Dhea menuju sofa panjang yang di duduki Japra sehingga kontolku terbenam aman dalam memeknya. Japra berdiri memberiku tempat untuk merebahkan tubuh seperti keinginan Dhea. Dhea merapatkan tubuhnya dengan tubuhku.

Japra rupanya sudah tahu apa yang harus dilakukannya, segera bergerak ke belakan Dhea, tanpa melepas celana dia mengeluarkan kontolnya yang sudah ngaceng. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Japra, apa benar dia akan menyodomi anus Dhea seperti keinginan Dhea.

"Tusuk yang kencang..!" perintah Dhea seperti tidak sabar.

Gila, aku belum pernah menghadapi lawan main yang minta di doble penetration seperti Dhea, aku adalah pemain tunggal yang biasa menaklukan dua wanita sekaligus. Situasinya sekarang terbalik, Dhea seperti ingin mwnaklukkan dua pejantan dengan dua lobang di tubuhnya.

"Ochhhh, nikmat...!" Dhea mengerang saat lubang anusnya di tembus kontol Japra membuat memekbya menjadi makin sempit menjepit kontolku. Dhea menggerakkan pinggulnya dengan cepat mengocok dua kontol yang berada di dua lubangnya. Sensasinya sungguh aneh dan jujur, aku tidak begitu menyukainya.

Aku seorang pemain tunggal, aku merasa dilecehkan oleh Dhea yang berusaha menaklukkan dua pejantan yang berpacu memompa dua lubang di tubuhnya. Wanita gila, wanita maniak sex. Sayang sekali wanita secabtik Dhea harus menjadi budak nafsunya sendiri.

"Kocok yang kencang...!" Dhea sepertinya sangat menyukai sex yang kasar dan cenderung brutal. Aku hanya dia tidak memberikan respon permintaan Dhea. Berbeda debgan Japra yang mengocok lobang anus Dhea dengan cepat dan bertenaga sehingga tubuh Dhea berguncang keras dan otomasis kontol ikut bergerak cepat mengocok memeknya.

"Aku suka dientot dan disodomiiii... Ampunnnnnn akuuuuj kelllluar..." Dhea menjerit mendapatkan orgasmenya setelah melewati 15 menit siksaan dua lubangnnya disodok dua kontol perkasa.

"Akkku kelllluar, " jerit Japra tidak kalah heboh dengan Dhea. Japra segera mencabht kontolnya dari lobang anhs Dhea.

Tinggal aku sendiri yang belum keluar. Aku bangkit dan kembali menggendong Dhea sehingga kontolku tidak terlepas dari memeknya. Aku rebahkan Dhea di atas meja kerjanya dan tanpa menunggu waktu, aku memompa memeknya dengan kasar untuk bisa menyusul Japra yang sudah mendapatkan orgasmenya.

"Gila, kamu ternyata lebih perkasa dari ayahmu...!" Dhea merintih menikmati sodokanku yang seperti gelombang ombak yang datang terus menerus tudak berhenti.

Aku seperti kesetanan mempompa memek Dhea sehingga meja jati yang besar agak bergeser akkbat hentakanku yang bertenaga, hingga ahirnya aku tidak mampu mempertahankan diri kebih lama lagi.

"Akkku kelllluar...!" aku menjerit nikmat saat pejuhku meluncur deras membasahi lobang memek Dhea.

"Akkku jugaaaaaa..!" Dhea menjerit mengikuti jejakku.

"Gila, kamu benar benar pejantan terhebat yang pernah aku temui." kata Dhea setelah aku mencabut kontolku dari memeknya. Dhea bangkit dengan kaki mengangkang lebar. Tangannya mengorek pejuhku yang merembes keluar dari memeknya. Tanpa rasa jijik Dhea mengulum jari jarinya yang berlumuran pejuhku bercampur cairan memeknya.

"Pejuh kamu nikmat sekali..!" kata Dhea kembali mengambil lelehan pejuhku dari memeknya dan menjilatinya sehingga lelehan pejuhku di memeknya habis.

Aku meninggalkan Dhea dan masuk kamar kecil. Aku harus mencuci kontolku hingga benar benar bersih sehingga Lilis maupun Ningsih tidak mengetahui perselingkuhanku. Sepertinya selingkuh sudah menjadi gaya hidupku. Aku keluar kamar jecil setelah kontolku sudah benar benar beraih dari lendir dan bau memek Dhea.

Dhea masih rebah di meja kerja, pakaiannya masih acak acakkan, sepertinya dia masih menginginkannya lagi, tapi aku sudah tidak bernafsu. Aku harus pupang, Lilis dan Ningsih bisa melahirkan kapan saja.

"Kamu gak lengen nambah?" tanya Dhea melihatku yang keluar dari kamar kecil dengan pakaian sudah rapih.

"Aku harus pulang, istriku sudah dekat waktu melahirkan." jawabku.

*******

Aku pulang pagi pagi sekali, tepat saat Adzan Subuh berkumandabg dari corong masjid. Biasanya jam segini Lilis dan Ningsih sudah bangun dan menjalankan Shalat Subuh. Ningsih statusnya sudah jelas, dia istriku. Sedangkan Lilis belum jelas. Rencanya kami akan menikah setelah dia melahirkan.

Aku mengambil kunci dari saku celana dan memasukkannya ke lobang kunci. Aku memutar kunci, aneh pintu tidak terkunci. Perlahan aku membukanya. Apa Lilis atau Ningsih lupa mengunci pintu. Tidak mungkin mereka keluar jam segini.

Perlahan lahan aku masuk ke dalam rumah dengan waspada. Aku memlerhatikan sekeliling ruang tamu, semuanya dalam keadaan rapi tidak ada tanda tanda yang mencurigakan. Begitu pulang dengan ruang keluarga, semuanya berada pada tempatnya masing masing tidak ada tanda tanda mencurigakan. Kamar kerjaku dan Lilis masih terkunci.

"Jang, sudah pulang?" tanya sebuah suara membuatku sangat terkejut dan reflek berbalik ke arah suara. Aku menarik nafas kega melihat Ambu hanya memakai handuk, rambutnya terlihat basah.

"Ambu, kapan datang?" tanyaku sambil mencium tangannya yang halus. Aroma sabun dab shampo tercium olehku.

"Semalam, tidak lama kamu pergi." jawab Ambu. Di usia 50 Ambu masih terlihat awet muda, wajahnya sangat mirip dengan Ningsih, tubuhnya masih tetap indah karena aku pernah merasakan kehangatan tubuh bugilnya. Jepitan memeknya tidak kalah dibanding Lilis dan Ningsih.

"Lilis dan Ningsih belum bangun, Bu?" tanyaku sambil melirik pintu kamar Lilis dan Ningsih yang bersebelahan.

"Lilis dan Ningsih masuk Rumah Sakit.!" jawab Ambu.

Bersambung...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd