Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

Chapter 21

Aku tidak percaya dengan penglihatanku, bukan Wewe Gombel yang beranjak dari atas tubuhku tapi Limah. Apa selama ini yang memperkosaku adalah Limah bukan Wewe Gombel, atau Wewe Gombel meminjam tubuh Limah?

Belum habis rasa terkejutku, Yoyoh sudah berjongkok dan meraih kontolku mengarahkannya tepat pada memeknya. Tubuhku terasa menjadi kecil dibandingkan Yoyoh, tapi ini jauh lebih baik kalau dibandingkan Wewe Gombel yang sedang memperkosaku.

Aku menoleh ke arah Limah yang berbaring di sampingku, kelelahan setelah memperkosaku. Bau busuk yang tadi tercium dan hampir membuatku muntah, kini telah hilang tidak berbekas. Jadi apa yang aku alami adalah sebuah halusinasi, tetapi rasanya benar benar nyata. Apakah ini adalah efek dari ritual untuk menyempurnakan ilmuku, ilmu yang tidak bisa disempurnakan oleh ayahku dan aku mulai memahaminya kenapa ayahku tidak bisa menyempurnakannya.

"Kang, ennnnak....!" Yoyoh merintih diantara goyangan pimggulnya yang sedang memompa kontolku. Aku terpaku melihat Yoyoh yang begitu bersemangat, seolah dia sedang mendapatkan maiman baru, seluruh lemak di sekujur tubuhnya bergerak naik turun.

"Ennnnak, Yohhhh.!" untuk pertama kali aku bisa merasakan kenikmatan saat kontolku bergesekan dengan memeknya. Ngentot yernikmat setelah semua yang kurasakan. Tanganku meraih payudara Yoyoh yang besar, menjaganya agar tidak terjatuh dari tubuhnya yang gempal namun ternyata bisa bergerak limcah saat merasakan kenikmatan sodokan kontolku.

"Aduh, darah di memek Limah kok banyak?" kata Limah bangkit duduk, kakinya mengangkat sehingga Limah bisa melihat bercak darah yang mulai mengering di sela sela selangkangannya. Aku hanya bisa melihat punggungnya yang kuning langsat dan halus tanpa noda.

"Sakit?" tanyaku karena tidak tahu harus bertanya apa kepada gadis cantik ini, aku benar benar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Limah. Apakah aku yang sudah mendapat keperawanannya saat wujudnya berubah menjadi Wewe Gombel atau Gondoruwo yang menyamar menjadi diriku yang melakukannya.

"Liat ini..!" kata Limah membalikkan tubuhnya sehingga aku bisa melihatnya membuka belahan memeknya yang merah.

"Kok gak ada darahnya?" tanyaku pilon. Mataku lebih tertuju pada lubang memeknya yang terlibat merah dan berkilat.

"Enakkk Kang, kontol ennnnak...!" erangan Yoyoh menyadarkanku dari pesona keindahan memek Limah. Aku berpaling ke arah Yoyoh, wajahnya terlihat semakin manis saat meringis nikmat akaibat sodokan kontolku.

"Ini...!" kata Limah membuatku kembali menoleh ke arah memeknya dan aku baru menyadari bercak darah yang mulai mengering di permukaan memek dan selangkangannya.

"Sakit gak? Gila, memek kamu enak amat...!" tanyaku di saat yang bersamaan jepitan memek Yoyoh tersasa semakin nikmat. Lunak dan hangat. Sekarang aku bisa merasakan surga dunia di memek Yoyoh, setelah sebelumnya kontolku seperti terbakar.

"Kontol Kang Ujang ennnnnnnakkkkk... !" jerit Yoyoh sambil memutar pinggulnya berusaha mendapatkan kenikmatan lebih yang akan mengantarkannya ke puncak orgasme.

"Sakitttt tau..!" rajuk Limah. Suaranya yang biasa terdengar judes dan ketus berubah menjadi manja membuatku heran melihat perubahannya. Apa yang membuatnya begitu.

"Liat ini..!" seru Limah membuka belahan memeknya semakin lebar sehingga aku bisa melihat bagian dalamnya, aku tidak mengerti apa yang harus kulibertemuIni, memek Limah lobangnya jadi gede gara gara disodok kontol kamu..!" seru Limah membuatku hampir tertawa karena lucu.

"Ampunnnn, Yoyoh mauuuu kelllluar...!" rintihan Yoyoh membuatku melihat ke arahnya. Wajahnya berswmu merah sementara gerakan pinggulnya semakin cepat mengocok kontolku.

"Iya kellluarin, memek kamu ennak banget..!" kataku sambil ikut menggerakkan pinggulku menyambut hujaman memeknya yang semakin nikmat saja rasanya.

Aku audah tidak memperdulikan kehadiran Limah, aku fokus pada jepitan memek Yoyoh dan ingin secepatnya menumpahkan pejuhku di memeknya.

"Kang, Yoyoh kelllluar.. Jerita Yoyoh menyambut orgasme dahsyatnya, tangannya yang besar meremad dadaku, membuatku harus mengencangkan otot otot di sekitar dada dan punggung.

Kubiarkan Yoyoh jatuh menindih tubuhku saat badai orgasme reda. Kubiarkan dia menikmati sisa sisa orgasme di atas tubuhku walaupun aku harus mengatur nafasku untuk mengurangi beban tubuhnya yang berat, namun tidak seberat tubuh Wewe Gombel yang tadi memperkosaku.

"Aku belum keluar...!" bisikku di telinga Yoyoh yang menindih tubuhku. Aku masih ingin menikmati tubuh gemuk Yoyoh, jepitan memeknya begitu terasa tidak kalah dengan jepitan memek istri istriku.

"Capek, Kang. Sama Limah, ya.!" jawab Yoyoh beranjak dari atas tubuhku, sehingga kontolku terlepas dari memeknya. Sebagian cairan memek Limah membasahi peler dan selangkanganku.

"Gak mau, memek Limah masih sakit." jawab Limah membuatku merasa iba. Entah siapa yang sudah memerawaninya, aku atau gondoruwo yang menyerupaiku.

"Tuh, Limah masih sakit." kataku sambil meremas payudara Limah yang sebesar buah pepaya, menggantung besar. Entah kenapa aku menyukainya. Tidak perduli bentuk payudara seperti apa, karena mempunyai ciri has dan keindahannya masing masing.

"Akang, Yoyoh cape...!" protes Yoyoh saat aku mendorong tubuhnya rebah di samping Limah. Untung ranjangku sangat besar sehingga masih tersisa banyak ruang untuk kami bertiga, aku tidak tahu berapa ukurannya yang jelas kami bisa leluasa ngentot tanpa harus salah satu dari kami mengalah tidur di lantai.

"Kang Ujang belum keluar..!" jawabku tanpa memperdulikan protes Yoyoh, aku membuka kaki Yoyoh agar mengangkang sehingga belahan memeknya terbuka dan basah oleh ceceran lendir yang terus menerus keluar dari memeknya membuatku tergoda untuk mencicipi lendirnya. Lendir gadis yang baru saja kehilangan perawannya.

"Akanggg, memek Yoyoh diapaiiiiinn..!" tubuhnya mengejang zaat mulutku menjilati lendir yang keluar dari memeknya, asin namun sangat nikmat.

Setelah puas menyeruput cairan birahi Yoyoh, aku segera merangkak di atas tubuhnya yang gempal, kontolku mengarah tepat di lobang memeknya yang sudah sangat basah, perlahan kontolku menerobos masuk dengan mudah ke dalam memek Yoyoh.

"Ohhhhh Limah, Yoyoh dientot lagiiii..!" Yoyoh menjerit lirih saat kontolku terbenam di memeknya yang tembem setembem pipinya, tanpa menunggu lama aku langsung memompanya dengan cepat berusaha menggapai orgasme yang belum aku peroleh.

"Makkkk ennnak, entot Yoyohhhhh..!" Yoyoh terus menerus mengerang menerima gempuranku yang semakin ganas.

Setelah sekian lama aku menggempur memek Yoyoh, tidak ada tanda tanda aku akan meraih orgaseme, membuatku semakin ganas memompa memek Yoyoh agar segera mendapatkan orgasme, puncak kenikmatan yang dicari oleh setiap insan.

"Kang, Yoyoh kellllllluarrrr lagiiiiii..!" jerit Yoyoh saat orgasme kembali menghantam dengan dahsyat, tangannya yang besar memeluk pinggangku dengan keras sehingga mau tidak mau aku harus menghentikan seranganku. Tenaga Yoyoh sangat besar membuatku tidak mampu bergerak memompa memeknya.

"Udah Kang, Yoyoh gak kuat lagi... Memek Yoyoh ngilu...!" kata Yoyoh setelah badai orgasmenya reda dan aku kembali mengocok memeknya dengan bernafsu untuk meraih orgaseme.

Aku tidak perduli dengan rintihan Yoyoh, aku terus memompa memeknya dengan cepat dan semakin cepat sehingga Yoyoh kembali meraih orgasmenya. Lagi dan lagi hingga ahirnya rasa nikmat berubah menjadi rasa sakit yang membuat Yoyoh menangis memohon agar aku menghentikan semua kegilaan ini.

"Ampunnnn Kang....!" seru Yoyoh lemah setelah berkali kali meraih orgaseme hingga ahirnya gadis gemuk itu hilang kesadarannya. Tangannya terkulai dan matanya terpejam rapat. Aku mengalah dan melihat ke arah Limah yang menatapku takjub karena aku tidak menunjukkan tanda tanda akan orgasme padahal Yoyoh terus menerus dilanda orgasme. Kami bertatapan.

"Jangan Kang, Limah masih sakit..!" kata Limah, wajahnya terlihat tegang melihat tatapan mataku yang berubah menjadi liar. Tangannya berusaha melindungi memeknya.

"Sebentar aja, aku akan melakukannya pelan pelan biar kamu gak, sakit." kataku merayu Limah agar mau menerima hujaman kontolku. Aku yakin, jepitan memek Limah akan mampu membuatku orgasme. Orgasme yang seperti menghindar dariku.

"Tapi memek Limah masih sakit, kontol kamu terlalu besar." jawab Limah sambil menutupi memek gundulnya seolah takut kontolku kembali menerobos masuk. Jelas sekali, wajahnya terlihat panik.

Aku tidak perduli dengan penolakan Limah, tanganku meraih dagunya dan tanpa memberinya kesempatan menghindar, aku mengulum bibirnya yang sensual dengan bernafsu. Aku benar benar ingin menikmati tubuh indahnya setelah kejadian tadi tubuhnya berubah menjadi Wewe Gombel. Ternyata Limah membalas ciumanku dengan gaya yang kaku tapi itu lebih dari cukup buat ku.

"Pelan pelan, jangan kasar seperti tadi..!" kata Limah lirih sambil merebahkan tubuhnya, pasrah menerima takdirnya untuk menuntaskan ritual yang baru dimulai. Ritual yang sama sama kami butuhkan, Limah dan Yoyoh membutuhkan nya untuk menghilangkan kesialan yang selalu menimpa mereka. Aku membutuhkan ritual ini untuk menyempurnakan ilmu warisan ayahkj atau aku akan celaka.

Ahirnya aku bisa menikmati keindahan tubuh Limah tanpa bau busuk dan bentuk tubuh yang mengerikan, aku menciumi lehernya yang jenjang dan basah oleh keringat dan keringatnya tidak bau seperti tadi bahkan bisa dikatakan harum menurutku yang baru saja terbebas dari pengalaman yang mengerikan. Aku ingin mengeksploitasi seluruh bagian tubuh Limah yang indah tanpa cacat, aku ingin menjilati seluruh permukaan kulitnya yang halus dan meminum keringat yang terus keluar dari pori porinya yang halus.

Kujilati leher Limah membuat gadis itu menggelinjang nikmat, jilatanku bergerak turun ke dadany yang ranum. Buah dada yang sedang tumbuh begitu indah. Kujilati seluruh permukaannya tanpa menghiraukan gelinjang tubuh Limah yang semakin sering hingga ahirnya lidahku berhenti pada puncak payudaranya, menggelitik putingnya yang semakin mengeras. Puting yang akan mengeluarkan ASI saat anaknya lahir kelak.

"Kang Ujang....!" Limah menjambak rambutku dan semakin membenamkan wajahku pada payudaranya. Tantangan terbuka yang memintaku menghisap putingnya, memberinya kenikmatan yang akan membuatnya mendapatkan surga dunia.

"Udah Kang....! Entot Limah...!" rintihan Limah akan membuat setiap pria yang mendengarnya akan terangsang dan langsung menghujamkan kontolnya ke dalam memek Limah.

Tapi aku mengabaikan permintaan, Limah. Aku ingin mereguk cairan memeknya, cairah birahi yang akan mampu membangkitkan kekuatan terpendam ilmu warisan ayahku tidak perduli itu adalah ilmu sesat yang akan membuatku menjadi budak para wanita yang haus sex. Cairan yang selalu ingin aku reguk dan tidak pernah bisa mengobati dahagaku.

Perlahan aku membenamkan wajahku pada selangkangan Limah yang sudah terbuka lebar memamerkan keimdahan memeknya yang mulus tanpa bulu, gairahku untuk menjilatinya hilang saat melihat bercak darah di pangkal pahanya. Aku mengurungkan niatku untuk menjilatinya. Aku merangkak di atas tubuhnya, siap melaksanakan tugas yang sesungguhnya. Perlahan aku menggerakkan kontolku mengelus elus itil Limah yang menanti tidak sabar.

"Kang, masukinnnn..!" Limah memohon agar aku memasukkan kontolku ke dalam jepitan memeknya. Birahi sudah membuatnya melupakan rasa malu.

"Katanya memek kamu masih sakit...!" goda ku sambil menggesek gesekkan kontolku pada itilnya sehingga semakin banyak cairan birahi yang keluar dari memeknya untuk mempermudah kontolku memasukinya.

"Udah enggak, buruan entot Limah..!" kata Limah sambil mengangkat pinggulnya agar kontolku masuk ke dalam memeknya, tapi kontolku malah meleset ke samping karena tidak tepat pada lobang memeknya.

"Kangggg jahat...!" kata Limah setelah usahanya mengangkat pinggulnya selalu gagal memasukkan kontolku ke dalam memeknya. Tangannya menahan pantatku agar tidak bergerak menghindar, namun yetap saja gagal.

"Kamu mau diginiin, bukan?" tanyaku sambil memasukkan kepala kontolku ke dalam memeknya lalu mencabutnya lagi, menggoda birahi gadis cantik yang baru mengenal kenikmtan kontol.

"Aaaa, kok dicabut lagi...?" tanya Limah yang terlihat kecewa oleh godaanku. Pinggulnya terangkat mengejar kontolku yang menjauh dari memeknya, membuatku tersenyum geli melihat tingkahnya yang sedang dibakar birahi. Hilang sudah rasa malu yang seharusnya dijaga.

Perlahan aku kembali mendorong kontolku yang langsung disambut Limah dengan mengangkat pinggulnya sehingga kontolku amblas seluruhnya di memek Limah.

"Awwww, nikmatttt...!" jeritan Limah menikmati kontolku yang terbenam seluruhnya. Matanya terpejam, bibirnya terbuka. Jelas dia begitu menikmatinya.

"Kamu suka?" tanyaku berbisik di telinganya sehingga aku bisa mencium aroma tubuhnya.

"Ennnak, Limah suka.." jawab Limah lirih, membuatku tersenyum senang. Sudah waktunya aku meraih orgaseme di memek Limah, aku yakin orgasme yang kuinginkan segera terjadi. Perlahan aku memompa memeknya dengan lembut, seperti janjiku tadi dan terlihat jelas Limah sangat menikmati nya. Pinggulnya bergoyang menyambut hujaman kontolku.

"Ennnnak dientot....?" rintihan Limah membuatku semakin bernafsu untuk segera meraih orgaseme yang tidak juga mau menghampiriku walau aku sudah berusaha keras meraihnya. Aku terus memompa memek Limah dengan rasa putus asa karena orgasme yang kutunggu semakin menjauh.

"Limah kelllluar....!" jerit Limah saat orgasme berhasil diraihnya, tangannya semakin erat memelukku bahkan dia menggigit leherku saking hebat orgasme yang dirasakannya.

"Enak ya...?" tanyaku marah karena orgasme yang kuinginkan tidak juga datang. Orgasme yang seharusnya sudah mengantarkanku ke surga dunia dambaan setiap manusia.

"Bangetttt.." jawab Limah kembali menggoyangkan pinggulnya setelah tenaganya pulih. Dia begitu menikmati apa yang kulakukan, sementara aku semakin tersiksa kontolku belum memuntahkan pejuhnya, tetap tegang sejak aku ngentot dengan Bu Tris. Aku benar benar tersiksa.

"Kanggggg Limah kelllluar lagiiiii..." jerit Limah membuatku semakin kalap. Jeritan yang mengatakan bahwa dia sudah berkali kali meraih orgaseme, seperti jeritan yang mengejekku karena tidak mampu meraih orgaseme.

"Kalau ennnak, rasakan ini..!" kataku kembali memompa memek Limah masih tetap menjaga irama kocokan kontolku seperti janjiku.

"Akkkku kelllluar lagiiii.. Ampunnnn Kang, Limah gak kuat.." kata Limah menyerah oleh orgasme yang terus menerus datang seolah tanpa henti.

Aku tidak perduli, tanpa menunggu Limah siap, aku memompa memeknya dengan cepat dan bertenaga lupa dengan janjiku yang akan memperlakukannya dengan lembut. Aku seperti kesetanan memborbardir memeknya dengan kasar. Aku mulai putus asa marena belum juga mendapatkan orgasme, kontolku seperti tidak mampu memuntahkan pejuh untuk mengahiri semuanya.

Aku marah dan kemarahanku tertumpah pada hujaman kontolku yang kasar, tidak perduli hal itu akan menyakiti Limah. Ini bukan aku, kenapa aku tidak bisa mengendalikan diri. Tubuhku seperti dikuasai oleh sebuah kekuatan tidak terlihat yang memaksaku memperkosa Limah. Apa yang sebenarnya terjadi.

"Ampunnnn Kang, sakittttt...!" jerit Limah berusaha mendorongku dari atas tubuhnya. Tapi tenagannya tidak mampu menyingkirkan tubuhku. Aku semakin beringas memompa memeknya, aku tidak bisa berhenti walau aku ingin menyudahinya.

Gila, kenapa orgasme yang ingin kuraih tidak menunjukkan tanda tanda akan datang, sekeras apapun aku memompa memek Limah, orgasme yang aku cari seperti semakin menjauh dariku. Aku benar benar sangat putus asa.

"Laknat, lepaskan Limah....!" sebuah hantaman keras menghantam kepalaku.

Bersambung.

Pelan pelan aja ya alurnya. Jangan buru buru.





,
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd