Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

Bimabet
Lanjutkan suhu.
Tetap semangat. Sebuah cerita yang sangat bagus. Detail penggambaran yang luar biasa, baik alur cerita, maupun SS-nya.
:semangat::beer:
 
Penampakan sosok itu salah satu cobaan ritual untuk mengecoh pikiran kang Ujang agar ritual yg dijalani saat ini gagal.
Betul nggak ya om@satria73.......
 
Siapakh sosok yg muncul di pikiran ujang?
Masih bingung tumbal apa n buat apa?
 
Chapter 29

Siapa yang mau mengorbankan nyawanya, tidak akan ada yang mau. Aku tidak mau menjadi tumbal sia sia, hidupku terlalu indah dan berharga. Hidup yang diperjuangkan dengan susah payah, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala. Aku meraih semuanya dengan pengorbanan yang sangat besar.

Dan pengorbanan terbesar adalah kematian Mang Karta, kematian yang tidak akan pernah bisa kulupakan seumur hidup. Tidak, aku tidak akan mensia siakan kematian Mang Karta dengan menjadi tumbal dari ritual penyempurnaan ilmu yang sebenarnya tidak pernah aku inginkan. Aku hanyalah korban. Lalu kenapa harus aku yang menjadi tumbal?

**********

Malam pertama bisa aku lalui, rasa panik yang sempat kualami perlahan reda. Tapi rasa pusing semakin menjadi membuatku nyaris kehilangan kesadaran. Aku bisa merasakan seluruh aliran darahku turun ke kepala yang terasa mau pecah. Aku berusaha keras mengabaikannya. Berusaha keras untuk terus membaca amalan yang sudah diturunkan oleh Abah, mengulang ulangnya setiap kali ada kalimat yang salah maupun terlewat. Sesekali mataku terbuka mencari bayangan dari sinar matahari yang masuk. Gelap, sepertinya sudah malam.

Malam kedua akhirnya berlalu lewat perjuangan yang nyaris membuatku gila. Seluruh tubuhku sudah tidak bisa digerakkan bahkan penglihatanku mulai tidak berfungsi, telingaku berdengung tidak lagi mampu mendengar suara lain. Sinar matahari yang masuk pun tidak lagi bisa kulihat. Aku kembali berusaha membaca amalan yang semakin sulit aku ingat, bahkan aku harus berjuang keras membaca satu kalimat yang nyaris hilang dalam ingatanku. Kemampuanku menghafal yang selama ini dipuji oleh para guruku saat ini tidak berfungsi sama sekali.

Malam ketiga, aku merasa nyawaku sudah sampai tenggorokan, satu hentakan kecil dari malaikat maut maka hidupku berakhir. Aku ingin meronta tapi tenagaku sudah hilang tidak tersisa bahkan aku tidak merasa mempunyai tubuh. Tanganku yang terjuntai ke bawah tidak bisa merasakan dinginnya air. Aku mulai pasrah, menatap mata malaikat maut yang berwarna merah seperti api. Tangannya yang berkuku runcing menjulur menyentuh leherku.

"Jang, kamu dengar?" sebuah suara sayup sayup dari kejauhan menusuk gendang telinga mengalahkan dengung suara yang ada di pendengaranku. Mataku terbuka mencari sumber suara. Gelap, gulita tanpa ada cahaya. Suara malaikat mautkah yang memanggilku? Kalau itu memang suara malaikat maut, biarlah dia mencabut nyawaku dengan cara yang dia suka, aku sudah terlalu lemah untuk berlari dari uluran tangannya yang semakin dekat.

Tiba tiba aku merasa tubuhku terangkat, rupanya malaikat maut sudah menemukan cara yang dianggapnya tepat untuk mencabut nyawaku. Dia menarik kakiku dan sebentar lagi tubuhku akan dilemparkannya ke dalam kobaran api seperti yang diceritakan para guru ngajiku. Aku terlalu lemah untuk meronta membebaskan diri dari cengkeraman malaikat maut. Tidak ada yang perlu aku sesali, aku mati dengan sebuah keyakinan, mati sebagai lelaki yang memenuhi janjinya kepada Abah untuk melakukan tapa gantung.

"Jang, kamu masih sadar?" bukankah itu suara Mang Karta walau aku tidak bisa melihat wajahnya. Mataku terbuka, cahaya yang sangat terang membuatku kembali memejamkan mata, terlalu sakit.

Tubuhku terangkat, ada seseorang yang menggendongku entah dia akan membawaku ke mana,. Tiba tiba orang itu menyandarkanku di sebuah dinding yang terasa miring, membuat tubuhku tetap tegak. Ada sebuah benda keras yang mengganjal selangkanganku sehingga tubuhku tidak terjatuh karena kedua kakiku tidak mampu menahan beban tubuhku yang berat.

"Ceu, ikat badannya agar tidak terjatuh..!" kembali suara Mang Karta terdengar, suara yang mengembalikan kesadaranku.

"Iya Kar..!" bukankah itu suara ibuku, dia juga ada di sini. Aku merasa ada sesuatu benda lunak yang membelit dadaku dan menahan tubuhku agar tidak terjatuh. Tubuhku tegak miring bersandar pada sebuah dinding.

"Sekarang Ceu, mandikan Ujang." kata Mang Karta, suaranya semakin jelas.

°Bayu.... Banyu...
Gempang gempung halimunan.
Aing nyaho.............................."

suara ibuku terdengar membaca mantra yang diulangnya hingga tujuh x. Tiba tiba air membasahi kepala dan mengalir hingga sekujur tubuhku basah, rasa dingin air yang menyentuh kulitku seperti air es yang membuatku menggigil.

"Bagus ,Ceu." kata Mang terdengar menarik nafas lega. Nafasnya yang sejak tadi tersengal sengal sekarang mulai terdengar beraturan.

"Jang, kamu dengar Emak?" tanya Ibuku setengah terisak. Mataku belum mampu terbuka, aku hanya mengandalkan pendengaranku. Bibirku terkatup rapat dia mampu mengucapkan sepatah katapun. Leherku terlalu lemah untuk digerakkan.

Kepalaku terasa semakin pusing, perutku sangat mual dan aku tidak bisa bertahan lebih lama, tanpa bisa kucegah aku memuntahkan semua isi perutku, tidak ada yang keluar dari perutku yang kosong. Hanya bunyi sendawa keras disertai suara buang angin dari anusku.

"Alhamdulillah..." suara Ibu dan Mang Karta berbarengan. Perlahan aku membuka mata, mencari sumber suara yang jelas jelas berada di hadapanku.


**********

Tiba tiba aku paham apa yang sebenarnya terjadi, tumbal yang dimaksud adalah menyerahkan semuanya pada takdirku, tidak berusaha melawan karena semakin keras aku berusaha melawan aku akan semakin terjerumus. Aku tersenyum menatap sosok yang berdiri memegang Gobang yang siap disabetkan ke arah leherku. Darah mungkin akan mengucur deras saat kepalaku terpisah dari tubuh, apakah ada kematian lebih indah selain kematian untuk menepati janji. Namaku adalah Jalu, aku tidak akan pernah ingkar janji.

"Kita mulai ritualnya." kataku meraih tubuh Limah ke dalam pelukanku. Biarlah aku menjadi tumbal dari janji yang sudah aku ucapkan, janji yang tidak boleh aku ingkari karena namaku adalah Jalu, pria jantan yang tidak pernah ingkar janji. Kubiarkan sosok itu semakin mendekat menyebarkan aroma kematian, aroma kembang semakin memperkuat aroma kematian yang terasa semakin nyata.

"Kita akan menyelesaikan ritual ini hingga tuntas?" tanya Limah dengan mata berbinar penuh harap. Aku menjawab dengan lumatan pada bibirnya yang basah, mengulumnya dengan penuh cinta seorang Kakak kepada adiknya. Kami berciuman lama, tanpa menghiraukan sosok pria yang terus memegang gobangnya siap menebas leherku. Sebuah janji lebih berharga daripada ancaman gobang.

"Limah lagi, Limah lagi...!" kata Yoyoh membuatku menghentikan ciumanku. Yoyoh cemberut menatap kami membuat wajahnya terlihat semakin lucu. Sekilas aku melihat sosok yang berdiri memegang gobang perlahan sirna hingga akhirnya wujudnya lenyap tidak berbekas.

"Emang Yoyoh mau duluan?" tanya Limah diiringi tawa kecilnya yang merdu. Limah berjongkok membuka celanaku, tangannya membelai kontolku yang masih tertidur. Elusan tangannya yang halus perlahan membangunkan kontolku yang sama sekali tidak terpengaruh oleh aroma kematian.

"Yoyoh mau kontol Kang Ujang?" tanya Limah kembali menggoda Yoyoh, lidahnya terulur menjilati batang kontolku, dia begitu menikmatinya seperti sedang menikmati permen lolipop yang sudah jarang ditemui.

"Limah jahat...!" kata Yoyoh berjongkok dan mendorong Limah agar menjauh dari kontolku, dia berusaha mengambil alih kontolku dari Limah sehingga Limah jatuh terguling di kasur yang ditaburi bunga. Pemandangan yang membuatku tertawa terbahak bahak. Aroma kematian sudah menjauh dariku, sirna dihembus angin yang masuk lewat ventilasi udara.

"Yoyoh, maen rebut kontol Kang Ujang..!" kata Limah membuatku semakin tertawa geli melihat kedua adikku yang baru saja aku kenal saling berebut mendapatkan kontolku. Mereka seperti dua anak kecil yang sedang memperebutkan mainan.

Yoyoh tidak peduli dengan protes Limas, dia melahap kontolku dengan bernafsu. Menghisapnya membuatku merinding nikmat. Kemampuan Yoyoh semakin bertambah karena dia melakukannya dengan sepenuh hati.

"Kang Ujang malah ketawa, bukannya belain Limah." kata Limah merajuk manja, dia berdiri dan membuka seluruh pakaiannya dan ternyata Limah tidak memakai BH maupun celana dalam. Dia sudah mempersiapkan dirinya melakukan ritual setiap saat dan dimanapun kami berada. Ritual yang harus segera dituntaskan secepaLilis?.

"Habis kalian lucu, masa rebutan kontol kakak sendiri." kataku sambil meremas payudara Limah yang sekal dan indah. Salah satu payudara terindah yang pernah aku lihat sama seperti payudara Lilis. Lilis, wanita yang sangat cerdas, apakah Limah mempunyai kecerdasan seperti Lili

"Kang Ujang, jilatin memek Yoyoh!" seru Yoyoh menghentikan aksinya menghisap kontolku, dengan tergesa gesa membuka seluruh pakaiannya dan merebahkan tubuhnya dengan kaki terbuka lebar. Rupanya dia tidak rela aku terus memanjakan Limah.

"Jilatin, jangan ya?" godaku sambil melihat Limah yang cemberut melihat kelakuan Yoyoh yang ingin diprioritaskan. Padahal bagiku mereka sama sama menarik dengan sudut pandang yang berbeda.

"Kang Ujang, buruan...!" kata Yoyoh membuka belahan memeknya dengan kedua tangannya yang besar.

"Nggak mau..!" kataku sambil membenamkan wajahku ke belahan memeknya yang terasa semakin harum, apa ini tanda tanda kutukannya mulai memudar.

"Kang Ujang, kok memek Yoyoh duluan yang dijilat?" tanya Limah kecewa, aku tidak jadi mempermainkan payudaranya.

"Iyyya, ennnnk..!" kata Yoyoh merintih untuk memanasi Limah yang terus mengomel melihatku asik menjilati memek Yoyoh yang terlihat kecil di antara bongkahan lemaknya yang besar. Benar benar bentuk yang unik.

"Terussss Kang, ennnnak banget. Hamili Yoyoh biar anak Yoyoh ganteng seperti Kang Ujang." kata Yoyoh sambil menjambak rambutku sehingga wajahku semakin terbenam di selangkangannya.

"Kang Ujang, gantian memek Limah juga dijilat..!" kata Limah berusaha menarikku agar menjauh dari memek Yoyoh yang sedang kelojotan menikmati jilatanku.

"Nanti duluuuu, Limmmah.....!" kata Yoyoh menahan kepalaku agar tetap pada selangkangannya, tidak mungkin dia mau mengalah saat kenikmatannya semakin dahsyat dan sepertinya dia akan meraih orgasme pertamanya.

"Yoyoh curang...!" kata Limah berteriak marah karena tidak mampu menyingkirkanku dari memek Yoyoh yang semakin basah dan memeknya mengeluarkan aroma yang semakin tajam. Aroma yang justru semakin menambah nafsuku untuk terus menghisap cairan yang keluar dari dalamnya.

"Kang.... Sekarang...!" Yoyoh menjerit, memohon aku memulai permainan yang sebenarnya. Permainan yang akan membawanya ke puncak kenikmatan.

"Apanya yang sekarang?" tanyaku menggodanya, sementara jariku asik mempermainkan itilnya, kadang masuk ke Lobang sempit mencari sebuah benjolan yang bisa membuatnya meraih orgasme tanpa penetrasi.

" Udah dong masukin kontolnya sekarang, Yoyoh sudah tidak tahan." kata Yoyoh dengan suara memelas, tangannya berusaha menarikku agar segera menindih tubuhnya yang gemuk.

Baru saja aku merangkak di atas tubuh Yoyoh, Limah mendorongku jatuh terguling ke samping Yoyoh, belum reda kagetku Limah sudah menduduki kontolku. Blesssss

"Kang.....masukkkkk...!" Limah menjerit kecil kontolku menerobos paksa memeknya yang masih belum sepenuhnya basah.

"Limah jahatttttt... " protes Yoyoh sudah terlambat, Limah sudah memacu kontolku seakan tidak peduli dengan keadaan memeknya yang belum siap menerima penetrasi.

"Gantian Yoh, kan kamu yang pertama diperawani." kata Limah, wajahnya meringis menahan sakit. Wajar, kontolku terlalu besar dan Limah belum sepenuhnya siap, hanya karena egonya yang tidak mau mengalah oleh Yoyoh membuatnya nekat.

"Iya iya...!" kata Yoyoh dengan suara ketus, dia berjongkok di wajahku, memintaku kembali menjilati memeknya agar orgamenya yang tertunda bisa segera didapatkannya. Tidak ada akar rotan, akarpun jadi. Tidak ada kontol, lidah pun jadi.

"Kang, ennnnnak...!" Limah menjerit kecil setelah memeknya semakin basah menghilangkan rasa sakit yang sempat dirasakannya, pinggulnya semakin cepat bergerak mengocok kontolku.

"Kang Ujang, jilatin memek Yoyoh..!" protes Yoyoh karena aku fokus pada kocokan memek Limah yang rasanya sangat nikmat, seperti ada kedutan kecil yang biasanya terjadi saat orgasme. Hampir saja aku menyerah dalam waktu yang sangat cepat, hal itu akan mempermalukanku sebagai pejantan tangguh. Memek Yoyoh yang tepat berada dihadapanku, bisa membuat konsentrasi ku terbagi dan membuatku bertahan lebih lama. Aku pejantan tangguh, tidak boleh kalah oleh beberapa kali goyangan Limah.

"Iya, sayyyyang....!" jawabku berusaha mengendurkan seluruh ototku agar tidak segera menembakkan pejuhku yang sepertinya masih tersedia banyak, tidak akan habis dikuras oleh kedua adikku ini. Tapi bukan berarti aku harus menembakkan pejuhku dengan mudah seperti brondongan pistol yang ditembakkan secara membabi buta.

Kubiarkan Lah memacu kontolku dengan liar sementara aku menyibukkan diri menjilati memek Yoyoh yang teramat sangat basah sehingga cairannya membasahi mulutku. Rasa asin seakan menjadi protein yang menambah staminaku.

"Kang.......ampun ennnnnak dijilat.....!" kata Yoyoh, suaranya begitu memelas. Kenikmatan yang sedang dirasakannya adalah awal penderitaan buatku, tangannya menjambak rambutku lebih keras dari tadi, menariknya sehingga kepalaku terangkat dan terjepit di selangkangannya yang sangat besar.

"Gelo, ngentot ennnnak banget.... Kang kalau Limah hamil gimana?" tanya Limah, gerakannya semakin liar mengocok kontolku, terlalu liar sehingga beberapa kali kontolku tertekuk menimbulkan rasa sakit yang membuatku meringis. Kenapa aku diperkosa seperti ini, kedua adikku berubah menjadi liar seakan ingin mengeksploitasi secara gila gilaan.

"Nggak apa apa kamu hamil, Lim. Kata Aki itu artinya kita sudah benar benar terbebas dari kutukan. Kita memang harus hamil oleh Kang Ujang...!" kata Yoyoh membuatku terkejut. Kenapa kehamilan kedua adikku adalah tanda mereka terlepas dari kutukan. Ini benar benar ngawur dan tidak masuk akal.

"Kang kelllluar.....!" jerit Limah sangat keras, aku yakin Bi Narsih dan Bu Tris yang kudengar sedang mengobrol pasti mendengar jeritan Limah. Semoga mereka tidak mendobrak pintu.

"Kang, kok belum ngecrot biar Limah hamil...?" kata Limah suaranya agak tersengal.

"Kang Ujang akan kubuat ngecrot..!" jawab Yoyoh beranjak dari wajahku dan berusaha mengangkat Limah yang duduk lemas sehingga kontolku seperti menyentuh dinding rahimnya.

"Yoyoh, Limah masih lemes...!" kata Limah dengan suara memelas, dia berusaha bertahan agar tubuhnya tidak terangkat dari kontolku.

"Gantian Lim...!" kata Yoyoh berusaha semakin keras mengangkat Limah yang tidak rela melepaskan kontolku dari memeknya.

Bersambung
 
Auwooooooo... :adek: nahhhh... Kalo emang kehamilan limah dan yoyoh yong bisa menghilangkan kutukan mereka,gimana bisa... Kan ujang udah vasektomi :D

Sini limah sm yoyoh sama akoh aja:nenen: ;):semangat:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd