PaintunGundul87
Semprot Holic
- Daftar
- 27 Dec 2019
- Post
- 349
- Like diterima
- 2.134
Halo sobat tun paitun ndal ndul, tun paitun mau berbagi cerita untuk meramaikan Forum ini, Untuk berbagi kesenengan saja,
mau tidak ???
Ini kisah Teman tun paitun, "Sang Pertapa" yang hilang. Tun cari cari tak ketemu, naik gunung, nuruni lembah juga belum tau, tapi baiklah, nanti kalau ketemu, tun paitun ndal ndul mau kasih tau, kisah yang pernah diceritakannya. Tun bagikan disini.
begini kisah "Sang Pertapa"..
Cekidot... Pantengin...
sobat tun paitun ndul ndul
GUNAWAN
Prolougemau tidak ???
Ini kisah Teman tun paitun, "Sang Pertapa" yang hilang. Tun cari cari tak ketemu, naik gunung, nuruni lembah juga belum tau, tapi baiklah, nanti kalau ketemu, tun paitun ndal ndul mau kasih tau, kisah yang pernah diceritakannya. Tun bagikan disini.
begini kisah "Sang Pertapa"..
Cekidot... Pantengin...
sobat tun paitun ndul ndul
GUNAWAN
Sore itu, aku pulang agak cepat dari kantor. Istriku sepertinya lagi arisan karena pintu rumah tertutup rapat, terpaksa aku harus memendam keinginan untuk lekas menidurinya.
Karena tidak ada kegiatan apa-apa, kuhabiskan waktu dengan mencuci motor di teras depan. Saking seriusnya, aku sampai tidak tahu kalau Nadia, tetangga sebelah yang baru pindah, lewat di depanku. Dia mengenakan kaos tanpa lengan yang sangat ketat, payudaranya jadi terlihat mau tumpah dari tempatnya. Melihat aku sendirian, dia pun mendekat.
”Rajin amat, Mas!” sapanya sambil duduk di bangku kayu.
”Eh, Nadia. Iya, mumpung lagi senggang, biar bersih nih mobil.”
Aku melirik. Buset! Dia duduk dengan sangat dermawan. Kakinya mengangkang lebar, kancutnya kelihatan jelas, mana rada transparan lagi, jembutnya yang hitam lebat jadi tercetak jelas di balik kain tipis itu. Entah tidak sadar atau memang sengaja, Nadia cuek saja. Malah aku yang blingsatan, mulai merasakan sesak di balik celana. Mataku bolak-balik dari mobil ke selangkangannya.
”Jangan cuma mobil yang dirawat, Mbak Berta juga sekali-sekali perlu dimandikan lho.” seloroh Nadia. Berta adalah nama istriku.
“Ah, kalau itu ya sudah pasti. Tiap hari malah.” aku menjawab nakal.
“Hehe… mau dong dimandiin juga!” godanya.
“Hah! Serius?” aku melongo.
“Ya enggaklah. Dasar Mas mesum!” Dia menabok kepalaku, lalu beranjak pergi. “Ya sudah, aku pulang dulu ya, Mas. Nyucinya yang bersih ya,” Dia berjalan sambil tertawa. Aku hanya menatapnya yang masuk ke dalam rumah sambil melenggak-lenggokkan pinggulnya menggoda.
Awas kamu! ancamku dalam hati. Beneran kamu akan kuentoti.
Tak berapa lama aku selesai mencuci mobil. Saat masuk dapur untuk membikin kopi, masih terbayang celana dalam Nadia tadi. Kulihat jam, biasanya jam segini dia pergi mandi. Waktunya tidak pernah berubah, selalu tepat. Dan dia selalu melakukan kegiatan rutin itu. Kamar mandi rumahnya terletak di pojokan, berbatasan dengan ujung pekarangan rumahku. Di situ banyak pohon jambu sama pohon-pohon lain, kalau dari jauh kesannya rimbun dan rapat. Dari luar kelihatan lebat, menutupi seluruh tembok kamar mandi Nadia. Padahal pas di tengah-tengahnya ada bagian lowong, tempat aku meletakkan pijakan kayu di situ. Kamar mandi Nadia sendiri tidak terlalu tinggi dan ada lubang anginnya. Aku tinggal naik saja kalau mau mengintip, sangat praktis dan aman.
Sambil menunggu keringat hilang, kuputuskan untuk iseng mengintipnya. Aku segera celingak-celinguk memastikan keadaan; sepi, aman. Aku pun beranjak menuju pojokan pekarangan. Kusibak daun pohon jambu yang menutupi dan masuk ke dalamnya. Segera aku naik ke atas pijakan.
Nadia sudah ada di kamar mandi, tubuhnya sudah telanjang. Kontolku langsung ngaceng, maklum bodinya masih sekel dan bikin nafsu seperti biasanya. Di saat Nadia menyabuni payudara, aku mulai mengocok kontolku, membuatnya jadi tambah ngaceng dan lebih kaku lagi. Apalagi saat melihat dia yang main-main dengan memeknya saat menyabuni daerah tersebut. Nadia duduk di pinggir bak mandi dan asyik memainkan jarinya di lubang yang nikmat itu.
Entah karena pengaruh melihat cd-nya tadi atau akibat nafsu yang tertunda kepada istriku, aku jadi sangat bergairah. Aku berjinjit makin tinggi biar tambah jelas dalam mengintip, dan tanpa sadar keseimbangan jadi goyah. Beruntung di saat-saat kritis, saat pijakan kayu yang kupakai terjatuh, aku sempat meraih dahan pohon yang sedikit menonjol. Kalau nggak, bisa menabrak tembok.
=== oOo ===
#nasib tungkang ngintip
Salam Paitun Gundal Gandul
Tidak Gondal Gandul Bukan Paitun Gundul
R