Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

ROMANSA KISAH SI KUCING GARONG


RdPlFr2.jpg




ROMANSA KISAH SANG KUCING GARONG

Bagian ke Tiga


HUKUMAN BUAT SI KUCING GARONG




Tidak masalah, sahutku dalam hati. Dikasih hukuman yang bikin enak, siapa yang nolak coba? Ini seperti kucing dikasih ikan asin. ”Iya, Nad. Silakan. Aku siap dihukum apapun,” kataku pasrah.

“Apapun?” Nadia tersenyum genit sambil menjulurkan lidah. “Tapi sebelumnya, Mbak Berta tahu nggak kalau Mas ke sini?”

”Ya enggaklah, bisa panjang urusannya kalau dia sampai tahu. Istriku sudah tidur, tadi sudah kubikin teler sebelum aku datang ke sini.”

”Pakai kontol ya? Hihi,” Nadia tertawa.

Aku cuma tersenyum. “Eh, ngomong-ngomong… suamimu kemana, kok sepi?”

“Dia lagi ada acara di luar kota, sudah dua hari ini nggak pulang.” Nadia membenahi posisi duduknya, memamerkan keindahan kakinya lebih banyak lagi. “Mas takut ya sama dia?”

”Ah, nggak. Cuma pengen memastikan aja, kok.”

Nadia diam sebentar, sedangkan aku pasrah menunggu hukuman darinya. ”Mas kan sudah melihat aku bugil, sekarang Mas juga harus bugil. Ayo buka baju, Mas. Cepetan!”

”Ah, aku malu, Nad!” jawabku pura-pura.

”Eh, Mas jangan curang ya! Buka sekarang, atau aku adukan ke…”

“I-iya deh. Aku buka,” Aku segera melepas baju dan celana.

”Celana dalamnya juga, Mas. Aku kan polos waktu Mas intipin tadi.” sergahnya.

Tanpa banyak cing-cong, aku segera menurunkan cd ke bawah, memperlihatkan pusaka wasiat yang sudah memuaskan banyak wanita. Senjataku itu masih tertidur pulas, tapi nampaknya Nadia sudah dibuat terkagum-kagum. Wajahnya sumringah melihat betapa mantab dan menjanjikannya batang kontol itu.

”Hmm, punya Mas besar juga ya.” desahnya.

”Ini masih bobo lho, Nad.” terangku nyengir.

”Maka itu… tidur saja sudah besar, apalagi kalau bangun.” dia berdecak.

”Terus kamu mau apa kalau tahu begini?” tanyaku menantang. “Jangan berpikir lama-lama, aku bisa masuk angin kalau terus berdiri telanjang seperti ini.”

”Mas nggak usah banyak protes, Mas kan lagi kuhukum.” sentaknya. “Sekarang aku mau tanya, Mas suka nggak lihat tubuhku?”

”Ya pasti suka, Nad.” aku menjawab. “Kalau tidak, untuk apa aku repot-repot ngintip? Lha kamu montok begini, siapa pun pasti sanggup dibikin ngaceng. Termasuk juga aku.”

Nadia tersenyum. “Aku senang mendengarnya, Mas.”

”Apalagi pas lihat kamu mainin memek, sampai keras sekali kontolku rasanya.”

”Gitu ya?” Senyumnya semakin lebar. “Kalau misal aku mainin memek sekarang, Mas mau lihat?”

”Bego kalau aku sampai menolak,”

“Kalau begitu Mas diam dan duduk yang manis.”

Mengangguk, aku pun duduk di pinggir ranjang. Nadia segera pindah ke seberang, dia mulai melucuti bajunya. Sebentar saja, bulatan payudaranya yang besar langsung terlihat. Menggantung indah, tidak kalah dengan punya istriku. Putingnya mungil berwarna coklat kemerahan, segar dan sepertinya sangat lezat.

Kontolku kontan bereaksi, dengan cepat batang nakal itu mulai terbangun. Nadia senang melihat pusakaku yang mulai mengeras, matanya terus melihat ke arah situ. Walau masih memakai cd, tapi terlihat bulu-bulu jembut Nadia menyembul keluar. Lebat sekali. Tangannya mulai menggesek dan memainkan permukaan cd itu, lalu masuk ke dalam. Sambil memainkan klitoris, dia sesekali mengetatkan cd-nya ke tengah hingga memperlihatkan pinggiran memeknya yang basah.

“Ahh, Nad…” aku melenguh, bolak-balik menatap antara bulatan payudaranya yang indah dan selangkangannya yang bikin tergoda.

“Ada apa, Mas? Pengen ini dilepas ya?” Nadia memelorotkan cd-nya ke bawah, memperlihatkan seutuhnya memek sempit yang sungguh menawan itu.

Warnanya kemerahan. Jembutnya lebat tapi tertata rapi. Gundukannya gemuk, seperti ingin menyembunyikan belahan yang malu-malu untuk tampil. Tidak ada gelambir sama sekali, semuanya serba tipis dan mengkilat. Lorongnya gelap, menawarkan sejuta kenikmatan dengan kedutan-kedutannya yang ringan. Tak terasa aku jadi kesulitan menelan ludah saat melihatnya.

Tangan Nadia kembali mengelus-elus, sementara tangan satunya memainkan payudara untuk semakin merangsangku. Kontolku jadi keras secara sempurna. Kuperhatikan dia yang meraba dan memain-mainkan itil, juga jari tengahnya yang mulai menyodok-nyodok lobang memek. Suara desahannya sedikit terdengar.

Mengintip saat Nadia melakukannya di kamar mandi memang menyenangkan, tapi menyaksikan secara langsung di depan mata sungguh sangat menggairahkan. Tanpa sadar aku mulai mengocok-ngocok kontol. Nadia hanya nyengir saja, tangannya masih sibuk memainkan memek merah jambu miliknya yang terlihat sangat mengundang. Aku jadi benar-benar tak tahan.

Maka perlahan aku mendekat, kusentuh payudara besarnya yang menggantung indah dan mulai kuremas-remas pelan. Rasanya empuk sekali, juga hangat dan sangat nyaman. Nadia tidak menolak, malah dia membusungkan dada agar aku makin leluasa. Aku menggenggam, tapi payudara itu tidak muat di tanganku karena saking besarnya. Putingnya terasa seperti penghapus kecil, yang terus kupilin dan kuremas-remas gemas.

“Ah, terus, Mas! Jangan sungkan-sungkan,” desah Nadia dengan satu tangan masih memainkan memeknya yang basah, sementara tangan yang lain mulai mengelus dan memainkan batang penisku.

Dia mengocok dengan lembut dan penuh perasaan, seperti ingin mengukur besar dan panjangnya. Setelah yakin kalau milikku benar-benar memuaskan, pelan dia mendorong hingga badanku rebah berbaring di atas ranjang. Dia mulai mendekatkan mulut, lidahnya keluar dan mulai menjilat. Mula-mula di biji pelir, Nadia mencucup dan mengemutnya. Enak sekali rasanya. Sementara satu jari jempolnya mengelus-ngelus kepala kontolku.

“Ahh… Nad!” aku mendesah begitu lidahnya beralih bermain di ujung penis. Dia mengemut, mengelomoh, membasahi semuanya dengan rakus sekali, penuh sensasi.

Jadi lemas rasanya dengkul ini, apalagi saat dia mulai mengulum. Kecepatan hisapannya sedang-sedang saja, namun setiap kontolku menjorok ke dalam, lidahnya ikut bergoyang menjilat. Juga dibarengi emutannya yang terasa mencengkeram namun nyaman, tidak sakit dan juga tidak kena giginya sedikit pun. Harus aku akui, untuk uruan emut-mengemut ini, Nadia sangat lihai, jauh melebihi istriku.

Aku hanya bisa meremas rambutnya. Sesekali mulutku mendesah. Mataku kadang terpejam menikmati gerakan mulutnya. Lidah Nadia juga tak luput menjilati lubang pipisku, enak. Kuperhatikan dia, mulutnya terlihat sesak dijejali batang kontolku. Namun Nadia dengan rakus terus mengulum. Matanya memandang, dia menatapku penuh senyum dan penuh kepuasan.

Meski merasa sangat nikmat, namun aku sadar sekaranglah saatnya untuk mengambil alih permainan. Kutahan kepalanya, lalu tanpa banyak kata kubaringkan dia di atas ranjang. Kucium dan kujlati bulatan payudaranya yang besar, harum menggoda. Lalu kucucup kedua putingnya, mengunyahnya pelan hingga membuat Nadia menggelinjang.

“S-sudah, Mas. Geli. Kamu bikin aku geregetan,” desahnya.

“Kamu juga sukses bikin aku ngaceng, Nad.” Kucium bibirnya. Dia membalas dengan ganas. Ciumanku turun ke bawah, kembali kuhisap putingnya yang mengacung indah sambil tanganku ikut beraksi meremas-remas gemas.

“Aghh… Mas!” Nadia menggoyangkan badan, merasakan geli dan enak.

Lama aku memainkan payudara dan putingnya, sebelum kemudian aku turun menciumi perutnya yang rata. Dan terus turun hingga tiba di daerah vital. Gila, lebat sekali jembutnya, memanjang sampai ke pantat. Dengan ganas tanganku membelai, sementara mulut dan lidahku menciumi permukaan vagina itu. Terasa aroma yang menggoda dan memabukkan di hidungku.

Aku ciumi belahan memek yang sudah terbuka itu sambil lidahku sesekali menyapu masuk. Klitoris Nadia berukuran besar, sangat nyaman saat dimainkan dengan menggunakan lidah. Terasa kenyal ketika coba kupilin-pilin. Dia menggelinjang, sedangkan aku terus memainkan lidah sepuas hati. Jari tengahku juga ikut menambah maksimal kenikmatannya dengan menyodok-nyodok di lubang rahasia. Kaki Nadia makin lebar saja dalam mengangkang, pantatnya sesekali terangkat karena keenakan saat itilnya kubombardir secara terus-menerus.

”Ughhh… enak, Mas! Pinter kamu… teruuus, Mas!” rintihnya lirih. “Duhhh… aku tinggal sedikit lagi! Ahhhh…”

Dengan badan mengejang, terasa cairan hangat menyembur dari memek Nadia. Aku segera menghentikan permainan lidah, bersiap menerobos lobang memeknya yang kian bertambah basah.

”Nanti dulu, Mas. Aku mau istirahat sebentar.” cegah Nadia.

“Iya,” Kuberi dia waktu untuk menata napas. Aku berbaring di sampingnya dan meremas-remas payudaranya yang bulat menggunung. Jariku memilin-milin putingnya yang mungil kemerahan, bergantian kiri dan kanan.

“Mas,” Nadia berbisik. “Selain sama Mbak Berta, kutebak Mas juga sudah tidur dengan perempuan lain. Kalau boleh tahu, siapa saja?”

Aku diam sejenak, menimbang-nimbang. “Ya, kamu benar. Aku memang sering selingkuh.” kataku jujur.

“Padahal Mbak Berta itu cantik lho, tapi masih saja Mas lirak-lirik yang lain.“

“Yah, habisnya tetanggaku pada cantik-cantik semua kayak kamu sih, mana tahan!”

“Tetangga?” Nadia menoleh. “Kukira Mas melakukannya sama teman sekantor?”

“Eh, iya. Maksudku…” aku mendesah, kelabakan.

“Siapa, Mas?” dia mengejar.

Aku hanya bisa nyengir. “Masa kamu nggak bisa menebak?”

Dia menerawang, lalu kemudian tersenyum. “Mbak Sonya ya?”

Aku hanya memberi seringaian kecil sebagai jawaban.

“Memang kalau pria tampan seperti Mas, perempuan mana saja juga pasti mau. Sayang aku telat mendapatkan Mas.” Nadia menepis kekecewaannya dengan meraih batangku. “Tapi tak apa, yang penting kita sudah ngewe, dan selanjutnya Mas harus terus memuaskan aku.”

“Iya, Nad. Pasti,” aku mengangguk.

“Sini aku emut sebentar.” kata Nadia. “Oh iya, nanti pas muncrat, Mas keluarkan saja di dalam. Tidak apa-apa,”

“Iya,” Aku bangkit dan mengangsurkan kontol ke mukanya. Nadia menghisap dan mengulumnya sebentar, lalu mempersilahkan diriku untuk mulai menggarap memeknya.

Pelan aku memposisikan badan di atas tubuhnya yang sintal. Kaki Nadia sudah mengangkang lebar, memeknya yang basah terlihat sangat siap menerima sodokan penisku. Kuluruskan arah tusukan ke sana. Begitu sudah terasa pas, kuturunkan pantat dan blesss… hanya dengan sekali hentak, masuklah kepala kontolku ke belahan memeknya.

“Pelan-pelan, Mas,” Nadia menggelinjang, antara geli dan nikmat.

“Iya, Nad.” Berpegangan pada bulatan payudaranya, aku menekan lagi, kali ini sedikit lebih keras.

Sleeppp… blessh!! Seluruh batang kontolku langsung tertancap, bersarang dengan nyaman di lobang memek Nadia yang berkedut-kedut pelan. Wajahnya terlihat sangat puas karena memeknya berhasil dimasuki oleh pusaka sakti yang menurutnya besar itu. Aku diam sebentar menikmati momen pertama dimana milikku masuk ke dalam tubuhnya. Memang rasanya tidak terlalu sempit, tapi tetap enak dan nyaman.

“Sudah, Mas. Sekarang goyang!” Nadia meminta.

Kupeluk dia dan mulai kupompa batangku. Karena sudah nafsu sekaligus ingin membalas kelakuannya, aku langsung setel kecepatan ke gigi 5. Nampak payudara besar Nadia bergoyang ke sana-kemari, seirama dengan memeknya yang menerima sodokan penisku. Tangannya terangkat ke atas memegangi kepala ranjang, sementara mulutnya mendesah dan merintih tiada henti.

Aku jadi semakin gahar saja, sodokanku benar-benar penuh tenaga dan nafsu, seperti tidak ada hari esok. Nadia merem melek menerima hajaran kontolku, mulutnya mendesah keenakan. Sambil terus mengayun, aku menghisap putingnya, mengemutnya rakus, menambah desahannya.

“Jangan dicupang, Mas. Nanti suamiku curiga.” dia berkata.

Aku mengerti, maka aku ganti menjilat perlahan. Sodokanku terasa semakin nyaman akibat memeknya yang sudah sangat basah. Lagi enak-enaknya menggoyang, Nadia tiba-tiba menyuruhku untuk diam sebentar. Meski agak keberatan, aku tetap menuruti.

”Ada apa sih, Nad? Lagi enak nih.” kataku memprotes.

”Sudah, Mas nurut aja. Nanti Mas bakal merasakan yang lebih enak.”

=== oOo ====​


# kucing garong mau dikasih yang lebih enak, kira kira apa yang lebih enak.....


penasaran ya ?????
😂😂😂


Selamat menikmati....
Jangan minta tambah ya....
 
Kritik dikit suhu,
Diawal cerita pintu terkunci karena istri arisan trus ngisi waktu senggang dengan nyuci motor.
Tapi setelah Nadia pergi kok jadi selesai nyuci mobil dan masuk kedapur bikin kopi.
Mohon maaf kalo tidak berkenan dengan kritiknya
 
Kritik dikit suhu,
Diawal cerita pintu terkunci karena istri arisan trus ngisi waktu senggang dengan nyuci motor.
Tapi setelah Nadia pergi kok jadi selesai nyuci mobil dan masuk kedapur bikin kopi.
Mohon maaf kalo tidak berkenan dengan kritiknya

noted ya om, harusnya montor om "N" nya ketinggal kebiasaan sebutin mobil = montor, dialeg daerah. 😁

" ternyata dia bawa kunci cadangan" 😁, (kalau ini mah, akal akalan,paitun cari jawaban, xixixixi,)

Thanks ya suhu masukannya. :ampun::ampun:
 
jKrqtVr.jpg



ROMANSA KISAH SI KUCING GARONG



Bagian Empat

Habis ini Siapa...


Sudah, Mas nurut aja. Nanti Mas bakal merasakan yang lebih enak.”

“Beneran?”

Baru selesai aku berkata, kontolku terasa seperti disedot dan diremas-remas dengan kuat. Alamak… enak sekali. Padahal Nadia diam saja, sama sekali tidak menggoyang. Tapi sumpah, kontolku rasanya bagai dijepit dan dipijit-pijit oleh daging hidup yang cukup lembut. Nadia tersenyum, dia terus melakukannya sampai merasa pegal. Baru setelah itu dia menyuruhku untuk kembali menggoyang.

”Nad, itu tadi apaan? Gila, enak sekali!” seruku kagum.

Dia tertawa bangga. ”Itu senjata rahasiaku, empot ayam istilahnya. Enak kan?”

Aku mengangguk. ”Lagi dong!”

”Yee… jangan sering-sering. Biar Mas makin kangen nantinya.”

Aku membuat catatan, akan kusuruh istriku untuk melakukan hal yang sama kapan-kapan. Terpengaruh rasa enak tadi, aku semakin bernafsu menyetubuhi Nadia. Kupompa kontolku kuat-kuat, aku tekan sedalam mungkin, makin lama makin cepat hingga Nadia sampai merem melek jadinya. Pantatnya ikut bergoyang mengimbangi tusukanku, desahannya terdengar semakin sering dan nyaring. Aku jadi tambah bernafsu mendengarnya.

“Terus, Mas… terus! Kamu memang pejantan tangguh! Aku puas, Mas! Aku suka!” racaunya saat orgasme. Cairannya kembali menyembur deras membasahi lorong, namun aku tidak peduli.

Malah aku semakin bersemangat. Aku terus memompa. Nadia cuma bisa pasrah, mendesah. Matanya merem melek, payudaranya bergoyang-goyang, memeknya yang tebal terasa sangat basah. Aku juga ikut merem melek merasakan kenikmatan itu.

Tidak lama terasa denyut yang sudah sangat aku hafal. Semakin kupercepat pompaan, kutindih tubuh sintal Nadia. Tanganku memeluknya erat, payudara besarnya menempel kenyal di dadaku. Dengan satu goyangan terakhir aku menekan, lalu…

“Crooott… croott… crooott…”

Pejuku menyembur kuat di dalam lobang memek Nadia. Tetanggaku itu bergetar merasakan ledakannya yang kuat dan hangat. Aku terus menindih, diam, lemas tapi sangat puas. Nadia juga diam, malah dia menutup mata untuk meresapi segala kenikmatan itu.

Lama kami saling berpelukan dalam hening, sampai akhirnya kucabut batang kontolku lalu berbaring di sampingnya.

“Gila, Mas. Enak sekali rasanya, aku suka sama permainan kamu.” Dia mengecup pipiku.

”Aku juga, Nad. Memek kamu top banget deh.” Kuangsurkan dua jempol kepadanya.

”Mulai sekarang, Mas bisa bebas ngelonin aku. Sepuas-puasnya.” Nadia berkata, “Aku juga jadi ada pelampiasan, tidak perlu lagi masturbasi di kamar mandi kalau lagi ditinggal pergi suami kayak sekarang.”

“Siap, Nad.”

Nadia membiarkanku memuaskan diri bermain-main dengan payudaranya. Tidak berapa lama, kontolku mulai pulih. Nadia bergeser untuk menjilati sisa-sisa pejuku yang menempel di sana, dan begitu sudah siap, dia menyuruhku untuk menyetubuhinya kembali.

Akhirnya malam itu kugarap dia berkali-kali. Nadia memang doyan ngentot, sama seperti Sonya dan istriku. Tidak terhitung berapa kali pejuhku muncrat di dalam tubuhnya, sedangkan dia sendiri terus mengencingi sprei dengan cairan orgasmenya yang seperti tiada henti.

Sekitar jam tiga pagi, baru kami berhenti. Itu setelah penisku sudah tidak bisa ngaceng lagi dan memek Nadia luka dan berdarah akibat sodokanku. Tapi kami sama-sama puas.

Dalam diam aku berpikir, kira-kira siapa tetanggaku berikutnya yang bisa kutiduri ya?


=== oOo ===​

# update tipis tipis dah...apresiasi buat teman tema..

Kira kira siapa lagi, Mangsa Kucing Garong ya....


Next episode ya...
Coming soon



SayIwQX.jpg

salam gundal gandul

Selamat menikmati, tunggu kisah selanjutnya...

Sopo sing gundal gandul...?? PAITUN GUNDUL.

Sopo Paitun Gundul...?? Sing Gondal Gandul

:beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd