Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

ROMANSA KISAH SI KUCING GARONG

5skOvVF.jpg


ROMANSA KISAH SI KUCING GARONG

MALAM PEKAT

Bagian ke Lima

Txhqt7Z.jpg

GUNAWAN

POd2sbU.jpg


SARI


Cerita yang lalu...

Akhirnya malam itu kugarap dia berkali-kali. Nadia memang doyan ngentot, sama seperti Sonya dan istriku. Tidak terhitung berapa kali pejuhku muncrat di dalam tubuhnya, sedangkan dia sendiri terus mengencingi sprei dengan cairan orgasmenya yang seperti tiada henti.

Sekitar jam tiga pagi, baru kami berhenti. Itu setelah penisku sudah tidak bisa ngaceng lagi dan memek Nadia luka dan berdarah akibat sodokanku. Tapi kami sama-sama puas



Setelah pulang ke rumah, pada malamnya, mbak bertha istrinya, menyuruh mas gun untuk menaggih uang kontrakan rumah, yang sudah beberapa bulan tidak dibayarkan.

Sebenarnya mas gun malas untuk berangkat, bagaimana tidak, kondisi malam itu, hujan turun rintik rintik, letak kontrakan rumah cukup jauh dari tempat tinggal mas Gun, karena terletak di pinggir desa. Apalagi ditambah suasana hati mas Gun yang kurang enak, entah tiba tiba muncul perasaan enak. Akan tetapi....
"Besok siang aja nagihnya, Ma, kan ini sudah malam.” Mas Gun bersungut-sungut. Ia berusaha bergeming dan mencoba menahan tubuhnya yang didorong keluar oleh sang istri.

Malam gelap gulita tengah menyelimuti desa itu. Hanya sesekali terdengar suara jangkrik dan anjing yang melolong di kejauhan. Di sepanjang jalan, kabut menghalangi pandangan. Udara dingin menyusup sampai ke sumsum tulang siapa pun yang berani keluar rumah.

“Nggak! Nggak ada besok-besok lagi. Pokoknya, malam ini harus ditagih. Titik! Kan kemaren Papa sendiri yang bilang kalau Sari mau bayar hari ini.”

Wajah mas Gun menyiratkan keraguan. Kombinasi akan takut berjalan di kegelapan malam dan… takut pada istrinya. Matanya berputar-putar mencari alasan.


“Tapi… ini kan sudah malam, Ma. Mungkin Sari malah lupa mengambil uang di Bank.”

Mata mbak berta berkilat marah. Ada rasa curiga di sana. “Oo.. jadi Papa membela dia?” Perempuan itu memandang menyelidik ke arah suaminya.

“Jangan-jangan, Papa ada main sama Sari? Ayo, ngaku aja.”

Mas Gun hanya menelan ludah. Bisa bahaya kalau istrinya marah-marah begini. Bisa-bisa tujuh hari tujuh malam ia tidur di ruang tamu kalau tidak dituruti apa maunya.

Terakhir Mas Gun membuat kesalahan di bulan Maret yang lalu, ia lupa hari ulang tahun istrinya. Dan sang istri pun tak henti-hentinya mengomel. Selusin gelas pun jadi sasaran: hancur berkeping-keping dilempar ke sana-kemari.

Belum lagi satu hal itu yang paling gawat untuk Mas Gun. Ia dilarang tidur di kamar. Terpaksa berteman nyamuk di ruang tengah dengan selembar kain sarung.

Sejak itu Mas Gun kapok berbuat yang aneh-aneh. Semua hal yang berhubungan dengan pribadi istrinya dihapalnya luar kepala. Jadi maklumlah jika saat ini ia agak gemetar melihat wajah istrinya yang mulai memerah menahan amarah.

“Ngaku apa, sih, Ma? Papa kan hanya kasihan saja.”

Mbak Berta tambah melotot. Matanya yang bulat seolah mau keluar dari tempatnya. Suaranya pun makin meninggi, “Oooh… begitu?! Jadi Papa lebih kasihan sama dia?! Nggak memikirkan anak istri sendiri?”

Waduh. Menyadari situasi yang sama sekali tidak menguntungkan baginya itu, mas Gun segera tergopoh keluar dari dalam rumah.

“Iya, iya. Papa langsung ke sana.”

Tanpa peduli udara dingin dan suara anjing melolong di kejauhan, Mas Gun menerobos gelap malam. Suara pintu dibanting terdengar di belakangnya, mengiringi langkah mas Gun menuju ke jalan setapak desa yang senyap.

Dengan bersungut-sungut, di sepanjang jalan, laki-laki setengah baya itu tak berhenti menirukan omelan istrinya. Seolah-olah, dengan meniru omelan istrinya diam-diam seperti itu, hatinya yang kesal akan terobati. Memang susah punya istri yang bawel setengah mati, batinnya berujar.

Tetapi dulu, istrinya itu seorang kembang desa yang populer di desa ini.

=== oOo ===​
Saat itu.....


Mas Gun merasakan anugerah yang luar biasa karena mampu mendapatkan seorang kembang desa yang cantik dan jelita. Kebanggaan itu membuatnya selalu bersedia dan siap memenuhi apa saja yang diminta sang istri. Dia menyediakan semua harta benda, emas, dan permata sekalipun.

Mbak Berta tampaknya menyadari perasaan suaminya. Dia pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia langsung mengambil alih dan mengelola seluruh keuangan suaminya, termasuk beberapa rumah kontrakan.

Rumah-rumah kontrakan itu menghasilkan dana yang mencukupi untuk kehidupan mereka sekeluarga.

Rumah kontrakan yang ditempati Sari agak besar meski tampak sederhana. Dindingnya dicat warna putih dengan teras sempit berhiaskan beberapa pot bunga. Ada ruang untuk menerima tamu yang terpisah dari ruang tengah yang tidak begitu besar.

Di ruang tengah itu terletak kamar Sari. Rumah itu terletak di tengah kebun yang tak diurus sehingga membuat rumah tersebut tampak menyendiri.

Di samping rumah, ada beberapa rumpun bambu yang tinggi dan setiap tertIup angin, rumpun-rumpun bambu itu mengeluarkan suara gemerisik. Apalagi di malam hari yang dingin dan sunyi seperti ini. Suara gemerisik daun-daun bambu yang tertiup angin menimbulkan kesan mistis yang mendirikan bulu roma siapa pun yang mendengarnya. Ditambah lagi, suara lolongan anjing yang terdengar di kejauhan, seolah-olah menyayat hati.

Dengan terengah-engah, Mas Gun sampai di depan rumah kontrakan Sari. Tadi di sepanjang perjalanan, dia hampir saja sesak napas karena menahan emosi yang tidak tersalurkan pada istrinya.

Rumah Sari sunyi dan sepi, seperti rumah tak berpenghuni. Mas Gun menajamkan matanya,bsk kucing garong berusaha mengamati situasi sekitar rumah yang remang-remang.

Lampu di teras depan tiba-tiba menyala sebentar, tetapi lantas mati kembali, nyala lagi, mati lagi, begitu berkali-kali, membuat pandangan Mas Gun jadi tak begitu jelas. Di samping rumah, ada sebuah lampu neon.

Tetapi, itu pun hanya menyala remang-remang saja, seolah hidup enggan mati pun tak sudi.

Tok.. Tok.. Tok.. Mas Gun berusaha mengetuk pintu depan.

“Sari, Sari?” panggilnya berkali-kali. “Apa sudah tidur, ya?” dia bergumam sendiri.

SambiI menahan kuapan kantuknya, Mas Gun mengulangi ketukan di pintu rumah kontrakan itu. Kali ini, ketukannya lebih keras. Dia setengah berharap Sari lekas keluar dan menemuinya di teras.

Malam terasa semakin dingin dan Mas Gun ingin segera pulang ke rumahnya yang hangat. Dia tak ingin berlama-Iama di teras depan rumah kontrakan Sari yang suasananya sungguh tidak nyaman.

Namun, tetap saja tak ada jawaban dari dalam. Hanya hening yang menyiksa. Mas Gun ngedumel sambil menguap lagi, kali ini kuapannya lebih lebar dari yang pertama. Ia kemudian meluruskan badannya, menyenderkan tubuh ke daun pintu.

Tiba-tiba, pintu terdorong ke dalam, terkuak lebar, seolah membuka rahasia kesunyian di dalam rumah kontrakan itu.

Mas Gun tertegun sejenak. Apa mungkin Sari sengaja tak mengunci pintu rumahnya? Tapi, mengapa? tanyanya dalam hati.

Kemudian, laki-Iaki itu tersenyum penuh arti. Wajahnya merona di kegelapan malam. Mungkin Sari sengaja membukakan pintu ini untuknya, batinnya lagi. Dia segera membayangkan wajah Sari yang cantik dan lebih muda. Lalu, dia membandingkannya dengan istrinya yang cerewet di rumah.

Mungkinkah?....


# mungkinkah saat itu .....????
Selamat menikmati kisah ini...
Kisah yang usang...


Salam gundal gandul..
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd