Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

ROMANSA KISAH SI KUCING GARONG


MTTyuzu.jpg


ROMANSA KISAH KUCING GARONG

lo9fnV2.jpg

Renna

3tSXykj.jpg


Sonya


PUZZLE YANG HILANG




Cerita yang lalu…

" hallo bu rena ?"

"Saya mau berangkat, bisa dishare lokasinya bu ?"

" Ok bu sudah masuk".

Selang 30 menit kemudian, dia telah tiba di tempat yang telah bu Rena beritau tadi. Tempat yang makan yang hanya bisa dimasuki kaum-kaum borjuis saja. Terlalu mewah bagi seorang kucing garong makan seperti dirnya.

Di sudut ruangan terlihat seorang wanita duduk sendirian , sepertinya menunggu seseorang.

"Ah mungkin itu bu Rena", batinnya tanpa pikir panjang dia berjalan menuju kearah wanita itu.

Sesaat setelah berhadapan dengan wanita tadi,"Mbak….!!!!"



=== oOo ===​




" degh.!!." betapa terkejutnya, dadanya terasa bergemuruh, jantungnya bedebar-debar dengan kencang, panas dingin yang di rasakannya. Dengan perasaan campur aduk dia menyapa wanita itu.

"Hai mbak…?"

"Hallo G-Gun… ", jawabnya agak gugup, sama sekali wanita itu tak menyangka akan bertemu dengannya.

"Mbak menunggu siapa?". Belum dijawab pertanyaannya, malah wanita itu balik bertanya,"Lah kamu sendiri, kenapa ada disini?"

"Boleh saya duduk?"

"Silakan ?" Sambil mempersilakan aku duduk.

"Tadi pertanyaan saya belum mbak jawab, mbak nunggu siapa?" tanya mas Gun lagi, dan lagi lagi wanita itu malah bertanya kembali.

"Gimana kabarnmu, makin ganteng saja?", wanita itu memulai pembicaraan.

"Gak kangen lagi sama mbak?", tanyanya

"Ya kangen lah mbak?"

"Sebentar mbak, saya mau tanya lagi, kok mbak ada disini..?", selidik mas Gun

"Gak boleh?"

"Maaf mbak, bukan begitu"

"Iya...iya tadi ada janjian sama teman, lah kamu sendiri?," tanya balik wanita itu

"sama mbak, saya juga ada janjian dengan calon client", dia memberikan penjelasan ke wanita itu.

Akhirnya mereka terlibat kedalam percakapan, rasa kangen akan memori lama mereka. Kabar selama ini dan itu, kenapa tiba-tiba menghilang dan berbagai aktivitas selama keduanya tidak bertemu. Terlihat betapa bahagianya wanita itu.

"Pak Gunawan….", tiba-tiba terdengar suara seseorang menyapa mas Gun. Sejenak keduanya menghentikan pembicaraan, lalu menoleh hampir bersamaan ke arah suara yang baru menyapa.

Nampak sesosok wanita wajahnya cantik, kulitnya putih laksana pualam, tubuhnya tinggi langsing (Sekitar 170 cm) dengan dada yang menonjol indah. Dan pinggulnya yang dibalut span ketat membuat bentuk pinggangnya yang ramping kian mempesona, juga pantatnya wah.. sungguh sangat montok, bulat dan masih kencang.

"B-betul, ibu...Re..?", belum selesai dia menjawab

"Rena…", sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman.

"Gunawan…"
"Hanya itu saja?"

"Maaf..maf bu Rena, mari silakan duduk ", sembari menarik kursi untuk bu Renna.

Semua ini tak lepas dari pandangan wanita dari wanita yang terlebih dulu datang, sekilas nampak wajah kecemburuan di wajahnya Atas perlakuan mas Gun ke bu Rena.

"Perkenalkan, ini teman saya …."

" Rena.."

" Sonya…".

" Saya mohon maaf pak Gunawan, saya agk terlambat, maklum pak jam-jam segini jalanan pada macet semua"

" tak apa-apa bu Rena, bisa dimaklumi".

"Maaf pak Gun, keihatannya bapak sudah kenal dengan ibu Sonya ?", tanya bu Rena.

"Maksut ibu…?"

"Ini Ibu Sonya, Salah satu pemilik perusahaan selain suami saya", jelas bu Rena.

"Jadi saya tak perlu repot-repot memperkenalkan beliau ke bapak".

Penjelasan dari ibu Rena ini, jelas membuat keterkejutan luar biasa di benaknya, wajahnya langsung berubah, tampak wajah-wajah kebingungan bercampur jadi satu.

" Jadi Begini pak Gunawan", lanjut bu Rena, Bu Sonya ini, seperti tadi saya katakan beliau adalah salah satu dari pemilik perusahaan yang ingin bermitra dengan perusahaan bapak. Perusahaan kami tengah berencana untuk mengembangkan deversifikasi usaha.

3 - 4 tahun belakangan ini, pemerintah sedang gencar untuk melakukan pengembangan pariwisata di tanah air. Perusahaan kami tertarik untuk terjun di bidang ini. Atas rekomendasi beliau muncul nama bapak. Karena itu kami mengajukan penawaran ke perusahaan bapak. Kami sudah melihat dan mengumpulkan info berkaitan dengan sepak terjan dan kiprah perusahaan.

"Bukan begitu bu Sonya?", tanya bu Rena kepada wanita yang duduk diseberangnya

"Hmmmm…."

"Apa kamu tertarik Gun?" Tanya mbak Sonya berharap mas Gun mau menerimanya.

"Baik bu Rena dan Bu Sonya, saya perlu memikirkannya dahulu, beri waktu 2 - 3 hari, saya akan kasih jawabannya".

"Baiklah pak Gun, saya berharap bapak mau menerimanya",sambung bu Rena.

Belum terlalu jauh pembicaraan berlangsung, nampak 2 orang pelayan datang sambil mengantarkan pesanan yang telah dipesanan tadi.

"Selamat menikmati Bapak Ibu, kalau ada pesanan kembali bisa hubungi kami", kata pelayan itu, lalu dia masuk kembali ke ruang dalam

"O jadi begitu ceritanya bu Sonya, pantas saja tadi saya lihat ibu sama pak Gunawan ini begitu akrab, ternyata tetanggan dulu ya?"

"Iya begitulah Ren..", sahut mbak Sonya

"Cakep loh bu pak Gunawannya", goda bu Rena lirih sambil kedua matanya melirik Sonya.

"Bisa saja kamu Ren"

"Kalau tak mau, saya juga mau", kata bu Rena dengan kedua matanya melirik ke mas Gun. Merasa menjadi bahan oboral dua wanita cantik didedapnnya, mas jadi rikuh

"Uhuk...uhuk…" Tiba-tiba dia tersedak

"tak apa apa Pak Gun", sahut bu Rena bersamaan juga mbak sonya juga berkata,"tak apa apa mas e Gun…".

"Oh tak apa-apa bu Rena, Bu Sonya"

"Ok bu Rena Bu sonya", semua sudah jelas sekarang, nanti akan saya kabari 2-3 hari lagi, saya akan kembali ke kantor dulu."

"Ok pak,saya tunggu kabarnya selanjutnya"

"Bu Sonya.***nteng betul tuh orang",bisik bu Rena pelan.



Lantas dia pergi meninggalkan ke dua wanita cantik itu, yang terlebih dahulu tanpa sepengetahuan keduanya dia telah menyelesaikan pembayarannya.

"Oh… Godaan apalagi ini", bathin mas Gun sambil melangkah pergi.



=== oOo ===​



"Selamat sore, Gun. Maaf mengganggu. Kamu bisa nanti pulang kerja mampir ke rumah sebentar?”Demikian pesan singkat itu.

Aku berpikir sesaat, dan kubalas. “Dengan senang hati,bisa Mbak. Tunggu ya!”Selebihnya aku sibuk pencet-pencet keypad hape untuk memberitahu Berta bahwa aku pulang terlambat untuk menemui client . Aku tidak ingin dia berpikiran yang macam-macam dan aneh-aneh, toh ini kan memang urusan kantor.



=== oOo ===​



Waktu terasa lambat berjalan, dalam suatu ruangan nampak seorang lelaki terlihat begitu serius, di hadapanya sebuah laptop sedang menyala, serta beberapa tumpukan dokumen dan coretan-coretan kertas berserakan di mejanya. Dia tenggelam dan semakin tenggelan dalam kegiatannya.

"Tok...tok..tok.."

"Masuk…!!!" Lalu terlihat seorang wanita memasuki ruangannya

"Ada apa?" Tanyanya

"Bos, saya ijin pamit duluan"

"Sudah jam berapa ini", segera dia melihat jam yang tergantung di dinding ruangannya. nampak jam menunjukkan waktu 18.00. Memang sudah waktunya jam kantor selesai. Karena sedang sibuk dalan kegiatannya lelaki itu hingga lupa waktu.

"Baik syl, hati-hati dijalan" jawabnya

"Baik pak", jawab wanita itu yang ternyata sylvi. Tak berapa lama dia berlalu dari ruangan lelaki itu.

Segera setelah dia berlalu, nampak lelaki itu mematikan laptopnya dan membereskan mejanya. Lalu dia menelpon seseorang.

"Hallo mbak?"

"Iya Gun?"

"Minta tolong dikirimkan alamat rumahnya"

"Ok", tak berapa lama ada pesan masuk di telpon pintarnya, segera dia melihat, disitu tertera sebuah alamat di salah satu komplek perumahan elit dikota.

"Ma..sudah terima pesan yang saya kirim?"
"Papa pulang agak terlambat, masih ada acara menenui client setelah pulang".
"Iya ma…, gak ada pesanan?" tanyanya
"Ok mama, kalau memang tak pesan apa-apa, uhmaach".



=== oOo ===​



Sedikit resah yang mengganggu dipikiran ketika mbak Sonya membuka pintu dengan raut wajah yang terlihat galau. Meski kelihatan senang dengan kehadiranku, senyumnya tidak terlalu riang.

“Ada apa, Mbak?” tanyaku. “Perlu sama aku?”

“Iya. Sebenarnya… aku perlu teman ngobrol.” Sonya menutup pintu yang membentang ke hamparan taman depan. Ia memberi isyarat padaku agar membantu menggeser sofa untuk menghadap ke jendela.

"Kamu mau minum apa"

"Kopi saja mbak" kemudian ia segera masuk kedalam, tak berapa lama Ia datang sambil membawa dua gelas kopi dan jus tomat, lalu ia memberikan segelas kopi padaku.

“Terima kasih sudah mau datang. Maaf kalau aku menganggu waktumu,” Sonya duduk di satu sisi sofa. Ia menepuk-nepuk bidang sofa yang kosong dan berkata, ”Duduklah di sini,”

Ragu-ragu aku duduk di sofa yang hanya cukup untuk berdua itu. Sonya terdiam sesaat. “Katakan padaku, Gun, apa arti cinta bagimu!” tiba-tiba dia bertanya."ada apa lagi mbak, sekian lama kita tak bertemu setelah kita melalui banyak kenangan,kini mbak menanyakan, "arti cinta" lagi?".

Aku memang sedikit terkejut. Pertanyaan ini terasa agak aneh bagiku. Seperti awal dulu pernah saya sampaikan mbak, “Ehm, aku kira persepsi tentang cinta di mana-mana sama saja. Cinta itu diikat oleh rasa, oleh nilai sosial, oleh hubungan timbal balik yang positif dengan pasangannya,” kataku.

Sonya menoleh, batal menyedot jus tomatnya. “Kalau cinta seorang perempuan yang sudah menikah?”

“Umumnya ikatan cinta perempuan pada suami kuat dan banyak perkawinan yang survive sampai salah satu meninggalkannya karena kematian. Tapi cinta dalam perkawinan bisa juga tak bertahan lama, karena kehadiran pihak ketiga dan sebab-sebab lain. Di mana-mana sama,” kataku.

“Boleh tanya, mbak, kenapa ini kita angkat sebagai topik seperti ini lagi mbak, setelah lama kita tak bertemu lagi?” tanyaku.

“Maaf kalau topik ini membosankan,” Sonya bangkit dari duduknya, menaruh gelas di meja dan membuka hape.

" bukan membosankan mbak, tapi..??" Belum selesai saya meneruskan ucapanku, mbak Sonya berkata kembali “Ingat ketika kapan hari kubilang dan kuceritakan soal Trsita dan Mas Gilang?” tanyanya.

“Ya, mbak, ada apa lagi.” kataku menoleh.

“Kemarilah sebentar! Lihat foto ini. Lihat mereka sekarang. Bagaimana menurutmu?” Sonya menghadapkan layar hape ke wajahku. Dia menekan tombol geser, menunjukkan sejumlah foto seorang gadis dengan latar belakang tempat-tempat umum, dan ada beberapa foto yang menunjukkan suasana acara pernikahan, Aku tak langsung menanggapi. Aku menatap foto-foto itu tanpa berkedip.

“Bagaimana menurutmu?” tanya Sonya.

“Apakah mas Gilang dan Trista sekarang sudah menikah?.” kataku ragu-ragu.
"Seperti yang kamu lihat, ya memang begitulah?" Ucap Sonya.

"Apa yang kurang dari aku Gun?" tanya Sonya

"Apa ya mbak kekurangan dari mbak?" Sambil aku mempersiapkan jawaban yang jangan sampai membuat dia bersedih kembali.

"Mbak cantik, mbak juga luar biasa. Tapi terkadang lelaki ada banyak hal didunia ini yang diluar perkiraan kita", saya mencoba bijaksana.

“Menurutku juga. Tapi coba lihat ini, Ia gadis luar biasa. Lihat parasnya. Lihat bentuk tubuhnya yang ramping menggoda. Lihat lekuk-lekuk badan dan senyumnya.”

"Trus selama ini mbak sudah mencoba untuk mempertahankan mas Gilang?" Aku mencoba bertanya.

" Menurutmu?"

Sialan aku coba bertanya eh malah dikembalikan lagi. "Saya juga tak tau lah mbak" kelitku. "Setelah lama mbak menghilang saya sudah tidak kabar berita mbak lagi".

" selama ini mbak bagaimana?", tanyaku.

Lalu Sonya menceritakan selama dia pergi, dia mencoba untuk selalu mendampingi suaminya dan menjadi seorang istri yang terbaik. Memang dia juga melakukan kesalahan dengan Gun, tapi semua itu ada sebabnya. Kesalahan itu coba dia tebus dengan menghilang dan pergi dari kehidupan Gunawan, tapi ama mau dikata, bukan semakin baik tingkah laku suaminya malah semakin menjadi-jadi. Usaha yang diwarisi oleh keluarga Sonya mulai digerogotinya. Bukan semakin baik tetapi malah semakin buruk. Hutang perusahaan makin hari makin bertambah, kinerja perusahaan semakin menurun, dan lebih parahnya sebagian modal oleh mas Gilang dialihkan ke tempat Trista.

Hingga suatu saat, tanpa disangka ada surat datang untuk menutut cerai.

"Hiks...hiks..", tanpa terasa keluar air mata dari Mbak Sonya. Tak tahan melihatnya reflek segers ku rengkuh bahunya untuk memberikan rasa perlindugan.

"Kalau kamu tau gun", betapa hancurnya duniaku, gelap...gelap semuanya. Suami pergi harta diambil serta meninggalkan hutang yang demikian banyak.

Ingin mati rasanya saat itu, hanya kata-katamu lah yang hingga sekarang aku masih tegar berdiri.

"Kok bisa begitu mbak?, ucapku heran.

Kamu selalu berkata saat itu,

“Jangan berharap untuk kembali ke masa lalu, sebaiknya masa lalu jadikanlah sebagai pelajaran untuk lebih baik lagi di masa depan.”

“Merupakan suatu hal yang sangat sukar ketika semua yang awalnya baik tiba – tiba berubah menjadi buruk. Dan yang lebih sukar dari itu adalah memilih sebuah pilihan antara melepaskan atau tetap bertahan.


Itu sebagian kata-katamu yang membuat aku tetap bertahan.

“Ini sudah suratan takdir buat Mbak. Mbak harus kuat. Mbak pasti bisa melaluinya". Sonya memejamkan mata untuk menahan tangis, membuatku tak mampu berbicara kecuali memperhatikan dengan lekat. Peluh membanjir di dahinya.

Aku menjumput dua helai tisu di meja dan memberikannya kepada Sonya. Ia mengusap peluh di dahinya dengan gerakan mempesona.

“Kamu juga keringetan, Gun,” kata Sonya menunjuk dahiku.

Dia menjumput beberapa lembar tisu dan mulai mengusap keringat di dahiku dengan lembut. Aku mundur sedikit dan menahan napas, membiarkan tangannya bergerak lembit di seputaran dahi. Dekat sekali wajah itu ke wajahku. Perempuan ini lama-lama bisa membuatku gila. Sonya menatap mataku beberapa saat. Aku balik menatapnya. Ada pancaran kuat di mata itu; sepasang mata elang yang menyorot tajam. Tapi ia kemudian mundur beberapa langkah ketika ia mulai melihatku gugup.

“Oh, maaf, aku membuat kamu nggak nyaman… maaf!” Sonya mengusap hidung. Napasnya naik turun.

“Tidak apa-apa, Mbak. Nggak masalah,” Napasku tak kalah memburu.

“Kamu baik-baik saja?” Sonya terheran-heran.

Aku terdiam, menatapnya. Baju terusan bermotif bunga dengan warna terang itu ketat menempel indah di tubuh Sonya. Baju tanpa lengan itu, dan garis kain di dada yang rendah, menyembulkan kulit putih bersih sepasang lengan dan dada membusung yang menambah daya pikat tubuh itu.

Bagian bawah terusan yang melebar, setinggi lebih dari 15 centimeter di atas lutut, menyiratkan panorama yang sebaiknya tak perlu kututurkan. Semula aku mengira Sonya sengaja memakai pakaian ini, yang salah ukuran alias terlalu pendek bagian bawahnya, tapi kemudian aku menyimpulkan, dress itu memang pas untuk menampilkan keindahan ragawinya dengan cara yang mencengangkan serta untuk mengingatkan kembali awal-awal percintaan kami lebih tepatnya perselingkuhan kami.

“Mbak tahu, hatiku sedang bimbang saat ini,” entah kenapa tiba-tiba aku bicara begitu.

"Buat aku percaya kenapa begitu” kata Sonya yang masih dalam pelukannku “, peluk aku erat-erat, Gun!” desisnya. Aku diam sesaat.


Masih teringat dalam pikiran ku betapa enaknya saat itu

Saat itu , Aku tak perlu merasa harus tahu apa yang ia maksud. Aku melesat kembali ke rumahnya. Ketika membuka pintu, Sonya langsung menarik tanganku dan mendekapku mesra, kemudian memagut bibirku penuh hasrat.

“Aku menyesal terlalu banyak pertimbangan beberapa menit lalu.” desah Sonya di sela-sela serbuannya. “Itu kamarku. Ranjangku! Bawa aku ke sana, Gun!”

“Dengan senang hati, Mbak! Asal Mbak tidak minta dibopong!” kataku.

Sonya sekali lagi menarik kuat lenganku mengikuti gerakannya menuju ranjang itu. Sambil menutup pintu kamar, ia mendesis, “Cumbulah aku. Puaskan hasratku, Gun! Kalau Gilang bisa melakukannya dengan perempuan lain, aku berharap bisa melakukannya denganmu!”

“Baik, Mbak. Tentu saja!”

Kukecup keningnya penuh rasa sayang. Lalu membungkuk untuk mencium bibirnya yang hangat, kupagut dengan lembut. Sonya menyambutnya dengan sepenuh hati. Bibir kami erat berpagutan, mata kami sama-sama terpejam seolah tak peduli dengan apa yang terjadi di sekeliling.

Aku bersimpuh di hadapan Sonya yang masih terduduk di ranjang, tanganku mulai membelai kulit pahanya yang tertutupi kain pendek. Kutengadahkan wajah sesaat, menatapnya. Lalu memegang kedua lutut Sonya serta menciuminya dengan lembut. Pelan-pelan roknya aku singkap hingga setengah bagian pahanya yang putih mulus kelihatan. Kusapukan lidahku ke sana, mulai dari lutut hingga paha bagian dalam—penuh kesabaran, membuat Sonya mendesah dan mencengkeram kuat rambutku.

“Ssshhh… Gun!!”

Paha bagian dalam yang hangat dan mulus itu membuatku sangatterangsang. Aku terus mengecupinya perlahan hingga menimbulkan bekasmemerah walau tidak sampai memar. Kedua paha Sonya yang terbuka membuat celana dalam krem berenda yang ia kenakan terpampang jelas di hadapanku.

“Boleh aku buka, Mbak?” pintaku sambil melihat ke arah wajahnya.

Tak ada jawaban, hanya anggukan tanda setuju.

Perlahan sambil terus mengusap paha, kucoba membuka celana dalam krem berenda itu. Setelah berhasil, kulemparkan ke pojok ruangan dan menatap indah memek Sonya yang rajin dicukur. Tanpa membuang waktu, kubuka lebar-lebar kedua pahanya, lalu menikmati belahan memek itu dengan sapuan lidah dan kecupan-kecupan ringan yang membuat Sonya mendesah-desah lirih tak karuan.

Memek Sonya yang basah membuatku semakin bernafsu. Tak segan-seganaku menjulurkan lidah ke dalam lubang yang lengket dan terasa asin itu. Namun dari semua bagian kemaluan Sonya, klitoris adalah yang menjadi favoritku. Biji mungil berwarna pink kecoklatan itu kuemut perlahan, mencoba untuk tidak membuat Sonya merasa sakit atau tidak nyaman.

”Sshhhh… Gun! Enak, Gun! Terushh… ohhh… a-aku… mau dapettt…” erangnya menggelinjang, disusul oleh orgasme pertamanya beberapa saat kemudian.

Mengetahui Sonya sudah mendapatkan orgasme, aku mengangkatnyaberdiri, menelanjanginya, serta memeluknya dengan sepenuh hati sambil menciumi bibirnya—disertai permainan lidah yang menambah panas suasana dalam kamar. Tubuh kami begitu erat menyatu. Walau aku belum melepaskan semua pakaian, namun kehangatan dekapanku mampu membuat Sonya terbuai dan merasa nyaman.

“Ayo, Gun!” Tiba-tiba Sonya mendorongku hingga terjatuh telentang di atasranjang.

Agak kaget pada mulanya, namun aku tak mau berkomentar mengetahui Sonya yang mencoba membuka celana yang kukenakan. Aku menikmati dengan berbaring pasrah. Kontol besarku yang mengacung tegak langsung digenggam tangan mungilnya. Sonya mengocoknya perlahan. Wajahnya tak berani menatapku, mungkin malu atau sungkan. Dia hanya menatap kontol besarmilikku yang sudah tegak menegang, sambil terus mengocoknya naik-turun.

“Mbak…” panggilku mesra sambil mengusap lengannya. “Emut ya? Aku pingin diemut sama Mbak!”

“I-iya, Gun.” jawab Sonya pelan dan malu sambil mulai melahap penisku, mengulumi kepalanya yang gundul.

Dia tak berani langsung memasukkan semua ke dalam mulutnya, mungkintakut tersedak melihat betapa panjang ukuran batangku. Kepala penisku yang merah dan hangat bagaikan lollipop yang terasa asin pada bagian lubang kencingnya, Sonya menikmatinya dengan penuh perasaan sambil mendengarkan aku yang mendesah-desah kegelian plus kenikmatan.

“Mbak, sini memeknya. Kujilati juga!” erangku keenakan, ingin membalas perlakuannya.

Sambil tetap mengulum penisku, Sonya merubah posisi. Ia mengangkangi kepalaku, membiarkan lubang memeknya terpampang bebas di hadapanku. Memandangnya membuatku tak tahan untuk lekas menjilatinya. Segera kubenamkan mulutku ke sana, dan sambil menepuk-nepuk pantat bulat Sonya,dengan lahap aku mencucup klitoris serta bibir memeknya.

“Uuhhmm… Gun! Hmmm…” racau Sonya menikmati geli di memeknya, secara bersamaan dia terus berusaha mengulum penis besarku.

Dari pantat, tanganku bergeser ke dada. Kuremas-remas bulatan payudaranya yang sejak tadi merangsang gairahku, kupilin-pilin putingnya yang mungil, sambil terus kunikmati kehangatan lubang memeknya.

“Gun… arrgghh…” Sonya menghentikan kulumannya. Dia mengerang saatcairan kenikmatan mengalir keluar dari celah memeknya dan sedikit terjilat olehku.

“Enak, Mbak?” Aku terus menggerakkan lidah, mencucup semua cairannya hingga bersih.

“M-maaf, Gun… a-aku nggak tahan!” katanya malu-malu sambil merubah posisi, dia duduk di sebelahku yang masih terbaring telentang.

“Nggak apa-apa, Mbak. Aku malah suka!” Aku lalu beranjak duduk di tepianranjang dan meminta Sonya berdiri membelakangiku.

“Hmm… kamu belum ya, Gun?” tanyanya saat melihat penisku yang masih mengacung keras.

“Mbak tadi sudah dua kali… memang lagi sange banget, ya?” Aku tersenyummenggodanya, membuat Sonya tersipu malu.

”Sudah ah, Gun! Ayo cepat masukkan!” pintanya lirih sambil mengarahkan lubang memeknya tepat ke ujung penisku. “Mmmm… aghh… pelan-pelan, Gun! Geli…” desah Sonya saat lubang memeknya mulai disesaki batang penisku.

Sonya menggoyangkan tubuhnya untuk mengaduk-aduk batangku di dalamlubang memeknya yang sempit dan hangat itu. Kupegangi pinggangnya untuk membantunya mengatur ritme. Dari belakang, aku tak mau membiarkan payudara Sonya bebas begitu saja. Aku meremasinya dengan kedua tangan, sedikit agak kasar karena terbawa suasana.

”Ssshhh… ahhh… arrggh… terusss, Mbaak… iyahhh…” erangku mengetahui Sonya ternyata cukup lihai dalam menggoyangkan tubuhnya.

Kami terus saling mendorong dan menghentak. Saat mendekati ejakulasi,kutarik tubuh Sonya sehingga penisku tercabut dari lubang memeknya. ”Ahhh…m-maaf, Mbak! Ehmm… a-aku hampir keluar!” kataku melihat Sonya yang agak kaget.

“Kok kamu tahan, Gun?” tanya Sonya polos sambil tangannya kutarik untuk balik ke atas tempat tidur.

“Gantian Mbak yang di atas. Aku masih pingin merasakan tubuh Mbak lebih lama lagi.” pintaku tulus.

Sonya tersenyum malu, namun segera menunggangi tubuhku. Dia arahkan lubang memeknya tepat di atas penisku yang masih mengacung tegak, menekannya, menyatukan kembali alat kelamin kami berdua. Kupegangipinggulnya untuk membantunya mengatur ritme saat mulai menggoyangkan pantat. Penisku terasa diaduk-aduk oleh lubang kenikmatan yang sempit itu. Dengan posisi seperti ini, sesekali dinding rahim Sonya tertumbuk kepala penisku, membuatnya mengerang penuh kenikmatan.

“Arrgghhh… ssshh… Gun… aggghh…” desahannya membuatku semakin bernafsu.

Sekarang aku sudah tidak memegangi pinggulnya, kubiarkan Sonyabergoyang dengan sendirinya. Aku lebih sibuk meremasi kedua payudara indahnya yang bergoyang-goyang liar di hadapanku.

”Arrggghhh… Mbaak… a-aku mau keluarrr!” erangku tiba-tiba, disusul semprotan cairan hangat di dalam lubang memeknya.

Sonya sendiri kembali orgasme sambil menggigit bibirnya sendiri, dan mengerang, ”Arrgghhhh… a-aku juga, Guunn!” Tubuhnya ambruk menimpatubuhku, yang segera kudekap erat. Tetesan cairan sperma terasa keluar dari lubang memeknya saat penisku mulai melembek kehilangan kekuatannya.

“Kenapa keluar di dalam, Gun? Kalau aku nanti… uhmmm!” tanya Sonya yang langsung kujawab dengan melumat mulutnya rakus.

“Kenapa Mbak juga nggak langsung cabut tadi?” tanyaku menggoda.

Sonya hanya terdiam saja. Kukecup lembut keningnya sambil kuusap keringat yang ada di wajahnya. Sonya jadi malu sendiri karena dia membiarkanaku menyemprotkan sperma di dalam lubang kemaluannya.

Aku terus menciuminya penuh rasa sayang sambil mengusap kepalanya, sebelum kemudian pamit pulang. “Sudah ya, Mbak. Nanti istriku mencari. Soalperselingkuhan Mas Gilang, Mbak nggak usah mikir terlalu dalam. Aku siap kok menggantikan selama dia nggak ada!” kataku yang sontak membuat Sonya terkejut dan langsung bangkit duduk.

“Maksudmu, Gun?” tanyanya dengan mimik muka penasaran.

“Aku siap memuaskan Mbak di tempat tidur, kapanpun dan dimana pun!”

Sonya mendekapku dan mengangguk malu-malu.

Sejak itulah, perselingkuhan ku dimulai, dari sinilah sesungguhnya kisah ini dimulai. Kisah si Kucing Garong.

"Gun...apa kau merasakan seperti yang ku rasakan?", tanya mbak, mendengar itu segera menyadarkanku…
"Apa yang tadi mbak katakan?".

"Sesungguhnya gun, aku sejak lama suka sama kamu, tapi..?" Sonya mencoba menggantung ucapannya.

" Tapi apa mbak..?"

"suatu saat kamu juga akan mengetahuinya" ucap Sonya dengan semakin memelukku.


=== oOo ====​

Masih melow-melowan atau tidak
Masih bingung-bingungan atau

Sudah terjawab atau belum nih pertanyaannya
Atau tambah binggung


"Tinggalkan komentar anda, atau like agar chanel ini bisa berkembang, jangan lupa berbagi dengan teman andaI. itu katanya Mak Tube" komentar terbaik akan mendapat bingkisan dari yang hanya silent Reader.


Salam Gondal Gandul Sobat



Semoga terhibur, maaf tadi sudah ya ternyata.:ampun:
 
duchh :kangen:mbak Berta dewi ku,,,, sesungguhnya tampilan mu itu seger menggiurkan dan bikin :genit:ngiler nggak kalah dengan yang lain.
entah:fiuh: mengapa isi dalem mu anyep tanpa rasa menyertainya.
mungkinkah ada sumbat yang melekat:bata: berakibat libido terikat hingga membelenggu syahwat.
🙀🙀🙀
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd