Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

ROMANSA KISAH SI KUCING GARONG

o0KxW75.jpg


ROMANSA KUCING GARONG

BAGIAN 19


TERHANYUT PERMAINAN



JYRspFW.jpg

SONYA

p9JXYAN.jpg



RENNA




Cerita sebelumnya….

Gun...apa kau merasakan seperti yang ku rasakan?", tanya mbak, mendengar itu segera menyadarkanku…
"Apa yang tadi mbak katakan?".

"Sesungguhnya gun, aku sejak lama suka sama kamu, tapi..?" Sonya mencoba menggantung ucapannya.
" Tapi apa mbak..?"
" suatu saat kamu juga akan mengetahuinya" ucap Sonya dengan semakin memelukku.



=== oOo ===​


Tak terasa waktu berputar cepat, hari berlalu degan membawa kisah. Kisah seorang lelaki. Ya kisah liar dari anak manusia, yang terombang-ambing oleh keadaan. Terluta-lunta dalan hati yang rapuh.



3 hari kemudian….


"Selamat pagi bu Rena"
"Selamat pagi Pak Gunawan,bagaimana penawaran Perusahaan kami, apa bapak berkenan?".
"Setelah saya kaji dan pelajari, kami berkenan dengan tawaran dari perusahaan ibu".

"Ok pak"
"Tapi…" sengaja di gantung ucapannya.
"Tapi apa pak Gun.."
"Saya bisa tahu detail terhadap penawaran ibu, ada beberapa hal yang ingin saya ketahui".

"Baik pak Gun, saya tunggu di Kantor" lantas bu rena memberikan alamat kantornya yang terletak di jalan xxx
"Ok bu, nanti saya akan,kesana makasih".


Dua jam kemudian….


Nampak aku dan bu Rena terlibat pembicaraan yang sangat serius. Berkaitan dengan pekerjaan yang akan dikerjakan. Sepanjang pembicaraan dengannya, konsentrasiku tidak 100%, melihat gaya bicaranya yang intelek, gerakan bibirnya yang sensual saat sedang bicara, apalagi kalau sedang menunduk belahan buah dadanya nampak jelas, putih dan besar.

Di sofa yang berada di ruangannya yang mewah dan lux, kami akhirnya sepakat mengikat kontrak kerja. Sambil menunggu sekretaris Ibu Renna membuat kontrak kerja, kami mengobrol kesana-kemari bahkan sampai ke hal yang agak pribadi. Aku berani bicara kearah sana karena Ibu Renna sendiri yang memulai. Tanpa itu mana berani.

Dari pembicaraan itu, baru kuketahui bahwa usianya baru sekitar 35 tahun, dia memegang jabatan direktur sekaligus pemilik perusahaan menggantikan almarhum suaminya yang meninggal karena kecelakaan pesawat.

“Pak Gun sendiri umur berapa”, bisiknya dengan nada mesra.
“Saya umur 30 tahun, Bu!” balasku.
“Sudah berkeluarga?”, pertanyaannya semakin menjurus, aku sampai GR sendiri.

“heh, Bu!”
"Kok he eh pak?", goda bu Rena dengan nada tambah mesra.
"Sudah bu".

Tanpa kutanya, Ibu Renna menerangkan bahwa sejak kematian suaminya setahun lalu, dia belum mendapatkan penggantinya.

“Ibu cantik, masih muda, saya rasa seribu lelaki akan berlomba mendapatkan Ibu Renna”, aku sedikit memujinya.

“Memang, ada benarnya juga yang Bapak Gunawan ucapkan, tapi mereka rata-rata juga mengincar kekayaan saya”, nadanya sedikit merendah.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu, Ibu Renna bangkit berdiri membukakan pintu, ternyata sekretarisnya telah selesai membuat kontrak kerjanya.

"ini bu kontrak kerjanya sudah saya persiapkan"
" makasih wid".
"Mari silakan Pak Gunawan untuk kontrak kerjanya bisa bapak pelajari dulu, lalu kalau tak ada revisi silakan bapak Tanda tangani", kata bu Renna sambil menyodorkan kontrak kerja .

Aku segera mempelajarinya, beberapa point penting telah terangkum dalam isi kontrak kerja, setelah saya rasa cukup, kububuhkan tanda-tangan diatas kertas yang sudah dilengkapi materai itu. Lalu kukembalikan lagi ke bu Renna..."terima kasih atas kepercayaan perusahaan ibu kepada kami", ucapku .

"Sama - sama pak Gunawan, kita berharap kerjasama ini dapat seterusnya terjalin dengan baik".

"Semoga..,aamin"

“Kalau begitu, saya permisi pulang, Bu!, semoga kerjasama ini dapat bertahan dan saling menguntungkan”, aku segera pamit dan mengulurkan tangan.

“Semoga saja”, tangannya menyambut uluran tanganku.
“Terima kasih atas kunjungannya, Pak Gunawan.”

Cukup lama kami bersalaman, aku merasakan kelembutan tangannya yang bagaikan sutera, namun sebentar kemudian aku segera menarik tanganku, takut dikira kurang ajar. Namun naluri "Kucing Garongku" tiba-tiba bekerja, dengan halus aku mulai merancang strategi mendekatinya.

“Oh ya, Bu Renna, sebelum saya lupa, sebagai perkenalan dan mengawali kerjasama kita, bagaimana kalau Ibu Renna saya undang untuk makan malam bersama”, kataku sebelum aku meninggalkan ruangannya.

“Terima kasih”, jawabnya singkat.
“Mungkin lain waktu, saya hubungi Pak Gunawan, untuk tawaran ini.”

“Saya tunggu, Bu.. permisi”




=== oOo ===​



Aku tak mau mendesaknya lebih lanjut. Aku segera meninggalkan kantor Ibu Renna dengan sejuta pikiran menggelayuti benakku. Sepanjang perjalanan, aku selalu terbayang kecantikan wajahnya, postur tubuhnya yang ideal. Ah.. kayaknya semua kriteria cewek idaman ada padanya.

Disudut tempat parkir tampak sebuah mobil mewah masuk. setelah memarkirkan mobilnya sang pemilik kendaraan segera masuk kedalam perusahaan itu.

"Selamat Sore Bu…" sapa setiap orang yang kebetulan berpapasan dengannya. Dengan langkah angun dia melangkah ke ruangan bu Renna.

"Hai Renn...Gimana tadi lancar semuanya?" Tanyanya
"Sudah selesai sesuai yang ibu perintahkan"
"Dia mau bekerjasama dengan kita?", sambil duduk disofa yang empuk itu.
"Ini pak Gunawan sudah menanda tangani kontrak dari kita", jawab bu Renna sembari memberikan kontrak yang tadi baru di tanda-tangani mas Gun.
"Good Jobs Ren", ujarnya
Dalam bathin perempuan itu berkata,"Sebentar lagi kau akan jadi Miliku seutuhnya Gun". Tak terasa seulas senyum tersunggunging di bibirnya.



=== oOo ===​


Tak terasa satu bulan sejak pertemuan itu, meskipun aku sering mampir ke tempat Ibu Renna dalam kurun waktu tersebut, tapi tidak kutemui tanda-tanda aku bisa mengajaknya sekedar dinner. Meskipun hubunganku dengannya menjadi semakin akrab.

Menginjak bulan ke-2, akhirnya aku bisa mengajaknya keluar sekedar makan malam. Tapi seperti sebelumnya janjiku ke istriku Bertha, kemanapun dan dengan siapa pun terutama wanita selalu ku beritahu dia.

Bagaimana pun dan keadaan apa pun dia adalah wanita yang paling aku cintai. Dia yang selalu mendampingi saat susah maupun duka, terbayang bagaimana perjuangan kami dulu, sejak ikrar pernikahan itu, perjuangan hidup sesungguhnya telah dimulai, hingga saat itu terjadi. Pertentangan bathin terjadi ditambah dengan ketulusan hati yang demikian luas sesungguhnya merupakan siksaan tersendiri buatku. Tanpa terasa setitik air mata keluar dari sudut mataku.

"Maafkan aku.." lirih aku berkata.

Kini godaan itu kembali muncul, kisah lama datang silih berganti, dimulai dari kehadiran Mbak Sonya yang dengannya sesungguhnya kisah ini kumulai. Desahan dan deru nafsanya membuat aku terlena,terhanyut dan semakin terhanyut. Lama terhenti, kini dia datang kembali.

"Rena…?"

Mengapa kau hadir dalam perjalanan ini, perjalanan seorang Gunawan dalam nafsu yang tak tertahan, dalam jiwaku yang muda ini. Entah bagaimana ujung kisah ini..

Masih teringat saat malam yang indah saat aku berhasil mengajaknya untuk makan malam..

kami bagai sepasang kekasih, meskipun pada awalnya dia ngotot ingin menggunakan mobilnya yang mewah, akhirnya dia bersedia juga menggunakan mobil bututku yang bisa bikin perut mules.

Beberapa kali kami keluar, sungguh aku jadi bingung sendiri, aku hanya berani menggenggam jarinya saja, itupun aku gemetaran, degup-degup di jantungku terasa berdetak kencang padahal hubungan kami sudah sangat dekat, bahkan aku dan dia sama-sama saling memanggil nama saja, tanpa embel-embel Pak atau Bu.

Sampai pada saat pertemuan yang kesekian kalinya, kuberanikan diri untuk memulainya, waktu itu kami di dalam bioskop. Dalam keremangan, aku menggenggam jarinya, kuelus dengan mesra, kelembutan jarinya mengantarkan desiran-desiran aneh di tubuhku, kucoba mencium tangannya pelan, tidak ada respon, kulepas jemari tangannya dengan lembut. Kurapatkan tubuhku dengan tubuhnya, kupandangi wajahnya yang sedang serius menatap layar bioskop.

Dengan keberanian yang kupaksakan, kukecup pipinya. Dia terkejut, sebentar memandangku. Aku berpikir pasti dia akan marah, tapi respon yang kuterima sungguh membuatku kaget. Dengan tiba-tiba dia memelukku, mulutnya yang mungil langsung menyambar mulutku dan melumatnya. Sekian detik aku terpana, tapi segera aku sadar dan balas melumat bibirnya, ciumannya makin ganas, lidah kami saling membelit mencoba menelusuri rongga mulut lawan. Sementara tangannya semakin kuat mencengkram bahuku.

Aku mulai beraksi, tanganku bergerak merambat ke punggungnya, kuusap lembut punggungnya, bibirku yang terlepas menjalar ke lehernya yang jenjang dan putih, aku menggelitik belakang telinganya dengan lidahku.

“Renna, aku sayang kamu”, kubisikkan kalimat mesra di telinganya.

“Gun akupun sayang kamu”, suaranya sedikit mendesah menahan birahinya yang mulai bangkit.

Dan saat tanganku menyusup ke dalam blousnya, erangannya semakin jelas terdengar. Aku merasakan kelembutan buah dadanya, kenyal. Kupilin halus putingnnya, sementara tanganku yang satunya menelusuri pinggangnya dan meremas-remas pinggulnya yang sangat bahenol.

Segera kubuka kancing blous bagian depannya, suasana bioskop yang gelap sangat kontras sekali dengan buah dadanya yang putih. Perlahan kukeluarkan buah dadanya dari branya, kini di depanku terpampang buah dadanya yang sangat indah, kucium dan kujilat belahannya, hidungku bersembunyi diantara belahan dadanya, lidahku yang basah dan hangat terus menciumi sekelilingnya perlahan naik hingga ke bagian putingnya. Kuhisap pelan putingnya yang masih mungil, kugigit lembut, kudorong dengan lidahku.

Renna semakin meracau. Tanganya menekan kuat kepalaku saat putingnya kuhisap agak kuat. Sementara aku merasakan gerakan di celanaku semakin kuat, senjataku sudah menegang maksimal.Tanganku yang satunya sudah bergerak ke pahanya, spannya kutarik ke atas hingga batang pahanya tampak mulus, putih. Kubelai, kupilin pahanya sementara mulutku mengisap terus puting buah dadanya kiri dan kanan. Dan saat jariku sampai di pangkal pahanya, aku menemukan celana dalamnya. Perlahan jari-jariku masuk lewat celah celana dalamnya, kugeser ke kiri, akhirnya jari-jariku menemukan rambut kemaluannya yang sangat lebat.

Dengan tak sabar, kugosokkan jariku di klitorisnya sementara mulutku masih asyik menjilati puting buah dadanya yang semakin mencuat ke atas pertanda gairahnya sudah memuncak, meskipun jari-jariku sedikit terhalang celana dalamnya tapi aku masih dapat menggesek klitorisnya, bahkan dengan cepat kumasukkan jariku ke dalam celahnya yang lembat, terasa agak basah. Jariku berputar-putar di dalamnya, sampai kutemukan tonjolan lembut bergerigi di dalam kemaluannya, kutekan dengan lembut G-spotnya itu, kekiri dan kekanan perlahan.

“Achh.. Gun.. aku sudah nggak tahan.. Terus Gunl.. oh..” Suaranya makin keras, birahinya sudah dipuncak.

Tangannya menekan kepalaku ke buah dadanya hingga aku sulit bernafas, sementara tangan yang satunya menekan tanganku yang di kemaluannya semakin dalam. Akhirnya kurasakan seluruh tubuhnya bergetar, kuhisap kuat puting susunya, kumasukkan jariku semakin dalam.

“Ahh.. oh.. Gun... aku ke..lu..ar..” Kurasakan jariku hangat dan basah. “Makasih Mas, sudah lama aku tak merasakan kenikmatan ini.”

Aku hanya bisa diam, menahan tegangnya senjataku yang belum terlampiaskan tapi rupanya Renna sangat pengertian. Dengan lincahnya dibukanya reitsleting celanaku, jari-jarinya mencari senjataku. Aku membantunya dengan menggerakan sedikit tubuhku. Saat tangannya mendapatkan apa yang dicarinya, sungguh reaksinya sangat hebat.

“Oh.. besar sekali Gunl.. aku suka.. aku suka barang yang besar..” Renna seperti anak kecil yang mendapatkan permen.

Senjataku yang sudah kaku perlahan dikocoknya, aku merasakan nikmat atas perlakuannya, sementara tangannya asyik mengocok batang senjataku, tangan satunya membuka kancing bajuku, mulutnya yang basah menciumi dadaku dan menjilati putingku, sesekali Renna menghisap putingku. Aliran darahku semakin panas, gairahku makin terbakar. Aku merasakan spermaku sudah mengumpul di ujung, sementara kepala senjataku semakin basah oleh pelumas yang keluar.

“Renna, aku sudah nggak tahan..”

“Tahan sebentar, mas...”Renna melepaskan jilatan lidahnya di dadaku dan langsung memasukkan senjataku ke dalam mulutnya, aku merasakan kuluman mulutnya yang hangat dan sempit. Kulihat mulutnya yang mungil sampai sesak oleh kemaluanku. Renna semakin kuat mengocok batang senjataku ke dalam mulutnya. Akhirnya kakiku sedikit mengejang untuk melepaskan spermaku.

“Awas Renn, aku mau keluar..” kutarik rambutnya agar menjauh dari batang senjataku, tapi Renna malah memasukkan senjataku ke dalam mulutnya lebih dalam, aku tak tahan lagi, kulepaskan tembakanku, 7 kali denyutan cukup memenuhi mulutnya yang mungil dengan spermaku.

Renna dengan lahap langsung menelannya dan membersihkan cairan yang tertinggal di kepala senjataku dengan lidahnya. Aku menarik nafas panjang mengatur degup jantungku yang tadi sangat cepat.Setelah lampu menyala kembali pertanda pertunjukan telah usai, kami sudah rapi kembali. Kulihat jam di pergelangan tanganku menunjukan pukul 10.00 malam.

Aku langsung mengantarnya pulang, dalam perjalanan kami tak banyak bicara, kami saling memikirkan kejadian yang baru saja kami alami bersama.Sampai di rumahnya yang mewah di kawasan elit, aku langsung ditariknya menuju kamar pribadinya yang sangat luas.

“Mas aku belum puas…, kita teruskan permainan yang tadi..” Tangannya langsung membuka kancing bajuku dan mulai membangkitkan gairahku, sementara pikiranku semakin bingung, kenapa Renna yang tadinya kalem bisa berubah ganas begini? Tapi pikiranku kalah dengan gairah yang mulai berkobar di dadaku, terlebih saat tangannya dengan lihai mengusap dadaku.

Bagai musafir seluruh tubuhku dicium dan dijilatinya dengan penuh nafsu. Aku pun tak mau kalah sigap, di ranjangnya yang empuk kami bergulat saling memilin, melumat, dan saling menghisap.Saat pakaian kami mulai tertanggal dari tempatnya. Kami saling melihat, aku melihat kesempurnaan tubuhnya, apalagi di daerah selangkangannya yang putih bersih, sangat kontras dengan bulu kemaluannya yang sangat hitam dan lebat.

Dan Renna memandangi senjataku yang mengacung menunjuk langit-langit kamar. Hanya sebentar kami berpandangan, aku langsung meraih tubuhnya dan memapahnya ke ranjang. Kuletakkan hati-hati tubuhnya yang gempal dan lembut, aku mulai menciumi seluruh tubuhnya, lidahku menari-nari dari leher sampai ke jari-jari kakinya. Kuhisap puting buah dadanya yang kemerahan, kujilat dan sesekali kugigit mesra. Ssementara tanganku yang lain meremas-remas pinggul dan pantatnya yang sangat kenyal.

Pergulatan kami semakin seru, kini posisi kami berbalikan seperti angka 69, kami saling menghisap puting dada. Saat aku memainkan puting dadanya yang sudah mencuat, lidahnya menjilati putingku. Aku turun menjilati perutnya, kurasakan juga perutku dijilati dan akhirnya lidah kami saling menghisap kemaluan.Aku merasakan hangat di kepala senjataku saat lidahku menari-nari menelusuri celah kemaluannya, lidahku semakin dalam masuk ke dalam celah kewanitaannya yang telah basah, kuhisap klitorisnya kuat-kuat, kurasakan tubuhnya bergetar hebat.

Lima belas menit sudah kami saling menghisap, nafsuku yang sudah di ubun-ubun menuntut penyelesaian. Segera aku membalikkan tubuhku. Kini kami kembali saling melumat bibir, sementara senjataku yang sudah basah oleh liurnya kuarahkan ke celah pahanya, sekuat tenaga aku mendorongnya namun sulit sekali. Tubuh kami sudah bersimbah peluh. Akhirnya tak sabar tangan Renna memandu senjataku, setelah sampai di pintu kemaluannya, kutekan kuat, Renna membuka pahanya lebar-lebar dan senjataku melesak ke dalam kemaluannya. Kepala senjataku sudah berada di dalam celahnya, hangat dan menggigit.

Kutahan pantatku, aku menikmati remasan kemaluannya di batanganku. Perlahan kutekan pantatku, senjataku amblas sedalam-dalamnya. Gigi Renna yang runcing tertancap di lenganku saat aku mulai menaik turunkan pantatku dengan gerakan teratur.Remasan dan gigitan liang kewanitaannya di seluruh batang senjataku terasa sangat nikmat. Kubalikan tubuhnya, kini tubuh Renna menghadap ke samping. Senjataku menghujam semakin dalam, kuangkat sebelah kakinya ke pundakku. Batang senjataku amblas sampai mentok di mulut rahimnya.

Puas dari samping, tanpa mencabut senjataku, kuangkat tubuhnya, dengan gerakan elastis kini aku menghajarnya dari belakang. Tanganku meremas bongkahan pantatnya dengan kuat, sementara senjataku keluar masuk semakin cepat. Erangan dan rintihan yang tak jelas terdengar lirih, membuat semangatku semakin bertambah. Ketika kurasakan ada yang mau keluar dari kemaluanku, segera kucabut senjataku. “Pllop..” terdengar suara saat senjataku kucabut, mungkin karena ketatnya lubang kemaluan Renna mencengkram senjataku.

“Achh, kenapa mas... aku sedikit lagi”, protes Renna. Dia langsung mendorong tubuhku, kini aku telentang di bawah, dengan sigap Renna meraih senjataku dan memasukkannya ke dalam lubang sorganya sambil berjongkok.

Kini Renna dengan buasnya menaikturunkan pantatnya, sementara aku di bawah sudah tak sanggup rasanya menahan nikmat yang kuterima dari gerakan Renna, apalagi saat pinggulnya sambil naik-turun digoyangkan juga diputar-putar, aku bertahan sekuat mungkin.Satu jam sudah berlalu, kulihat Renna semakin cepat bergerak, cepat hingga akhirnya aku merasakan semburan hangat di senjataku saat tubuhnya bergetar dan mulutnya meracau panjang.

“Oh.. aku puas mas Gun, sangat puas..” tubuhnya tengkurap di atas tubuhku, namun senjataku yang sudah berdenyut-denyut belum tercabut dari kemaluannya. Kurasakan buah dadanya yang montok menekan tubuhku seirama dengan tarikan nafasnya.

Setelah beberapa saat, aku sudah merasakan air maniku tidak jadi keluar, segera kubalikkan tubuhnya kembali.
Kini dengan gaya konvensional aku mencoba meraih puncak kenikmatan, kemaluannya yang agak basah tidak mengurangi kenikmatan. Aku terus menggerakkan tubuhku.

Perlahan gairahnya kembali bangkit, terlebih saat batang senjataku mengorek-ngorek lubang kemaluannya kadang sedikit kuangkat pantatku agar G-spotnya tersentuh. Kini pinggul Renna yang seksi mulai bergoyang seirama dengan gerakan pantatku.

Jari-jarinya yang lentik mengusap dadaku, putingku dipilin-pilinnya, hingga sensasi yang kurasakan tambah gila.Setengah jam sudah aku bertahan dengan gaya konvensional. Perlahan aku mulai merasakan cairanku sudah kembali ke ujung kepala senjataku. Saat gerakanku sudah tak beraturan lagi, berbarengan dengan hisapan Renna pada putingku dan pitingan kakinya di pinggangku, kusemprotkan air maniku ke dalam kemaluannya, kami berbarengan orgasme.

Kring..kring….terdengar nada dering dari telpoonku

"Rena..?".


=== oOo ===​


Semoga terhibur sobat sobat semua..

:beer:

special to @Pemancingmimpi

maaf ya sobat lama baru update...

:ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd