Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Roro Inten

Apa yang diharapkan dari akhir kisah ini ?

  • Happy ending

    Votes: 272 77,3%
  • Sad ending

    Votes: 50 14,2%
  • Open ending

    Votes: 27 7,7%
  • Close ending

    Votes: 24 6,8%

  • Total voters
    352
  • Poll closed .
Bimabet
"...Mawar,
"mama perhatikan...beberapa hari ini kamu terlihat lebih banyak diam tidak riang seperti biasanya.
"Ada masalah di sekolah atau adakah sesuatu yang menjadi beban pikiranmu..sayang ?
"kalu iya mungkin kamu bisa sharing sama mama.
"Eh, siapa tahu mama bisa ikut membantu.…?
tanya Roro Inten ibundanya tercinta dengan lembut pagi itu sembari menata beberapa panganan si atas meja sebelum sarapan pagi tiba.

Mawar menoleh sebentar sambil melepas senyum.

"Sekolah Mawar baik-baik saja kok mam. Cuma akhir-akhir ini Mawar kadang bermimpi aneh yang mawar kurang ngerti maksudnya…".

"Ehmm... begitu ya.
"Mimpi apa kamu sayang…?
"Sepertinya begitu berkesan.."kata ibundanya lagi.

Sejenak Mawar terdiam seolah mencoba mengingat sambil sorot matanya memandang jauh ke serambi belakang rumahnya nan asri dengan kolam pancurannya.

"..Mawar seperti ada di sebuah hutan yang rindang dengan padang rumput luas menghijau. Lalu…
"Mawar melihat papa sama mama berada tak jauh dari Mawar. Mawar hendak berjalan menemui papa sama mama. Tapi…
"Di sisi lain di kejauhan Mawar melihat ada dua sosok yang tidak jelas keliatan…"
mendadak mawar menghentikan ucapannya dengan sedikit tercekat.

Roro memandang putrinya dengan serius. Ada sekian detik mereka membisu.

"Terus bagaimana sayang…?
"Siapa mereka yang kau lihat itu..? tanya Roro kemudian.

"...satu sosok seperti laki2 bertopi tinggi seperti orang berpakaian adat dan satu lagi seperti anjing tapi lebih besar dan bertelinga runcing.
"Mereka berdiri berdampingan...dan si laki-laki itu tangannya aneh...panjang sampai selutut... Berkuku panjang dengan kepala yang besar sekali dari ukuran orang pada umumnya…" lirih suara mawar.
"Mawar berusaha berlari ke arah papa sama mama....tapi kaki mawar terasa berat melangkah.
"...Sedangkan papa sama mama makin menjauh.
"Mawar pun berusaha berteriak berkali-kali..
"tapi...papa dan mama seolah tidak mendengar teriakan Mawar. Lalu Mawar liat orang aneh sama anjingnya itu justru makin mendekat.
"Mawar...jadi takut ma.."
kata mawar yang kemudian memeluk mamanya.

Roro Inten membelai lembut rambut panjang mawar lalu mendekapnya erat di dadanya.

"...kamu tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya sayang.
"Bisa jadi karena kamu terlalu capek atau bisa juga kamu terbawa perasaan akan sesuatu sampai terbawa mimpi yang aneh-aneh…"
"Percaya sama mama, semua akan baik-baik saja.
"Lagipula kamu tidak pernah lupa sembahyang khan..? kata Roro lalu menyentuh kedua pipi mawar.

Sejenak kedua perempuan ibu dan anak itu saling berpandangan.
Mawar mengangguk mengiyakan lalu senyum tipis tersungging di bibirnya.

"Iyah ma.
"Mawar cuma khawatir.
"Menurut Bi Imah yang pernah mengasuh Mawar dahulu. Kalu kita mimpi seram yang membuat kita takut sebaiknya jangan diceritakan ke orang lain.
"Tapi kalo sebaliknya kita mimpi yang bikin kita seneng malah tidak apa-apa diceritain.…" katanya lalu memandang lekat mamanya.

"Mama juga tahu soal itu.
"Tapi kamu cerita khan sama mama.
"Itu artinya mimpi kamu tidak seram...kamu cuma mau sharing saja ke mama.
"Bukan begitu sayang…? Kata Roro lagi seraya memandang lembut putrinya itu

Mawar kembali mengangguk lalu mencium tangan halus ibundanya.

"Mawar sayang sama mama dan papa.
"Mawar akan selalu menjaga mama sama papa…" kata mawar dengan lirih.

"Iyah...mama percaya.." lanjut Roro dengan senyum manis di bibirnya.
Ia kemudian kembali mendekap lembut lalu mencium kepala Mawar.
"Eh..itu papamu sama Indah sudah di meja makan.....! Kata Roro sebentar kemudian.

Dengan mengamit tangan mawar lalu keduanya menuju meja makan dimana Nyoto tampak tersenyum seraya melambaikan tangan.

========



Mall Diamond Palace

Sabtu malam Minggu di sebuah pusat perbelanjaan terkenal di Banyumili, Diamond Palace Mall.

Suasana begitu ramai dengan pengunjung yang memadati area atrium utama pusat perbelanjaan tersebut.
Berlantai 5 dengan total area pertokoan seluas 10 ha menjadikan mal tersebut sebagai pusat perbelanjaan terbesar yang dibanggakan oleh masyarakat Banyumili.

Tempat hang out favorit bagi keluarga ataupun muda mudi kota yang ingin menghabiskan waktu senggangnya dengan berbelanja ataupun sekedar jalan-jalan.

Dipenuhi dengan tenant-tenant terkemuka baik nasional maupun internasional menjadikan mall ini menjadi episentrum promosi bagi para produsen barang ataupun penyelenggara jasa untuk memperkenalkan produknya di kota ini.

Tidak terkecuali sebuah produsen kosmetik terkenal asal Amerika yaitu Maybelline.



Sebagai sebuah produsen papan atas dunia yang berdiri sejak 1900an sudah merupakan keniscayaan bahwa dalam memasarkan produknya agar bisa diterima oleh konsumen sudah sewajarnya perusahaan menyesuaikan dengan target segmentasi pasar yang dituju.

Target mereka utamanya jelas adalah para kawula muda mudi dan remaja perempuan yang gemar beraktualisasi lewat penampilan dan pesona diri.
Maka sebagai sarana untuk kian mendekatkan diri kepada target yang dituju pihak Maybelline tak segan-segan mengeluarkan sejumlah uang yang cukup banyak untuk itu.

Salah satunya dengan mensponsori beragam acara yang sekiranya mampu mengangkat pamor mereka di mata para wanita muda dan remaja.

Tidak terkecuali malam itu.

Di berbagai sudut mal baik di dalam ataupun di luar terlihat mendominasi beragam umbul-umbul, spanduk, poster dan pernak-pernik berwarna dasar hitam dengan tulisan putih "Maybeliine".

Sementara itu atrium utama Mal Diamond Palace terletak di area tengah lantai dasar mencakup hampir ⅓ area lantai.
Begitu luas dan megah mampu hingga menampung setidaknya seribuan orang. Di saat ada acara atau event tertentu tak ayal area tersebut menjadi "zona merah" yang menjadi magnet.



Estelle Chen Brand Ambassador Internasional

Sebuah poster besar Estelle Chen brand ambassador Maybelline internasional terlihat mencolok di bibir panggung besar di tengah atrium utama Mal.

Sayup-sayup suara musik yang diselingi suara MC saling tumpang tindih dengan sorak sorai pengunjung menambah riuh suasana malam itu yang terlihat cerah dengan gemintang malam nan bertebaran di angkasa raya.

Sementara di atas panggung sebuah layar monitor besar dengan slide mencolok warna warni bertuliskan
"Malam Penyisihan Miss Mawar 20** organized by Rose Merah Entertaintment and sponsored by Maybelline Internasional and Diamond Palace Mall'

"Indah... Indah... Indah…."

Terdengar seruan riuh para pengunjung menyebut sebuah nama yang kedengarannya tak asing lagi.

Seiring teriakan dari para penonton di pinggir panggung meneriakan namanya si gadis yang tengah berada di atas panggung semakin energik dalam melakukan aksinya.

Tubuhnya yang ramping indah meliuk dengan gerakam ritmik selaras dengan irama lagu yang ia nyanyikan.

Senyum terkembang di bibir tipisnya takkala segerombolan penonton di sudut panggung membawa poster dan spanduk bergambar dirinya ikut melonjak-lonjak.

"Terima kasih….terima kasih semuanya…!!
Teriak si gadis sambil melambaikan tangan seraya setengah menunduk kepada penonton di bawah panggung.

Sementara dibarisan penonton yang memadati area bawah panggung dengan posisi rada tinggi duduk 3 orang juri yang semuanya terlihat manggut-manggut begitu si gadis selesai beraksi.

"Ehmm…
"Indah begitu penuh talenta dan luar biasa. Sepertinya tahun ini kita tidak sulit untuk memilih pemenang Miss Mawar.
"Bukan begitu Bu Frida Lidwina…?
tutur seorang juri yang seorang pria paruh baya 40an tahun berkacamata berpenampilan rapi dan necis seraya membetulkan kacamatanya.

"Betul Pak Ricki.
"Anak ini memang tampil nyaris tanpa cela. Sepanjang babak penyisihan hingga kini Indah selalu berada di posisi teratas.
"Sulit peserta lain untuk mendekati poin yang didapatkannya.." kata perempuan yang duduk disebelahnya yang adalah Frida Lidwina, Brand Promotion Manager Maybelline.

Seorang juri lainnya yang juga tak asing lagi tampak berdiri seraya bertepuk tangan.

"Bravo...nice..!!
pujian spontan keluar dari bibirnya disertai senyumannya begitu melihat kontestan favoritnya usai mentas dengan penampilan sempurna.

"Bu Frida, Pak Ricki…
"Saya sebenarnya tidak berhak melangkahi karena kontes masih menyisakan 1 babak akhir tapi...
'Indah sepertinya ditakdirkan untuk menjadi pemenang Miss Mawar tahun ini.." kata sang juri tersebut dengan raut muka tersenyum puas.

"Ah... Ibu Siti Sundari pun berpikiran sama dengan saya...."kata Ricki Usmail sambil tertawa kecil yang seorang fotografer kondang, musikus sekaligus pemilik studio rekaman dan jaringan stasiun radio terkemuka.

Siti Sundari dan Frida tampak tersenyum mendengar penuturan Ricki.

"Tepuk tangan yang meriah banget untuk kontestan yang barusan saja perform dengan luar biasa...Indah Seroja..!!
teriak si MC pembawa acara yang disambung riuh tepukan tangan dari para penonton.

Sementara ketiga juripun kembali menatap panggung menanti aksi dari kontestan berikutnya meski mereka bertiga tidak berharap banyak mengingat penampilan Indah Seroja yang di atas rata-rata peserta lain.

"Indah...selamat ya.
"Penampilan kamu tadi begitu memukau. Mulai dari suara, dress code, pemilihan lagu dan aksi panggung...tokcer deh pokoknya.." kata Bu Desy, wali kelasnya di sekolah yang menyambutnya di bawah panggung sambil mengamit tangan Indah.
Dia-lah yang berinisiatif mengomandoi awak suporter dari SMA Kusuma Bangsa yang jumlahnya ajubile.

"Bener Bu,..
'Indah tuh paket komplit banget...
"Palu Gada deh. Apa Lu mau Gua Ada...hihihi…"kata Rika teman sebangku Indah sekaligus sahabatnya ikut menemani di sampingnya.

Indah pun tersenyum lebar.

"Pala lu. Emangnya gw swalayan apa...pake promo gituan…" balasnya sambil "mencubit" lengan Rika yang segera mengelak.

Gelak tawapun pecah di antara mereka.

Indah lalu mengerling ke arah meja juri dan dilihatnya Siti Sundari tampak menoleh ke arahnya sambil mengangkat jempol.
Indah pun tersenyum melihat respon Sundari.

Sejenak kemudian Indah mengedarkan pandangan ke sejumlah sudut ruangan hall yang luas itu seperti ada yang ia cari.
Senyum tersungging di bibirnya manakala sorot matanya melihat 3 orang yang dicarinya berada di lantai atas dan memandangnya seraya bertepuk tangan.

Dua perempuan dan seorang pria tengah duduk mengamati dari sebuah cafe eksotis di food court lt 2.

Seorang diantaranya yang berambut panjang dan bercelana hotpants ketat sepaha terlihat melambaikan tangan mengajaknya untuk naik.

"Hebat kamu sayang…
"mama bangga sama kamu…" sahut seorang perempuan paruh baya nan jelita yang bukan lain adalah Ibundanya, Roro Inten sambil memeluknya.

"Thk u Ma.
"Ini khan berkat dorongan semangat dan doa dari orang-orang terdekat Indah. Mama, Papa dan Kak Mawar.
"...Tapi masih ada babak final yang harus Indah hadapi Minggu depan…" kata Indah sesaat setelah mamanya melepaskan pelukannya.

"Mama tahu sayang.
"Namun setidaknya kamu sudah punya modal bagus untuk babak final nanti.
"Dan menurut mama, peluang kamu sangat besar...bukan begitu Pa..? tanyanya kepada suaminya, Nyoto.

Nyoto yang ditanya sesaat terdiam sepertinya ada yang tengah diamatinya.

"Ehmm...Kangmas...ditanya kok malah melamun sih.." katanya sambil menepuk lembut paha suaminya.

"Oya sayang...ehm...tentu..tentu saja.
"Putri Papa pasti bakalan jadi yang terbaik…" katanya terbata.

Indah sesaat terdiam melihat tingkah ayahnya.

"Papa seperti melihat sesuatu. Lihat apaa sih pa kok kayaknya menarik banget..? tanya Mawar yang ada didepannya.

"Hmmm...ndak kok. Cuma ngelihat tumben ramai sekali pengunjung yang datang malam ini.
"Pasti semua gara-gara terpesona gara-gara ngeliat penampilan putri Papa tersayang yang cetar membahana di atas panggung…" kata Nyoto kemudian sedikit tertawa kecil.

Mawar dan Indah saling berpandangan lalu…

"Garing bangeeet...hihihi…!!
sahut keduanya serempak dengan tertawa lepas.

Nyoto yang tak tahu harus bersikap hanya mengusap-usap jidatnya sambil berlagak o'on menghadapi kedua putrinya ini.

Sejenak Roro tersenyum geli melihat adegan tersebut sebentar kemudian mengenggam erat sebelah tangan suaminya.

--------

Setengah jam kemudian keempatnya beranjak menuruni eskalator menuju arah turun.

Mawar dan Indah berada sedikit jauh di belakang ayah ibunya sambil mengobrol dan sesekali berhenti melihat pernak-pernik pameran yang berjejer di etalase toko.

Tepat di depan etalase toko optik terkenal Nyoto dan istrinya berpapasan dengan seorang pria muda dan seorang wanita anggun.

"Eh... Bu Siti.
"Ndak sangka ketemu njenengan di sini. Lagi belanja ya Bu ? tanya Roro Inten dengan sumringah kepada si perempuan yang ternyata istri Bupati Suryo Adipati.

"Oalah..Jeng Roro tho. Ndak kok.
"Cuma nganterin anak lanang.
"Kalu Jeng Roro gerangan apakah yang membawa kemari…? kata Siti Sundari seraya mendekat.

"Sama kok Bu, sy juga lagi nganter anak2 jalan-jalan…sama jadi suporter dadakan buat Indah..".

"Oya...Indah luar biasa Jeng, dia kandidat terkuat untuk menjadi juara tahun ini…" tutur Sundari.

"Begitu ya Bu.
"Mudah-mudahan bukan karena njenengan yang jadi jurinya...sy malah tidak enak hati.." lanjut Roro tersenyum simpul.

"Tentu tidak tho Jeng. Meski begitu kita tetap profesional. Tidak ada istilah titipan. Khan jurinya bukan cuma saya..." katanya.

"O ya...Mas. kenalkan ini ibu Siti Sundari istri dari Pak Bupati Suryo Adipati.
"Bu Siti...perkenalkan ini suami saya.." kata Roro Inten kemudian.

"Saya... Sunyoto Pujo, Bu Siti.." kata Nyoto sambil sedikit menjura dengan tersenyum.

"Weleh2…
"Memang Gusti Kang Kuoso itu Maha Adil…" kata Sundari sambil menatap tajam ke arah pria ini dengan sorot kagum.

Sementara baik Nyoto dan Roro Inten sejenak saling berpandangan.

"Seorang perempuan yang begitu cantik berjodoh dengan pria yang begitu gagah…" tambah Sundari sambil menggelengkan kepala lalu mengangkat tangannya membalas salam Nyoto.

Roro Inten sejenak terdiam namun selepas itu satu senyuman lebar tersungging di bibirnya.

"Ah...biasa saja kok Bu
"Panjenengan ini terlalu memuji.
"Bukan begitu Mas..? tanya Roro sambil menggandeng erat lengan kekar Nyoto.

Wajahnya yang putih mulus dan ayu terlihat kemerahan tak mampu menahan perasaannya yang berbunga-bunga mendapat pujian dari seorang Siti Sundari yang terkenal. Berbeda dengan Nyoto yang tampak tenang.

"Betul Bu Siti.
"Kami ini hanya menjalankan suratan takdir dari Sang Maha Pencipta.
"Lepas dari itu, hanya ucapan syukur yang senantiasa kami ucapkan…" balas Nyoto sekali lagi melempar senyum.

Namun kali ini sambil sorot matanya melirik ke arah pria muda berkacamata gelap berambut gondrong seleher tinggi tegap di sebelah Sundari yang tengah bercakap-cakap lewat ponselnya dengan posisi sedikit menyamping.

Namun tanpa diketahui Nyoto, dari balik kacamata gelapnya anak muda ini sebenarnya juga memperhatikan Nyoto dan terutama istrinya, Roro Inten.

"Betul sekali Pak Nyoto. Sy setuju sekali.
"Oh ya, kenalkan juga ini Freddy, anak sy.
"Kebetulan dia yang organize semua acara Miss Mawar tahun ini.
"Malah kalau ndak salah sudah sejak pertama kali di adakan.
"Begitu ya Nang..? tanya Sundari.
(panggilan anak laki-jawa.red)

Freddy yang ditanya tak langsung menjawab melainkan sibuk mengutak-atik hp dengan lagak sok keren.

Hal ini tak luput dari pengamatan Nyoto.

"Eh, Nang…
"Kamu itu ditanya ibu kok malah ndelongop sibuk karepe dewe.
"Bener ora omongane ibu..? tanya Sundari sambil menjawil lengan Freddy. (Bengong.red).

Sesaat kemudian Freddy lantas melepas senyum tanpa melepas kacamatanya. Lalu dengan santainya menepuk bahu Siti Sundari.

"Bener mam.
"Oya... Pak Nyoto, Bu Roro…
"Ehmm..sy panggil om sama tante saja ya. Khususnya Tante yang terlihat masih muda dan begitu cantik.
"Saya...Freddy Umbara…" katanya lalu menjulurkan tangan yang lantas dijabat erat oleh Nyoto. Roro Inten hanya memberi salam di dada.

Keduanya berjabat erat sepersekian detik.

"Dengan usia sekarang Tante masih terlihat begitu menawan.
"Tak bisa saya bayangkan bagaimana saat masih gadis dulu…
"Sungguh beruntung sekali anda bisa menjadi suaminya Om " kata Freddy santai memanggil suami istri itu dengan sebutan berbeda. Dengan lagak slengean.

Ucapan itu sontak membuat Roro Inten terhenyak.
Ia tak menyangka pemuda yang baru pertama kali bertemu lancang berkata seperti itu kepadanya. Apalagi ada sang suami di sisinya.
Sekejap ia mengerling ke arah suaminya.

Dilihatnya Nyoto tampak tenang saja. Namun samar terliat senyum di sudut bibirnya.

"Anak slebor ini punya pembawaan dan karakter mirip bapaknya.
"Ehmm...memang buah jatuh takkan jauh dari pohonnya.." batin Nyoto.

"Eddy…!
"Ndak sopan kowe ngomong ngono sama Bu Roro dan Pak Nyoto…" kata Sundari gemas sambil menepuk bahu Freddy.

"Ndak papa kok Bu.
"Mungkin mas freddy orangnya terbiasa jujur dan lugas.
"Sy tidak keberatan kok Bu.." sahut Roro seperti menengahi kedua ibu anak itu.

Sesaat Nyoto dan Roro saling berpandangan.

"Kapan-kapan kalu panjenengan sempat silakan bila mampir ke rumah sy, Bu Siti.
"Pintu rumah kami selalu terbuka untuk panjenengan..." kata Roro kemudian.

"Terima kasih Jeng Roro.
"Kalu begitu saya permisi dulu ya. "Kebetulan agendanya masih padat ini. "Mudah-mudahan secepatnya saya bisa datang ke rumah Jeng Roro ya.
"Mari Jeng…Pak Nyoto...
"Yuk Nang.." kata Sundari lalu menjawil tangan Freddy.

"Kita pasti bertemu lagi Tante…" kata Freddy sambil tersenyum sesaat sebelum beranjak mengikuti Sundari.

Sudut matanya tampak mengerling tajam sebentar ke arah Nyoto.

"Hehhh…
"Anaknya cengengesan petingkah ora karuan. Jomplang kuwalik dibanding ibunya yang grapyak tur lembah manah…" kata Roro Inten sebentar kemudian.
"Kau tidak marahkan Kangmas…? tanyanya lalu kepada suaminya.
(Kebalik - ramah - rendah hati.red)

"Tidak Nimas.
"Kenapa pula harus dilayani polah tingkah bocah ABG semacam itu…" sahut Nyoto sembari tersenyum.

"Lihat..kedua putri kita ternyata sudah di sini tho.."
"Kenapa kamu sayang..? Kok ngelamun…" tanya Nyoto kepada Mawar.

Mawar terdiam sesaat.

(Aku sepertinya melihat cowok itu lagi barusan..apa benar dia ya..? kata mawar membatin).

"Eh...ndak kok pa.
"Mawar cuma berpikir kalu2 Indah bisa juara ndak ya..? balas Mawar sekedarnya.

Mendengar itu Nyoto lalu merengkuh bahu Mawar dengan lembut.

"Finalnya masih minggu depan sayang. 'Lagipula papa tidak mempersoalkan apa Indah juara atau tidak.
"Yang penting putri Papa sudah berbuat yang terbaik.
"Buat papa itu sudah cukup…" katanya lagi yang diikuti anggukan dan senyum ibundanya.

Sejenak kemudian keempatnya berlalu menuju ke basement parkir mobil dengan diikuti pandangan mata seseorang.

"Ehhmm…"gumam sosok tersebut sebelum kemudian ikut beranjak pergi.

==========



Nyoto terpekur dalam ruangan pribadi kantornya yang cukup besar namun terlihat sederhana untuk ukuran seorang direktur utama sebuah perusahaan terkenal.
Hanya terlihat sebuah sebuah meja, layar komputer, TV LED layar datar 45', dispenser, almari dan 1 set meja kursi yang tertata rapi.

Sebuah lukisan besar dirinya bersama sang istri terlihat terpajang di dinding dengan pigura yang terbuat dari tembaga bernuansa mewah nan elegan.
Nyoto yang berdiri gagah sementara Roro Inten menggelayut manja di bahu tegapnya.
Mereka menatap ke muka dengan senyum tampak terkembang di bibir keduanya.



Lukisan yang begitu indah dan tampak nyata dengan guratan & sapuan kanvas yang mengalir kuat begitu selaras bersama detil - detil urat dan garis muka sang model yang adalah Nyoto dan Roro Inten.
Orang yang melihatnya pasti akan berdecak kagum dan mengira lukisan tersebut adalah karya seorang maestro luar negeri.
Di pojok kanan bawah tampak selarik guratan kuas warna hitam yang samar terlihat namun bisa dibaca "Mawar Sembilu, Desember 20**.

Sepintas ia melirik arloji TAG Heuer Formula 1 calibre 7 yang melilit kokoh di pergelangan tangannya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 16 lewat 45 menit yang berarti seperempat jam lagi saatnya jam pulang kantor.


TAG Heuer Formula 1 Calibre 7 - Nyoto

Telapak tangan kekarnya yang berbulu tampak mengambil cangkir kopi di meja yang tinggal separuh.
Seteguk dua teguk kopi hitam mengalir membasahi tenggorokannya selintas terbayang kenangan awalnya di saat merintis perusahaan ini dari nol.

Jatuh bangun ia membangunnya dari awal dimana hanya ada segelintir karyawan saja sampai kini menjelma menjadi perusahaan ternama dengan puluhan karyawan dan puluhan mitra serta relasi baik lokal bahkan luar daerah.

Sebuah plakat prasasti plus fotonya yang tengah menerima penghargaan dari Gubernur terpampang di almari buffet.


Foto Pemberian Penghargaan
Penghargaan
Sayta Lencana Bumi Wira
Kepada Drs. R. Sunyoto Pujo Satmoko
Direktur Utama
PT. Mawar Seroja Utama
Oleh
Bapak Gubernur

Sementara Nyoto masih terhanyut akan pikirannya yang entah terus melanglang buana.

Ia berdiri lalu mengamati sejumlah karyawan kantornya yang terlihat melakukan beragam aktifitas menjelang absen pulang dari balik korden jendela. Beberapa diantaranya tampak bercanda satu sama lain.

Nyoto tersenyum melihat keceriaan para stafnya tersebut.
Beberapa saat mendadak ia menghembuskan nafasnya yang terdengar berat.

"Hahhhhh…"
Sebentar kemudian hidungnya mencium aroma harum kenanga yang mendadak menyeruak di dalam ruangannya.
Nyoto menoleh dan Indra batinnya spontan merespon hal ganjil ini seperti membisikkan sesuatu.

Tanpa sadar ia memejamkan mata seolah berkonsentrasi sejenak dan..

slaap..!

Nyoto merasa seperti melayang dan sekian detik kemudian seolah sudah berpindah di suatu tempat.

Tempat yang berbeda sekali dari tempat manapun di dunia ini.
Ia merasa belum pernah menginjakkan kaki di tempat ini. Namun anehnya ia seolah tidak terasa asing dengan tempat ini.

Rerimbunan pepohonan dan langit luas membentang yang seolah tanpa matahari.

Petang bukan malampun belum.

Tempat yang seolah hanya didominasi oleh 2 warna saja. Hitam dan putih.
Gelap dan terang saling berbaur mengesankan susanana yang hening seperti tanpa ada sedikitpun nadi kehidupan.

Sesaat setelah ia tersadar dilihatnya seseorang sudah berdiri tak jauh dari dirinya.



Sosok wanita cantik berambut panjang sepinggang berdandan dan berbusana bak putri keraton berdiri sambil memegang sesuatu yang berbentuk bundar tinggi menyerupai sebuah kendi terbuat dari logam hitam yang memantulkan sedikit sinar temaram dari langit yang berwarna abu-abu.

Nyoto terperanjat bukan semata karena kecantikannya melainkan karena sosok putri tersebut bak pinang tak berbelah dengan istrinya tercinta, Roro Inten Ayu Dewi Rengganis !

Si wanita tersebut mengacungkan benda serupa kendi tersebut ke arahnya dengan kedua tangannya. Seolah memanggil.

Nyotopun hendak berjalan menuju ke arahnya. Namun baru dua langkah Nyoto menghentikan kakinya.
Dilihatnya sang putri tiba2 berpaling ke arah lain dan seperti terkaget lalu tergopoh-gopoh pergi menjauhinya dengan raut muka cemas.

Nyoto spontan berteriak…
"Berhenti..!..Putri…kau siapa...dan mau kemana.. ?

Nyoto hendak berlari mengejarnya namun kali ini keduluan satu sosok pria yang tiba-tiba sudah ada dihadapannya.
Lagi-lagi Nyoto terkejut.
Pria dihadapannya ini juga berpakaian bak bangsawan keraton jaman dahulu.
Namun yang lebih mengagetkannya karena wajah pria tersebut mengingatkannya akan seseorang yang begitu membekas di pikirannya.

Wajah sang penguasa Kabupaten Banyumili, Bupati Suryo Adipati!

Pria tersebut memandangnya sejenak dengan tatapan tajam dan sorot mata amarah penuh bara lalu kemudian setengah berlari ke arah sang putri tadi seolah hendak mengejarnya.

Mendadak Nyoto merasa jantungnya sontak berdegup kencang.
Ia bisa merasakan bahwa sang Putri dalam bahaya besar.
Ia bermaksud mengejar mereka namun sebuah benda mirip kendi yang tergeletak tepat dimana sang putri tadi berdiri sesaat memancing perhatiannya dan sejenak menghentikan langkahnya.

Ia bergegas mendekati lalu tangannya meraih benda itu.

Ia merasakan benda itu begitu terasa berbobot meski olehnya yang kekar. Diamatinya benda yang terbuat dari logam berwarna hitam legam itu.

Sekejap ia merasakan kulit logam benda itu terasa begitu dingin bagai es lalu kemudian berubah menghangat seketika. Badannya terasa enteng dan pandang matanya menjadi begitu jernih.
Nafasnya mendadak begitu terasa lega dan segarnya sampai merasuk ke dalam dada.
Aliran darahnya seolah begitu lancar seiring ia menimang benda unik berukir tersebut dengan kedua tangannya.

"Benda ini...bukanlah kendi.
"Ini lebih mirip sebuah cupu. "Hmm...ukiran-ukiran ini…"
Nyoto terus mengamati benda berukir yang menakjubkan ini.

Terlihat di dinding permukaan Cupu terukir corak bunga teratai yang diselingi dengan ukiran ikan dan burung angsa yang tengah terbang serta sebuah roda Cakra.
Sedetik kemudian ia melihat benda mirip cupu tersebut memiliki tutup.

"Jangan-jangan ini……!!!
seru Nyoto kemudian hendak membuka penutup Cupu legam tersebut.

Namun mendadak cahaya kilatan halilintar yang diikuti gelegar dahsyatnya menghantam langit

SLAAAAPPP…CESSHHH...!!!

JELEGERRR….!!!!!

Bumi yang dipijak Nyoto seolah bergetar saking kerasnya yang seketika mengalihkan perhatian Nyoto.
Bersamaan itu Nyoto sontak teringat akan sang putri jelita yang hendak dikejarnya tadi.

Nyoto menoleh dan seketika berteriak keras…

"....Tuan Puteriii..!!!!

Cahaya kilat dan suara geledek kembali membelah langit seiring air hujan turus begitu deras dari langit.

Sesaat kemudian..

"Arrkkkh…!
Nyoto menggeram keras lalu tersampir limbung di dinding almari ruangan pribadinya.

Prak…!

Bersamaan ia membuka matanya kedua tangannya bersender pada dinding.
Nafasnya terasa memburu bagai orang yang habis berlari jauh.
Keringat dingin tampak terlihat di dahi dan lehernya. Sementara baju hem-nya tampak kusut dengan beberapa kancingnya terlepas.
Sedangkan di bawah cangkir kopinya terjatuh di lantai dan pecah berantakan.

"Hah...hah...hah…"
Nyoto mencoba mengatur nafasnya sesaat.
Ia lalu menengadah bersamaan cahaya kilat diiringi suara petir menggelegar sayup terdengar dari balik ruangan pribadinya. Sementara air hujan turun dengan derasnya membasahi kaca jendela.

Selang beberapa menit Nyoto terpaku diam. Lalu menjatuhkan diri ke kursinya dan membiarkan dirinya didekap oleh balutan kulit mahal nan hangat seolah berusaha menenangkan hati dan pikirannya.

Sejenak ia terdiam dalam hening sambil menyelami kejadian "aneh dan gaib" yang barusan dialaminya.
Tanpa ia sadari bau kenanga yang sempat tajam tercium perlahan samar memudar.

"Mimpikah aku….??
"mana mungkin…!?
"Tapi...tadi itu…..begitu jelas tergambar di mataku.."

Sejenak ia meraba sekujur tubuhnya. Pakaiannya terlihat kering dan tidak basah sama sekali.

"Apakah arti semuanya ini...
"Perempuan yang berpakaian seperti putri itu….
"Dia…Dia mirip sekali dengan Nimas Roro…"

Dia terpekur dalam kursinya sambil jemari tangannya mengurut dahi seolah berusaha mengingat akan sesuatu yang terlintas di benaknya.

Lalu…

"Oh..! Dia ...aku ingat sekarang…"
"Putri itu yang aku lihat secara gaib tempo hari di Paseban Ageng….
"Dia orang yang sama. Pasti dia..!
"Tidak salah lagi…"
katanya kemudian dengan muka berubah berseri.
"Dan dia membawa sebuah Cupu dari baja kuning berukir bunga teratai dan roda Cakra…??
"Cupu... apakah yang dibawanya itu…
"Jangan-jangan….???!
Nyoto terdiam sejenak lalu mendadak selintas ide terlintas di benaknya.

Sreeek…!!!

Mendadak Nyoto langsung bergegas membuka laptopnya.

"Google...google...cupu...cu...pu..manik..maya...yah...cupu Manikmaya…"
katanya lirih dengan dadanya mendadak berdetak lebih cepat.

Lalu jarinya menekan tombol

<______Enter…Tek..!

Seketika di layar laptopnya terpampang beragam hal dan sesuatu yang terkait dengan Cupu Manikmaya.
Tapi….
Nihil…
Berkali-kali ia men-scroll bolak balik, kiri-kanan, atas bawah...tapi tidak ditemui satupun hal mengenai Cupu Manikmaya.

Raut mukanya nampak kecewa. Ia lalu berusaha mencari kembali dengan membrowser kata.
Sesaat ia berpikir keras lalu seperti mendapatkan ilham ia mencoba peruntungannya dengan mengetik dengan menambahkan kata "Karang Taruna"..

"Cupu..Manikmaya... Karang Taruna…"
"Mudah-mudahan aku benar…"
katanya seolah berusaha menyakinkan diri.

Lalu sebentar kemudian tampilkan slide di layar laptopnya.
Ia scrool kembali...naik turun...kanan kiri. Tapi...belum juga ditemukan yang diharapkannya…

Ia menghembuskan nafas seolah putus asa sebelum sudut matanya yang hendak terpejam melihat sebaris judul berita mencolok di situs portal berita Dunia.com.

Ia bergegas bangun lalu membaca denga sangat serius kalimat demi kalimat berita yang tertera di sebuah situs portal berita kurang yang lebih tayang beberapa tahun lalu itu.
"Kepolisian Resor Kota Banyumili telah berhasil menemukan kembali harta pusaka yang sekaligus merupakan benda purbakala peninggalan Keraton Karang Taruna.
Dari sejumlah benda yang ditemukan terdapat satu benda pusaka yang dianggap sangat bertuah dan keramat.
Benda yang dimaksud adalah sebuah Cupu yang terbuat dari semacam besi tembaga yang sebagian berlapiskan oleh emas murni.
Menurut para ahli sejarah dan arkeolog cupu tersebut bernama Cupu Manikmaya. Benda yang sangat diagungkan oleh raja-raja Karang Taruna sebagai aji perlambang kebesaran tahta keraton.
Hanya para raja yang berhak memiliki cupu Manikmaya.
Maka tidak heran banyak orang dengan beragam cara, maksud dan tujuan berusaha mendapatkannya.
Bukan hanya sebagai perlambang kebesaran raja melainkan dipercaya Cupu Manikmaya tersebut memiliki tuah sekaligus ajimat luar biasa yang mampu mengabulkan segala keinginan.
Namun hal tersebut disanggah oleh Mayor Pol Subandi yang merupakan Kasat Reskrim Polresta Banyumili yang juga merupakan ketua tim buru sergap penanganan kasus ini.
"Cupu ini tidak terlihat seperti pusaka bertuah. Hanya sebuah cupu logam yang sebagian di sepuh emas. Itu saja. "Sy telah membuka penutup cupu-nya dan kosong tidak ada apa-apa dan juga tidak terjadi hal yang aneh…
"Paling ini cerita bualan orang supaya mereka tertarik untuk mencuri benda ini"
Demikian penuturannya kepada tim portal dunia.com…
Dia menambahkan..

"Hahhh…."
desah nafas Nyoto begitu lepas sambil menjauhkan mukanya dari layar laptopnya.
Rona mukanya yang sempat kuyu berubah seolah gembira akan suatu hal yang ia cari selama bertahun-tahun.

"Itu dia..!
pekiknya perlahan sambil mengepalkan tangannya.
Pandang matanya terus menatap layar laptopnya sambil jemarinya memainkan ujung mousenya.

"Hmmm....Kau keliru Pak Subandi.."
"Memang secara kasat mata benda itu tak lebih dari sebuah logam biasa yang berharga sekian rupiah...namun.."
"Namun...
"Esensi dari cupu tersebut yang amat sangat berharga dan tidak bisa dibeli sekalipun segunung emas…"
katanya lirih seolah berkata kepada dirinya sendiri.

"Esensi atau hakikat Cupu Manikmaya sejatinya ada bersemayam di alam gaib yang bahkan tak bisa di ketahui oleh Ki Gering Dhuwur Penguasa Alas Tua yang sakti itu.."
"Aku...mulai paham maksud dari keinginan Ki Gering Dhuwur...dia mungkin berusaha mendapatkan pusaka Cupu Manikmaya untuk dirinya sendiri.
"Tapi untuk apa…?
"Lalu putri itu..
"Pasti dia terkait erat dengan keberadaan pusaka Cupu Manikmaya…"

Nyoto sesaat terdiam sambil berpikir keras. Ia berusaha menelaah dan mengaitkannya dengan berbagai hal termasuk Tuan Putri yang "menemuinya" secara gaib dan juga penguasa alas tua itu.
Baginya semua itu bagaikan benang kusut yang perlahan mulai terurai.

Sesaat terdiam mendadak raut mukanya berubah kembali.

"Tapi...tapi Kalu aku bisa mendapatkannya…
"dan aku bisa memanfaatkan kesaktian cupu itu untuk melawan demit alas tua itu…mungkinkah…?
katanya lagi seakan bertanya pada dirinya sendiri.

"Hanya satu hal yang harus ku lakukan untuk membuktikannya.." kata Nyoto lalu teringat pesan terakhir dari Demit Penguasa Alas Tua, Ki Gering Dhuwur.
"Nyoto, hampir 17 tahun berlalu…
Waktumu hampir tiba untuk mendapatkan Cupu Manikmaya…
Tepat purnama terakhir kau harus berhasil mendapatkan Cupu itu…
Salah satu syarat utama sebelum mendapatkan Cupu itu adalah…
Kau harus mencuri ari2 bayi keturunan trah Keraton Karang Taruna…
Setelah itu kau baru bisa mendapatkannya…
Jangan lupa juga anak perempuanmu…

Ingat itu...sunyoto…

"Mawar...mawar Sembilu... putriku…" kata Nyoto lirih terasa serak dengan dada yang mendadak sesak.

Tak terasa kedua matanya berkaca-kaca. Nyoto yang tenang dan gagah perkasa...menangis.

Lama ia terdiam sambil terisak pelan. Sungguh tiada siapapun pernah melihatnya menangis, tidak terkecuali Roro Inten istrinya sekalipun.

Sejenak ia berusaha menguasai diri lalu berkata lirih dan seolah untuk tegar.

"Mawar,
"Papa mungkin telah berdosa besar telah menghambakan diri kepada selain kepada-Nya, Gusti Agung Kang Murbeng Dumadi.
"Bahkan sampai berniat mengorbankan dirimu...putriku.."
"Papa akui hal itu telah menempuh jalan yang keliru. Dan….papa…
"Papa sekarang berubah pikiran…
"Papa memutuskan untuk berubah.
"Papa tidak akan menuruti keinginan Demit Alas Tua itu untuk memberikan dirimu…
"Papa akan mengumpulkan tenaga dan kekuatan terlebih dahulu untuk melawannya jika perlu anakku…
"Semua ini adalah tanggung jawabku..
"Aku yang memulai.
"Akulah pula yang akan mengakhiri dan menyelesaikannya sendiri…...
"Aku akan berusaha mendapatkan esensi pusaka itu untuk kemudian melepas semua hal mistis yang kupelajari selama ini….setelah itu barulah hatiku tenang. "Setelah itu akan kutata kembali hidupku bersama keluargaku, istri dan anak-anakku.
"Kembali berkumpul menjadi satu keluarga yang diberkahi dalam tuntunan Gusti Kang Hakarya Jagat.

"Semua demi engkau…. putriku…
"Karena engkau...anakku,
"....Mawar Sembilu…"
lirih suara isak Nyoto sambil menyeka matanya yang sembab.

Ia lalu cepat bergegas mengambil jas yang bertengger di belakang kursinya lalu mengambil kunci mobilnya.

"Klek…!
Suara pintu ruangan pribadinya terdengar tertutup lalu terkunci rapat.

Sepeninggal Nyoto, layar laptopnya yang masih menyala sesaat sebelum shut down terlihat menampilkan berita dan foto Mayor Pol Subandi yang saat itu belum menjabat Kapolres Banyumili.
Subandi terlihat tengah bersama seorang stafnya menunjukkan beberapa barang pusaka Keraton Karang Taruna termasuk pusaka Cupu Manikmaya.
Sebaris judul besar hitam terpampang di layar laptopnya tepat di atas foto tersebut.
Peninggalan Harta Pusaka Peninggalan Keraton Karang Taruna Telah Berhasil Ditemukan


Cupu Manikmaya

Sementara di lantai bawah suara canda dan tawa sejumlah karyawan PT. Mawar Seroja Utama menimpali suara hujan yang semula deras telah berubah merintik.
"Walah… teles…teles kabeh...wooiii…
"Dokumenku..***sakk..kabeh…!!!.
"Kakeane.....!!!
"Sukuuurrr…!!
"Modar kowe, blaik diseneni
Pak Pujo…! "Hahahaha…"

(Walah, basah semua... dokumenku rusak semua...dasar kake***. Mati kamu di marahi Pak Pujo.... hahaha.red)

Suara gelak tawa mereka terdengar riuh. Mereka tidak menyadari bahwa dalam beberapa waktu ke depan akan terjadi rentetan peristiwa besar yang akan dialami "Pak Pujo" termasuk perusahaan tempat mereka mencari penghidupan sekarang ini.
=======

Hari itu...Selasa Wage.

Waktu sudah beranjak sore menuju petang. Sang Bagaskara sudah mulai menutup tirainya.
Yang tersisa hanyalah semburat sinar jingga di ufuk barat menandakan Sang Dewi Malam mulai membentangkan sayap kehangatannya bagi segenap insani jagad pertiwi.

Perlahan tapi pasti Kota Banyumili mulai dilingkupi remang gelap seiring Sang Maha Surya kembali ke peraduannya.
Meninggalkan seberkas sinar kekuningan mengenai gedung-gedung bertingkat menjulang tinggi di sepanjang jalan yang membentang di pusat kota.

Tidak terkecuali sebuah gedung apartemen yang tinggi menjulang bernuansa elegan dan minimalis di salah satu sudut kota.

Satu sosok perempuan tampak berdiri di balkon luar sebuah kamar di lt 11 yang menghadap ufuk barat.
Cahaya matahari masih meninggalkan rona hangatnya membekas di seraut wajah nan cantik itu.

Semilir angin di puncak ketinggian sesekali berhembus menerbangkan rambut panjangnya yang berwarna pirang keemasan.

Pandang matanya yang indah dan lentik menebarkan pesona yang tak bisa disepelekan.
Sesekali ia menghembuskan nafas hangat dari hidungnya yang mbangir. (Mancung.red).

Cukup lama ia berdiam diri sebelum diambilnya sebuah buku kecil menyerupai sebuah kitab yang tergeletak di atas meja kecil sebelah kanannya
Sampul dan kertas kitab tersebut terlihat lusuh berwarna kekuningan dengan noda kehitaman di sana sini termakan usia.

Tidak terlihat gambar apapun di sampul kitab kecil tersebut kecuali hanya sebaris aksara Kawi kuno.


Kitab Kuno Kawi

Direbahkan badannya kemudian di kursi yang terbuat dari rotan sambil sejenak mengamati kitab tersebut.

Pikirannya menerawang ke masa puluhan tahun yang lampau.

{....."Ini kuberikan sebuah kitab kepadamu. Aku sudah menyimpannya bertahun-tahun. Sekarang kuberikan kepadamu supaya kau bisa mengambil manfaatnya.
"Isinya banyak mengenai aji dan ritual olah jasmani dan olah batin untuk kesehatan dan kecantikan serta beberapa lainnya..."
"Lebih dari cukup untuk membuatmu secantik Dewi.
"Lebih dari cukup untuk menaklukkan seorang yang Alim dan pertapa sekalipun.."
"Gunakan sesuai kebutuhanmu…
"Tapi ingat Noor….
"Semua itu ada pantangannya ada resikonya..
"Kuharap kau memperhatikannya baik-baik…"
kata pria bertubuh tinggi besar itu sambil mengamit bahunya yang kurus dengan tulang yang menonjol.

".Aku ingin adikku bahagia dan kembali ceria...tidak seperti sekarang gudiken, penyakitan, edan rak karuan, dan kurus kering seperti Sinto Gendeng…"
tambah pria tersebut sebelum kemudian berbalik arah meninggalkan Noor yang tergolek sendirian di atas dipan pembaringan kayu yang mulai lapuk.
(Kudisan.red)

Sementara rantai pasungan yang semula mengikat kakinya pun sudah terbuka.

Seraut wajah wanita yang sebenarnya belum genap 30 tahun namun terlihat tua, kuyu, kurus dan pucat menengadah. Rambutnya yang panjang riap-riapan putih beruban terlihat awut-awutan

Seringai senyuman di bibirnya yang kering kerontang mengembang bersamaan suara lirih dari mulutnya

"Matur sembah nuwun, Kangmas Adipati.
"Aku akan memperhatikan betul pesanmu.."
kata Noor sambil memandang punggung Adipati yang makin menjauh.

Tatapan matanya sepintas terlihat kosong namun sekilas sebuah sinar harapan memancar dari mata yang sayu itu.

Selang sekian tahun berlalu sudah ia mempelajari kitab itu sehingga terjadi perubahan drastis yang teramat luar biasa

Noor yang dulu kurus kering, penyakitan dan bahkan dianggap gila berubah 360° menjadi sosok wanita cantik memikat bak artis terkenal Bollywood.
Muda jelita dan mempesona penuh percaya diri.
Mereka yang dulu meremehkan dan menghinanya seolah tak percaya akan perubahan dirinya.

Noor seakan menjadi bukti nyata akan kisah black swan yang berubah menjadi angsa putih yang cantik dan memikat.
Dan mereka yang telah merendahkan dan mengesampingkannya seolah mendapat ganjarannya.

Kaum wanitanya minder ke titik 0 lalu putar balik melarikan diri entah kemana.
Salah satunya Nyai Kedasih, istri seorang Alim tersohor bernama Kiai Gondang Anabrang.
Sedangkan kaum lelakinya berebut memperoleh cintanya.

Kiai Gondang Anabrang, pemilik pesantren dan padepokan Umbul Mulyo yang tersohor bahkan sampai ke luar daerah.
Padepokan Umbul Mulyo telah berdiri puluhan tahun lamanya.
Muridnya ribuan orang dan tersebar ke berbagai daerah.
Banyak diantara alumninya sukses berkarir sebagai pejabat, penceramah, politikus nasional hingga pengusaha besar.

Sebagai pemegang generasi ke Tiga. Kiai Gondang Anabrang yang semasa lajang bernama Aji Mumpuni mendapat "tugas berat" meneruskan kebesaran padepokan yang sebelumnya sukses dirintis oleh Kakek dan ayahnya.

Tak heran banyak orang mengelu-elukan dirinya sebagai seorang yang alim, cerdik pandai dan tempat orang untuk meminta wasiat.
Tidak terkecuali pejabat daerah bahkan setingkat Gubernur menjadikan tutur dan polahnya sebagai panutan sekaligus orang yang dituakan dan dihormati yang sering dimintai berbagai pertimbangan.

Di Usianya yang menginjak 50 tahun Kiai Gondang telah memiliki 3 orang istri.
Yang paling tua bernama Nyai Kedasih yang dulu pernah mengolok olok Noor.
Lalu yang termuda baru dinikahinya 6 bulan lalu dan masih perawan tingting berusia 19 tahun.

Soal propertinya jangan dilihat padepokannya seperti layaknya pesantren yang sederhana dan ala kadar melainkan sebuah komplek pemukiman seluas sebuah desa dengan sejumlah gedung megah dan gagah.
Dari situ saja sudah nampak aura wibawa yang terpancar dari Padepokan Umbul Mulyo.

Lalu apakah benar sosok Kiai Gondang Anabrang se-alim dan sesempurna yang disebutkan…?

Sebuah mobil SUV Range Rover terbaru nampak terparkir pada halaman sebuah villa mewah berdampingan dengan sebuah Toyota Alphard di lereng bukit dekat kawasan wisata alam Gunung Anoman yang berhawa sejuk.

Range Rover Evoque

"Ahh…aahh...kakang..!! ....kakang aJi…!
"..jangannn...jangannn... dimasukkan…!!
"...Aoooooo...kontool…!
"..kon..kontolmuu...terlaluu bezzaarrr..!!
'...Aaakkhh!!"

terdengar rintihan manja nan merdu seorang wanita menimpali kekeh tawa seorang pria dari salah satu kamar di dalam villa tersebut.

"Kau begitu cantik…
"...begitu menggairahkan...Noor..
"...Beda sekali denganmu yang dulu..ehh…!
"...susumu montok...kulitmu mulus tur wangi…bokong dan silitmu begitu seksi "...tempikmu...akhh…!"

Seiring suara berat dan seraknya nampak sesosok laki-laki mengenakan ikat kepala laiknya sorban warna putih tengah menindih seorang wanita muda nan cantik dengan tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh keduanya.

Baju koko, sarung dan gaun panjang tergeletak begitu saja di lantai marmer nan mahal ikut menemani masing-masing sebuah cawet celana dalam pria dan celana dalam wanita model thong berserak di atas meja.

Rambut si wanita yang panjang tergerai berwarna pirang tersibak ke kiri dan kanan berirama seiring genjotan bokong si lelaki yang mendesak selangkangannya dengan sepasang pahanya yang padat mulus terkangkang lebar.

Si wanita mengerang tanpa henti manakala batang kemaluan si pria yang kepalanya terbelit semacam sorban warna putih itu melesak mendesak bibir vagina si wanita yang merekah basah untuk mengail kenikmatan bersama.

Sementara sepasang buah dadanya yang montok putih sebesar melon terlontar-lontar seiring genjotan batang penis si pria di liang kawinnya yang basah berlendir.

Si pria terus mendesakan kemaluannya menghunjam liang senggama si wanita sementara dinding vaginanya menjepit dan meremas-remas batang berurat kaku itu dengan begitu dahsyat.

"...Akkh...tempikmu...Noor..!!!
"....Tempikmuuu.!!
"Aarrhhh…. Ennnaak…bangeeet...!!!
"...Remesan...tempikmuuu..Noor...!!!
"...Aakhh..!!

Pekik si pria bersorban manakala si wanita mengedut-ngedutkan dinding liat liang kawinnya, "menyiksa" batang penis kaku berurat si pria bersorban yang telah lancang memasuki garba cintanya.

Diantara rintihan dan wajahnya yang seperti menikmati genjotan si pria, seutas senyuman sinis terukir di bibir si wanita yang penuh nan merah membasah.

"Rasakan jepitan tempikku Kakang Aji..…!
"Terima jepitan nikmatku di batang pelimuu yang keras ini...kakang.....!!!
"....Biar kakang tahu diri telah membuangku dahulu…Oooghhh...!!..

seru si wanita….
sembari mengaitkan paha mulusnya nan putih padat di pinggang si pria bersorban lalu menggeolkan pinggul dan pantatnya yang besar indah ke kiri kanan dengan begitu liar bersamaan hunjaman penis kaku si lelaki.

Kurang lebih 10 menit berlalu.

Si lelaki mendelik manakala si wanita menggeol-geolkan pinggulnya dengan gerakan ritmik.
Suatu hal yang tak pernah dilakukan ke tiga istrinya saat bersetubuh.

Pekik nikmat sontak keluar dari bibir tebal dan hitam si pria bersorban saat penis kakunya yang terbenam seutuhnya di liang kawin si wanita bagai tersedot begitu kuat oleh daging hangat, basah, berdenyut dan bergerinjal di dalam liang kewanitaan partner seks-nya itu.

Amat sangat begitu nikmatnya.

Jauh sekali rasanya bila dibandingkan saat bersetubuh dengan ke tiga istrinya itu.
Daging penisnya seolah dipelintir dibetot begitu kuat untuk kemudian diremas - remas sampai genjotan penisnya macet tertahan.

Sungguh kemampuan vagina seperti ini sangat jarang dipunyai oleh perempuan manapun dan hanya dimiliki segelintir orang saja sebagai karunia dari Sang Pencipta, Roro Inten salah satunya.

….dan lima menit kemudian

Mata si pria bersorban itu seketika mendelik sampai matanya separuh memutih saat rasa niikmat tak terhingga menyengat batang kemaluannya.
Tubuhnya bergetar dengan rasa geli teramat sangat di sekujur batang penisnya sampai ujung.

Aliran mani yang dari tadi berjalan tersendat sontak melesat dengan kecepatan tinggi mengalir dari kantong pelir menuju lubang kencingnya untuk kemudian meletus dahsyat dari bonggol kontolnya yang memerah mengembang kaku didalam daging vagina Noor yang begitu nikmat begitu legit…
…..sampailah ia di puncak surga dunia bersamaan ucapan kotor keluar dari mulutnya yang sering berceramah…..

"TEMPIK..!!..akuu ngecrot.!!..
.CROOT…!!....AAAKHHH!!

"TEMPIK..!!..akuuh metuuu.!!..
CROOT..!!!….OOOHHH..!!

"NOOOR…!!!...CROOT…
ARRRGGHHH..!!....Nikmaatt..!!!..
CROOT..aaahh.!!..nikmaatnyaa..!!!..
Nikmaat sekaliihh..tempikmuu..Nooorr!
CROOT...CROOT..
Aaarrrrggh..TEMPIKKKKKK...!!!
CROOT!!...CROCOOT..! Aaaakkkhhh..!!


Tubuhnya menggigil manakala proses pengeluaran air maninya di lubang kawin si wanita berlangsung luar biasa nikmatnya.

Pantat si pria bersorban tampak mengejat-ngejat, mendesak-desakan selangkangannya ke pangkal paha Noor yang terpentang saat ia memompakan bermili-mili liter sperma kental berisi jutaan benih jantannya di liang peranakan si wanita sedangkan kedua tangannya meremas buah dada si wanita.

Si pria langsung terkulai lemas di samping si wanita sambil mengusap pipi lembutnya.
Sementara si wanita yang sebenarnya belum mencapai klimaks hanya tersenyum tipis.

"Noor...sayangku...
"Kau mau kan jadi istriku…? tanya si pria kemudian masih membelai lembut pipi halus nan putih itu.

"Aku...masih ingin sendiri kakang.." jawab Noor lembut.

"Apa yang kau risaukan..? Statusmu nanti…? Atau soal harta…?
"Kalu status itu soal mudah. Kau akan menjadi istri kesayanganku Noor. Istri kesayangan Kiai.
"Soal harta...itu apalagi.
"Kalu perlu semua hartaku akan kualihkan atas namamu...asal kau mau jadi istriku.."
"Bagaimana Noor Anggraeni ku sayang..hmm…? bujuk si pria bersorban itu lagi dengan lembut.

Sungguh berbeda sekali perlakuannya kepada wanita ini ketimbang kepada ketiga istrinya yang sah.
Noor terdiam lalu memandang kepada pria tersebut.

"Kakang Aji…
"kau adalah masa laluku. Takkan terulang lagi. Takkan pernah lagi...
"Ketahuilah Kakang,
'ini semua kulakukan semata untuk menghabiskan sisa kerak cinta yang berkarat di dalam relung hatiku.."
"Sekarang aku telah lega…
"Kotoran itu akhirnya pupus sudah seiring kuserap saripati jantanmu ke dalam rahimku masuk ke dalam seluruh sumsung tulangku…
"Selamat berpisah Kakang Aji…
"Kita takkan bertemu lagi…
"Selamat tinggal…" kata Noor Anggraeni kemudian sambil mengecup lembut pipi Aji Mumpuni alias Kiai Gondang Anabrang.

Kiai Gondang Anabrang yang begitu tersohor mendadak bersimpuh dan memohon di hadapan Noor Anggraeni.
Dipeluknya erat kedua kaki Noor Anggraeni sambil menangis..!!!????

Noor tak mengacuhkannya. Disingkirkannya tangan Anabrang yang semula melilit di kakinya hingga terlepas.
"Good bye….Kakang…"
kata Noor lalu melepas senyum manis sambil melontarkan salam kiss bye dengan jarinya ke arah pria itu.

Sementara Gondang Anabrang hanya terpaku memandang kepergian Noor yang menuruni tangga villa mewah miliknya.
Seiring alphard putih itu melaju pelan meninggalkan villa di tengah hutan Pinus itu terdengar pekik histeris Aji Mumpuni alias Kiai Gondang Anabrang dari dalam villa.
Suaranya terdengar begitu parau dan aneh mendirikan bulu roma.

"Aaarrghhh…..!!!!
"Noooorr...jangan tinggalkan akuuuu…!!!.

Sementara Noor yang semakin menjauh sempat mendengar pekikan Anabrang hanya tersenyum tipis dari balik spion tengah mobilnya.
Kemudian sambil acuh ia meraih kacamata Esprit Sunglass ET17969 538 sunglasses miliknya yang sebentar kemudian bertengger di pucuk hidungnya yang kecil mancung.


Esprit Sunglass ET17969 538

Selang beberapa hari kemudian muncul berita yang begitu menghebohkan.

Kiai Gondang Anabrang ditemukan meninggal bunuh diri di kamar mandi pribadi padepokannya.

Sebuah surat yang ditemukan bersamaan jasad Anabrang sontak membuat teramat kaget sekaligus pilu hati keluarga dekatnya.
Sebuah aib perselingkuhanpun terbongkar membuat geger semua orang.
Dari kalangan pejabat teras sampai orang pinggiran. Dari kaum berpunya sampai rakyat jelata.

Kiai Gondang Anabrang yang terkenal alim dan dihormati ternyata terlibat perselingkuhan serius dengan wanita lain yang hingga kini masih misterius ….....}

(Kilas balik selesai….)

Sesaat kemudian semua kenangan itupun sirna sudah bersamaan hembusan nafasnya seakan lega telah melepas beban sambil pandang matanya menatap langit jingga.

Sejenak kemudian ia beringsut lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Sekarang dia sudah berada di sebuah ruangan kamar yang luas dan mewah bak kamar hotel penthouse class.

Meski adik dari Sang Adipati, Noor Anggraeni lebih memilih membeli dan meninggali sebuah apartemen mewah di pusat kota daripada tinggal di Paseban Ageng rumah dinas Bupati.

Namun demikian Adipati membebaskan Noor untuk memilih tempat tinggal sesuka hatinya.
Tak heran ia masih seringkali hilir mudik dari apartemennya yang seharga milyaran ke Paseban Ageng Banyumili.

Sejenak ia duduk di depan meja rias dengan kaca pengilon besar dan tinggi. Pigura kaca pengilon berbahan perak seolah memperlihatkan berapa harga properti dan selera dari Noor Anggraeni yang petang itu terlihat berdandan begitu cantik memikat.

(Hmmm, kemanakah dia akan pergi…?)

Rambut panjangnya yang tergerai menjela punggung tampak eksotis dengan warna blonde color gold shining.

Meski bukan cewek bule tulen kulitnya nan putih mulus dan rona mukanya yang glowing membuatnya terlihat serasi dengan rambut pirangnya. Terlihat semakin menarik.

Beberapa kali kuas bedak dan blush on terliat bermain-main di wajahnya yang memang terlihat babyface jauh dibanding usianya.
Sesekali matanya yang bulat membelalak di kala kuas eye shadow memelintir bulu mata lentiknya.
Bibir merahnya yang berlabur Estee Lauder Pure Color Envy Sculpting terlihat merekah basah memancing pria untuk menyentuhnya.



Noor Anggraeni

Setelah beberapa lama berhias seutas senyuman manis tersungging di bibirnya yang penuh dan seksi.
Tangannya nan putih mulus kemudian meraih sebuah kerudung warna peach yang tersampir di sampingnya.
Sebentar kemudian dikalungkannya selendang yang berfungsi juga sebagai kerudung itu di lehernya.

Senyumannya masih terus terkembang manakala pikirannya mendadak terfokus pada satu sosok laki-laki.
Hatinya terasa berbunga-bunga takkala mengingat sosok pria tersebut

"Sunyoto Pujo Satmoko…."
katanya lirih tak tertahankan dengan semburat rona di pipi.

Di pelupuk matanya terbayang saat perjumpaan pertama dengan pria bernama Sunyoto itu. Sosoknya yang gagah, wajahnya yang teduh dan tampan serta gerak geriknya yang simpatik sekaligus berwibawa teramat mempesonanya. Mematri hatinya yang lama kosong dan membeku.
Sungguh telah bertahun-tahun lamanya ia melajang baru kali ia kelimpungan dan kebingungan seperti gadis remaja yang sedang jatuh hati.

"Hah...jatuh hati..?
"Apakah...ini yang namanya cinta lama bersemi kembali…??
'Apakah aku telah jatuh cinta kepada pria itu…?? tanya Noor pada dirinya sendiri.

"Hahhh…"

Noor menghembuskan nafasnya yang terasa berat sambil merebahkan tubuhnya nan montok seksi padat berisi dan terbungkus gaun ketat warna merah itu ke sofa beludru di sampingnya.
Ia rebahkan kepalanya di atas bantal busa nan empuk itu.

"Kau…
'Kau begitu meracuni hati dan pikiranku…. Nyoto.." ucapan lirih mengalir begitu saja dari bibir nan merah itu.

"Semenjak pertemuan itu…
"Kau selalu membayang di pelupuk mataku…
"Sejak saat itu...kau terus membuatku gelisah...membuatku tak nyenyak tidur...
"Telah banyak kutemui pria tampan sepanjang hidupku.
"Mereka yang berusaha singgah di hatiku..tapi..
"...tapi tidak ada begitu menawan hatiku seperti halnya dirimu..
"Ohh... Nyoto...aku…
"....aku...jatuh hati padamu…
"...aku cinta padamu, Sunyotoooo…
heehhh…"

Kembali Noor menghembuskan nafas kali ini dengan meraba serta mengusap lembut sebuah cangkir kecil terbuat dari kaca.

Cangkir kaca yang sengaja ia bawa pulang dari Pesta Gala Dinner di Paseban Ageng waktu itu.
Cangkir kaca yang sempat terjatuh dari genggamannya sewaktu bertabrakan dengan Nyoto namun dengan cepat berhasil ditangkap oleh Nyoto.

Noor ingat betul kejadian itu.

{....Sementara tangan kirinya menangkap cangkir kaca, tangan kanan Nyoto dengan sigap meraih pinggang rampingnya. Memeluk erat sehingga dia tidak sampai terjatuh ke lantai dalam balutan dress ketat sutranya.
Sesaat kedua pasang mata itu saling bertatapan dalam jarak yang begitu dekat.
Keduanya bisa saling merasakan hembus nafas masing-masing.
Betapa malu hati Noor ditatap pria gagah itu dengan sorot matanya yang tajam.
Noor merasakan mukanya menghangat.
Ia tahu ia sadar saat itu wajahnya pasti merona merah...}

Ia merasa malu sekaligus terpesona...akan pria dihadapannya ini. Sesuatu yang pernah dialaminya saat ia masih remaja dulu. Dulu sekali.
Tak disangka kenangan indah itu kembali terulang meski dengan pria yang berbeda.

Noor masih tergolek di atas sofa dengan kepalanya bertelekan bantal berbahan katun bermotif bunga-bunga.

Matanya masih terpejam berusaha lebih "menikmati" memori indah bersama pria yang telah mencuri sekeping hatinya ini.
Dalam asyik masyuk pikirannya yang mengembara ke masa lampau tiba2 muncul seraut wajah wanita yang begitu ayu dan anggun.

Rambutnya begitu indah panjang lebat menghitam menjela pinggang.
Senyumannya merekah bagaikan bunga teratai di kolam nirwana. Berbasuh tirta bening mengalir bak mata air surgawi…

Dalam keadaan setengah tertidur setengah sadar, perlahan selarik ucapan halus keluar dari bibirnya.
"Rengganis…
"Rengganis…
"Roro Inten…Ayu Dewi Rengganis...
"Akkh…!
Noor terus menggumam menyebut nama perempuan itu.
Tak lama kemudian bayangan wanita cantik yang adalah Roro Inten adanya memudar berganti satu raut wajah pria yang terlihat keras dan dingin.
Wajah yang amat dikenalnya.
Wajah pria yang bukan lain adalah ... kakaknya sendiri….Suryo Adipati.

Sorot mata Adipati memandangnya tajam. Mulutnya tampak terkatup rapat.
Anehnya sebentar kemudian wajah dingin kakaknya itu berubah tegang.
Lalu…
mendadak seperti ada yang mengalir dari atas dahi Suryo Adipati terus turun ke area leher melalui pucuk hidung.

Noor memperhatikan lamat-lamat ternyata air yang mengalir di kening kakaknya itu berwarna kemerahan…. seperti darah.

Makin lama makin deras lalu tiba-tiba keluar air berwarna merah laksana darah dari mata, hidung dan telinga Adipati sampai seluruh wajahnya tertutup oleh "darah".

Seiring pekik keluar bibir Adipati yang terdengar serak...memanggil nama adik kesayangannya…

"Noor…. Noooorr….tolong akuuu Nooor.... tolonggg...akuuu….AAAKHHHH!!!!

"Kangmasss…!!

Noor memekik keras hingga dadanya terangkat.
Ia sontak terperanjat begitu menyadari keadaan dirinya yang dalam keadaan setengah berbaring di tempat tidurnya.

Nafas Noor tampak turun naik. Ia merasa seperti bermimpi.
Di awali bayangan yang indah bersama pria pujaannya, Sunyoto.
Dan setelahnya….
…..mimpi yang begitu menyeramkan tentang kakaknya, Suryo Adipati.

Kembali Noor mengatur nafas sambil memejamkan matanya.

"🎶🎶🎶.Mahadaya cinta...mahadaya cinta... mahadaya cinta..🎶🎶🎶

Mendadak terdengar suara Kris Dayanti melantunkan lagu Maha daya cinta dari balik speaker ponselnya.

Noor yang sempat terdiam sontak terkaget lalu bergegas mengangkat ponselnya.

"Ooohh...oya..Mbakyu Sundari…
"Maaf Mbakyu.. maaf…
"Ehmm..
"Aku ingat kalu malam ini kita sudah janjian datang ke rumah Bu Roro. "Ya...yah mbakyu…
"Aku sudah selesai dandan kok.
"Aku langsung turun…".

...tek.. perbincangan pun berakhir.

Beberapa saat setelah Siti Sundari selesai menelponnya.
Sekelebat rasa gelisah, cemas dan bingung seketika menyeruak memenuhi segenap penjuru benak dan sanubari Noor Anggraeni.

Ia tak menyangka kedua pria yang sama-sama dikasihinya ini akan berseteru dan saling berhadapan satu sama lain.

"Sunyoto….."

"Kangmas Adipati…."

Katanya dengan lirih sambil ia memejamkan matanya. Sesaat matanya tampak berkaca-kaca.

"Duh Gusti Agung….
"kenapa...kenapa...harus seperti ini…"
"Hamba....hamba tidak tahu harus bagaimana…Gusti…
"Aaahhhh….!
erangan penuh galau terucap dari bibirnya bersamaan tubuhnya bangun lalu berjalan cepat menuju pintu kamarnya.

Brak…

Kamar apartemen nan mewah dan elegan itu kemudian tertutup rapat. Kembali hening dan sepi seolah tak berpenghuni.

Sementara di luar lampu-lampu jalan sudah menyala terang dengan benderangnya seakan siap memberikan petunjuk dan tuntunan kepada para insan yang akan menghabiskan malam nan panjang ini sampai datang esok hari.




 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd