Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Roro Inten

Apa yang diharapkan dari akhir kisah ini ?

  • Happy ending

    Votes: 272 77,3%
  • Sad ending

    Votes: 50 14,2%
  • Open ending

    Votes: 27 7,7%
  • Close ending

    Votes: 24 6,8%

  • Total voters
    352
  • Poll closed .
Bimabet
Noor, tumben dandananmu ganti maneh. Aku dadi pangling…." kata Sundari sambil menatap Noor Anggraeni yang duduk disampingnya.

(Jarang2 dandanan kamu ganti lagi, aku jadi lupa2 ingat.red)

Sementara mobil sedan saloon BMW seri 7 yang mereka tumpangi sudah berjalan dengan begitu halus nyaris tanpa suara.

"Iya mbakyu.
"Aku lagi pengin ganti suasana.
"Piye nek menurutmu mbakyu...pantes ora nek aku pake ini…? kata Noor sambil jemarinya nan putih mulus mengamit ujung kerudung kain selendang berwarna peach yang membungkus rambut pirangnya.



Noor Anggraeni berkerudung

Sundari tersenyum sambil membetulkan ujung kerudung Noor yang sedikit kurang pas.

"Apik. Apik wae. Lha dasare awakmu yo wis ayu. Pakai apa saja ya pantes-pantes saja.." kata Sundari kemudian.

Seutas senyum tersungging di bibir Noor manakala mendengar kakak iparnya memujinya.

"Oya, ehmm...apa kira-kira suaminya Bu Roro ada ikut menyambut kita berdua, mbakyu ?"

"Maksudmu...Pak Nyoto. Ya mungkin saja. Beliau itu kan pebisnis. Jadi yah banyak wira wiri ke luar kota.
"Terakhir kita ke sana kan beliau juga tidak di rumah.
"Kata Bu Roro lagi ngurus proyek di Surabaya.
"Memange kenopo kamu tanya tentang suaminya..? tanya Sundari penuh selidik.

Noor yang tidak siap ditanya seperti itu terkesiap dan tampak gelagapan.

"Eh...ehmm..ndak papa kok mbakyu. "Mereka berdua pasangan yang serasi sekali ya mbakyu.
"Yang prianya tampan dan gagah. Yang wanita cantik mempesona. Rukun lagi dan saling menyayangi.
"Jujur, aku...iri melihat mereka mbakyu…" tutur Noor dengan lirih sambil mengalihkan pandangan ke muka seolah berusaha melihat masa depannya.

Siti Sundari bukannya tidak tahu apa yang ada dipikiran Noor.

"Setiap manusia punya jodohnya sendiri-sendiri Noor.
"Ada yang mengatakan jodoh itu adalah takdir. Ada yang bilang jodoh itu sudah diatur.
"Tapi kalu kita tidak berusaha mencarinya juga ...percuma.
"Jodoh itu harus dicari Noor. Dan jangan memasang target yang muluk karena kita sendiri juga tidak sempurna.
"Yang penting kamu yakin dan berbuatlah yang terbaik.
"Ojo lali sembahyang nyuwun marang Gusti, berperilaku yang baik, banyak amal tur banyak gaul.
"La piye arep tak golekke po ? kata Sundari kemudian.

(Meminta kepada, mau tak carikan.red)

"Lah mbakyu...
'Koyok aku ini bocah ABG wae.
"Sing antri di belakang juga banyak kok mbakyu. Aku tinggal tunjuk saja. Selesai..." sahut Noor sambil menepuk lembut paha kakaknya ini.

"Halah ndebus.
"Buktinya sampai hari ini juga belum ada yang gathuk.
"Jangan2 awakmu wis duwe calon ki…? Hayoo…" tanya Sundari sambil matanya mencorong penuh selidik.
(Bohong, cocok.red)

Noor yang ditatap langsung mengalihkan muka ke arah lain seolah berharap supaya kakak iparnya ini tidak mengetahui isi hatinya.

"Ada sih mbakyu. Tapi belum bisa kubeberkan kepadamu. Nanti bila saatnya tepat…" kata Noor dengan menahan senyumnya yang tertahan.

Sementara rona merah tampak menyemburat di wajah putihnya nan mulus.
Jawaban setengah menggantung ini sejenak membuat Sundari mengerenyitkan dahi.
Ia paham dan tahu betul watak adiknya ini. Sensitif dan keras kepala.
Jarang sekali Noor menyampaikan uneg-uneg kepada dirinya terlebih soal laki-laki apalagi perjodohan.

"Sak karepmu lah.." sahut Sundari lalu memandang ke muka.
(Terserah.red)

Sementara Noor tampak mengerling ke arah Sundari sebelum kemudian mengambil sebuah botol kecil berisi cairan merah yang kemudian dioleskan di leher dan lengannya.

Mobil salon BMW seri teratas itu terus melaju membelah jalan sampai kira-kira setengah jam-an kemudian belok kanan lepas dari jalan raya.
Lantas memasuki sebuah jalan beraspal yang relatif sempit hanya untuk papasan 2 mobil saja.

Noor mendongak sebentar takkala pandang matanya melihat sebuah gapura dengan tulisan
- Selamat Datang di Desa Karang Sari, Banyumili Wetan -

Mereka melintasi jalan dengan perlahan sementara rumah2 penduduk tampak berjejer rapi dengan sebagian diantaranya terlihat berisi mobil menyiratkan sebuah desa yang cukup modern dan maju.
Di sisi lain masih terlihat hamparan tegalan dan pematang persawahan di kejauhan dari balik remang petang.

"Aku masih heran dengan Bu Roro Mbakyu, kenapa mereka tidak memilih tinggal di pusat kota daripada di desa yang jauh dari keramaian…? Kata Noor.

"Yah, mungkin saja mereka tidak suka dengan kebisingan. Lebih menyukai suasana pedesaan yang tenang dan asri. Setiap orang pasti punya selera berbeda.." jawab Sundari.

Pandang matanya melihat beberapa warga tampak menatap ke arah mereka dari balik kaca mobil.
Sepertinya mereka hampir tidak pernah melihat sebuah mobil mewah masuk di pemukiman desa mereka ini kecuali milik seseorang saja.
Seseorang yang begitu dikenal sekaligus dihormati warga Desa Karang Sari.

Siapa lagi kalau bukan keluarga Sunyoto Pujo Satmoko, sang pemilik Istana Kebahagiaan.

Selang beberapa menit mobil sedan itu sudah berada di ujung desa yang berbatasan langsung dengan area persawahan.
Di ujung tampak terlihat sebuah rumah bernuansa tradisional bercorak joglo yang megah menyembul dari sela rimbun pepohonan.

Jalan yang berbatu gamping menambah kesan natural kian memperindah kesan etnik dari bangunan paling mencolok di seantero desa tersebut.

Lampu vintage tradisional yang menerangi berbagai sudut rumah kian mempertegas nuansa klasik bak sebuah bangunan keraton.

"Kita sudah sampai Noor.
"Pak Dalu, tolong parkir dipinggir saja ya…" kata Sundari kepada sang sopir.

"Injih Bu…" sahut si sopir yang bertubuh tinggi kurus berpakaian safari gelap itu.

Sejenak kemudian baik Sundari dan Noor merapikan busana mereka dan menyiapkan diri untuk bertamu bersua dengan sang pemilik rumah.

"Jleg...jleg..
Terdengar halus suara pintu mobil seketika tertutup seperti layaknya mobil-mobil mahal dan mewah.

Kini kedua perempuan itu sudah berada di luar rumah dengan dipayungi lampu penerangan jalan dan sinar lentera yang terpancar dari sisi rumah tersebut.

Kroook...kroook….

Rombongan tamu itu kemudian melangkah sayup terdengar suara kodok ngorek dari balik rimbun yang hanya berjarak sekian meter saja dari tepi pematang. Sebuah plakat semacam prasasti tertempel di pintu gerbang
Istana Kebahagiaan
Sunyoto Pujo Satmoko

Keduanya saling berpandangan sambil tersenyum sesaat membaca tulisan yang terpahat di dalamnya.

Ting tong…!

Suara bel berbunyi di dalam rumah yang terlihat terang benderang dengan lampu menyala.
Tak berapa lama pintu rumah terbuka bersamaan sesosok perempuan berjalan menuju ke arah pintu.
Sebentar kemudian sosok yang ternyata seorang ibu paruh baya berbadan gemuk menyapa Siti Sundari dan Noor Anggraeni.

"Punten, panjenengan berdua tamunya Ndoro Ayu njih..? Tanya si ibu tersebut dengan ramah.

"Betul bu. Sy, Siti Sundari dan ini adik saya…" jawab Sundari.

"Silakan masuk Bu.
"Beliau sudah menunggu di dalam.
"Oya, itu bapak nya bisa menunggu di dalam saja bu. Di serambi luar.
"Mari..." kata si pembantu lalu beranjak masuk yang diikuti oleh Sundari, Noor dan supir Dalu.

Mereka berempat beriringan masuk ke dalam.

Tanpa disadari oleh Sundari, di kala berjalan masuk Noor terliat berhenti sambil sesekali berjongkok seperti menaruh sesuatu di halaman.

Sementara Sundari terlihat menebarkan pandang mata mereka ke sekeliling pekarangan rumah yang cukup luas dan terlihat asri dengan pepohonan, bunga, gazebo serta beberapa patung abstrak menghiasi taman.

Pandangan mata kagum tampak tersorot dari mata Sundari manakala mereka tiba di pintu utama yang besar dan tinggi terbuat dari kayu jati berukir.

"Eh, kamu kok disitu Noor. Mengko kowe digondol Wewe mboh lo.." kata Sundari manakala melihat Noor seperti tertinggal di belakangnya.
(Nanti kamu diculik Wewe - lelembut.red)

"Ya mbakyu....
"Maaf, aku masih menikmati pekarangan rumah yang asri ini.." sahutnya tergopoh-gopoh lalu sambil tersenyum menatap iparnya itu.

Sang pembantu kemudian membuka pintu jati tersebut sambil mempersilahkan para tamu untuk masuk.

Sementara lagi2 Noor tidak beranjak masuk. Pandang matanya sontak terpaku pada sosok yang membuatnya berdebar.

Sosok sebuah SUV gagah berwarna hitam dengan tanduk sangar di moncongnya serta ban radial Bridgestone Dueller yang gagah membalut kaki-kakinya.

"Nyoto…" desis Noor dari bibir merahnya.

Baik Sundari dan Noor bergegas merebahkan pinggul mereka ke kursi jati berlapis busa di ruang tamu sedang Dalu menunggu di beranda luar.

Lagi-lagi sorot mata Sundari tampak mengitari sudut ruangan tamu yang cukup luas dan berlangit tinggi.

Pandang matanya lalu membentur sebuah foto berpigura berukuran besar yang bertengger di dinding.

Sebuah foto keluarga Nyoto lengkap dengan istrinya dan dua gadis remaja yang mengapit di kanan dan kirinya. Satu diantaranya yang bertubuh tinggi dengan rambut tergerai sudah begitu dikenalnya yang tak lain Indah Seroja. Kecuali satu orang lagi yang sedikit lebih pendek berambut panjang bersanggul. Ia belum pernah bertemu sebelumnya.

Beberapa saat setelah sang pembantu masuk ke dalam terdengar langkah kaki yang menapak halus di lantai yang terbuat dari kayu parket vinyl itu.

"Bu Siti...Bu Noor, selamat datang di rumah saya yang tidak seberapa ini…" suara halus keluar dari bibir yang tipis dan indah bentuknya itu.

Sementara senyum terkembang di bibir manis membentuk untaian segaris gelombang menawan hati bagi siapapun yang melihatnya.

Noor tak berkesip memandang sosok yang baru tiba tersebut.

Sosok wanita cantik jelita berambut panjang hitam lebat bersanggul.
Seuntai konde perhiasan berwarna keemasan menyerupai bentuk bangau dan bunga teratai tersemat di atasnya.
Gaun kebaya modern yang dikenakannya menambah pesona kecantikan yang terpancar deras dari sosoknya.

"Selamat malam Bu Siti….
"Selamat datang di istana kami yang sederhana ini…" terdengar suara berat dan dalam menimpali suara merdu si wanita.

Tampak sesosok pria tinggi gagah dengan hem batik lengan panjang berdiri tegap di samping sang wanita. Sama dengan sang wanita, sosok pria ini memancarkan wibawa yang demikian kuat.

Keduanya tersenyum sambil mengulurkan tangan kepada kedua tamunya.
Siti Sundari pun membalas dengan senyuman manis sambil menyambut uluran tangan sang tuan rumah dengan ikut berdiri.

Tapi lain halnya dengan Noor Anggraeni yang seolah terpaku. Apalagi saat pandang matanya membentur sosok pria gagah di hadapannya.

"Eh.. Noor..!..hush...ngowoh wae..
"..kuwi awakmu disalami pak Nyoto karo Bu Roro.." kata Sundari sambil menjawil lengan Noor yang segera tersadar.
(Bengong saja.red)

"Eh..Oya...maaf mbakyu.
"Ehmm...Bu Roro...pak Nyoto…" katanya sedikit terbata.

Nyoto dan Roro Inten tersenyum simpul mendengar ucapan dan tingkah Sundari terhadap Noor.
Begitu lepas, blak-blakan tanpa tedeng aling-aling.

Kemudian diikuti kedua tangan Noor yang putih mulus menyalami kedua tuan rumah.
Saat menyalami Nyoto, tangannya seperti sedikit nakal...cenderung mengusap manakala tapak tangannya yang lembut halus bertemu dengan tapak Nyoto yang besar dan kasar khas pria.

Nyoto hanya tersenyum seperti tidak menanggapi. Namun entah kenapa sekelebat ada rasa berdesir di dadanya setelah bersalaman dengan Noor Anggraeni. Lalu dilihatnya perempuan ini melayangkan senyuman yang teramat manis kepadanya.
Senyuman yang begitu dalam menusuk...begitu memikat...begitu berbeda...begitu menggetarkan.

Keempatnya duduk saling berhadapan. Nyoto dan istrinya berdampingan sedangkan Sundari dan Noor di sisi lainnya.

"Ah, Bu Noor begitu cantik dan anggun malam ini dan terlihat awet muda seperti gadis remaja saja.
"Sy kira pasti banyak pria maupun wanita yang mengagumi panjenengan…" kata Roro Inten sambil memandang takjub ke arah Noor.

Noor yang dipuji hanya tersenyum malu-malu namun dengan mengerling manja ke arah Nyoto.

"Ah, Bu Roro terlalu tinggi memuji saya. kebetulan, ini semua anugrah Gusti.
'Sy cuma terima berkahNya saja kok Bu.
"Panjenengan juga begitu menawan. "Ehm...pasti dulu pesaing anda sangat banyak Pak Nyoto…" kata Noor berbasa-basi sekenanya.

Sundari segera menoleh dengan tatapan tajam begitu mendengar kalimat terakhir dr bibir Noor.
Kupingnya yang mendengarnya merasa jengah.
Ia sendiri tidak terbiasa menyinggung sesuatu yang sifatnya pribadi kecuali bila si lawan bicaranya memulainya terlebih dulu.

Namun sejenak ia memaklumi keadaan Noor yang memang berpendidikan rendah serta didikan keluarganya dahulu.

Mendengarnya nyotopun hanya tersenyum lebar.

"Ah, sedikit kok bu. Paling cuma seratusan pria yang bersaing dengan saya waktu itu.
"Kalu yang lain ngejar sambil lari, sy sambil koprol mengejar Bu Roro waktu itu…"
"Makanya dia akhirnya menjatuhkan pilihan pada pria bernama Nyoto ini…
"Kalu tidak begitu mana bisa sy menarik perhatian sang bunga desa ini di tengah kerumunan kumbang..." kata Nyoto lagi sambil melirik ke arah istrinya tercinta lagi2 dengan senyuman.
(Salto.Red)

Roro yang mendengarnya spontan menepuk paha suaminya, manja.

"Ah, lebay dia Bu Noor. Jangan dipercaya omongannya.
"Memang dia satu2nya perjaka di desa kok Bu. Jadi saya ndak punya pilihan lain…" balas Roro sambil mengerling manja ke arah suaminya

Sundari dan Noor tertawa mendengar ucapan itu disusul tawa Nyoto.

Seiring suasana bertambah ganyeng, dua orang pelayan keluar mengeluarkan hidangan yang kemudian dinikmati oleh mereka berempat.
Sembari menikmati sajian, Noor sesekali menatap tajam pria tampan di depannya ini. Pria yang mengusik ketenangan batinnya yang lama menghampa.

Kini seolah bergejolak bagai ombak pantai selatan yang makin lama makin membesar berdebur menghantam tebing terdalam sanubarinya menyentuh relung dasar kewanitaannya meletupkan kembali gairah cinta dan... nafsu birahinya.

Wajah yang tampan dengan gurat-gurat kebapakan yang memperlihatkan kematangan seorang pria dewasa.

Bahu, dada dan lengan yang tegap, bidang dan kekar mengesankan sosok pria yang melindungi dan mengayomi.
Lalu turun ke bawah sampai matanya yang bulat lentik membentur bagian tubuh yang membuatnya tiba-tiba seperti sesak nafas.
... selangkangan Nyoto yang tampak menyembul besar dari balik celana kain the eksekutif warna krem itu.

Sementara Nyotopun ternyata ikut memperhatikan Noor. Dari awal ia memang mengagumi kecantikan dan kemudaan Noor yang menurutnya terasa ajaib.
Leher jenjangnya yang sedikit terbuka tidak sepenuhnya tertutup kerudungnya memperlihatkan kulit lehernya yang putih mulus bak pualam.

Dada Noor Anggraeni yang begitu menonjol besar memberikan pesan ke otaknya bahwa perempuan berwajah cantik bak ABG ini mempunyai buah dada yang besar, padat dan pasti menggemaskan.

Pandang matanya terus turun ke pinggangnya yang ramping untuk kemudian singgah di lengkung pinggulnya yang mekar indah.
Lalu menuju ke bongkah pantatnya yang bulat, besar dan penuh dari balik gaun ketat warna merahnya.

Tak disadarinya Nyotopun sempat menelan ludahnya.

Sementara Sundari asyik bercakap-cakap dengan Roro, Noor beberapa kali mengeluarkan botol kecil bercairan merah di dalamnya lalu menggosokkan sesekali ke lehernya jari jemarinya sambil mengembangkan senyum manis ke pria gagah ini.

Nyoto mencium aroma wangi yang asing di hidungnya.

Anehnya,
Makin ia berusaha mengacuhkan baunya makin kuat daya rangsang aroma wangi nan aneh ini seolah merasuk dan menggelitik relung kejantanannya...seolah berusaha membangkitkan birahinya.

"Eh, mbakyu..maaf, Bu Roro.....sy boleh numpang ke kamar kecil dulu…" tanya Noor tiba-tiba.

"Silakan Bu Noor, lurus saja terus ambil ke kiri njih.." jawab Roro Inten.

Noor hanya tersenyum lalu ia berdiri dari duduknya. Sementara Roro masih asyik melanjutkan obrolannya dengan Sundari.

Noor seperti berusaha mencari perhatian Nyoto dengan sesekali menggeolkan paha, pinggul dan pantatnya yang memang aduhai montoknya.
Terbalut gaun merah ketat yang bila diperhatikan sedikit….tipis dan menerawang.

Geolan paha dan pinggul montok itu bukannya luput dari perhatian Nyoto.

Ia bisa melihat dengan jelas aset pribadi Noor yaitu bongkahan pantat montok dan membulat penuh milik Noor yang memperlihatkan belahan silit yang ditopang cawet celana dalam
mini tercetak samar.

Sementara paha montoknya yang tercetak padat mengerucut pada ujung pangkal paha tepat di selangkangan alias kemaluan Noor Anggraeni yang ketat dan mumbul.
Memberikan "kesan" bukit kemaluannya yang besar dan membukit penuh.

Sampai disini Nyoto yang entah kenapa seperti tidak fokus dan terpatri melihat pangkal paha Noor yang membukit.

Perlahan tapi pasti batang kejantanannya menggeliat dan...mengeras!

Noor lalu melangkahkan kakinya yang terbuka di bagian bawah memperlihatkan betis indahnya yang panjang putih berisi mulus bagaikan sutra.
Dengan goyang bongkah pantatnya yang megal-megol membuat Nyoto kembali tanpa sadar menelan ludahnya.

"Kangmas, aku mau ngajak Bu Siti melihat koleksi tusuk kondeku barang sebentar. Kangmas tunggu disini ya sambil nemani Bu Noor…" kata Roro yang hanya dijawab anggukkan kepala Nyoto.

Beberapa saat kemudian sambil menunggu Noor selesai dari kamar mandi. Nyoto beralih ke garasi untuk mengecek sesuatu.

Selang sekian detik setelah kepergian Nyoto. Noor yang sudah tiba sendirian di ruang tamu sesaat seperti celingak-celinguk ke sana kemari.

Sebentar ia kembali mengeluarkan botol kecil bercairan merah kental bagaikan darah itu dari sakunya lalu diteteskan barang 2 - 3 tetes ke dalam cangkir yang berisi teh hitam milik Nyoto.

"Ehemm...ehemm…."
Noor berpura pura berdehem ringan manakala melihat Nyoto tiba di ruang tamu.

Sambil tersenyum Nyoto mempersilahkan Noor untuk menikmati hidangan yang sudah tersaji.

"Sajiannya istimewa pak Nyoto…beli dimana panjenengan ..? tanya Noor sambil sedikit mengunyah biskuit kecil dari toples kecil di meja.

"Oo..ini hasil kreasi istri saya. Dia memang suka masak dari dulu.
"Boleh dibilang hampir semua masakan ia kuasai.
"Dari masakan Nusantara, barat sampai Chinese…" kata Nyoto kali ini sambil meraih cangkir teh hitam miliknya.

Sementara Noor yang melihatnya tampak mengembangkan segaris senyuman tipis penuh arti.

Seteguk, dua teguk sampai...tiga teguk teh hitam yang telah bercampur cairan merah kental dari botol kecil milik Noor tadi masuk ke tenggorokannya.

Nyoto merasa ada sedikit rasa yang asing begitu ia menelan teh hitam barusan. Meski kemudian ia mengacuhkannya.

Tak butuh waktu lama 1 menit , 2 menit...
Nyoto merasa tubuhnya berubah menghangat.

Rasa hangat di tubuhnya ini juga berefek kepada seluruh penjuru organ dalamnya termasuk alat vitalnya.
Batang penisnya yang sejak tadi sudah mulai menggeliat seolah terlecut oleh sesuatu yang tak jelas.
Mendadak dan tiba2 langsung mengeras...membesar dan mengacung tegak ngaceng..!

Nyoto sesaat memejamkan mata berusaha mengalihkan perhatiannya. Namun sosok wanita di depannya merusak konsentrasinya membuyarkan tapa batinnya.

Noor tampak tersenyum sambil mengerling begitu manis dan genit.

Dengan paha montok yang saling menopang ia kembali melancarkan aksi geal-geolnya dengan gaya begitu merangsang begitu menggoda.

"Kau takkan mampu menahannya Nyoto...kau takkan bisa.
"Sekalipun kau bersikeras hanya akan membuatmu semakin jatuh dan hanyut.
"Sekalipun kau seorang yang alim, pendeta atau pertapa sekalipun. "Karena cairan tadi langsung masuk ke dalam aliran darahmu...merasuk ke dalam otak dan pikiranmu…"

batin Noor sambil terus tersenyum setelah melihat reaksi dari pria tampan di depannya ini.

Ada kira2 sepuluh menit berlalu.
Beberapa kali Nyoto memejamkan mata sambil sesekali menggoyangkan kepalanya yang mendadak terasa rada berat dan pening.

"Dia memang bukan pria sembarangan. Laki-laki lain pasti langsung bersimpuh dan meratap di depanku begitu terkena reaksinya.
"Tapi pria ini lain...dia...diaa...sungguh kuat dan...perkasa.
"Hmmm... Sunyoto...ahh.." gumam Noor sesaat kemudian.

Sejenak Noor mendongak melihat ke dalam mengira-ngira waktu yang tersisa sebelum Bu Roro dan kakaknya kembali.

lantas kemudian ia memancing Nyoto dengan kata-kata yang pastinya takkan disangka-sangka siapapun terlebih lagi Siti Sundari.

"Pak Nyoto...hmm...boleh saya tahu bagian tubuh mana yang paling anda sukai dari istri anda...waktu berhubungan seks…? tanya Noor sambil menahan dirinya yang entah tiba-tiba merasa ikut bergairah.

Nyoto sejenak terdiam hanya memejamkan mata lalu kembali menggoyangkan kepala ia menjawab lirih.

"Aku...aku suka semuanya. Matanya, rambutnya, bibirnya, lehernya...ah... payudaranya...semuanya…" jawab Nyoto dengan "terus terang".

"Lalu bagian mana lagi Pak Nyoto...tolong sebutkan dengan jelas...supaya sy bisa mendengarnya…" kembali Noor bertanya kali ini tangannya mulai meraba susunya sendiri dari balik dress ketatnya.

"... pinggangnya.. pinggulnya...dan bokongnya...ah…"erang Nyoto sambil terpejam-pejam seperti "melawan" sesuatu yang hendak menguasai dirinya.

".. terus...pak Nyoto...teruss...apalagi yang kau sukai dari sosok istrimu...apa kau suka istrimu dalam keadaan telanjang atau bagaimana…" desak Noor yang sekarang justru mulai ikut terhanyut dalam birahi.

Remasan tangannya yang lembut di kedua bongkah susu montoknya makin keras seiring paha Nyoto yang perlahan membuka memperlihatkan sebatang "pipa" yang tercetak samar di selangkangan pria gagah ini.

"I..ituu...ituu..batang peli.. Nyoto... oohhh...
"..benarkaaahh penglihatanku...begitu besaar...begitu kokohnya..aahh…"
desah Noor yang semakin keras meremas-remas buah dadanya yang membusung sambil mata indahnya tak bergeser memandang ke arah pangkal paha si pria yang makin mengangkang.

"..akuuu...aku sukaaa... bokongnya...
"..bokongnya yang besar, bulat dan penuh.
"...Aku meremasinya...
"...Aku...aku..juga sangat menyukai ...silitnya...yah..silit istriku yang begitu menggoda…aku selalu menjilatinya sebelum berhubungan..aahh…"
"Lalu…
"tempik...yah...tempiknya...kuntum bibir tempiknya yang cantik, hangat memerah, merekah basah dan indah berjembut... berdenyut-denyut.
"...Dengan kelentitnya yang kaku besar sebesar kacang...aahh…" kembali Nyoto mengerang seolah terus berperang dengan dirinya sendiri.

Sementara lagi2 Noor terlihat menggelinjang seolah ikut terangsang dengan tingkah Nyoto.

Ia mendesah….
...dan terus mendesah sambil pandang matanya tak lepas memandang ke arah selangkangan pria gagah yang semakin jelas terlihat membesar begitu mencolok seakan sudah mencapai limit berusaha menahan batang penis Nyoto yang memang berukuran istimewa.

Noor merasakan liang kemaluannya membasah dan lembab.
Ia terkejut bukan kepalang bercampur takzim dan kagum.
Baru pertamakali ini seumur hidupnya ia seolah "terserang" balik oleh jurusnya sendiri.
Kewalahan dalam gelanggangnya sendiri.

"Lalu...apa yang kau lakukan selanjutnya pak Nyoto...apaa...apaa..ssshhh…"
desah Noor sambil sekarang sedikit meregangkan paha montoknya dari balik gaunnya yang ketat dan menerawang.
Seolah menyambut Nyoto yang terlebih dahulu mengangkangkan paha kekarnya yang berisi.

"...akuuu... melebarkan paha istriku...lalu... lalu...kugesek-gesekkan kepala kontolku yang ngaceng ke bibir indah vaginanya...lalu...laluuu.." erang Nyoto.

"Lalu...apa pakk...apaaa..yang bapaak lakukan...aaahhhh…"
kata Noor dengan suara yang berat dan memburu.

"...Akuuuu...
"...akuu...masukkan peliku..
"...aku masukkan kontolku ke dalam liang memeknya yang basah berjembut...amblas hingga mentok di dasar liang kawinnya yang hangat berdenyut-denyut.
"...Sampai….sampai ia menjerit-jerit merasakan nikmatnya yang...yang...tiada terkira akibat sodokan kontolkuuu yang kaku, kekar berurat ke dalam rahimnya .hahhh…" Nyoto terus mengerang sambil meremas pahanya sendiri.
Sementara kedua matanya masih dalam kondisi terpejam-pejam.

"Aaahhh...pak Nyoto...kau..kauuu... akuuu...akuuhhh..uugghh…"
Noor terlihat kelimpungan sendiri sambil menggelinjangkan tubuhnya yang seksi rapat terbungkus gaun ketat dengan kerudung membungkus kepalanya yang berambut pirang nan indah.

Sementara lendir cintanya terus mengalir perlahan dari dalam liang kewanitaannya yang terbungkus cawetnya yang minim.

Hingga akhirnya…

tok..tok...tokk..!

"...punten...
"...permisi...papa...mama...
"...maaf ada tamu ya...mawar sudah pulang….

Sontak Noor Anggraeni tersentak tersadar lalu bergegas terburu-buru merapikan dirinya.

Sedetik kemudian satu raut wajah gadis muda remaja yang begitu manis, imut dengan sepasang mata yang bulat dan jeli mengintip dari balik pintu lalu tersenyum begitu pandang matanya melihat Noor tengah duduk membelakangi dan terliat menoleh kepadanya dengan...senyum dipaksakan.

"Oh...Tante..maaf..ya.." kata si gadis yang baru tiba dan bukan lain Mawar Sembilu adanya.

Sejenak setelah mawar masuk. Dilihatnya papanya tampak terduduk dengan posisi kepala menunduk dan kedua tangannya masing-masing tampak meremas pahanya sendiri.

"Papa...papa…" kata mawar dengan lembut sambil tangannya menggenggam lembut jemari ayahnya.

Sejenak pendar kalung liontin hitam batu kecubung yang bergantung di lehernya seolah bereaksi.
Memancarkan cahaya yang redup namun samar terliat.

Nyoto merasakan ada hawa hangat mengalir melalui jemari mungil dan halus putrinya ini. Mengalir terus ke seluruh tubuhnya sampai ke otak.

Lalu tiba-tiba….

"Ahhh…" seru Nyoto setengah berteriak lalu seolah tersadar.

Pandang matanya menatap tajam seraut wajah manis nan imut itu dengan rambutnya yang hitam indah tergerai menjela pinggang.

"Oh... Mawar.
"...Ternyata kamu to sayangku...Haaahh…"
kata Nyoto sesaat kemudian sambil menggoyangkan kepalanya beberapa kali.

"Kamu sudah pulang sayang...ibumu lagi di dalam dengan Bu Siti..

"Oh ya….Bu Noor,
"..maaf bila mengganggu...ini putri pertama kami...Mawar Sembilu…" kata Nyoto begitu menyadari kehadiran Noor Anggraeni.

Mawar lalu menoleh ke arah Noor sambil tersenyum kecil lalu menjulurkan tangannya.

Noor menyambut uluran itu sambil membatin dalam hatinya.

"Putrinya ternyata juga begitu manis dan cantik...dan anehnya Nyoto seperti tersadar setelah gadis kecil ini memegangnya... kenapa yah ?…akuuu.."
"Oh sebentar...ehmm...
"...adik betul mawar Sembilu yang kondang di YouTube pake link WowArt itu yah..?

Mawar mengganguk seraya tersenyum manis.

"Lukisan adik memang luar biasa...teman Tante yang dari Bali pernah memesan kok dari adik...
"..hmm...namanya Ida Ayu Mentari dari Seminyak.." kata Noor dengan berbinar.

"Oh.. Tante temennya mbok Ida ya. "Hmm...lantas bagaimana komentar dia tentang lukisanku Tante..?
(Mbok : mbak.red)

"Lukisan adik keren banget...betul2 serasa nyata. Tidak sia2 dia ngeluarin duit 15 juta buat nebus lukisan adik...malah katanya kalu dia jadi adik, dia bakalan jual jauh di atas itu...katanya gitu.." sahut Noor lagi.

"Enggak lah Tante...
"Mawar ndak semata cari duit kok...
"Mawar sudah senang kalu ada yang minat ma hasil karya aku…" kata mawar yang disambut anggukan kepala Noor.

"Eh...putri mama sudah pulang yah..muaaachh…"
cium dan peluk Roro terkembang begitu melihat putri kesayangannya ini.

Sementara Sundari yang berada di sampingnya juga memandang tajam ke arah mawar.

"Bu Siti...ini putri pertama kami. Kakaknya Indah….
"..sayang, kenalkan ini teman mama..Bu Siti Sundari…"
"Beliau ini istri dari Bapak Bupati Suryo Adipati…"

Sejenak pandang mata mawar membesar lalu segera diamitnya tangan Sundari dan segera diciumnya tangan itu dengan lembut.

"Ibu Siti..sy, Mawar Sembilu. Indah banyak bercerita tentang anda. Namun baru kali ini saya bisa berjumpa langsung dengan ibu…" kata Mawar dengan senyum terkembang manis di bibir mungil nya yang berwarna pink menggemaskan.

Sundari hanya tersenyum melihat tingkah Mawar.

"Ehmm..anak ini begitu manis….begitu polos. Berbeda karakternya dibanding Indah.
"...Nyoto dan istrinya sungguh beruntung dan diberkahi…" batinnya dalam hati sambil sudut matanya terbayang wajah putra kesayangannya yang memiliki watak yang jauh berlainan, Freddy Umbara.

"Indah jadi menginap di rumah Rika, ma. Baru besok dia pulang…" kata Mawar sambil memandang ke arah mamanya.

Roro Inten hanya mengangguk lalu kembali menatap Sundari.
Sekelebat dia sempat melihat selangkangan suaminya yang terlihat menonjol dari balik hem batik panjangnya.
Lalu ke arah Noor yang tampak sibuk "merapikan" dirinya.

Roro sejenak menghela nafas lalu sesekali menggelengkan kepalanya sambil sedikit mengangkat bahu.

Sejenak setelah Mawar masuk ke dalam kamar.
Mereka berempat kembali berbincang dengan beberapa kali tawa terdengar dari bibir Roro Inten dan Nyoto mendengar ucapan Sundari yang memang ceplas-ceplos apa adanya.

Bagaimana dengan Noor…?

Dia tidak terlalu memperhatikan Sundari karena perhatiannya hanya tertuju pada satu orang, Nyoto.

Ia mengerling beberapa kali ke arah Nyoto. Beberapa kali pula senyuman terkembang di bibir seksinya saat Nyoto sesekali memandang ke arahnya.

Hal ini tak luput dari perhatian Roro Inten.

Setelah beberapa lama mereka berbincang.

"Eh...walah, ndak terasa sudah hampir jam 9 malam tho.
"Maaf Bu Roro, sy keasyikan ngobrol nih jadi lupa segalanya. Sy dan Noor mau pamit pulang dulu... kapan-kapan kita lanjutkan lagi obrolannya njih. "Terima kasih lho sudah memberikan saya tusuk konde yang cantik ini…" kata Sundari sambil menatap sebuah perhiasan tusuk konde di tangannya.

"Sama-sma Bu Siti. Kebetulan sy punya koleksi yang cukup banyak.
"Oya, ini ada satu buat ibu Noor kalu panjenengan berminat…." kata Roro menawarkan sambil memperlihatkan sebuah perhiasan ikat rambut terbuat dari semacam logam berwarna silver.

"Ohh...terima kasih Bu Roro. Sy...sy hampir saja mau request ke njenengan. Masak cuma kakak saya yang diberi. Maklum sy ndak punya jepit rambut seperti ini.…" katanya sambil mengerling ke arah Sundari.

Sundari spontan menjawil lengan Noor.

"Ah...Kowe ki jan ngisin-ngisini o Noor. Jepit rambut sak lemari ndak pernah dipakai wae ngakunya ndak punya...hmmm !
Kata Sundari lagi sambil geleng-geleng kepala.

Roro tersenyum geli melihat tingkah kedua perempuan kakak beradik ini yang seolah tak pernah akur ini.

Tak berapa lama ini keduanya berpamitan kepada tuan rumah. Seiring jangkrik dan suara kodok ngorek yang sayup terdengar mobil sedan itu melaju perlahan di tengah remang gulita.

"Halo...ya. Piye pak...ini aku masih di jalan…bla...bla…" kata Sundari dari balik HP-nya.

Sementara Noor hanya memandang ke muka lalu beralih menatap pemandangan malam lampu2 rumah dan jalan dari jendela samping.

"Nyoto, meski tadi aku belum berhasil tapi...
"Kau sudah meminum cairan getih haid-ku dan menghirup aroma Sukmaning Dewi.
"Tinggal menunggu waktu saja akhirnya kau jatuh di pelukanku…
"Dan...oh Nyoto...kontolmu...kontol kamu begitu besar... batang pelimuu begitu panjang kaku menggodaku....akuuu...ehhmm…"
rintih Noor perlahan sekali lalu memejamkan mata sambil tak sadar meremas jepit rambut pemberian Roro Inten.
(Darah.red)

=========

Satu jam kemudian langit Kota Banyumili betul2 sudah dirundung gelap yang begitu pekat.

Angin yang semakin semribit..semakin dingin menandaskan bahwa sebentar lagi hujan akan turun.

Benar saja.
Tak berapa lama kemudian hujanpun turun dengan derasnya membasahi bumi. Disertai sinar kilatan dan suara guntur yang sesekali terdengar menambah suasana asyik masyuk membius segenap insan untuk segera terlelap dalam mimpi indahnya.
Kecuali di sebuah kamar mewah gedung apartemen di lt 11 milik seorang wanita cantik jelita, Noor Anggraeni.

Sebuah kain lingerie berikut cawet celana dalam tong berenda tampak tergolek begitu saja di lantai sementara sebuah bullet vibrator warna pink tergeletak menemani di sampingnya.







Sementara sebuah benda unik terbuat dari karet silicon berwarna merah gelap berbentuk batang penis terlihat melekat di sebuah kursi dengan posisi mengacung tegak.

Dildo berbentuk penis imitasi itu terlihat penuh berleleh cairan putih dan kental di sekujur batangnya.

Korden jendela kamar yang dibiarkan terbuka membuat cahaya kilat sesekali masuk menerangi suasana di dalam kamar.



Kamar apartemen - Noor Anggraeni

Slaap…!!!

Kembali cahaya kilat menggores langit dengan tinta putih membentuk corak jaring keperakan terpatri sekejap di langit gelap.

Cahayanya yang terang sontak memperlihatkan satu sosok wanita yang tengah tergolek di atas kasur.

Tubuhnya yang telanjang bulat tanpa sehelai benang itu memperlihatkan kulitnya yang begitu mulus dan putih bersih serta bentuk lekuk tubuhnya yang begitu seksi dan menggairahkan.

Sepasang buah dadanya yang besar seukuran melon disangga lekuk pinggangnya yang ramping berlanjut dengan pinggulnya yang membesar menggawangi sepasang bongkah pantatnya nan besar, padat dan penuh.

Paha yang jenjang dan padat kemudian menjulur di ujungnya sepasang betis yang indah bernas.

Sosok perempuan telanjang itu seakan tak bisa diam...terus saja menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan.
Susu montoknya yang dihiasi sepasang biji pentil hitam kecoklatan tampak mengacung keras menandakan si perempuan tengah berada dalam kubangan nafsu birahi yang memuncak.

Susu itu terlontar-lontar seiring geliat tubuhnya yang putih mulus tanpa noda. Rambutnya yang panjang menjela punggungnya yang mulus berwarna pirang tampak tersibak ke sana kemari tak beraturan seiring geliat tubuh indahnya yang menjalar sampai ke ujung kepala.

Erangannya begitu merdu begitu merangsang semakin keras terdengar manakala jari jemari tangan kanannya meremas-remas buah dadanya sendiri yang montok berikut biji pentil kedua susunya.

Sedangkan pahanya yang indah dan padat spontan terkangkang lebar manakala jemari sebelah kirinya menggosok menggesek-gesek bibir lubang vaginanya sendiri yang merekah basah berlendir siap untuk melakukan perkawinan.

"...Sshhhh...aaahhh..nyotoo...nyotoo..!
...tekan terusss….!
...genjoot kontoolmuu...!!
....genjoot yang kerasss ke dalam memekkuuu...aaahhh….!!!
....nyotooo!!!...masukan lebih dalaammm kontolmu….!!!
....lebih dalaamm... aaahhh….
...nikmaatt sekaliih kontol kamuuu nyotooo...!!
"Ahh...kontol....kontol...!!
"...kontooli...kontooolii akuuu!!...
"...kontolin aku..!!!…
"...kontolin akuuu...Nyoto....ooohhh...!!
....ooohhh….kontoliii tempikkuuu...!!!
...nyoto..!!!
...aku...sukaa..kontolmuu nyotoo...!!!
...Ooouggh…!!!!


Suara pekik dan erangan merdu yang keluar dari sosok perempuan itu makin keras dan histeris dari balik kamar yang berjendela besar menghadap panorama kota.

Tubuh telanjangnya menggeliat, menggeletar bersamaan remasan sekaligus kocokan di kedua alat vitalnya yaitu payudara dan liang vaginanya makin keras.

"Cepok...cepokk...cepoookkk….!!!!

"..Ooohh..nyotooo...!!
...Akuuu...mauuu...jadi lontemuuuu….!!!!
…Aku gelem ngelonte padamuu...nyotoo..!!!!
...kontoli lontemuuuu iniii…!!!
...perkosa akuuuu….!!
….perkosa akuuuu….nyooottooo…!!!

Cepoookk...cepokkk...cepokkk…!!!!


"Aaahhh...Nyoto...nyotoo...kontol..
...kontol..kontolmu...nikmaat.....
....kontolmuu...merojok ...memekkuuu….kerasss...berurat ...kontoolmuu..***gahnya ...dirimuuu...oohh...nyotooo...
...***gahnya engkau...akuuu...sukkkaa dirimuuu...
"...Ooohhh...nyotooo...
....aku..cintaa..kamuuu nyotooo….
ooohhhh….hamili aku Nyoto….
buntingi akuuu...dengan benihmu...

Cepookk...cepokkk...cepokk..!!!

"...buahi telurku dengan spermamu!!! nyotooo..!!!
...buat aku hamil...buat aku meteng anakmuu...nyotooo…!!!
"Aku mau dihamili olehmuu...nyotoo…!!!
...aku mau jadi ibu dari anakkk harammuuu….nyotoo...ooohhh!!!!

Cepokkk….cepoookkk….cepokk..!!!


Kocokan tangannya makin keras seiring desah keluar dari bibirnya.
Hingga akhirnya….
bersamaan dua jari tengah dan telunjuknya amblas tertanam dalam-dalam ke liang nikmatnya yang berbusa keluarlah pekik dan jerit klimaks dari bibir merahnya.

Slepp...bless…!

"AKKHHHHH….KELLUAAARR…!!!
CREET..! AKHHHH…Nyotooo…!!!
CRETTT….!!! KONTOOOLMUU…!!!!!! … Nikmaaattt….!!!!! ….
Nyotooo…!!!
Akkhhh…!!! CRETTT…KELUAAR lagiih..!.
CREET...lagiiih...! CRECEET...gilaaa...!!
OOOHHHH....laggiii..!!.CREET...lagggi…!!!...OOOHHHHH….!!!!




Seiring puncak orgasmenya yang terdalam dari semua yang pernah ia alami, kedua mata indahnya membelalak.
Kedua tangannya terpentang meremas keras sprei di kanan kirinya sedangkan tubuhnya mengejang kaku dan bokong indahnya erangkat tinggi mengejat-ngejat dengan paha terkangkang.
Air maninya yang berwarna bening muncrat dengan spektakuler laksana air mancur dari lubang kencingnya hingga membasahi lantai kamarnya dan sebagian membasahi sprei tempat tidurnya. Memancar deras.

Sekali...dua kali...tiga kali...empat kali...lima kalii…enam... kali.

Luar biasa…!

Beberapa saat kemudian badai orgasme itu berhasil ia lalui.
Nafasnya tampak turun naik dengan peluh membanjiri sekujur tubuh telanjangnya yang tergolek lemah di kasur kamarnya.
Matanya yang terpejam beberapa saat lalu terbuka memperlihatkan sepasang mata yang bening, sayu namun penuh kepuasan.

"Sshhhh...nyotoo...kau...kauuu...begitu luar biasaaa…
"Membayangkanmu saja sudah begitu nikmatnya….
... apalagi kalu….aaahhh...nyotoo..
Lirih suaranya sambil meraih hapenya yang tergeletak di meja.

Sejenak dipandangnya layar hp yang terpampang sosok pria dewasa yang tampan kebapakan dan tengah tersenyum.

"Duh..Gustiii....Noor memang telah jatuh hati kepadanya Gusti....
"Hamba mu...ini...terlampau lemah untuk mengakui…
"...dia telah berhasil mencuri hati hamba mu ini…
"... Noor tahu dia telah beristri...
"...noor tahu tidak seharusnya aku menganggu rumah tangganya…
"Noor tahu...itu, Duh Gusti…
"...tapi Noor terlalu berat untuk melepas derita asmara ini begitu saja…
"...akuu...akuuu…

Sejenak dia terdiam lalu memejamkan matanya yang berbulu lentik.

Sesaat kemudian kedua belah mata yang indah itu terlihat berkaca-kaca. Sampai akhirnya dua buah bulir air yang bening bergulir membasahi sepasang pipi yang ranum itu.

"Aku akan berjuang untuk mendapatkan cintaku….
"Aku akan melakukannya bukan semata karena Kangmas Adipati….
"Aku...akuu..akan berusaha mendapatkan cintaku…
"...untuk kebahagiaanku sendiri yang lama kudambakan...
"Duh Gusti….maafkan hambamu ini…..
Katanya lirih dengan sedikit terisak.

Sementara pandang matanya menatap jauh ke luar jendela meski hanya tetes hujan dan remang kegelapan yang ia jumpai.

Dia sudah bertekad untuk meraih mimpinya. Mendapatkan cinta dari lelaki yang dicintainya. Apapun resikonya…...Oh, Noor Anggraeni.

=======

Sementara di waktu yang hampir berbarengan.

Di sebuah kamar luas dan megah dengan dipan tempat tidur model klasik plus kelambu menutupi dua sosok yang terbaring telanjang hanya berhelaikan selimut tebal.

Nyoto tampak membelai lembut wajah Roro Inten yang terlelap dalam tidurnya usai keduanya bersenggama hampir 2 jam lamanya.

"Kangmas...kangmas sungguh luar biasa.
"Aku...sampai muncak berkali-kali seolah tanpa henti…Kangmas...
"Aku...akuu...takluk kepada keperkasaanmu kangmas…
"Aku...sangat mencintaimu kangmas...
"....Aku rela kau apakan juga…
"Aku rela berbuat apa saja untukmu...kangmas…"
kata istrinya tercinta dengan manja sesaat setelah mereka berdua mencapai klimaks penghabisan bersama-sama.

Nyoto tersenyum lalu membelai pipi Roro Inten dengan mesranya.

"Kau sudah melakukan hampir semuanya yang diimpikan seorang lelaki...seorang suami, Nimas..
"...bahkan rela bertaruh nyawa hingga 2 kali...demi melahirkan anak kita..
"Bagiku itu sudah lebih dari cukup Nimas. Aku sendiri sebagai seorang suami malah belum pernah berkorban seperti hal dirimu…Nimas.."

Roro Inten tampak menggelayut manja di bahu dan lengan kekar suaminya itu.

"Ah...kangmas terlalu berlebihan. Pengorbanan suami tentu berbeda dengan seorang istri kangmas...
"lagipula itu sudah fitrah sekaligus kewajibanku yang harus kujalani…"

"Terima kasih Nimas... Nimas ku terkasih..Nimas Roro Ayu…"

Cup...cup...cup

Peluk dan cium Nyoto mendarat mulus di kening, pipi lalu jemari Roro yang halus.

Setelah Roro terlelap, Nyoto beringsut bersandar di atas dinding peraduannya.
Ia menghela nafasnya manakala sesuatu yang dirasa "ganjil dan mengganggu" singgah di benaknya.

"Ah Nimas, apakah kau tidak menyadarinya….tadi aku...
"ehhmm…maafkan aku Nimas. Aku...seolah tanpa sadar mengucapkannya..."
Nyoto menghentikan suara lirihnya lalu sesaat kembali ke beberapa saat menjelang klimaksnya bersama sang istri tercinta.

"Ah…Nimas...akuuu...mau keluaaar…sayang...
Aaahhh….Nimasss…


Sepersekian detik sebelum spermanya muncrat dari ujung kemaluannya, mendadak entah apa sebabnya terbayang satu sosok ayu nan jelita di pikirannya.
Menjelma seolah nyata pada sosok wanita yang dalam keadaan telanjang bulat tengah ditindihnya dengan batang penisnya menyumbat dan menggendor liang senggamanya.

Sosok yang tak asing lagi…. Noor Anggraeni!

Anehnya Nyoto merasa begitu bergairah manakala tahu sosok yang tengah ditindihnya itu adalah benar sosok Noor Anggraeni.
Wanita itu mengerang-erang dengan wajah berkeringat begitu menggairahkan dengan rambutnya yang pirang keemasan.
Mata lentiknya mengejap-ngejap merasakan genjotan nikmat batang penis si lelaki di liang nikmatnya.
Sungguh pemandangan yang sangat aneh...sangat asing tapi begitu menggelorakam nafsunya yang seketika memuncak.

Tak dapat ia menahannya. Lalu ia merengkuh tubuh telanjang dibawahnya erat-erat saat klimaks itu datang begitu kuatnya seiring jepitan vagina sang wanita yang meremas kuat batang penisnya.

Sontak Nyoto pun berteriak seolah tanpa sadar manakala ia sampai di puncak senggama.

"... NOOOR...akuuu...KELLUAAARR…. AAAKKHH...!!!!!

JROOOT...crooot...crooot…!!

Berkali-kali maninya yang berisi jutaan sperma muncrat di liang vagina sang wanita menuju rahimnya.

Setelah puncak kenikmatan itu usai barulah Nyoto menyadari wanita yang ditindihnya bukan lain adalah istrinya sendiri...Roro Inten Ayu Dewi Rengganis.

Nyoto sesaat terdiam lalu perlahan turun dari pembaringannya dengan masih bertelanjang memperlihatkan tubuh tegapnya yang tinggi kekar berikut batang kemaluannya yang menggantung besar dan gagah berurat.

Ditariknya nafasnya dalam lalu dihembuskannya dengan perlahan.

"Noor Anggraeni….
"...kenapa aku seperti teringat selalu dengan dirinya...? Baru pertama kali aku merasakan seperti ini...apa yang terjadi denganku..? desisnya lirih dari bibirnya.

"Dia memang cantik, menggairahkan tapi...ah…

Sejenak dia menoleh ke arah pembaringan dimana sang istri terlelap.
Kedua tangannya memegang bibir meja sambil kepala bergoyang pelan.

Nyoto berusaha menghilangkan bayangan perempuan adik dari Suryo Adipati itu tapi semakin ia berusaha justru bayangan itu makin menguat. Dan kini justru kemaluannya kembali mengeras karenanya.

"Aaahhh...
Nyoto sedikit mendesah kuat.

Di tegakkan kepalanya lalu terbayang di benaknya sebuah benda yang begitu berharga baginya.

"Cupu Manikmaya, aku harus mendapatkannya…..

=========

Pada waktu yang bersamaan pula di Paseban Ageng Banyumili lebih tepatnya di kamar pribadi Bupati Suryo Adipati.


Suryo Adipati

Dua sosok telanjang tanpa sehelai benang tengah saling berpangku dengan sang wanita berambut panjang duduk menggagah di atas tubuh besar dan kekar si lelaki yang duduk di sebuah kursi sambil menggenggam pinggang ramping si wanita.


Siti Sundari

Sedangkan si wanita begitu terampil menarikan buah pantatnya yang montok sambil menggenjotkan pinggul besarnya maju...mundur...naik turun...berkutat menggilas dan mengulek untuk mencoba menghaluskan batang penis kekar si lelaki yang menyumbat penuh liang kawinnya yang berjembut lebat dan menggelambir.

Cepok...!! cepokkk..!!.cepoookkk...!!

Erangan dan pekik nikmat terus mengalir dari bibir merah nan tipis itu.

"Ooohh...ohhh...ooohhh...edaaan...!!!
..ennaak tenannn... pelimuu kangmasss Adipati…!
"Ooohh... bessaaar sekaliih dan keraassnyaaa...di lubang tempikkuu...!
"Ooohhhhhh...ennaakkk...tenaannn...
....ennnakkeee KENTHU karo pelimuuu.......kangmasss….!!!
"...Ooohhhh…enaaakkke dikenthu...!!
Ooohh...kenthu..kenthuh aku..kangmas !!!!


Sementara si lelaki tidak bereaksi hanya terdiam dan memejamkan mata menikmati ulekan pinggul serta dinding liang vagina bergerinjal si wanita yang menjepit dan meremas-remas batang kemaluannya.

Tak lama kemudian…

"Ooh...ohh...akuuu... areepp metuu...kangmasss…
Hoohh...hoohh...yah..sedikit lagiih...yahh…


Dan....si wanita cantik bertubuh indah telanjang itu akhirnya menjerit di puncak senggamanya.

"Akuu...Metuuu…!!!

CREET..."

"aakhhh...kangmass…!!!

CRECEEET….

"aaugghhh…KENTHUUU....!!!"

CREET….

"ooohhhh...KENTHUUU...!!!" nikmaaatnya tempikku...kangmass... aaahhh…!!!


Tubuh telanjang nan indah si wanita turut meliuk-liuk dengan bokong bulatnya yang putih mengejat-ngejat kuat.
Kepalanya yang berambut indah sebahupun ikut mendongak-dongak dengan mata indahnya membelalak sembari ia mendesakan pangkal pahanya ke arah selangkangan si pria sementara sepasang payudara montoknya yang mulai terlihat menggelayut turun terlonjak-lonjak.

Beberapa saat setelah klimaks luar biasanya si wanita tergolek lemah di ranjang nan mewah itu sambil memandang ke arah sang pria.

"Kangmass Adipati….
"Kita sudah menjalani pernikahan ini lebih dari 30 tahun lamanya..
"Aku kangen akan kehangatan mu yang dulu waktu awal-awal pernikahan kita…
"Akuuu...rindu akan kemesraan kita seperti dahulu.
"Tidakkah kau merindukannya kangmass…? tanya si wanita lirih.

Sorot matanya menatap si pria yang asyik duduk sambil menghirup sebatang cerutu membelakangi nya.
Asap mengepul seiring suara berat namun serak dari bibirnya yang tebal menghitam.

"Kita sudah tua Sundari. Sudah sama2 tidak muda lagi. Masa itu sudah lewat. Kaupun harusnya paham soal itu.
"Yang penting aku sudah melakukan kewajibanku sebagai suami memberi nafkah lahir dan batin kepada istrinya…" suara Adipati terdengar datar seolah tanpa ekspresi.

Sundari hanya terpaku mendengar ucapan suaminya ini.

Mata dan wajahnya yang mulai tampak berkerut karena usia sebenarnya masih memancarkan aura kecantikannya yang menonjol.
Mata yang sayu itu tampak berkaca-kaca manakala pikirannya sekejap mengembara ke masa mudanya dahulu bersama pria yang kini menjadi suaminya, Suryo Adipati.
Penuh keceriaan, penuh romantika, penuh dengan gelora cinta...sungguh berbeda dengan sekarang.

Sundari kemudian mengusap matanya yang basah lalu membalikkan badannya yang telanjang dan hanya berbalut selimut menatap dinding kamarnya.

Ia lalu memejamkan kedua matanya.
Dari perkataan suaminya tadi iapun tak berharap banyak romantika de amor itu dejavu dalam sisa umurnya sekarang.
Ia hanya berharap sisa romantisme itu bisa ia temui di alam lain....
....alam mimpi.

Sementara Sundari sudah mulai mencari pengembaraannya di alam tidurnya.

Suryo Adipati berdiri lalu melangkah perlahan ke luar kamar sambil meraih piyamanya menuju balkon kamarnya yang terbuka memandang halaman Paseban Ageng yang penuh berimbun pohon besar.

"Rengganis….

"Aku harus mendapatkanmu...aku harus bisa mengawinimu…
"Waktuku sudah tak lama lagi. Sebentar lagi aku akan mendapatkanmu..
"Kuharap Noor bisa melakukan tugasnya dengan baik...
"Bila tidak….aku akan menggunakan caraku sendiri...heh..

"Rengganis...
"Dewi Sekar Mirah…
"Aku sungguh penasaran. Bagaimana rasanya lubang tempikmu itu…?
"Aku tak sabar ingin segera menelanjangimu dan menggenjot tempikmu dengan peliku...hah..
"Aku tak sabar ingin menumpahkan pejuku di rahim sucimu itu…
"Setelah itu hatiku tenang...karena kutukan jahanam Kamandanu bisa kupatahkan...
"Aku sungguh tak sabar...hah…!
kata Adipati dengan senyum menyeringai kemudian membanting sisa cerutunya di atas lantai.

Iapun berbalik badan sambil menginjak sisa rokoknya hingga lumat dengan terompahnya.

Seiring kepergiannya...
suara Burung Cabak mendadak terdengar santer memecah kesunyian malam Paseban Ageng yang kian merambat jauh seolah memberi pesan dan peringatan kepada sang tuan rumah…

Cuiit..!!!….cuiit...!!!...cuiiitt…!!!




Burung Cabak Kota / Savannah Nightjar - Eng / Caprimulgus affinis - ilmiah
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd