Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Roro Inten

Apa yang diharapkan dari akhir kisah ini ?

  • Happy ending

    Votes: 272 77,3%
  • Sad ending

    Votes: 50 14,2%
  • Open ending

    Votes: 27 7,7%
  • Close ending

    Votes: 24 6,8%

  • Total voters
    352
  • Poll closed .
Absen maning sambil menikmati yang kecil nyempil seperti kutil
 
"Kowe iki anakku, yo kuwi sadulure tuwo jabang bayine, reksanen, emongen sadulurmu enom/jabang bayine.”

Tutur seorang pria paruh baya sambil bersimpuh di dekat sebuah gundukan tanah menyerupai makam berukuran kecil.
(Arti dan maknanya kurang lebih supaya saudara tua dari sang jabang bayi yang berupa ari – ari ini bisa selalu beriringan dan mendampingi saudara muda, yakni si jabang bayi)

Begitu pria tersebut selesai membacakan doa dalam bahasa lokal seorang pria berpakaian adat di sampingnya maju bergantian sambil menengadahkan tangan.

"Dengan dikuburkannya ari-ari tali pusarnya ananda Retnowati Buntoro putri dari Ibu Wiwik Sulistyowati dan keponakan dari Bapak Tedjo Mukti....mugi-mugi Gusti Ingkang Maha Agung senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada keluarga Ibu Wiwik Sulistyowati.

"Untuk sang jabang bayi atas nama angger Retnowati Buntoro, semoga tumbuh dalam lindunganipun Gusti Kang Moho Welas menjadikannya anak yang sehat jiwo lan rogonipun, berbudi pekerti luhur, sayang dan patuh kepada orang tuanya serta berguna bagi dirinya, keluarganya dan masyarakat.

Aaamiiinnn..🤲.



Keranjang Ari-ari

Berbarengan segenap hadirin berjumlah tidak sampai 10 orang itu mengamini ucapan pria setengah baya yang mengenakan setelan jas hitam berupa beskap lengkap dengan blangkonnya.

Di depan mereka yang hadir nampak gundukan tanah kecil yang di atasnya bertabur bunga aneka rupa dan warna.
Sebuah lampu minyak kecil terlihat dinyalakan oleh pria tersebut yang cahaya lembutnya segera menerangi gundukan menyerupai kuburan kecil itu.

Sebentar kemudian seorang wanita cantik dengan riasan anggun khas wanita Jawa lengkap bersanggul dan berkebaya berjalan ke muka tepat di samping pria tadi.
Perempuan cantik paruh paya itu lalu sedikit menunduk sambil mengangkat kukusan atau sangkar dari anyaman bambu.
Ditaruhnya sangkar itu di atas kuburan kecil itu lalu bersama-sama dengan Ibu Wiwik Sulistyowati menaruh beberapa benda diantaranya pensil, benang, buku dan beberapa lainnya sebagai perlambang.
(Pensil dan buku : semoga si anak nantinya menjadi anak yang pintar. Benang : semoga nantinya si anak diberikan umur panjang, dll)

"Matur nuwun sekali atas bantuannya Budhe Sundari. Sungguh saya sangat bahagia akhirnya upacara mendhem ari-ari si Retno bisa dilangsungkan bahkan di tanah Paseban Ageng. Bila bukan karena budhe...hik..hik...hikk.." perempuan muda itu tak mampu melanjutkan kata-katanya.
Suara sesenggukan seketika keluar dari bibirnya bersamaan Siti Sundari memeluknya erat penuh kasih.

"Kau tidak perlu memikirkannya Wik. "Anakmu juga adalah cucuku dan dalam dirinya mengalir darah keraton sama seperti suamiku dan juga ayahnya.
"Bersyukurlah kepada Tuhan Yang Maha Pemurah…"kata Sundari lembut seraya membelai rambut ponakannya itu.

"Sayang sekali Mas Buntoro tidak bisa menyaksikannya budhe...aku...aku sebenarnya kasihan kepadanya…"ujar Wiwik masih dengan sedikit terisak.
Sundari memandangnya sambil menggelengkan kepala.

"Kita memang berharap demikian wik. Tapi adakalanya semuanya tidaklah berjalan seperti yang kita harapkan.
"Kelak dia pasti juga akan kembali menengok bayinya karena bagaimanapun dia adalah ayahnya. Retno adalah darah dagingnya.
"Yang paling penting kau dan bayimu saat ini bisa tinggal di sini sesuka hatimu.
"Bilamana memungkinkan nanti aku akan bilang kepada Kangmas Adipati…" kata Sundari.

Wiwik nampak tak bisa menahan harunya. Ia lantas memeluk Sundari lalu bersimpuh di lutut Sundari.

"Le..la dalah...kowe rak usah koyok ngono to wik..! Ndang tangi…! aku malah isin di delok'i wong akeh..ndang..!
Ujar Sundari sambil mengangkat bahu Wiwik.
(Kamu tidak usah seperti itu. Bangun..aku malah malu dilihat orang banyak.red)

Pria paruh baya yang bernama Tedjo Mukti nampak terharu memandang keduanya.
"Ngapunten Bu Siti...anak saya, si Wiwik ndak kuat menahan haru. Sebagai ayahnya saya juga tidak bisa membantu Wiwik. Semua berkat budi baik panjenengan…"tutur pria paruh baya yang terlihat lebih tua dari usianya itu.

Sejenak Siti Sundari hanya terdiam terlihat tegar. Namun matanya yang berkaca-kaca tak bisa menutupi perasaannya yang sebenarnya.
Selang beberapa saat kemudian upacara mendhem ari-ari pun selesai. Tinggallah kini beberapa orang saja yang tertinggal termasuk Siti Sundari dan Wiwik.

"Budhe, saya kok nggak melihat bulik Noor. Katanya kemaren mau datang juga. Apa budhe dititipi sesuatu sama bulik..? tanya Wiwik.

"Katane memang dia ada ketemuan mendadak sama temannya. Tenane ya mboh. Ndak usah mikirin si Noor. Lha wong wis gerang tuwo…"ujar Sundari dengan cueknya. (Orang tua.red)
Wiwik yang mendengarnya hanya tersenyum lalu mereka berdua bersama Pak Tedjo segera berlalu.

"Beliau sudah datang...ya. Aku ke sana.."kata Sundari sesaat setelah menyahut panggilan di ponselnya.

"Wik, budhe kedatangan tamu penting. Budhe harus segera pergi…"ujar Sundari yang segera dibalas Wiwik dengan menjura dalam-dalam.

"Njih Budhe. Terima kasih Budhe berkenan hadir di tengah kesibukan budhe yang luar biasa ini..."kata Wiwik.

Setelah berpeluk cium dengan Wiwik dan bersalaman dengan ayahnya, Siti Sundari segera bergegas pergi menuju Bangsal Langgeng Budoyo.

Siti Sundari melangkah dengan anggun ke dalam Bangsal yang megah itu.
Tak lama kemudian ia melihat sang tamu istimewa ternyata sudah tiba lebih dulu.

"Ki Ageng...Ki Ageng ternyata sudah tiba. Maaf, panjenengan sudah lama menunggu ya…"ujar Sundari terlihat begitu menghormati tamu tersebut.

(Ehm... siapakah gerangan tamu tersebut…?)

Tamu yang dipanggil Ki Ageng oleh Sundari ternyata seorang pria tua berambut panjang sebahu. Lebat namun seperti tidak terurus. Acak-acakan dengan uban di sana sini.
Dia mengenakan ikat kepala dari kain sedangkan kumis, alis dan janggutnya nampak lebat dibiarkan mbrangas tidak terurus seolah sudah bertahun-tahun tidak pernah dicukur.

Pria dengan penampilan aneh itu tak bergeming hanya matanya yang cekung tampak bergerak-gerak.

"Kowe isih ketok ayu tur semlohai nduk.. Adipati jan keblinger kalu sampai menyia-nyiakan awakmu…"kata pria itu dengan suara parau namun berat itu. Sungguh berkebalikan dengan posturnya yang kurus kecil.
(Kamu masih kelihatan ayu dan seksi nak. Adipati bodoh kalu sampai menyia-nyiakan dirimu.red)

Siti Sundari hanya tersenyum sambil kemudian duduk di sebelah pria itu.
"Maksud Ki Ageng Benowo pripun...? saya tidak mengerti..? tanya Sundari dengan suara lembut.

"Maksudku...nek ono wong lanang arep nggolek wong wadon enom maneh kanggo dikawini...Ojo nganti sing tuwo di sio-sio. Mudeng ora...heheheh…"kata si pria aneh yang ternyata adalah Ki Ageng Benowo alias Ki Benowo.
(Kalau ada pria mau cari istri muda, jangan sampai yang tua dibiarkan.red)

Sundari sesaat terkesiap. Hatinya mendadak berdesir mendengar perkataan Ki Benowo.
"Apa panjenengan tahu sesuatu yang disembunyikan Kangmas Adipati…? Tanya Sundari penuh penasaran sekaligus cemas.

"Ning jagat Banyumili...apa yang aku tidak tahu..hehehe...tapi bo'ong..!!..
....hehehe.."
sahutnya lagi kali ini sambil menggesek-gesekkan kedua jemari tangannya yang mengenakan cincin akik warna warni.
Sundari terlihat membisu hanya menghembuskan nafas dengan cepat.

"Aku tidak boleh begitu saja terpengaruh omongannya.." batinnya berusaha menenangkan diri meski tak urung keraguan dan penasaran masih menggelayuti benaknya.

"Nopo nduk ?...cah ayu. Masih meragukan kata-kataku...hehehe
"Di dunia ini mana ada kucing menolak jika diberi iwak pindang kecuali kucinge guoblok…! Hehehe...
kekeh pak tua itu dengan lagak santai.

Sundari terkesiap menyadari pak tua Benowo tahu apa yang dipikirkannya. Sundari lalu hanya diam.
Meski sebenarnya dia ingin sekali mengetahui maksud perkataan Ki Benowo.

"Hmm...punten Ki. Upacara ari-arinya sudah selesai. Monggo bila panjenengan berkenan untuk mendoakannya…"tutur Sundari.

Sesaat Benowo hanya terdiam lalu menggelengkan kepalanya.

"Wis tak sebul soko kadohan. Tak bentengi nganggo ajian Pager Bumi Sekilan. Ora bakal ono sing iso nembus. "Kalaupun bisa tembus...pasti tak bakal bisa keluar dari perangkap gaib-ku...hehehe…"
(sudah kutiup dari jauh.red)
"Awakmu rak sah khawatir Sundari. La bojomu sama si Noor kemana..? tanya Benowo sambil melirik dengan pandangan angker dari balik mata cekung dan alis lebatnya.
Sundari terkesiap manakala ditatap seperti itu.

"Ehmm...kangmas Adipati masih ada acara dinas Ki. Kalu Noor…dia ada acara sendiri katanya…. " jawab Sundari seraya menunduk.

Dia sungkan untuk bertatapan langsung dengan Ki Ageng Benowo.
Sungguh pria tua itu seperti memancarkan aura mistis yang begitu kuat membuat lawan bicaranya seakan terintimidasi.

"Yo wis nek ngono aku njaluk pamit. Aku cuma titip pesen marang awakmu cah ayu. ...Bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelap katon lir kincanging alis, risang maweh gandrung, sabarang kadulu wukir moyag-mayig saking tyas baliwur ong….semua yang nyata itu semu dan semu itu nyata.
"Teguhkan atimu yo nduk…" kata Ki Benowo dengan suara paraunya.

Sundari yang tadi menunduk sesaat terdiam lalu tiba-tiba hatinya merasa bergejolak secara misterius.
Sesaat kemudian ia hendak bertanya kepada orang tua itu….

"..Ki...Ki Ageng…?!.." kata Sundari sambil mengangkat mukanya..

Sundari celingak-celinguk ke sekitarnya dengan rasa heran yang membumbung.
Anehnya orang tua itu sudah tidak berada di tempatnya semula. Padahal baru saja ia mendengar suaranya. Sosoknya seakan raib ditelan bumi.

(Artinya kurang lebih : Bumi berguncang, langit berkilat, terlihat seperti orang yang cinta melihat segala kehormatan dan keindahan dunia, gunung pun berantakan).”

Sedetik kemudian sekelebat burung gagak hitam mendadak lewat beberapa meter di atas kepala Sundari yang spontan menengadah melihat burung malam itu terbang sambil mengeluarkan suara khasnya.

Gaook..***oook..!!!
========

Mobil sedan BMW yang ditumpangi Sundari melewati lalu lalang kendaraan yang seolah tanpa henti memenuhi jalanan sore Banyumili yang lebar dan mulus itu.
Setelah menghadiri acara penguburan ari-ari bayi si Wiwik, Sundari berniat untuk mengunjungi salah satu teman kentalnya yang juga seorang notaris kondang di Banyumili.

15 menit berlalu dari Paseban Ageng mobil mewah itu berhenti di sebuah perempatan lampu merah. Dari jalur sisi kanan kiri kendaraan berjalan riuh silih berganti.
Sampai akhirnya sebuah Toyota Alphard warna putih lewat perlahan dari arah kanan menuju ke Utara.

Begitu melihatnya Sundari yang semula tampak termenung dalam lamunannya seolah terbangun lalu meminta sopir Dalu bergegas membuntuti MPV mewah Jepang itu.

Ada sekitar 10 menitan Sundari mengikuti Alphard putih itu sampai akhirnya tiba di sebuah restoran western terkenal di Banyumili.
Sebuah restoran Italia bernuansa klasik bergaya Venezia bernama Primera Resto and Dining.

Meski jarak lumayan dekat namun cuaca yang beranjak senja dan samar mobil-mobil yang berseliweran memungkinkan Sundari bisa melihat pengemudi mobil itu turun dan menampakkan sosoknya.

"Noor…."
Desis Sundari saat melihat si pemilik Alphard yang ternyata adalah Noor Anggraeni.

Dengan kacamata hitam plus rambut pirangnya yang lembut indah tertiup semilir angin ditambah gaun elegannya membuat Noor laiknya artis Hollywood di panggung Oscar Award.
Sejumlah pejalan kaki termasuk pengunjung dan security restoran tampak memandangi sosok cantik itu penuh kagum.

"Tunggu di sini sebentar Pak Dalu.." ujarnya pada si sopir yang di iyani Dalu dari balik spion tengah.

Noor Anggraeni terlihat memasuki restoran diikuti pandang mata Sundari dari kejauhan.
Tak lama kemudian seorang pria bertubuh tinggi tegap memakai Hem gelap menghampiri Noor. Keduanya saling mengecup pipi lalu si pria mengambil tempat duduk di depan Noor.

Sundari yang melihatnya memincingkan mata lalu mengambil sebuah kamera Canon Digital Mirrorless terbaru di samping tempat duduknya.



Kamera Canon Mirrorless

Sejenak mengutak-atik kamera paling advance itu tangannya bergerak lincah melakukan zoom in hingga sosok pria yang memancing rasa penasarannya terlihat gamblang.
Sundari mendadak mengeluh kecil. Kamera yang dipegangnya hampir saja terjatuh.

"...Sunyoto...!!!

…. benarkah itu...Sunyoto…??!


….ah..Noor...apa..apa kau benar-benar menjalin hubungan dengan dia..!
Lirih suara Sundari setengah tak percaya akan apa yang dilihatnya.

Ada sekitar 10 menitan ia mengamati gerak-gerik keduanya di dalam restoran yang terlihat akrab.
Beberapa kali Sundari menekan tombol shutter di kameranya. "Creek...creek..!!

Sampai akhirnya…

"Yah halo, mbakyu...gimana mbakyu…? terdengar suara lembut dari speaker hape Sundari.

"Saiki posisimu ning endi Noor..? tanya Sundari.

Beberapa saat tidak ada balasan.

{"Anu...aku masih di rumah teman-temanku Mbakyu. Barusan...barusan selesai arisan di rumah Bu Sisil.
"Itu lo mbakyu, Bu Sisil yang punya rumah Spa dan Gym "Tiara"...dia mau bisnisan karo aku. Ada apa mbakyu..?}


"Iyo ngerti aku.
'Ora...ngene lho aku khan barusan mendhem ari-ari bayine si wiwik...
...lha iki arep mampir ning apartemenmu...arep ngomong penting karo dirimu. Tak enteni yo…?! kata Sundari.

Sesaat tak ada balasan.

Sementara di depan dari balik kaca restoran, Noor tampak gelisah berdiri membelakangi pria mirip Nyoto tersebut.

{"Tapi mbakyu...ehmm..gimana kalu sejam-an lagi. Aku masih belum selesai. Aku....}

"Wegah..!
"...Wegah aku ngenteni kesuwen. Iso jam-jaman mengko nunggu awakmu bubaran.
"...Saiki aku otw ning apartemenmu. Ndang gelis...tak enteni…!


(Ogah...ogah aku nunggu lama-lama. Bisa berjam-jam nunggu kamu selesai. Sekarang aku otw . Segera ya..aku tunggu.red)

klik..!

Sundari langsung menutup ponselnya tanpa memberi kesempatan Noor membalasnya.
Dilihatnya Noor terlihat bingung sambil berkata sesuatu kepada pria itu.

"Ayo pak, cepat antar saya ke apartemen si Noor…" kata Sundari kepada Dalu.
"Siap Bu.." sahutnya sopir keling itu.

Sebentar kemudian mobil sedan BMW keluar dari bahu jalan lalu bergegas melaju cepat ke arah barat.
________

The Saloka Apartemen and Residensial adalah sebuah apartemen termewah dan paling eksklusif di Banyumili.



The Saloka Apartemen and Residensial

Tersedia berbagai tipe mulai dari studio untuk varian termurah, tipe 1 BR - 3 BR untuk varian menengah serta penthouse untuk tipe termahalnya.
(BR : Bed Room)

Harga per-unitnya mulai 300 juta - 1 milyar untuk dua tipe yang disebutkan pertama. Sedangkan varian penthouse yang berjumlah limited dua unit saja dihargai mencapai 3,5 milyar.
Noor Anggraeni adalah salah seorang pemiliknya.

Dibekali dengan elevator dan pool pribadi sangatlah cocok untuk dirinya sebagai wanita jetset kelas atas di Banyumili yang menuntutnya untuk membeli properti berkelas sebagai pemenuhan hasrat dirinya sebagai seorang sosialita.
Di samping juga memang keadaan dan karakter dirinya yang masih lajang, bebas merdeka dan tidak suka terikat aturan membuatnya memilih tempat tinggal yang private namun tetap nyaman bergengsi bak hotel bintang 5.

Sebuah MPV mewah berlogo Toyota Alphard warna putih terlihat memasuki halaman parkir apartemen mewah itu.
Dengan panjang mencapai hampir 5 meter dan tinggi atap di atas rata-rata kebanyakan mobil ternyata tidak menyulitkan sang sopir untuk berkelit di antara pilar basement menyangga gedung apartemen yang menjulang tinggi itu.

Beberapa saat saja mobil berukuran besar itu segera saja terparkir rapi di salah satu sudut ruangan.
Sepertinya sang sopir sudah sangat terbiasa dan hapal dengan kondisi parkiran yang sebenarnya cukup membuat bingung mereka yang baru pertama kali datang ke apartemen ini.

Tak lama kemudian seorang wanita muda dan cantik berambut panjang pirang dengan dandanan menawan keluar dari pintu sopir.
Ouh...ternyata si pengemudi MPV nan terampil itu seorang perempuan muda.
Ehmmm...sungguh tak disangka-sangka bukan.

Sebentar kemudian terdengar suara sepatu hak menggema di pelataran parkir seiring kibasan rok panjangnya yang sedikit terbelah memperlihatkan betis putih dan mulus itu.
Harum wangi semerbak parfum Maison Francis Kurkdjian Paris seketika menyeruak dari sosok anggun itu sampai ke depan lift.



Maison Francis Kurkdjian Paris Baccarat Rouge 540 Extrait De Parfum seharga 4,25 juta ukuran 70 ml.

Apartemen mewah itu telah menyediakan fasilitas lift di lantai basement untuk akses para tamu dan penghuni.

Sesaat perempuan itu akan memencet tombol lift jemari tangannya tertahan bersamaan sudut matanya melihat sesuatu yang sepertinya tak asing dilihatnya.
Sebuah mobil sedan BMW warna abu tampak terparkir dengan posisi sedikit menyamping.
Sedetik ia terpaku dengan hati berdesir. Ia memberanikan diri mendatangi mobil itu untuk memastikan pemiliknya.

Sebentar kemudian alisnya terangkat sambil tersenyum sendiri seraya menggelengkan kepala setelah menyadari mobil itu bukan seperti yang ia duga.

Lift yang dinaikinya bergerak perlahan lantai demi lantai sampai menuju lantai 11. Lantai dimana kamar apartemen paling mahal sekaligus paling eksklusif berada. Penthouse !

Setelah pintu terbuka ia pun melangkahkan kakinya menuju kamar apartemen pribadinya yang terletak di ujung.
Angin semilir petang hari yang berhembus sepoi-sepoi mengibaskan rambut pirangnya yang lembut dan indah.

Tinggal beberapa meter lagi ia berbelok dan sampai di kamarnya.
Begitu sampai tepat di depan pintu kamarnya langkahnya mendadak berhenti.
Dilihatnya pintu kamarnya sudah tidak terkunci lagi. Ia tertegun karena siapa pula yang bisa dan lancang membuka pintu kamarnya.
Sesaat ia berpikir sambil detak jantungnya menguat. Sebentar kemudian mukanya berubah tegang manakala ia bergegas masuk ke dalam sambil memanggil seseorang yang tak asing lagi.

"Mbakyu…
"Mbakyu Sundari...kaukah itu..?! Katanya setengah berseru.

Kamar apartemen yang terbilang luas, mewah dan komplit dengan segala perabotan itu seperti sunyi.
Langkahnya terus mengayun lalu berhenti di beranda luar kamar yang langsung terakses dengan balkon luar menghadap langit lepas.

Seorang wanita memakai setelan kebaya modern dan kain tampak berdiri memandang panorama Kota Banyumili yang begitu mempesona dari atas sini.

"Kamu sudah datang Noor. Pemandangane jan apik tenan…"
kata wanita anggun itu sambil memandang lepas Perbukitan Alastua yang terlihat cantik dari kejauhan dalam batas senja hari.

"Hihihi….mbakyu iki jan o…" terdengar tawa kecil Noor mendengar pujian dari kakak iparnya itu.
"Entah sudah berapa kali aku mendengar orang berkata seperti mbakyu…." Tambah Noor.

"Maaf, Mbakyu,...
"...ehmm...saya kok nggak denger mbakyu masuk…?
tanya Noor sedikit sungkan.
Sundari yang sedari tadi menatap ke langit lepas menoleh sambil tersenyum ke adik iparnya itu.

"Oya...aku lupa mengembalikan kunci duplikat kamar yang kau pinjamkan dulu. Kuwi..tak taruh di atas meja…" kata Sundari sambil mengacungkan dagu sejenak.

Setelah Noor meraih kunci yang tergeletak itu terdengar suara Sundari datar dan berat seperti menahan sesuatu.

"Noor,
"Mbakyu Sundari pengin ngomong sesuatu ke kamu.." ujar Sundari kalem sambil mempersilahkan Noor untuk duduk.
Keduanya lalu mengambil posisi duduk berhadapan di serambi luar nan sejuk semilir itu.

"Waktuku tidak banyak Noor. Aku langsung to the point saja.
"Apa kau menjalin hubungan khusus dengan Pak Nyoto…? Tanya Sundari.

Degh.. !

Suara Sundari yang sebenarnya lemah lembut namun membuat jantung Noor seakan berhenti berdetak.
Sontak muka Noor yang semula berseri berubah seketika.

Beberapa saat lamanya Noor tak menjawab.

"Aku...hanya sebatas teman saja kok Mbakyu. Kebetulan dia khan suaminya Jeng Roro. Jadi yah...begitu…"ujar Noor berusaha terlihat tenang.

"Nyoto memang pria yang menarik. Akupun tak memungkirinya. Tapi dia sudah beristri dan mereka pun hidup bahagia bersama dua orang putrinya. "Rasanya tak ada alasan bagi wanita lain berusaha merebutnya kecuali dia wanita genit...wanita yang tidak tahu diri. Ibuku di kampung menyebutnya ...wanita sundal.."
"Bukan begitu Noor…? kata Sundari sambil memandang Noor.

Noor tertegun ditatap Sundari namun ia berusaha untuk tidak terpengaruh omongan Sundari.

"Aku dan Pak Nyoto kadang memang saling komunikasi tapi itupun karena ada keperluan juga dengan istrinya kok Mbakyu.
"Kenapa Mbakyu menanyakan itu padaku…? Sepertinya Mbakyu menaruh curiga padaku..." ganti Noor balik bertanya.

"Aku paling benci orang munafik.
"Orang yang berpura-pura berbuat baik namun dibaliknya dia menyembunyikan niat keji.
"Sudah berapa kali kau bertemu dengan Nyoto semenjak terakhir kita kesana waktu itu....jawab dengan jujur Noor..?
pinta Sundari setengah mendesak dengan nada mulai meninggi.

Noor tak berani memandang langsung kakaknya. Dari bibirnya yang merah dan indah itu hanya terdengar desahan halus.

"Aku...aku tidak mengerti dengan arah pembicaraanmu mbakyu.
"Aku...aku merasa kau curiga padaku perihal hubunganku dengan Nyoto. Curiga kalu aku ada affair dengan dirinya.
"Apa aku seburuk itu mbakyu..?
"Kuakui aku bukan wanita suci dan alim seperti para ustazah di TV atau para biarawati yang senantiasa melantunkan doa..
"Tapi aku juga bisa berpikir jernih dan punya hati nurani…
"Aku...aku masih bisa membedakan mana dele mana tempe.
"Jadi dugaan mbakyu menurutku berlebihan…"ujar Noor dengan nada mulai ikut keras. (kedelai)

Sundari hanya terdiam lalu mengambil beberapa carik kertas foto dari tas Hermes-nya.

"Lalu bagaimana dengan yang kulihat tadi sore di Primera Restoran…?
kata Sundari sambil menaruh begitu saja beberapa foto di dekat Noor.

Noor terhenyak manakala sorot matanya membentur gambar di dalam foto yang memperlihatkan dirinya bersama seorang pria.

"Jangan kau kira aku memata-mataimu. Ini semua terjadi secara kebetulan. Dan sepertinya ini saatnya kau harus terbuka Noor.
"Jangan kau permalukan aku dan keluarga Kangmas Adipati demi buatanmu yang tak masuk akal ini. "Sekarang apa kau masih mau mengelak..?
Tanya Sundari dengan tegas sambil berdiri di depan Noor.

Noor terdiam sambil menundukkan wajahnya. Sebentar kemudian terdengar suaranya yang meski terdengar lembut namun sedikit tergetar seolah menahan gejolak perasaannya.

"Baiklah mbakyu. Jika kau ingin jawaban sebenarnya dariku.
"Aku memang menyukainya. Aku jatuh hati kepada Nyoto. Dan aku….memang memendam keinginan untuk bisa bersanding dengannya.
"Akuu...aku menginginkan dia menjadi suamiku...Mbakyu Sundari...
"....itulah jawabanku.."tutur Noor dengan mantap tanpa keraguan.

Sundari terhenyak mendengar apa yang barusan diucapkan adik iparnya ini. Mukanya nampak tegang dan memerah seolah menahan sesuatu.
Kedua matanya yang tampak mulai berkerut tampak mencorong menatap Noor.

Sesaat keduanya sesaat saling bertatapan bagai menahan bara dalam dada.

"Noor..!
pekik Sundari sambil mengangkat tangannya seolah hendak menampar Noor. Noor hanya diam memejamkan mata.

"Tamparlah aku...tamparlah aku bila itu akan memuaskanmu Mbakyu...
"Aku rela...
"....aku rela jika kau melakukannya…" kata Noor dengan tegarnya.

Beberapa waktu Sundari sepertinya segan untuk melanjutkan aksinya.
Noor kemudian membuka matanya.
Dilihatnya kakak iparnya itu menatapnya dengan satu dan berkaca-kaca.
Mukanya tampak memerah menahan rasa amarah sekaligus sedih berkecamuk menjadi satu.

"Kau tahu Noor..?
"Jeng Roro beberapa waktu lalu curhat perihal suaminya kepadaku.
"Dia sudah curiga suaminya seperti tengah menjalin hubungan dengan seorang wanita. Tapi dia tidak mau terbuka kepadaku...Siapa wanita yang ia maksud.
"Ia begitu sedih sekaligus terpukul atas apa yang terjadi meski semua baru sebatas prasangkanya...
"Dan ternyata itu benar...sing kakeane meneh tur marai mangkel ning ati...aku ora ngiro wong wedok kurang ajar kuwi jebulane awakmu...adikku dhewe.."
"Jeng Roro wanita yang lembut dan cenderung tertutup. Dia lebih suka menyimpan kegundahan hatinya dan sungkan untuk menanyakan langsung kepada suaminya karena rasa sayangnya yang begitu besar kepadanya…..meskipun itu sebenarnya justru menyakiti hatinya..

(Yang bikin tambah jengkel di hatiku...aku tidak mengira perempuan kurang ajar itu ternyata adikku sendiri.red)

"Aku berusaha memaklumi masa lalumu yang pedih...percintaanmu yang berujung derita…
"Tapi itu bukan alasan kau berhak merebut kebahagiaan orang lain...merusak rumah tangga wanita lain...ngerti ora Noor..!
kata Sundari sambil memegang bahu adiknya itu dengan kedua tangannya.

Noor memandang Sundari dengan tatapan haru dan pedih.
Perlahan sepasang mata itu nampak berkaca-kaca lalu sebentar kemudian beberapa bulir air nan bening bergulir membasahi pipi ranum itu.
Diiringi suara sesenggukannya Noor berkata lirih kepada Sundari.

"Puluhan tahun aku mengalami derita cinta yang berkepanjangan...begitu lama aku merindukan akan hadirnya seorang pria sebagai belahan jiwaku...pengobat kesedihanku. Pria yang kusayangi dan kucintai sepenuh hati…
"Dan...dan kini aku telah menemukannya... menemukan tambatan hatiku. Lalu salahkah aku….
"...salahkah aku jika aku berjuang mendapatkannya Mbakyu...?
"...salahkah itu Mbakyu…?!...
"...bagaimana pula jika itu terjadi padamu Mbakyu Sundari…?! tanya Noor setengah berseru disertai suara isaknya.

"Tapi kenapa harus Nyoto... Noor…!!...
"...kenapa Noor…?!! jawab Sundari sambil menahan diri dari luapan emosinya.
Kedua tangannya mulai bergerak menggoyangkan bahu adiknya itu berulangkali.

Noor hanya diam hanya terdengar isak tangisnya terdengar sendu.

"Cinta tak mengenal apa, siapa dan di mana Mbakyu...itulah kenyataannya. Pun demikian halnya aku…
"Sekarang aku hanya ingin Nyoto tahu perasaanku kepadanya. Tak peduli dia suka atau tidak padaku…

"Lalu kau hendak melakukan apa saja untuk mendapatkannya..?! begitu maksudmu..heh..?! Ujar Sundari dengan mata mencorong menahan emosi.

"Bila perlu….Mbakyu.
"...Bila perlu aku akan melakukannya untuk mendapatkan pujaan hatiku…" jawab Noor lirih.

"Edan kowe Noor….kowe jan ora duwe perasaan ba bar blas..!
"Hanya demi nafsu egoismu kau rela mengorbankan harga dirimu dengan menyakiti hati orang lain...Eling Ooo Noor...eling Ooo…!!
kata Sundari kali ini meremasi wajah dan rambut Noor.

Noor yang semula diam lalu menahan tangan Sundari.
"Mbakyu…!
"Ndak ada satupun uwong yang iso ngerti perasaanku. Cuma Mbakyu saja yang bisa kuharapkan...namun Mbakyu pun sama saja…
"Tak adakah sedikit rasa empatimu kepadaku Mbakyu…" erang Noor mulai histeris.
"Lalu bagaimana dengan wedokan pelakor dan istri-istri poligami…?!
"Apa bedanya mereka denganku….?! kata Noor setengah memekik.

Sundari terdiam sesaat berusaha mencerna perkataan Noor.

"...Ayo Mbakyu….
"...Jawab pertanyaanku…? Ratap Noor menuntut dengan menghiba ke arah Sundari.

Beberapa saat kemudian Sundari pun melepaskan tangannya.

"Mereka sebenarnya korban Noor. Korban dari lelaki bejat yang dengan semena-mena memutar balikkan ajaran kitab suci demi nafsunya saja…"jawab Sundari.

"Aku ndak sependapat denganmu Mbakyu. Menurutmu mungkin mereka korban.
"Tapi...ora ono asep nek ora ono geni. "Semuanya saling membutuhkan Mbakyu…" bantah Noor.

"Aku wegah debat kusir karo awakmu Noor….apapun yang terjadi itu masalah pribadi mereka. Aku rak urus.
"Masalahnya sekarang adalah dirimu..!
"ning awakmu yang secara tidak langsung terkait dengan keluarga Kangmas Adipati termasuk aku..
"Aku tidak mau nama baik keluarga Kangmas Adipati cemar karena ulahmu…"kata Sundari

"Bukankah nama keluarga Kangmas Adipati sudah tercoreng dari dulu Mbakyu…?!.. balas Noor.

Plak..!!
Suara keras terdengar manakala tangan Sundari yang sejak tadi tertahan seketika melayang ke muka Noor Anggraeni.

Noor tampak terkulai di sofa sambil memegangi pipinya yang merah bekas tamparan Sundari.

Sejenak suasana terasa hening. Hanya angin sore yang semilir di pucuk emosi kedua perempuan kakak beradik itu.

Siti Sundari sejenak tampak tertegun sambil memandang tangannya sendiri. Pandangannya lalu mengarah ke arah Noor.
Untuk beberapa saat muncul rasa penyesalan dalam diri Sundari.
Noor memandang ke arah Sundari dengan tatapan nanar.

Dengan memegangi pipinya yang merah serta mencoba mengusap air matanya yang tersisa ia berkata kepada kakak iparnya.

"Apa yang terjadi hari ini biarlah ku terima dengan lapang dada.
"Tapi tekadku sudah bulat Mbakyu....
"Apapun yang terjadi cepat atau lambat aku akan mengatakannya kepada Nyoto akan perasaanku. Terserah dia mau beranggapan seperti apa tentang aku..." lirih suara Noor dengan bibir bergetar.

"Aku terpaksa melakukannya Noor. Karena kau sudah keterlaluan.
"Kita sudah hidup bersama dalam suka dan duka puluhan tahun lamanya. Kali ini aku aku ora setuju karo niatmu.."
"Ndak cuma itu.
"Aku bakal ngalangi niatmu untuk mendekati Nyoto. Meski aku tak mungkin memberi tahu Jeng Roro soal ini…
"Perlu kau tahu Noor...aku sebenarnya kasihan padamu. Akupun ingin melihatmu bahagia.
"....tapi dengan kondisi seperti ini...aku terpaksa berubah.
"Kuberi waktu dirimu untuk meminta maaf kepada Pak Nyoto dan istrinya paling lambat Minggu depan.
"Jika lewat dari waktu itu kau tidak berubah dan malah lebih nekad….berarti kau sudah tidak memandangku lagi sebagai kakakmu…
"...camkan itu Noor….!

Seiring kalimat terakhir keluar dari bibirnya, Sundari pun balik badan lalu bergegas meninggalkan balkon kamar penthouse room lt 11 Apartemen Saloka itu tanpa menoleh lagi.

Sementara Noor Anggraeni yang duduk menyendiri nampak duduk di sofa dengan kepala bersandar di dinding.

Suara isak tangisnya terdengar pilu bersamaan badannya yang bergetar menahan letupan gejolak emosionalnya.

"Ooo Mbakyu….
"...andai kau mengerti semuanya...Hik hik..hik
"..Mbakyu...andaikan aku sanggup mengatakan yang sebenarnya padamu…hik..hik...
"Duh, Gusti Pangeran…
"...Duh Gusti Kang Maha Agung...begitu hinakah Noor Anggraeni di matamu hingga dia harus mengalami semuanya ini…
"Apakah...begitu tak berharganya diri Noor di dunia ini...Gusti...hik hik…
"...Duh Gusti...tak adakah orang yang merindukan dan mengasihi hamba di dunia ini....?? Hik..hik..hik
"...duh Gusti….hamba...hamba...tidak tahu lagi...apa yang harus Noor perbuat…
"...Gusti...hamba hampir tidak kuat lagi…
"...bila Noor sudah tak tahan lagi menahan semua beban ini....mungkin...mungkin…jalan terbaik..
"....Noor harus meninggalkan dunia fana ini untuk selama-lamanya…
"...duh Gusti...hik hik hik…

Langitpun sudah beranjak gelap melingkupi penjuru Banyumili tercinta. Sementara suara isak tangis Noor masih sayup terdengar meski kita perlahan makin menjauh dari sisinya. Meninggalkan dirinya dalam kesendirian di lantai 11 apartemen nan mewah itu.

Sementara itu nun jauh di bawah sana di sebuah Warung Burjo lamat-lamat terdengar suara merdu penyiar radio dari balik sebuah compo lawas seolah bersimpati akan kesedihan the lonely woman.
"Yah, lagu berikutnya di request oleh someone di Kalibaru buat diri sendiri aja.
ehmm...sekalian mohon didoain ya...semoga lekas diberikan jodoh yang sayang and baik oleh Yang Maha Kuasa.
...kayaknya kamu lagi sad banget yah, babe.
Ok...mudah mudahan lagu yang bakal gw puter ini bisa ngebuat kamu lebih sabar dan tabah sekaligus gw turut berdoa yang terbaik buat kamu yah..
amin.
...Dygta with kesepian...stay tune on Panji_FM


Dygta - kesepian
========

Bergeser sebentar dari romantika yang terjadi di antara para wanita tersebut.

Satu sosok anak muda berambut gondrong ikal sebahu terlihat juga tengah menyendiri di sebuah sudut kafe eksklusif yang remang oleh cahaya lampu.
Sebatang rokok impor merek Luffman nampak mengepul di sudut bibirnya meski ada tanda larangan merokok di tempat itu.

"Tak ada jalan lain kecuali satu. Aku harus bicara dengan ayah sendiri. Apapun resikonya Ibunda tidak boleh lagi tersakiti. Apalagi oleh perempuan bernama Rengganis itu.
"Nyoto….
"Nyoto, kau dan keluargamu harus bertanggung jawab bila rencanaku membujuk ayah sampai gagal…" kata pemuda itu lirih sambil matanya sesaat menatap tajam lalu lalang kendaraan yang terlihat dari seberang jalan.

"Shit...kemana kedua kecoa itu...sudah dari tadi kutunggu ndak keliatan sungutnya...huh…" katanya sambil menggereng sendirian.

Tak lama kemudian sebuah mobil Toyota Harrier warna hitam memasuki pelataran kafe.

"Halo Om Fred. Sorry om...biasa lalin padat merayap. Rada telat sampainya…"
kata seorang pemuda jangkung bertopi seraya menghampiri pemuda gondrong itu. Dibelakangnya menyusul Anthony yang ikut duduk di samping si pemuda jangkung.

"Boleh pesen minum ya om ? Tanya si pemuda jangkung yang bukan lain si Ivan mantan pacar Indah sambil nyengir kuda.
Freddy tidak menjawab hanya mengibaskan tangan.

Perhatiannya terpusat pada notifikasi call in di hape iPhone 12 Pro terbaru miliknya.
Di layar hapenya yang seharga 15 jutaan itu terlihat portrait wajah satu sosok pria paruh baya berkacamata hitam tengah tersenyum di dalam sebuah kokpit pesawat sambil mengacungkan jempol.
Di bawahnya tertera nama caller ID "BOKAP"

Sesaat muka Freddy berubah tegang. Perlahan ditekanlah tombol yes di hapenya perlahan sekali…

"Halo...Yah !.....
Freddy menyapa seseorang di ujung sana. Dia nampak berbincang serius dengan si penelpon untuk beberapa saat lamanya.

...ya..ya…Eddy ngerti..ya...ya...ok yah...besok lusa...ya…ini penting Yah..ya. Thks Dad…"

Klik ! sambunganpun terputus.

Freddy terdiam sesaat lalu nampak menghembuskan nafas perlahan beberapa kali.
Nafas yang terasa berat dan sungguh tidak biasa bagi seorang Freddy Umbara yang biasanya angkuh dan penuh percaya diri.
Ditandai pula oleh detak jantungnya yang menguat saat dia baru saja selesai menerima telpon dari orang misterius tersebut.

"Siapa yang menelepon Bos…? Sepertinya penting banget..." tanya Anton hendak mengambil gelas bir yang sudah terhidang di atas meja.
Freddy hanya menggumam.

"Ayahku…" kata Freddy pelan.

Uhuk...huk…!!!
Terdengar suara orang keselek dari sampingnya. (Kesedak.red)
Ivan nampak terbatuk-batuk saat mendengar perkataan Freddy.
Sementara Anton nampak terdiam mematung.

"Pak Suryo Adipati…" desis Anton.

Sungguh, bertahun-tahun ia berkawan karib dengan The Most Wanted Guy On Banyumili itu belum sekalipun ia bertatapan langsung dengan ayahnya alias Sang Penguasa Banyumili yang terkenal itu.
Sosok yang didengarnya begitu disegani, dihormati sekaligus ditakuti. Sosok yang baginya bagaikan sebuah tokoh fiksi antah berantah karena nama besarnya selama bertahun-tahun.

"Besok lusa acara kubatalkan karena aku ada janji ketemu ayahku...penting dan mendadak. Kita atur lagi lain waktu…" kata Bos Freddy.
Ivan dan Anton hanya terhenyak diam.

"Tapi Om, besok khan acara launching sponsorship baru tim basket kita untuk liga tahun depan…?? ujar si Ivan tampak terkaget.

"Sudah kubilang diundur saja !

"Kalian mau ikut kata-kataku..!..atau mau lanjutkan sendiri tanpa aku..?!..terserah…!
kata Freddy dengan angkuh dan tegas.

Anton dan Ivan saling berpandangan seolah pasrah.

Sementara Freddy terlihat lagi-lagi hanya merenung dengan pandangan nanar namun tajam sarat makna. Berjuta rasa dan karsa berkecamuk memenuhi kepalanya.
Entah apa yang akan dibicarakan dan diperbuatnya saat bertemu ayahnya nanti.

Sepertinya hanya kepada rembulan dan bintang kita menggantungkan jawaban.
Sementara musik jazz perlahan terdengar syahdu seiring petikan melodi bass dan perkusi mengalun lembut dalam harmoni nan selaras mendendangkan "Senja di Ambang Pilu by Danilla"

Senja Di Ambang Pilu By Danilla



 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd