Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Roro Inten

Apa yang diharapkan dari akhir kisah ini ?

  • Happy ending

    Votes: 272 77,3%
  • Sad ending

    Votes: 50 14,2%
  • Open ending

    Votes: 27 7,7%
  • Close ending

    Votes: 24 6,8%

  • Total voters
    352
  • Poll closed .
Siang itu keramaian terlihat di Bandara International Adisumarmo, Kota Solo. Hilir mudik para penumpang maupun pegawai memenuhi seputaran bandara yang diambil dari nama pahlawan nasional Adisumarmo Wiryokusumo.


Bandara Adisumarmo
Bandar Udara Internasional Adisumarmo
ꦥꦥꦤ꧀ꦄꦁꦒꦼꦒꦤꦆꦤ꧀ꦠꦼꦂꦤꦱꦶꦪꦺꦴꦤꦭ꧀ꦄꦢꦶꦱꦸꦩꦂꦩꦺꦴ
Papan Anggegana Internasional Adisumarmo

(Adi Soemarmo adalah salah satu penerbang perintis pada masa perang kemerdekaan sekaligus pendiri sekolah Radio Telegrafis Udara yang pertama kali di lingkungan Angkatan Udara dan merupakan embrio dari Sekolah Radio Udara di kemudian hari. Beliau adalah juga merupakan adik Agustinus Adisucipto yang diabadikan pula menjadi nama bandara di Kota Yogyakarta).

Di tengah riuh lalu lalang orang di terminal kedatangan terlihat satu sosok wanita bergaun merah nan anggun dengan kerudungnya nampak berjalan menyusuri lorong hall salah satu bandara terbesar di Nusantara itu.

Sebuah kacamata besar nan modis model kupu-kupu bertengger manis di wajahnya yang terlihat sedikit tirus dan cantik itu.
Seiring langkah kakinya yang cepat dan trengginas sayup-sayup terdengar suara announcer bandara merdu terdengar ke seantero ruangan.

Announcer Bandara

Setelah beberapa saat berjalan sampailah dia di lobby luar bandara dan langsung disambut seorang pria tinggi bertubuh kurus berpakaian jas lengkap model valet hotel bintang 5.

"Sugeng rawuh, Ibu Siti...Monggo.."ucap Pria tinggi kurus berpakaian jas rapi itu terlihat menjura memberi hormat lalu menyilakan serta membukakan pintu belakang sebuah mobil sedan BMW terbaru untuk sang sang wanita tersebut yang kemudian bergegas masuk ke dalamnya.

Sebentar kemudian mobil itupun melaju pelan menuju arah pintu keluar bandara terus menyusuri jalanan protokol Kota Solo ke arah timur menuju Banyumili.

(…..)

"...yah Halo gimana kabare Jeng Roro lama ndak ketemu ya Jeng🥰…....
"Iya Jeng, saya kangen ini...pengin ngobrol sama njenengan😄..…"

(……)

"Banyak lho yang mau saya ceritakan sama Jeng Roro. Ehmm...sekalian saya bawa oleh-oleh buat anak-anak. Mawar sama Indah pasti suka Jeng."

(……)

"...lha gitulah Jeng, namanya tinggal di negeri orang seenak apapun rasanya kok ya lebih kerasan di negeri sendiri….😌
"....hahahaha…
"...bener Jeng, persis kayak lagune Ahmad Albar...yang judulnya Rumah Kita itu lho Jeng..😃"

(…..)

"Jeng Roro ini lho☺️......saya ndak bisa nyanyi. Suara saya itu fals. Jan uelik tenan...jauh banget nek dibanding Indah Jeng...hehehe.."
"...wegah nek disuruh nyanyi dewekan Jeng. Tapi kalu ditemani bareng Jeng Roro mungkin saya ndak keberatan barang sak lagu dua lagu...hehehe…"

(……)

"La piye Jeng…? Di Paseban saja..? Komplit Jeng..! Sound system sama saloonnya lengkap.....gratis lagi...hahaha…!

(…….)

"Baik Jeng, hari ini saya tunggu habis Maghrib ya Jeng...segera.

(…..)

"...Mau ajak anak-anak…🤔 ?...ehmmm...lain kali ya Jeng. Hari ini saya cuma pengin ketemuan sama ngobrol ngalor-ngidul sama Jeng Roro dulu🤭. Ngajak bareng anak-anak itu gampang Jeng. Nanti saya carikan waktu yang tepat. Gimana Jeng…😏?

(.....)

"Baik Jeng, sy tunggu ya...makasih Jeng...☺️."

Tut…!

Senyum terkembang di wajah cantik itu sesaat setelah sambungan teleponnya berakhir.

"Jeng Roro….ehmmm, aku ingin tahu langsung dari dirinya. Apakah yang dikhawatirkan anak-anak itu memang benar adanya atau tidak. Aku...aku berharap mudah-mudahan Noor tidak bertingkah yang tidak-tidak.
"...tapi kalu iya...entah apakah aku bisa menahan diriku nanti…"lirih suara Siti Sundari sesaat kemudian senyumnya pupus sambil memandang ke samping jendela mobilnya.

Seraut wajah cantik adik iparnya terlintas di pelupuk matanya. Peristiwa sore itu di apartemen Saloka milik Noor pun terbayang kembali.

("Ndak cuma itu. Aku bakal ngalangi niatmu untuk mendekati Nyoto. Meski aku tak mungkin memberi tahu Jeng Roro soal ini…
"Perlu kau tahu Noor...aku sebenarnya kasihan padamu. Akupun ingin melihatmu bahagia. Tapi dengan kondisi seperti ini...aku terpaksa berubah.
"Kuberi waktu dirimu untuk meminta maaf kepada Pak Nyoto dan istrinya paling lambat Minggu depan.
"Jika lewat dari waktu itu kau tidak berubah dan malah lebih nekad….berarti kau sudah tidak menganggapku lagi sebagai kakakmu…
"...camkan itu Noor….)


Siti Sundari menarik nafasnya begitu dalam lalu menghembuskan kembali dengan panjang berusaha menghilangkan kegundahan yang tiba-tiba menggelayuti hatinya.

Entah mengapa sepulangnya dari negeri Elizabeth dan menginjakan kaki di bumi pertiwi ini perasaannya menjadi tidak menentu.
Nalurinya sebagai wanita yang telah mengenyam asam garam kehidupan seakan mampu merasakan firasat tidak enak yang akan menyambangi dirinya.
Apa, kapan, mengapa dan bagaimana...ia sendiri tak bisa menjawabnya.

"Suamiku sudah kembali ke Paseban belum Pak Dalu..?"tanyanya kemudian kepada sopir pribadinya.

Dalu mendehem pelan sebelum menjawabnya.
"Belum Bu.."balasnya singkat sambil menunduk sebentar.

Mendengarnya Siti Sundari lantas menyenderkan punggungnya ke belakang. Entah mengapa dalam hatinya ia lebih suka suaminya jangan pulang dulu ketika Jeng Roro bertamu nanti ke rumahnya.
Anehnya perasaan ini muncul begitu saja di benaknya.

"Heh…"dengus lirih Siti Sundari sambil melepas kacamatanya.

Pandang matanya kembali menerawang jauh dari balik jendela melihat alam persawahan yang menghijau terhampar luas di kejauhan silih berganti melewatinya.

Suasana kabin BMW seri 740 Li Pure Excellent Edition yang dikendarai Siti Sundari sebenarnya sudah dibekali banyak sekali fitur kecanggihan sekaligus kenyamanan super elit bahkan di jajaran BMW sendiri.



Kabin New BMW seri 740 Li Pure Excellence .

Suasana mewah atap kaca Sky Lounge Panorama yang unik menyambut pertama kali. Atap ini dilengkapi modul-modul LED yang terpasang pada samping dan terpendar rata pada permukaan kaca. Cahaya tersebut menghadirkan efek menakjubkan seperti langit bercahaya bintang.



Fitur massage BMW 740 Li via tablet.

Selain itu kursi belakang BMW seri 7 inipun sudah dilengkapi fitur kenyamanan nomor satu diantaranya yaitu fitur massage alias pijat.
Fungsi pemijat pada jok sudah dilengkapi dengan banyak pengaturan. Mulai dari bagian leher, punggung bawah, atau total exercise.


Sistem hiburan di mobil ini juga telah didukung amplifier 10-channel aktif dengan output 1.400 watt serta 16 pengeras suara. Ada sistem khusus yang menjamin kinerja akustik sama rata di semua kursi.

Namun siang itu sepertinya ia tak tertarik untuk menikmati semua fitur itu. Pikirannya masih saja terasa tak jenak mengembara kesana kemari.
Ia lantas berusaha menenangkan perasaannya dengan mengambil sebuah botol air mineral dan meminumnya beberapa teguk.

Dari kejauhan mobil bermesin V6 dengan kapasitas 3000 CC dilengkapi turbo kembar yang mampu meletupkan tenaga sampai 325 daya kuda ini melaju cepat tanpa rintangan berarti menuju Banyumili kurang lebih sekitar setengah jam lagi perjalanan.

======


Judul : Tak Ingin Sendiri arranged by Pance Pondaag, song by Dian Piesesha - Rilis 1984
…….
🎶🎵...Malam ini tak ingin aku sendiri
Kucari damai bersama bayanganmu
Hangat pelukan yang masih kurasa
Kau kasih kau sayang..🎶🎵🎶


Senyum Roro Inten seketika terkembang manis usai bait terakhir lagu Tak Ingin Sendiri yang pernah dipopulerkan oleh artis lawas Dian Piesesha keluar dari bibir indahnya.

Plok...plok...plok...plok…

"Luar biasa….wonderful...amazing….!" Seru wanita di sebelahnya seiring lagu itu selesai dilantunkan begitu apik dan merdu oleh Roro Inten. Spontan ia bertepuk tangan sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Senyum juga seolah tak henti-hentinya tersungging di bibir merah itu.
Raut kagum terlihat jelas dari sepasang mata yang mulai terlihat berkerut karena usia itu.

Roro Inten memutar badan membelakangi home mini theatre berikut layar TV raksasa berukuran 60' itu lalu menghadap Siti Sundari. Roropun memegang roknya lalu menekuk lutut dengan sebelah tumit kakinya digeser ke belakang seraya sedikit membungkuk memberi hormat ala Cinderella ke arah Sundari.
Sundari kontan tertawa lepas melihatnya. Saking tak kuasa menahan tawa air mata tampak keluar dari kedua pipi Sundari melihat tingkah Roro Inten.

Siti Sundari lalu memeluk Roro Inten dengan penuh kasih dan haru.
Roro yang tak mengira terlihat agak terkejut ketika Sundari melakukan itu namun akhirnya membiarkan dia melakukannya.

Sesaat kemudian Sundari melepaskan pelukannya. Dipandangnya sosok jelita di hadapannya ini penuh rasa sayang.

"Andaikan saja aku memiliki adik seperti engkau Jeng alangkah bahagianya diriku.." tutur Sundari tak kuasa menahan diri. Roro hanya tersenyum mendengarnya.

"Jadi Bu Siti tidak punya saudara kandung lain…?"tanya Roro kemudian.
Sundari hanya menggeleng pelan.

"Aku anak tunggal Jeng.
"...Oya, jangan panggil Bu Siti lagi ya Jeng.
"Kita sekarang sudah seperti saudara. Seperti halnya Indah dan Mawar, aku ingin Jeng Roro memanggilku dengan sebutan yang lebih akrab...dirimu ora kabotan tho Jeng..?" Pinta Sundari memandang lembut Roro Inten penuh harap.
(Dirimu tidak keberatan.red)

Roro tersenyum sambil menganggukkan kepala.

"Panggilah aku...Mbakyu, Jeng.
"...aku lebih suka kau panggil seperti itu. Karena sebenarnya sejak aku mengangkat kedua putrimu sebagai anak asuhku, aku sudah menganggapmu sebagai adikku sendiri…"ujar Sundari sambil memegang kedua pundak Roro Inten kemudian mendekapnya erat ke pelukannya.

Roro Inten yang juga seorang anak tunggal bisa merasakan hal yang sama dengan Siti Sundari.

Sesaat keduanya hanyut dalam rasa haru yang begitu dalam.

"Puji syukurku kehadirat Gusti Allah Kang Moho Mirah lan Moho Welas. Kedua kalinya Dia memberiku karunia yang luar biasa.
"Setelah yang pertama...memberikan kedua putrimu menjadi anak asuhku. "...kali ini, aku juga memiliki adik. Sungguh bungah atiku tak terkira Jeng…"tutur Sundari lirih dengan mata berbinar dan berkaca-kaca.
(Gembira.red)

Roro Inten hanya terdiam sejenak sembari tersenyum haru seolah membiarkan Sundari menumpahkan perasaannya.

"Nah, sebagai kakakmu aku ingin tak ada lagi yang kau rahasiakan padaku Jeng. Ceritakanlah semua padaku. Tak usah sungkan tak perlu ragu.
"Aku, mbakyumu siap menampung keluh kesahmu Jeng.."kata Sundari dengan mantap dan percaya diri.

Mendengarnya Roro tersenyum lalu dengan sedikit tersipu ia mulai mengutarakan isi hatinya.

Satu demi satu...untai demi untaian kalimat mengalir dari bibir Roro. Raut mukanya beberapa kali nampak berubah seakan tak jenak.
Hal ini betul-betul diperhatikan oleh Siti Sundari.

Hingga akhirnya….

"... mbakyu, tolong jangan beritahukan ini kepada Mbakyu Noor. Ini...ini hanyalah dugaanku semata. Aku bukannya menuduh yang tidak-tidak kepada dirinya. Karena bagaimanapun dia juga adalah adikmu dan sudah kuanggap keluargaku pula.
"Seperti permintaanmu...aku terbuka semuanya apa adanya Mbakyu.."
"...aku sebenarnya tak enak hati mengatakan ini semuanya...sungguh Mbakyu.."ucap Roro Inten lirih sambil menghiba.
Raut mukanya yang jelita nampak sendu. Matanya sedikit berkaca-kaca memendam gejolak perasaannya yang berkecamuk aneka warna.

Siti Sundari nampak terdiam beberapa lama kemudian hembus dengus nafasnya terdengar panjang dan berat.

"Aku mengerti Jeng. Memang terlihat pelik kalu kita hanya melihat dari satu pihak saja. Semuanya perlu ditanyakan pula kepada suamimu. Apakah status follower dia di Instagram Noor sebatas following biasa atau ada maksud yang lain…"
"...soal celana itu. Ehmmm...memang riskan kalu kita hanya menduga. Takutnya meluber kemana-mana hingga timbul prasangka yang tidak semestinya. Sekali lagi perlu klarifikasi dari suamimu, Jeng.
"...sudah seyogyanya kau tanyakan terus terang kepada Dik Nyoto, Jeng. Tanyakan kepadanya dengan gamblang dan santun…
"..aku yang sudah hidup puluhan tahun ini bisa menilai orang dari bahasa tubuh dan cara dia berbicara Jeng. Dan kesanku kepada suamimu...aku melihat karakter Dik Nyoto adalah sosok yang sportif dan berjiwa ksatria.
"Aku yakin pada penilaianku Jeng. Jika kau masih kurang mantap katakan saja kalu ini semua adalah saran dariku…"kata Sundari dengan lembut namun menyakinkan.

Roro Inten memandang perempuan setengah baya yang kini sudah menjadi "kakaknya" itu penuh kasih. Mendengar kata-katanya yang lembut namun mantap menenangkan kian meneguhkan hatinya.

"Kapan kira-kira suamimu pulang Jeng…?" Kata Sundari sambil kembali meraih mic di atas meja.

"Entahlah Mbakyu. Sudah hampir dua hari ini Mas Nyoto sulit dihubungi. Karyawan kantor juga bingung perihal Mas Nyoto. Harusnya sore ini Mas Nyoto sudah kembali dari luar kota.."jawab Roro Inten.

"Ehmm...begitu ya. Bisa jadi hapenya trouble atau ada sesuatu yang lain Jeng. Jadi rada terlambat.
"Lagipula suamimu khan sudah biasa luar kota-an seperti ini. Mungkin tak terlalu penting baginya menghubungi tiap waktu…"tutur Sundari terlihat tenang meski sebenarnya mulai khawatir juga.

"Mudah-mudahan begitu Mbakyu…"kata Roro Inten berusaha tenang meski sama halnya dengan perasaan Sundari. Roro Inten memilih diam.

Keduanya sesaat terdiam seolah tenggelam dalam hanyut pikiran masing-masing sebelum suara Sundari terdengar memecah keheningan.

"Ah…ayo Jeng sing song lagi bareng beberapa lagu. Kali ini duet bareng ya Jeng.."ajak Sundari sambil tersenyum lebar.

Roro Inten pun kontan balas tersenyum sumringah.

"Ayolah Mbakyu….siapa takut...hahaha..."ucap Roro riang.

Keduanya kemudian larut dalam suasana gembira dan sejenak seperti melupakan apa yang baru saja mereka bincangkan.

Suara Sundari yang ternyata cukup merdu saling menimpali dengan suara bening mendayu Roro Inten melantunkan lagu lawas lain dari Meriam Bellina, walau hati menangis.

Saat giliran Roro Inten bernyanyi tanpa disadari oleh Roro, Sundari termenung sejenak di sofa kursinya sambil memandang lekat Roro Inten.

"...Noor, aku harap kau tidak berada dibalik semua ini...hehh…"batin Sundari dengan dadanya tiba-tiba berdegup keras.

Sekelumit senyum terukir manis di bibirnya manakala Roro Inten kembali menoleh lalu mengajaknya berdiri bernyanyi bersama.


Judul : Walau Hati Menangis arranged by Pance Pondaag, song by Meriam Bellina - Rilis 1984

=======

Di waktu yang hampir bersamaan nampak seorang wanita tengah berjalan pelan memasuki sebuah lorong gua dengan sedikit tertatih. Sosok rampingnya terlihat begitu hati-hati saat melangkahkan kakinya menyusuri lantai gua yang tak rata itu.

Sesaat berjalan ia menghentikan langkahnya dan sejenak memejamkan matanya.
Telinga kanannya tiba-tiba seperti berdengung.
Ia tahu ada seseorang di luar sana yang membicarakan dirinya. Sejenak bibirnya seperti berkomat-kamit.

"...semoga Gusti memberi kebaikan kepada mereka yang menyebut namaku…"ucapnya lirih.

Setelah berkata-kata ia kembali melanjutkan langkahnya memasuki gua tersebut kian dalam sambil menahan perasaannya yang berbunga-bunga dan berdebar tak menentu.

Sekian menit berjalan sampailah dia ke dasar goa yang relatif dalam.

Cuaca alam yang kian merambat petang menambah remang suasana gelap di dalam gua dengan hanya berterangkan beberapa lampu minyak sentir sederhana.

Tepat di depannya seorang lelaki tengah duduk seperti bersila sedikit menyamping membelakanginya.

Punggungnya yang tak berbaju dengan hanya mengenakan sehelai cawet memperlihatkan jelas lekuk tubuhnya dengan bahu yang bidang dan kekar berisi. Pinggangnya yang singset menampakkan perut yang kencang dan rata berlekuk.
Sungguh bukan sosok pria kampungan.

Cukup lama si wanita berdiam. Bibir merah dan indah itu seperti hendak mengucapkan sesuatu namun sebuah geraman halus dari sosok pria yang ada dibalik jeruji besi itu sontak menahannya.

"....Noor Anggraeni….kau sudah datang…?"ucap si pria dengan tenang. Suaranya terdengar berat, dalam dan berwibawa.

Si wanita yang ternyata Noor Anggraeni hanya terdiam lalu melangkah maju mendekati.

"Betul Kangmas Nyoto. Aku sudah datang sesuai permintaanmu…"kata Noor.
"...aku...aku senang sekali ternyata kau masih merindukanku Kangmas.." tambah Noor lembut seraya memegang besi jeruji itu.

Si pria yang adalah Nyoto adanya tak menanggapi hanya terlihat badan tegapnya yang berisi bergerak pelan naik turun.
Sepertinya dia tengah mengatur sirkulasi tubuhnya yang nampaknya belum pulih 💯%.

Noor hanya tersenyum melihat Nyoto diam seolah tak memperdulikan kata-katanya barusan.

"Kau orang yang sangat terlatih dalam olah kanuragan Kangmas. Jika orang biasa yang terkena perangkap Ki Ageng, sudah sejak kemaren dia mampus atau sekurang-kurangnya lumpuh total selamanya. Aku salut padamu Kangmas…"ucap Noor lagi masih berharap si pria menanggapinya.

Nyoto membuka matanya lalu berputar badan menghadap adik Suryo Adipati itu.

Sepasang mata itu terlihat jernih waspada. Wajahnya yang tampan bersemu kemerahan. Dadanya bergerak naik turun dengan teratur. Kulitnya terlihat bersih bersinar.
Ini semua mencerminkan kondisi fisiknya yang mendekati sempurna. Sungguh Nyoto telah mencapai tataran samadi yang mengagumkan.

Noor Anggraeni yang melihat Nyoto hanya tersenyum-senyum sendiri. Matanya tak berkedip memandang sosok pria yang sangat digilainya ini.
Sungguh sosok pria yang jantan, macho dan begitu gagah.

Matanya yang bening dan berbulu lentik sekilas memandang ke bawah pangkal paha Nyoto.

Hatinya sontak berdegup kencang. Sesuatu yang membonggol besar nampak terlihat di situ.
Bukan hal yang aneh tentunya bahkan suatu kewajaran bilamana aliran darah di tubuh lancar dan sempurna maka salah satu penandanya aliran darah di batang kemaluanpun ikut terangkat.

"Aku tidak punya banyak waktu lagi Noor. Seperti kesepakatan kita, aku….bersedia memenuhi permintaanmu.."kata Nyoto terdengar datar dan dingin.

Noor tak segera menjawab.

"Jangan terburu-buru Kangmas. Aku tahu kakakku sudah datang menemuimu. Sepertinya memang kau sudah tak punya pilihan lain Kangmas.."ucap Noor kemudian sambil mendesah lirih.

Desahan lirih yang terdengar oleh telinga peka Nyoto memancing emosinya.

"Noor Anggraeni…!
"Kau tidak perlu meledekku dan membuang-buang waktuku…"
"Sekarang atau tidak sama sekali…"kata Nyoto mulai terdengar keras.

"Auuuw….hihihi...kaget aku Kangmas…"
"Kau tak perlu mengancam begitu. Aku tahu apa yang harus kulakukan…"jawab Noor setengah menggoda.

Keduanya saling berpandangan dalam remang cahaya sentir yang menciptakan bayang-bayang keduanya terpatri di dinding gua.

"Kangmas...aku tahu kesetiaanmu kepada istrimu tak tergantikan. Aku tahu tak ada wanita lain yang bisa menggantikannya di hatimu.
"Bagimu Roro Inten adalah segalanya. Aku menyadarinya Kangmas. Oleh karena itu aku sadar akan diriku sendiri.
"Aku tak ingin menikahi pria yang tidak mencintaiku Kangmas. Aku tidak mau pria tersebut menikahiku dengan terpaksa. Lalu apa bedanya dengan pria-pria lainnya.
"Oleh sebab itu aku berniat merubah kesepakatan kita Kangmas.."kata Noor dengan lembut.

Mendengar kata-kata Noor membuat Nyoto tak sabar. Perlahan ia berdiri mendekat ke arah Noor. Namun tali besi yang mengikat pergelangan tangannya membuatnya tak bisa lebih dekat.

"Apa maumu sebenarnya Noor Anggraeni…?
"Tak puaskah kau mempermainkanku yang terbelenggu lemah seperti ini…"
"Aku tak berharap orang sepertimu bisa berlaku adil...karena bagaimanapun kau tetaplah adik Suryo Adipati. Kasihan sekali..."kata Nyoto seolah menantang Noor.

Mendengar perkataan Nyoto bukannya membuat Noor marah malah tertawa renyah.

"Hahaha...Kangmas iki jan lucu tenan.
"Kalu aku berniat keji sudah dari dulu aku melakukannya Kangmas. Tak perlu harus menunggu seperti ini.
"Harusnya kau boleh bernafas lega Kangmas karena kau tak harus menikah denganku.
"Pria sering di sebut plin-plan dalam menjalin hubungan dengan wanitanya karena pria cenderung tidak suka terikat dengan sebuah komitmen…
"...aku sangat menyadari hal itu Kangmas. Meski aku tidak sampai bersekolah tinggi seperti dirimu..aku juga bukan orang bodoh.."kata Noor mendadak sedikit keras dan serius.

Raut mukanya yang sedari tadi dihiasi senyum dan tawa sekelebat terlihat mengeras angkuh dan keras.
Nyoto nampak sedikit kaget karenanya.

Sesaat keduanya terdiam dalam hening.

"Aku perkirakan waktumu hanya sampai besok atau minimal lusa Kangmas..
"Kau tahu...tujuan kakakku sebenarnya adalah istrimu...Roro Inten..!
"Dan ibarat seorang ratu yang berdiam di kastilnya tanpa sang raja...maka mudah bagi musuh jika berniat merebut sang ratu dan menguasai tahtanya…
"Itu artinya...Roro Inten dalam bahaya besar. Itulah maksudku Kangmas…"ucap Noor kemudian.

Suara Noor barusan terdengar lirih dan lembut namun bagi Nyoto bagai halilintar di siang bolong.

Sekejap air mukanya berubah. Bulir keringat dingin nampak mulai terlihat di sudut keningnya.
Setenang dan sekuat apapun seorang Sunyoto Pujo Satmoko mendengar ucapan tersebut membuat jantungnya sontak berdegup kencang.

Dadanya berdebar keras.

Ia tahu perkataan Noor Anggraeni benar adanya. Ia tak punya pilihan lain. Waktu terus berjalan. Ia sendiri tak tahu bagaimana keadaan istri dan anak-anaknya saat ini.

Nyoto seperti hening cipta lalu kemudian seuntai kalimat keluar dari mulutnya.

"Katakanlah apa maumu ?...katakan cepat…!" kata Nyoto setengah menghardik.

Noor tersenyum sambil memandang sekujur tubuh tegap dan kekar Nyoto dari kepala sampai ujung kaki.

Posisinya saat hanya berjarak kira-kira 3 meter dari sosok macho itu.

"Syaratku simple alias ora neko-neko Kangmas.
"Aku...aku ingin bercinta denganmu Kangmas. Aku ingin bersetubuh denganmu malam ini…"jawab Noor tanpa tedeng aling-aling.

Degh..!

Nyoto terhenyak tak menduga syarat itu yang diminta Noor darinya.
Nyoto sesaat tak bereaksi hanya memandang Noor dengan tajam seolah berharap perempuan itu hanya bercanda semata.

"Aku tidak bermain-main Kangmas. Aku tidak sedang bergurau.
"Syaratku hanya satu itu...titik."kata Noor sambil melempar senyum.

Lagi-lagi Nyoto diam tak lekas menjawab. Sungguh sebuah syarat yang sepintas terdengar tak memberatkan bahkan kedengarannya sangat enak dan hampir dipastikan semua pria normal di seantero jagat fana ini jika ada di posisi Nyoto akan langsung mengiyakan tanpa pikir panjang.
Apalagi tawaran ini keluar dari sosok perempuan muda secantik dan semolek Noor Anggraeni.
Mungkin hanya pria idiot saja yang tega sampai hati menolaknya.

Namun tidak demikian halnya dengan pria normal satu ini. Sekali lagi, Nyoto bukanlah pria kebanyakan. Dia sangatlah berbeda.

Sifat dan karakter dasar dirinya yang menjunjung tinggi komitmen serta nilai-nilai mulia sebuah perkawinan dan keutuhan keluarga begitu kuat mengakar di sanubarinya.

Sikap ksatria serta akal budi pekertinya yang halus dan luhur seakan membuatnya berada di persimpangan nurani.

Bercinta dengan wanita lain yang bukan istrinya namun dengan tujuan menyelamatkan keluarganya.
Mungkin terdengar seperti sebuah satire, dagelan atau sebuah lelucon. Tapi sesungguhnya tidak…!

Ini menyangkut hidup dan mati seseorang. Bukan hanya istrinya melainkan pula anak-anaknya. Dan mereka semua itu adalah orang-orang paling dekat di sisinya yang sangat ia sayangi.
Seperti janji yang telah diikrarkan di dalam lubuk hati dan jiwanya. Nyoto harus segera mengambil langkah cepat, taktis dan rasional.

Setelah merenung sejenak Nyoto yang semula menunduk kemudian mengangkat wajahnya lalu memandang Noor Anggraeni dengan tatapan tajam penuh keyakinan.

"Aku bersedia memenuhi permintaanmu…"ucap Nyoto dengan mantap.

Noor tersenyum lalu balik menggoda Nyoto seraya memegang dagu lancipnya dengan gaya centil.

"Aku tak mendengarnya Kangmas...katakan sekali lagi Kangmas... hihihi…"sahut Noor.

Nyoto terlihat seperti meradang. Ia sadar perempuan ini sedang mempermainkannya.

"Aku...bersedia bercinta denganmu Noor Anggraeni…"kata Nyoto lagi.

"...yang keras Kangmas...aku kurang jelas mendengarnya…"pancing Noor dengan lagak yang lucu menggoda.

"AKU SUNYOTO PUJO SATMOKO..!!...
"...SIAP BERSENGGAMA DENGAN WANITA BERNAMA NOOR ANGGRAENI DEMI MENYELAMATKAN ISTRIKU DAN ANAK-ANAKKU
…!!"pekik Nyoto dengan keras membahana sembari menahan sesak dalam dada.

Noor Anggraeni lantas tertawa lepas dan renyah. Tawa yang sebenarnya terdengar begitu merdu namun bagi Nyoto suara tawa itu bahkan lebih njelehi dari tawa seorang Mak Lampir sekalipun.
(Nggilani.red)


"Aku sangat senang mendengarnya Kangmas. Tapi aku masih kurang yakin padamu Kangmas."
"Aku...ingin kau bersumpah dengan asmo Gusti Kang Agung dan leluhurmu bahwa kau takkan melarikan diri sebelum melakukannya serta patuh padaku selama menjalaninya…"pinta Noor sambil memandang lekat pria di hadapannya ini.

"Noor Anggraeni...kaauuu…."kata Nyoto sambil mendesis menahan gejolak perasaannya. Ia benar-benar dipermainkan bak kapal otok-otok di atas baskom berisi air.



Mainan Kapal Otok - Otok Tempo Dulu.

Dengan perasaan dongkol yang memuncak, Nyoto pun terpaksa dengan berat hati mengulangi.

Begitu usai Nyoto mengucapkan sumpahnya. Noor Anggraeni meraih sebuah anak kunci dari saku roknya.

Klek…!

Perlahan tapi pasti pintu jeruji besi pun terbuka. Noor pun bergegas masuk perlahan kian mendekati sosok pria yang kini hanya berjarak sejengkal darinya.

Keduanya berdiri saling berhadapan muka. Tubuh Nyoto yang setinggi 180 cm dan bobot sekitar 95 kg terlihat jangkung dan begitu kekar dibanding tubuh ramping Noor Anggraeni yang setinggi 162 cm dan berat 55 kg.

Noor Anggraeni mendongak menatap mata sosok macho di depannya ini.
Sungguh tak disangka-sangka olehnya malam ini pria yang telah mencairkan kebekuan hatinya selama lebih dari 20 tahun berlalu ini akan menjadi miliknya seutuhnya tanpa syarat.

Mata yang bening itu menatap berbinar sepasang mata tajam Nyoto yang tak berkesip memandang dirinya.
Dirabanya lembut sepasang lengan kekar Nyoto yang kokoh berisi. Jari jemari yang lembut serta putih mulus dengan kuku-kuku lentik indah membelainya penuh perasaan.

Nyoto masih tak bergeming atau lebih tepatnya berusaha mengacuhkan serangan pemanasan dari si wanita.

Sungguh dalam lubuk hatinya Nyoto harus mengakui sosok wanita ini memiliki kecantikan dan daya tarik seksual luar biasa.
Bagi Nyoto yang terbiasa tergembleng batinnya ini tentu sangat mengejutkan lebih-lebih bagi para pria pada umumnya.
Hampir...hampir mendekati sosok istrinya tercinta, Roro Inten.

Ah...Roro Inten !
Bayangan raut jelitanya seketika terekspose sesaat si wanita ini mencoba merangsangnya.
Spontan Nyoto menahan lengan Noor Anggraeni yang masih saja meraba-raba lembut area lengannya.

Noor Anggraeni yang mengetahuinya langsung tersenyum sembari menggelengkan kepala.

"E..eemm…!" Katanya lirih dengan tersenyum manja.
Nyoto yang telah berjanji seketika melepaskan tangannya.

Harum wangi feromon dari tubuh ramping yang hanya terbalut gaun tipis itu begitu merangsang indera penciumannya. Merasuki sel saraf sensoris khusus di dalam hidungnya yang disebut sel olfaktori.
Sel saraf pada hidung ini terus meneruskan sinyal rangsangan bau ke otaknya yang kemudian diintepretasikan sebagai stimulus seksual yang ajaibnya makin lama makin kuat mencengkram nalar jernihnya.

Noor Anggraeni masih asyik meraba kedua lengan kekar Nyoto. Dibelainya lembut sembari kini ke sepuluh jarinya meraba area dada dan bahu Nyoto yang bidang dan kokoh.

"Sungguh Kangmas begitu jantan. Begitu macho. Aku bisa membayangkan bagaimana rasanya bila kau memondongku dengan lengan kokohmu ini.
"Maukan Kangmas memondongku ke sana…"pinta Noor Anggraeni dengan manja sambil menunjuk ke sebuah altar batu di sudut ruangan.

Nyoto hanya mendengus pelan sebelum kedua tangannya mengangkat tubuh ramping itu lalu memondongnya menuju altar.

Noor Anggraeni masih menggelayut manja di leher kekar Nyoto sambil tak puas-puasnya menikmati kegagahan pria pujaannya ini.

Sesampainya di altar dengan sedikit kasar Nyoto langsung menaruh tubuh Noor begitu saja yang kontan diikuti pekik Noor.

"Aauuwww, Kangmas...!!
"...sakit dooong. Pelan dikit napa…"ucap Noor dengan manja.

Tingkah Noor yang terlihat seperti kekanak-kanakan ini membuat Nyoto mulai sebal tapi sekaligus terangsang di saat yang bersamaan !

Pola tingkah Noor Anggraeni yang genit luwes menggoda dengan kecantikan paras dan tubuh molek bak ABG dari balik gaun itu membuat Nyoto seperti melihat kedua putrinya.



Pemandangan ini sontak membuat jantungnya mendadak berdegup keras. Ia bagaikan melihat gadis remaja SMA tergolek pasrah dengan segala kemolekan serta kemudaannya.

Nyoto tak sadar pengaruh darah haid Noor yang telah dimasukkan oleh Noor waktu itu ditambah aroma sukmaning Dewi ikut mempengaruhinya.

Geliat manja Noor Anggraeni ditambah senyuman manisnya serta erangan lirihnya perlahan tapi pasti mulai memasuki pembuluh darah di sekujur tubuh tegap Nyoto termasuk di kemaluannya.

Nyoto yang masih berusaha "bertahan" mencoba memejamkan matanya. Tapi sepertinya hal ini pun terlambat. Kemaluannya telah mengacung sedikit demi sedikit dari balik cawetnya.
Mendesak ke titik maksimal dari si cawet yang terlihat berusaha menahan kebesaran dan kekokohan lengan kemaluan Nyoto yang istimewa.
Dan benar saja si cawet akhirnya menyerah.

Dibarengi erangan lirih Nyoto dan kedua mata indah Noor membelalak lengan kemaluan Nyoto muncul mendesak dari tepi atas celana dalamnya.
Ujung penisnya mencuat keras hingga seleher. Membonggol besar bagai topi baja tentara. Begitu gagah mempesona.

"Ahh…!
Noor Anggraeni yang melihatnya kontan memekik dengan mata bulatnya membesar.
Ia begitu mengagumi benda kebanggaan kaum Adam itu dan berharap bisa melihatnya dengan utuh.

SREEET !

Tanpa aba-aba tanpa permisi Noor Anggraeni langsung saja melorotkan celana dalam Nyoto ke bawah dan ...Tuuiing…!

Batang kemaluan Nyoto pun langsung terekspose tanpa sensor.
Begitu panjang...begitu besar...begitu kekar dengan otot pembuluh darah jelas mengelilingi benda pejal yang kini mengacung kaku mengangguk-angguk.
Saking kerasnya batang itu sampai nyaris menyentuh pusarnya.

"Auuuw…!!!!
"Kangmass….ini...inikaaah...Kontoolmuu..!!!
"Nga..ngacenggg bangeett…!!!
"Seru kagum keluar begitu saja dari bibir tipis Noor Anggraeni.

Ia lalu bergegas mengambil penggaris gulung yang memang telah dibawanya untuk mengukur kemaluan pria itu. Ia memang penasaran dibuatnya sejak dulu.

"..del..delapan belas senti panjangnya...diameternya...tu..tujuuhh senti…!...aaahh..! Kangmasss...besar sekaliih…!!! Kata Noor lirih dengan gaya lucu sambil menutup mulutnya.

Nyoto yang tak sadar masih diam mematung sambil memejamkan mata. Ia berharap perempuan ini cepat melangsungkan aksinya sehingga ia bisa segera menyelamatkan keluarganya.

Noor memandang kekokohan batang penis Nyoto dengan sorot kagum.

"Ohh..sungguh indah kontolmu Kangmas. "Begitu luar biasa hasil kreasi dari Sang Maha Pencipta ini…
""Kangmasss...akuuu...akuuu…"
ucap Noor dengan tangan bergetar membelai lembut batang pejal itu yang masih mengangguk-angguk. Begitu keras begitu kaku.

Lalu tiba-tiba….

Sruuupp...srruuuppp…!!!!
"ehmmm...ehmmm...mmmm...ehmmm...emmm…."

"Akhh…!!

sruupp...srruuuppp…!!!! "Ehhmmm...ehmmmm...ehmmmm…"


Noor Anggraeni langsung mengulum penis kekar Nyoto yang mengacung gagah.
Nyoto yang tak menduga serangan bawah tanah itu sontak mengeluh pendek namun cepat menguasai diri dan berusaha keras tak terpengaruh olehnya.

Srruuuppp…. srruuuppp…!!!

Noor terus mengulum batang penis Nyoto yang kali ini divariasikan dengan gerakan menghisap-hisap maju mundur. Luar biasa serangan ini.

Pipi ranum Noor Anggraeni sampai kempot saat melakukan mengenyot batang penis Nyoto.

Namun saking besarnya penis Nyoto hanya mampu terkulum sampai seleher penisnya saja. Tapi ini pun sudah lebih dari cukup karena bagian paling sensitif penis ada di area ini

Noor masih saja mengulum penis Nyoto sambil dibantu jemarinya lentiknya meremas lembut kantung telornya
Oh, betapa nikmatnya rangsangan yang diberikan oleh si cantik nan molek menggairahkan ini.

Namun Nyoto lagi-lagi berusaha tak merasakannya. Hanya terlihat wajah tampannya mendongak dengan kedua mata terpejam erat-erat serta bibir mengatup gemeretak seolah tengah menahan sepenuh daya.

Gairah Nyoto yang mulai terpancing ternyata tak sebanding dengan birahi Noor yang justru mulai kelimpungan sendiri.
Ia tak tahan untuk terus kian dalam merangsang si pejantan yang keras kepala ini.
Ia begitu gatal dan terpacu untuk bisa menundukkan pria gagah ini dan takluk pada kebinalannya.

Ada hampir 15 menit Noor memblowJob penis Nyoto yang telah menegak kaku ngaceng maksimal.
Dalam tahap awal ini Noor unggul satu poin.

"Ehmm...Kon..toool. Kontooolmuu... kangmass. Ehmmm...

srruuuppp...sruuupp…!!!

"Kontoolmuu kuduu muncraattt...Kangmas.."
"Bukan Noor Anggraeni namanya kalau tidak bisa membuatmu mejuuh…ehmmm...ehhmmm
…"erang Noor Anggraeni mulai liar tak terkendali.

srruuuppp...srruuuppp

Bibirnya yang tipis dan merah membasah itu terus mengenyot, mengulum, menjilat dan menghisap penuh gairah penuh tenaga.
Sungguh pemandangan yang sangat memukau.

Nyoto yang berdiri tegak perkasa bertelanjang bulat sementara Noor Anggraeni berlutut di bawah kakinya mengemut penisnya yang gagah ngaceng dan masih tersisa banyak. Tak mampu ditelan seluruhnya.

Kepalanya yang bermahkotakan rambut panjang dan lebat keemasan hingga menjela punggungnya nan mulus itu terus bergerak bagai mesin bor maju mundur tanpa henti.
Air liur terlihat menetes dari ujung bibir ranum Noor yang tersumpal batang kontol pejal dan kaku milik Nyoto.

Mata Noor sesekali terpejam lalu melebar sambil memandang ke atas. Nyoto masih terpejam berusaha mengacuhkan rangsangan luar biasa dari Noor Anggraeni.
Hanya terdengar erangan lirih nyaris tak kedengaran keluar dari bibir kasarnya.

Noor yang semakin dongkol bin gemas lantas melakukan variasi serangan yang mengejutkan Nyoto.

Bruuk…!

Didorongnya tubuh kekar Nyoto hingga terlentang di atas altar lalu Noor Anggraeni melepas gaunnya sendiri.
Kini Noor hanya mengenakan sehelai bra dan celana dalam mini menutupi tubuhnya yang molek.

Ditindihnya tubuh kekar Nyoto lalu bagaikan ular betina liar Noor melata merangsang sekujur tubuh bugil Nyoto dengan seluruh tubuhnya.

Bibir, lidah, payudara, kesepuluh jemari tangannya, kaki jenjangnya serta pangkal pahanya digesek-gesekkan ke tubuh kekar dan kasar itu.
Kulit bertemu kulit. Keringat bercampur berpadu menjadi satu menciptakan paduan rasa serta aroma rangsang yang begitu menggugah.
Kali ini bukan hanya pada diri Noor melainkan juga Nyoto..!

Perlahan tapi pasti pertahanan rapat ala catenaccio khas Juventus yang ditunjukkan Nyoto mulai goyah.
Nyoto pun merasakan sendiri. Namun ia bersikukuh sekuat tenaganya.

Setelah menggeliat-geliat sambil terus berusaha merangsang si pejantan akhirnya usaha Noor berbuah manis.

Cairan madzi alias lendir rangsang perlahan tapi pasti muncul dari lubang kencing penis Nyoto.
Cairan lengket berwarna bening itu terus saja mengalir seiring lenguhan Nyoto yang mulai tampak jelas.

Raut muka Noor yang semula putus asa akhirnya berubah seketika.
Semangatnya yang semula mengendur sontak menguat kembali seolah terlecut oleh suatu kekuatan tak kelihatan.

"Ooohhh…"erang Nyoto samar terdengar manakala Noor mulai menyentuh-nyentuhkan pangkal pahanya yang ciut membukit ke batang kemaluan Nyoto.

Digesek-gesekkan batang kekar dan pejal itu ke bukit kemaluannya yang masih terlindungi kain nylon segitiganya.
Bercak basah terlihat jelas kian melebar dari balik kain segitiga itu pertanda gairah Noor pun mendekati puncaknya.

Sreekk...sreeek...sreekkk….

Aahh...aaahhh...kangmass...kangmasss nyotooo...aaahhh...kontol ..Kontooolmuu...kakuu...kerasss bergerinjaallll...aaahhh...ahhh…
"erang lirih Noor Anggraeni masih terus mendesakan pangkal pahanya ke batang kemaluan Nyoto.

Melihat kekukuhan Nyoto membuat Noor semakin beringas. Ia lalu melepas bra-nya sendiri hingga kedua bongkah susunya yang menggantung indah sebesar melon terpampang jelas dan nyata.

Dengan bekal susunya plus putingnya yang telah mengacung kaku maka bertambah keraslah serangan yang dilancarkan Noor.
Serangan atas dan bawah silih berganti membombardir Nyoto yang sebenarnya sudah melemah tapi ia paksakan juga

Diciumnya bibir Nyoto yang terkatup. Dijilatinya sekujur wajah Nyoto dengan lidahnya yang hangat dan basah berusaha membuat si Arjuna lemah dan tak berdaya untuk menolak bercinta.

Menit demi menit berlalu. Usaha Noor masih seperti jalan ditempat sedangkan birahinya sudah mulai mendesak ke ubun-ubun.
Akhirnya Noor berinisiatif menggunakan senjata terakhirnya dan paling mutakhir.

Vagina…!

Yah, betul vagina. Vagina memang didesain sejak awal peradaban mula sebagai penakluk laki-laki.
Sejak jaman manusia prasejarah hingga manusia modern.
Baik itu dari kalangan rakyat jelata sampai dengan para sultan, kaisar dan raja sekalipun.
Semuanya tunduk pada senjata yang satu ini. Dan itulah harapan Noor satu-satunya.

Noor bergegas mencopot celana dalamnya lalu melemparkannya begitu saja.
Ditindihnya tubuh kekar Nyoto lalu Iapun kembali melata seperti tadi tapi kali ini dengan tanpa sehelai benang menutupi tubuh moleknya.

Sungguh indah pemandangan yang tersaji di atas altar itu. Dua sosok tubuh telanjang bulat saling tindih menindih dengan sang wanita berada di atas terlihat begitu aktif dan agresif.

Tubuh telanjang Noor Anggraeni yang indah putih nan molek padat berisi menggesek-gesek tubuh bugil Nyoto yang berkulit sawo matang dan besar kekar berisi penuh otot. Begitu kontras dan menggelorakan segenap jiwa dan rasa.

Nyoto yang menyadari hal itu menjadi kian berdebar keras jantungnya. Serangan bertubi-tubi datang bak machine gun menghujani area tubuhnya yang kian sensitif terutama di area kemaluannya.

Bulir keringat mulai nampak keluar dari hampir sekujur tubuh Nyoto yang masih berusaha bertahan dari serangan birahi. Pun demikian halnya dengan Noor Anggraeni.

Hampir setengah jam berlalu si pejantan masih saja perkasa membuat Noor mangkel setengah mati.

Ia tak percaya lelaki ini sulit ia tundukkan. Noor pun mulai mengambil ancang-ancang untuk serangan puncak dan mematikan.

Serangan ini adalah serangan paling dahsyat dari setiap mahluk berjenis kelamin betina utamanya bagi manusia.
Yah, apa lagi kalu bukan bersetubuh alias bersenggama menyatukan kedua alat vital kemaluan satu sama lain. Bagaikan mur dengan bautnya, lesung dengan alu, keris dengan warangkanya dan sejenisnya.

Noor mendengus keras lalu bangun berdiri dari tubuh telanjang Nyoto.
Ia kemudian mengambil posisi tepat di atas selangkangan dengan penis si pejantan yang masih mengacung kaku menantang birahi Noor Anggraeni.

"Ooohh...Kangmas, kau...kau memang pria lelananging jagat.
"Sikapmu, keteguhan hatimu dan kesetiaanmu...membuatku iri kepada Roro Inten. Aku...tak tega melukaimu perasaan dan ketulusanmu kepada istrimu.
"Biarlah ini akan menjadi yang pertama sekaligus terakhir kali bagiku.

"...maafkan aku Kangmas Nyoto...maafkan aku Rengganiss…" batin Noor Anggraeni sekejap mata sesaat sebelum ia menggerakkan pinggulnya yang molek ke bawah.

Lalu….SLEEEEP..!!!!

"Oooouuhghhh..!!!!

….BLESSSS

"KON..TOOOLLLLL...!!!!!"

"Aaargghh…..!!!!!"


Pekik jerit dan erangan kuat seketika pecah berbarengan dari bibir Noor Anggraeni maupun Nyoto takkala Noor mendorong keras pinggulnya ke bawah. Memasukkan ujung kepala lingga kejantanan Nyoto yang bulat tumpul hingga amblas membelah bibir yoni miliknya yang merekah maksimal begitu cantik penuh dengan lendir cintanya.

Noor terlihat duduk mengangkang seksi dengan batang kejantanan Nyoto telah amblas hingga sebatas leher ke dalam celah liang cintanya yang cantik berjembut.

Sepasang mata Noor Anggraeni membelalak dengan mulut menganga serta tangan menahan perut kokoh Nyoto menahan nikmat luar biasa yang baru kali ini dirasakannya.

Kepala penis Nyoto yang membonggol besar menguak lebar-lebar bibir vaginanya ke tahap yang tak pernah dilakukan pria manapun sebelumnya.

Adapun Nyoto yang sedari tadi terpejam berusaha mengacuhkan rangsangan Noor kali ini dipaksa membuka matanya.

Seperti halnya Noor, Nyoto pun membelalak dengan mulut membuka lebar merasakan ujung kepala penisnya dijepit oleh sesuatu yang luar biasa nikmat. Kenyal dan rapet menjepit, hangat membalur dan basah berulir berdenyut-denyut keras memijat-mijat kepala penisnya.
"AAKHHH..."erang Nyoto tak terelakkan

Kedua belah jemari tangannya yang kekar yang semula pasif sontak bergerak aktif dan langsung mencengkram sepasang buah pantat besar nan molek Noor Anggraeni.

Akankah Noor berhasil dengan usaha terakhirnya ini ? ataukah Nyoto yang mampu terus bertahan akan idealismenya…??
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd