Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RS The Submissive

willtuck

Semprot Baru
Daftar
2 Oct 2016
Post
38
Like diterima
103
Bimabet
Ini first post ane. Maaf kalau ada kekurangan. dan ane mau tanya apa boleh memasukan gambar dari ig(gambar perempuan sebagai ilustrasti tokoh)?


Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.



Petualangan di desa
Part 1

Namaku Revan Satya. Saat ini, aku hanyalah seorang pemuda desa di daerah Jawa Tengah. Usiaku masih 19 tahun, lulusan SMK jurusan Teknik Komputer—sudah lulus sekitar satu setengah tahun lalu. Keluargaku sederhana, Ayah dan Ibuku bekerja di sawah. Dan aku menjadi salah satu pesuruh di kelurahan. Tapi, terkadang aku membantu Pak Lurah mengurus kegiatannya dsb—bisa dibilang, aku asisten beliau.

Pagi ini seperti biasanya aku sudah duduk di kursi kelurahan. Berhadapan dengan laptop(berlabel milik kelurahan) dengan ditemani secangkir kopi hitam. Beberapa staf lain masih belum datang. Namun aku tak benar-benar sendiri, karena sedari tadi ada suara samar tanah yang disapu. Aku penasaran, kepalaku melongok ke jendela, di sana terlihatlah seorang wanita paruh baya yang sedang menyapu. Seperti dugaanku, Ibu Etin sedang melakukan kewajibannya sebagai tukang kebersihan di kantor kelurahan. Mataku tak bisa berhenti memandanginya, badan yang berisi alias semok itu menjadi daya tarik Ibu Etin. Aktifitasku terhenti saat beliau melirik ke arahku. Sambil memberi senyuman, ia menyapa.

“Mas, udah datang toh,” sapanya.

“Iya, bu.” Aku agak canggung menjawab, karena sepertinya ia tahu bahwa aku memandangi dirinya.

Lalu Bu Etin membelakangiku, dan melanjutkan menyapu halaman, posisinya tidak pindah sedikitpun, hanya badannya saja yang agak bergerak. Meski ia mengenakan seragam, tampaknya bagian tubuh yang menonjol itu tidak bisa disembunyikan. Pantat Bu Etin benar-benar membuatku hilang akal. Ia menengok ke arahku lagi disertai dengan senyum khas janda yang kesepian.

Sepertinya rumor itu benar, Ibu Etin sebagai seorang janda, sudah dicap penggoda di kantor ini. Dari wajahnya yang kalem, aku agak terkejut. Tetapi, melihat kejadian ini secara langsung membuatku menyetujui rumor tersebut.

Ibu Etin akhirnya menyudahi pekerjaannya. Ia pergi ke belakang kantor. Aku mengikutinya dari belakang. Sambil berpura-pura ingin kencing, aku bertemu dengannya saat akan masuk ke WC. Kebetulan wc di kantor sangat unik, meski memiliki dua ruangan untuk laki-laki dan perempuan, tapi posisi wcnya sejajar. Dan anehnya, ada celah di langit-langit tembok wc, itu membuatku bisa melihat apa yang ada di ruangan sebelah. Kenapa aku bisa mengetahuinya? Karena Mas Dirman, supir Pak Lurah yang memberitahuku. Dia menyebut dirinya Intiper Pro, beberapa pegawai perempuan di sini sudah berhasil ia intip.

Kesempatan ini tidak bisa disia-siakan, aku memanjat bak mandi, lalu melongok. Aku tersentak saat kudapati Ibu Etin yang menangkap basah diriku.

To be continued ...
 
Terakhir diubah:
Yaahhh.. Tercyduk, RS perlu belajar dgn mas Dirman supirnya pak Lurah nih biar jadi Intiper Pro.
Lanjut om ts.. :semangat:
 
Part 2​


Aku merunduk, waswas sekali rasanya. Napasku terengah-engah antara takut dan napsu yang sudah kepalang tanggung.

“Mas—,” ucap Bu Etin dari ruang sebelah. Hancur sudah masa mudaku. Aku akan dicap tukang intip—pasti malu sekali. Reputasiku yang terkenal sebagai pemuda yang baik akan berakhir hari ini.

“Ndak usah takut, Mas.”

Tiba-tiba pikiranku menjadi plong—lega. Ibu Etin memberi angin segar. Dari ucapannya sudah pasti dia suka diintipin. Aku mencoba mengintipnya kembali.

Luar biasa. Ini kali pertamaku melihat langsung tubuh wanita telanjang. Ibu Etin membelakangiku, ia sedikit menggerakan pinggulnya, aku tahu. Ia sedang memamerkan pantatnya yang bohai.

“Aku cuma ganti baju aja, Mas.”

“Udah belum lihatnya?” tanya Bu Etin.

Ini bukan momen mengintip, lebih tepatnya aku dikerjai oleh Bu Etin. Ia bisa saja menceritakan kejadian ini pada orang-orang. Karena reputasinya yang buruk, hal seperti ini akan dianggap lumrah oleh orang lain.

Aku jadi ingat apa kata Mas Dirman, “Pilah-pilih kalo mau ngintip.” Mungkin ini maksudnya. Aku salah memilih target.

Aku terus-menerus menelan ludah melihat tubuh Bu Etin, warnanya kuning langsat, rambut sebahu yang kini sedang ia kuncir.

“Udah yah, Mas,” ucapnya. Ia pun mengenakan pakaiannya.

Sementara aku langsung keluar dari WC. Terlihat di kantor sudah ada beberapa pegawai yang datang. Beberapa saat kemudian mobil Pak Lurah memasuki halaman kelurahan. Setelah menyapa atasanku, aku langsung kembali ke ruanganku.

Masih sulit untuk melupakan yang baru saja terjadi. Aku jadi tidak bisa konsentrasi untuk melanjutkan pekerjaan. Pak Lurah masuk ke ruangan, diikuti Mas Dirman yang membawakan tasnya. Setelah menaruh tas di meja Pak Lurah, Mas Dirman keluar, seperti biasanya ia pasti nongkrong di warung kopi di sebelah kantor kelurahan.

Ibu Santi mendatangiku, beliau adalah Ketua Ibu PKK di desa kami. Ia menyodorkan rancangan proposal kepadaku. Memang ini salah satu pekerjaanku di sini. Membuat proposal, laporan, dsb.

“Tolong buatin ya Van,” ucapnya.

“Kata-katanya kalo jelek, dibagusin.” Aku mengangguk saja. Pikiranku masih berkelana di dua bola yang menempel di belakang tubuh Bu Etin. Saat aku mencoba menyadarkan diri, aku malah melihat Ibu Santi yang berjalan menjauhiku. Lagi-lagi aku menelan ludah, pikiranku saat ini sedang kotor sekali. Ibu Santi yang berseragam dan berjilbab saja, kini kubayangkan apa yang ada di dalamnya.

Badan Ibu Santi sangat berbeda jauh dengan Bu Etin. Ia cenderung berbadan sporty , karena sering aerobic. Aku sangat penasaran, bagaimana bentuk telanjangnya.

Bejo sekali diriku ini, Ibu Santi terlihat ingin ke kamar mandi. Setelah beberapa saat ia pergi, karena otak yang sudah error, aku pun mengikutinya. Kali ini pasti tidak salah target. Tapi apa yang kudapat nanti? Waduh, hasilnya gak sebanding dengan resiko besar yang menanti. Palingan Ibu Santi mau pipis.

Saat sampai kamar mandi, aku melihat Mas Dirman yang akan masuk ke wc. Ia agak terkejut melihatku.

“Mau ngintip, Mas?” tanyaku.

Mas Dirman memberi isyarat untuk tidak berisik. “Sssst—,” bisiknya.

“Diem, Van. Kamu mau ikut juga?” ia berbisik lagi. Aku menggeleng, lalu Mas Dirman menyuruhku pergi.

“Aku ngantuk Mas, mau cuci muka.”

“Nah, ngintip aja Van, biar seger matanya,” kata Mas Dirman. Aku masih enggan, karena tahu konsekuensinya. Mas Dirman belum tahu kalau aku sudah mengintip. Dan aku tidak akan menceritakan itu kepadanya. Biar Bu Etin dan Aku saja yang tahu.

“Ngeyel kamu,” bisiknya. Bebrapa saat, terdengar pintu wc sebelah terbuka, dan ketika kami menengok keluar, Ibu Santi sudah pergi.

“Aduh, gara-gara kamu ini, Van.” Aku tertawa.

Mas Dirman kembali ke warkop, ia masih kesal karena gagal mengintip.

Hari ini aku harus fokus pada pekerjaan, karena besok mungkin saja Bu Etin bercerita pada orang lain.

Beberapa laporan sudah kukerjakan, tinggal membuat proposal yang diminta Bu Santi. Suasana kantor menjadi sepi saat aku serius mengerjakannya. Ternyata, sudah menunjukan pukul 17.00 WIB. Para pegawai sudah diperbolehkan pulang.

“Van, belum jadi yah?” tanya Bu Santi.

“Iya, Bu.”

“Biasanya kamu cepet ngerjainnya. Ini udah sore masa belum selesai aja,” ucapnya.

“Ya udah bu, ini tak kelarin sampai maghrib, bu Santi pulang saja, nanti saya antar ke rumah.”

“Kalo maghrib kan kantornya di kunci.” Mendengar ucapan Bu Santi, aku baru sadar. Bu Etin pasti datang lagi untuk mengunci ruangan ini.

“Oh iya, ya entar aku bilang ke Bu Etin. Gampang itu, bu.”

“Ya udah, nanti ke rumahnya jangan malem-malem,” ucapa Bu Santi, ia pun pergi.

Aku menyiapkan printer, pekerjaanku hampir selesai. Dari arah jalan, terliaht Bu Etin datang. Perasaan dan pikiranku mulai tak karuan lagi. Apa aku harus berbicara soal tadi pagi? Sepertinya tidak usah. Bu Etin sendiri yang memberi lampu hijau.

“Eh, masih ada orang toh,”kata Bu Etin. Kedatanganya sudah kutunggu.

“Iya, Bu. Ini aku lagi ngeprint. Bentar lagi selesai.”

“Oh, ya udah Mas. Lanjutin aja, aku beberes dulu.” Bu Etin mengumpulkan gelas dan piring kotor. Kesempatan ini aku gunakan unutk memandanginya lagi.

Setelah semuanya terkumpul, ia pergi. Aku pun bergegas menjilid proposal. Setelah beres semua. Aku berjalan ke kamar mandi. Kulihat Bu Etin sedang mencuci piring.

“Bu, aku sudah selesai,” kataku. Tiba-tiba degup jantungku berdebar kencang. Bu Etin bangun dari duduknya. Mengelap tangannya, lalu merogoh kantong.

“Ini Mas,” ucapnya. Menyodorkan kunci kepadaku.

“Tolong kunciin, Mas.”

Ada apa ini? Seharusnya aku hanya laporan kalau kerjaanku selesai, lalu Bu Etin mengunci pintunya. Tapi, ia menyerahkan kunci padaku, berarti aku harus kembali lagi ke sini. Anehnya, aku manut saja apa yang disuruh Bu Etin.

Setelah aku mengunci pintu, lalu kembali lagi ke kamar mandi. Bu Etin sudah tidak ada di sana. Namun, salah satu kamar mandi tertutup.

Apa Bu Etin memintaku unutk mengintipnya lagi?

Kuberani kan diri untuk mendekat ke pintu lalu mengetuknya. “Bu, kuncinya taruh di mana?” Bu Etin tak menjawab. Aku mengetuk pintu lagi. Saat beramaan kudengar suara slop kunci kamar mandi.

“Masuk aja, Mas!”

To be continued ...
 
TO pertama nih, kayaknya RS malah dikasih cuma2 oleh Bu Etin. :pandaketawa:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd