Ini first post ane. Maaf kalau ada kekurangan. dan ane mau tanya apa boleh memasukan gambar dari ig(gambar perempuan sebagai ilustrasti tokoh)?
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Petualangan di desa
Part 1
Namaku Revan Satya. Saat ini, aku hanyalah seorang pemuda desa di daerah Jawa Tengah. Usiaku masih 19 tahun, lulusan SMK jurusan Teknik Komputer—sudah lulus sekitar satu setengah tahun lalu. Keluargaku sederhana, Ayah dan Ibuku bekerja di sawah. Dan aku menjadi salah satu pesuruh di kelurahan. Tapi, terkadang aku membantu Pak Lurah mengurus kegiatannya dsb—bisa dibilang, aku asisten beliau.
Pagi ini seperti biasanya aku sudah duduk di kursi kelurahan. Berhadapan dengan laptop(berlabel milik kelurahan) dengan ditemani secangkir kopi hitam. Beberapa staf lain masih belum datang. Namun aku tak benar-benar sendiri, karena sedari tadi ada suara samar tanah yang disapu. Aku penasaran, kepalaku melongok ke jendela, di sana terlihatlah seorang wanita paruh baya yang sedang menyapu. Seperti dugaanku, Ibu Etin sedang melakukan kewajibannya sebagai tukang kebersihan di kantor kelurahan. Mataku tak bisa berhenti memandanginya, badan yang berisi alias semok itu menjadi daya tarik Ibu Etin. Aktifitasku terhenti saat beliau melirik ke arahku. Sambil memberi senyuman, ia menyapa.
“Mas, udah datang toh,” sapanya.
“Iya, bu.” Aku agak canggung menjawab, karena sepertinya ia tahu bahwa aku memandangi dirinya.
Lalu Bu Etin membelakangiku, dan melanjutkan menyapu halaman, posisinya tidak pindah sedikitpun, hanya badannya saja yang agak bergerak. Meski ia mengenakan seragam, tampaknya bagian tubuh yang menonjol itu tidak bisa disembunyikan. Pantat Bu Etin benar-benar membuatku hilang akal. Ia menengok ke arahku lagi disertai dengan senyum khas janda yang kesepian.
Sepertinya rumor itu benar, Ibu Etin sebagai seorang janda, sudah dicap penggoda di kantor ini. Dari wajahnya yang kalem, aku agak terkejut. Tetapi, melihat kejadian ini secara langsung membuatku menyetujui rumor tersebut.
Ibu Etin akhirnya menyudahi pekerjaannya. Ia pergi ke belakang kantor. Aku mengikutinya dari belakang. Sambil berpura-pura ingin kencing, aku bertemu dengannya saat akan masuk ke WC. Kebetulan wc di kantor sangat unik, meski memiliki dua ruangan untuk laki-laki dan perempuan, tapi posisi wcnya sejajar. Dan anehnya, ada celah di langit-langit tembok wc, itu membuatku bisa melihat apa yang ada di ruangan sebelah. Kenapa aku bisa mengetahuinya? Karena Mas Dirman, supir Pak Lurah yang memberitahuku. Dia menyebut dirinya Intiper Pro, beberapa pegawai perempuan di sini sudah berhasil ia intip.
Kesempatan ini tidak bisa disia-siakan, aku memanjat bak mandi, lalu melongok. Aku tersentak saat kudapati Ibu Etin yang menangkap basah diriku.
To be continued ...
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Petualangan di desa
Part 1
Namaku Revan Satya. Saat ini, aku hanyalah seorang pemuda desa di daerah Jawa Tengah. Usiaku masih 19 tahun, lulusan SMK jurusan Teknik Komputer—sudah lulus sekitar satu setengah tahun lalu. Keluargaku sederhana, Ayah dan Ibuku bekerja di sawah. Dan aku menjadi salah satu pesuruh di kelurahan. Tapi, terkadang aku membantu Pak Lurah mengurus kegiatannya dsb—bisa dibilang, aku asisten beliau.
Pagi ini seperti biasanya aku sudah duduk di kursi kelurahan. Berhadapan dengan laptop(berlabel milik kelurahan) dengan ditemani secangkir kopi hitam. Beberapa staf lain masih belum datang. Namun aku tak benar-benar sendiri, karena sedari tadi ada suara samar tanah yang disapu. Aku penasaran, kepalaku melongok ke jendela, di sana terlihatlah seorang wanita paruh baya yang sedang menyapu. Seperti dugaanku, Ibu Etin sedang melakukan kewajibannya sebagai tukang kebersihan di kantor kelurahan. Mataku tak bisa berhenti memandanginya, badan yang berisi alias semok itu menjadi daya tarik Ibu Etin. Aktifitasku terhenti saat beliau melirik ke arahku. Sambil memberi senyuman, ia menyapa.
“Mas, udah datang toh,” sapanya.
“Iya, bu.” Aku agak canggung menjawab, karena sepertinya ia tahu bahwa aku memandangi dirinya.
Lalu Bu Etin membelakangiku, dan melanjutkan menyapu halaman, posisinya tidak pindah sedikitpun, hanya badannya saja yang agak bergerak. Meski ia mengenakan seragam, tampaknya bagian tubuh yang menonjol itu tidak bisa disembunyikan. Pantat Bu Etin benar-benar membuatku hilang akal. Ia menengok ke arahku lagi disertai dengan senyum khas janda yang kesepian.
Sepertinya rumor itu benar, Ibu Etin sebagai seorang janda, sudah dicap penggoda di kantor ini. Dari wajahnya yang kalem, aku agak terkejut. Tetapi, melihat kejadian ini secara langsung membuatku menyetujui rumor tersebut.
Ibu Etin akhirnya menyudahi pekerjaannya. Ia pergi ke belakang kantor. Aku mengikutinya dari belakang. Sambil berpura-pura ingin kencing, aku bertemu dengannya saat akan masuk ke WC. Kebetulan wc di kantor sangat unik, meski memiliki dua ruangan untuk laki-laki dan perempuan, tapi posisi wcnya sejajar. Dan anehnya, ada celah di langit-langit tembok wc, itu membuatku bisa melihat apa yang ada di ruangan sebelah. Kenapa aku bisa mengetahuinya? Karena Mas Dirman, supir Pak Lurah yang memberitahuku. Dia menyebut dirinya Intiper Pro, beberapa pegawai perempuan di sini sudah berhasil ia intip.
Kesempatan ini tidak bisa disia-siakan, aku memanjat bak mandi, lalu melongok. Aku tersentak saat kudapati Ibu Etin yang menangkap basah diriku.
To be continued ...
Terakhir diubah: