Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Rumble X Riot!

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
makin menarik niih.....updetnya jangan lama2 ya om....penasaran strategi apa yg bakal dipake elang buat bawa helen ke "atas"...
 
si elang pasti lebih bersemangat lagi,setelah mendengar ucapan helen tadi,dan dia mungkin akan coba belajar sedikit ilmu bela diri
 
Sisa nya?
Menunggu uodate selanjutnya...
Keren gan...
 
Gi mana kalo si elang nguasai 3 kelas sisa di kuasai salah satu kelas 2 dan akhirnya si elang harus rela bekerja sama untuk menghajar kelas 3 , tapi setelah kelas 3 di tahlukan ternyata si elang di kianaty oleh sekutunya dan helen di rampas dari dy , gi mana suhu haha
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Saya gak berani minta update sama suhu,
Paling cek aja kemari tiap hari.
 
EPISODE II: Bagian Tiga









"Karena ini cuma latihan, ketentuannya masih sama; tiap satu pukulan atau tendangan yang masuk nilainya satu poin. Dan siapa yang bisa sampe 3 poin paling dulu, dia yang menang."

Naga berteriak lantang, sambil sedikit melakukan pemanasan. Sikapnya masih terlihat santai, sesekali senyum-senyum sendiri. Ketika begitu, aku sama sekali tak menangkap ada kesan menyeramkan darinya, tapi...

Ada sesuatu, yang benar-benar mengancam ketika melihat orang ini. Seperti Buddha yang menyembunyikan iblis dibalik sosoknya.

"Watch us," kata Helen padaku. Wajahnya tampak serius, dan dia kini menguncir rambut panjangnya sambil melangkah maju menuju arena.

Helen sedikit bercerita bahwa gaya bertarung mereka berdua adalah gaya bebas, dengan campuran street fighting-style disertai beberapa jurus kuncian, jika perlu. Tapi khusus Naga, akhir-akhir ini dia mendalami gaya bertarung yang cukup menyeramkan: ninjutsu.

Aku yang benar-benar buta dengan dunia baruku ini, hanya bisa menyimak dengan baik. Entah apa yang terjadi jika kedua monster ini berkelahi, yang jelas perlahan aku merasa atmosfer disini menjadi semakin dingin dan mencekam.

Naga ikut maju, sambil membuka kausnya. Praktis, kini dia bertelanjang dada dan hanya memakai joggerpant. Seperti kuduga, tubuhnya atletis dan kekar, juga otot-otot perut yang mencetak delapan kotak-kotak. Sementara Helen, memakai tanktop ketat yang dipadu dengan kaus longgar sebatas perut, dan juga hotpant biru. Otomatis perut rampingnya terekspos dengan jelas; perut paling ramping yang pernah kulihat.

Aku terpaksa mendekat, mencari posisi nyaman untuk menonton pertarungan ini, juga agar bisa mendengar percakapan mereka lebih jelas.

"Mau handicap berapa?" tanya Naga sebelum mereka bertarung.

Helen menggeleng. "Fair and square. Seriuslah sesekali," katanya, ketus.

"Oh iya," Naga menengok ke arahku. "Tolong kasih aba-aba ya."

"I-iya, oke." Aku menghela nafas, "satu... dua...."

Suasana kini berubah drastis. Menjadi amat dingin dan menusuk. Hening... Sementara Helen tengah pasang badan, Naga masih tampak santai. Tapi dari sikapnya seakan tak memberi celah bagi Helen untuk menyerang sisi lemahnya. Atau, cowok ini tak punya sisi lemah?

"Tiga!"

Helen berteriak lantang sambil menyarangkan serangan menggunakan lutut kanan. Tapi Naga dengan mudah menghindar lalu melakukan tendangan memutar ke belakang dan menyerang sisi samping Helen menggunakan tumit. Helen yang tak bisa menghindar terpaksa menangkis tendangan tumit Naga dengan kedua lengannya. Tapi karena tendangan yang keras membuat Helen terpental, meski dia telah menangkis serangan Naga. Aku merinding saat membayangkan bagaimana jika serangan itu tak ditangkis, jika dengan menangkis pun bisa membuat lawannya terpental.

Helen kulihat meringis, mengusap kedua lengannya sebentar. Lalu dia mulai mengitari Naga, seperti mencari celah. Naga yang tetap tenang, melancarkan satu tendangan lurus untuk memulai serangan baru. Helen dengan mudah menghindar, lalu menyarangkan tendangan menyamping ke wajah Naga. Tapi cowok itu merunduk, lalu menumpukan kedua tangan di lantai kemudian melakukan handstand dan melancarkan serangan balik menggunakan tumit kanan. Serangan Naga berhasil ditangkis Helen, meski berada dalam posisi sulit sehabis memutar tubuhnya karena tendangan menyampingnya tak mengenai sasaran. Helen yang melihat kesempatan, menyapukan kakinya ke arah tangan Naga yang masih menumpu badannya. Dan luar biasanya, Naga menghindari tendangan Helen dengan cara melompat menggunakan tolakan dari kedua tangannya. Lalu mataku tak lagi bisa mengikuti, tiba-tiba Helen jatuh ke belakang sementara Naga baru saja berdiri; meski tengah menjaga keseimbangan dengan satu kaki sementara kaki satunya masih terayun di udara.

"Hoi, wasit. Masuk tuh, satu poin."

Aku yang masih terpaku karena seperti melihat pertarungan profesional antara dua atlet, buru-buru tersadar. "Masuk, satu poin," kataku lantang, menirukan ucapan wasit saat pertandingan taekwondo di SMP dulu.

"Gimana? Kalah gerakan ya?" tanya Naga kepada Helen yang sedang memegangi pelipisnya.

Helen tak menjawab, kembali berdiri lalu pasang kuda-kuda. Ini terlihat semakin seru!

Kali ini giliran Naga yang menyerang duluan. Dia melesakkan jab dari samping, mengarah ke pipi Helen. Tapi cewek itu merunduk, lalu membalas dengan uppercut kanan yang akan telak menghajar rahang Naga andaikan dia tidak menangkisnya. Tapi Helen tak kehabisan serangan; gagal dengan uppercut, dia melangkah maju sambil melesakkan serangan menggunakan siku kanan yang lagi-lagi berhasil ditangkis Naga. Tapi ternyata Helen sengaja melakukan itu untuk membuat kedua tangan Naga sibuk sehingga dia tak bisa lagi menangkis tinju kiri Helen yang melaju lurus ke arah muka.

Tapi Naga berhasil menghindar. Dia mundur beberapa jengkal, dan gerakannya begitu cepat sampai-sampai kukira mustahil bagi manusia melakukan gerakan menghindar secepat itu. Lalu dia melancarkan satu tinju yang bisa dihindari Helen, begitupun sebaliknya ketika Helen melakukan serangan balik. Naga selalu bisa menghindari setiap tinju dan tendangan Helen. Kakinya terlalu lincah bergerak kesana-kesini, melompat rendah seakan tubuhnya bergeser ke arah manapun dia mau.

Tunggu, bergeser? Itu dia!

Tapi lagi-lagi Naga menyarangkan serangan yang berbuah poin ketika aku sedang sibuk mempelajari pola serangannya. Helen kulihat mengusap-usap bagian samping perutnya sambil terus meringis kesakitan. Maka, ketika Naga kembali menawarkan untuk memakai handicap, aku buru-buru menghampiri Helen.

"Kamu ga bisa ngelawan dia kalo cuma murni serangan aja," kataku sambil membantu Helen berdiri. Lalu aku memberanikan diri berkata pada Naga, "gimana kalo handicapnya bantu Helen aja?"

Kukira, dia tak akan mau. Tapi diluar dugaan, Naga memperbolehkanku membantu Helen. Aku kemudian membisiki Helen sesuatu. Satu cara yang kemungkinan besar bisa membuat Helen mendapatkan poin.

"Kamu serius?" tanya Helen.

Aku mengangguk mantap. "Ada interval satu detik sebelum dan setelah dia ngelakuin slide untuk kondisi slide beruntun menghindar dari serangan kamu. Nah, disitu kesempatan kita."

"Terus cara kamu bantuin aku gimana?"

"Ngg...," aku berusaha merangkai kata untuk disampaikan ke Helen. "Kamu hafalin ini, soalnya waktunya sempit. Gausah pake gerakan ribet-ribet, cukup tendangan sama pukulan aja. Tapi perhatiinnya mesti fokus!"

Helen mengangguk. Dia menatapku dengan tajam, membuktikan keseriusannya. Jadi, ayo mulai!

"Aku pake kode buat nyebutin serangan apa yang mesti kamu lakuin. 1A, berarti pukulan lurus. 1B, itu hook dan 1C adalah jab. Nah, X1 adalah tendangan lurus sementara X2 tendangan menyamping. X itu tackle, A itu menangkis, B1 menghindar ke kiri dan B2 menghindar ke kanan, dan C berarti menjaga jarak. D berarti mempersempit jarak. Udah hafal?"

Helen tampak menggumam, sepertinya berusaha menghafal setiap intruksi yang kuberikan. Dan setelah satu menit sibuk menghafal, Helen bertepuk tangan. Rona wajahnya terlihat lebih bersemangat sekarang.

"Sip, hafal!" teriaknya. "Aku maju dulu~"

Aku kini beberapa meter dari Helen dan Naga, mengamati pertarungan ini. Aku sudah menyiapkan strategi untuk mencuri satu poin, setidaknya sudah berusaha. Dari gerakan-gerakan abstrak Naga, aku bisa menyimpulkan gerakannya sebenarnya terangkai dengan melakukan slide sebagai awalnya. Naga adalah tipe petarung combo, sesuatu yang hampir mustahil bahkan untuk atlet bela diri profesional sekalipun.

"Bisa dimulai sekarang?" tanya Naga.

Helen mengangguk, dan Naga seketika langsung mempersempit jarak dengan adiknya. Aku mengamati apa yang akan dia lakukan. Tinju, atau tendangan?

"Hel, C!"

Helen melompat mundur, menghindari tendangan kaki kanan Naga dengan sukses.

"B1! Terus 1B!"

Mengikuti intruksiku, Helen bergeser ke kiri lalu melancarkan hook mengarah ke muka Naga. Tapi Naga merunduk, dan kukira dia akan melancarkan pukulan uppercut.

"A! D, terus X1!"

Helen dengan mudah menangkis uppercut Naga, kemudian mendekati kakaknya dan melancarkan tendangan lurus ke perutnya. Naga tak sempat menangkis, dan aku yakin dia akan menghindar dengan trik slide nya.

"X! Sekarang!"

Perkiraanku tepat! Sebelum Naga melakukan slide ke belakang, Helen melancarkan satu tackle yang tak bisa dia hindari. Naga terjatuh, dan saat tubuhnya masih berada di udara karena kehilangan keseimbangan, Helen memanfaatkan momentum itu dengan menyarangkan satu tendangan keras yang telak menghantam sisi tubuh Naga. Cowok itu terpental karena efek tendangan Helen, jatuh berguling di lantai beberapa kali.

"Aw! Aw! Awww! Sakit jugaaa!" teriak Naga sambil memegangi sisi tubuhnya. "Kamu itu nendang ga kira-kira ya?!"

Naga bangun, dan masih sedikit meringis, dia menyalami Helen. "Selamat! Satu poin perdana! Kita harus ngerayain ini," katanya sambil tertawa.

Aku melihat wajah Helen. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan, seakan tak percaya bahwa dia bisa menyarangkan serangan ke Naga.

"I-ini... a-aku..."

"Kamu udah makin jago. Kalian berdua hebat," tambah Naga. Lalu dia mendekatiku, dan ganti menyalamiku.

"Jujur, saya kaget loh situ bisa baca pola gerakan saya cuma sekali lihat. Punya pengalaman sebelumnya?" tanya Naga padaku.

Aku menggeleng, agak kikuk.

"Then it must be an amazing talent you have," tambah dia. "Tapi, kok tahu kelemahan trik slide saya? Gimana caranya?"

"Ngg... jadi... sebenernya pas tadi ngeslide geser samping kiri-kanan gitu, bang Naga beberapa kali menghentak lantai dengan cepet supaya bisa bikin efek slide. Nah, momentum satu-dua detik itu yang jadi kelemahan dan kita berdua manfaatin, jadinya. Terus biar intruksi ga dibaca lawan, kita pake kode. Ya... gitulah intinya," jelasku.

Naga tertawa begitu kerasnya. Dia lalu berjalan menuju pintu keluar, dan mengajak kami berdua menyusulnya untuk makan siang. Aku dan Helen saling berpandangan, karena tak mengerti dengan sikapnya yang sulit dimengerti.

"Terus ronde berikutnya?" tanya Helen.

"Ga perlu, kamu pasti kalah soalnya," teriak Naga membalas pertanyaan Helen.

Aku dan Helen lalu berjalan beriringan menuju rumah utama. Kami terdiam, seakan masih tak percaya dengan yang barusan terjadi. Entah cari mati, atau memang sedang beruntung, aku tak tahu.

"Elang."

"Huh? Kenapa Hel?"

"Ini satu poin perdana loh, sebelumnya aku ga pernah sekalipun bisa begitu. Aku jadi makin yakin, kalo sama kamu aku ngerasa bisa ngelakuin apapun," jelas dia.

"Masa? Syukur deh kalo gitu."

Helen diam sebentar, lalu menatapku tajam. "Aku udah putusin sesuatu!"

"Eh? Apaan?"

"Kita pacaran mulai sekarang."

Aku terdiam. Untuk waktu yang cukup lama. Lama sekali, sampai kata-kata Helen terngiang di telinga. Seketika itu juga, aku kaget setengah mati.

"APAAAAAAAANNNNN????!"

"Kamu ga mau?"

"B-bukan gitu, tapi... kalo pacaran itu setau aku dua orangnya mesti saling suka, bukannya?"

Helen kembali menatapku, masih dengan tampang dinginnya. "Yaudah, aku suka kamu. Kita pacaran, oke?"

Helen berjalan duluan, sementara aku masih terpaku. Entah harus bagaimana.

"Ayo cepet nyusul kak Naga. Kamu emang ga mau makan siang, yang?"

'Yang', katanya...




(Bersambung...)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd