Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Runner (Chapter 45: Happy Ending, featuring Chelsea Islan (The Final Chapter))

Status
Please reply by conversation.
Side Story XVI: Rio's Final Adventure w/ Amanda Manopo.







Sejak "Petualangannya" bersama Maya Septha, Rio memutuskan untuk berhenti dari kegiatan memperkosa Artis, padahal masih banyak Artis incarannya. Rupanya, di luar dugaan, Maya Septha dan suaminya malah mengadukan Rio ke Kantor Polisi sehingga Rio harus pindah kota dan memalsukan identitas untuk menghindari kejaran polisi. Kini Rio bekerja untuk sebuah villa di Bali.



Kebetulan villa tempat Rio bekerja disewa oleh Amanda Manopo dan Billy Syahputra, sepasang kekasih yang sedang menjadi perbicangan hangat oleh publik. Rio sudah lama berfantasi soal Amanda Manopo. Setiap kali menyaksikan penampilan Amanda di tv, Rio selalu beronani, maka itu Rio berencana untuk mendapatkan tubuh seksi Amanda Manopo, bagaimanapun caranya.



Villa.



Saat Rio sedang membersihkan halaman belakang terdengar suara ribut-ribut dari dalam Villa. Karena penasaran, Rio secara diam-diam masuk dan mendengarkan percakapan antara Amanda dan Billy.



"Kamu kan janji kalau kita tunangan kamu engga bakal main sama cowo lagi!" Amanda berteriak ke arah Billy



Billy nampak juga sudah kesal dengan ucapan Amanda.



"Aku kan udah ngaku Salah! Aku kebawa nafsu dan khilaf! Mau sampe kapan sih dibahas terus?!" Balas Billy dengan nada yang lebih keras lagi.

"Malu tau ga aku??? Tunangan Aku sendiri ternyata suka ngewe sama cowo!" Hardik Amanda.



Amanda tiba-tiba mengeluarkan kata-kata yang tidak Billy duga.



"Yaudah, Kita batalin aja deh pertunangan kita! Biar puas kamu ngewe sama temen-temen cowo kamu!" Amarah Amanda sudah benar-benar memuncak.

"Ehhh... Tunggu dulu, Aku cinta sama kamu, jangan kayak gini dong!" Billy memohon-mohon pada Amanda.

"Kalau kamu beneran cinta sama Aku, masa kamu Masih terus aja ngewe sama temen-temen cowo kamu yang ga jelas itu????" Amanda memutar balik ucapan Billy.



Amanda terlihat sudah malas mendengar alasan dan permohonan maaf Billy.



"Udah, jangan ganggu Aku dulu. Mending kamu jauhin Aku dulu sampe Aku tenang." Ucap Amanda dengan nada dingin.



Billy hanya berdiri dengan wajah bodohnya saat melihat Amanda meninggalkannya. Amanda tidak peduli lagi dengan Billy dan memilih untuk duduk di teras belakang villa dan menangis. Rio langsung berpura-pura sedang membersihkan teras belakang dan menjalankan rencananya.



"Mbak, maaf, mbak gapapa?" Tanya Rio sambil menghampiri Amanda yang sedang menangis.



Amanda menghapus air matanya dan segera memasang wajah tersenyum.



"Eh, Mas Rio ya? Saya engga apa-apa kok." Jawab Amanda dengan mata yang masih merah.

"Bukan saya mau lancang ya, tadi saya tidak sengaja mendengar percakapan Mbak sama Mas." Ucap Rio.



Amanda kaget mendengar ucapan Rio itu.



"Jadi... Mas dengar semuanya?" Amanda mulai panik.

"Tenang mbak, saya tidak akan ngadu ke siapa-siapa. Tapi saya punya cara supaya Mas Billy ga macem-macem lagi sama Mbak." Ucap Rio pada Amanda.



Amanda nampak penasaran dengan rencana Rio.



"Coba mas, kasih tau saya sekarang! Saya mau bales si bajingan itu!" Amanda nampak antusias ingin mendengar rencana Rio untuk membalas perbuatan Billy.



Rio membisikkan rencananya, Amanda awalnya kaget mendengar rencana Rio itu namun akhirnya setuju karena ini akan membuat Billy bisa merasakan apa yang Amanda rasakan.



"Oke, saya setuju!" Amanda berkata dengan antusias.



Rio kemudian memberikan sebuah botol pada Amanda.



"Nanti Mbak Manda campurin ini ke minuman Billy biar dia pingsan." Kata Rio.



Amanda menerima bilang botol itu.



"Siap! Pokoknya hari ini saya mau bikin Billy malu semalu-malunya!" Amanda berujar dengan penuh emosi.



Amanda kembali masuk ke dalam villa dan membuatkan jus jeruk bercampur obat bius untuk Billy.



"Asyik, rencana gue untuk bisa nikmatin tubuh Amanda Manopo kayaknya bakalan berhasil." Ujar Rio dalam hati sambil memperhatikan Amanda membuat jus bercampur obat bius.



Beberapa Saat Kemudian...







Billy keluar dari kamarnya dan melihat segelas jus jeruk di atas meja makan.



"Mungkin si Manda udah maafin Aku dan bikinin Aku jus jeruk kali ya." Billy berujar sambil mengambil gelas itu dan mulai meneguk jus itu hingga habis.



Setelah menegak jus itu hingga habis, tiba-tiba Billy merasa pusing dan akhirnya jatuh pingsan. Melihat hal ini Rio dan Amanda segera menjalankan rencana mereka.



Setelah Amanda dan Rio berhasil membius Billy, mereka mengikat Billy di kursi dan menutup mulutnya dengan sebuah kain usang. Mereka berdua menggeret Billy ke halaman belakang dan menggelar kain di atas rumput. Rio dan Amanda memang berencana untuk bercinta di halaman belakang agar mendapatkan udara segar.



"Ayo Kita mulai aja." Ajak Rio.

"Ayo, siapa takut!" Jawab Amanda dengan penuh semangat.



Rio merasa Amanda harus mendapatkan tindakan persuasif terlebih dulu.



“ccpphh... ccpphhh... cup...” Rio mengecupi dan mencumbui tengkuk leher Amanda.



“Hemmm…. Ayo, terus Maassss….” Ucap Amanda mulai keenakan.

“Ehhhmmm… Maaasss…” Seketika Amanda mendesah pelan saat merasakan kedua susunya diremas-remas lembut oleh Rio.



Baru kali ini, Amanda merasakan remasan seenak itu pada kedua buah dadanya. Rasanya enak seperti dipijat dan memicu rasa hangat geli pada perasaannya. Rio menyeringai licik, bidadari itu sudah dikuasainya. Rio membuka paksa Kaos dan celana panjang Amanda. Kini Rio mulai melepaskan bra Amanda. Beruntung daerah sekitaran Villa itu sedang sepi jadi rintihan Amanda tidak akan terdengar siapapun. Tangan Rio mencengkram payudara kanan Amanda. Diremas-remasnya buah dada Amanda yang terkenal besar itu.



“Tolong terusin… buruan entotin gue.....” Pinta Amanda memelas dengan nada yang mulai melemah.



Rio segera melepaskan baju dan celananya dan mengarahkan penisnya yang sudah berdiri ke vagina Amanda sementara Billy, yang perlahan mulai sadar, masih duduk lemas di kursi dengan keadaan terikat. Tanpa berlama-lama Rio langsung melumat bibir Amanda yang seksi dengan ganas sambil kedua tangannya meraba-raba tubuh Amanda, terutama payudaranya.



“Mmmhhh… sshhh.. aahhh….. mmhhh…” Amanda, yang sejak awal sudah terangsang akibat membayangkan disetubuhi oleh Rio, perlahan-lahan mulai menikmati setiap kecupan dan jilatan lidah Rio di mulutnya.



Setelah 5 menit berciuman, Rio melepaskan ciumannya sambil tersenyum melihat Amanda yang sudah terangsang berat.



“Memek lo kayaknya udah basah, jadi langsung aja ya.” ujar Rio yang nafsunya sudah di ubun-ubun.



Amanda mengangguk pelan. Rio langsung mengarahkan penisnya ke vagina Amanda yang sudah basah namun karena ukurannya besar, penisnya kesulitan menembus liang vagina Amanda.



“Nngghhh… Yang keras ya... yaahh… ooohhh… sshhh…” racau Amanda mulai keenakan.



Akhirnya penis Rio berhasil masuk hingga memenuhi vagina Amanda.



“Oooohhh…. Perek... Sempit banget memek lo.. Nikmat!!!" Ujar Rio keenakan.

"Iya, gue emang perek, gue suka diewe penjaga Villa!" Amanda berteriak dengan puas.



Ketimbang Billy, Rio lebih bermain dengan kasar, sesuatu yang Amanda sudah lama idam-idamkan. Rio memaju mundurkan penisnya di vagina Amanda sambil tangannya memijit kedua payudara Amanda yang besar itu.



“Ooohh… Terus entotin gue…. Aakkhh…” Amanda mulai menikmati sodokkan penis Rio di vaginanya.



Rio dan Amanda tersenyum licik saat melihat Billy meronta-ronta.



“Bro, liat nih! Cewek lo keenakan dientot gue hahaha.” Ucap Rio pada Billy.

"Liat nih, tukang jaga villa aja lebih hebat dari kamu, Bil! Hah... Hah... Hah..." Amanda berkata pada Billy sambil terus mendesah.



Sensasi dipermalukan dan disetubuhi di depan kekasihnya ternyata membuat birahi Amanda semakin memuncak. Billy hanya memangis tidak percaya dengan apa yang dia saksikan sekarang ini. Rio, yang masih menidih tubuh Amanda, masih terus menyodokkan penisnya dalam-dalam sambil menciumi leher Amanda.



“Eh lonte, gue mau keluar…. Ooohhh memek lo sempit banget… rasain nih peju gue!!!” Rio menyemprotkan spermanya hingga memenuhi tiap celah di dalam vagina Amanda.

"Hhhmmmmm..." Amanda melenguh keras dan terlihat sangat menikmati persetubuhan ini.



Amanda mendapat orgasmenya akibat persetubuhan di tempat terbuka ini. Rio begitu senang melihat cairan orgasme Amanda mengalir deras dari vagina Amanda. Merasa Amanda sudah cukup beristirahat, Rio kembali menggarap tubuh Amanda sampai puas sementara Billy hanya bisa menangis melihat kekasihnya disetubuhi oleh seorang penjaga Villa.



Mereka pun berciuman cukup lama sambil Rio memainkan dada Amanda Manopo yang sempurna itu. Rio mengarahkan mulutnya ke arah dada Amanda. Amanda hanya bisa mendesah keenakan. Rio menjilat dan mencium puting Amanda. Rio tiba-tiba melepaskan ciumannya dari dada Amanda. Rio mengarahkan penisnya ke mulut Amanda. Amanda mulai menjilati batang dan kepala penis Rio, lubang kencing Rio juga tidak luput dari jilatannya. Bahkan buah zakarnya pun ia ciumi dan ia jilati. Rio mendesah kencang menerima perlakuan dari Amanda. Siapa yang sangka dibalik image baik-baiknya di televisi ternyata Amanda adalah seorang yang hyper sex.



"Oh, Manda, gue engga nyangka lo seliar ini... Oh...." Ucap Rio sambil merasa keenakan.

"Tenang, ini belom ada apa-apanya!" Ucap pemain sinetron itu dengan bangga.



Rio memasukan penisnya ke dalam mulut Amanda. Lidah Amanda terus memijat-mijat penis Rio. Tidak hanya menerima pijatan lidah, penis Rio juga disedot oleh Amanda Manopo.



"Manda... Manda... Gue mau keluar nih" ucap Rio tersengal-sengal.



Amanda mengeluarkan penis Rio dari mulutnya sehingga Rio menembakkan seisi spemanya ke wajah Amanda Manopo. Amanda kemudian mengambil tissue dan mengelap wajahnya.



"Pokoknya sekarang giliran lo muasin gue ya!" Perintah Amanda pada Rio.



Rio mendorong Amanda ke bawah dan membuka kedua kakinya. Tanpa berkata apa-apa Rio langsung mencium vagina Amanda. Amanda mendesah sejadi-jadinya karena merasa keenakan. Rio menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat vagina Amanda, tidak lupa Rio memainkan clitoris Amanda. Tangan Amanda menggenggam kain di bawahnya dan Amanda masih terus mendesah. Tiba-tiba Amanda berteriak



"Shit.... I'm Cumming!!!" teriak Amanda dengan nada puas.



Amanda baru pertama kalinya mendapatkan orgasme sedahsyat itu. Bahkan pacarnya, Billy Syahputra, tidak bisa membuatnya sepuas ini. Amanda dan Rio saling menatap satu sama lain dan Amanda mengangguk. Rio tau persis apa mau Amanda. Rio beranjak dan mengambil kondom dari kantung celananya. Rio dan Amanda saling berpelukan di atas kain piknik dan mereka saling berciuman dengan pelan dan mesra. Rio perlahan memasukan penisnya ke dalam vagina Amanda. Amanda melenguh pelan ketika merasakan vaginanya mulai penuh. Amanda mendesah pelan. Rio perlahan menggerakan pinggulnya.



"Oooohhh....." Rio dan Amanda mendesah secara bersamaan.



Amanda menggenggam keras kain piknik mereka. Rio mulai mempercepat gerakannya dan kini Amanda memeluk erat Rio. Bahkan kuku Amanda mulai terasa menusuk punggung Rio, tapi Rio tidak peduli, kenikmatan vagina Amanda tidak sebanding dengan rasa sakit cakaran Amanda. Sesekali Rio menyedot dada Amanda yang besar itu. Dada Amanda memang membesar karena dulu rajin disedot oleh mantan pacarnya, tapi bentuknya tidak mengecil lagi. Kini dada yang jadi fantasi banyak pria itu sedang disedotnya.



"Ayo, sedot tetek gue terus. Dasar penjaga Villa bangsat!" Teriak Amanda Manopo keenakan.



Tidak lupa Rio juga menjilati ketiak Amanda yang terlihat putih dan tercium wangi itu. Penis Rio yang besar itu dengan bebas keluar masuk vagina Amanda Manopo. Desahan mereka terdengar semakin keras, goyangan mereka juga semakin liar, sehingga Billy tidak lagi sanggup melihat mereka berdua lagi. Vagina Amanda terasa mengencang.



"Aaaaahhhhh!!!! Bangsat lo penjaga Villa, enak bangeeettt!!!" Teriak Amanda sekencang-kencangnya.



Benar saja, lagi-lagi Amanda mendapat orgasme. Merasa tertantang, Rio membalik tubuh Amanda dan penisnya kembali ke vagina Amanda lewat belakang. Kini mereka bercinta dengan doggy style. Penis Rio keluar masuk vagina Amanda dengan cepat. Rio bergerak dengan semakin liar hingga akhirnya Rio mendapat orgasmenya.



"Manda, gue keluaaaar!!!" Teriak Rio.



Rio dan Amanda terbaring lemas di atas kain piknik itu. Sensasi bercinta dengan orang asing dan bercinta di halaman ternyata benar-benar nikmat bagi Amanda.



Beberapa Jam Kemudian...







Rio dan Amanda masih tertidur di kebun belakang villa, tiba-tiba Rio dibangunkan oleh sesosok pria bertubuh besar.



"Bangun, Anda kami tahan!" Ucap Pria berseragam Polisi itu.

"Nah, ini dia buron pemerkosa Artis yang lagi dicari-cari di Jakarta itu!" Ujar seorang Polisi lainnya.



Billy muncul dari belakang petugas yang sedang menahan Rio itu, rupanya selama Rio dan Amanda tertidur, Billy berhasil melarikan diri dan menghubungi polisi.



"Ini orangnya, Pak! Dia yang sudah memperkosa tunangan saya!" Ucap Billy.



Rio langsung ditarik dan diborgol oleh Polisi itu.



"Mbak, benar mbak sudah diperkosa oleh orang itu?" Seorang Polisi bertanya pada Amanda.



Tentu saja Amanda malu untuk mengakui kalau dia dan Rio sebenarnya saling bersetubuh dengan suka rela dihadapan Billy.



"I.. iya Pak, dia sudah memperkosa saya dihadapan Billy." Jawab Amanda sambil menunduk malu.

"Dia ini buronan yang sudah memperkosa Hesti Purwadinata, Enzy Storia, dan Maya Septha." Ujar Polisi itu lagi.



Rio tentu saja kaget mendengar ucapan pemain sinetron Mermaid in Love itu.



"Langsung bawa dia ke Kantor, langsung kita proses!" Perintah komandan Polisi itu pada anak buahnya.

"Siap komandan!" Jawab seluruh anak buahnya.



Inilah akhir dari petulangan Rio yang akhirnya tertangkap oleh Polisi dan sepertinya Rio akan mendekam di penjara untuk waktu yang lama.




Side Story XVII: Shaloom Razade.

Note: Side Story ini menggunakan karakter Pandu, si produser mesum dari Side Story V: Tatjana Saphira's First Sexual Encounter feat. Angel Pieters.



Rumah Produksi.



"Mah, Mamah yakin soal ini?" Shaloom bertanya pada Ibunya, Wulan Guritno.

Wulan tersenyum ke arah Shaloom.

"Kalau kamu emang beneran mau terkenal kayak Mamah ya kamu harus jalanin ini, sayang." Jawab Wulan dengan pelan.
"Lagian kan kamu juga udah sering kan?" Lanjut Wulan lagi.

Shaloom tidak percaya mendengar ucapan Ibunya itu.

"Mah, Aku akuin Aku emang sering berhubungan seks waktu masih tinggal di Inggris. Tapi itu kan temen-temen Aku semuanya, Aku kenal siapa mereka!" Shaloom membalikan ucapan Ibunya.

Wulan kini mulai tampak terlihat sebal melihat anaknya yang ragu-ragu.

"Udah deh, kalau kamu emang mau nama kamu semakin dikenal masyarakat, kamu nurut aja sama Mamah!" Wulan berbicara dengan nada tinggi.

Shaloom masih terlihat gusar, apalagi dia takut perbuatannya ini akan dianggap sebuah tindakan pengkhianatan oleh kekasihnya.

"Kenapa, kamu takut diputusin Sultan?" Wulan bertanya lagi pada anaknya itu.

Shaloom tidak menjawab dan hanya mengangguk pelan.

"Yaelah, dengan muka kamu yang secantik gini dan body kamu yang gini sih kamu bisa dapetin cowo manapun!" Wulan lanjut berbicara lagi.

Shaloom terdiam dan menunduk mendengar ucapan Ibunya itu.

"Iya juga sih, nyokap gue ada benernya juga." Shaloom mulai berfikir.
"Gimana jadinya?" Pertanyaan Wulan memecahkan lamunan Shaloom.
"Kita udah ditolak rumah produksinya Pak Tono loh, Fahmi engga bisa bantu kamu. Ini kesempatan terakhir kamu!" Wulan mengingatkan Shaloom.

Shaloom akhirnya sudah memantapkan pilihannya.

"Hmmmm... Yaudah deh Mah. Toh ini buat masa depan Aku ini." Shaloom akhirnya menyetujui perkataan Ibunya.

Wulan tersenyum mendengar ucapan Shaloom.

"Nah gitu dong, itu baru anak Mamah. Sekarang kamu masuk ke ruangan Om Pandu gih, dia udah nunggu." Ucap Wulan.

Shaloom beranjak dari kursi dan menatap ke arah Wulan dengan tatapan ragu-ragu.

"Udah tenang aja, Mamah tungguin sampai Kamu kelar pokoknya." Ujar Wulan berusaha menenangkan Shaloom.

Shaloom mengetuk ruangan Pandu lalu terdengar suara pria dari dalam ruangan.

"Silahkan masuk!" Pria itu berkata dengan lantang.

Ruangan Kerja Pandu.



Shaloom akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruang Pandu.

"Oh Shaloom ya, Ayo silahkan masuk! Saya udah nunggu loh dari tadi." Ujar Pandu sambil cengengesan.

Shaloom bisa melihat wajah Pandu yang terlihat bejat dan mesum.

"Laki-laki tua bejat gini sih kayaknya bakalan gampang deh!" Shaloom berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
"Ayo Shaloom silahkan duduk!" Pandu mengajak Shaloom duduk di sofa ruangannya.
"Terima kasih, Om" Jawab Shaloom dengan singkat.

Shaloom duduk di sofa panjang itu dan Pandu duduk di sebelahnya.

"Jadi Mamah udah bilang kan Shaloom harus apa kalau mau dapat peran di film ini?" Tanya Pandu lagi-lagi sambil cengengesan.
"Sudah Om, Shaloom sudah dengar dari Mamah dan Shaloom siap melakukannya." Jawab Shaloom.

Pandu tersenyum dan memasang wajah mesumnya.

"Yaudah, tunggu apalagi? Kita mulai aja." Ujar Pandu pada Shaloom.
"Siap Om!" Shaloom menjawab dengan sigap.

Pandu melepaskan ikat pinggang lalu melepaskan celana panjangnya, diikuti dengan celana dalamnya.

"Kamu pasti tau kan yang Om mau dari kamu?" Tanya Pandu pada Shaloom.

Shaloom tidak menjawab pertanyaan Pandu, tapi Shaloom langsung berjongkok di hadapan Pandu yang masih duduk di sofa panjang itu.

"Anak pinter, kayak Ibunya!" Ucap Pandu sambil mengelus-elus kepala Shaloom.

Shaloom dengan segera langsung melahap penis Pandu. Shaloom segera keluarkan kemampuan terbaiknya karena Shaloom ingin membuktikan pada Pandu kalau dirinya benar-benar menginginkan pekerjaan itu. Hal itu membuat Pandu merem melek keenakan sehingga penisnya kembali berdiri meski kini sedang ada di dalam mulut Shaloom.

"Wah, gila! Enggak nyangka! Kamu pinter banget nyepongnya. Mamah kamu engga ada apa-apanya ini!" Puji Pandu yang sedang merasa keenakan itu.
"Mmmphh... mmphh..." Entah apa yang dikatakan Shaloom, suaranya tidak terdengar jelas karena bibirnya masih penuh oleh penis Pandu yang sangat besar itu.

Lidah Shaloom memijat penis Pandu dan bibirnya menyedot penis Pandu dengan kuat.

"Oooohhh!!!!" Pandu berteriak kencang saat menembakkan seluruh isi spermanya ke dalam mulut Shaloom.

Dengan rakus, Shaloom menjilat dan meminum cairan sperma Pandu bahkan menjilati sisa-sisa sperma Pandu yang masih menempel di penis Pandu.

"Nah, sekarang lepas seluruh pakaian kamu! It's time for the main event!" Pandu memberikan perintah pada Shaloom.

Shaloom membersihkan sisa-sisa sperma Pandu yang masih menempel di wajahnya lalu beranjak dan melepaskan seluruh pakaiannya.

"Kamu rebahan di atas meja itu, saatnya Om yang muasin kamu sekarang." Pandu memerintahkan Shaloom untuk merebahkan dirinya di atas meja kerja Pandu, bercinta di atas meja kerja adalah salah satu fetish Pandu.

Shaloom menuruti permintaan Pandu dan merebahkan dirinya di atas meja kerja Pandu. Kini giliran Pandu yang berjongkok di hadapan kemaluan Shaloom, Pandu mendekatkan wajahnya ke arah vagina Shaloom. Pandu menjulurkan lidahnya, menyentuh bibir kemaluan anak dari Wulan Guritno itu.

“Aaahhmmmm…” Tubuh Shaloom bergetar karena sensasi enak yang sudah lama dia rindukan, memang sudah lama sekali sejak terakhir Shaloom bercinta dengan kekasihnya.

Secara alami, tubuh Shaloom mulai bereaksi, kedua pahanya terbuka perlahan, semakin memberikan keleluasaan pada lidah Pandu yang semakin gencar menyerbu selangkangan Shaloom. Shaloom terus mendesah dan menggelinjang keenakan. Sungguh sensasi yang luar biasa. Artis muda itu begitu pasrah pada rasa nikmat di selangkangannya, terlihat dari kedua pahanya yang sudah terbuka lebar.

“Ooouuww.... Aaaahhhh!!!” Tubuh Shaloom menekuk ke atas, kedua pahanya menjepit kepala Pandu, dan kedua tangannya menekan kepala Pandu ke selangkangannya.

Dengan senang hati, Pandu menyeruput habis cairan orgasme vagina Shaloom tanpa disisakan sedikit pun. Cairan vagina Shaloom yang sedikit tertinggal di dalam liang kewanitaannya pun dikorek habis oleh Pandu. Pandu kini ikut-ikutan melepaskan seluruh pakaiannya lalu mengarahkan penisnya ke arah vagina Shaloom yang sudah basah itu.

"Om masukin ya sayang?" Tanya Pandu sambil menggesek-gesekkan penisnya di permukaan bibir vagina Shaloom.
"Ayo om, masukin aja! Shaloom udah engga tahan!" Jawab Shaloom sambil menutup matanya.

Kepala penis Pandu pun sudah menempel dengan bibir vagina Shaloom. Dengan memegang pinggang Shaloom, Pandu mulai mendorong penisnya. Perlahan tapi pasti, kepala penis Pandu mulai mendongkrak sela-sela bibir vagina Shaloom.

“Eemm.. Eeemm..” Rasa menggelitik dirasakan wanita berusia 22 tahun itu saat urat-urat yang menghiasi sekujur batang Pandu bergesekkan dengan dinding vaginanya.

Jelas Shaloom sudah bukan perawan, keperawanannya sudah direnggut oleh mantan pacarnya beberapa tahun lalu saat mereka masih kuliah di Inggris, tapi tetap saja vagina Shaloom terasa sempit dan enak.

“Mm.. Enak gak, Shaloom? Enak gak?” Goda Pandu sambil mulai menarik lalu mendorong penisnya secara perlahan.
“Mmhh…” Shaloom masih terus mendesah.

Tentu Shaloom tak menjawab pertanyaan Pandu, dia terlalu berfokus pada sensasi nikmat yang sedang terasa di selangkangannya. Ternyata rasa dan sensasi yang diidam-idamkan alam bawah sadar Shaloom selama ini adalah rasa penuh di liang vaginanya. Rasa penuh terisi benda tumpul seperti yang sekarang sedang ia rasakan. Gerakan Pandu dan Shaloom mulai seirama. Tubuh mereka bergerak dengan irama yang serasi.

Keduanya begitu menikmati persetubuhan ini, desahan-desahan Shaloom di kuping Pandu semakin menyemangatinya. Pandu tak melepaskan pelukannya karena tubuh mungil Shaloom benar-benar empuk dan hangat, enak sekali untuk dipeluk. Shaloom pun tak melepaskan pelukannya.

“Dikit lagi.. Ooohhhhh..” Pandu mempercepat ritme genjotannya.

Tak ada suara yang keluar dari mulut Shaloom, tapi wajahnya menunjukkan kenikmatan luar biasa yang sedang dirasakannya, matanya tertutup dan mulutnya terbuka. Tubuh mungil Shaloom mulai kepayahan dalam menghadapi Pandu.

“Shalooooom... Anjing, memek kamu enak banget!!!” Pandu menusukkan penis besarnya dengan sedalam-dalamnya.
"Fuck me you old bastard! Fuck me!" Shaloom juga berteriak dengan bahasa yang tidak kalah kasarnya.

Shaloom juga merasa akan mendapatkan orgasmenya. Dengan sisa tenaga yang dia miliki dan atas dasar inisiatifnya sendiri, Shaloom membalik tubuh Pandu tanpa melepaskan penis Pandu dari vaginanya. Kini dengan gaya cowgirl, Shaloom bergerak dengan liar di atas tubuh Pandu. Shaloom menggerakan pinggulnya dengan liar bagaikan koboi yang sedang berusaha menjinakkan kuda liar.

"Shaloooom... Om mau keluaaaar...." Pandu berusaha memperingatkan Shaloom namun Shaloom nampak tidak peduli dan terus menggerakan pinggulnya.

Benar saja, tidak lama kemudian Pandu mendapat orgasmenya dan Pandu menembakkan seluruh spermanya ke dalam liang vagina Shaloom.

"Oh, Ayo Om, bentar lagi Aku juga keluar!" Ujar Shaloom yang masih menggerakan pinggulnya.
"Aaaaahhh!!!!" Shaloom mengalami squirt dan membasahi penis dan paha Pandu.

Shaloom yang lemas akhirnya ambruk di atas tubuh Pandu, keduanya saling berpelukan di atas meja itu dan saling berciuman dengan mesra.

"Gimana om, bisa kan Aku main di film om?" Tanya Shaloom dengan nafas yang masih tersengal-sengal.
"Oh, masih ada satu test lagi yang harus kamu lalui. Sejauh ini sih kamu oke kok." Jawab Pandu.
"Test? Test apa itu Om?" Tanya Shaloom yang penasaran.

Tanpa permisi, Pandu membalik tubuh Shaloom memasukan penisnya ke dalam lubang pantatnya.

"Shit!!! Aku belom pernah dianal, bangsat!" Teriak Shaloom dengan protes.

Pandu tidak peduli dan terus menjalankan aksinya. Shaloom hanya bisa menggeram dan mendesah menerima perlakuan dari Pandu yang sembarangan itu. Pandu memainkan penisnya dengan kasar di dalam lubang pantat Shaloom sehingga Shaloom berteriak sejadi-jadinya.

Pandu menjambak rambut Shaloom yang lurus itu dan menariknya kebelakang. Pandu meraih wajah Shaloom dan menciumnya dengan liar dari belakang. Shaloom terus mendesah dan berteriak karena permainan Pandu. Pandu juga sesekali menampari pantat Shaloom sehingga ada bekas telapak tangan di pantat Shaloom Razade. Tidak hanya itu, Pandu juga menyabet pantat Shaloom dengan penggaris yang ada di mejanya dengan kencang. Tak diduga, rasa sakit yang Shaloom alami malah membuat Shaloom semakin bernafsu.

"Teee... Russss..." ucap Shaloom sambil keenakan.

Pandu tersenyum melihat lawan mainnya itu. Pandu semakin bergerak dengan liar, bahkan terkesan seperti Shaloom dipakai asal-asalan.

"Om... Aku... Mau... Keluar... Lagi!!!" teriak Shaloom sambil terbata-bata.

Benar saja, Shaloom mengalami orgasme lagi. Pandu melepaskan penisnya dari lubang pantat Shaloom. Pandu mengocok penisnya tepat di depan wajah Shaloom. Shaloom mengambil alih penis Pandu dari genggamannya. Shaloom kini meletakkan penis Pandu di antara belahan dadanya. Pandu tidak percaya kalau dirinya sedang mendapat titfuck dari putri kesayangan Wulan Guritno itu. Penis Pandu memang besar, tapi payudara Shaloom lebih besar lagi. Melihat penisnya diantara belahan dada Shaloom, Pandu merasa seperti melihat seonggok sosis di antara dua buah semangka. Shaloom sesekali juga menjilati dan menciumi ujung penis Pandu. Tanpa peringatan atau aba-aba, Pandu menembakkan seisi spemanya ke wajah Shaloom. Kening, mata, hidung, bibir, pipi, dan dagu, semua terkena semprotan sperma Pandu. Shaloom tidak protes, malah Shaloom terlihat sangat bahagia menerima semprotan sperma di wajahnya.

"Ini yang aku tunggu!" Ucap Shaloom dengan puas.

Pandu tersungkur lemas di lantai ruangan itu, sedangkan Shaloom masih berbaring dengan lemas di atas meja kerja Pandu.

"Sekarang, kamu pakai baju lagi!" Perintah Pandu pada Shaloom.
"Siap Om!" Jawab Shaloom yang masih dalam keadaan lemas dan terbaring di meja.

Sementara Shaloom berpakaian, Pandu juga kembali berpakaian dan mengambil secarik kertas dari dalam lacinya.

"Sekarang kamu tanda tangan ini." Perintah Pandu.
"Apa ini, Om?" Tanya Shaloom sambil memperhatikan kertas itu.
"Ini kontrak kamu, kamu diterima di film saya." Jawab Pandu sambil tersenyum.
"Wah, yang bener om? Asyik!" Ujar Shaloom sambil menandatangani kontrak itu.

Tiba-tiba pintu ruang Pandu terbuka, dan Wulan Guritno masuk tanpa permisi.

"Gimana Pandu, anak gue oke kan?" Tanya Wulan.
"Anak Mbak Wulan oke banget, ga kalah sama Ibunya!" Puji Pandu.

Mendengar jawaban itu, Wulan terlihat senang dan menghampiri Pandu. Tanpa diduga-duga, Wulan mencium bibir Pandu dengan penuh nafsu.

"Thank you ya, Ndu." Ucap Wulan.
"Iya, sama-sama Mbak." Pandu menjawab tapi masih dalam keadaan kaget karena tidak percaya Wulan baru saja menciumnya.

Wulan memperhatikan wajah Shaloom dan melihat masih ada sisa-sisa sperma Pandu yang menempel. Dengan jari-jarinya, Wulan membersihkan wajah Shaloom dari sperma Pandu. Wulan lantas membersihkan jari-jarinya dengan mulutnya sendiri.

"Idih Mamah!" Ujar Shaloom sambil memasang wajah jijik.

Wulan tampak menikmati sperma Pandu yang ada di jarinya.

"Gila lo, Ndu. Dari dulu peju lo ga berubah rasanya, tetep enak!" Ucap Wulan.

Pandu hanya tertawa malu dan tidak menjawab perkataan Wulan.

"Jadi anak gue lolos nih?" Tanya Wulan pada Pandu.
"Lolos kok, ini udah tanda tangan kontrak." Jawab Pandu.
"Nah, Mamah bilang apa? Kalau kamu mau pasti bisa kan?" Wulan berkata pada anaknya.

Shaloom hanya tertunduk malu.

"Yaudah deh, gue sama Shaloom pamit dulu ya. Gue tunggu crew call shootingannya ya." Ucap Wulan Guritno.
"Oh, siap mbak Wulan!" Jawab Pandu dengan semangat.

Wulan dan Shaloom pun meninggalkan ruangan Pandu. Baru saja Pandu duduk, tiba-tiba ada suara ketukan di pintu ruang kerjanya.



"Silahkan masuk!" Teriak Pandu dari dalam ruangan.

Seorang wanita masuk dan bertanya pada Pandu.

"Saya dengar, Mas Pandu ini bisa bantu karir saya supaya melejit ya?" Tanya Wanita itu.

Pandu yang masih lemas akibat permainannya dengan Shaloom tadi langsung "On" lagi.

"Oh iya, silahkan masuk mbak. Saya siap membantu Mbak asalkan Mbak juga siap membantu saya hehehe." Jawab Pandu dengan nada mesum.
"Tentu, saya rela melakukan apa saja, yang penting saya bisa main film dan mau melepas image komedian saya." Jawab Wanita itu lagi.

Mendengar itu, Pandu lagi-lagi tersenyum dengan mesum dan Pandu bersiap-siap untuk bercinta lagi hari ini.


Side Story XVIII: Arafah Rianti


Note: Side Story ini menggunakan karakter Pandu, si produser mesum dari Side Story V: Tatjana Saphira's First Sexual Encounter feat. Angel Pieters. Cerita ini juga merupakan sequel dari Side Story XVII: Shaloom Razade.



"Yaudah deh, gue sama Shaloom pamit dulu ya. Gue tunggu crew call shootingannya ya." Ucap Wulan Guritno.
"Oh, siap mbak Wulan!" Jawab Pandu dengan semangat.


Wulan dan Shaloom pun meninggalkan ruangan Pandu. Baru saja Pandu duduk, tiba-tiba ada suara ketukan di pintu ruang kerjanya.


"Silahkan masuk!" Teriak Pandu dari dalam ruangan.


Seorang wanita masuk dan bertanya pada Pandu.


"Saya dengar, Mas Pandu ini bisa bantu karir saya supaya melejit ya?" Tanya Wanita itu.


Pandu yang masih lemas akibat permainannya dengan Shaloom tadi langsung "On" lagi.


"Oh iya, silahkan masuk mbak. Saya siap membantu Mbak asalkan Mbak juga siap membantu saya hehehe." Jawab Pandu dengan nada mesum.
"Tentu, saya rela melakukan apa saja, yang penting saya bisa main film dan mau melepas image komedian saya." Jawab Wanita itu lagi.


Mendengar itu, Pandu lagi-lagi tersenyum dengan mesum dan Pandu bersiap-siap untuk bercinta lagi hari ini.


"Kamu Arafah kan yang pemain film dan komedian itu?" Tanya Pandu.
"Betul mas, saya Arafah." Jawab Arafah.


Pandu berdiri dari kursinya dan mendekati Arafah. Pandu memegang dan meraba-raba pundak dan lengan Arafah, sebuah tindakan yang membuat Arafah tidak nyaman.


"Jadi kamu benar siap melakukan apa saja yang saya minta?" Pandu bertanya pada Arafah dengan nada menggoda.


Pandu meraba-raba paha Arafah yang masih dibungkus oleh celana panjang.


"Termaksud menyerahkan kesucian kamu pada saya?" Pandu bertanya lagi.


Arafah kaget mendengar pertanyaan Pandu.


"Sa... Saya..." Arafah ragu, tidak tahu harus menjawab apa.


Pandu tahu kalau Arafah masih ragu dan tidak ingin memaksakan kehendaknya.


"Gini aja, ini kan keinginan kamu dan saya ga mau maksa. Mending kamu pikirin dulu aja, baru balik ke saya. Tapi ya kalau kamu memang mau main di film saya ya kesucian kamu adalah uang mukanya." Ujar Pandu pada Arafah.


Arafah terlihat sedikit lega karena masih diberikan waktu untuk berfikir oleh Pandu.


"Baik, Mas. Malam ini akan saya pikirkan." Jawab Arafah sambil menunduk malu.
"Kalau kamu sudah tau jawabannya, besok kamu kemari lagi ya." Lanjut Pandu lagi.


Arafah mengangguk sebagai tanda setuju.


"Baik Mas, besok saya akan kembali lagi dan memberikan keputusan saya." Arafah berkata pada Pandu.


Pandu hanya mengangguk sambil tersenyum.


"Okay, kalau begitu saya permisi dulu." Lanjut Arafah sambil berjalan menuju pintu tanpa melihat ke arah Pandu karena masih malu.


Pandu kembali duduk di kursi kerjanya.


"Gue yakin pasti besok gue bisa ngerasain tubuh sucinya." Pandu berujar dalam hati sambil membayangkan tubuh Arafah.


Rencana Pandu untuk mendapatkan tubuh Arafah hari ini gagal, tapi dia yakin besok dia akan berhasil merasakan tubuhnya.


Keesokan Harinya....



Tok Tok Tok.


Pandu mendengar suara ketukan di pintu ruang kerjanya.


"Silahkan masuk!" Teriak Pandu dari dalam.


Arafah memasuki ruang kerja Pandu. Pandu sangat senang karena ternyata dugaan dia tepat.


"Jadi, bagaimana? Kamu sudah memutuskan?" Pandu bertanya pada Arafah.


Arafah masih tertunduk malu.


"Su... Sudah mas." Jawab Arafah dengan sedikit terbata-bata.
"Saya siap menyerahkan kesucian tubuh saya asalkan Mas bisa memajukan karir saya." Lanjut Arafah lagi.


Pandu tersenyum puas mendengar jawaban Arafah yang sesuai dengan harapannya.


"Okay, sekarang kamu lepas seluruh pakaian kamu tapi kamu tetap pakai Jilbab kamu!" Pandu memberikan perintah pada Arafah.
"Sekarang Mas?" Arafah bertanya pada Pandu.


Pandu agak jengkel mendengar pertanyaan Arafah.


"Kamu ini niat ga sih main di film saya?!" Pandu bertanya pada Arafah dengan nada tinggi.
"Eh.... Iya mas! Saya mau kok!" Jawab Arafah membela diri.
"Yaudah, makanya nurut!" Pandu kembali memberikan perintah pada Arafah.
"Okay! Okay!" Jawab Arafah dengan panik.


Arafah dengan segera melepaskan seluruh pakaiannya dengan pengecualian Jilbabnya. Pandu sangat kagum melihat tubuh telanjang Arafah, apalagi Arafah kini hanya mengenakan Jilbab sesuai dengan fetish Pandu.


"Sekarang kamu tiduran di atas meja itu!" Pandu lagi-lagi ingin memuaskan fetishnya yang bercinta di atas meja kerja.


Arafah menghilangkan rasa ragunya dan dengan sigap mengikuti perintah Pandu dan merebahkan dirinya di atas meja kerja Pandu. Pandu mencium bibir Arafah dan untuk pertama kalinya Arafah merasakan sebuah ciuman di bibirnya. Lidah Pandu dengan liar bergerilya di dalam mulut Arafah, memijat-mijat lidah Arafah.


"Hmmmmm... Hmmmmm....." Arafah sendiri mulai menikmati dicium oleh Pandu.


Lidah Pandu benar-benar menservice lidah Arafah dan keduanya saling bertukar cairan saliva.


"Ternyata ciuman itu enak ya..." Ucap Arafah dalam hati.


Pandu melepaskan ciumannya dan kini melepaskan seluruh pakaiannya. Arafah sungguh kaget saat melihat penis Pandu. Karena selain di buku pelajaran biologi dan video dewasa yang pernah dia tonton, Arafah tidak pernah melihat penis secara langsung. Pandu kini mulai menjilati dan menghisap kedua payudara Arafah yang sudah terlepas dari bra-nya, Pandu sangat bernafsu melihat payudara Arafah yang bulat sempurna dengan putting yang masih berwarna kemerahan, sedangkan tangan Pandu pun sibuk membelai vagina Arafah yang terlihat indah dan sempurna. Arafah akhirnya terbuai dengan permainan Pandu dan mulai asyik mengocok perlahan penis Pandu yang udah tegang maksimal.


“Ehhhhmmm...." Arafah melenguh panjang saat bibir Pandu sudah menyentuh sebuah garis berwarna merah yang tertutup dengan hiasan bulu-bulu halus di selakangan Arafah.


Untuk pertama kalinya vagina Arafah disentuh oleh seorang laki-laki. Arafah sama sekali tidak menyangka kalau perbuatan zinah itu ternyata enak dan tidak seburuk yang diajarkan oleh guru agamanya. Tangan Pandu terus meremas buah dada Arafah, sedangkan mulut Pandu sibuk menggelitik tonjolan daging yang ada di ujung kemaluannya. Arafah mengerang, melenguh bahkan berusaha menendang Pandu karena rasa geli yang ia terima.


Sebuah sodokan lembut dari lidah Pandu masuk ke dalam liang senggama Arafah membuat tubuh stand-up comedian muda itu melengkung hebat. Diremasnya kepala Pandu sebagai tanda dia orgasme untuk pertama kali dalam hidupnya.


"Aaahhhh.... Enaaakkkk!!!" Arafah berteriak saat merasakan cairan orgasmenya menyembur keluar dari vaginanya.


Bahkan Arafah mengalami squirt sebanyak dua kali semburan ke mulut Pandu. Nafas Arafah seperti seseorang lari marathon. Buah dadanya naik turun seiring nafasnya. Sekarang vagina Arafah, yang sudah satu centimeter di depan penis Pandu, akan terbelah untuk pertama kalinya. Kepala penis Pandu kini sudah siap menerobos masuk terowongan super ketat itu.


"Siap ya?" Pandu bertanya pada Arafah untuk meyakinkan Arafah sekali lagi.


Arafah tidak berkata apa-apa dan hanya mengangguk sebagai tanda setuju. Pandu perlahan memasukan penisnya ke dalam liang vagina Arafah namun masih tertahan oleh selaput dara Arafah.


"Hsshhhh..." Arafah sedikit berdesis menerima perlakuan Pandu.


Pandu sedikit mengeluarkan penisnya lalu kembali memasukan penisnya ke dalam vagina Arafah secara perlahan hingga akhirnya merobek selaput dara Arafah.


"Hsssshhhh.... Sakit mas... Sakiiittt!" Arafah mulai merasa kesakitan.
"Sakitnya cuma sebentar ya sayang, nanti lama kelamaan juga jadi enak." Pandu berkata sambil mengelus-elus pipi Arafah dan mencium keningnya.


Darah perawan Arafah terlihat mengalir di paha Arafah. Melihat ini, perlahan-lahan Pandu mulai menggerakan penisnya di dalam vagina Arafah.


‘’Emmmhhh.....ssshhhh..." Desah Arafah.


Pandu dengan perlahan menggerakan pinggulnya. Pandu dan Arafah mendesah. Arafah hanya bisa menggenggam pinggiran meja kerja Pandu. Berbeda dengan Shaloom, Pandu justru bermain dengan pelan bersama Arafah. Pandu mulai mempercepat gerakannya dan kini Arafah memeluk erat Pandu. Arafah mendesis, meringis, merintih-rintih saat kelaminnya dan kelamin Pandu saling bergesekan. Arafah menggigit bibir bawahnya sendiri dengan kuat untuk menahan rasa ngilu dan pedih yang sedang ia rasakan di vaginanya. Vaginanya terasa seperti terbakar dan akan robek saja. Tak pernah Arafah merasa seperti ini, bagian bawah tubuhnya terasa penuh sesak. Selang waktu berlalu, ‘sodokan’ penis Pandu terhadap vagina Arafah semakin cepat.


‘’Uhhhhh....Yeaaahhh...sempit banget sayang. Enak!!!’’ Ucap produser film mesum itu menahan berjuta-juta kali lipat kenikmatan.


Lama kelamaan rasa sakit yang Arafah rasakan mulai berganti dengan rasa nikmat seperti yang Pandu katakan tadi.

"Maaaasss.....Teruuusss!!!" Teriak Arafah yang mulai merasa keenakan.


Tampak Arafah sedikit meringis karena vaginanya terdesak benda tumpul. Pandu terus menggerakan penisnya keluar masuk vagina Arafah. Setelah beberapa menit Pandu menggarap Arafah, Arafah berinisiatif untuk merubah posisi menjadi Woman on Top alias posisi cowgirl. Pandu terkejut sekaligus senang melihat inisiatif Arafah ini.


"Gila, kamu katanya polos kok bisa tau gaya ginian???" Tanya Pandu dengan nada terkejut.
"Semalam saya liat di film bokep, mas. Saya mau buktiin kalau saya memang berniat besar mau main di film buatan Mas Pandu!" Ucap Arafah dengan semangat.


Pemain film Cek Toko Sebelah itu kini berada di atas tubuh Pandu yang terbaring di atas meja kerjanya sendiri, dia berusaha memasukkan kepala penis Pandu ke dalam vaginanya, sedikit demi sedikit penis Pandu pun masuk ke dalam vagina artis muda itu, Pandu pun membantu dengan ikut mendorong penisnya agar masuk ke dalam vagina Arafah.


Arafah mulai menggerakan pinggulnya dengan liar bagaikan koboi yang sedang berusaha menjinakkan kuda liar. Pandu hanya bisa menggerayangi tubuh Arafah sambil sesekali menciumi dada dan puting Arafah dan menampari pantat Arafah. Gerakan Arafah itu semakin menggila saat mendengar desahan Pandu yang keenakan.


"Arafaaaah... Aku mau keluar nih!!!" teriak Pandu.


Arafah menghentikan goyangannya dan malah memasukan penis Pandu ke dalam mulutnya sehingga Pandu menembakkan seisi spemanya ke dalam mulut Arafah. Arafah mejilati penis Pandu dengan rakus dan menyedot habis sperma Pandu. Arafah menggunakan Jilbabnya untuk membersihkan sisa-sisa sperma Pandu yang masih menempel di penisnya.


"Wah, gila! Enggak nyangka kamu pinter banget nyepongnya!" Puji Pandu yang tadi merasa keenakan itu.
"Saya mau nunjukkin kalau saya memang bertekad besar mas, makanya saya belajar banyak dari film bokep semalam. Saya mau karir saya lebih tinggi lagi." Jawab Arafah dengan nada polos sambil membersihkan sisa-sisa sperma Pandu yang masih menempel di sekitaran bibirnya.


Arafah berdiri dan kembali mengenakan pakaiannya satu per satu meski Arafah masih sedikit merasakan sakit di area selangkangannya. Sementara Arafah berpakaian, Pandu juga kembali berpakaian dan mengambil secarik kertas dari dalam lacinya.


"Sekarang kamu tanda tangan ini." Perintah Pandu sambil menyodorkan kertas itu pada Arafah.
"Apa ini, Mas?" Tanya Arafah sambil memperhatikan kertas itu.
"Ini kontrak kamu, kamu diterima di film saya." Jawab Pandu sambil tersenyum.


Memang semalam Pandu sudah menyiapkan kontrak untuk Arafah karena Pandu yakin Arafah akan merelakan kesuciannya untuk memajukan karirnya. Arafah nampak senang melihat kontrak itu.


"Wah, yang bener Mas? Asyik!" Ujar Arafah sambil menandatangani kontrak itu tanpa membacanya terlebih dahulu.
"Tapi ingat, kapanpun saya mau kamu harus siap melayani saya. Sekarang kamu itu betina saya, kamu budak seks saya, paham?" Tanya Pandu pada Arafah.
"Paham Mas, paham banget!" Ujar Arafah sambil terburu-buru menandatangani kontrak itu.


Hari itu Arafah membuat keputusan yang akan merubah hidupnya selamanya. Keputusan itu tidak hanya melejitkan karirnya sebagai seorang aktris, tapi juga menjerumuskan Arafah ke dalam sisi gelap dunia hiburan. Pandu, bagai seorang germo, membuat Arafah tidur dengan banyak produser film dan produser sinetron lainnya entah itu laki-laki atau perempuan.



Setelah Arafah meninggalkan ruangan Pandu, tiba-tiba seorang wanita menerobos masuk ke dalam ruangan Pandu dan langsung mengomeli Pandu.


"Anjir lo ya, Ndu??? Maksud lo kirim video Kita ke HP gue apa??? Kalau sampai suami atau anak gue liat HP gue gimana???" Ujar wanita itu dengan histeris.
"Tenang, maksud gue ini cuma buat kenang-kenangan lo aja!" Pandu berusaha membela diri.
"Tenang gimana??? Lo mau ngerusak rumah tangga gue???" Wanita itu masih berteriak dengan histeris.


Perempuan itu menampar pipi Pandu dengan keras.


"Itu pelajaran buat cowo bejat kayak lo!" Ucap Wanita itu lagi setelah menampar pipi Pandu.


Side Story XIX: Dian Sastrowardoyo with Special Guest Star: Titi Kamal.

Note: Side Story ini menggunakan karakter Pandu, si produser mesum dari Side Story V: Tatjana Saphira's First Sexual Encounter feat. Angel Pieters. Cerita ini juga merupakan sequel dari Side Story XVIII: Arafah Rianti. Side Story ini adalah bagian terakhir dari trilogy Pandu.



Setelah Arafah meninggalkan ruangan Pandu, tiba-tiba seorang wanita menerobos masuk ke dalam ruangan Pandu dan langsung mengomeli Pandu.

"Anjir lo ya, Ndu??? Maksud lo kirim video Kita ke HP gue apa??? Kalau sampai suami atau anak gue liat HP gue gimana???" Ujar wanita itu dengan histeris.
"Tenang, maksud gue ini cuma buat kenang-kenangan lo aja!" Pandu berusaha membela diri.
"Tenang gimana??? Lo mau ngerusak rumah tangga gue???" Wanita itu masih berteriak dengan histeris.

Perempuan itu menampar pipi Pandu dengan keras.

"Itu pelajaran buat cowo bejat kayak lo!" Ucap Wanita itu lagi setelah menampar pipi Pandu.

Ya, wanita itu adalah artis cantik Dian Sastrowardoyo. Setelah puas menghardik Pandu, Dian meninggalkan Pandu sendirian di ruangannya. Pandu mulai mengingat-ngingat kejadian saat dirinya dan Dian akhirnya bertemu dan bercinta.

Beberapa Bulan Lalu...



"Ah... Ah... Ah... Enaaakkkk..." terdengar desahan dari dalam sebuah kamar di sebuah hotel mewah.

Ya, suara itu adalah suara dari seorang Titi Kamal yang sedang bercinta dengan Pandu. Selepas melakukan proses shooting beberapa hari lalu, Pandu jadi sering bercinta dengan Titi Kamal, meski Pandu tahu persis kalau Titi sudah memiliki seorang suami. Titi juga tau persis kalau perbuatannya ini salah, tapi Titi sudah terlanjur ketagihan kontol Pandu.

"Terus Ti, enak banget memek lo! Gila!" Teriak Pandu keenakan karena menerima 'serangan' dari Titi.
"Anjiiiing... Enaaakkkk!!!" Titi membalas teriakan Pandu.

Mereka bercinta dengan posisi favorit Titi, yaitu cowgirl. Dengan posisi ini, Titi merasa lebih superior dari lawan mainnya, suami dan selingkuhan-selingkuhan Titi biasanya langsung kalah setelah menerima jurus andalan Titi ini. Titi terus menggoyangkan pinggul dan pantatnya di atas tubuh Pandu. Pandu hanya bisa menggerayangi tubuh Titi sambil sesekali menciumi dada dan puting Titi dan menampari pantat Titi.

"Gue mau keluar!" Teriak Titi keenakan.
"Sama, gue juga! Kita keluar bareng ya!" Sahut Pandu yang sama-sama merasa keenakan.

Akhirnya mereka berdua berteriak dan mengalami orgasme secara bersamaan. Pandu, yang tidak mengenakan kondom, menembakkan seluruh spermanya ke dalam rahim Titi.

"Oh, gilaaaaa! Peju lo anget banget... Enaaakkkk.... Gilaaaaa...." Teriak Titi saat merasakan sperma Pandu menyembur keluar di dalam vaginanya.

Pandu dan Titi merasa kelelahan dan mereka berdua bernafas dengan keras seperti orang yang habis lari marathon. Titi menaruh kepalanya di atas dada Pandu dan memeluk Pandu. Pandu menyambutnya dengan mencium kening Titi yang basah dengan keringat dan mengelus-elus rambut Titi. Keduanya memutuskan untuk bersih-bersih dan meninggalkan hotel itu.

Selesai mandi dan berpakaian, Pandu dan Titi memutuskan untuk makan siang bersama di sebuah restaurant. Mereka menghabiskan waktu bersama dengan makan dan berbincang-bincang seputar teman-teman artis.

"Ndu, gue bisa minta tolong sama lo?" Titi bertanya pada Pandu.
"Bisa aja sih, emang mau minta tolong apa?" Tanya Pandu balik.
"Temen gue, Dian. Itu Dian Sastro. Dia ada proyek film tapi mandeg ditengah jalan." Ucap Titi.
"Lalu?" Pandu bertanya, memotong ucapan Titi.
"Dia perlu dana lagi dan tim produksi baru. Lo bisa bantu?" Tanya Titi lagi.

Pandu terlihat senang sekali, seakan Tuhan memberikan kesempatan untuk dirinya agar bisa mencicipi tubuh seorang Dian Sastrowardoyo.

"Tentu bisa dong! Tapi lo jelasin ke dia ya syaratnya apa aja, tentu lo tau dong? Hehehe." Pandu berkata dengan nada mesum.

Titi tertawa geli melihat ekspresi wajah Pandu.

"Iya, tenang aja. Nanti pasti gue jelasin ke dia kok. Gue yakin dia mau." Titi berujar lalu lanjut meminum kopinya.
"Yakin? Bukannya Dia kan udah berkeluarga?" Pandu kembali bertanya pada Titi.

Titi menaruh cangkir kopinya lalu melanjutkan ucapannya.

"Percaya deh, dia itu orang yang ambisius banget untuk mendapatkan apa yang dia mau. Kalau syaratnya cuma ngewe sama lo, dia mah pasti mau aja. Syarat gampang itu!" Titi Kamal berusaha meyakinkan Pandu.
"Serius?" Pandu kembali bertanya pada Titi.
"Lo pikir gimana caranya Dian dulu bisa terkenal banget? Baru abis kawin sama punya anak aja makanya dia rada tobat." Jawab Titi rada asal.

Pandu mengangguk saja mendengar perkataan Titi. Setelah itu keduanya kembali menyantap makan siang mereka.

Beberapa Saat Setelah Itu...



Pandu duduk santai di ruang tamunya, meminum secangkir teh manis sambil menunggu kedatangan Dian. Jelas Pandu sudah tidak sabar, sejak pertama kali menyaksikan film Ada Apa Dengan Cinta, Dian Sastro sudah menjadi bahan fantasinya. Wajah manisnya serta warna kulitnya yang eksotis membangkitkan gairah birahi Pandu. Bahkan bertahun-tahun kemudian, setelah Dian menikah dan memiliki anak, pesona itu tidak pudar.

Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya Pandu mendengar suara mobil parkir dan seseorang yang keluar dari mobil itu.

Tok Tok Tok.

Pandu mendengar suara ketukan di pintu rumahnya. Untuk menyembunyikan rasa antusiasmenya, Pandu berjalan perlahan dan membuka pintu itu. Saat membuka pintu rumahnya, Pandu disambut oleh wajah cantik seorang Dian Sastrowardoyo.

"Lo Pandu ya?" Dian bertanya tanpa basa-basi.
"Iya, gue Pandu." Pandu menjawab sambil mengulurkan tangannya tapi ditepis oleh Dian.
"Ga usah pake basa-basi segala, langsung aja ngomongin bisnis." Dian berujar dengan nada ketus.
"Okay, baiklah kalau itu mau lo." Pandu menjawab ucapan Dian.

Pandu mempersilahkan Dian untuk duduk di ruang tamunya dan Pandu langsung memberikan kontrak resmi pada Dian.

"Ini kontraknya. Abis lo tanda tangan ini, besok lo akan mendapat uang dan orang tambahan buat project shootingan lo." Pandu berujar sambil menyerahkan secarik kertas kepada Dian.

Dian mengambil kertas itu dan membaca kontrak itu dengan seksama. Jumlah uang dan orang tambahan untuk Dian yang disebutkan dalam kontrak ternyata melebihi ekspetasi Dian.

"Okay, Deal!" Ucap Dian yang kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan kontrak.

Pandu tersenyum puas melihat hal ini.

"Okay, gue udah teken kontraknya, Titi juga udah bilang syarat dari lo. Lo mau ngelakuin ini dimana?" Dian bertanya pada Pandu.
"Ikut gue sekarang." Pandu mengajak Dian ke kamarnya.

Tanpa banyak tanya, Dian mengikuti Pandu ke kamarnya.

"Sekarang gue harus apa?" Dian bertanya pada Pandu lagi.

Pandu mengambil dua pasang borgol dari dalam lacinya.

"Lepas seluruh pakaian lo!" Pandu memberikan perintah pada Dian.

Dian, yang tidak bisa menolak karena dia sudah menandatangani kontrak itu, akhirnya menuruti perintah Pandu dan segera melepaskan seluruh pakaiannya.

"Sekarang lo tidur di atas kasur itu!" Pandu memberikan perintah lagi.

Dian akhirnya merebahkan tubuhnya di atas kasur Pandu. Pandu mendekati Dian lalu memborgol kedua tangannya pada masing-masing ujung tempat tidur.

"Anjir, ini produser mesum pasti fetishnya aneh-aneh, yaudah lah yang penting project gue bisa jalan lagi..." Dian berujar dalam hati.

Pandu kemudian ikut melepaskan seluruh pakaiannya juga dan mendekati Dian.

"Langsung aja ya." Pandu berujar pada Dian.

Dian langsung melotot melihat ukuran penis Pandu.

"Eh tunggu, memek gue belom basah!" Dian memprotes tindakan Pandu.

Pandu tertawa mendengar ucapan Dian.

"Nanti pas gue tancepin kontol gue, lo harus teriak sekencang-kencangnya ya. Gue mau lo teriak seakan-akan lo diperkosa!" Perintah Pandu.

Dian hanya mengangguk pelan sebagai tanda setuju.

"Nah benerkan, ini cowo punya fantasi yang aneh." Dian lagi-lagi berujar dalam hati.
"Tenang, gue ga akan bikin lo kesakitan kok. Memek lo gue basahin dulu ya." Ujar Pandu.

Pandu mulai mengarahkan jarinya ke vagina Dian. Jari-jari Pandu mulai bergerilya di dalam vagina Dian. Vagina Dian terasa sangat sempit dan becek sekali meski sudah beberapa kali melahirkan. Kemudian Pandu mendekatkan wajahnya ke arah vagina Dian dan mulai menjilat dan menyedot vagina Dian.

"Ooohhhh...." Dian hanya pasrah diperlakukan seperti itu oleh Pandu.

Dian bisa merasakan betapa hangatnya lidah Pandu di dalam vaginanya dan mempermainkan vaginanya dengan baik dan benar. Lidah Pandu menyeruak masuk ke dalam vagina Dian yang sempit itu dan tak henti-hentinya menyerang vagina Dian hingga akhirnya Dian mengeluarkan cairan orgasmenya.

"Aaaahhh..... Aaahhhh..." Dian berteriak keenakan saat merasakan orgasmenya.

Pandu mulai memposisikan ulang dirinya dan mulai menempelkan penisnya di vagina Dian.

"Kontol gue, gue masukin ya. Inget request gue tadi." Ujar Pandu saat mulai memasukan penisnya ke dalam lubang vagina Dian.

Dian hanya bisa mengangguk mendengar perintah Pandu.

”Jangan dimasukkin…. Gue gamau…. Jangan… Ini cuma buat suami gue.... jangmmmhhh….” Dian Sastrowardoyo mulai berakting menolak sesuai dengan permintaan Pandu.

Penis Pandu mulai memasuki vagina Dian. Dian merasa vaginanya sudah penuh sekali sedangkan Pandu merasa keenakan karena kehangatan vagina Dian dan pijatan vaginanya pada penis Pandu. Perlahan Pandu mulai menggerakan pinggulnya sehingga penisnya keluar masuk lubang vagina Dian. Gesekan penis Pandu pun semakin intense dan perlahan juga membangkitkan gairah seorang Dian Sastrowardoyo.

“Hmmmmmhhhhhh…… Mmmhhhhh….” Ibu 4 orang anak itu yang berteriak keenakan karena ukuran penis Pandu yang besar, tapi teriakan Dian tertahan oleh ciuman Pandu.

Lidah Pandu menari-nari dengan panasnya di dalam mulut Dian Sastro.

“Ccpphhh... Ccpphhhh..” Pandu melumat bibir Dian dengan sangat bernafsu.

Pandu tiba-tiba menaikkan tempo gerakan penisnya di dalam vagina Dian.

“AAahhhh….. Sakiitttt… aaaahhhhh….. kyaahhhh…. Ampuunnn… aaahhhh” Genjotan Pandu sebenarnya justru membuat Dian keenakan, namun Dian berakting pura-pura kesakitan sesuai request Pandu dan membuat Pandu makin semangat.
"Berisik lo! Rasain kontol gue nih!" Pandu semakin menggenjot tubuh Dian dengan kasar.

Payudara Dian pun tidak luput dari permainan tangan Pandu. Pandu memilin-milin payudara Dian dan sesekali menciumi putingnya.

"Jangan... Gue engga mau diperkosa.. Tolong!!!" Dian meneruskan aktingnya sebagai seorang wanita yang sedang diperkosa.

Akting Dian yang berpura-pura sedang diperkosa itu semakin membangkitkan nafsu Pandu sehingga Pandu semakin liar dalam menggarap tubuh Dian. Tiba-tiba Dian Sastro berteriak lagi.

“Aaaahhh….. Gue mau pipis lagi… Aaaahhhh.... Gue dapeeeetttt...” Dian sepertinya mencapai orgasme keduanya dan terkulai lemas.

Pandu pun kembali menggenjot tubuhnya bertahap dari lambat menuju cepat selama 15 menit dan Dian hanya mendesah kecil karena energinya sudah terkuras. Lalu, Pandu merasakan akan mendapatkan orgasme.

“Dian, gue mau keluarr…. Aahhh..." Ucap Pandu sambil mendesah.
“Jangan di dalam… gue gak mau hamil lagi…. Hhhh… Aaahhhh...” Dian yang sudah lemas tidak mampu memberi perlawanan dan Pandu langsung menyemburkan sperma yang banyak dan vaginanya kini terasa hangat.

Pandu melepaskan penisnya dari vagina Dian.

"Akting lo oke juga, engga salah lo dapat banyak penghargaan ya." Pandu memuji performa Dian.
"Eh, lo kok keluarnya di dalam memek gue sih? Kan ga ada diperjanjian itu!" Ujar Dian pada Pandu.
"Basi, pejunya udah keluar!" Pandu malah meledek Dian.

Dian memasang tampang bete mendengar ucapan Pandu itu.

"Sekarang gue harus ngapain lagi nih?" Dian kembali bertanya pada Pandu.

Pandu melepaskan kedua borgol yang masih terpasang di kedua tangan Dian, lalu Pandu mengarahkan penisnya ke wajah Dian.

"Hisap nih, gue mau tau seberapa jago sepongan lo!" Ucap Pandu sambil memegang penisnya dan mengarahkannya ke mulut Dian.

Dian dengan segera langsung melahap penis Pandu dan Dian segera keluarkan kemampuan terbaiknya, lidahnya memijat-mijat batang penis dan kepala penis Pandu. Dian semakin ganas mengulum penis Pandu. Tidak lupa tangan Dian juga ikut mengurut penis Pandu serta memijat buah zakar Pandu. Pandu, yang sudah tak tahan lagi, kemudian menembakkan seluruh isi spermanya ke dalam mulut Dian.

"Aaaahhhh!!! Legaaa!!!" Teriak Pandu saat menikmati orgasmenya.

Dian menghisap habis cairan sperma Pandu tanpa sisa hingga penis Pandu kembali bersih. Setelah itu Pandu beranjak dari kasurnya lalu kembali berpakaian.

"Coba, sekarang lo nungging" perintah Pandu ke Dian.

Dian tersenyum nakal sebagai mengerti maksud Pandu. Dian akhirnya menungging sambil bertumpu ke tempat tidur dan mengarahkan pantatnya ke atas. Tanpa permisi, Pandu memasukan penisnya kembali ke dalam vagina Dian. Dian hanya bisa menggeram dan mendesah menerima perlakuan dari Pandu yang sembarangan itu. Pandu memainkan penisnya dengan kasar sehingga Dian berteriak sejadi-jadinya dengan puas.

"Bangsat, kasar banget sih lo!" Aktris cantik itu memprotes tindakan Pandu yang sembarangan.
"Udah Diem aja, besok lo gue kasih duit!" Pandu berujar sambil terus menggenjot Dian Sastrowardoyo dari belakang.

Seperti yang dia lakukan pada Shaloom, Pandu menjambak rambut Dian yang panjang dan lurus itu dan menariknya kebelakang. Pandu meraih wajah Dian dan menciumnya dengan liar dari belakang.

"Aaaahhhh.... Aaaahhhh..." Dian terus mendesah dan berteriak karena permainan Pandu.

Pandu juga sesekali menampari pantat Dian sehingga ada bekas telapak tangan di pantat Dian Sastrowardoyo. Tidak hanya itu, Pandu juga menyabet pantat Dian dengan celana dalamnya dengan kencang. Tak diduga, rasa sakit yang Dian alami malah membuat Dian semakin bernafsu.

"Teee... Russss..." ucap Dian sambil keenakan.

Pandu tersenyum melihat lawan mainnya itu.

"Ah... Ah... Ah... Ayo, perkosa gue terus!" Pinta Dian sambil mendesah.

Pandu semakin bergerak dengan liar, bahkan terkesan seperti Dian dipakai asal-asalan.

"Anjir... Gue... Mau... Keluar... Lagi!!!" Teriak aktris pemain film Aruna Dan Lidahnya itu sambil terbata-bata

Benar saja, Dian mengalami orgasme lagi. Pandu melepaskan penisnya dari vagina Dian.

"Udahan nih?" Tanya Dian.
"Emang mau ngentot sampe kapan? Atau lo mau lagi?" Pandu bertanya balik pada Dian.

Dian tidak menjawab pertanyaan Pandu dan langsung beranjak dari kasur Pandu. Dian juga kembali berpakaian.

"Besok lo ke Kantor gue untuk urus semuanya ya." Ucap Pandu kembali memulai percakapan.
"Oke, besok jam 9 gue udah di Kantor lo." Ujar Dian.

Pandu mengantarkan Dian kembali ke mobilnya.

"Jangan cerita-cerita ya, Ndu. Tadi itu antara kita berdua aja." Ucap Dian lagi.
"Tenang aja!" Jawab Pandu berusaha meyakinkan Dian.

Dian menyalakan mobilnya lalu pergi dari rumah Pandu. Pandu kembali ke kamarnya dan membuka lemarinya. Ternyata ada sebuah lubang di lemari itu lalu ada kamera kecil yang merekam perbuatannya dengan Dian barusan.

"Ini bakal jadi kenang-kenangan buat gue. Akhirnya gue bisa ngerasain tubuh Dian Sastro!" Ujar Pandu dalam hati.



Present Day...

"Gue gila juga sih ya, ngapain juga gue kirim video itu ke Dian. Hadeh!" Pandu menyesali perbuatannya.

Pandu akhirnya memutuskan untuk menghapus rekamannya bersama Dian. Baru saja Pandu bersantai duduk, tiba-tiba seorang pria menerobos masuk ruangannya dan langsung menonjok wajah Pandu.

"Heh, siapa lo masuk-masuk langsung nonjok gue???" Pandu bertanya dengan nada panik.

Pria itu nampak penuh amarah dan siap menonjok Pandu lagi tapi ditahan oleh sesosok wanita dibelakangnya.

"Udah, Pah. Jangan!" Ujar Wanita itu.

Wanita itu ternyata adalah Angel Pieters, penyanyi rohani yang selama ini secara rutin ditiduri oleh Pandu. Mereka bertemu saat membuat sebuah serial musikal bersama Tatjana Saphira beberapa tahun lalu. Sejak itu keduanya sangat rajin bertemu untuk bercinta.

"Kamu harus tanggung jawab, kamu sudah hamilin anak saya!" Ayah Angel berucap dengan nada tinggi dan penuh emosi.



Ucapan dari pria itu sontak membuat Pandu kaget.

"Ha.. Hamil???" Pandu bertanya pada Angel.
"Iya, Aku Hamil anak kamu..." Angel berkata pada Pandu sambil menitihkan air mata.
"Kamu yakin itu anak hasil hubungan Kita?" Pandu bertanya pada Angel.
"Aku ga pernah berhubungan seks selain sama kamu!" Angel menjawab dengan nada tinggi.

Pandu terduduk lemas di lantai sebagai tanda tidak percaya.

"Tidaaaaaaaak!!!!" Pandu berteriak dengan keras karena masa depannya sudah hancur begitu saja akibat keteledorannya.

The End of Pandu Trilogy.

Terima Kasih Suhu Sama Side Story XVI - XIX Nya Ya....
 
Bimabet
Suhu klo boleh request dita fakhrana host malam-malam, dia kan agak lemot ntr ceritanya dia dijebak aja
Maaf suhu sebelumnya 🙏
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd