Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT SDS - Syahwat di Sekolah (No SARA)

Status
Please reply by conversation.
Nah lho...berarti tinggal berapa part nih suhu? Jangan2 pestanya jd penutup cerita nih...hehehe
 
Part 36

Lalu kami semua pun berendam air hangat untuk mengistirahatkan tubuh kami yang kehilangan banyak tenaga setelah berngentot ria dan setelah setengah jam kami pun lanjut tidur dan Gw mengajak Putri untuk tidur bersama Gw dan dia pun berkenan.

"Kamu kenapa mau tidur sama aku?" tanya Putri yang tidur terlentang berlepiskan selimut tanpa pakaian.



"Ini malam terakhir kamu bisa begini, kan. Jadi anggap aja ini malam pertama dan terakhir kita bisa tidur bareng." jawab Gw.

"Iya juga sih." jawabnya.

Lalu Gw memiringkan tubuh Gw untuk menghadapnya.

"Andai kamu nikahnya masih lama." ucap Gw lembut sambil mengelus pipinya.

"Hehe, mau gimana lagi." jawabnya tersenyum.

"Aku mau peluk kamu, boleh?" tanya Gw.

Tanpa menjawab, Putri kini memeluk tubuh Gw hingga tubuh bugil kami bersentuhan dibalik selimut hangat.

"Kamu romantis banget sih, Jak." pujinya.

"Makasih."

"Walaupun brengsek, hahaha." ledeknya.

"Ihh, abis muji langsung ngeledek. Males ah." ucap Gw.

"Abisnya, kamu udah punya Muti tapi masih main sama yang lain. Aku gak kepikiran nanti istri kamu gimana."

"Kalo urusan pasangan sih, yang pasti aku bakal prioritasin dia. Aku gak bakal bikin pasangan aku ngeluh sedangkan aku bikin pasangan orang lain seneng." jelas Gw.

"Tetep aja kamu brengsek." ledeknya sambil menyandarkan kepalanya di bahu Gw.

"Tapi kamu seneng kan?" tanya Gw.

"Iyaa. Hehehe." jawabnya.

"Selamat ya, atas pernikahannya." kata Gw mengucapkan selamat kepada Putri.

"Makasihh." jawabnya membelai dada Gw.

"Andaikan kamu belum tunangan, mungkin aku bakal deketin kamu, Put." ucap Gw berandai-andai lagi.

"Andai mulu andai mulu." ledeknya.

"Mau gimana lagi. Besok udah mau nikah." jawab Gw sambil membelai rambutnya.

"Tapi bener sih, aku juga suka kamu dari dulu." ucapnya.

"Hah, dulu?" tanya Gw heran.

"Iya duluu, waktu kita sering main sama Farhah." jawabnya.

"Lah, aku aja baru kenal Farhah waktu awal kerja." kata Gw.

"Bener ya kata Farhah. Jaka udah lupa sekarang."

"Lupa yang mana sih?" tanya Gw bingung.

"Nih aku ingetin yaa. Dulu waktu kecil, kita tuh sering main bareng. Kan ibu kamu sama ibunya Farhah sering ikut pengajian Umi aku, nah kita bertiga tuh main bareng. Tapi kamu deket banget sama Farhah. Dan juga mungkin aku yang lebih tuaan sih ya jadinya aku kayak lagi ngempu dua adik aku." jelasnya.

"Serius deh, aku gak inget sama sekali." jawab Gw.

"Nah, Farhah juga bilang ke aku kalo kamu lupa semuanya. Waktu kamu ke rumah Farhah aja kamu gak inget sama rumahnya padahal kamu dulu sering main ke rumah Farhah." lanjut Putri menjelaskan.

"Emang ya?"

"Dah ah, lupain. Mending kita nikmatin malam terakhir kita aja." ucapnya.

Dalam keadaan bingung Gw pun memeluk tubuh bugil Putri dari balik selimut. Memeluknya hangat bagaikan sebuah guling. Sambil sesekali memainkan payudaranya.

"Kamu suka mainin dada aku, Jak?" tanya Putri.

"Banget."

"Bukannya Bu Nisa?"

"Punya Bu Nisa tuh kegedean, walaupun empuk sih. Tapi kamu empuk juga dan gak kegedean. Jadi, aku lebih suka toket kamu." jawab Gw.

"Tapi kenapa kamu lebih sering mainin toket Bu Nisa?"

"Ya karena aku kan sama Bu Nisa udah deket banget, jadi aku gak takut dianya marah gitu. Kalo sama kamu, aku takut nanti kamunya risih." jawab Gw.

"Iya sih, kadang akunya malu kalo diliatin yang lain. Hehehe." ucapnya.

_____-----_____

"Jak. Jakk. Bangunn."

"Iyaa." Gw pun bangun dari kasur dan mendapati Putri sudah tidak berada disamping Gw.

"Bangun, makan dulu yuk." ajak Kak Sinta yang berdiri membangun Gw.



"Putri kemana?" tanya Gw ke Kak Sinta.

"Udah dari subuh dia bangunnya. Enggak kayak kamu, kebo banget." jawabnya.

"Sikat gigi dulu sana, terus langsung ke meja makan ya. Bu Lena beliin bubur tuh, enak deh." suruhnya.

Gw pun langsung menggosok gigi lalu menemui mereka semua yang sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama.

"Nah gini dong, sarapannya niat. Gak kayak kemaren." ledek Gw ke Bu Ros.

"Masih mending dibikinin, Jak. Gak kayak kamu, tidur doang tau-tau protes." jawab Bu Ros.



"Enak banget ya Jaka, pagi-pagi sarapan bubur pake susu. Hahaha." ucap Bu Nia.



"Tinggal pilih ya, Jak." saut Bu Lena.



Setelah sarapan, kami menikmati waktu santai. Semua melakukan aktivitasnya masing-masing. Melihat Bu Nisa yang sedang menonton film India bersama Bu Lena, Gw pun mendekatinya.

"Bu." panggil Gw.

"Kenapa?" tanya Bu Nisa.



"Nenen." pinta Gw bagaikan anak kecil.

"Sini, sini." ajaknya.

Gw pun tiduran dipangkuan Bu Nisa sambil menikmati toketnya seperti anak kecil yang sedang menyusui. Melihat hal itu, Bu Lena pun ikut bersama kami.

"Suka banget sih kamu tuh Jak sama toketnya Bu Nisa." ucapnya sambil mengocok kontol Gw.

"Abisnya enak." jawab Gw lalu kembali menyusu lagi diikuti dengan elusan tangan Bu Nisa di kepala Gw.

"Kalau ada susunya, mau?"

"Emang bisa?"

"Asal kamu hamilin Bu Nisa." rayunya yang membuat wajah Bu Nisa memerah.

"Emang bener, Bu?" tanya Gw ke Bu Nisa.

"Iya, bisa. Kan susunya ada buat bayinya." jawab Bu Nisa tersenyum.

"Kamu mau hamilin Bu Nisa gak, Jak?" tanya Bu Lena sambil masih mengocok kontol Gw.

"Emang Bu Nisa mau?" tanya Gw ke Bu Nisa.

"Bu Nisa mau, tapi nanti ya nunggu suaminya keluar penjara. Biar gak dicurigain. Sebentar lagi kok, tenang aja." jelas Bu Lena diikuti dengan senyuman Bu Nisa.

"Kita main games, yuk?" ucap Bu Lena.

"Main games apa?" tanya Bu Nisa.

"Nanti dulu, tunggu yang lain ngumpul dulu."

Lalu Bu Lena memanggil semuanya untuk diajak bermain games.

"Jadi gini permainannya. Jaka dikasih penutup mata, terus kira hompimpa. Yang menang, harus ngasih toket atau memeknya ke mulut Jaka. Kalo Jaka bisa nebak, dia harus rimming si Jaka selama 5 menit. Tapi kalo Jaka gak bisa nebak, dia bakal dijilmek sama Jaka selama 5 menit." jelasnya.

Permainan pun dimulai. Gw disuruh tiduran di lantai sementara mereka menentukan gilirannya.

Giliran pertama, seseorang menyuguhkan toketnya ke mulut Gw. Awalnya Gw bingung menentukan siapa pemilik dari toket ini, dikarenakan Gw tidak boleh menyentuhnya.

"Bu Nia?" jawab Gw.

"Hahahahaha." pecahlah tawa dari mereka semua.

Gw yang kebingungan pun tiba-tiba merasakan kontol Gw digenggam lalu ditarik ke atas dan dijilatinya lubang anus Gw olehnya.

"Bener ya?" tanya Gw.

"Iya, bener." jawab Bu Nia disela-sela jilatannya pada lubang sunhole Gw.

Setelah 5 menit selesai, kini bergantian giliran orang selanjutnya.

Secara tiba-tiba, Gw disuguhkan memeknya yang membuat Gw kesulitan untuk menebaknya. Yang bisa Gw jadilan clue hanyalah jembut tipisnya dan tidak tebal kulit memeknya itu.

"Kak Sinta?" jawab Gw.

"Salahhh. Jaka jilmeek." ucap mereka.

Gw pun menjilmek orang itu yang Gw tidak ketahui siapa. Bahkan, desahannya pun ditahan yang membuat Gw semakin kebingungan.

Setelah 5 menit berlalu, orang itu menyudahi jilatan Gw pada memeknya dan bergantian orang lain yang mendapat giliran. Kini kembali memek lah yang Gw dapat.

"Bu Lena?"

"Salaaahhh. Jaka jilmek lagiiii." ucap mereka.

Dua kali sudah Gw menjilmek orang yang Gw tidak tahu siapa. Tapi memang, Gw menyadari bahwa ini bukanlah Bu Lena karena paha Bu Lena jauh lebih montok dari paha seseorang yang Gw jilmek ini.

5 menit berselang, giliran yang lain yang siap Gw tebak. Sebuah memek pun mendarat di wajah Gw lagi. Tetapi belum saja Gw menjilat untuk menebaknya, bulu jembut yang menggaruk wajah Gw pun bisa dengan mudah Gw menebaknya.

"Bu Lena?" jawab Gw.

"Hahahahaha." pecah tawa diantara mereka.

Kini Bu Lena harus menjilati lubang anus Gw selama beberapa menit. Dan tak hanya itu, dia bahkan juga mengocok kontol Gw hingga Gw merasa keenakan dan hampir mengeluarkan peju Gw.

Setelah itu, bergantianlah peserta yang lain. Kembali sebuah memek dihadapkan tepat di atas muka Gw. Awalnya Gw kesulitan untuk menebaknya, tetapi setelah beberapa kali Gw menjilatnya Gw merasa yakin bahwa ini adalah milik seseorang.

"Putri?" jawab Gw.

"Yaahh, Putri kenaa." ledek mereka.

Padahal strategi Putri sangat tepat. Dia berfikir bahwa jikalau dia menyuguhkan toketnya, maka akan sangat mudah bagi Gw untuk menebaknya dikarenakan Gw sangat menyukai toketnya itu. Tetapi, rasa memeknya yang baru beberapa hari pecah perawan itu terasa berbeda dibandingkan yang lain yang membuat Gw bisa menebaknya.

"Maaf ya, Put." ucap Gw meminta maaf dikarenakan kini Putri harus menjilati lubang anus Gw yang merupakan kali pertamanya.

"Gapapa kokk, kan buat seru-seruan."

Setelah 5 menit dengan terpaksa Putri menjilati lubang anus Gw, kini giliran peserta selanjutnya. Dia memberikan toketnya, tetapi bukan pada bagian putingnya, melainkan hanya sedikit kulit toketnya yang menyentuh bibir Gw. Sangat cerdas Gw akui.

Dengan ragu, Gw menebak siapa pemilik dari toket ini.

"Bu Ros?"

"Dihh Jakaa. Orang gampang banget jugaaa." ucap mereka yang lain.

Gw pun melepaskan penutup mata Gw lalu terlihatlah bahwa Bu Nisa adalah pemilik toket itu.

"Padahal dia sering nyusu bisa sampe salah itu. Parah ihh." keluh Kak Sinta.

"Curang kali tuh, Bu. Gak logis nih ahh." protes Bu Nia.

Bu Nisa hanya bisa tertawa-tawa melihat mereka protes ke Bu Lena.

"Udah ahh, game doang kok." ucap Bu Lena menenangkan.

"Yaudah yaudah, gini aja. Karena ini kan kita bikin pesta buat Putri, karena tadi Putri kena hukuman, sekarang saya ngasih reward saya ke Putri aja dehh. Jadi kita semua bakal mandi kucing Putri. Gimana?" Bu Nisa menyampaikan idenya.

Tanpa menjawab apapun, mereka langsung mengerubungi Putri. Putri yang berdiri diantara mereka kini mulai dipeluknya dari belakang.

Dengan perlahan, mereka menarik Putri agar terlentang di lantai. Lalu satu persatu mulai menikmati tubuh Putri dengan lidahnya.

Bu Nisa menjilati memek Putri.

Bu Nia dan Kak Sinta menikmati kedua toket Putri.

Sedangkan Bu Lena dan Bu Ros, mereka menjilati ketiak Putri hingga Putri merasakan kegelian.

Gw langsung ikut andil bersama mereka. Gw dekati wajah Putri, dengan pandangan terbalik Gw ciumi bibir Putri seperti Spiderman yang mencium Mary Jane Watson.

Putri tidak dapat mengikuti permainan bibir Gw seperti sebelum-sebelumnya, kali ini dia terlalu sulit mengontrol kenikmatan yang ditujukan kepadanya.

"Enak Put?" tanya Gw.

Putri hanya mengangguk.

"Nikmatin yaaa." ucap Gw.

Ciuman pun bertubi-tubi Gw jatuhkan ke bibir, pipi dan keningnya. Hingga pada akhirnya, tangannya yang terangkat ke atas mencengkram lengan Gw begitu erat. Pahanya pun menjepit kepala Bu Nisa yang memainkan lidahnya pada memek Putri.

"Aaahhhh. Haahhh. Ughhhhh."

Bu Nisa menyedot habis memek Putri hingga seluruh cairan orgasmenya tertampung di mulut Bu Nisa, lalu ditelannya.

Semua pun mengakhiri permainan. Membiarkan Putri terbaring lemas menikmati orgasme yang baru saja dirasakannya.

"Selamat tinggal, Putriii. Selamat berbahagia yaa." ucap Gw sambil mencium bibirnya yang membuat Putri tersenyum lebar.

Satu persatu dari kami pun mulai mencium bibir Putri dan mengucapkan salam perpisahan dan selamat atas pernikahannya.

"Dadahh Putrii, jangan sampai gabung lagi ke kita yaa." ucap Kak Sinta meledek Putri.

"Emang kenapa, Kak?" tanya Gw.

"Udah punya suami, gak boleh selingkuh." jawab Bu Ros sambil mencium bibir Putri.

"Hati-hati sama Jaka. Nanti digodain lagi." kata Bu Lena sambil mencium bibir Putri.

"Gitu-gitu, Jaka sukanya istri orang loh. Awass." ucap Bu Nia sambil mencium bibir Putri.

"Pokoknya, bahagia ya sama Pak Riski." kata Bu Nisa sambil mencium bibir Putri.

Putri pun meneteskan air mata, bukan kesedihan melainkan kebahagiaan karena telah mendapatkan pengalaman yang sangat berharga ini.

"Makasih yaa semua." Putri berterimakasih kepada kami semua sambil meneteskan air mata.

Lalu kami semua berpelukan untuk mengucapkan selamat berbahagia kepadanya.

Hari sudah siang. Kami harus meninggalkan villa saksi biksu tempat kami bersenggama bersama. Sebelum kami bersiap-siap, kami berfoto bersama seperti yang kami lakukan di awal kedatangan dengan tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh kami.

Putri meminta Gw untuk duduk disebelahnya, bergaya bagaikan sepasang pengantin di kursi pelaminan yang dikelilingi oleh tamu undangan tanpa busana ini.

_____-----_____

Diperjalanan pulang, kami kembali mengatur tempat duduk. Bu Nisa di depan menemani Bu Lena. Kak Sinta di tengah bersama Bu Nia dan Bu Ros.

Gw dan Putri dibelakang, menikmati momen terakhir bagaikan sepasang kekasih.

"Seneng gak, Put?" tanya Gw.

"Sedih." jawabnya.

"Harus berakhir ya?"

Putri menjawab dengan anggukan kepalanya sambil menatap mobil yang lalu lalang dari jendela mobil.

"Bu Lena, jendelanya gelap kan kalo dari luar?" tanya Gw.

"Iya, Jak. Gak bakal keliatan." jawabnya.

Putri kebingungan mendengar pertanyaan Gw itu. Lalu Gw pun berbisik ke telinganya.

"Kamu suka ciuman, kan?" tanya Gw.

Putri pun tersenyum lalu langsung saja naik ke atas pangkuan Gw.

*Cupsss cupss cupss

*Mmuachh mmuachh

*Slurpp slurppp slurpp

"Hahhh."

"Mppphhhhh."

*Cuppssss cupss*

"Hahaha."

*Slurrpp slurpp

"Huhhh."

"Aku gak bakal lupain hari ini." bisiknya.

*Cupps cupsss

"Mmphhhh."

"Kamu udah bikin aku jatuh cinta, Put." bisik Gw.

*Mmuachh mmuachh

*Cuppssss

"Huhhhh."

*Slurppp

"Aku juga."

LANJUT
 
Terakhir diubah:
Part 36

Lalu kami semua pun berendam air hangat untuk mengistirahatkan tubuh kami yang kehilangan banyak tenaga setelah berngentot ria dan setelah setengah jam kami pun lanjut tidur dan Gw mengajak Putri untuk tidur bersama Gw dan dia pun berkenan.

"Kamu kenapa mau tidur sama aku?" tanya Putri yang tidur terlentang berlepiskan selimut tanpa pakaian.



"Ini malam terakhir kamu bisa begini, kan. Jadi anggap aja ini malam pertama dan terakhir kita bisa tidur bareng." jawab Gw.

"Iya juga sih." jawabnya.

Lalu Gw memiringkan tubuh Gw untuk menghadapnya.

"Andai kamu nikahnya masih lama." ucap Gw lembut sambil mengelus pipinya.

"Hehe, mau gimana lagi." jawabnya tersenyum.

"Aku mau peluk kamu, boleh?" tanya Gw.

Tanpa menjawab, Putri kini memeluk tubuh Gw hingga tubuh bugil kami bersentuhan dibalik selimut hangat.

"Kamu romantis banget sih, Jak." pujinya.

"Makasih."

"Walaupun brengsek, hahaha." ledeknya.

"Ihh, abis muji langsung ngeledek. Males ah." ucap Gw.

"Abisnya, kamu udah punya Muti tapi masih main sama yang lain. Aku gak kepikiran nanti istri kamu gimana."

"Kalo urusan pasangan sih, yang pasti aku bakal prioritasin dia. Aku gak bakal bikin pasangan aku ngeluh sedangkan aku bikin pasangan orang lain seneng." jelas Gw.

"Tetep aja kamu brengsek." ledeknya sambil menyandarkan kepalanya di bahu Gw.

"Tapi kamu seneng kan?" tanya Gw.

"Iyaa. Hehehe." jawabnya.

"Selamat ya, atas pernikahannya." kata Gw mengucapkan selamat kepada Putri.

"Makasihh." jawabnya membelai dada Gw.

"Andaikan kamu belum tunangan, mungkin aku bakal deketin kamu, Put." ucap Gw berandai-andai lagi.

"Andai mulu andai mulu." ledeknya.

"Mau gimana lagi. Besok udah mau nikah." jawab Gw sambil membelai rambutnya.

"Tapi bener sih, aku juga suka kamu dari dulu." ucapnya.

"Hah, dulu?" tanya Gw heran.

"Iya duluu, waktu kita sering main sama Farhah." jawabnya.

"Lah, aku aja baru kenal Farhah waktu awal kerja." kata Gw.

"Bener ya kata Farhah. Jaka udah lupa sekarang."

"Lupa yang mana sih?" tanya Gw bingung.

"Nih aku ingetin yaa. Dulu waktu kecil, kita tuh sering main bareng. Kan ibu kamu sama ibunya Farhah sering ikut pengajian Umi aku, nah kita bertiga tuh main bareng. Tapi kamu deket banget sama Farhah. Dan juga mungkin aku yang lebih tuaan sih ya jadinya aku kayak lagi ngempu dua adik aku." jelasnya.

"Serius deh, aku gak inget sama sekali." jawab Gw.

"Nah, Farhah juga bilang ke aku kalo kamu lupa semuanya. Waktu kamu ke rumah Farhah aja kamu gak inget sama rumahnya padahal kamu dulu sering main ke rumah Farhah." lanjut Putri menjelaskan.

"Emang ya?"

"Dah ah, lupain. Mending kita nikmatin malam terakhir kita aja." ucapnya.

Dalam keadaan bingung Gw pun memeluk tubuh bugil Putri dari balik selimut. Memeluknya hangat bagaikan sebuah guling. Sambil sesekali memainkan payudaranya.

"Kamu suka mainin dada aku, Jak?" tanya Putri.

"Banget."

"Bukannya Bu Nisa?"

"Punya Bu Nisa tuh kegedean, walaupun empuk sih. Tapi kamu empuk juga dan gak kegedean. Jadi, aku lebih suka toket kamu." jawab Gw.

"Tapi kenapa kamu lebih sering mainin toket Bu Nisa?"

"Ya karena aku kan sama Bu Nisa udah deket banget, jadi aku gak takut dianya marah gitu. Kalo sama kamu, aku takut nanti kamunya risih." jawab Gw.

"Iya sih, kadang akunya malu kalo diliatin yang lain. Hehehe." ucapnya.

_____-----_____

"Jak. Jakk. Bangunn."

"Iyaa." Gw pun bangun dari kasur dan mendapati Putri sudah tidak berada disamping Gw.

"Bangun, makan dulu yuk." ajak Kak Sinta yang berdiri membangun Gw.



"Putri kemana?" tanya Gw ke Kak Sinta.

"Udah dari subuh dia bangunnya. Enggak kayak kamu, kebo banget." jawabnya.

"Sikat gigi dulu sana, terus langsung ke meja makan ya. Bu Lena beliin bubur tuh, enak deh." suruhnya.

Gw pun langsung menggosok gigi lalu menemui mereka semua yang sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama.

"Nah gini dong, sarapannya niat. Gak kayak kemaren." ledek Gw ke Bu Ros.

"Masih mending dibikinin, Jak. Gak kayak kamu, tidur doang tau-tau protes." jawab Bu Ros.



"Enak banget ya Jaka, pagi-pagi sarapan bubur pake susu. Hahaha." ucap Bu Nia.



"Tinggal pilih ya, Jak." saut Bu Lena.



Setelah sarapan, kami menikmati waktu santai. Semua melakukan aktivitasnya masing-masing. Melihat Bu Nisa yang sedang menonton film India bersama Bu Lena, Gw pun mendekatinya.

"Bu." panggil Gw.

"Kenapa?" tanya Bu Nisa.



"Nenen." pinta Gw bagaikan anak kecil.

"Sini, sini." ajaknya.

Gw pun tiduran dipangkuan Bu Nisa sambil menikmati toketnya seperti anak kecil yang sedang menyusui. Melihat hal itu, Bu Lena pun ikut bersama kami.

"Suka banget sih kamu tuh Jak sama toketnya Bu Nisa." ucapnya sambil mengocok kontol Gw.

"Abisnya enak." jawab Gw lalu kembali menyusu lagi diikuti dengan elusan tangan Bu Nisa di kepala Gw.

"Kalau ada susunya, mau?"

"Emang bisa?"

"Asal kamu hamilin Bu Nisa." rayunya yang membuat wajah Bu Nisa memerah.

"Emang bener, Bu?" tanya Gw ke Bu Nisa.

"Iya, bisa. Kan susunya ada buat bayinya." jawab Bu Nisa tersenyum.

"Kamu mau hamilin Bu Nisa gak, Jak?" tanya Bu Lena sambil masih mengocok kontol Gw.

"Emang Bu Nisa mau?" tanya Gw ke Bu Nisa.

"Bu Nisa mau, tapi nanti ya nunggu suaminya keluar penjara. Biar gak dicurigain. Sebentar lagi kok, tenang aja." jelas Bu Lena diikuti dengan senyuman Bu Nisa.

"Kita main games, yuk?" ucap Bu Lena.

"Main games apa?" tanya Bu Nisa.

"Nanti dulu, tunggu yang lain ngumpul dulu."

Lalu Bu Lena memanggil semuanya untuk diajak bermain games.

"Jadi gini permainannya. Jaka dikasih penutup mata, terus kira hompimpa. Yang menang, harus ngasih toket atau memeknya ke mulut Jaka. Kalo Jaka bisa nebak, dia harus rimming si Jaka selama 5 menit. Tapi kalo Jaka gak bisa nebak, dia bakal dijilmek sama Jaka selama 5 menit." jelasnya.

Permainan pun dimulai. Gw disuruh tiduran di lantai sementara mereka menentukan gilirannya.

Giliran pertama, seseorang menyuguhkan toketnya ke mulut Gw. Awalnya Gw bingung menentukan siapa pemilik dari toket ini, dikarenakan Gw tidak boleh menyentuhnya.

"Bu Nia?" jawab Gw.

"Hahahahaha." pecahlah tawa dari mereka semua.

Gw yang kebingungan pun tiba-tiba merasakan kontol Gw digenggam lalu ditarik ke atas dan dijilatinya lubang anus Gw olehnya.

"Bener ya?" tanya Gw.

"Iya, bener." jawab Bu Nia disela-sela jilatannya pada lubang sunhole Gw.

Setelah 5 menit selesai, kini bergantian giliran orang selanjutnya.

Secara tiba-tiba, Gw disuguhkan memeknya yang membuat Gw kesulitan untuk menebaknya. Yang bisa Gw jadilan clue hanyalah jembut tipisnya dan tidak tebal kulit memeknya itu.

"Kak Sinta?" jawab Gw.

"Salahhh. Jaka jilmeek." ucap mereka.

Gw pun menjilmek orang itu yang Gw tidak ketahui siapa. Bahkan, desahannya pun ditahan yang membuat Gw semakin kebingungan.

Setelah 5 menit berlalu, orang itu menyudahi jilatan Gw pada memeknya dan bergantian orang lain yang mendapat giliran. Kini kembali memek lah yang Gw dapat.

"Bu Lena?"

"Salaaahhh. Jaka jilmek lagiiii." ucap mereka.

Dua kali sudah Gw menjilmek orang yang Gw tidak tahu siapa. Tapi memang, Gw menyadari bahwa ini bukanlah Bu Lena karena paha Bu Lena jauh lebih montok dari paha seseorang yang Gw jilmek ini.

5 menit berselang, giliran yang lain yang siap Gw tebak. Sebuah memek pun mendarat di wajah Gw lagi. Tetapi belum saja Gw menjilat untuk menebaknya, bulu jembut yang menggaruk wajah Gw pun bisa dengan mudah Gw menebaknya.

"Bu Lena?" jawab Gw.

"Hahahahaha." pecah tawa diantara mereka.

Kini Bu Lena harus menjilati lubang anus Gw selama beberapa menit. Dan tak hanya itu, dia bahkan juga mengocok kontol Gw hingga Gw merasa keenakan dan hampir mengeluarkan peju Gw.

Setelah itu, bergantianlah peserta yang lain. Kembali sebuah memek dihadapkan tepat di atas muka Gw. Awalnya Gw kesulitan untuk menebaknya, tetapi setelah beberapa kali Gw menjilatnya Gw merasa yakin bahwa ini adalah milik seseorang.

"Putri?" jawab Gw.

"Yaahh, Putri kenaa." ledek mereka.

Padahal strategi Putri sangat tepat. Dia berfikir bahwa jikalau dia menyuguhkan toketnya, maka akan sangat mudah bagi Gw untuk menebaknya dikarenakan Gw sangat menyukai toketnya itu. Tetapi, rasa memeknya yang baru beberapa hari pecah perawan itu terasa berbeda dibandingkan yang lain yang membuat Gw bisa menebaknya.

"Maaf ya, Put." ucap Gw meminta maaf dikarenakan kini Putri harus menjilati lubang anus Gw yang merupakan kali pertamanya.

"Gapapa kokk, kan buat seru-seruan."

Setelah 5 menit dengan terpaksa Putri menjilati lubang anus Gw, kini giliran peserta selanjutnya. Dia memberikan toketnya, tetapi bukan pada bagian putingnya, melainkan hanya sedikit kulit toketnya yang menyentuh bibir Gw. Sangat cerdas Gw akui.

Dengan ragu, Gw menebak siapa pemilik dari toket ini.

"Bu Ros?"

"Dihh Jakaa. Orang gampang banget jugaaa." ucap mereka yang lain.

Gw pun melepaskan penutup mata Gw lalu terlihatlah bahwa Bu Nisa adalah pemilik toket itu.

"Padahal dia sering nyusu bisa sampe salah itu. Parah ihh." keluh Kak Sinta.

"Curang kali tuh, Bu. Gak logis nih ahh." protes Bu Nia.

Bu Nisa hanya bisa tertawa-tawa melihat mereka protes ke Bu Lena.

"Udah ahh, game doang kok." ucap Bu Lena menenangkan.

"Yaudah yaudah, gini aja. Karena ini kan kita bikin pesta buat Putri, karena tadi Putri kena hukuman, sekarang saya ngasih reward saya ke Putri aja dehh. Jadi kita semua bakal mandi kucing Putri. Gimana?" Bu Nisa menyampaikan idenya.

Tanpa menjawab apapun, mereka langsung mengerubungi Putri. Putri yang berdiri diantara mereka kini mulai dipeluknya dari belakang.

Dengan perlahan, mereka menarik Putri agar terlentang di lantai. Lalu satu persatu mulai menikmati tubuh Putri dengan lidahnya.

Bu Nisa menjilati memek Putri.

Bu Nia dan Kak Sinta menikmati kedua toket Putri.

Sedangkan Bu Lena dan Bu Ros, mereka menjilati ketiak Putri hingga Putri merasakan kegelian.

Gw langsung ikut andil bersama mereka. Gw dekati wajah Putri, dengan pandangan terbalik Gw ciumi bibir Putri seperti Spiderman yang mencium Mary Jane Watson.

Putri tidak dapat mengikuti permainan bibir Gw seperti sebelum-sebelumnya, kali ini dia terlalu sulit mengontrol kenikmatan yang ditujukan kepadanya.

"Enak Put?" tanya Gw.

Putri hanya mengangguk.

"Nikmatin yaaa." ucap Gw.

Ciuman pun bertubi-tubi Gw jatuhkan ke bibir, pipi dan keningnya. Hingga pada akhirnya, tangannya yang terangkat ke atas mencengkram lengan Gw begitu erat. Pahanya pun menjepit kepala Bu Nisa yang memainkan lidahnya pada memek Putri.

"Aaahhhh. Haahhh. Ughhhhh."

Bu Nisa menyedot habis memek Putri hingga seluruh cairan orgasmenya tertampung di mulut Bu Nisa, lalu ditelannya.

Semua pun mengakhiri permainan. Membiarkan Putri terbaring lemas menikmati orgasme yang baru saja dirasakannya.

"Selamat tinggal, Putriii. Selamat berbahagia yaa." ucap Gw sambil mencium bibirnya yang membuat Putri tersenyum lebar.

Satu persatu dari kami pun mulai mencium bibir Putri dan mengucapkan salam perpisahan dan selamat atas pernikahannya.

"Dadahh Putrii, jangan sampai gabung lagi ke kita yaa." ucap Kak Sinta meledek Putri.

"Emang kenapa, Kak?" tanya Gw.

"Udah punya suami, gak boleh selingkuh." jawab Bu Ros sambil mencium bibir Putri.

"Hati-hati sama Jaka. Nanti digodain lagi." kata Bu Lena sambil mencium bibir Putri.

"Gitu-gitu, Jaka sukanya istri orang loh. Awass." ucap Bu Nia sambil mencium bibir Putri.

"Pokoknya, bahagia ya sama Pak Riski." kata Bu Nisa sambil mencium bibir Putri.

Putri pun meneteskan air mata, bukan kesedihan melainkan kebahagiaan karena telah mendapatkan pengalaman yang sangat berharga ini.

"Makasih yaa semua." Putri berterimakasih kepada kami semua sambil meneteskan air mata.

Lalu kami semua berpelukan untuk mengucapkan selamat berbahagia kepadanya.

Hari sudah siang. Kami harus meninggalkan villa saksi biksu tempat kami bersenggama bersama. Sebelum kami bersiap-siap, kami berfoto bersama seperti yang kami lakukan di awal kedatangan dengan tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh kami.

Putri meminta Gw untuk duduk disebelahnya, bergaya bagaikan sepasang pengantin di kursi pelaminan yang dikelilingi oleh tamu undangan tanpa busana ini.

_____-----_____

Diperjalanan pulang, kami kembali mengatur tempat duduk. Bu Nisa di depan menemani Bu Lena. Kak Sinta di tengah bersama Bu Nia dan Bu Ros.

Gw dan Putri dibelakang, menikmati momen terakhir bagaikan sepasang kekasih.

"Seneng gak, Put?" tanya Gw.

"Sedih." jawabnya.

"Harus berakhir ya?"

Putri menjawab dengan anggukan kepalanya sambil menatap mobil yang lalu lalang dari jendela mobil.

"Bu Lena, jendelanya gelap kan kalo dari luar?" tanya Gw.

"Iya, Jak. Gak bakal keliatan." jawabnya.

Putri kebingungan mendengar pertanyaan Gw itu. Lalu Gw pun berbisik ke telinganya.

"Kamu suka ciuman, kan?" tanya Gw.

Putri pun tersenyum lalu langsung saja naik ke atas pangkuan Gw.

*Cupsss cupss cupss

*Mmuachh mmuachh

*Slurpp slurppp slurpp

"Hahhh."

"Mppphhhhh."

*Cuppssss cupss*

"Hahaha."

*Slurrpp slurpp

"Huhhh."

"Aku gak bakal lupain hari ini." bisiknya.

*Cupps cupsss

"Mmphhhh."

"Kamu udah bikin aku jatuh cinta, Put." bisik Gw.

*Mmuachh mmuachh

*Cuppssss

"Huhhhh."

*Slurppp

"Aku juga."
Ini nich bagian Baper nya ....
So sweet banget
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd