Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Bimabet
Ikutan nyimak ya om
 
Secret and Desire
Chapter 10

Rumah Tiga Warna



chapter-10.jpg



Sebuah nasib mengharuskan Brama Wijaya Kusumo berada di kota ini. Pria yang kerap dipanggil dengan sapaan Rama itu tidak punya banyak pilihan, selain mengiyakan kemauan ‘bos besar’ yang menginginkannya untuk memimpin perusahaan cabang Surabaya. Pihak direksi memecat pimpinan cabang sebelumnya karena terlibat skandal penggelapan uang, dan Rama dinilai mumpuni untuk mengisi kekosongan itu untuk sementara waktu, paling tidak sampai kantor pusat menemukan pengganti yang berintegritas untuk memimpin Jensen Development yang sudah 3 tahun berdiri di kota pahlawan itu.

Kalau boleh memilih, Rama sebenarnya tak ingin menduduki jabatan itu–meski hanya sementara–karena ia merasa tak pantas awalnya . Pria dengan kumis tebal itu tidak merasa khawatir akan jabatanya, apa bila ia menolak perintah ‘bos besar’ tiga bulan yang lalu. Bahkan Rama tidak sedikit pun takut akan dipecat, karena namanya sendiri tidak pernah tercatat sebagai pegawai Jensen Group.

“Kamu bantu papa beresin cabang Surabaya!!, pokoknya kali ini kamu ndak boleh nolak!!. Hehehe, apa mau kamu papa pecat sebagai menantu?? Hah hah haaah?. Hmmmmm”

Dengan rasa terpaksa dan sedikit perasaan terancam, Rama berangkat ke Surabaya 3 bulan yang lalu meninggalkan dua orang yang ia cintai untuk sementara waktu. Rama memang tidak pernah mampu untuk menolak segala permintaan Peter Jensen, sang bos besar, yang tidak lain adalah ayah dari istrinya sendiri, Patricia Laura Jensen. Terkadang hal itu yang membuat Rama berpikir bahwa istri dan mertuanya itu memiliki kesamaan sifat, sama-sama keras kepala dan bertindak sesuka hati. Namun anehnya sifat itulah yang membuat dia mau menikahi putri sang konglomerat itu.

Bidang properti memang bukan keahlian Rama, tapi bukan berarti ia tidak sungguh-sungguh menjalani amanat mertuanya itu. Perannya hanya memperbaiki sistem management yang kacau akibat kebijakan pimpinan cabang sebelumnya, dan Rama memiliki 15 tahun pengalaman pada bidang management artis. Meski dua hal yang jauh berbeda management is still management. Sehingga 3 bulan Rama berada di Surabaya, ia mampu memperbaiki kekacauan sistem yang terjadi. Bahkan Rama memperkerjakan kembali semua pegawai yang dipecat oleh pimpinan lama karena tidak mau menjalankan skenario untuk memakan keuangan perusahaan.

Seharian ini suasana kantor sedikit berbeda. Semua pegawai kompak mengadakan pesta perpisahan kecil untuk Rama yang selama 3 bulan ini telah memimpin mereka. Rama memang tidak pernah terlahir sebagai ‘bos’, namun karena hal itulah yang membuat Rama mampu memimpin semua pegawai mencapai performa tertinggi. Seketika itulah Rama mendapat julukan ‘the savior’ dari banyak pegawai meski ia sendiri menganggap itu sangat, berlebihan, karena 3 bulan Rama hanya melakukan apa yang menurutnya benar.

Segala bentuk ungkapan terima kasih diterima oleh Rama, baik secara ucapan atau sebentuk hadiah. Namun lebih banyak Rama menerima ungkapan itu dalam bentuk nyanyian yang tak hanya menghibur dirinya sendiri tapi juga pegawai lainya. Meski pada akhirnya Rama yang lebih menguasai panggung kecil yang disiapkan dengan menyanyi lagu dari band favoritnya.



~~ Secret and Desire~~


Dengan telaten Galih menggerakkan pisau cukur yang tajam itu pada seluruh tubuh Patricia yang sebelumnya sudah dibaluri olive oil. Meski lelah karena tubuh mamanya itu panjang, anak berbakti itu tetap menjalani perintah Patricia untuk mencukur setiap helai bulu ditubuh indahnya tanpa terkecuali. Dimulai dari lengan, betis, paha hingga bulu halus yang tumbuh di belakang leher panjang itu.

Namun Galih sempat terdiam ketika ia hendak mencukur bulu ketiak Patricia yang hitam legam. Lelaki itu merasa sayang untuk mencukur habis bulu yang sering ia mainkan sebelum tidur. Sejak balita Galih memang memiliki kebiasaan memelintir bulu ketek orang tuanya sebelum tidur, dan kebiasaan itu masih belum hilang diusaianya yang menjelang 19 tahun itu.

Patricia memiliki alasan khusus kenapa ia selalu mencukur semua bulu yang tumbuh ditubuhnya. Selain alasan estetika karena ia harus berpenampilan bersih dihadapan pegawai dan kliennya, Patricia juga masih memiliki kontrak eksklusif dengan brand pakaian dalam ‘Alexa’ yang mengharuskannya berpenampilan mulus, tanpa bulu sehelaipun. Bulan ini saja ia harus menjalani beberapa sesi photo di singapura.

“Oh ya mah, ngomong-ngomong sesi foto, Galih jadi inget” Sahut Galih sambil tangannya mencukur ketiak Patricia dengan perlahan, “Galih itu tadi ditawarin sama si Romi buat gantiin dia jadi model ... menurut mama aku ambil atau aku tolak?”

“yo, terserah kamu, wong kamu yang ditawarin bukan mama” Jawab Patricia singkat sembari mengangkat lengan kirinya yang masih berbulu,” Memangnya buat model apaan?”

“Kata photograpernya sih untuk produk butik apa gitu, Galih juga lupa detailnya..”

“Tapi menurut mama bagus juga itu kalau kamu ambil ... yaa ... itung-itung jadi comebacknya kamu ke dunia entertain..”

“Memang mama ngijinin kalau Galih kembali kedunia hiburan lagi?”

“Kenapa enggak? Umur kamu masih muda juga kan...”



Bulu di sekujur tubuhnya Patricia sudah tercukur halus, sekarang giliran Galih yang dicukur oleh mamanya. Patricia meraih pisau lipat itu dan mulai mencukur jenggot dan jambang tipis di wajah Galih, meski awalnya anak itu menolak dicukur karena ingin jenggot itu tumbuh lebat di wajahnya. Setelah itu Patricia meminta Galih untuk menemaninya mandi bersama didalam bathub yang penuh dengan busa beraroma peony, geranium, raspberry serta mawar yang menyegarkan. Tanpa merasa risih sedikitpun Galih segera melepas pakaiannya dan menyusul mamanya yang sudah lebih dulu bermandikan busa.

Tak lama Asih masuk ke kamar mandi dan mendapati pemandangan yang seharusnya terlihat aneh. Namun itu bukan kali pertama atau kedua, gadis berdarah sunda itu melihat majikannya mandi berdua dengan anaknya. Asih sudah tidak lagi menganggap itu sebuah keanehan yang menimbulkan rasa canggung, hingga dengan santainya ia berjalan membawa sebuah baki berisi dua cangkir kopi, sepiring gorengan dan sestoples keripik singkong.

Memang menyatukan aroma Acua di Parma Peonia Nobile dengan aroma warung kopi akan menjauhkan kesan mandi yang mewah. Namun Patricia bukan wanita yang baru kemarin ‘kaya’ sehingga harus ditemani segelas wine atau champagne ketika berendam lalu memamerkannya ke media sosial. Cukup aroma kopi tubruk ditambah alunan Con Te Partiro yang dinyanyikan Andrea Bocelli dan Sarah Brightman, sudah mampu menghadirkan suasana mandi yang mewah dimalam sunyi.

“Makasih Teh....” ujar Galih menerima cangkir kopi dan meletakkannya disisinya.

“Kamu kayaknya capek banget, Asih, istirahat saja gih!!” Pinta Patricia seraya menyeruput kopi pahitnya.

Wajah Asih memang terlihat payah dan terlihat lelah, karena dua minggu ini ia mengurusi rumah yang cukup besar seorang diri, “Ya sudah atuh bu, Asih teh itirahat heula yah..” Jawab Asih singkat lalu meninggalkan ruang mandi berukuran 4x6 meter itu.

Patricia meraih remote lalu memutar lagu careless whisper di sebuah player televisinya. Kemudian ia membuka jendela di samping kirinya dan membiarkan udara sejuk masuk ke ruangan. Seketika itu pula ia bisa mendengarkan alunan nada angin berpadu dengan merdunya suara George Michael yang menimbulkan kesan romantis

Byuuuurr..

Galih menyibakan air kewajah Patricia yang memandang keluar jendela, “Woooy, ngelamun terus.... kangen yaah sama papa ... baru juga tiga bulan gak ketemu, dah berasa 3 tahun aja... lagian papa besok siang kan pulang...” Seloroh Galih saat menyudahi chatnya dengan seseorang.

Namun Patricia hanya sejenak merengut dan kembali mengarahkan pandangan kearah gelapnya malam.



“Jelas kangen lah, sudah 3 bulan papa kamu gak ngerayu mama.

Biasanya malam jum’atseperti ini,

papa kamu akan memutar careless whisper

mengajak mama berdansa kemudian bercinta.”



I feel so unsure
As I take your hand and lead you to the dance floor
As the music dies, something in your eyes
Calls to mind the silver screen
And all its sad good-byes

I'm never gonna dance again
Guilty feet have got no rhythm
Though it's easy to pretend
I know you're not a fool


Careless Whisper by George Michael

Wajar bila seseorang pemberi warna akan dirindu. Ketidakhadiran Rama 3 bulan ini memang memberikan suasana yang sepi didalam rumah besar itu. Tidak ada seloroh khas yang selalu bisa memecah kebosanan. Tidak ada juga celetuk nyeleneh walau kadang membuat kesal tapi tetap dinanti. Rama 3 bulan ini kamu kangen gak sih sama aku? Cause i miss you so...



~~ Secret and Desire~~



“Iya aku juga kangen kok sama kamu... lagian besok kan aku sudah di Jakarta, kita bisa ketemu” Sahut Rama kepada seseorang yang mengajaknya vidio call 15 menit yang lalu.

“Janji yaaa...”

“Iya janji... oh iya, makasih ya kiriman hadiahnya, pakai repot-repot segala ngirimin ke Surabaya, padahal kan bisa dikasih langsung nanti kalau ketemu..”

“Iya sebenernya aku mau kasih langsung ke mas Rama, tapi .... ingin kasih surprice juga sih, makanya aku dua harti lalu kirim .... Eh gak tahunya mas Rama pulang besok... Tapi suka gak?”

Rama memperlihatkan dengan bangga hadiah yang diberikan seseorang dibalik layar sana, “Suka dong, ini langsung dipake..”



Tok Tok Tok ...



“Eh sudah dulu yaah, aku mau rampungin kerjaan dulu..”

“Iya udah decchh padahal aku masih kangen tahuu ... oh ya hati-hati ya perjalanannya ...Byee..”

“Byee...”

“......”



Tok Tok Tok



“SEBENTAR.....”

Setengah jam yang lalu Rama berpamit dari pesta perpisahan untuk dirinya karena ia harus merampungkan beberapa dokumen untuk ia tinggal. Namun sebenarnya ia berjanji untuk menelepon seseorang malam ini. Rama berjalan ke arah pintu ruangan kerjanya untuk mengetahui siapa yang mengganggu kesenangannya. Setelah pintu terbuka pria bermbut slick back itu mendapati dua wanita berdiri didepan pintu.

“Maaf pak ganggu yaa...” Wanita yang mengenakan long sleeve blouse warna putih menyahut lirih.

Meski kesal Rama tetap berusaha ramah dan mempersilahkan mereka masuk lalu bertanya maksud tujuan menemuinya. “Gak apa-apa saya sudah selesai kok.” Sahut Rama mempersilahkan dua wanita yang memiliki paras yang mirip, Ini Lena terus itu Rena kan ya..?” lanjutnya berusaha menebak.

“Bukan pak saya yang Rena, dia yang Lena...”

“Haduuuhh.... Habis kalian ini kayak kembar sih ... sudah wajah mirip nama juga mirip pula, ya wajar dong saya susah ngenalin... he he he...”

Rena tertawa kecil “ Hihi, ya wes biasa pak kita dikira kembar.”

“Ohhh ... Ada apa? Singkat Rama bertanya

Wanita berkacamata itu mulai membenarkan posisi duduknya dan mengutarakan maksud tujuan mereka menemui Rama secara personal.

“Ohh, sudah sihh. Kan sudah cukup ucapan terima kasih dari kalian semua. Saya sampai gak enak harus dapat ucapan terus-terusan”

“Ya kalau ndak gara-gara pak Rama gak tahu deh saya musti kerja dimana lagi, mana anak saya sudah mau masuk TK.” Jelas Rena yang terlihat mulai gelisah

Lena yang baru sekali ini bertatap muka dengan Rama hanya tertegun memandang ketampanan pria dihadapnnya. “Sebenernya maksud kedatangan kita berdua, mau kasih hadiah kenang-kenangan pak..” Wanita pendiam yang membalut tubuh atasnya dengan blouse berwarna hijau mulai membuka suara.

Rena dan Lena sama-sama menjadi korban PHK pimpinan cabang sebelumnya. Melihat gelagatnya, Rama mulai curiga dengan maksud kedatangan dua wanita berparas oriental kekantornya. Sepertinya bukan sekedar berterima kasih karena berkat Rama mereka berdua bisa kembali kerja di kantor ini. Sepertinya ada maksud lain, Rama membatin.

“Sebagai ucapan terima kasih dari kami, Kami ingin memberikan tubuh kami sebagai tanda kenangan.” Tanpa canggung Rena mengutarakan maksud tujuan sebenarnya. Ia mulai bangkit dari duduknya dan menghampiri Rama yang terlihat seperti terhipnotis.

“E-ehhh T-tapi.... kalian gak perlu sampai seperti itu..” Lidah Rama kelu saat berusaha menolaknya.

Hampir 3 bulan Rama terpisah jauh dari Patricia. Selama itu pula ia tidak berusaha menyalurkan hasratnya pada pusat kesenangan mas-mas atau ‘puskesmas’ tidak pula dengan onani. Mungkin ini bisa menjadi waktu terlama bagi Rama menahan birahinya. Namun dihadapkan dengan dua wanita dengan aura menggoda, Rama jelas sudah tergoda.

Bagaimana tidak Lena sang pendiam meski tubuhnya sedikit kurus namun masih menyisakan lekuk yang menggiurkan. Apalagi Rena sang Agresif dengan dadanya yang terlihat brutal membuat bluese putihnya terlihat kekecilan. Lelaki sekuat apapun tidak akan mampu menahan bila disuguhkan keindahan kembar seperti ini.

Tanpa menunggu persetujuan Rama yang justru hanya diam, Rena mulai membelai lembut paha dari lelaki yang sebentar lagi akan menjadi mantan atasannya itu. Sementara Lena memilih mengunci pintu dan memastikan semuanya sesuai rencana. Sudah seminggu ini kedua wanita itu merencanakan ini semua. Mereka ingin membuktikan sebuah gosip yang sedang hangat dibicarkan para karyawati. Seorang wanita dibagian marketing mengaku pernah tidak sengaja melihat Rama sedang pipis dan terkejut akan jumbonya penis atasan mereka itu. Malam ini Rena dan Lena ingin membuktikan itu semua, dan menjadikan mereka dua wanita yang beruntung. Paling tidak mereka ingin memberikan ‘kuluman’ terbaik mereka, selebihnya biar nafsu dan birahi yang mengatur.

Selama menjabat sebagai kepala cabang, memang banyak karyawati yang melirik pak Rama dan tak sedikitnya mencoba merayu. Rasanya wajar bila semua wanita dikantor ini tergila-gila dengan Rama, bagaimana tidak di usianya yang 41 tahun Rama masih terlihat tampan dan mempesona dengan kumis tebal yang membuatnya berwibawa. Belum lagi dengan tubuh bugar dan atletis, wanita mana yang tak mau jatuh di pelukannya.

“Pak Rama gak perlu merasa bersalah, Rena wes janda kok, dan si Lena ini sudah lama dia jomblo... hihih..” Rayu wanita berusia 27 tahun itu yang mulai berani membuka resleting celana Rama tanpa izin.

Rama jelas sudah terjebak dengan situasi ini. Bagaimanapun cara dia menolak rasanya sudah terlambat batang kemaluannya sudah keburu dikeluarkan dari dalam sangkarnya. Batang yang sedari tadi tegang oleh gelayut manja dan menggoda dari dua betina.

Baik Rena maupun Lena sama-sama dibuat terkejut melihat batang sepanjang hampir 7 inch terpampang nyata dihadapan mata. Ternyata gosip yang mereka dengar dari ‘Ratu Ghibah” itu nyata adanya. Penis Pak Brama Wijaya Kusumo memang guedhe, dowo, kuandhel, wuatos, methuthuk dan segala ungkapan lain mulai terbesit dibenak kedua wanita yang semakin dikuasai hawa nafsu.

Huuh.. “ Yowis kalau itu yang kalian berdua mau, tapi saya gak bisa lama loh ya .... jam 10.30 nanti saya harus ngejar pesawat ke Jakarta.”

Mendengar itu Lena lekas melirik jam di lengannya, “wong iki sih jam setengah songo pak, cukup lah....”

Tidak ada respon berarti dari Rena kecuali sebuah sambaran bibir yang langsung mengenai ujung penis yang terlihat besar mengkilap. Dengan rakus dan kalap, wanita berambut hitam sebahu mulai memberanikan diri ‘ngelamod’ penis pria yang duduk dengan santainya, meski tidak yakin batang coklat terang itu akan muat dengan bibirnya yang tipis.

Merasa diri diserobot, Lena yang sedari tadi kalem mulai sedikit lebih agresif. Wanita berambut cokelat panjang itu menarik kepala Rena, hingga Rama harus dibuatnya meringis karena batang penisnya tergerus gigi Rena yang berpagar. Dengan cepat Lena berjongkok lalu mencaplok kejantanan mantan atasannya itu, lalu menghisapnya hingga ke pangkal.

Bak seorang sultan, Rama hanya duduk bersandar dan sedikit tertawa memperhatikan dua wanita yang tak ubahnya anak kecil yang tengah memperebutkan satu mainan yang sama. Sesungguhnya Rama tidak ingin memanfaatkan kesempatan ini, namun apa daya dua wanita cantik ini dengan kesadaran hati menemui dirinya dan meminta Rama untuk menjamah tubuh indah mereka.Oke, aku ikuti permainan kalian, tapi jangan salahin aku kalau besok kalian tidak masuk kerja. hehehe

“Wes wes wes... ojo rebutaan,,, nanti saya kasih kok satu-satu” Hardik Rama memisahkan dua betina yang masih saja berebut, “sekarang kalian berdua berdiri.!”

Meski jabatannya berakhir hari ini, Rena dan Lena tetap memperlakukan Rama layaknya seorang atas. Mereka berdua berdiri dan memperlihatkan lebih jelas postur keduanya. Sebatas pengamatan kilat, Rama menilai Lena memiliki postur lebih tinggi dari rekannya. Namun Rena jauh lebih sintal dan menggairahkan dengan dada yang membusung. Membuat Rama tiba-tiba terserang sesak nafas. Meski secara fisik keduanya terlihat jauh berbeda, namun wajah keduanya terlihat sama, menjurus kembar. Membuat Rama sering kali salah panggil.

Pria yang saat ini tengah dinanti kehadirannya dirumah itu sadar, bahwa ia tidak bisa terlalu lama terjebak dalam perangkap maut yang memabukkan ini. Ia pun meminta keduanya lekas menanggalkan seluruh kancing blouse mereka dan perlihatkan keindahan payudara seutuhnya. Keduanya tentu punya cara tersendiri dalam memamerkan keindahan tubuh masing-masing. Meski keduanya sudah berteman cukup lama, tetap saja, Lena merasa terintimidasi oleh kelakuan Rena yang terus membanggakan bentuk montok payudaranya dengan ara mengguncang dan meremas. Jelas saja, Rena sudah memiliki satu anak sudah pasti bentuk payudaranya jauh lebih matang.

Bermaksud menyenangkan perasaan hati Lena yang sempat jatuh oleh kelakuan temannya sendiri. Rama memberikan kesempatan pertama itu kepada Lena. Setelah ia meminta keduanya menaikkan rok pendek mereka, Rama duduk di sofa double seat lalu meminta Lena menduduki penisnya. Kembali tebakan Rama terbukti kali ini, bibir Lena terlihat lebar dan begitu pula bibir kemaluannya. Sehingga kejantanan yang menjulang bagai bambu itu itu cukup mudah memasuki liang peranakan gadis 25 tahun itu.



BLEEESSSSS.....

ACHHHHH.....

Kesal karena temannya yang lebih dulu mendapat giliran, Rena memukul wajah Rama yang dengan sebelah payudaranya. Pria jangkung bertubuh kekar itu seketika ‘geliengan’ dihantam sebongkah daging empuk. Kali ini Rama tidak mencoba menebak ukuran bra yang dikenakan Rena. Pria itu hanya membayangkan bila payudara Rena akan membuat penisnya cidera kalau terlalu lama menggapit penis miliknya.

Sembari menikmati permaian Lena yang dirasa terlalu lembut, Rama ‘merogoh’ dan ‘mengobel’ vagina Rena yang berbulu tipis, tentu dengan mulut yang penuh karena dijejali puting oleh si empunya.

Merasa permainan akan berlangsung lama bila dilakukan dengan rytme seperti ini, membuat Rama memutuskan meminta mereka duduk berdampingan. Melalui perangkat multimedia dikantornya itu, Rama memutar welcome to the jungle milik Guns N’ Roses lalu bergantian memompa vagina mereka sesuai dengan beat yang dikeluarkan Slash. Lirik yang dinyanyikan Axl Rose dijadikan panduan oleh Rama, kapan ia harus memompa vagina Lena kapan ia akan menghujam memek Rena. Pimpinan cabang sementara itu berusaha untuk adil dalam hal ini.

ACHHHHHH

ACHHHHHHH

Kedua wanita seksi itu mulai terdengar seperti pelacur ketika mereka menjerit–entah menjerit karena sakit atau karena enak.

ACHHHHHH....

ACHHHHH PAKKKKkkkkk.....



“You know where you are?

You're in the jungle baby.....

You're gonna die........~~~.“



Welcome to the Jungle by Guns N' Roses

Rama mencoba ikut melantunkan lirik yang dilengkingkan Axl Rose saat kembali ia menggoyang pinggulnya dengan hujaman keras dan menusuk. Tanpa peduli Rena dan Lena meraung merasakan orgasme yang tidak disadari oleh Rama.



“In the jungle, welcome to the jungle

Watch it bring you to your .....

shun n-n-n-n-n-n-n-n knees, knees”


Knees, kedua wanita itu sudah tak berdaya dan serasa ingin berlutut memohon ampunan dari sang savior. Namun Rama seperti tak ingin menyelamatkan mereka berdua dan masih saja memompa vagina meskipun sudah banjir oleh lendir putih kental yang keluar dari liang peranakan.

“SEPURONE PAK Ramaaaa... achhhhhhh..... Juancuuk wenake poll kiii achhhh....”

“WEEEES toohhh paaak,, galaaaaak banget siiih”

Racauan kedua wanita yang sudah basah oleh banjiran peluh tak sedikit pun dihiraukan oleh Rama. Bahkan Pria yang masih berpakaian lengkap itu dengan teganya mengulang single pertama album debut GnR, Appetite for Destruction yang dapat juga diartikan, hasrat yang merusak. Rama mulai melonggarkan gerak tubuhnya bersamaan dengan Axl Rose menutup lagunya.


“Down the jungle, welcome to the jungle

Watch it bring you to you

It's gonna bring you down, huh”



Rena dan Lena benar-benar merasa jatuh sejatuh-sejatuhnya. Mereka dibuatnya tertunduk pasrah hingga mengeluarkan cairan orgasme sebanyak dua kali hampir bersamaan. Ini jauh diluar yang mereka bayangkan, mereka pikir mereka akan mendapatkan perlakuan romantis dari pak Rama nyata, Rama justru memperlakukan mereka tak ubahnya seperti wanita bayaran. Namun mereka sendiri yang dengan suka rela menyodorkan tubuh indah mereka untuk sang pemimpin yang mereka hormati dan kagumi selama 3 bulan ini. Seseorang yang telah menyelamatkan mereka berdua dari pemecatan yang mereka terima. Sekali lagi mereka hanya berlutut, tertunduk pasrah saat Rama mengocok penisnya dihadapan wajah mereka berdua. Hingga batang kemaluan jumbo itu mengeluarkan banyak mani hingga hampir memenuhi wajah cantik keduanya.



It's gonna bring you down, huh

CROOOT....




~~ Secret and Desire~~


“Maaahhh. Kok sampe bulu di pantat mama Galih yang cukurin sih” Protes Galih saat Patricia meminta anknya mencukur bulu selangkangannya.

“Kalau bukan kamu siapa lagi. Coba bayangin kalau papa sama mama nanti sudah stroke? Gak bisa ngapa-apa .... Siapa coba yang akan bantuin papa sama mama kalau kita ingin buang air, siapa yang bakal bantu mama cebok? Haaah Ya kamu dong Galih... “

Untuk kesekian kali Patricia menggunakan alasan itu untuk meminta Galih menuruti kemauannya. “Iya iya... ya nungging cepetan...!!” Meski menbggerutu Galih tetap melaksnakan perintah orang tuanya.

“Hehehehe....”

Air hangat didalam bathup bergemericik menghikuti gerak tubuh Patricia yang mencoba menungging, membelakangi Galih yang tengah meraih pisau lipat dipinggiran. Hufft , sejenak Galih menghela nafas dan mencoba pasrah dan menerima segala kemauan mama bule yang kadang diluar nalar pikirannya sebagai anak muda. Dengan sangat telaten Galih mencukur semua bulu kasar yang tumbuh diarea anus Patricia, bahkan ia menggunakan tweezers untuk beberapa area yang dirasa perlu dicabut bulunya. Mama Patricia memang terkadang seperti ABG remaja yang menghadapi kencan pertamanya, semuanya harus serba perfect and clean,

Di depan cermin panjang Patricia berdiri memandangi pantulan tubuhnya indahnya yang kini nyaris tanpa bulu, hanya tersisa sedikit bulu berbentuk segitiga di atas klitorisnya. Cukup lama wanita itu berdiri dan meyakinkan diri bahwa ia masih muda, masih belasan tahun, masih belia, atau bahkan masih perawan. Tetapi rambut kelabu dikepala dan kerutan disejumlah titik tubuhnya serta ‘jengger’ yang mencuat dari bibir vaginanya sudah cukup membuktikan bahwa Patricia sudah tidak lagi muda.

“Udah tuaaa....” Ledek Galih cuek sambil meminum kopi yang sudah terasa dingin.

Grrrrrrrr...

Ledekan itu tak sampai mengenai hati Patricia. Tapi tetap saja sebuah botol sampo ukuran besar dan berisi penuh melayang kearah Galih dan mendarat tepat diatas penis anaknya yang lemas karene air panas.

“ACCCWWWWWWWW.”



“Hahahaha.....” Patricia hanya tertawa lepas sambil berlalu kearah kamar meninggalkan Galih yang merintih kesakitan “ Syukuriin makannya jangan suka ngeledekin mama, kena karma kan kamu... Huh! .... Hihihihihi”



Usai mandi Patricia mengenakan daster batik. Meski bergelimang harta dan memiliki banyak koleksi pakaian branded, tetap saja wanita bule itu tetap menjatuhkan pilihan pada daster batik untuk ia kenakan tidur. Walau terkadang ia kerap kesulitan mencari ukuran yang sesuai dengan tubuhnya, Patricia tetap menaruh daster batik pada urutan pertama bila ia berkunjung ke Solo dan Pekalongan. Ia lekas memejamkan matanya sesaat ia menjatuhkan tubuhnya diatas kasur beralas seprei putih dan selimut bulu. Matanya terasa berat akibat petualangannya hari ini dengan banyak lelaki. Tak terhitung orgasme serta squirt yang ia dapat seharian ini. Ia ingin segera terlelap dalam alam mimpi. Agar saat bangun ia terlihat fresh dan cantik hingga siap untuk menemui sang suami tercinta.

Sementara itu Galih masih disibukan dengan beberpa pekerjaan rumahnya. Sebelum tidur ia menyempatkan mengisi perutnya, ia belum sempat makan karena keburu diminta menemani mamanya mandi. Sembari makan ia membalas chat dari seseorang yang menyatakan bahwa ia setuju dengan tawaran itu.


I Am Galih : Oke mbak, aku terima tawarannya.

......

Mbak Photographer : Akhirnya, kalau begitu senin besok bisa ketemuan gak? Kita bahas konsep dan jadwal. Pokoknya gw ngikut jadwal kuliah kamu aja deh.

I Am Galih : Sip sip, bisa mbak... nanti kabarin saja mau ketemuan dimana.

Mbak Photographer : Oke, nanti gw kabarin kalau gw sudah di Jakarta, thanks yaa, good nite

I Am Galih : Yuhuuu...



Galih tidak peduli dengan risiko yang mungkin saja bisa terjadi. Dengan segala pertimbangan akhirnya Galih memutuskan menerima tawaran Romi untuk menggantikannya sebagai Photo model. Ia sendiri belum mendapatkan detail ia akan menjadi model produk pakaian apa. Tapi kali ini ia tidak pedului, karena selama ini Galih memang menyukai tantangan.

Setelah menyiapkan buku untuk sekolah besok, Galih menyusul mamanya yang sudah terlelap tidur. Ia menutupi tubuh Mamanya dengan selimut lalu dia naik dan berbaring dekat dengan Patricia, tentu dengan maksud mencium ketiak mamanya yang kini putih dan mulus sampai ia tertidur dengan pulas hingga fajar menjelang.

Hammer to Fall by Queen live Aid 1985

~~ Secret and Desire~~

Hammer to Fall by Queen live Aid 1985

Eeeeeeeeeeeeeeeooooooooopppp.......

EEEEOOOODDDOOOPPP....

EEEEEEEEDOIDIDDOO DIII DOOO DEEDOOOP

EDDOOOOPPP

ALRIGHT



Hey hey hey hey, “Hammer to Fall”




Mimpi indah tentang kemegahan alam Indonesia segera terputus oleh teriakan melingking di pagi yang masih buta ini. Lamat-lamat Patricia mencoba membuka mata dan mencari siapa yang tega merusak ketenangan paginya. Waktu masih terlalu pagi untuk dia bangun, ini masih pukul 05.30 sementara ia berencana bangun pukul 09.00

“Siapaaa Siiihh berissiik banget pagi pagiii nyalain musik kenceengg... Galiiihhh matiiin” Patricia berusaha menendang tubuh Galih ditepi kasur karena mengira anaknya yang menyetel musik kencang sampai masuk kealam mimpi. Namun Sejauh ia mengingat Galih tidak pernah mendengarkan genre musik seperti ini.

Setiap harinya Galih selalu mendengarkan musik-musik indie yang kadang membuat Patricia bingung dengan liriknya yang begitu syarat makna. Satu-satunya manusia dirumah ini yang menyukai jenis musik yang sedari tadi menggema hanyalah Rama, sang suami. Tapi semalam Rama telepon kalau dia baru sampai bandara siang nanti. Lalu siapa seseorang yang barusan menirukan Freddy Mercury saat membuka Hammet to Fall pada konser live Aid 1985 itu..Aghhhh. Dengan mata yang masih lengket Patricia kembali bersembunyi balik selimut dan menutup wajahnya dengan bantal.



“Sayaaaanggg.... “

“Galiiihhhhh”

“PAPAA .... IS .... HOOOOMEEEEEEE.....”



“Woooooyyy bangun kaliii sudah pagi iniiii....”

“OOOEEEYYYYY.....”

“OOEEEEYYYYY.....”

Dentuman drum Joger Taylor dan pekikan suara gitar Brian May seketika berganti dengan suara menggelegar yang keluar dari megaphone. Suara itu makin memekikkan kedua gendang telinga yang membuat Patricia terpaksa bangkit dari tidurnya.

“HEEYY SIAPA SIHHHH BERiiiss.....”

“Good morning, my srengenge..”

Patricia segara menurunkan nada bicaranya dan mengurungkan niatnya untuk marah setelah tahu siapa sang pembuat onar dipagi buta ini. “R-rama...”

“Yes Baby ... you wanna dance with me “ Meski rayuan itu terdengar gombal dan terkesan tidak tepat waktu. Namun rangkaian bunga daisy membuat suasana berubah sedikit lebih romantis. Paling tidak itu menurunkan sedikit emosi Patricia pagi ini.

“You brought me a daisy??”

”Iya, bunga kesukaan kamu..”

“Makasih..” Tersipu Patricia menerimanya

Rama memang tidak pernah bisa mengatakan kata-kata romantis. Bahkan kalimat sederhana seperti i love u selalu ia ucapkan dengan cara ribet serta dengan embel-embel lain–i love u my tongklang (tinggi, jangkung), i love u srengenge (cahaya matahari) atau kalimat pamungkas yang sering membuat jengkel Patricia i love u , really?.Namun semua itu tak menyurut rasa cinta Patricia terhadap suaminya. Karena baginya, Rama adalah sosok lelaki sempurna yang menerima apa adanya. Menerima segala kekurangan serta menerima segala dosa.

“Kamu ih, suka banget ngerjain aku, katanya nyampenya siang, tahunya jam segini dah muncul. Tahu kamu pulangnya sepagi ini kan aku bangun cepet dan dandan... hmmm...” wajah cantik menggemaskan itu mulai menggerutu.

“Iya, tadinya memang mau pakai pesawat pagi ini. Tapi kemaren ada penerbangan malam ya aku ambil deh... Aku kanpengen kasih kamu Sunrise....”

“Surprise sayang bukan Sunrise.. gimana sih kamu “ Gemas dengan bahasa planet sang suami membuat Patricia gemas memeluk tubuh kekar Rama. Tubuh yang selalu mau memberikannya sandaran dikala suka dan duka.

Usai pelukan yang menghantarkan hangat di pagi yang dinigin ini, Rama mengecup bibir Patricia. Rama sangat suka bau mulut Patricia ketika pagi. Baginya bau itu justru membangkitkan semangatnya sehingga sebuah kecupan berubah menjadi ciuman yang panas membara, menimbulkan suara keceplak yang kadang menggemaskan.

“woooyyyy... berisik ih cipokannyaaaa.... hmmmmm” Galih mulai terusik mendengar suara pagutan kedua orang tuanya...

Rama terkaget mendengar suara itu, lalu ia segera melepac bibirnya dari mulut istrinya “ WOY Monyeet, sudah gede tidur sama mama terus.... banguun sudah pagiii” Sentak Rama meenggoyang tubuh Galih dengan kakinya.

“Heeeee eeemmmm”

Patricia kembali merebahkan tubuhnya dan disusul dengan sebuah pelukan erat dari Rama “Hmmm kamu pasti kangen kan sama aku... hmmmmm hmmmm?” sebuah tanya bebarengan dengan sebuah raba pada buah dada rata Patricia.

“Hmmmm Kangeennn...” ungkapan manja Patricia yang mulai terdengar geli di telinga Galih yang belum juga beranjak.

Tangan-tangan kekar sang suami segera menjamah ceruk kewanitan sang istri yang masih gersang dan dingin. Tangan itu terus meraba dan bermain didalam daster batik setinggi lutut.

Sambil terus menjamah dan terkadang menusuk Rama berbisik ingin menelisik “siapa saja yang menyentuh ini selama aku gak ada. Hmmmmmm??

“ACHHHH.... maaass ... hmmmmm....”

Patricia tak lekas menjawab pertanyaan Rama. Baginya sentuhan sang suami selalu berbeda dengan sentuhan puluhan lelaki yang pernah menjamahnyua. Itu bukanlah sentuhan nafsu, melainkan sentuhan cinta. Sebentar saja vagina yang semalam sudah dicukur rapi itu disentuh, seudah menciptakan kelembaban yang menghangatkan sanubari.

“Wooyyyy.... cieee... kangen kangenan nihhh....” suara meledek menggelitik telinga kanan Rama dan seketika membuat Rama murka sejadinya.

“Ini monyeet disuruh bangun masih disini ajaa.. cepet bangunn .. BANGUN....” Disusul dengan sebuah jeweran yang menggeret Galih dari atas kasur menuju kamar mandi. “ cepet mandi nanti papa anter sekalian kita sarapan bareng...”

“Iya iyaa... adaa daaaahhh,,, iya iya ... ampun ampun ... iya ini mandi....”

“Kamu ini ih, jahil banget setiap pagi ... kasihan tahu Galih ...”

Rama kembali menghampiri Patricia yang memiringkan posisi tubuhnya.”Bukan jahil atau galak. Itu biar suatu hari nanti Galih akan mengingat kejadian-kejadian seperti ini.” Penjelasan yang logis dan beralasan.” Oh ya sampai mana tadi kita..?”

Patricia mengangkangkan kedua kaki jenjangnya hingga selangkanganya merekah merah dan indah, seindah bucket Daisy diatas meja,” Sampai ... siapa saja yang menjamah ini selama kamu gak ada...” Dengan genit dan nakal Patricia memegangi dan ‘menjembreng’ bibir vaginannya.

“So, siapa aja? Atau kita ubah, berapa lelaki yang berusaha menggantikan aku 3 bulan ini? Hmmmm.....” Sebuah cengkeraman kuat mendarat pada lembah kewanitaan Patricia, menusuknya dengan keempat jari sekaligus seolah mencoba menelisik sang istri.

Bibir merah Patricia terbuka lebar tanpa suara ketika tangan sang suami dengan kasar memainkan keempat jarinya, menggaruk , menggelitik dan membelai dinding vagina yang kian basah. Patricia mulai menyebutkan angka dari satu dan seterusnya.

“1 hmmmmma sstttt....”

“5....... Achhhhhhhhhhhwwwwww....”

“10... hmmmpprrtttttt...”

“100... 1000.. achhhhhh achhhhh.... a Million”

Angka acak yang disebutkan Patricia mewakili seberapa kuat jemari Rama mencengkeram dan mengocok. Semakin besar angka itu semakin dalam pula telapak tangan sang suami tenggelam pada jurang kenikmatan.

“Wees aja di kobok bae jal, ACHHHH .... N-ngerti turuke bojone N-ndower, koh ya di obok-obok bae, “ (“Udah sih jangan di kocok terus, ACHHHH ... Dah tahu memek istrinya lebar, pakai di obok-onok terus,”) Racau Patricia dalam bahasa Jawa ngapak yang justru membuat Rama jatuh cinta....

“Iya iya... jan ora sabaran banget koe yaah ... karo kontol v7.4.” Sahut Rama buru-buru mengeluarkan penis 7.4 yang selalu membuat Patricia melayang. 7 Inchi x 4 cm.

Tanpa sebuah peringatan Rama menghujam kencang penis jumbonya menuju liang peranakan sang Istri, sampai amblas. Patricia hanya menjerit tanpa suara sembari jemarinya meremas kencang rambut sang suami.

“ACHHHHh... gak peduli berapa ratus laki-laki yang memek kamu ... ACHHHHH .... gak juga peduli berapa ratus liter pejuh tersiram di rahim kamu,,,, achHHHhh... Mereka tidak akan pernah mendapatkan apa yang sudah aku dapatkan selama ini.”Rama mulai meracai disetiap hentak keras pinggulnya,” Lelaki itu boleh saja mendapatkan tubuh kamu... tapi mereka gak akan pernah mendapatkan cinta kamu..... ACHHHHHH”

PLOOOP PLOOOP PLOOOOP

Suara pinggul yang beradu menimbulkan suara nyaring yang gurih. Memicu otot untuk berkontraksi lebih kencang. Baik Rama maupun Patricia tak ada yang mau mengalah. Mereka berdua ingin mendominasi tubuh pasanganya, sehingga mereka saling berguling berebut posisi atas. Tanpa sadar tubuh keduanya mulai terbungkus sprei putih.

“Woooyyy Galih sudah siaap niiih... katanya mau nganterin sambil sarapan bareng. Malah sarapan duluaan...” Kesal Galih melempar dengan bantal kedua orang tuanya yang tengah menikmati serangan fajar.

“Hehehe.... sudah sana kamu tunggu di bawah dulu gih..!! papa mau *advertising dulu” (appetizers)

Kesalpun rasanya percuma kedua orang tua Galih memang demikian adanya. Galihpun kemudian turun meminta supir menyiapkan mobil.

Hehehe...

“hehe.. ya sudah kita lanjutkan nanti malem saja yaaahh.” Patricia memberi usul namun bertolak belakang dengan tubuhnya yang seolah ingin terus melekat pada tubuh Rama.

“Ya sudah kita buat fast food aja?” Rama memberi usulan lain dengan fastfood , sebuah istilah yang mereka buat untuk mengganti istilah quicky sex.

“Mau berapa menit atua berapa detik” Tanya Patricia sambil membebaskan diri dari lilitan kain sprei. “record tercepat kita kan 60 detik.”

“Mau mecahin record itu?”

“Boleh... !!!”

Setelah tubuh mereka terbebas dari belenggu yang mereka buat sendiri. Mereka mencoba mengatur nafas. Cukup lama mereka menenangkan diri sembari mengencangkan otot panggul. Setelah persiapan dirasa cukup. Patricia mulai mengatur posisinya mendekat pada sandaran kepala. Begitu pula Rama yang mempersiapkan stopwatch dihandphonenya.

“Oke siap .. 3..... 2 ...... “

Setelah hitungan mundur Rama mulai memompa tubuhnya sekencang yang ia mampu. Pria 41 tahun itu seperti seekor pejantan yang bertahun-tahun tak berjumpa dengan sang betina. Patricia pun melakukan hal yang sama, dengan menghentakkan pinggulnya keatas dan mencengkeram penis suaminya lebih kuat dan lebih menggigit. Gerakan liar dan buas itu mulai terhenti saaat hitungan menunjuk angka 55 detik. Mereka keluar hampir bersamaan dengan waktu dibawah 1 menit..



ACHHHHHHHHHHH

YESS .... RECORD TERPECAHKAAAN........


Sekian Dulu
Sampai Jumpa Esok Hari

 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd