Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Ma kasih up na. Kena pukulan memang kesialan krn ada yg salah paham dr kejujuran Galih. La yg dpt "makan" di sekolah dan tempat kursus ma keberuntungan yg tdk diinginkan. Ternyata susah nolak tu 2 guru. Llanjut lg Danila yg nangis gegara Galih masuk rs dipukuli 2 sahabatnya :beer::beer::beer::beer:
 
Ni galih digoda gadis2 cantik sexy, bahkan memeknya udah di depan mata tetap tak tergoda, jangan2 nanti ketemu tante elin malah langsung tergoda 😁
 
Ma kasih up na. Kena pukulan memang kesialan krn ada yg salah paham dr kejujuran Galih. La yg dpt "makan" di sekolah dan tempat kursus ma keberuntungan yg tdk diinginkan. Ternyata susah nolak tu 2 guru. Llanjut lg Danila yg nangis gegara Galih masuk rs dipukuli 2 sahabatnya :beer::beer::beer::beer:

Tapi apakah Galih sekuat itu menahan diri?
:pandajahat:
 
one-shot-2.jpg




Minggu ini aku terpaksa tidak sholat jumat karena kondisi yang tidak memungkinkan. Penisku masih terbungkus perban dengan baluran ‘jamu oles’ yang diberikan seorang tukang jamu kemarin. Dia mengaku bernama Jum, namun setelah aku riset, Jum atau Juminten adalah nama perusahaan jamu yang berbasis di kota Solo, mungkin itu salah satu resellernya. Menurut website resmi mereka, perusahaan itu menyebut para tukang jamunya sebagai reseller atau agent. Terdengar aneh memang, namun jaman sekarang apa pun bisa jadi mungkin.

Ada yang aneh setelah aku membungkus penisku dengan ramuan jamu ini, memang penisku sudah tidak lagi lebam, bahkan lecetnya sudah menghilang. Namun, sejak semalam sampai sekarang penisku sering tiba-tiba membesar, padahal tidak ada apapun yang membuat aku terpengaruh. Itu kenapa aku memilih tidak berangkat sholat jumat, karena gak enak juga sembahyang dengan kondisi kelelakian tiba-tiba menyembul. Sepertinya aku memang harus bertanya pada tukang jamu kemarin, apa isi dari jamu itu dan apa efeknya.

Berhubung di rumah tidak ada orang, aku memutuskan duduk di teras depan, sambil menungu siapa tahu tukang jamu kemarin lewat lagi. Karena setahuku di perumahan ini tidak pernah ada tukang jamu, kemarin saja sebenarnya mama yang menyuruh tukang jamu itu datang.

Bosan menunggu, akupun menuju garasi untuk memanasi mesin mobilku, yang memang jarang aku panasi, karena memang gak pernah sekalipun aku pakai sejak membelinya. Aku mengenakan sarung karena penisku masih aku bungkus dengan kain perban. Sebenarnya sudah boleh aku lepas, namun tanggung, nanti saja sekalian mandi.

PERMISI PERMISI.....

Samar aku mendengar suara seorang wanita ditengah raungan mesin muscle car. Akpun mematikan mesin mobil itu, dan benar ada seseorang didepan gerbang. Aku lekas kesana dan kutemui seseorang wanita berpakian kebaya lengkap, namun ini bukan wanita yang kemarin kesini. Wajahnya jauh berbeda,

“Ada perlu apa ya mbak?”

“Saya disuruh bu Patricia kesini, katanya disuruh nengokin anaknya, mas Galih.” Ungkap wanita yang baru saja kupersilahkan masuk

“I-iya saya, Galih. Ada apa ya memangnya..” tanyaku “Eh bentar deh mbak itu tukang jamu yang kemarin datang kesini bukan?”

“Bukan, mungkin itu salah satu karyawan saya.” Jelasnya, “Oh ya, sampai lupa, nama saya Ayu.” Lanjutnya menjulurkan tangan.

Karyawan?

“Oh ya, silahkan masuk dulu mbak kedalam.”

Bermaksud sopan, aku pun mengajaknya duduk diteras depan. Setelah kusuguhkan secangkir teh, aku pun mengutarakan apa yang ingin kutanyakan. Cukup panjang aku bercerita, sampai akhirnya aku menemukan fakta, bahwa jamu yang selama ini aku minum sejak SMP sebetulnya jamu untuk Papa. Namun oleh mama selalu memaksa aku meminumnya, tanpa pernah menjelaskan khasiat jamu itu.

“Ohhh pantesan... jadi itu toh....”

“Hihihi” Mbak Ayu hanya tertawa.

“Oh ya mbak, kira-kira ada gak jamu yang khasiatnya bisa....” aku diam sejenak karena merasa gak enak untuk kuutarakan,” ehhhh...”

“Ehhh ... opo toh mas? Ngomong ae toh ndak usah malu begitu ..”

“Hmmm... jamu untuk mengecilkan ukuran ‘p’”

“Owalah, ngono ae kok pakai isin toh mas, ngomong saja kontol ngunu loh....hihihi”

“Ya kan takutnya gak sopan.”

Apapun tujuannya, berbicara fulgar memang tidak sopan. Apalagi dihadapan seseorang yang baru aku kenal. Terlebih mba Ayu sepertinya bukan wanita biasa, dari wajah yang mulus, kulit yang putih bersih, dan dari tutur kata, aku bisa menebak mba Ayu pernah berkuliah. Aku menebak itu, karena mbak tukang jamu yang kemarin cara bicaranya sedikit nyablak.

“Mase iki aneh loh. Dimana-mana orang kepengen kontole tambah geudhe, lah iki mase kepengen dadi cilik. Pie toh mas mas....” Seloroh mbak Ayu sedikit membuatku risih, karena sejak tadi rupanya ia memperhatikan kearah selangkanganku. Aku lekas menggapit kakiku.

“Habisnya .... kalau terlalu gede juga nggak enak mbak ... hmmm susah keluarnya... hehe” malu-malu aku menjelaskan.

“Oh yooo?” Mba Ayu nampak terperangah mendengar penjelasanku. “loh yo malah bagus... itu berarti jamune ibuku memang manjur.”

“Ibuku?”

“Iyo, Jamu Juminten ini kan punya ibu saya, dan saya itu generasi keduanya.”

Weit, Generasi? Berarti yang sedari tadi aku ajak bicara, owner dari Jamu Juminten?

Dari fakta itu akhirnya terungkap, bahwa mba Ayu saat ini tengah menempuh studi S2. Ia memutuskan ikut berjualan jamu keliling untuk mengetahui sistem kerja dari perusahaan yang didirikan ibunya itu. Suatu hari kelak ia akan memimpin perusahaan jamu legendaris itu, dan ia harus tahu mulai dari level agent.

Cukup lama aku berbincang dengan mba Ayu, rupanya ia pribadi yang menyenangkan ramah, smart namun sedikit mesum. Bekali-kali aku harus membelokan arah obrolan kearah yang lebih menarik, bisnis misalnya, yang saat ini sedang ia pelajari disebuah universitas di Negeri Kanguru. Selain mesum, mba Ayu rupanya tak segan mengumbar gesture yang cukup nakal. Tanpa perlu menilai lebih jauh, aku sudah menganggap pakaian yang dikenakan mba Ayu cukup mengumbar aurat, tidak perlu lagi sampai digoyang-goyang segala. Aku tidak butuh melihat itu.

“IH, mas Galih ternyata mesum yaah orangnya.”

Sialan, dari tadi yang mesum siapa? Bahkan dengan seenak bibir ngomong ‘kontol’ dan ‘memek’. Sekarang malah aku yang ia tuduh mesum. Aku usir juga nih orang.

“Kenapa aku dituduh mesum sih, mba? Aku dari tadi ngomongnya sopan, malah mbak yang ngomongnya selalu mengarah kesana.”

“lah kui, kalau gak mesum, kok sarunge nyembul kok ngunu..” sebuah lirikan mata berubah fungsi sebagai alat tunjuk. “Mase nafsu yaah sama saya...”

“Siapa yang nafsu enak aja.” Mba Ayu tidak akan menemukan bukti. Karena sejak tadi aku selalu menatap matanya ketika berbicara. Tak pernah sekalipun aku menatap belahan besar diantara kebaya pink itu.

“Halah... bilang ae nafsu, kui.. kontole wes nguaceng kuk ngunu...hihii”

Terlanjur terpojokkan, akhirnya aku menceritakan kejadian sebenarnya. Tentu aku tidak menjelaskan bahwa mama yang melakukannya. Meski hal itu pasti membuat mba Ayu akan semakin menganggap aku mesum, karena sering onani. Terpaksa aku mengakui hal yang tidak pernah aku lakukan.

“Ini gara-gara jamu mba Ayu juga, dari semalem aku ngaceng-ngaceng terus.. memang enak..!!” Akhirnya aku mulai cuek membalas perkataan mba Ayu. Toh dia sendiri yang memulai.

HAHAHA

Sialan dia kembali menertawai aku. Puas melepas tawa, mba Ayu meminta izin untuk kedapur. Karena aku yakin mba Ayu orang baik, akupun mengizinkannya, aku mengantar dia kedapur. Ia mulai membuka lemari dapur, seolah ini adalah rumahnya sendiri. Gak lama mba Ayu membawa baskom berisi air hangat dan handuk putih yang ia temukan didalam laci. Woy

“Buat apa, mba?” tanyaku heran melihat.

“Buat bersihin kontol mas Galih lah.”

Weit, ngapain? Gak usah kali... sejak kapan aku minta mba lakuin itu?”

“Ndak apa-apa. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf dari Jamu Juminten karena telah melakukan malpraktek, hihihi.”

Sempat bingung aku dengan situasi ini. Bila aku mengiyakan, aku akan semakin dianggap mesum. Tapi ketika aku hendak menolak, ia malah mengancam akan berteriak, dan bilang hendak diperkosa. Oh sial, kenapa aku terancam di dalam rumahku sendiri.

Terjebak dalam permainan yang sepertinya sudah dirancang oleh mba Ayu, aku pun memilih pasrah. Kubiarkan tubuhku disandarkan di sofa, lalu dengan sekali tarik kain sarung yang kukenakan ia lepas dan dilempar entah kemana.

Kulihat mba Ayu menggigit gemas bibir bawahnya ketika melihat batang kemaluanku berkedu, membesar dan terbungkus layaknya mumi. Wanita yang mengaku berusia 28 tahun itu membuka kain perban itu dengan lembut dan perlahan. Lalu ia basuh batang penisku dengan air hangat. Berharap dengan air hangat penisku akan menyusut, ini malah sebaliknya. Penisku justru semakin keras. Aku coba mengatur nafas seperti yang biasa aku lakukan, namun tidak berpengaruh apa-apa. Atau ini efek samping dari jamu yang kuminum beberapa hari ini.

Merasa selangkanganku cukup bersih. Mba Ayu lantas mengulum batang putih mulikku itu. Tanpa ragu tanpa basa-basi dan tentu saja tanpa izin. Seketika penisku serasa hendak dimakan. Hisapannya begitu kuat, bahkan hisapan mama tidak sekuat ini. Aku bahkan langsung meringis dan melenguh ketika mba Ayu berulang kali menghisap sampai pipinya kompot.

ACWWWWW

UGHHHHHH

Tubuhku otomatis mengejan hingga membuat mba Ayu ikut tersentak.

PLOOOP PLOOOOP PLOOOOP

Mba Ayu meraih kedua lenganku, dan seolah meminta aku untuk menggenggam kedua lengannya. Aku hanya menuruti kemauan itu. Kupegang kedua lengannya dan kubentang kesamping, lagi-lagi, seolah mba Ayu yang meminta, karena wanita itu masih saja asyik mengulum batang panjangku.

Dengan mulut penuh dengan batang kemaluanku, mba Ayu menatapku dengan mata yang berkeling. Ia terlihat lihat melakukan blowjob tanpa bantuan tangan sedikitpun. Kemudian ia memaksa masuk batangku, hingga kurasakan ujung penisku menyentuh batang tenggorokannya

ORGHHHHH.....

ACHHHHHH

Beberapa kali mba Ayu melakukan itu hingga bibirnya penuh oleh lendir ludahnya sendiri. Nakal, itu kalimat yang mungkin pas menggambarkan mba Ayu sore ini.

Puas menyiksa diri hingga terbatuk, mba Ayu melepas hisapannya dari penisku. Wajahnya kian memperlihatkan kebinalan ketika melihat batangku berlumuran lendir.

“Memang guedhe yoo...”Ujar mba Ayu seraya mengukur penisku dengan jengkal jemarinya yang lentik

Karepmu lah mba, sak karepmu. Sebelumnya, mba Ayu menggunakan ‘pemerkosaan’ sebagai ancaman, namun nyatanya sore ini justru aku yang tengah ia perkosa. Ia mulai membuka beberapa kancing kebayanya, lantas menumpahkan dua gundukan besar yang sedari tadi selalu dipamerkan oleh empunya.

Dengan cekat, dua gunung kembar itu menjepit. batang kemaluanku yang kkian tegang menjulang. Achhh... baru kali ini batang kejantananku dibegitukan, karena tidak mungkin aku meminta mama melakukan itu. Payudara mama kan kecil.

“Pernah diginiin ndaaak?” Goda mba Ayu layaknya seorang profesional

Aku menggeleng dan meringis.

SSTTTT....

Wajah ‘ayu’ khas wanita tanah Jawa itu sedikit menunduk, untuk mengarahkan bibirnya yang ia ‘majukan’ agar bertemu dengan kepala penisku yang sedang di gempit dua payudaranya. Cukup lama mba Ayu melakukan perasaan bangga, karena payudaranya bisa menggepit

Beberapa menit selanjutnya, aku merasa pertahananku kian tipis. Aku memang sengaja tidak menahan diri. Agar ‘pemerkosaan’ ini bisa berlalu dengan cepat.

CROOOT....

Tembakan kencang mengarah langsung kemulutnya. Disusul dengan beberapa tembakan yang tak kalah mendesing, hingga wajah sarta ‘jenongnya’ belepotan mani kental.

ACHHHH.....

Aku akui, Jamu Juminten memang terbukti kualitasnya, karena penjualnya saja sangat berdedikasi.

HAAAHHHHH.....



End of One Shot #5

one-shot-1.jpg





Ayu
Halo Bu Patricia, aku dong berhasil nyepong anak ibu....

Bu Patricia
Serius kamu, bohong kali...

Ayu
Ih Ayu serius,
itu fotonya aku kirim, benerkan itu kontol si Galih anak ibu...
hebat kan aku...


Bu Patricia
Waw, tumben anak itu gak nolak? Pakai cara apa kamu ngerayunya?

Ayu
Aku ancem, kalau dia gak mau,
aku bakal teriak dan bilang mau diperkosa sama dia..


Bu Patricia
Hmmmmm..... curang itu sih namanya...!!!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd