Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Semua ini gara-gara adik kembarku (by C4th13)

Bimabet
Episode 8 - Petualangan bersama Adik di Manado (1) - Kak Tina

Aku kembali membaca notifikasi di kalendar hape, semester 3 akan dimulai dalam dua minggu. Baguslah, supaya aku gak sunyi. Liburan terlalu lama ternyata gak enak juga, mana lagi Kak Tina masih berada di lokasi KKN dan nanti kembali setelah sebulan semerter 3 berjalan.

Apalagi sekarang gak ada kabar tentang Leona... aku sempat jalan-jalan di dekat rumahnya berharap bisa menatap wajahnya biar hanya sekilas.

Ternyata liburan itu gak enak yah, untunglah kesunyain ini segera terusik.

Aku dikagetkan dengan sebuah kabar yang mengejutkan. Ini tentang Reyvan, adik kembarku. Dia ngotot mau pindah kuliah di Manado. Ia bahkan rela mulai dari awal lagi. Kalo bukan ayah sendiri yang bilang, aku gak akan percaya.

Semuanya bertanya-tanya apa yang terjadi, tapi gak ada yang tahu jelasnya. Waktu aku coba tanya-tanya, agaknya ia masih stress dengan pacarnya. Entah apa yang terjadi.

Kemarin Ayah telpon aku supaya membantu dia mencari-cari sekolah.

Awalnya ayah berencana supaya ia kuliah di luar negeri, tapi ia mati-matian menolak. Papaku langsung mengirim ia ke Ibu. Takut jangan ia jadi nakal, karena sudah ada tanda-tanda.

Dan memang keinginan adik adalah kuliah di Manado. Kemarin di telpon sambil tertawa ia bilang, “Aku mau taklukkan cewek-cewek Manado yang sudah terkenal di mata dunia!” Ada-ada aja. Dasar adik!

Bisa hancur cewek-cewek cantik di sini kalo dengar rayuan gombalnya. Mungkin agak hiperbola sih, tapi entah kenapa Aku sampai berpikir gitu.

Aku menjemput dia dan ayah di bandara, dan aku disuruh nginap di hotel temani ayah. Kami bercakap-cakap sampai malam, karena besok sesudah bertemu dengan rekan kerjanya, ayah akan kembali terbang ke Jakarta.

Ternyata kepindahan adik membawa berkat tersendiri bagi aku.

Ayah kasih uang 200 jt untuk kami bagi dua, adik langsung menghabiskannya untuk beli motor gede, dan helm serta akesorisnya. Sedangkan aku beli mobil Avanza bekas, tentu ditambah sedikit tabunganku. Yang penting aku sudah ada mobil lah.

Adik memilih kuliah di sebuah salah satu universitas swasta bonafide yang terletak di kota kecil pinggiran Manado. Kota kecil itu kini terkenal menjadi kota pelajar, karena universitas tersebut. Letaknya agak jauh dari rumah kosku, yang berdekatan dengan kampus aku, salah satu Univ negeri di Manado. Sekarang ini, sementara cari-cari tempat kos dan urus pendaftaran, adik tinggak di rumah kos aku.

Sejak kedatangan adik semuanya berubah…Yah, tepat ketika adek datang, kehidupan seks ku makin aktif aja. Terutama selama beberapa minggu dia tinggal di rumah.

Awal dari segalanya adalah ketika Kak Tina mendapat weekend off dari lokasi KKN. Ia menggunakan kesempatan tiga hari itu untuk pulang rumah. Dan di saat itulah adik menangkap basah hubungan ku dengan Kak Tina. Oh iya, Kak Tina belum tahu kalo Reyvan sudah pulang, karena cukup kesulitan mengirim berita kepadanya di tempat terpencil.

Untuk mudahnya, aku pakai aja POV Reyvan yang menceritakan kepadaku semua yang sebenarnya terjadi secara gamblang.

POV Reyvan

Jumat sore itu aku sendirian di rumah, sedangkan anak-anak kos lagi sibuk di kamar masing-masing. Tiba-tiba sebuah mobil SUV besar, Ford Ranger, berhenti di depan rumah dan seorang gadis manis dengan tubuh yang seksi turun, ia menatang sebuah ransel besar dengan gaya yang cuek dan cenderung tomboy berjalan menuju rumah. Aku jadi tertarik menerka siapa yang dicarinya, tetapi tanpa mengetuk langsung ia mengeluarkan kunci dan membuka pintu rumah.

‘Eh, apa dia kos disini?’ Aku melongo dan terus menatapnya… kayaknya wajah gadis ini cukup familiar, deh…

“Reyhan… kok lihatnya kayak gitu sih! Apa aku tambah seksi yah?” Katanya sambil tertawa. Dan ketika mendengar suaranya, aku langsung mengenalnya. Tak salah lagi, itu Kak Tina. Lucu juga ia menganggapku Reyhan, baiknya aku ikuti aja permainan tukar identitas kami selama ini.

“Hi Kak, baru pulang yah?” Kataku basa-basi standar. Walaupun kata-kata Kak Tina tadi agak memancingku untuk menggombalinya, gak mungkin kan aku ssi kakak sepupuku sendiri.

“Hahaha… tumben kamu jadi alim gini!” Katanya sambil mendekatiku dan memelukku tanpa canggung, kemudian secara tiba-tiba Kak Tina langsung menciumku. Bukan sekedar kecupan biasa, tapi sebuah lumatan di bibir, ia malah sempat memasukkan lidahnya tanpa malu-malu.

‘Astaga!’ Aku benar-benar kaget, mendapati kalau Kak Tina menciumku seperti ini. Ini jelas bukan ciuman antar saudara. Sayangnya ia segera berhenti. Mungkin karena mendapati Aku terperangah, tak sempat membalas serangannya.

“Hahaha… kaget yah! Siapa suruh kamu buat aku kangen si Joni!” Kata Kak Tina sambil tangannya menyenggol pelan tepat di kemaluanku, sebelum ia setengah berlari masuk ke kamarnya.

‘OMG! Sejauh apa hubungan Kak Tina dengan Reyhan?’ Aku jadi berpikir yang tidak-tidak. Pasti hubungan mereka sudah terlalu jauh. Aku sampai terhipnotis melihat goyangan pantat Kak Tina menuju ke kamarnya. Ini kali pertama aku menatap sepupuku dengan mata mesum. Kalo Reyhan bisa, kenapa aku gak?

——

Setelah mandi dan ganti baju, Kak Tina duduk di sofa dan segera mendekatiku dan duduk disamping. Ia menatapku, dan setelah ku minta, ia segera menceritakan pengalamannya. Tanpa malu-malu, ia pindah duduk di pangkuanku sambil terus mengoceh. Ia menceritakan pengalamannya KKN di sebuah desa terpencil di Kec. Buyat, sekitar 6 jam dari kota Manado. Transportasi ke tempat itu tergolong sulit, dan hanya dapat dilalui dengan kendaraan 4wd.

Ia hanya berada di sini selama week-end, kebetulan temannya yang bawa mobil pulang ke kota karena ada urusan. Dan ia sempat nebeng ke sini. Hari minggu ia akan dijemput lagi kembali ke tempat KKN. Dan ia mau menghabiskan waktu yang singkat ini dengan aku… eh maksudnya Reyhan.

“Rey, belikan aku baju lagi yah? Aku janji week end ini akan spesial deh!” Katanya merayuku. Aku hanya tertawa kecil membayangkan mungkin ini cara Kak Reyhan modus kepadanya.

Tak lama kemudian kita sudah saling berangkulan dengan tangan yang rajin menjelajah dan membelai dari luar. Kak Tina gak pake bra lagi, sehingga memudahkan aku mengukur onderdilnya… kenyal dan sekal, ukurannya pas, gak kecil-kecil amat. Dan yang utama, masih kencang, dengan pentil di depan seperti mata tombak… toket yang ideal menurutku. Beruntung banget si Reyhan… eh aku juga sih, pikirku sambil mengangkat kaos yang dipakai Kak Tina. Ia membantuku dengan mengangkat kedua tangannya.

“Reyhan, kita ke kamar ku aja yah?”

Aku hanya tersenyum dan tiba-tiba berdiri sambil mengangkatnya. Kak Tina sempat terpekik manja tetapi langsung memeluk leherku, membiarkan aku menggendongnya sampai ke tempat tidurnya. Dengan cepat aku menutup pintu, sementara Kak Tina terus menggodaku dengan onderdil tubuhnya yang mantap.

“Kak… tubuh kakak seksi banget…” Ujarku sambil ciumanku turun ke perutnya, setelah tadi sempat singgah dan mengenyot toket kirinya. Kak Tina juga sudah membuka kaosku tadi.

“Ahhhh Rey… terus. Kakak rindu kamu… udah lama gak gituan!”

“Siap kak, malam ini akan menjadi malam spesial, kak!” Kataku sambil membuka secarik kain segitiga, yang menjadi pertahanan terakhir di tubuhnya. Aku menatapnya lagi.

“Rey… kakak malu… kok hanya liatin?” Kak Tina udah penasaran, tapi aku tak mau melewatkan memek yang indah ini berlalu sebelum aku membuat referensi mental di ingatanku.

Tanpa banyak kata, bibirku mulai menyapa gundukan kecil di antara selangkangannya, dan meruak belahan vertikal yang ada sehingga membuka dan menampilkan lipatan dalam yang berwarna merah muda. Sungguh onderdil yang sangat indah…

“Aaahhhhh Rey… kamu tambah hebat Rey… jago banget! aaaahhhh ampunnnnnn aku dapaaattttt… Aaaarrrgggghhhhhhh” Kak Tina kembali merintih dan mendesah mengakui kehebatan permainan bibir dan lidahku, sambil menjemput orgasmenya yang pertama.

“Satu kosong, kak!” Ujarku sambil tersenyum melihat Kak Tina masih terengah-engah mencari nafas. Aku membiarkannya tergeletak, sambil membuka boxerku. Begitu aku mengeluarkan isinya, tangan Kak Tina dengan cepat menyambar senjataku dan mengocoknya pelan… sambil menuntunnya mendekati bibirnya yang seksi.

“Ahhh… enak kak!” Kataku merasakan kuluman Kak Tina. Dengan sabarnya ia membasahi batang itu dengan air liurnya.

“Rey, ayo…!” Ia mengambil posisi doggy, menyuruhku menusuk dari belakang.

“Kak, yakin?” Selembar kesadaran mengisi pikiranku, menyadari kalo aku akan ML dengan kakak sepupuku sendiri.

Tapi Kak Tina sudah gak sabar, dengan kata-kata yang vulgar menyuruhku untuk memasukinya…

“Rey, cepat masukkan kontolmu… memek aku udah gak tahan! Buat aku jadi lonte-mu malam ini…”

Kata-kata mesuk Kak Tina membuat akal sehatku hilang lenyap digantikan oleh nafsu birahi, dan dengan segera kontolku memasuki liangnya dengan dorongan yang kuat… Terasa suatu liang sempit menyedotku dengan kuat… dinding yang lembut itu mencengkram dengan nikmatnya. Kok bisa se-nikmat ini? Bisa-bisa aku nyemprot duluan, pikirku sambil terus menggedornya dari belakang dan meningkatkan seranganku.

“Ahhhh….ini yang ku mau! Ayo Rey…” Kak Tina ternyata ribut juga di tempat tidur. Mulutnya terus mendesah dan merintih waktu ku pompa… Dengan cepat kami berdua merasakan kenimatan yang membius… dan hanya dalam hitungan menit kontolku menyerah dalam jepitan dan pijatan memeknya.

“Aaarrrrggghhhhhh!” Milikku mengedan dengan kuat, tak kurang dari 7 tembakan telak memenuhi liang sempit itu. Aku gak mampu menahan lagi, dengan kuat tertawan dalam kenikmatan nafsu birahi. Suatu orgasme yang sempurna… Untunglah pada saat yang sama Kak Tina juga ikutan keluar….

“Aaahhhh ampun Rey… nikmat banget!” Kak Tina masih sempat menjerit sebelum terkulai lemah di tempat tidur.

“Kak… enak banget, baru sekarang aku merasakan yang senikmat ini!” Aku berbisik pelan. Tanpa sadar, pujian itu keluar juga.

“Kamu juga hebat Rey, ini yang aku rindu-rindukan selama ini!” Kata Kak Tina di sela-sela tarikan nafasnya yang masih memburu.

“Gak apa-apa aku buang dalam?” Tanyaku lagi.

“Hush, selama ini kamu buang di dalam, kenapa baru sekarang tanya-tanya!” Kak Tina menatapku tersenyum.

“Ronde dua, kak?” Aku memancingnya.

“Kamu sudah siap? tapi kali ini sambil tiduran yah? capek!” Kata Kak Tina.

“Hayuuuu….!” Aku tidak buang-buang waktu lama dan segera memasukinya dari atas. Kali ini aku dapat melihat ekspresi wajah Kak Tina yang terus tersenyum padaku, dan menatapku dalam-dalam. Aku gak tahan, dan langsung kembali menciuminya, sambil membiarkan pinggul dan pantatku terus bekerja, memompa terus.

“Ahhh Rey…” Setelah hampir 15 menit kemudian Kak Tina mulai menunjukkan tanda-tanda puncaknya lagi. Aku masih lama… tapi terus meningkatkan serangan untuk membantu dia mencapai puncak. Kak Tina kembali mendesah, kali ini matanya merem dengan penuh penghayatan.

“Aaarrrrggghhhhh Rey… aku dapattt laggggiiiiiii!”Dengan penuh kebanggaan aku menyaksikan ekpresi Kak Tina memproklamirkan keperkasaanku sekaligus kepasrahannya dibawah tindihan tubuhku. Aku terus menatap tubuhnya bergetar… kelojotan… lalu lunglai dan jatuh ke tempat tidur.

Tapi aku gak mau biarkan dia istirahat… aku merasakan puncakku sudah dekat, dan tanpa memberikan waktu dia istirahat, tusukanku terus masuk…

“Reyyy… ahhhh capek…”

“Tahan kak… aku gak lama lagiiiiii!” Ujarku.

“Kak Tina coba menggerakkan pinggulnya menahan seranganku, dan bergerak mengimbanginya. Ia sudah cape, tapi matanya terus bersinar… mungkin saja tusukanku yang tanpa henti turut membangkitkan gairahnya lagi…

“Ahhh Rey…”

“Enak kan Kak….!” Aku menarik tubuhnya setengah duduk, dan menaikkan RPM tusukanku. Tubuh seksi itu hanya bisa mengimbangi… ia sudah pasrah…

“Cepat Rey… ahhhh!” Kak Tina teriak lagi. Kali ini tusukanku tidak lagi secepat tadi, tapi aku mengangkat pinggulnya dan menusuknya dalam-dalam. Suara pertemuan tubuh kita terdengan kuat…

PIak… plok… plok..

Kak Tina kembali menutup mata menghayati nikmatnya benturan palkonku dalam mulut rahimnya yang lembut. Kak Tina mulai gemetar lagi… perutnya mulai kejang-kejang. Sudah saatnya…

“Kak… tahan yah!” Ujarku dan dengan stamina terakhir aku memberikan serangan pamungkasku…

“Aaarrrggghhhhh!” Tubuhku kembali mengedan dalam puncak kenikmatan.

“Aaahhhhhh ampunnnnn!” Kak Tina juga mendapatkan puncaknya secara bersamaan.

Tidak banyak lagi peju yang masuk… tapi memek itu menjepit kuat dan meremas dan menguras batang itu hingga titik terakhir. Kami masih terbuai dalam suatu kenikmatan yang dashyat.

Kak Tina menutup mata dan kembali tubuh yang sudah lunglai itu jatuh ke tempat tidur. Ia benar-benar kecapean, setelah bertarung hampir satu jam lamanya. Benar-benar seks yang sangat dahsyat.

Apa ini yang menyebabkan Kak Reyhan belum punya cewek sampai sekarang? Ah… itukan urusan mereka, aku kembali memalingkan pandangan ke Kak Tina yang masih terbaring capek.

Ia tampak cantik sekali… memang sih cewek yang barusan dikasih orgasme pasti kelihatan cantik.

Tak tahan, aku menciumnya lagi, lalu berbisik ke telinganya. “kak gak lama aku cek diluar yah!” Tak tega aku mau katakan kalo pintu kamar sudah terbuka kecil, dan ada sosok lain yang sedang mengintip apa yang kita kerjakan dari tadi…

Tapi aku gak kuatir… karena aku tahu itu pasti Reyhan yang mengintip kita dari tadi.

——

POV Reyhan lagi.

Beruntung sekali adik bisa ngentot dengan Kak Tina. Aku hanya bisa menatap iri membayangkan seharusnya aku yang bersama Kak Tina di kamar. Tapi menyaksikan gaya main adik membuatku tambah ingin mencoba gayanya. Eh, gini-gini aku kan masih belajar, belum sehebat Reyvan. Gayanya tadi sangat lain, mana bisa Kak Tina mengimbangi permainan adik yang sudah di level dewa.

Setelah menyelesaikan pertarungan Reyvan segera mengenaiakn pakaianannya dan melangkah keluar. Mungkin juga ia sadar kalo ada orang yang mengintip.

“Rey, Kak Tina kapan tiba?” Aku menyapanya begitu keluar kamar. Ia masih tersenyum lebar.

“Sekitar 2 ato 3 jam lalu…” Katanya.

“Wah, Kak Tina baru nyampe, kamu langsung curi start…!” Kataku setengah meledeknya.

“Hahaha… dia kira aku kamu bro, datang-datang langsung mencium dan memancingku!” Katanya sambil tertawa.

“Oh, pantesan. Sampai sekarang ia belum tahu?”

Reyvan menggeleng.

“Sejak kapan kamu entot dia, Han?” Adik bertanya penasaran.

“Sudah beberapa bulan sih!” Kataku mengaku. Tidak ada yang aku tutupi dari adikku.

“Pantesan udah jago, tapi onderdilnya masih mantap, euy!” Kata adik sambil mengangkat kedua jari ibunya.

“Yah, udah… sekarang giliranku yah!” Aku bersiap-siap masuk kamar.

“Hehehe… beres bro! Tapi kasih dia istirahat dulu, tadi dia sampai kehabisan tenaga. Palingan 30 menit lagi sudah siap lagi kok!” Katanya lagi memamerkan keperkasaannya.

Aku hanya tertawa menyetujuinya.

“Oke bro… Eh, Kak Tina bisa mengimbangi permainanmu?” Kataku memancing. Aku tahu Reyvan memiliki daya tahan yang hebat.

“Luar biasa bro… gak ada lawannya. Apalagi memeknya enak banget, bisa menjepit dan mengempot. Kamu beruntung sekali… apa kamu yang unboxing?” Tanya adik.

“Bukan aku… Tapi ia baru sekali main waktu ku gep…” Aku menjelaskan.

“Ohhhh…”

“Udah yah, sekarang giliranku…”

“Beres, tapi nanti subuh aku lagi yah?”

“Hehehe… tentu bro. Kita buat dia pingsan besok seharian…” Kataku lagi.

“Hahaha…. Kak Tina gak tahu apa yang dihadapinya!”

——

Keesokan harinya, Reyvan masih aja di kamar menggumuli Kak Tina, padahal waktu sudah hampir jam 12 siang. Aku mendengar suara Kak Tina setengah parau minta udahan. Karena kasihan, adik memberikan kesempatan Kak Tina bernafas. Ia pergi mengambil minum…

“Ini kak, supaya segar lagi. Aku masih nanggung lho dari tadi!”

“Aduh Rey, aku gak bisa lagi. Kok kamu jadi kuat banget sih?”

“Kuat gimana kak?

“Tadi malam sampe 6-7 ronde, terus subuh lagi… pagi ini aja udah berjam-jam kita main. Apa kamu gak capek!”

Fix deh, Kak Tina gak tahu kalo ia menghadapi dia orang dari tadi malam.

“Kan sudah ku bilang, hari ini spesial untuk Kakak!” Terdengar gombalan adik dari balik pintu.

Aku segera menjauh dan kembali berbaring di kamar. Aku harus mempersiapkan tenaga, palingan satu jam lagi udah giliranku. Aku penasaran apa Kak Tina masih mampu yah? Bisa-bisa memeknya dower setelah kejadian ini.

Benar aja, satu jam kemudian aku dipanggil masuk ke kamarnya. Sengaja aku membuka bajuku di luar dan masuk telanjang bulat. Kontolku sudah tegang mau menyatakan kepadanya kalo aku sudah siap…

“Astaga Rey….” Kak Tina menatapku setengah ketakutan.

“Kenapa Kak?” Aku pura-pura bertanya.

“Tititmu udah tegang lagi? Ampunnnnn!” Kak Tina menutup mukanya, membayangkan monster apa yang dihadapinya.

Aku kasihan juga…

“Kita mandi yuk!”

“Kakak gak kuat lagi Rey…!”

“Nanti aku bantu kak…!” Tanpa bisa protes, aku mengangkat tubuh telanjang itu dan membawanya di kamar mandi. Dan dengan nakalnya, kontolku menyelip waktu dia mandi, hehehe.

“Ampun Rey….” Kak Tina hanya bisa pasrah sambil bersandar di bak mandi ketika ku genjot dari belakang.

——

“Aaaahhhhh Rey… aduh… aku dapat lagi…!” Kembali aku tersenyum melihat tubuh Kak Tina kelojotan dengan tusukan jariku yang cepat. Tubuh indah itu langsung ambruk setelah tadi sempat melengkung menahan geli…

Kita melanjutkan ronde berikutnya di atas tempat tidur.

“Enak kak!”

“Rey, udah yah… aku gak tahan lagi!” Katanya.

“Iya Kak, kita baring-baring aja. Sini ku peluk dari belakang…” Ujarku sambil mengelonnya.

Hari sudah sore, udah lebih tiga jam aku memanjakan kakak sepupu tercintaku dengan orgasme berulang-ulang, disela-sela tidurnya. Ini yang terakhir, karena Reyvan sudah pergi tadi diajak temannya. Kali ini yang ngajak teman cowok, palingan kalo cewek ia akan tolak karena cadangan pejuhnya udah habis dikuras sejak tadi malam, hehehe.

—-

“Kak Tina, aku sudah siap, yuk berangkat.” Aku mengetuk di pintu kamarnya, mengingatkan kita kalo sudah jam 6 sore.

“Aduh Rey, bentar aku masih capek! Kak Tina masih aja berbaring di tempat tidur!”

“Tapi kalo tunggu lagi, kita akan ketinggalan. Kalo mall udah tutup, berarti beli bajunya batal aja yah!” Aku mengingatkan dia kalo besok pagi-pagi, ia sudah dijemput balik ke tempat KKN.

‘“Eh, jangan dong Rey, kan sudah janji!” Kak Tina menuntut, dengan enggan ia bangun dari tempat tidur dan cepat mengganti baju.

Terpaksalah kami berdua jalan ke mall. Tapi kali ini berbeda, tidak seperti biasanya, ia langsung menuju ke toko tujuannya dan membeli pakaian yang diincarnya. Padahal biasanya ia suka putar-putar dulu untuk cuci mata.

“Tumben kak gak jalan-jalan lagi?” Aku iseng bertanya walau jelas alasannya

“Capek, udah mau tidur!” Kata Kak Tina lalu mengeratkan tangannya mengandengku. Benar juga, cewek yang satu ini udah kecapean.

“Oh kirain udah mau nyambung ronde baru lagi!” Aku mengodanya lagi.

“Ihhhh…” Kak Tina merajuk. Akhirnya sebuah cubitan yang kuat harus ku terima karena keisenganku. Dan aku tidak dapat menghindar, karena tanganku digandeng dengan erat.

Eh, itu kan Leona? Aku tiba-tiba mengenal gadis yang dari tadi menatapku.

“Leona!” Aku memanggil namanya, lalu berpaling hendak melangkah mendekatinya. Entah kenapa aku merasa deg-degan melihat dia di mall ini.

Tapi tiba-tiba Leona membuang muka dan berjalan menjauh, meninggalkan aku yang masih kaget okeh tingkahnya. Kayaknya ia sudah menyadari kehadiranku dari tadi. Tapi mengapa ia tak mau menemuiku?

“Siapa itu Rey?” Tanya Kak Tina.

“Teman sekampus kak.” Kak Tina tersenyum mendengar jawabanku.

“Teman dekat? Cantik juga” Ia tanya lagi tapi tak kuhuraukan.

“Ia tampak cemburu Rey…” Komentar yang membuat aku kaget.


“Apa?”


——


Sampai di rumah aku kembali merenungi nasibku. Kak Tina sudah masuk dan mengunci kamar, tak mau diganggu tidurnya.

‘Apes deh hari ini,’ Aku merenungi nasib. ‘Sudah keluar uang banyak, dapat cubitan lagi. Harusnya aku deal beli pulsa aja.


Tapi yang terus terbayang di dalam pikiranku adalah tingkah Leona yang membingungkanku. ‘Apa benar kata Kak Tina kalo ia cemburu? Apa itu berarti selama ini cintaku tidak bertepuk sebelah tangan?’


Tiba-tiba pintu terbuka, dan dengan pelan-pelan Reyvan masuk seakan mau menyembunyikan diri dari Kak Tina. Aku langsung memanggilnya duduk di sampingku, sambil cerita kalo Kak Tina sudah tidur kecapean. Ia hanya tertawa


“Eh van, kamu juga haru bertanggung jawab ini!” Aku mengeluarkan kwitansi pembelian di mall tadi dan minta sebagian uang belanja ke adik, mengingat ia juga yang ikutan nikmati tubuh Kak Tina.


Adik hanya tertawa lagi.


“Gini Han,” katanya, “Nanti ku ganti dengan cewek lain.” Ia segera beranjak dan masuk kamarnya.


Aku masih kaget dengar jawabannya, ‘Apa? bayar dengan cewek lain?. Benar juga, ini bayaran yang tak dapat ku tolak, hahaha.’


Dan benar juga, kata-kata Reyvan menjadi suatu awal petualangan seks kami di Manado.


—-
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd