Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Senja Jingga Menjelang Malam Guram

Bimabet
Wahh doni akhirnya ml ma ibunya juga, syg pas ngesex tetek ibunya lupa digarap ama doninya wkwk :D mantapp gan lanjut :jempol:
 
Wahh doni akhirnya ml ma ibunya juga, syg pas ngesex tetek ibunya lupa digarap ama doninya wkwk :D mantapp gan lanjut :jempol:


Doni: "Entar dik 'Der Ktbffh', pakde-ku barusan bobo, biar Doni yang ngejawab... tumben yaa... pakde nggak ngigau...?!".

McD: "ZZZ-ZZz-Zzz-zzz...!".

Doni: "Dasar pakde dunia nyata... hhe-hhe-hhe...!".
 
Doni: "Entar dik 'Der Ktbffh', pakde-ku barusan bobo, biar Doni yang ngejawab... tumben yaa... pakde nggak ngigau...?!".

McD: "ZZZ-ZZz-Zzz-zzz...!".

Doni: "Dasar pakde dunia nyata... hhe-hhe-hhe...!".

wkwkwk ente ini bisa aja gan :D
 
Wahh doni akhirnya ml ma ibunya juga, syg pas ngesex tetek ibunya lupa digarap ama doninya wkwk :D mantapp gan lanjut :jempol:

Anda rupanya doyan sekali sama tetek rupanya... chk-chk-chk...! Kalau komen anda cuman tentang tetek orang melulu... komen anda sungguh-sungguh tidak bermutu sama sekali... karena tidak bernilai positif untuk kemajuan daya kreasi penulis ybs... chk-chk-chk... ber-komentarlah yang lebih cerdas lagi...!
 
wah suhu MCD mulai pedes nih - jadi takut komen nih ;)
 
Anda rupanya doyan sekali sama tetek rupanya... chk-chk-chk...! Kalau komen anda cuman tentang tetek orang melulu... komen anda sungguh-sungguh tidak bermutu sama sekali... karena tidak bernilai positif untuk kemajuan daya kreasi penulis ybs... chk-chk-chk... ber-komentarlah yang lebih cerdas lagi...!

baik suhu maaf atas komentar saya :ampun:
 
wah suhu MCD mulai pedes nih - jadi takut komen nih ;)

Sebenarnya beliau yang McD pedesin memang serba salah... aku sebut beliau 'oom'... katanya ketuaan.... ya sudah aku panggil saja dengan 'dik'... beliau yang McD maksudkan ini... sudah mendapatkan peringatan keras awal dari Super Moderator... tapi masih saja... ngaco belo... dasar anak bengal...! He-he-he... kenapa pula agan jadi ikut-ikutan takut...? Jikalau agan ingin langgeng akan eksistensi dari penulis yang namanya McD ini... di Forum... kenapa pula agan tidak ingin men-supportnya...? Komen dan support agan akan meningkatkan kinerja karya tulis si penulis... asal pembacanya ikut-ikutan berusaha mengisi komen-nya dengan hal-hal yang berdampak lebih positif... kecuali pembacanya tidak mau bersusah payah... ya itu pun hak pembacanya juga... Tak ada hal yang dipaksakan disini... kecuali peraturan Forum yang memang harus diperhatikan oleh penulis dan pembacanya...
 
Sebenarnya beliau yang McD pedesin memang serba salah... aku sebut beliau 'oom'... katanya ketuaan.... ya sudah aku panggil saja dengan 'dik'... beliau yang McD maksudkan ini... sudah mendapatkan peringatan keras awal dari Super Moderator... tapi masih saja... ngaco belo... dasar anak bengal...! He-he-he... kenapa pula agan jadi ikut-ikutan takut...? Jikalau agan ingin langgeng akan eksistensi dari penulis yang namanya McD ini... di Forum... kenapa pula agan tidak ingin men-supportnya...? Komen dan support agan akan meningkatkan kinerja karya tulis si penulis... asal pembacanya ikut-ikutan berusaha mengisi komen-nya dengan hal-hal yang berdampak lebih positif... kecuali pembacanya tidak mau bersusah payah... ya itu pun hak pembacanya juga... Tak ada hal yang dipaksakan disini... kecuali peraturan Forum yang memang harus diperhatikan oleh penulis dan pembacanya...

:beer: minum dulu bang biar hati tenang pikiran nya senang.... Kaya goyang dumang gitu loh :D
tetep cemungud bang :jempol:
 
Bagian 5 - Enam Bulan Ayu Sebagai Asisten Bidan

Enam bulan telah berlalu, semenjak pengangkatan Ayu sebagai asisten bidan... penampilan Ayu sekarang seperti bidan muda beneran saja tampaknya. Sedang Dharma telah tuntas memasarkan hasil galian pertama batu perhiasan semuanya... dalam bentuk jadi model trend terakhir sekarang, yaitu kalimaya doublet dan triplet-nya, menghasilkan uang tunai sebesar Rp400 jutaan, yang dibagi dua sama rata, setelah membayar NWWP pajaknya, bagian yang justru ditolak dengan halus oleh adik bungsu Dharma, yaitu Darto dengan mengatakan bahwa bagian yang pantas baginya... adalah cukup 25% saja. Dharma setuju saja, dan mengembalikan lagi 25% itu yang dikembalikan Darto tadinya... pada Darto lagi sembari memberi alasannya, bahwa dana 25% itu hendaknya digunakan untuk biaya pendidikan anaknya kelak dan untuk keperluan menolong keluarga isterinya Darto sendiri yang memang memerlukan pertolongan cepat dan Dharma mengingatkan Darto, adik bungsunya ini, bahwa keluarga isterinya hendaknya dianggap sebagai keluarga Darto sendiri... karena kalau Darto mampu kenapa... tidak menolong keluarga isterinya. Maka Darto menerima lagi 25% itu dengan penuh takzim dan penuh pengertian dari kakak kandungnya, Dharma yang dermawan dan penuh dengan kebijakan dan kebajikan ini.

Desa makmur ini masih merupakan sebuah desa yang tenang, bersih dan asri... sebuah desa yang mempunyai prospek cerah dimasa mendatang... Walaupun gosip-gosip berseliweran kesana-kemari... bagai bumbu menambah sedapnya kehidupan bersosialisasi yang rukun diantara warganya... tidak terpengaruh sedikitpun dengan gosip-gosip yang beredar... yang dari hari ke hari berganti-ganti topik dan trend-nya.

Berkat gosip ini jugalah, masyarakat desa ini jadi tahu, bahwa Sarto yang suami sah-nya Ani dan ayah kandungnya Asih telah minggat dari rumah isteri sahnya itu... kata gosip itu lebih lanjut... Sarto telah menjadi suami dari seorang nenek-nenek galak yang mendadak menjadi kaya karena mendapatkan warisan dari suaminya yang mendadak meninggal dunia saking uzur-nya, 3 bulan yang lalu... di desa terjauh jaraknya dari desa makmur ini.

Kehidupan keluarga Ani dengan kedua anak kandungnya, Asih dan Doni... kembali normal seperti sediakala. Saat mengurus surat cerai Ani dengan suaminya, Sarto... serta surat cerai Asih dengan Zukifli yang tidak diketahui keberadaannya itu... Ani berkunjung menemui Nurita di rumah kantornya... untuk meminta saran. Karena Ayu pernah bercerita pada Asih bahwa perceraiannya dengan Pryo telah diurus tuntas oleh 'tante'-nya ini. Dalam pertemuan itu telah disepakati bahwa karena tempat yang dikunjungi dalam pengurusan surat-surat hampir berdekatan dengan tempat-tempat dalam kedinasan sebagai bidan resmi yang selalu dikunjunginya, akhirnya Ani memberikan bekal uang Rp1 juta yang oleh Nurita dikatakan sebaiknya menaruh uang lebih... karena kalau uang untuk pengurusan surat-surat cerai itu kurang... Nurita tidak berkeinginan mengambil kekurangannya dari uang dinas kas kebidanan desa karena secara prosedural itu melanggar aturan kedinasannya... walaupun itu untuk sementara saja.

2 minggu kemudian Ani dan anaknya Asih dipanggil menemui Nurita dirumah kantornya. Surat cerai resmi Ani dengan Sarto telah selesai diurus tanpa ada kendala yang berarti. Sedangkan untuk Asih cuma diberikan sehelai surat keterangan resmi saja... Karena di direktorat ybs menyatakan bahwa tidak pernah terjadi adanya suatu pernikahan antara Asih dan Zulkifli, karena tidak tercantum dan dicatat didalam buku resmi catatan kantor itu. Malahan untuk Asih dipesankan bahwa apabila Zulkifli datang ke desa ini, akan ditangkap oleh aparat desa... sebagai saksi utama, dalam upaya membongkar sindikat penghulu gadungan yang telah banyak menipu warga desa ini dengan mengurus akad-nikah dengan mempergunakan sepasang buku nikah palsu dan tak terdaftar pula.

Nurita menyerahkan surat-surat penting yang sangat dibutuhkan Ani dan anaknya, Asih itu dengan gembira beserta uang kelebihan yang dititipkan padanya dalam pengurusan surat-surat itu, sebanyak Rp 675.000,- Ani menolak uang itu... tapi tetap dipaksa oleh Nurita untuk menerima uang kelebihan itu, katanya untuk kepentingan teman Ayu yang disayangi seperti anak kandungnya sendiri itu... tidaklah perlu memberi uang jasa padanya dalam pengurusan surat-surat itu... apalagi gajinya sebagai bidan resmi sudah dianggapnya besar dan berlebih.

Bertambah akrab saja perbincangan antara Ani dan Nurita, yang akhirnya Ani membuka dirinya dan nyeplos mengungkapkan bahwa dia adalah seorang psikolog lulusan dari universitas ternama di ibukota pada saat Ani berusia sangat muda sekali, yaitu pada umur 23 tahun.

Nurita kaget mendengarkanya dan kagum sekali pada Ani dan mensyukuri hal itu dengan mengatakan bertambah banyak sarjana dari beragam disiplih keilmuan yang dibanggakan oleh desa kecil ini yang akan mempercepat desa ini menjadi terkemuka dan makmur jadinya... kelak.

***

Ada satu hal yang tidak diketahui oleh Nurita tentang sepak terjang kakak sepupunya, yaitu... rumah yang pernah dikontrak bersama-sama tatkala Nurita menyelesaikan sekolah pendidikan tinggi ilmu kebidanan bersama Dharma yang waktu itu telah lulus sebagai insinyur dan diterima kerja disalah satu instansi pemerintahan... telah dibeli tunai oleh Dharma! Dan pengurusannya juga diserahkan sepenuhnya pada Darto, adik bungsunya Darma. Darto menyanggupinya, apalagi dia telah membeli sedan baru secara tunai dari hasil bagian keuntungannya dalam mengelola counter penjualan batu permata yang rupanya jaman sekarang semakin banyak saja penggemar baru batu permata yang bermunculan... maklumlah karena biaya pengeluaran untuk hobby yang lain juga relatif lebih mahal, dan... tak berbekas... cuma menyisakan rasa puas dan rasa cape berkepanjangan... mendingan juga main 'batu'... hitung-hitung investasi kecil-kecilan... karena tidak pernah terjadi kalau harga batu permata semakin lama semakin turun... malahan sebaliknya... semakin lama, semakin naik saja harga jualnya, karena sumber untuk mendapatkan batu pemata sejenis semakin habis... susah dan langka. Bukankah batu permata itu tak ubahnya barang tambang yang kalau habis tak akan tergantikan lagi... paling banter mencari tambang baru lagi yang lokasi-nya semakin jauh, semakin jauh kedalam tanah dan semakin banyak membuang banyak waktu, tenaga dan... biaya.

Entah dapat tahu dari mana Nurita berita tentang rumah yang pernah dikontrak bersama Dharma, kakak sepupunya itu. Ketika di konfirmasikan langsung... Dharma tidak menyangkalnya. Lalu timbul usulan dan ide cemerlang dari Nurita, yaitu kenapa Asih dan Ayu tidak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi di ibukota? Misalnya kalau Ayu memang suka pada bidang kebidanan... bukankah Ayu lebih baik menempuh pendidikan tinggi ilmu kebidanan... seperti dirinya (Nurita). Dan Asih bisa menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi, misalnya... sebagai psikolog seperti ibu kandungnya sendiri... atau jurusan lainnya yang dipilih oleh Asih sendiri... Dharma cuma diam saja dan manggut-manggut kayak burung perkutut yang mendengarkan usulan yang dianggap sangat cemerlang oleh Nurita itu sendiri, menjadi sewot jadinya melihat tingkah kakak sepupu yang sebenarnya sangat dicintainya ini.

"Kak Dharma gimana sih... apa perlu aku aku kasih kroto dahulu... baru bisa ngomong, dan berhenti... manggut-manggutnya...!", kata Nurita sangat kesal.

"Ha-ha-ha... kenapa tujuanku dengan membeli rumah kontrakan yang penuh kenangan itu... selalu saja dimatangkan oleh adik sepupuku yang cantik ini... ternyata yang namanya Nuri selain pandai berbicara... ternyata lebih cerdas dan pemikirannya lebih up-to-date dariku yang mulai menjadi antik ini... ha-ha-ha...", kata Dharma mengakui kejelian dan pandangan Nurita yang maju kedepan... dari adik sepupunya yang cantik dan seksi sini. Sambil melirikkan matanya yang nakal pada dada montoknya Nurita, Dharma melanjutkannya dengan perkataan, "Kayak itunya tuhh... yang mancung kedepan... ha-ha-ha...!".

Nurita langsung berkata dengan sangat keki. "Kak Dharma ini... kenapa sih susah sekali diajak serius...!". Yang langsung buru-buru dipotong oleh Dharma.

"Kalau aku diam mendengarkanmu dengan seksama... itu berarti aku sangat serius mendengarkannya... aku tidak bisa mengekspresikannya sepertimu yang kalau lagi serius... lalu pasang wajah penuh keseriusan yang sangat kaku...! Dari itu ketika kamu ngomong tadi sayang... aku lebih suka diam saja dan manggut-mangut bagai perkutut yang sedang menunggu jatah jewawut... ha-ha-ha... sebab kalau melihat langsung tatkala kamu ngomong tadi... malah aku bisa tertawa terpingkal-pingkal jadinya... wajah cantik kayaknya susah untuk dipadu-padankan dengan mimik muka yang serius deh... ha-ha-ha...", jelas Dharma pada Nurita. Begitu mendengarkan perkataan Dharma... Nurita langsung membalikkan badannya sambil agak membungkuk dan ngedumel...

"Keselnya aku... jadinya...! Sayang aku sebagai cewek cuma sendirian sekarang, kalau tidak... hhmmm... bakalan kak Dharma tahu rasa...!", kata Nurita kesal mengeluarkan uneg-unegnya tanpa mau menyelesaikan perkataannya sampai tuntas.

Buru-buru Dharma memeluk lembut tubuh adik sepupunya dari belakang yang lagi ngambek berat ini, dan berbisik di telinga Nurita. "Ya... sudah... panggil Ayu dan Asih untuk kita mintai pendapatnya dalam hal ini... OK sayang...?", kata Dharma membujuk Nurita secara halus. Yang langsung dijawab Nurita yang ngambeknya seketika bisa hilang. Cepat marah... tapi dengan cepat pula menjadi reda. Itulah Nurita yang bertemperamen sangat khas kalau berkomunikasi langsung dengan Dharma, kakak sepupunya yang ganteng, dan... dicintainya ini.

"Tapi kak Dharma tidak memanggil cewek-cewek ini dengan tujuan yang lain... bukan...?", tanya Nurita minta penegasan yang lebih nyata.

"Sekali-sekali percaya kenapa...? Kasihan sekali yang menjadi kakak sepupumu itu...!?", kata Dharma.

"Itu kan kak Dharma sendiri... gimana sih... hi-hi-hi...", kata Nurita sembari tertawa geli.

"Sebaiknya setelah urusan penting ini selesai... aku akan mengadukan hal ini semuanya... pada cewek-cewek itu yang kayaknya lebih punya hati nurani... siapa tahu aku akan mendapat penghiburan yang... memadai...! Ha-ha-ha...!", kata Dharma mulai menggoda lagi adik sepupunya ini.

"Aduh... bener-benar kakakku ini... dia mulai lagi... minta ampun deh...!", kata Nurita mulai kembali kesal hatinya, sembari membuka BB-nya dan mulai mengadakan kontak telekomunikasi cellular pada salah satu dari dua cewek yang dimaksud... Asih atau... Ayu yang tumben sore ini tidak berada didalam kamarnya.

NB: Kamar spesial dan pribadi khusus untuk Nurita sudah selesai dibangun tuntas didalam rumah Dharma yang besar ini... demikian juga kamar khusus untuk Ayu yang sekarang telah menjadi asisten bidan ini. Pokok segala apa yang telah direncanakan oleh Dharma... semuanya sudah tuntas diselesaikan dan tepat waktu! Kemurahan alam desa makmur yang kaya dengan sumber alamnya yang berlimpah ruah... memudahkan Dharma mewujudkan semua rencananya tanpa kekurangan biaya sedikitpun juga...

Tidak sampai menunggu lebih dari 10 menit, kedua cewek muda itu datang mendekat sembari tertawa cekikikan yang ditahan-tahan.

Nurita jadi heran dan bertanya pada Ayu. "Sebenarnya... apa sih yang kalian tertawakan itu...? Pakai segala cekikikan lagi... hi-hi-hi...!", ikut-ikutan bergembira yang suasananya telah dibawa masuk bersamaan oleh kedatangan kedua cewek yang periang ini.

"Maksud Ayu... kalau tidak ada telepon panggilan... Ayu akan pulang agak agak malaman lagi... takut mengganggu yang lagi itu lho... hi-hi-hi...", kata Ayu berterus-terang pada tantenya ini.

"Maksudmu tante lagi gituan dengan 'papa'-mu... kelewatan... lain kali itu tidak boleh dijadikan alasan untuk pulang telat...! Kalau tante pengen gituan dengan 'papa'-mu ini... tante tidak perduli meskipun ada kamu berdua disini... hi-hi-hi... mau nonton juga boleh... hi-hi-hi...!", kata Nurita tanpa tedeng aling-aling lagi.

Bagaikan suara koor yang kompak, kedua cewek itu berkata serempak, "Mau... dong...! Hi-hi-hi... hi-hi-hi...!".

Diam-diam Dharma ingin menghilang... masuk kedalam kamarnya... tetapi keburu ketahuan oleh mata Nurita yang jeli. "Hee-hee... kak Darma...! Jangan kemana-mana dulu...! Masalah penting yang akan kita bahas dengan cewek-cewek ini harus segera dimulai...!". Terpaksa deh... Dharma kembali duduk kembali dengan patuh saja dan berdiam diri.

Dalam menghadapi ketiga cewek ini... haruslah dilakukan secara diam-diam, dan terukur... 'tembak' mereka satu per satu... biar dia, Dharma akan keluar jadi... pemenang tunggal!

Mulailah secara intensif Nurita melakukan sebagai pembicara tunggal... tujuan mereka berkumpul bersama ini... Demi semata-mata masa depan cewek-cewek muda ini... siapa tahu bisa berperan serta demi kemajuan desa mereka sendiri.

Ketika Nurita bertanya pada Asih, yang menjawab bahwa hal penting ini harus di-diskusikan dengan ibunya... yang diketahuinya bahwa ibunya memang sudah memegang dana cukup untuk kepentingan itu... jadi tidak perlu memberatkan Dharma yang telah rela 'mengorbankan' rumahnya untuk keperluan itu.

Dan Ayu tanpa ditanya, menjawab, "Ayu akan mendiskusikan hal ini pada 'papa'-ku ini...".

Yang langsung dijawab Dharma, "Sudah tidak perlu dipikirkan lagi... biaya untuk Ayu dan Asih sudah tersedia aman di Bank Pemerintah...".

Nurita menutup pertemuan ini dan berkata bahwa kepastian tentang hal ini harus selesai dan diketahui secara pasti pas 1 minggu lagi... atau lebih cepat lebih baik!

Kata Nurita dengan nada formal, "Berhubung tante telah ada niatan sedari tadi... karena 'papa'-nya Ayu ini telah membuat tante 'terpojok dan keki habis... apalagi sekarang sudah datang bala-bantuan dari sesama cewek... HAYO CEWEK-CEWEK KITA HARUS KOMPAK DAN CEPAT RINGKUS COWOK SATU INI...!".

Yang langsung dijawab oleh Asih, "Mau dong ikut ngeringkus cowok ganteng... habis udah lama sih nggak ngerasain lagi... hi-hi-hi...!", Asih tanpa malu-malu lagi membeberkan rasa gairahnya untuk ngerasain ngeseks lagi.

Dharma melihat gelagat yang kurang baik untuk dirinya, buru-buru mengungsi... sampai didalam kamar... datanglah para cewek-cewek kompak ini... dalam sekejap mata Dharma ditelanjangi bulat-bulat oleh pasukan cewek yang dikomando oleh Nurita yang juga sudah bertelanjang bulat dan memberitahu Dharma, bahwa... kalau ingin 'selamat' segera menindih dan menyetubuhinya.

Dengan segera dan 'dipaksa'... Dharma menindih tubuh telanjang Nurita yang telah berbaring terlentang ditengah tempat tidur Dharma yang besar. Sedang Ayu dengan inisiatif-nya sendiri ikut mengelus-elus penis 'papa'-nya agar lebih panjang dan semakin keras... agar supaya bisa dengan cepat dimasukkan kedalam vagina klimis 'tante'-nya...

Sedang Asih yang juga sudah telanjang bulat... diminta oleh Dharma agar terlentang mendekatkan vagina mulusnya dengan mulut gasangnya Dharma melakukan oral-seks yang hebat... yang belum pernah dialami Asih... walaupun sekali saja. Mengantarkannya tidak lebih dari 10 menit... terbang di awan... tubuhnya serasa ringan... dilanda oleh klimaks yang tak tertahan... berakhir dalam dekapan orgasme yang mencengangkan... 'tertembak jatuh' sudah satu cewek... tinggal menghadapi 2 cewek yang rada kompakan ini.

Rupanya penis panjang Dharma sudah berada dimulut gua nikmat dalam vagin Nurita yang terlentang pasrah siap-siap menerima penetrasi dari penis kakak sepupunya ini...

Hanya dengan dibantu dorongan kebawah dari pinggul Dharma yang kekar... <bleeesss...!> masuk sudah seluruh batang penis Dharma yang sangat tegang itu, meng-invasi seluruh 'gua nikmat' vagina Nurita... dilanjutkan dengan pompaan-pompaan senggama penis yang non-stop... tanpa henti... tanpa rehat... semakin kuat dan cepat saja sodokan penis Dharma... yang mengundang protes dan permintaan dari Nurita, "Kak Dharma... sayang... kalem sedikit ngenjotnya... biar agak lamaan dan... tambah mesra gitu... aahhh... nikmatnya...". Nurita menunggu reaksi dari Dharma yang masih sibuk berat... malahan semakin cepat saja. Langsung Nurita Berkata dengan keki tapi penuh dengan kenikmatan, "Eh... bukannya dipelanin... malah dicepetin lagi... aduuhhh. enaknya... denger apa nggak sih... diajak lebih mesra biar tambah nikmat... oohhh... kak Dharma... dasar bandel... a-aah-aaahhh... nggak tahan deh... kakakku yang nakal... sampe deh...!", <Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!>

'Ha-ha-ha... beres sudah... tinggal satu cewek anak bawang... ha-ha-ha... malam ini... bakalan aku sukses besar menghadapi 3 cewek sok kompak dan cuma ngomong gede doang... segede payudara mereka...'. Cewek kedua sudah 'tertembak jatuh'...!

Segera Dharma meminta Ayu agar segera berbaring terlentang... dan pasrah mengangkang... karena akan segera 'dieksekusi' karena telah berani-beraninya kongkalikong dengan 2 cewek 'perusuh' lainnya.

Dengan perasaan was-was, Ayu meminta 'papa'-nya agar pelan-pelan saja memasukkan palkon besarnya itu.

Dijawab Dharma dengan cuek saja, "No excuse... darling...!".

<Bleeesss...!> masuk sudah seluruh batang penis Dharma kali ini menyeruak yang sangat dalam, meng-invasi seluruh 'gua nikmat' Ayu... dilanjutkan dengan pompaan-pompaan senggama penis... semakin lama semakin cepat... rupanya Dharma tidak mau membuang waktunya terlalu lama... hanya untuk 'menembak jatuh' cewek anak bawang ini...

"Papa-papa...! Ternyata bisa cepat juga masuknya...! Pelan-pelan saja... yaa papaku sayang...!", kata Ayu membujuk Dharma untuk ngeseks santai saja.

"Tidak ada pilih kasih dan... pengecualian... bagi cewek-cewek... yang sok kompak... ha-ha-ha...", kata Dharma dengan penuh keyakinan akan keluar sebagai pemenang tunggal dalam 'pertarungan' 3 lawan 1 ini. Segera mgenjot dengan cepat saja tubuh sintal yang molek tubuh telanjang bulat Ayu ini... terguncang-guncang tubuh Ayu jadinya oleh sodokan mantap penis Dharma yang menghunjam dalam-dalam pada vagina mulus Ayu yang mulus... tanpa ampun.

"Aduh papa sayang... jangan terlalu sadis begitu dong... tapi enak sih... oohhh... pelanin sedikit saja deh... biar lebih asyik lagi... hi-hi-hi...".

Tapi Dharma pura-pura tidak mendengarkannya...

"Papa... kok ngenjotnya semakin cepet aja... oohhh... nikmatnya...! Denger apa tidak sih paa...?! Entar... Ayu teriak yang kenceng nih...!", kata Ayu sambil mengancam ingin berteriak kencang.

Dharma tidak menghiraukan semua keluh-desah, kata penuh ancaman Ayu... malah Dharma menjawab sambil bergurau, "Bener tuh... teriak yang kenceng... biar kodok-kodok... pada berdatangan dan ikut berdendang riang bersama kita semua... Ayu...! Ha-ha-ha...! Biar tambah asyik ML ini jadinya... ha-ha-ha...!".

"Ah... yang benar nih papa... betul apa tidak sih... beneran ya... kodoknya bakalan datang...! Iihhh... takuttt...! Udah deh paa... bener pa... kencengin aja biar cepat selesai...! Eh... dasar papa nakal... disuruh cepetin... malah sekarang dipelanin lagi...!", kata Ayu sewot dan tanpa sengaja menggoyang-goyangkan pinggul mulusnya... dan sesekali di-variasi dengan gerak pinggulnya yang memutar-mutar... yang menambah nikmat saja persetubuhan antara pasangan cowok dan cewek berbeda usia 16 tahun ini.

Keluar juga keluh-desah nikmat dari mulut Dharma yang jarang berkeluh-desah ini. "Aahhh... nikmatnya... bener-bener penampilan yang hebat... goyangan pinggul dan memutar yang ampuh...!".

Tak tahan sudah merasakan kenikmatan bersetubuh yang dirasa Dharma semakin lama semakin pintar saja melayaninya. Segera Dharma tancap gas... yang langsung mendapat reaksi spontan dari Ayu.

"Papa... nikmatnya... Ayu sudah tidak tahan lagi... oohhh...!".

"Papa juga sama... tumben kamu... hebat sekali... aahhh...!".

<Oohhh...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!>

<Aahhh...!> <Crottt...!> <Crottt...!> <Crottt...!> <Crottt...!>

Dasar... pasangan ini... sangat 'chemistry' sekali... klimaks secara bersamaan dan... mendapatkan masing-masing orgasme-nya yang spektakuler bersamaan pula...

Terlihat diatas tempat tidur yang besar ini seakan telah terjadi badai topan cinta yang hebat... 3 cewek berbaring bergelimpangan dan satu cowok dewasa... yang baru saja telah tertidur pulas dengan damai... diiringi suara kerikan jangkrik yang santer dari kejauhan diluar rumah serta suara kompak dari sekumpulan kodok yang mengerok didekat sawah...

(bersambung...)
 
Terakhir diubah:
indah nya hidup dharma dikelilingi harem :bacol:

nyumbang saran suhu dicerita suhu selanjutnya, untuk tokohnya jangan terlalu banyak, mungkin bagi ane yang otak nya rada2 telmi tokoh dalam cerita terlalu banyak rada2 membingungkan, banyak yang harus dihapal meskipun bukan buku pelajaran
 
indah nya hidup dharma dikelilingi harem :bacol:

nyumbang saran suhu dicerita suhu selanjutnya, untuk tokohnya jangan terlalu banyak, mungkin bagi ane yang otak nya rada2 telmi tokoh dalam cerita terlalu banyak rada2 membingungkan, banyak yang harus dihapal meskipun bukan buku pelajaran

Sumbang saran diterima dengan senang hati, perlahan-lahan tokoh yang tidak terlalu penting akan ditinggalkan, sementara itu sebagai pegangan dapat dipakai daftar pelaku peran sbb:

Pelaku peran:

Sudharma (Dharma/35) = kakak sepupunya Nurita.
Darto (28) = adik bungsu kandung Dharma yang tinggal di ibukota.
Ayu Dianita (Ayu/19) = anak perempuan angkat-nya Dharma.
Nurita (Rita/29) = sepupu perempuan Dharma yang sangat akrab dengannya.
Ani (35) = ibu kandung dari Asih dan Doni.
Murniasih (Asih/19) = teman sebangku SMA Ayu.
Doni (14) = adik kandung Asih.

Terimakasih atas perhatiannya.
 
Sebenarnya beliau yang McD pedesin memang serba salah... aku sebut beliau 'oom'... katanya ketuaan.... ya sudah aku panggil saja dengan 'dik'... beliau yang McD maksudkan ini... sudah mendapatkan peringatan keras awal dari Super Moderator... tapi masih saja... ngaco belo... dasar anak bengal...! He-he-he... kenapa pula agan jadi ikut-ikutan takut...? Jikalau agan ingin langgeng akan eksistensi dari penulis yang namanya McD ini... di Forum... kenapa pula agan tidak ingin men-supportnya...? Komen dan support agan akan meningkatkan kinerja karya tulis si penulis... asal pembacanya ikut-ikutan berusaha mengisi komen-nya dengan hal-hal yang berdampak lebih positif... kecuali pembacanya tidak mau bersusah payah... ya itu pun hak pembacanya juga... Tak ada hal yang dipaksakan disini... kecuali peraturan Forum yang memang harus diperhatikan oleh penulis dan pembacanya...

Hehehe... setubuh eh.. setuju suhu ;) pembaca punya hak penulis juga punya hak, masing-masing harus tau jalan dan aturannya :beer:
 
Sumbang saran diterima dengan senang hati, perlahan-lahan tokoh yang tidak terlalu penting akan ditinggalkan, sementara itu sebagai pegangan dapat dipakai daftar pelaku peran sbb:

Pelaku peran:

Sudharma (Dharma/35) = kakak sepupunya Nurita.
Darto (28) = adik bungsu kandung Dharma yang tinggal di ibukota.
Ayu Dianita (Ayu/19) = anak perempuan angkat-nya Dharma.
Nurita (Rita/29) = sepupu perempuan Dharma yang sangat akrab dengannya.
Ani (35) = ibu kandung dari Asih dan Doni.
Murniasih (Asih/19) = teman sebangku SMA Ayu.
Doni (14) = adik kandung Asih.

Terimakasih atas perhatiannya.

Oke suhu Terimakasih.
:beer: :beer: :beer:
 
dah bisa dilanjut to next episod mcdodol u memang ga da tandingannya dodol thanksq.
 
dah bisa dilanjut to next episod mcdodol u memang ga da tandingannya dodol thanksq.

Bisa aja agan 'gogotaima'... apa mau dikata... lanjutannya baru usai dibuat... sebentar lagi akan di-postkan...
 
Bimabet
(Sambungan dari: kodok yang mengerok didekat sawah...)

***

Sekarang hari Sabtu... hampir seminggu dari pertemuan yang membahas pendidikan lebih lanjut untuk Ayu dan Asih.

Tepat jam 17:00 Ani bersama anak-anak kandungnya, Asih dan Doni telah sampai dirumah Dharma, tujuannya adalah untuk membahas lebih lanjut lagi tentang keikutan-serta Asih dalam menempuh pendidikan tinggi yang diprakarsai oleh bu Nurita dan di-fasilitasi oleh Dharma sendiri.

Yang menyambut kedatangan mereka adalah Dharma sendiri.

Segera Asih mengambil inisiatif untuk memperkenalkan ibu-kandungnya, Ani pada Dharma yang kelihatannya hanya mengenal Asih saja dan belum pernah tahu dan melihat Doni maupun Ani, ibundanya Asih.

"Pak Dharma perkenalkan... ini ibunya Asih, silahkan dong bu... salam kenal sama pak Dharma...", kata Asih agak canggung.

Segera Ani menyambut dan menyalami tangan Dharma yang telah menjulur sedari tadi kedepan. Mereka bersalaman.

"Ani... salam kenal pak Dharma!", kata Ani sembari berjabatan tangan dengan tangan Dharma yang kekar.

"Benar bu Ani... itu memang nama saya... rupanya ibu sudah mengetahui nama saya lebih dahulu...", kata Dharma ramah pada ibu yang dinilai cantik dan... mont...

"Eh... maaf... saya tahu dari Asih, anak saya ini... hi-hi-hi...", kata Ani tersenyum malu.

"Mudah-mudahan Asih, anak bu Ani... tidak menceritakan yang jelek-jelek tentang saya... ha-ha-ha...!", kata Dharma sambil tertawa dengan ramah.

"Oh... tidak-tidak pak... hi-hi-hi, Asih cuma memberitahu nama pak Dharma saja... kalau lainnya masih rahasia katanya... 'hi-hi-hi... kata Asih harus minta ijin dahulu dari 2 orang 'pemegang saham' lainnya... begitu kata Asih pada saya... mungkin pak Dharma mengetahuinya dan mau sharing pada saya... ketimbang saya mengharapkan keterangan dari Asih... sangat berbelit-belit dan penuh tata-cara... begitu lho pak... hi-hi-hi...", kata Ani berusaha menggali keterangan dari Dharma.

"Wah... gimana ya... bu... soalnya saya takut dikeroyok lagi... eh... maaf bu... dikeroyok saja tanpa kata 'lagi...' ha-ha-ha...", kata Dharma yang tadi sampai terpeleset bicara.

"Kalau dilihat-lihat... kayaknya pak Dharma senang sekali dikeroyok sama cewek-cewek rupanya... hi-hi-hi...", Ani mulai berusaha mengorek keterangan dari Dharma yang tadi terpeleset bicara... "Pantas kemarin malam... Asih pulang dengan wajah yang berseri-seri... bahkan saat melangkah masuk kedalam rumah sembari bersenandung riang dengan gembira... hi-hi-hi...!".

Tak lama BB-nya Dharma berdering, dengan meminta maaf terlebih dahulu pada Ani... Dharma menerima panggilan lewat cellular itu... ternyata dari Ayu.

<"Pa... Asih barusan telepon pada Ayu... papa... tumben sore ini Ayu dan tante Rita... rada telat pulangnya... soalnya... ada seorang ibu yang lahiran... tapi tidak usah khawatir pa... semuanya baik-baik saja... nih... sekarang, kami berdua sudah bersiap-siap ingin segera pulang...! Dan jangan lupa pa... beritahu Asih supaya menunggu di kamar Ayu... dengan Doni, adiknya sekalian, habis itu pinjami BB papa supaya Asih tambah yakin nanti diomongin sama Ayu padanya dan... biar papa bisa bebas berbicara dengan ibunya Asih... orangnya cantik kan pa...? Hi-hi-hi...! Ngobrolnya biar asyik ya pa... hi-hi-hi... buruan deh kasih BB-nya pada Asih... buruan kenapa...?!">, 'Dasar cewek sekarang pada doyanan...'. Buru-buru memanggil Asih dan menyerahkan BB itu padanya untuk dipinjami sebentar...

"Enak ya... pak Dharma... populer diantara cewek-cewek... hi-hi-hi...", kata Ani mulai berani menguji Dharma.

"Kalau dibilang populer... kurang tahu deh... kalau dibilang enak... kayaknya lebih tepat dikatakan lebih... cape deh... eh... kesalahan omong lagi... lupakan perkataan saya ini bu...", lagi-lagi Dharma terpeleset omong... sepertinya Dharma jadinya salting didepan Ani yang bahenol dan botoh ini.


***

NB: untuk semua kata yang tidak diketahui artinya, lihat saja dalam PERBENDAHARAAN KATA di Papa Pulang Bawa 'Oleh-oleh'
https://www.semprot.com/t/1111620
Bagian 10 - Bonus Bagi Para Pembaca Yang Budiman.

***

Tak lama kemudian Asih datang dengan senyum-senyum serta mengembalikan BB milik Dharma, "Terimasih pak Dharma... jadi sudah tahu kan... Asih bersama Doni disuruh menunggu dikamarnya Ayu...".

Dan pada Ani, ibu kandungnya... sembari berkata riang, "Selamat bercakap-cakap yaa bu... hi-hi-hi dagghhh... ibu! Asih dan Doni disuruh Ayu untuk menunggunya dikamar Ayu. Tidak usah khawatir kok bu... 'papa'-nya Ayu ini tidak suka menggigit kecuali... keinjak saja... hi-hi-hi...", Asih buru-buru kabur kekamarnya Ayu dimana Doni sudah ada didalamnya.

"Aduh... maaf ya pak Dharma... begitulah kelakuan anak-anak jaman sekarang... terutama para cewek-cewek muda-nya... hi-hi-hi...!", kata Ani agak malu dan meminta maaf atas kelakuan Asih, puteri kandungnya ini.

"Kayaknya... mereka berkomplot pengen ngerjain kita yaa... gimana pendapat bu Ani...?!", tanya Dharma meminta dukungan pada Ani yang sekarang menjadi teman bicaranya ini.

"Tahu yaa... tapi perasaan saya... kayaknya bener juga sih... hi-hi-hi... jadi gimana dong... kita meng-antisipasi-nya pak Dharma... biar kita tidak jadi bulan-bulanan mereka... hi-hi-hi...!", kata Ani mulai akrab pada Dharma.

"Gampang... mereka tahunya kita sedang duduk-duduk di ruang tamu sembari mengobrol... ha-ha-ha...! Gimana kita kelabui mereka, dengan kita pergi keluar dari ruang tamu ini... tak jauh kok... masih didalam rumah ini...", belum juga habis Dharma selesai perkataannya sudah dipotong oleh Ani... <seeerrr...!> ada semprotan kecil yang keluar didalam vagina-nya Ani, karena... gairahnya menjadi terpicu... membesar... dalam pikiran Ani, mereka akan pindah 'mengobrol...' dikamar tidurnya Dharma.

"Ta-tapi... kan kita bisa jadi malu... pak! Kalau ketahuan kita berada didalam kamar tidurnya...", yang langsung dipotong balik oleh Dharma...

"Ehh... bukan disitu bu Ani... tempat itu sangat mudah diduga oleh mereka... kita akan berada didalam sebuah kamar... yang juga berada didalam rumah ini... cuma akses-nya harus dari pintu yang berada disisi kiri rumah ini, yaitu ruang workshop tempat saya bekerja... disana juga cukup nyaman dan komplit... ha-ha-ha... biar mereka tahu rasa... tidak terlalu mudah untuk ngerjain kita yang lebih tua dan berpengalaman... ha-ha-ha... gimana bu Ani... setuju tidak...?".

"Oohhh... rumah ini ada ruang workshop-nya toh...? Setuju pak Darma... biar mereka tidak terlalu gampang saja meremehkan kita... hi-hi-hi... buruan pak Dharma... biar... nggak sempat diintip oleh mereka...! Hi-hi-hi...!", Ani dengan perasaan yang sekonyong-konyong meluap saking senangnya menjadi sangat antusias sekali dan buru-buru melangkah keluar rumah lewat pintu depan rumah...

Berdua sembari menyusuri tembok sisi kiri rumah... langsung menemukan sebuah pintu yang tak menyolok, karena... di-cat sama warnanya dengan warna cat tembok didekatnya... Buru-buru dengan cepat saja Dharma membuka pintu workshop itu, dan menguncinya lagi dari dalam, segera mereka melangkah masuk keruang workshop yang ternyata dalam pandangan Ani yang takjub melihat sekeliling ruang sangat besar ini... rapi dan bersih dan mempunyai banyak partisi-partisi kamarnya.

Mereka berkeliling... seakan sedang 'tour' saja yang boy-guide nya adalah si pemilik ruangan workshop pribadi ini, Dharma. Di satu ruang partisi ada kulkas meja makan kecil dan perlengkapan coffee-maker berikut bahan kopi, coklat dsb. Dilain ruang partisi yang paling besar diujung yang paling jauh dari peralatan kerja Dharma terdapat tempat tidur lumayan besar dan bersih. Disisi tembok yang berseberangan dan didepan tempat tidur itu ada satu perangkat TV plasma yang terhubung dengan antenna parabola yang tidak terlihat... karena tertutup oleh tembok yang tinggi. TV itu menerima sinyal lewat perangkat receiver yang terhubung langsung dengan satelite broadcast Telstar dan provider internet lainnya yang terkemuka didunia. Jangan lupa... Dharma adalah seorang insinyur elektro yang handal...

Dharma mempersilahkan Ani untuk duduk. "Kayaknya lebih enak duduk dipinggir tempat tidur ini... deh bu Ani... daripada duduk sendirian diatas kursi depan TV, maklumlah... tidak banyak tersedia kursi didalam ruangan workshop ini... biar tidak terlalu banyak perabotan...".

Sejuk sekali didalam ruangan besar workshop ini, maklum saja workshop ini dilengkapi dengan AC sentral yang berukuran kecil, fresh-air blower, exhaust fan yang beroperasi non-stop dan diatur dengan timer yang bisa disetel. Suasana workshop ini bener-bener menyaingi suasana ruang-operasi saja layaknya. Sumber dayanya didapat... semuanya dari hembusan angin diatas udara persawahan yang telah diolah menjadi tegangan listrik rumah 220V 50Hz dan berdaya listrik lebih dari 50 KWH yang 'cuma-cuma' dan tumpah ruah...

Begini penjelasan mudahnya: angin bertiup memutar baling-baling vertikal... rotor dinamo yang satu as dengan as baling-baling... ikut-ikutan berputar... yang mengeluarkan tegangan DC yang kemudian mengalir lewat dua kabel... masuk ke stabilizer tegangan DC... lalu disimpan dalam beberapa accumulator yang besar. Disaat kita ingin memakainya, arus DC dari accumulator mengalir masuk ke perangkat inverter AC/DC... maka mengalirlah tegangan listrik kedalam rumah berupa listik 220 V 50Hz, keseluruhan sistim instalasi dalam rumah ini, dan... menghasilkan daya listrik tidak kurang dari 50 KWH besarnya, sungguh sangat berlebih dan tumpah ruah...

Ketika Ani mendudukkan pantat bahenolnya diatas tempat tidur empuk ini... <seeerrr...!> kembali semprotan kecil kali ini untuk kedua kalinya melumasi lorong nikmatnya... dari vagina-nya yang sekarang bergetar ndut-ndutan... tak dipungkiri lagi oleh Ani yang saat ini sudah terbawa suasana diseputar seks... sejak dari dalam rumah utama... serta rahasia yang dipegang oleh puteri kandungnya, Asih... pasti menurut penilaian Ani tidak jauh-jauh dengan soal seks...

Dharma duduk disamping Ani yang diam tak bergerak dan... tanpa kata... sehingga Dharma harus mengawali percakapan diantara mereka.

"Bagaimana Ani... menurutmu...?", kata Dharma yang mulai menghilangkan imbuhan 'bu' agar tidak terlalu formal dan... supaya lebih akrab saja...

"Apanya... mas... Ani tidak mengerti yang dimaksud mas Dharma", jawab Ani mulai cair dan dan akrab, serta... kedengarannya agak manja...

"Oh... iya... apanya yaa...?", Dharma kebingungan mencari-cari kata yang tepat.

"Hi-hi-hi... jadi bingung sendiri yaa.. mas...? Hi-hi-hi...", kata Ani sembari tertawa ramah.

"Ha-ha-ha... emang nih... penyakit lamaku suka kambuh... kalau berdekatan dengan cewek dewasa... mana cantik lagi... apalagi yaa... bingung aku jadinya...", kata Dharma yang masih tidak berhasil menemukan kata-kata yang tepat untuk mengawali percakapan dengan Ani... mungkin juga Dharma terganggu oleh penampilan payudara 38B yang super montok dan menantang kedepan itu.

"Hi-hi-hi... kacian deh... kalau begitu... hi-hi-hi...! Santai saja kenapa... biar Ani tunggu dengan sabar... siapa tahu kata yang dimaksud bisa ketemu... hi-hi-hi...", kata Ani sembari tertawa dan... semakin akrab saja...

"Nah... ketemu deh... tapi syaratnya... Ani jangan sampai marah... kalau tidak... ya bakalan hilang lagi deh kata-kata itu... ha-ha-ha...", tanya Dharma meminta ketegasan dari Ani bahwa dia tidak akan marah... pada kata-kata yang akan diucapkan Dharma... apapun itu adanya...

"Ya pastilah mas... Ani nggak bakalan marah... 'swear' deh... hi-hi-hi... buruan dong mas... jadi Ani nih... yang was-was... jadinya...!", kata Ani pasrah...

"OK... kan kita sudah bersalaman kenal... yaa toh...? Supaya akrab... gimana kalau kita melakukan ciuman-kenal begitu... gimana tanggapan Ani dalam hal ini...?", kata Dharma memberanikan dirinya... maklum saja Dharma sudah sange sejak dari tadi saat mereka berjabatan tangan...

"Terserah mas saja... asal tidak ketahuan sama siapa-siapa saja... kan kita berdua bakalan malu jadinya...", kata Ani pasrah dan... <seeerrr...!> semprotan kecil untuk ke-tiga kalinya... menyebabkan lorong nikmat dalam vagina legit Ani menjadi sempurna dan merata pelumasannya yang dijamin sodokan sekeras apapun... tidak akan membuat lecet dinding lorong nikmat jadinya...

"Ya secara jujur sih aku akui... ada 2 orang yang bakalan mengetahui hal ini kalau kita benar-benar melakukannya... kedua orang itu bernama... Dharma dan... Ani... ha-ha-ha...!", masih sempat-sempatnya Dharma bercanda pada Ani yang sudah 100% pasrah ini...

"Itu sih...", Ani tidak bisa meneruskan perkataannya, karena mulut seksi-nya telah dibungkam oleh mulut Dharma yang gasang... dilanjutkan dengan terobosan lidahnya yang kesat yang langsung membelit, memiting... lidah Ani yang tak menduga akan datangnya aksi yang mendadak ini.

Perlahan-lahan... tapi pasti dan terarah jari-jari tangan Dharma yang rajin dan gemar meremas buahdada mendarat pada buahdada yang sebelah kiri... yang langsung saja meremas buah montok itu diselingi sesekali plintiran yang dilakukan oleh duet jari telunjuk dan jempolnya yang kompak... menyebabkan Ani tak mampu berkata-kata... karena mereka masih saja melakukan FK yang hot ala orang dewasa... Ani cuma bisa menggeol-geolkan pinggang rampingnya saja...

Sepuluh menit telah telah berlalu sejak dimulainya FK tadi tanpa ada niat untuk mengganti corak aksi yang lain... Ani mencekalkan jari-jari tangannya pada pergelangan tangan Dharma yang lagi asyik mengukur-ukur... kesekalan seluruh permukaan buahdada yang kiri... memindahkannya pada buahdada yang sebelah kanannya. Dan tidak menghentikan aksi sebelah tangannya itu yang sekarang langsung dengan tepat sasaran mendarat diselangkangan Dharma dimana penisnya sangat besar dan tegang itu... Ani mencubit lumayan keras membuat Dharma jadi sentak kaget... terlepaslah mulut gasangnya yang tadi melakukan FK yang membuat kelabakan Ani jadinya.

"Adduuhhh...! Emangnya apa salahnya dia... sayang...!", kata Dharma melakukan protes kecil.

"Banyak...! Hi-hi-hi...! Pertama... Ani jadi kelabakan... susah bernapas... Kedua... biarpun aksi ini kita lakukan secara sembunyi-sembunyi... tetap saja akan ketahuan dengan mudah... karena pakaian kita kusut-masai jadinya... kalau aksi ini diteruskan... kenapa kita tidak buka pakaian kita semuanya... jadi nanti kalau dipakai lagi... kita tetap berpakaian rapi, dan tidak menimbulkan kecurigaan apa-apa...", kata Ani menjelaskan dengan berani dan nekat... daripada nanti ketahuan... kan jadi malu... mereka berdua jadinya...

"Ohh... iya benar juga... ha-ha-ha... bagaimana kalau yang cepat duluan melepaskan pakaiannya semuanya... alias bertelanjang bulat... maka dia berhak yang diatas duluan...!", begitu berhendi bicara Dharma dengan sangat cepat melepas seluruh pakaian yang dikenakan sekarang.

Sedang Ani dengan tenang dan santai menanggalkan pakaiannya satu per satu... 'Ngapaian pula aku buru-buru... mendingan juga aku yang dibawah... nggak cape... tinggal terima nikmat saja... hi-hi-hi...!'. "Hore cewek yang menang...!", kata Ani menggoda Dharma... biar dia lebih cepat lagi bertelanjang bulat. Rupanya pancingan Ani termakan juga oleh Dharma... yang kalau lagi sange berat... kurang mulus berpikir...

"Hei... kamu masih pake BH dan CD... sayang... akhirnya cowok juga yang menang... ha-ha-ha...!", kata Dharma lega... sambil melempar CD-nya keatas kursi yang berada didepan TV plasma.

Ani dengan tenang menyelesaikan aksi melepas pakaiannya... begitu dia bertelanjang bulat segera menelentang dirinya ditengah tempat tidur itu, sambil berkata dengan berani, "Buruan mas.... langsung tancap saja... entar keburu bu Nurita datang lho... lagian Ani udah kepengen banget ini...", kata Ani merajuk penuh nafsu tanpa malu-malu lagi.

"Emangnya tidak takut apa dengan palkon-ku ini...?", kata Dharma yang mengayun-ayunkan penisnya dengan peregangan otot-otot penisnya yang menyebabkan penis panjang berikut palkon-nya besar ikut-ikutan berangguk-angguk dengan pongahnya...

Ani yang melihatnya, jadi tertawa geli jadinya, "Hi-hi-hi... kamu minta dipiting sama otot-otot dalam vagina-ku yaa... Pen...? Hei... hi-hi-hi... penis mas pintar juga menjawab bila diajak ngobrol... bener ya...!".

Penis Dharma masih saja mengangguk-angguk seakan setuju sekali dengan usulan Ani yang bertelanjang bulat... terlentang sambil mengangkang... benar-benar tubuh indah seorang wanita dewasa belum lagi buahdadanya yang montok dengan putingnya berwarna maroon berhiash dikelilingi oleh areola yang berwarna maroon muda, serta... menantang menjulang keatas dengan sangat indahnya...

Tak sabar Dharma yang merasa tertantang... dengan diliputi hawa-nafsu disekujur badannya... sebelum menindih tubuh telanjang Ani yang pasrah... menempatkan palkon-nya melesak kedalam vagina Ani dan terhenti pada mulut pintu masuk lorong nikmat yang mengecil... karena otot-ototnya bersiap-siap menghadapi serudukan palkon Dharma yang besar...

Dengan cepat Dharma menindih tubuh telanjang yang jelita milik Ani ini... dengan disertai dengan sentakan mendorong kebawah pinggul kekar Dharma menyebabkan seruan tertahan yang keluar dari mulut Ani yang seksi...

<Bleeesss...!> masuk sudah seluruh batang penis Dhamar yang sangat tegang itu kedalam vagina Ani yang legit dan klimis, meng-invasi seluruh 'gua nikmat' itu... dilanjutkan dengan pompaan-pompaan senggama penis yang diawali serudukan palkon-nya yang besar menyeruak masuk dengan sangat dalam...

Keluar-masuk... keluar-masuk... membuat Ani menjadi merem-melek keenakan yang segera meliuk-liukkan pinggul mulusnya sambil tidak lupa divariasi dengan gerakan memutar pinggulnya... yang menyebabkan Dharma kelabakan merasakan nikmatnya persetubuhan pertamanya dengan Ani, ibu kandungnya Asih ini...

Segera Dharma mempercepat ayunan pinggul kekarnya turun-naik... turun-naik... tanpa ampun dan langsung tancap gas... yang menghasilkan gerakan 'reciprocating' penisnya sangat hebat dan sangat cepat didalam lorong nikmat dalam vagina legit Ani...

"Aahhh... nikmatnya... bener-bener terasa bener palkon mas menerobos masuk memek-ku ini mas... ngenjot terus, jangan berhenti sampai muncrat... yang banyak didalam memekku yaa... mas...!", kata Ani penuh merasakan nikmatnya persetubuhan perdananya dengan Dharma ini...

Dharma sampai tidak sempat menjawab permintaan Ani... karena Dharma sedang menikmati persetubuhan ini... sembari menjaga gerakan sodokan penisnya tetap stabil dan cepat...

Sungguh hebat stamina kedua orang dewasa ini dalam hal bersenggama... sudah berjalan 15 menit belum ada tanda-tandanya akan berakhir...!

Mendekati menit yang ke-19... barulah keluh-desah yang santer yang keluar dari mulur seksi Ani, "Nikmat sekali mas... kayaknya Ani mau sampai deh mas... ayo mas cepetin lagi... kita sampe... sama-sama... oohhh...!".

"Baik sayang... kita akan mencapai klimaks bersama-sama... nikmat sekali vagina-mu ini sayang... aahhh...!".

"Oohhh...!". <Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!>

"Aahhh...!". <Crottt...!> <Crottt...!> <Crottt...!> <Crottt...!>

Terhenyak tubuh telanjang mereka... pinggul kekar Dharma masih menghentak-hentak mengiringi semprotan sperma Dharma yang kuat dan sangat banyak... langsung membanjiri lorong nikmat dalam vagina Ani yang mulus, klimis dan legit ini.

Tak lama kemudian Dharma menggulirkan tubuhnya disamping tubuh Ani... sama-sama terlentang, sambil masing-masing menikmati orgasme mereka masing-masing...

10 menit kemudian mereka membersihkan diri mereka didalam kamar mandi yang berada dekat dengan kamar partisi ruang tidur ini.

10 menit lagi kemudian mereka sudah berpakaian rapi tanpa bisa dicurigai oleh mereka yang berniat mau ngerjain berdua.

Begitu masuk kedalam rumah lewat pintu depan... mereka disambut dengan pandangan mata penuh keheranan oleh pandangan 4 pasang mata dari Nurita, Ayu, Asih dan Doni...

Ayu segera bertanya pada 'papa'-nya...

"Emangnya papa sama tante Ani habis jalan-jalan kemana...? Kami semua sampai cape mencari-cari... sampai-sampai kolong tempat tidur luput dari pantauan kami...!", kata Ayu yang masih saja terlihat sedikit ngos-ngosan...

"Ha-ha-ha... kenapa kalian tidak mencari dikolong sawah sana... ha-ha-ha...!", kata Dharma menertawakan ulah mereka yang gagal total... ngerjai dirinya bersama Ani yang sedang berdiri disampingnya dan tertawa...

"Hi-hi-hi...! Sawah... sih... nggak ada kolongnya... pak Dharma... hi-hi-hi...", kata Ani sembari tertawa senang...

(Bersambung ke Bagian 6 - Menatap Bulan Dan Berkontemplasi)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd