(Sambungan dari: kodok yang mengerok didekat sawah...)
***
Sekarang hari Sabtu... hampir seminggu dari pertemuan yang membahas pendidikan lebih lanjut untuk Ayu dan Asih.
Tepat jam 17:00 Ani bersama anak-anak kandungnya, Asih dan Doni telah sampai dirumah Dharma, tujuannya adalah untuk membahas lebih lanjut lagi tentang keikutan-serta Asih dalam menempuh pendidikan tinggi yang diprakarsai oleh bu Nurita dan di-fasilitasi oleh Dharma sendiri.
Yang menyambut kedatangan mereka adalah Dharma sendiri.
Segera Asih mengambil inisiatif untuk memperkenalkan ibu-kandungnya, Ani pada Dharma yang kelihatannya hanya mengenal Asih saja dan belum pernah tahu dan melihat Doni maupun Ani, ibundanya Asih.
"Pak Dharma perkenalkan... ini ibunya Asih, silahkan dong bu... salam kenal sama pak Dharma...", kata Asih agak canggung.
Segera Ani menyambut dan menyalami tangan Dharma yang telah menjulur sedari tadi kedepan. Mereka bersalaman.
"Ani... salam kenal pak Dharma!", kata Ani sembari berjabatan tangan dengan tangan Dharma yang kekar.
"Benar bu Ani... itu memang nama saya... rupanya ibu sudah mengetahui nama saya lebih dahulu...", kata Dharma ramah pada ibu yang dinilai cantik dan... mont...
"Eh... maaf... saya tahu dari Asih, anak saya ini... hi-hi-hi...", kata Ani tersenyum malu.
"Mudah-mudahan Asih, anak bu Ani... tidak menceritakan yang jelek-jelek tentang saya... ha-ha-ha...!", kata Dharma sambil tertawa dengan ramah.
"Oh... tidak-tidak pak... hi-hi-hi, Asih cuma memberitahu nama pak Dharma saja... kalau lainnya masih rahasia katanya... 'hi-hi-hi... kata Asih harus minta ijin dahulu dari 2 orang 'pemegang saham' lainnya... begitu kata Asih pada saya... mungkin pak Dharma mengetahuinya dan mau sharing pada saya... ketimbang saya mengharapkan keterangan dari Asih... sangat berbelit-belit dan penuh tata-cara... begitu lho pak... hi-hi-hi...", kata Ani berusaha menggali keterangan dari Dharma.
"Wah... gimana ya... bu... soalnya saya takut dikeroyok lagi... eh... maaf bu... dikeroyok saja tanpa kata 'lagi...' ha-ha-ha...", kata Dharma yang tadi sampai terpeleset bicara.
"Kalau dilihat-lihat... kayaknya pak Dharma senang sekali dikeroyok sama cewek-cewek rupanya... hi-hi-hi...", Ani mulai berusaha mengorek keterangan dari Dharma yang tadi terpeleset bicara... "Pantas kemarin malam... Asih pulang dengan wajah yang berseri-seri... bahkan saat melangkah masuk kedalam rumah sembari bersenandung riang dengan gembira... hi-hi-hi...!".
Tak lama BB-nya Dharma berdering, dengan meminta maaf terlebih dahulu pada Ani... Dharma menerima panggilan lewat cellular itu... ternyata dari Ayu.
<"Pa... Asih barusan telepon pada Ayu... papa... tumben sore ini Ayu dan tante Rita... rada telat pulangnya... soalnya... ada seorang ibu yang lahiran... tapi tidak usah khawatir pa... semuanya baik-baik saja... nih... sekarang, kami berdua sudah bersiap-siap ingin segera pulang...! Dan jangan lupa pa... beritahu Asih supaya menunggu di kamar Ayu... dengan Doni, adiknya sekalian, habis itu pinjami BB papa supaya Asih tambah yakin nanti diomongin sama Ayu padanya dan... biar papa bisa bebas berbicara dengan ibunya Asih... orangnya cantik kan pa...? Hi-hi-hi...! Ngobrolnya biar asyik ya pa... hi-hi-hi... buruan deh kasih BB-nya pada Asih... buruan kenapa...?!">, 'Dasar cewek sekarang pada doyanan...'. Buru-buru memanggil Asih dan menyerahkan BB itu padanya untuk dipinjami sebentar...
"Enak ya... pak Dharma... populer diantara cewek-cewek... hi-hi-hi...", kata Ani mulai berani menguji Dharma.
"Kalau dibilang populer... kurang tahu deh... kalau dibilang enak... kayaknya lebih tepat dikatakan lebih... cape deh... eh... kesalahan omong lagi... lupakan perkataan saya ini bu...", lagi-lagi Dharma terpeleset omong... sepertinya Dharma jadinya salting didepan Ani yang bahenol dan botoh ini.
***
NB: untuk semua kata yang tidak diketahui artinya, lihat saja dalam PERBENDAHARAAN KATA di Papa Pulang Bawa 'Oleh-oleh'
https://www.semprot.com/t/1111620
Bagian 10 - Bonus Bagi Para Pembaca Yang Budiman.
***
Tak lama kemudian Asih datang dengan senyum-senyum serta mengembalikan BB milik Dharma, "Terimasih pak Dharma... jadi sudah tahu kan... Asih bersama Doni disuruh menunggu dikamarnya Ayu...".
Dan pada Ani, ibu kandungnya... sembari berkata riang, "Selamat bercakap-cakap yaa bu... hi-hi-hi dagghhh... ibu! Asih dan Doni disuruh Ayu untuk menunggunya dikamar Ayu. Tidak usah khawatir kok bu... 'papa'-nya Ayu ini tidak suka menggigit kecuali... keinjak saja... hi-hi-hi...", Asih buru-buru kabur kekamarnya Ayu dimana Doni sudah ada didalamnya.
"Aduh... maaf ya pak Dharma... begitulah kelakuan anak-anak jaman sekarang... terutama para cewek-cewek muda-nya... hi-hi-hi...!", kata Ani agak malu dan meminta maaf atas kelakuan Asih, puteri kandungnya ini.
"Kayaknya... mereka berkomplot pengen ngerjain kita yaa... gimana pendapat bu Ani...?!", tanya Dharma meminta dukungan pada Ani yang sekarang menjadi teman bicaranya ini.
"Tahu yaa... tapi perasaan saya... kayaknya bener juga sih... hi-hi-hi... jadi gimana dong... kita meng-antisipasi-nya pak Dharma... biar kita tidak jadi bulan-bulanan mereka... hi-hi-hi...!", kata Ani mulai akrab pada Dharma.
"Gampang... mereka tahunya kita sedang duduk-duduk di ruang tamu sembari mengobrol... ha-ha-ha...! Gimana kita kelabui mereka, dengan kita pergi keluar dari ruang tamu ini... tak jauh kok... masih didalam rumah ini...", belum juga habis Dharma selesai perkataannya sudah dipotong oleh Ani... <seeerrr...!> ada semprotan kecil yang keluar didalam vagina-nya Ani, karena... gairahnya menjadi terpicu... membesar... dalam pikiran Ani, mereka akan pindah 'mengobrol...' dikamar tidurnya Dharma.
"Ta-tapi... kan kita bisa jadi malu... pak! Kalau ketahuan kita berada didalam kamar tidurnya...", yang langsung dipotong balik oleh Dharma...
"Ehh... bukan disitu bu Ani... tempat itu sangat mudah diduga oleh mereka... kita akan berada didalam sebuah kamar... yang juga berada didalam rumah ini... cuma akses-nya harus dari pintu yang berada disisi kiri rumah ini, yaitu ruang workshop tempat saya bekerja... disana juga cukup nyaman dan komplit... ha-ha-ha... biar mereka tahu rasa... tidak terlalu mudah untuk ngerjain kita yang lebih tua dan berpengalaman... ha-ha-ha... gimana bu Ani... setuju tidak...?".
"Oohhh... rumah ini ada ruang workshop-nya toh...? Setuju pak Darma... biar mereka tidak terlalu gampang saja meremehkan kita... hi-hi-hi... buruan pak Dharma... biar... nggak sempat diintip oleh mereka...! Hi-hi-hi...!", Ani dengan perasaan yang sekonyong-konyong meluap saking senangnya menjadi sangat antusias sekali dan buru-buru melangkah keluar rumah lewat pintu depan rumah...
Berdua sembari menyusuri tembok sisi kiri rumah... langsung menemukan sebuah pintu yang tak menyolok, karena... di-cat sama warnanya dengan warna cat tembok didekatnya... Buru-buru dengan cepat saja Dharma membuka pintu workshop itu, dan menguncinya lagi dari dalam, segera mereka melangkah masuk keruang workshop yang ternyata dalam pandangan Ani yang takjub melihat sekeliling ruang sangat besar ini... rapi dan bersih dan mempunyai banyak partisi-partisi kamarnya.
Mereka berkeliling... seakan sedang 'tour' saja yang boy-guide nya adalah si pemilik ruangan workshop pribadi ini, Dharma. Di satu ruang partisi ada kulkas meja makan kecil dan perlengkapan coffee-maker berikut bahan kopi, coklat dsb. Dilain ruang partisi yang paling besar diujung yang paling jauh dari peralatan kerja Dharma terdapat tempat tidur lumayan besar dan bersih. Disisi tembok yang berseberangan dan didepan tempat tidur itu ada satu perangkat TV plasma yang terhubung dengan antenna parabola yang tidak terlihat... karena tertutup oleh tembok yang tinggi. TV itu menerima sinyal lewat perangkat receiver yang terhubung langsung dengan satelite broadcast Telstar dan provider internet lainnya yang terkemuka didunia. Jangan lupa... Dharma adalah seorang insinyur elektro yang handal...
Dharma mempersilahkan Ani untuk duduk. "Kayaknya lebih enak duduk dipinggir tempat tidur ini... deh bu Ani... daripada duduk sendirian diatas kursi depan TV, maklumlah... tidak banyak tersedia kursi didalam ruangan workshop ini... biar tidak terlalu banyak perabotan...".
Sejuk sekali didalam ruangan besar workshop ini, maklum saja workshop ini dilengkapi dengan AC sentral yang berukuran kecil, fresh-air blower, exhaust fan yang beroperasi non-stop dan diatur dengan timer yang bisa disetel. Suasana workshop ini bener-bener menyaingi suasana ruang-operasi saja layaknya. Sumber dayanya didapat... semuanya dari hembusan angin diatas udara persawahan yang telah diolah menjadi tegangan listrik rumah 220V 50Hz dan berdaya listrik lebih dari 50 KWH yang 'cuma-cuma' dan tumpah ruah...
Begini penjelasan mudahnya: angin bertiup memutar baling-baling vertikal... rotor dinamo yang satu as dengan as baling-baling... ikut-ikutan berputar... yang mengeluarkan tegangan DC yang kemudian mengalir lewat dua kabel... masuk ke stabilizer tegangan DC... lalu disimpan dalam beberapa accumulator yang besar. Disaat kita ingin memakainya, arus DC dari accumulator mengalir masuk ke perangkat inverter AC/DC... maka mengalirlah tegangan listrik kedalam rumah berupa listik 220 V 50Hz, keseluruhan sistim instalasi dalam rumah ini, dan... menghasilkan daya listrik tidak kurang dari 50 KWH besarnya, sungguh sangat berlebih dan tumpah ruah...
Ketika Ani mendudukkan pantat bahenolnya diatas tempat tidur empuk ini... <seeerrr...!> kembali semprotan kecil kali ini untuk kedua kalinya melumasi lorong nikmatnya... dari vagina-nya yang sekarang bergetar ndut-ndutan... tak dipungkiri lagi oleh Ani yang saat ini sudah terbawa suasana diseputar seks... sejak dari dalam rumah utama... serta rahasia yang dipegang oleh puteri kandungnya, Asih... pasti menurut penilaian Ani tidak jauh-jauh dengan soal seks...
Dharma duduk disamping Ani yang diam tak bergerak dan... tanpa kata... sehingga Dharma harus mengawali percakapan diantara mereka.
"Bagaimana Ani... menurutmu...?", kata Dharma yang mulai menghilangkan imbuhan 'bu' agar tidak terlalu formal dan... supaya lebih akrab saja...
"Apanya... mas... Ani tidak mengerti yang dimaksud mas Dharma", jawab Ani mulai cair dan dan akrab, serta... kedengarannya agak manja...
"Oh... iya... apanya yaa...?", Dharma kebingungan mencari-cari kata yang tepat.
"Hi-hi-hi... jadi bingung sendiri yaa.. mas...? Hi-hi-hi...", kata Ani sembari tertawa ramah.
"Ha-ha-ha... emang nih... penyakit lamaku suka kambuh... kalau berdekatan dengan cewek dewasa... mana cantik lagi... apalagi yaa... bingung aku jadinya...", kata Dharma yang masih tidak berhasil menemukan kata-kata yang tepat untuk mengawali percakapan dengan Ani... mungkin juga Dharma terganggu oleh penampilan payudara 38B yang super montok dan menantang kedepan itu.
"Hi-hi-hi... kacian deh... kalau begitu... hi-hi-hi...! Santai saja kenapa... biar Ani tunggu dengan sabar... siapa tahu kata yang dimaksud bisa ketemu... hi-hi-hi...", kata Ani sembari tertawa dan... semakin akrab saja...
"Nah... ketemu deh... tapi syaratnya... Ani jangan sampai marah... kalau tidak... ya bakalan hilang lagi deh kata-kata itu... ha-ha-ha...", tanya Dharma meminta ketegasan dari Ani bahwa dia tidak akan marah... pada kata-kata yang akan diucapkan Dharma... apapun itu adanya...
"Ya pastilah mas... Ani nggak bakalan marah... 'swear' deh... hi-hi-hi... buruan dong mas... jadi Ani nih... yang was-was... jadinya...!", kata Ani pasrah...
"OK... kan kita sudah bersalaman kenal... yaa toh...? Supaya akrab... gimana kalau kita melakukan ciuman-kenal begitu... gimana tanggapan Ani dalam hal ini...?", kata Dharma memberanikan dirinya... maklum saja Dharma sudah sange sejak dari tadi saat mereka berjabatan tangan...
"Terserah mas saja... asal tidak ketahuan sama siapa-siapa saja... kan kita berdua bakalan malu jadinya...", kata Ani pasrah dan... <seeerrr...!> semprotan kecil untuk ke-tiga kalinya... menyebabkan lorong nikmat dalam vagina legit Ani menjadi sempurna dan merata pelumasannya yang dijamin sodokan sekeras apapun... tidak akan membuat lecet dinding lorong nikmat jadinya...
"Ya secara jujur sih aku akui... ada 2 orang yang bakalan mengetahui hal ini kalau kita benar-benar melakukannya... kedua orang itu bernama... Dharma dan... Ani... ha-ha-ha...!", masih sempat-sempatnya Dharma bercanda pada Ani yang sudah 100% pasrah ini...
"Itu sih...", Ani tidak bisa meneruskan perkataannya, karena mulut seksi-nya telah dibungkam oleh mulut Dharma yang gasang... dilanjutkan dengan terobosan lidahnya yang kesat yang langsung membelit, memiting... lidah Ani yang tak menduga akan datangnya aksi yang mendadak ini.
Perlahan-lahan... tapi pasti dan terarah jari-jari tangan Dharma yang rajin dan gemar meremas buahdada mendarat pada buahdada yang sebelah kiri... yang langsung saja meremas buah montok itu diselingi sesekali plintiran yang dilakukan oleh duet jari telunjuk dan jempolnya yang kompak... menyebabkan Ani tak mampu berkata-kata... karena mereka masih saja melakukan FK yang hot ala orang dewasa... Ani cuma bisa menggeol-geolkan pinggang rampingnya saja...
Sepuluh menit telah telah berlalu sejak dimulainya FK tadi tanpa ada niat untuk mengganti corak aksi yang lain... Ani mencekalkan jari-jari tangannya pada pergelangan tangan Dharma yang lagi asyik mengukur-ukur... kesekalan seluruh permukaan buahdada yang kiri... memindahkannya pada buahdada yang sebelah kanannya. Dan tidak menghentikan aksi sebelah tangannya itu yang sekarang langsung dengan tepat sasaran mendarat diselangkangan Dharma dimana penisnya sangat besar dan tegang itu... Ani mencubit lumayan keras membuat Dharma jadi sentak kaget... terlepaslah mulut gasangnya yang tadi melakukan FK yang membuat kelabakan Ani jadinya.
"Adduuhhh...! Emangnya apa salahnya dia... sayang...!", kata Dharma melakukan protes kecil.
"Banyak...! Hi-hi-hi...! Pertama... Ani jadi kelabakan... susah bernapas... Kedua... biarpun aksi ini kita lakukan secara sembunyi-sembunyi... tetap saja akan ketahuan dengan mudah... karena pakaian kita kusut-masai jadinya... kalau aksi ini diteruskan... kenapa kita tidak buka pakaian kita semuanya... jadi nanti kalau dipakai lagi... kita tetap berpakaian rapi, dan tidak menimbulkan kecurigaan apa-apa...", kata Ani menjelaskan dengan berani dan nekat... daripada nanti ketahuan... kan jadi malu... mereka berdua jadinya...
"Ohh... iya benar juga... ha-ha-ha... bagaimana kalau yang cepat duluan melepaskan pakaiannya semuanya... alias bertelanjang bulat... maka dia berhak yang diatas duluan...!", begitu berhendi bicara Dharma dengan sangat cepat melepas seluruh pakaian yang dikenakan sekarang.
Sedang Ani dengan tenang dan santai menanggalkan pakaiannya satu per satu... 'Ngapaian pula aku buru-buru... mendingan juga aku yang dibawah... nggak cape... tinggal terima nikmat saja... hi-hi-hi...!'. "Hore cewek yang menang...!", kata Ani menggoda Dharma... biar dia lebih cepat lagi bertelanjang bulat. Rupanya pancingan Ani termakan juga oleh Dharma... yang kalau lagi sange berat... kurang mulus berpikir...
"Hei... kamu masih pake BH dan CD... sayang... akhirnya cowok juga yang menang... ha-ha-ha...!", kata Dharma lega... sambil melempar CD-nya keatas kursi yang berada didepan TV plasma.
Ani dengan tenang menyelesaikan aksi melepas pakaiannya... begitu dia bertelanjang bulat segera menelentang dirinya ditengah tempat tidur itu, sambil berkata dengan berani, "Buruan mas.... langsung tancap saja... entar keburu bu Nurita datang lho... lagian Ani udah kepengen banget ini...", kata Ani merajuk penuh nafsu tanpa malu-malu lagi.
"Emangnya tidak takut apa dengan palkon-ku ini...?", kata Dharma yang mengayun-ayunkan penisnya dengan peregangan otot-otot penisnya yang menyebabkan penis panjang berikut palkon-nya besar ikut-ikutan berangguk-angguk dengan pongahnya...
Ani yang melihatnya, jadi tertawa geli jadinya, "Hi-hi-hi... kamu minta dipiting sama otot-otot dalam vagina-ku yaa... Pen...? Hei... hi-hi-hi... penis mas pintar juga menjawab bila diajak ngobrol... bener ya...!".
Penis Dharma masih saja mengangguk-angguk seakan setuju sekali dengan usulan Ani yang bertelanjang bulat... terlentang sambil mengangkang... benar-benar tubuh indah seorang wanita dewasa belum lagi buahdadanya yang montok dengan putingnya berwarna maroon berhiash dikelilingi oleh areola yang berwarna maroon muda, serta... menantang menjulang keatas dengan sangat indahnya...
Tak sabar Dharma yang merasa tertantang... dengan diliputi hawa-nafsu disekujur badannya... sebelum menindih tubuh telanjang Ani yang pasrah... menempatkan palkon-nya melesak kedalam vagina Ani dan terhenti pada mulut pintu masuk lorong nikmat yang mengecil... karena otot-ototnya bersiap-siap menghadapi serudukan palkon Dharma yang besar...
Dengan cepat Dharma menindih tubuh telanjang yang jelita milik Ani ini... dengan disertai dengan sentakan mendorong kebawah pinggul kekar Dharma menyebabkan seruan tertahan yang keluar dari mulut Ani yang seksi...
<Bleeesss...!> masuk sudah seluruh batang penis Dhamar yang sangat tegang itu kedalam vagina Ani yang legit dan klimis, meng-invasi seluruh 'gua nikmat' itu... dilanjutkan dengan pompaan-pompaan senggama penis yang diawali serudukan palkon-nya yang besar menyeruak masuk dengan sangat dalam...
Keluar-masuk... keluar-masuk... membuat Ani menjadi merem-melek keenakan yang segera meliuk-liukkan pinggul mulusnya sambil tidak lupa divariasi dengan gerakan memutar pinggulnya... yang menyebabkan Dharma kelabakan merasakan nikmatnya persetubuhan pertamanya dengan Ani, ibu kandungnya Asih ini...
Segera Dharma mempercepat ayunan pinggul kekarnya turun-naik... turun-naik... tanpa ampun dan langsung tancap gas... yang menghasilkan gerakan 'reciprocating' penisnya sangat hebat dan sangat cepat didalam lorong nikmat dalam vagina legit Ani...
"Aahhh... nikmatnya... bener-bener terasa bener palkon mas menerobos masuk memek-ku ini mas... ngenjot terus, jangan berhenti sampai muncrat... yang banyak didalam memekku yaa... mas...!", kata Ani penuh merasakan nikmatnya persetubuhan perdananya dengan Dharma ini...
Dharma sampai tidak sempat menjawab permintaan Ani... karena Dharma sedang menikmati persetubuhan ini... sembari menjaga gerakan sodokan penisnya tetap stabil dan cepat...
Sungguh hebat stamina kedua orang dewasa ini dalam hal bersenggama... sudah berjalan 15 menit belum ada tanda-tandanya akan berakhir...!
Mendekati menit yang ke-19... barulah keluh-desah yang santer yang keluar dari mulur seksi Ani, "Nikmat sekali mas... kayaknya Ani mau sampai deh mas... ayo mas cepetin lagi... kita sampe... sama-sama... oohhh...!".
"Baik sayang... kita akan mencapai klimaks bersama-sama... nikmat sekali vagina-mu ini sayang... aahhh...!".
"Oohhh...!". <Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!>
"Aahhh...!". <Crottt...!> <Crottt...!> <Crottt...!> <Crottt...!>
Terhenyak tubuh telanjang mereka... pinggul kekar Dharma masih menghentak-hentak mengiringi semprotan sperma Dharma yang kuat dan sangat banyak... langsung membanjiri lorong nikmat dalam vagina Ani yang mulus, klimis dan legit ini.
Tak lama kemudian Dharma menggulirkan tubuhnya disamping tubuh Ani... sama-sama terlentang, sambil masing-masing menikmati orgasme mereka masing-masing...
10 menit kemudian mereka membersihkan diri mereka didalam kamar mandi yang berada dekat dengan kamar partisi ruang tidur ini.
10 menit lagi kemudian mereka sudah berpakaian rapi tanpa bisa dicurigai oleh mereka yang berniat mau ngerjain berdua.
Begitu masuk kedalam rumah lewat pintu depan... mereka disambut dengan pandangan mata penuh keheranan oleh pandangan 4 pasang mata dari Nurita, Ayu, Asih dan Doni...
Ayu segera bertanya pada 'papa'-nya...
"Emangnya papa sama tante Ani habis jalan-jalan kemana...? Kami semua sampai cape mencari-cari... sampai-sampai kolong tempat tidur luput dari pantauan kami...!", kata Ayu yang masih saja terlihat sedikit ngos-ngosan...
"Ha-ha-ha... kenapa kalian tidak mencari dikolong sawah sana... ha-ha-ha...!", kata Dharma menertawakan ulah mereka yang gagal total... ngerjai dirinya bersama Ani yang sedang berdiri disampingnya dan tertawa...
"Hi-hi-hi...! Sawah... sih... nggak ada kolongnya... pak Dharma... hi-hi-hi...", kata Ani sembari tertawa senang...
(Bersambung ke Bagian 6 - Menatap Bulan Dan Berkontemplasi)