Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT SERTIFIKASI BIRAHI

Bagimana teman-teman, cukup membosankan atau menyenangkan?

Mudah-mudahan menyenangkan ya. Maaf kalau sedikit kentang. Yang pernah baca cerita saya pasti tak asing dengan akhir seperti itu.

Mumpung lagi selo, mau diteruskan sedikit ceritanya.

Selamat menikmati dan salam semprot!!
 
Bagimana teman-teman, cukup membosankan atau menyenangkan?

Mudah-mudahan menyenangkan ya. Maaf kalau sedikit kentang. Yang pernah baca cerita saya pasti tak asing dengan akhir seperti itu.

Mumpung lagi selo, mau diteruskan sedikit ceritanya.

Selamat menikmati dan salam semprot!!
Ayo di up suhu
 
EPISODE II
BABAK PERTAMA


Aku masih menimbang-nimbang, kode dari Laura tadi cukup menarik. Sangat malah. Perempuan dengan perawakan kurus dan agak tinggi, mungkin setara denganku. Aku tak bisa menebak seberapa besar payudaranya, Ia selalu mengenakan pakaian longgar, sepertinya standar. Wajahnya juga ayu, putih seperti kubilang sebelumnya. Mungkin memiliki darah chinese, atau apalah itu. Ia terlalu frontal bagiku, yang hampir selalu mendapatkan wanita secara perlahan. Statusnya yang baru menikah selama 6 bulan yang membuatku bertanya-tanya. Apakah Ia benar-benar seorang petualang atau sedang mengujiku saja. Harus dibuktikan sepertinya. Hanya ada satu jalan, datangi kamarnya.

"Can I join?" aku mengirimkan pesan kepadanya

"Sure. My door is open. I'll wait." Ia membalas cepat

Aku membayar tagihan. Berdiri, berjalan menuju lantai 10. Its game time. Kita lihat apa yang terjadi berikutnya.

Aku sampai di depan kamarnya. Benar-benar tak tertutup. Kubuka pelan. Kulihat Laura sedang duduk di kasur sambil menonton televisi.

"Kupikir kamu nggak datang, Wang," Ia tersenyum, matanya masih menatap TV

"Tawaran semenarik ini nggak mungkin aku lewatkan," Aku duduk di ujung ranjang

"Apa yang kamu pikirkan setelah aku pergi tadi?" Ia mulai membuka pembicaraan lebih intim

"Nothing. Aku cuma pengen membuktikan saja," jawabku

"Apa yang pengen kamu buktikan?" tanyanya

"Keberanianmu," aku tersenyum, Ia juga

"Kamu berpengalaman," Ia memujiku

"Boleh aku tanya sesuatu?" Ia melanjutkan

"Silakan, Nona Cantik," aku menjawab dengan tenang

"Sudah berapa wanita yang merasakannya?" Ia memandangku tajam

"Lupa. Mungkin 6 atau 7. Belum banyak" kubalas dengan mantap

"Bersih kan?" Ia bertanya dengan sedikit tegang

"Perlu kita cek dulu?" aku menggodanya

"Buktikan saja" Ia menantangku

"Mungkin tidak sesuai ekspektasimu," Aku berdiri, Ia mengikuti

"Ekspektasiku hanya aku yang tahu," Ia maju

Kami berciuman. Ia masih memakai baju lengkap seperti saat kami bertemu di bar tadi. Ciumannya sedikit terburu-buru. Ia memang sedang birahi. Nafasnya lekas, detak jantungnya bergegas. Hipotesisku, Laura tak puas dengan suaminya, yang kedua, memang Ia seorang petualang. Tangannya lincah, ikat pinggangku sudah tanggal, resleting celana juga longgar. Tangannya mulai masuk ke celana dalamku. Lembut sekali. Jari-jari lentiknya mendekati sempurna. Tangannya juga halus. Bibir kami masih bertaut, begitu juga lidah, saling menjelajah. Aku memutuskan pasif. Aku ingin ia mengambil inisiatif.

Tangannya mengeluarkan Si Johny dari sarang. Ia nampak tak canggung sama sekali. Gerakannya mantap, konsentrasinya juga patut diacungi jempol. Tiba-tiba, Ia mendorongku rebah di kursi. Masih dengan pakaian lengkap, Ia melolosi bawahanku. Aku belum merapikan rambut kemaluan, tak menduga juga akan dapat rezeki begini. Bisa diduga, bibirnya kini mengambil alih tugas. Lidahnya menjelajah setiap sudut, juga meninggalkan jejak-jejak ludah. Laura pintar memulai permainan.

Tak butuh waktu lama, Si Johny sudah asyik keluar masuk di mulut Laura. Ia lihai. Penisku hanya bersentuhan dengan bibir dan lidahnya. Terlatih. Aku yang dibuatnya keenakan. Kupegangi kepalanya yang masih terbungkus jilbab. Ia melarangku melepasnya. Semangatnya mengerjai penisku kuhargai. Ia belum tahu kalau aku memiliki ketahanan diperlakukan begini. Biar saja, biar menyerah sendiri.

"Kamu melebih ekspektasiku," Ia bangkit, mungkin mulutnya pegal

"Ekspektasi yang mana?" aku memancingnya

"Hanya aku yang tahu," kembali jawaban yang sama

Aku masih mematung. Si Johny juga masih tegak berdiri. Laura membuka pakaiannya, menyisakan jilbab dan bra. Benar, payudaranya ukuran standar tapi terlihat padat dan pas. Perempuan sempurna, pikirku.

"I know im beautiful" Ia membanggakan diri

Aku tak menjawab, hanya tersenyum. Ia baik ke tubuhku, kami berciuman lagi. Kini tanganku mulai aktif, payudaranya kumainkan, vaginanya juga tak ketinggalan. Basah. Terlalu basah untuk vagina yang belum diapa-apakan. Perempuan ini memiliki birahi tinggi. Pekerjaan berat.

Kumainkan klitorisnya, sambil mulutku menghajar bukit kembarnya. Ia mulai melenguh, pelukannya juga kian penuh.

"Ohhh kamu melebihi ekspektasiku" kata itu kembali diucapkan

Aku tak tahu seberapa ekspektasinya, tapi kurasa aku hanya melakukan hal yang biasa kulakukan. Kupercepat gerakan tanganku di vaginanya.

"OOOOHHH GOOOODDD" tubuhnya bergetar, Ia mendapatkan orgasmenya

Nafasnya tak beraturan. Ia ambruk. Jilbabnya sudah acak adut. Aku membiarkannya beristirahat.

"Ini orgasme pertamaku ketika foreplay. I appreciate" bisa bisa aku terbang dipuji terus begini

Aku mengangkat tubuhnya, kubaringkan di ranjang. Mulutku mencari vaginanya. Ia terhenyak, tak menyangka aku melakukan hal ini. Kini giliran bibir dan lidahku. Aku bermain di sana senyaman mungkin, kukeluarkan semua yang sudah kupelajari. Aku ingin membuat perempuan ini kian terkesan.

"Awaaaang ooohhhh" Ia sedikit menjerit

Tak kukendurkan serangan. Lidahku memutari klitorisnya, juga sedikit menghidup cairannya.

"Fuuuuckkk you did it ohhhh fuuucckkk" Ia meracau, kian kacau

"Yoouu suck Awaaang ohhhh faster pleaseeee" tangannya mulai menjambaki rambutku

Kulepaskan serangan lidahku, Ia menatapku tajam. Aku tak ingin Ia orgasme lagi dengan cara seperti ini. Kuarahkan penisku ke sarangnya, Ia nampak sangat terburu-buru. Jelaslah, mungkin orgasmenya sudah diujung tadi.

"Aku akan ketagihan sama kamu ohhhh" baru masuk saja sudah begini

Aku memilih diam tak banyak bicara. Kumainkan Si Johny dengan pola standar. Kecapatannya juga standar. Tangannya mulai mencakar sprei, Ia telah masuk ke dalam kenikmatan ini.

"Awaaang ohhhh just dont stooop" Ia mulai meracau lagi

Kami bertatapan. Kucium bibirnya. Jilbabnya masih terpasang meski awut-awutan, bra-nya juga. Ia seksi begini. Gerakanku makin cepat, kakinya mulai menggamit tubuhku.

"Ooohhh Awaaang ohhhh aku punya satu permintaan" Ia berbisik sambil terengah-engah

"Apa yang bisa kupenuhi" Aku sama sekali tak melambatkan gerakan

"Doggy style, I want it so bad" Ia memelas sambil keenakan

"Belum pernah?" kupancing saja

Ia menggeleng. Sial. Di zaman seperti ini, wanita secantik ini, dengan birahi setinggi ini, tak pernah merasakan posisi doggy style. Ingin kuhajar suaminya.

Aku melepaskan penisku, Ia langsung berbalik. Kesan pertama harus menggoda. Selanjutnya? Bikin meronta-ronta.

Kumasukkan penisku perlahan, Ia memandangku. Wajahnya sayu sekali, dipenuhi nafsu birahi.

"UUUUHHHH THIS IS SO GREAAATTT" Ia melenguh keras

Kupacu cepat. Lalu lambat. Lalu cepat lagi. Begitu terus hingga Ia membungkam wajahnya dengan bantal. Ia nampak tak mau berteriak. Tubuhnya bergetar. Ia orgasme lagi. Kuhentikan sebentar, lalu kupacu lagi. Laura kembali menatapku, seperti memohon untuk tak berhenti. Tapi sungguh, sebenarnya vagina Laura sangat mencengkeram. Aku sudah tak tahan sedari tadi. Tapi namanya gengsi, aku masih ingin menikmati wajahnya orgasme.

"Ini benar-benar oohhh kamu gila Waaang ohhhh" Ia meracau

"Pleaseeee give me your cum pleasseeee"

"I want it so baaad ohhhh"

"Inside my vagina ohhhh give mee ohhhh faster ohhh harder pleaseeee ohhhh Awaaaang"

Aku mempercepat gerakanku. Aku tak peduli Ia orgasme lagi atau tidak. Sperma ini harus segera dikeluarkan. Makin cepat tusukanku, racauannya makin kacau. Kumainkan payudaranya dari belakang sambil tetap menjaga kecepatan.

"OOHHHHHH LAURAAAA"

"YESSSS I GOT IT OOOOHH"

Kami ambruk. Tubuh kami menempel, bersama keringat dan hembusan nafas yang tak terhitung kecepatannya.

Laura diam. Sejak orgasme beberapa menit lalu, kamu masih rebahan. Nafas kami mulai teratur. Tak ada tindakan untuk sekadar membersihkan badan. Aku juga menunggu reaksinya. Kulirik, pandangannya menerawang ke langit-langit kamar. Aku tak tahu apa yang sedang Ia pikirkan. Mungkin menyesal. Mungkin bersyukur. Atau yang lain, aku tak tahu. Aku beranjak ke kamar mandi, membersihkan Si Johny. Kata Dokter Ara, aku wajib melakukannya untuk menjaga kebersihan kelaminku. Dan pesannya selalu kulakukan.

Laura menyusulku ke kamar mandi. Ia masih diam, tanpa sepatas kata pun keluar dari bibirnya. Kami seperti berkomunikasi lewat pikiran. Lucu.

"Kamu orang pertama setelah suamiku," Ia membuka percakapan

"Wow. Thank you," habis kalimatku untuk menjawab

"Aku nggak mau kamu berpikir aku wanita murahan," Ia berbicara tanpa menatapku

"Sama sekali tidak. Aku takjub kamu bisa mengekspresikan," pujiku

"Sejak siang tadi, aku percaya kamu bisa mewujudkannya," Ia mulai menatapku

"Apa lagi yang bisa kuwujudkan?" aku menantangnya

"Keluarkan semua yang kamu bisa, malam ini," kini kami berhadapan

"Masih ada tiga minggu lagi," aku menjawab diplomatis

"Aku bisa berubah pikiran kapan saja," Ia tersenyum

Kami berciuman lagi. Malam ini akan sangat panjang sepertinya. Si Johny memang tak bisa lihat perempuan telanjang, dia sudah tegang sempurna. Laura sudah menanggalkan jilbab dan bra yang tadi dikenakan. Aku bisa melihat kesempurnaan tubuhnya. Tanpa cela. Putih, mulus, dan proporsional. Aku mulai iri dengan suaminya. Setidaknya, sebelum berubah pikiran, Ia akan kunikmati tiga minggu ke depan. Mudah-mudahan saja.

"Awaaang kamu bahkan lebih pengalaman dari suamiku ohhhh" Ia meracau sambil kupompa vaginanya dari belakang

Perempuan satu ini begitu penasaran dengan posisi ini. Sepengalamanku, kalau wanita sudah meminta, tandanya Ia sangat menginginkan. Dan kau tak boleh mengecewakannya.

"Kamu pantas mendapatkan ini, Sayang," entah kenapa aku ingin memanggilnya begitu

"Ohhhh lebih cepaaat ohhhh" Ia ikut menggerakkan bokongnya

Kami menikmati sekali persetubuhan ini. Entah kenapa, meski tak semahir Dokter Ara atau beberapa wanita bersuami yang pernah kugagahi, Laura tetap memikat. Kejujurannya dalam bercinta membuatku terkesan. Aku melayang dipujinya terus menerus.

Ia orgasme. Entah untuk keberapa kali. Keringatnya mengucur. Baru kali ini Ia begitu berkeringat saat bercinta, katanya. Aku masih belum apa-apa. Ia ambil handuk, digelar dilantai lalu didorong tubuhku. Ia mengambil posisi.

"Aku suka melihat wajahmu saat bercinta," aku memujinya

"Ohhh kamu pintar memainkan emosi uuhhhh" Ia terus memainkan vaginanya

Ia ingin memuaskanku, katanya. Vaginanya sangat basar, atau banjir tepatnya.

"Waaang ohhhh ohhhh aku mau pejuhmu ohhhh" Ia mulai kelojotan

Aku nampaknya juga tak lama lagi. Kegerakkan tubuhku, membantu memainkan vaginanya. Kami fokus pada aksi masing-masing.

"Aduuuuh this is so deeeep ohhhh" Ia meracau, lagi

"Lets cum pleassseee I want it, Waaang"

Kepercepat temponya, Ia berpegangan pada pundakku. Sial. Ia menggigitnya juga.

"LAURAAAAAA AAAHHH"

"YESSSSS OHHHHHH IM COMIIIING"

Kami berteriak. Bersamaan. Lalu ambruk, bersamaan. Sebenarnya bokongku agak sakit karena bercinta di lantai, tapi kenikmatan ini jelas mengalahkan segalanya. Kami berciuman, lalu saling memeluk. Tubuhnya basah, aku pun. Perempuan kalau sudah birahi memang tak bisa ditahan. Dan kau harus siap, kapan pun itu.

Alarmku berbunyi. Pukul 5 pagi. Tubuhku hanya tertutup selimut, perempuan yang sedari tadi malam memacu birahi denganku juga masih lelap. Ia hanya menggeliat. Kumatikan alarm. Kupandang tubuh itu. Kalau aku bisa memilikinya, jelas tak kubiarkan vaginanya kering. Perempuan yang sempurna.

Aku beranjak. Kuputuskan mandi untuk menghilangkan penat. Lelah juga semalam spermaku dikuras hingga empat kali oleh Laura. Ia tak ada lelahnya. Serasa mengeluarkan birahi yang lama tertahan. Selesai mandi, kulihat Laura masih lelap. Ia kelelah nampaknya. Tak ingin membangunkan, aku memutuskan kembali ke kamar. Kutinggalkan pesan di secarik kertas, lalu pelan-pelan keluar kamar.

"Loh, dari mana, Wang?" sapa seorang wanita mengagetkanku

Shit. Petaka memang bisa datang kapan saja. Pikiranku kacau memilih jawaban apa yang harus kukeluarkan. Seperti berada di tepi jurang, ada hewan buas di setiap sisi yang siap menerkam. Aku siap menerima risiko. Mari kita hadapi.
 
** makasih apdetnya om @johnykecil **

Laura :panlok1:

DASdHG6.jpg
 
Ayo wang tunjukan pesonamu.. 1 binor udah mash ada binor2 kesepian lainnya ..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd