Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Sesuai Aplikasi: Dea

Status
Please reply by conversation.
"Kang Rifki suka sama wangi aku?" Tanyaku memalingkan muka, balas mendenguskan nafasku ke wajahnya.

Kedua matanya menjuling menatapku, karena jarak wajahku terlalu dekat buatnya.

Wajahnya yang berflek matahari, kulitnya yang kusam berminyak, rambutnya yang lepek, kumisnya yang tak terpotong rapi, bibirnya yang kering dan pecah-pecah, membuat pria di depan wajahku ini semacho Thor yang babak-belur dihajar Thanos.

"Suka banget, Neng." Jawabnya dengan suara tertahan.
Nafas panasnya seperti mengalahkan paparan mentari di siang itu, menyapu kulit tipis bibirku, meresap ke dalam kelenjar-kelenjar di dalamnya, menyelinap ke tengkuk dan tulang belakangku. Jika saja aku perempuan yang kurang didikan, sudah kuturuti hawa nafsu dan hasutan bibirku yang merenyam-renyam ini.

"Neng Dea gak sange?" Bisiknya di daun telingaku, seolah bisa menangkap kegundahanku.

Aku diam tak menjawabnya, mataku berusaha fokus pada jendela kamar sebelah. Bagaimana tidak, dada bidang Kang Rifki yang sudah basah kuyup oleh keringat itu menempel lekat di punggungku. Basah dan panas. Dua cairan tubuh berbeda dari dua kelenjar keringat berlainan jenis, seolah setuju untuk saling bertukar rasa, dan dua sumber panas dari tubuhku dan tubuhnya seolah sepakat untuk menandingi teriknya matahari.

Aku pun masih terdiam ketika tangannya menyelinap malalui pinggang dan tanganku, menyentuh sisi luar bulatan payudaraku.
"Maaf, saya pegal." Katanya, melebarkan telapak tangannya di tembok dan membiarkan tangannya merintangi ketiakku.

Aku tahu itu modus murahannya saja, tapi entahlah, aku membiarkannya saja karena pikiranku sudah tak terlalu sehat lagi.

Mengetahui aku memberikannya keleluasaan, dengan malu-malu tangan itu pun mulai berulah. Sentuhan tangannya menjadi usapan, usapan kemudian berubah menjadi belaian, belaian menjadi himpitan, himpitan menjadi pijitan, pijatan menjadi …

"Emhhh." Dengusku tertahan.
Driver online ini sudah mulai lancang. Digenggamnya bulatan buah dadaku, seperti Hendri yang menggenggam berpegangan pada payudara Kak Rani sementara penisnya menusuk-nusuk vagina Kak Rani dari belakang.


Aku diam membisu. Tangkupan tangan besarnya yang begitu pas dengan ukuran payudaraku membuat perasaan penuh dan kenyang, tangannya yang kasar dan kaosku yang tipis membuat geli permukaan kulit dadaku, sementara basah keringatku dan keringatnya yang berpadu membuat nuansa yang erotis dan binal.

"Neng Dea sange, ya?" Tanyanya, melihatku menundukkan kepala ketika Kang Rifki meremas-remaskan tangannya, membuat seisi padatan susuku itu terpecal-pecal terpijat-pijat.

Aku sendiri tak tahu harus menjawab apa, bahkan aku tak tahu harus berbuat apa, namun jamahan tangannya yang membuatku terpejam-pejam itu membuatku enggan untuk memikirkan itu, remasannya yang membuat nafasku sesak membuat kepalaku beku. Bahkan kubiarkan saja ketika Kang Rifki dengan jelas menggesek-gesekkan penisnya di belahan pantatku.

Hingga pada suatu ketika, kami berdua melihat Hendri mencabut penisnya dengan terburu-buru dan menghunuskannya ke wajah Kak Rani. Dan seketika itu juga ujung penis tegangnya itu meletupkan magma berahinya, berlontaran ke wajah perempuan yang taat itu. Satu letupan, dua letupan, tiga letupan, hingga putih dan licinnya sperma Hendri berlinangan di paras Kakak Kelasku itu. Sepasang manusia telanjang itu kemudian tertawa-tawa puas, sementara sepasang lainnya berdiri terpukau mengamatinya dari balik tembok.

Sebagai seorang perempuan, sisi betinaku tak bisa menghindari godaan dari pesona seorang pejantan yang sedang mempertontonkan benih-benihnya. Apalagi melihat lelehan cairan pejantan di wajah Kakak Kelasku, rasa-rasanya sudah seperti meleleh di wajahku saja. Gumpalan sperma putihnya yang lengket membuat otot-otot di kemaluanku berkenyat-kenyut tak karuan, dan cairan beningnya yang licin membuat dinding-dinding rongga vaginaku mendadak basah dan lincir.

Mendadak-diamnya Kang Rifki dan penisnya yang kian terasa keras itu bercerita banyak bagaimana pria di belakangku ini juga sama terangsangnya. Turun naik nafasnya yang terasa di punggungku semakin memperjelas nafsu yang sedang melanda kepalanya. Aku memalingkan muka, menatap raut wajahnya yang sudah tak bisa fokus.
"Jadi horny gak sih, Kang?" Tanyaku, tertawa tersipu, membenamkan wajahku ke dadanya karena malu tapi sekaligus gemas.

"Iya. Sange, Neng." Jawabnya dengan nada rendah.
"Sampe gak kuat saya."

Aku tertawa dalam hati, membayangkan Kang Rifki mengacungkan penisnya seperti Hendri, mengguncang-guncangkan batangnya sambil terpejam, menikmati orgasme yang panjang selagi spermanya berloncatan keluar dari lubang air kencingnya.
"Apa gak pengen dikeluarin juga punyanya Akang?" Tanyaku berusaha memancingnya.

Dari sikapnya, dari bicaranya, dari kata-katanya, dari ungkapan-ungkapannya, aku tahu pikiran Kang Rifki sekotor laki-laki pada umumnya, hasrat dan keinginannya sama bergeloranya seperti kaum Adam yang lainnya. Hanya saja, keluguan dan kepolosannya, membuatku yakin, dia tak akan melakukan apa pun atau meminta apa pun terkecuali aku yang memberinya kesempatan.
"Sana, Kang. Kalo udah gak kuat, coli di kamar mandiku aja."
"Kasian punyanya Kang Rifki."

---

Kisah ini diproduksi di ladang kentang terbaik Indonesia, ditanam sepenuh hati, dipanen dengan cermat, dan diproses secara higienis.
Kentang-kentang ini tidak disajikan untuk komersialisasi dan eksploitasi demi menjaga kualitas hasil produksinya.

...bersambung ke siklus tanam kentang selanjutnya.

Love you Kakak-Kakak Semprot yang selalu menantikan cerbungku, selamat tahun baru. Semoga tahun ini lebih baik buat semuanya, ya.
 
Bimabet
Kentang goreng kentang rebus kentang bakar,, yang kentang yang kentang,,

Ikutan dong jualan kentang..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd