Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[SHARE] Tips & Trik Dalam Dunia Tulis Menulis

Bimabet
@ Meg & Will

Kalo menurutku, analoginya Bang Will belum pas.
Mungkin analogi yang lebih pas adalah: Sastra itu apa yang mau disampaikan dan bahasa itu adalah cara penyampaiannya. Sastra itu sesuatu yang abstrak, dan bahasa adalah suatu hal yang kongkrit. sastra adalah "ane pengen punya rumah model seperti ini", dan bahasa bisa jadi adalah gambar rancang bangunnya, atau model miniatur rumah, bahkan realisasi rumah itu sendiri.

kalo dalam konteks tulis menulis, memang bahasa terdiri dari simbol yang bisa membentuk kata, kata yang bisa membentuk kalimat dan seterusnya. namun sastra bisa diungkapkan dengan bahasa "lain". Misalnya, Dongeng dan juga mitos pada awalnya disebarkan secara lisan. apakah itu sastra? tentu saja. karena hal tersebut memiliki "sesuatu yang ingin disampaikan."

Nah, mengenai masalah "Aaaahhh...." dan "AAAHHHHH!" yang didiskusikan di atas tadi. sebenarnya karena bahasa adalah cara penyampaian ekspresi, maka bahasa tidak memiliki kaidah yang saklek. Kaidah yang dipakai di sini adalah kaidah penulisannya. Bahasa indonesia punya kaidah penulisan dalam Pedoman EYD (yang paling akhir tahun 1972 kalo g salah. Kalo menurutku ikut itu saja. Apakah nggak terlalu kaku? Kalo menurutku sih nggak kaku. Penulis-penulis novel berpedoman dengan EYD dan banyak yang luwes dalam penyampaian ceritanya.

Lalu masalah "Aaaahhh...." dan "AAAHHHHHH!" mana yang benar? Menurutku keduanya benar karena keduanya menggunakan huruf kapital pada awal kalimat, juga diakhiri dengan tanda baca di akhir kalimat. Kalo "aaaHHHHhhh" secara bahasa tidak salah, karena bahasa adalah cara penyampaian ekspresi, tapi itu salah menurut kaidah penulisan Bahasa Indonesia.

Terus apa bedanya "Aaaahhh...." dengan "AAAHHHHH!"? Nah ini terkait dengan salah satu fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Misal bro Meg menulis "Aaaahhh...." sebagai desahan, namun dipahami pembaca sebagai "Aaaaahhh...." sebagai ungkapan nikmat setelah minum kopi, hal itu wajar karena setiap komunikasi, antara penyampai dan penerima selalu terjadi distorsi. Solusinya, kita melihat "Aaaahhh...." tersebut diletakkan dalam konteks apa.

Bisa saja misalkan penulis menulis "Sjasehrgvaehihao." secara bahasa tidak salah, secara kaidah penulisan juga tidak salah. Lalu salahnya dimana? Salahnya adalah kata itu tidak bisa dipahami oleh pembaca. Karena itu kita punya panduan bernama Kamus Besar Bahasa Indonesia. Aku pernah baca cerpan (lupa judulnya) ada kata insomner. Dalam cerita tersebut pembaca diarahkan untuk mengartikan kata tersebut sebagai penderita insomnia. Kalo kita cek di KBBI tidak akan ditemukan kata insomner. Penderita insomnia, sebutannya adalah Insomniac dan ini belum ada padanannya dalam Bahasa Indonesia.

Sekian penjelasan saya, semoga tidak tambah bikin bingung.
 
@ Meg & Will

Kalo menurutku, analoginya Bang Will belum pas.
Mungkin analogi yang lebih pas adalah: Sastra itu apa yang mau disampaikan dan bahasa itu adalah cara penyampaiannya. Sastra itu sesuatu yang abstrak, dan bahasa adalah suatu hal yang kongkrit. sastra adalah "ane pengen punya rumah model seperti ini", dan bahasa bisa jadi adalah gambar rancang bangunnya, atau model miniatur rumah, bahkan realisasi rumah itu sendiri.

kalo dalam konteks tulis menulis, memang bahasa terdiri dari simbol yang bisa membentuk kata, kata yang bisa membentuk kalimat dan seterusnya. namun sastra bisa diungkapkan dengan bahasa "lain". Misalnya, Dongeng dan juga mitos pada awalnya disebarkan secara lisan. apakah itu sastra? tentu saja. karena hal tersebut memiliki "sesuatu yang ingin disampaikan."

Nah, mengenai masalah "Aaaahhh...." dan "AAAHHHHH!" yang didiskusikan di atas tadi. sebenarnya karena bahasa adalah cara penyampaian ekspresi, maka bahasa tidak memiliki kaidah yang saklek. Kaidah yang dipakai di sini adalah kaidah penulisannya. Bahasa indonesia punya kaidah penulisan dalam Pedoman EYD (yang paling akhir tahun 1972 kalo g salah. Kalo menurutku ikut itu saja. Apakah nggak terlalu kaku? Kalo menurutku sih nggak kaku. Penulis-penulis novel berpedoman dengan EYD dan banyak yang luwes dalam penyampaian ceritanya.

Lalu masalah "Aaaahhh...." dan "AAAHHHHHH!" mana yang benar? Menurutku keduanya benar karena keduanya menggunakan huruf kapital pada awal kalimat, juga diakhiri dengan tanda baca di akhir kalimat. Kalo "aaaHHHHhhh" secara bahasa tidak salah, karena bahasa adalah cara penyampaian ekspresi, tapi itu salah menurut kaidah penulisan Bahasa Indonesia.

Terus apa bedanya "Aaaahhh...." dengan "AAAHHHHH!"? Nah ini terkait dengan salah satu fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Misal bro Meg menulis "Aaaahhh...." sebagai desahan, namun dipahami pembaca sebagai "Aaaaahhh...." sebagai ungkapan nikmat setelah minum kopi, hal itu wajar karena setiap komunikasi, antara penyampai dan penerima selalu terjadi distorsi. Solusinya, kita melihat "Aaaahhh...." tersebut diletakkan dalam konteks apa.

Bisa saja misalkan penulis menulis "Sjasehrgvaehihao." secara bahasa tidak salah, secara kaidah penulisan juga tidak salah. Lalu salahnya dimana? Salahnya adalah kata itu tidak bisa dipahami oleh pembaca. Karena itu kita punya panduan bernama Kamus Besar Bahasa Indonesia. Aku pernah baca cerpan (lupa judulnya) ada kata insomner. Dalam cerita tersebut pembaca diarahkan untuk mengartikan kata tersebut sebagai penderita insomnia. Kalo kita cek di KBBI tidak akan ditemukan kata insomner. Penderita insomnia, sebutannya adalah Insomniac dan ini belum ada padanannya dalam Bahasa Indonesia.

Sekian penjelasan saya, semoga tidak tambah bikin bingung.

Super sekali penjelasannya om...:jempol:

Satu lagi aku mau tanya...

"J-jangan bunuh aku... Tolong... AAAAHH!," gadis itu berteriak mengiba.

Kalo yg kyk diatas tu bisa dibenarkan tidak cara penuisannya... Terutama penggunaan tanda baca "-", dan perbedaan penulisan huruf kapital pada kata terakhir.
:ampun:
 
Super sekali penjelasannya om...:jempol:

Satu lagi aku mau tanya...

"J-jangan bunuh aku... Tolong... AAAAHH!," gadis itu berteriak mengiba.

Kalo yg kyk diatas tu bisa dibenarkan tidak cara penuisannya... Terutama penggunaan tanda baca "-", dan perbedaan penulisan huruf kapital pada kata terakhir.
:ampun:

Gini, kalimat tersebut kan terdiri dari tiga frase. "Jangan bunuh aku", "Tolong", dan "AAAAHHH!"
penggunaan elipsis (...) mungkin lebih tepat. karena menurut EYD (ternyata yang terbaru tahun 1990, ane kurang update hehe)
Tanda elipsis, digunakan untuk kalimat yang terputus putus.
Menurut pemahamanku mungkin yang benar seperti ini
"Ja.... Jangan bunuh aku.... Tolong.... AAAAAHHH!"
kenapa titiknya empat. tiga titik pertama adalah elipsis dan titik terakhir untuk mengakhiri kalimat. kenapa tidak "J-Jangan". J kan dibaca Je, bukan Ja. dan J bukan suku kata. sementara dalam bahasa indonesia, urutan unitnya adalah, huruf, silabel (suku kata), kata, kalimat, dan paragraf. stepnya ndak bisa lompat dong.

menurut saya demikian bro Meg.
 
Gini, kalimat tersebut kan terdiri dari tiga frase. "Jangan bunuh aku", "Tolong", dan "AAAAHHH!"
penggunaan elipsis (...) mungkin lebih tepat. karena menurut EYD (ternyata yang terbaru tahun 1990, ane kurang update hehe)
Tanda elipsis, digunakan untuk kalimat yang terputus putus.
Menurut pemahamanku mungkin yang benar seperti ini
"Ja.... Jangan bunuh aku.... Tolong.... AAAAAHHH!"
kenapa titiknya empat. tiga titik pertama adalah elipsis dan titik terakhir untuk mengakhiri kalimat. kenapa tidak "J-Jangan". J kan dibaca Je, bukan Ja. dan J bukan suku kata. sementara dalam bahasa indonesia, urutan unitnya adalah, huruf, silabel (suku kata), kata, kalimat, dan paragraf. stepnya ndak bisa lompat dong.

menurut saya demikian bro Meg.

Ahhh iya, betul bro... Jadi lebih rapih...:jempol:
Nah, kalau setelah elipsis itu diganti koma bisa juga nggak? Kasus ini untuk satu frase kalimat
Misalnya....

"Ahh..., nikmat sekali kopi buatanmu," ucapku
:ngeteh:

Oh iya, ada yg lupa... Maksud penggunaan huruf J- itu maksudnya mau ngucapin "Ja", tapi tertahan... Tetep kurang rapih ya?
 
sebentar, ada yang aneh.

menurut tata penulisan yg dijelaskan JS BADUDU.

tanda baca tidak diikuti dengan tanga baca lainnya.

jadi dalam hal titik setelah elipsis, seharusnya tidak digunakan mengingat elipsis adalah tanda baca.
 
:bingung: waw... Problematika baru...
Melipir dulu ke pondok mbah gugel
:ngacir:
 
ELIPSIS adalah salah satu jenis majas (gaya bahasa) dengan pemanfaatan tanda baca. Elipsis adalah majas yang ditulis dengan cara menghilangkan sebagian kata-kata atau kalimatnya. Majas tersebut lebih sering digunakan dalam karya sastra puisi maupun prosa. Simbol untuk tanda elipsis adalah rangkaian tiga tanda titik (...).

Adapun fungsi elipsis adalah untuk menampilkan efek-efek tertentu, baik secara lisan (saat dibaca) maupun tertulis. Tanda ini dapat menunjukkan jeda pada pembicaraan, pikiran yang belum selesai atau hal yang sengaja ditunda atau dirahasiakan. Pada akhir kalimat, elipsis dimaksudkan sebagai penurunan volume menuju kesenyapan (aposiopesis), seperti fade-out pada ending lagu.

Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Contoh:
Aku ... aku tak tahu. Aku ... sangat bingung.

Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang (sengaja) dihilangkan.
Contoh:
“Pembunuh berdarah dingin itu adalah .... Kau akan segera tahu jawabannya,” kata Ferdi dengan mimik ketakutan.

Tanda elipsis juga dikenakan pada penulisan kata atau onomatope (lihat Sirkus Penulis #40) yang menggunakan huruf vokal atau konsonan sama dalam jumlah banyak.
Contoh:
Astagaaa ...!
Srrr ....
Zaaap ...!

Penulisan elipsis yang benar:

Tanda elipsis di dalam rangkaian kata atau kalimat didahului dan diikuti dengan spasi.
Contoh:
“Tolong ... tolong, selamatkan saya!”

Elipsis bisa disatukan dengan tanda koma, tanda tanya atau tanda seru dan penulisannya tanpa spasi.
Contoh:
"Baiklah ...," kataku, "kita berangkat sekarang."
“Aduuuh ...!”
“Kau ... kau ...?”

Pada akhir kalimat, perlu dipakai 4 tanda titik: 3 tanda titik untuk menandai penghilangan teks dan 1 tanda titik untuk menandai akhir kalimat.
Contoh:
Setelah melewati semua cobaan itu, mereka bahagia untuk selama-lamanya ....


Dapet comotan materi soal elipsis di mbah gugel ni om
:bingung:
 
jangan percaya meg. itu kurang benar.
 
jangan percaya meg. itu kurang benar.

Nah.. Benernya gimana ni om?
Ada juga yg mengatakab bahwa elipsis harus diberi jarak dengan kata terakhir...
Misalnya gini

"Aduh ... " << iki opoo..., bukannya begini ya
"Aduh..." << gini kan??
 
Tanya nih, supaya karakter orang bisa masuk ke kata-kata, bagaimana cara yang sesimpel-simpelnya.

Kalau aku biasanya gini, lama

1. Cari model, cowok atau cewek
2. Model dikasih list kata-kata yang sering dikatakan/ciri khas
3. Berikan marka seperti skenario, nanti di delete, misal
Rena:
Dina:
4. Berikan keterangan tambahan, misal (sambil membatin), (tertawa)
5. Kalau kata-kata terlalu panjang (durasi 10 detik lebih) biasanya aku cut-off

Cuma kadang lost
 
Permisi, ane disini coba untuk berbagi tips untuk mengatasi kebuntuan saat menulis sex scene, bukan secara teknis sih, karna sudah dibahas diatas, melainkan secara mental. Cara ini selalu ane terapkan saat menulis SS, semoga bisa membantu penulis-penulis yang mengalami kesulitan dalam hal menulis SS. Sebelumnya ane mohon maaf kalau terkesan menggurui.

1. Ilusi

Beri ilusi atau sugesti pada pikirian anda saat menulis SS, bayangkan diri anda tidak sedang menulis SS tapi sedang melakukan adegan sex itu sendiri. Bayangkan setiap kata yang anda ketik adalah sebuah aktifitas yang saat itu anda lakukan, mulai dari kecupan, jilatan, membuka pakaian sampai ke penetrasi hingga orgasme. Tak perlu menggunakan 1st POV untuk dapat memasuki diri anda kedalam tulisan, apapun sudut pandangnya jika anda mampu memberi sugesti pada pikiran anda, hal ini akan mampu anda lakukan.

2. Fantasi

Mau berpengalaman dalam hal sex ataupun belum, gak mempengaruhi fantasi seseorang dalam hal sex, karna sex itu adalah kebutuhan alami manusia, dengan sendirinya manusia akan mengerti dalam hal sex, binatang aja gak pernah nonton bokep bisa ngesex. apalagi di jaman informasi yang dengan mudah didapat seperti sekarang, info tentang sex dapat dengan mudah didapatkan. Jadi jika anda sudah mampu menerapkan cara pertama, pasti anda akan mampu memberi fantasi pada SS yang anda tulis. Dengan fantasi SS tidak akan terlihat monoton. Pasti kita seringkan otak kita reflek berfantasi saat melihat cewek-cewek cakep dijalan (kalo ane pribadi sih kalo liat binor pake kutang sambil jemurin baju), apalagi kalau pakaiannya seksi, kulitnya mulus.

3. Jadikan SS sesuatu yang menyenangkan

Saat anda sudah berhasil membawa diri anda masuk ke dalam SS yang anda tulis, dan juga sudah dapat bermain dengan fantasi anda. Maka posisikan SS adalah hal yang menyenangkan. Buatlah SS menjadi bagian yang anda tunggu-tunggu untuk ditulis. Ane pribadi pernah sangat kesal saat membangun alur dari adegan per adegan agar dapat memulai menulis SS. Seperti saat penganten baru yang selalu menunggu-nunggu waktu malam hari, bayangin aja udah persiapan minum madu + ayam kampung + gingseng korea, minyak arab, eehhh bini dapet kan kampret (lah malah curhat)

4. Jangan menyicil menulis SS

Ini yang sangat penting, jika ketiga cara diatas sudah mampu anda terapkan, jangan sekali-kali menyicil menulis SS, misal hari ini nulis forplay aja, besok nulis penetrasi, lusa nulis orgasme. Bisa dipastikan jika anda menulis dengan skema sperti itu, anda akan terburu-buru untuk menyudahi SS, dan akan dapat kesan SS hanya sebagai tempelan aja, boro-boro bisa bikin ngecrot, ngaceng aja kagak. Jadi carilah waktu yang benar-benar luang untuk menulis SS, kalau perlu buat suasana senyaman mungkin, dan mungkin dengan musik-musik slow atau aroma terapi untuk lebih mendalami dalam menulis SS.

5. Jangan nonton bokep sebelum nulis SS

Mungkin ada sebagian penulis yang nonton bokep untuk mencari inspirasi menulis SS, bagi ane ini hal yang salah. Karna ane pribadi saat nonton bokep bawaannya pengen fap-fap, boro-boro pengen nulis SS. Fap-fap kelar, yang ada mood bikin SS ilang karna gairah sudah tersalurkan saat fap-fap tadi. Nonton bokep sangat disarankan saat selesai menulis SS, karna jika kalian mampu menerapkan cara-cara diatas, setelah anda menulis SS saat itu anda sedang berada di puncak gairah, dan kemungkinan besar anda akan memperoleh klimaks yang maksimal saat fap-fap sambil nonton bokep, bisa-bisa muncrat sampai 10 meter loh :pandaketawa:

oke segini aja tips dari ane, ini semua cara yang biasa ane terapkan setiap nulis SS. Mohon maaf jika banyak kekurangan, ane hanya ingin berbagi aja.

:ampun:
 
wah keren infonya suhu kebetulan juga ane mau belajar nulis disini semoga tidak mengecewakan ya tulisan ane nanti :D
 
Permisi, ikutan juga, versi konyol tapi lumayan

1. Copas tulisan orang lain, edit, cut-off dan ganti gaya bahasa
2. Dramatisasikan ketika sudah mampu menerapkan no. 1 sehingga mampu memberi sugesti ke pembaca
3. Jadikan SS sesuatu yang hidup dengan dialog-dialog untuk membawa pembaca masuk ke SS
4. Cicil per adegan tapi jangan menyicil menulis SS
5. Ceritamu adalah ceritamu, terserah orang paham atau tidak
6. Berusahalah
 
Bener banget yang dibilang Bro Will jangan Fap Fap ketika menulis. Soalnya ane beberapa kali fap fap ketika sedang menulis. Dan sudah pasti setelahnya mood berubah dratis. Jangankan buat lanjutin ss yang terpotong lanjutin cerita non ss aja sudah males, kalaupun dipaksa dilanjutin pasti kualitas tulisan akan berbeda dibanding badan masih seger..

So mungkin ada yg pernah ngalamin ky ane? Jujur ane memang sering fap fap ketika mencoba kendalami karakter dan adegan ss.
Adakah solusi biar kita sebagai penulis bisa fokus dalam menulis tanpa perlu fap fap terlbih dahulu
 
Suhu mohon ijin nambah tips. Kl gk berkenan blh di hapus aj.
" ceritanya diberi gambar biar lbh terliat nyata "
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd