Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Siska..[ Tamat ]

Update..

Satu bulan berlalu aku mengajar privat Stefani anaknya Siska. Selama itu aku tetap tidak berani untuk berbuat lebih dengan Siska, hanya sebatas mengobrol diruang tamu disaat jam belajar telah selesai dan aku hanya bisa mencuri pandang ke arah tubuh Siska. Memang entah disengaja atau tidak, semakin hari Siska seperti terlihat menggoda, Siska sering memakai baju – baju yang sangat minim apabila aku berada disana, bahkan dia sudah tidak risih lagi keluar kamar mandi hanya dengan memakai handuk saja dan melintas di samping meja tengah dimana aku mendampingi Stefani belajar.

Kini aku dan Siska seakan semakin dekat, kita juga sering saling telpon dan mengirimkan pesan singkat hampir setiap hari. Dari situ aku ketahui, bahwa Siska bercerai dengan suaminya karena si suami telah menikah lagi dengan gadis yang lebih muda tanpa sepengetahuan Siska awalnya. Akan tetapi sepintar apapun suaminya menyembunyikan itu, tetap kepergok juga oleh Siska. Sebenarnya Siska bisa menerima apabila dia dimadu, akan tetapi sikap suaminya semenjak menikah lagi menjadi berubah drastis, menurut cerita Siska dulu suaminya ini sangat lembut, sabar dan sangat sayang kepada Siska dan Stefani. Akan tetapi semua itu tidak dirasakan lagi oleh Siska semenjak dia menikah lagi. Suaminya sering marah tidak jelas dan tak jarang bogem mentahnya mendarat di wajah Siska hanya karena masalah yang sepele. Oleh sebab itu Siska memilih untuk berpisah dengan suaminya.

Nasib sial menimpanya kembali setelah Siska menggugatnya cerai, seluruh harta dan barang pembelian suaminya diminta kembali termasuk rumah yang dulu ditempati. Bahkan Suaminya pun sudah tidak perduli lagi dengan Stefani darah dagingnya sendiri. Siska dan Stefani di usir begitu saja dari rumahnya. Setelah kejadian itu, Siska mengontrak rumah sederhana dan berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama anak semata wayangnya.

***

Kulirik arlojiku menunjukkan pukul 07.30 Malam, sudah 3 tempat aku datangi untuk mengajar privat dari sore tadi. Sekarang waktunya tempat terahir, yaitu rumah Siska. Ditengah perjalanan, terlihat langit malam beberapa kali mengeluarkan kilat dan beberapa tetes air hujan sudah mulai turun. Segera kupacu motorku agar cepat sampai dirumah Siska sebelum hujan mulai deras. Benar saja, baru beberapa meter menuju gang dimana rumah Siska tinggal, hujan turun dengan derasnya. Dengan tergesa aku parkir motorku dihalaman, dan segera beranjak menuju teras rumah Siska. Kutengok kanan kiri sekitaran rumah, sepi. Lampu ruang tamu pun terlihat padam, hujan turun semakin deras.

“tok..tok..tok..”

Aku ketuk pintu utama rumah Siska, akan tetapi tidak ada jawaban sekalipun,

“Tok..tok..tok..”

Aku ketok sekali lagi dengan sedikit keras, berharap suara ketukan pintu terdengar dari dalam.

“iya sebentar...” terdengar suara Siska dari dalam rumah

Aku berdiri di depan pintu beberapa saat, setelah itu terlihat pintu sedikit terbuka, Siska terlihat berdiri di balik pintu. Aku sedikit terkejut dengan tampilan Siska malam ini, kaos singlet ketat tanpa lengan dengan celana pendek membuat pikiran kotorku langsung datang begitu saja.

“Oh,ma..mas Heri..” Ucapan Siska sedikit tergagap

“Mari – mari masuk mas, waduh gimana ini ya” lanjutnya

“ada apa Sis, kok kelihatannya panik begitu, Stefani mana?” Tanyaku setelah masuk ke ruang tamu dan duduk di sofa, Siska duduk berseberangan denganku.

“Sebelumnya saya mohon maaf banget mas, saya benar – benar lupa” kata Siska

“Stefani siang tadi dijemput sama saudara, mama kangen cucunya katanya. Jadi Stefani sekarang disana mas, mungkin menginap satu malam dirumah mama, tapi saya kelupaan tidak mengabari ini ke mas Heri, yang mana malam ini ada jadwal belajar” Lanjutnya

“Oh, begitu. Ya Sudah kalau begitu gak papa Sis, aku langsung pamit saja kalau begitu,” Kataku

“eh, jangan mas, hujan diluar semakin deras, Mas disini saja dulu sambil menunggu hujan reda. Saya buatin kopi dulu ya” Siska tiba – tiba beranjak dari tempat duduknya

“wah, nanti aku malah merepotkan kamu Sis”

“Udah gak papa kok mas, sebentar ya” Siska berlalu meninggalkanku sendiri diruang tamu

Pikiran kotorku semakin menjadi, bayangan tubuh Siska, lekuk tubuh yang sangat sexy dengan tonjolan payudaranya yang lebih besar daripada Mirna membuat penisku seketika mengeras,

“Ah, andai saja tubuh sexy itu bisa kujamah” gumamku dalam hati

--

“Silakan mas” Suara Siska tiba - tiba membuyarkan lamunanku,

“eh, ii..iya Sis, terima kasih ya” Kataku gugup

Siska meletakkan dua buah cangkir dimeja, belahan payudara yang putih terlihat jelas disaat dari kerah bajunya dia menunduk menaruh cangkir kopi di meja. Setelah itu dia memliih duduk bersebelahan denganku, otomatis paha yang mulus itu juga terlihat jelas dan sangat dekat denganku. Penisku kini semakin menggeliat didalam sana.

“Mas Heri berangkat dari jam berapa dari rumah?” Tanya Siska,

“Dari jam tiga sore tadi Sis, “

“Berarti setelah mengajar disekolah, mas langsung berangkat lagi buat mengajar privat?” tanyanya lagi

“Ya begitulah setiap hariku Sis, dirumah hanya untuk tidur aja. Hehe” Jawabku mencairkan suasana

“Makanya, mas cepetan nikah. Biar gak cuma tidur kalau dirumah. Rumah sudah punya, kerjaan juga sudah mapan, nunggu apa lagi?” Katanya yang kini matanya menatapku dengan tersenyum

“Sebenarnya pingin sih, tapi gak tau deh kemana jodohku saat ini. Kamu sendiri gak rencana gitu?” Tanyaku kembali

Terlihat Siska menghela nafas panjang dan menghempaskan tubuhnya kesenderan sofa

“Gak taulah mas, aku seakan masih trauma untuk membina rumah tangga lagi,” Suara Siska berubah pelan

“Kan tidak semua laki – laki seperti papanya Stefani Sis?” kataku sambil menatapnya

“iya juga sih, tapi untuk saat ini mungkin belum kepikiran aja, Mas Heri gak pernah merasakan sakit sih,” Ucapnya yang kini tersenyum mentapaku, kita saling bertatapan.

“Siapa bilang belum pernah sakit, pernah kok, sakit banget malah” Kataku sekenanya

“Masak sih, cerita dong, masak aku mulu yang curhat, sekarang gantian,” Tanya Siska penasaran

“Jadi ceritanya tuh, aku naik motor kan waktu itu, mayan kenceng. Tiba – tiba didepan jalannya berlubang, tanpa sadar ban motorku terperosok kedalam lubang itu dan jatuh deh dari atas motor. Sakit banget Sis, beneran” Candaku

“iih, diajak ngobrol serius juga,” Siska terlihat gemas setelah mendengar ceritaku, terlihat tubuhnya condong kearahku dan tangannya hendak mencubit perutku, akan tetapi dengan reflek aku menghindar serta menarik tangannya kearahku, sehingga tubuh Siska kini jatuh tepat diatas dadaku. Wajah kami saling berpandangan, sangat dekat sekali. Entah kenapa, Siska tidak beranjak di posisi itu, kita terdiam beberapa saat. Siska menatapku dengan mata yang sayu, dengusan nafasnya terasa diwajahku. Kita saling berpandangan, sampai akhirnya mata Siska terlihat terpejam dan bibirnya sedikit terbuka. Aku seakan paham maksudnya, tanpa menyia – nyiakan kesempatan itu, dengan perlahan kumajukan wajahku lebih dekat lagi sampai akhirnya bibir kami bertemu. Kukecup lembut bibir Siska yang tipis dengan gemetaran, terasa tanpa ada perlawanan dari Siska sama sekali, akan tetapi matanya tetap terpejam. Aku kecup bibirnya sekali lagi, tetapi kali ini lidahku mencoba menyeruak masuk ke mulutnya, dan tak disangka lidah Siska menyambut disana. Kini lidah kami saling beradu,

“Slruuppp...slrupp...” hanya suara itu yang terdengar mengiringi suara air hujan yang semakin deras diluar rumah.

Dengan posisi masih berciuman, ku usapkan tangan kananku ke perut Siska dan kemudian naik ke gundukan payudaranya dan ku biarkan beberapa saat disana untuk mengetahui respon dari Siska selanjutnya. Akan tetapi sungguh diluar dugaanku, tangan Siska memegang tangan kananku yang ada di payudaranya dan terasa tangannya meremaskan tanganku disana. Kuremas payudaranya dari luar kaos ketatnya dengan lembut secara bergantian, bersamaan dengan itu terdengar Siska mulai mendesah yang tertahan karena posisi kita masih tetap beradu lidah.

“Shh...Aahh...mpph...””Slruppp...slruupp”

Setelah beberapa saat kami berciuman, terasa tangan Siska kini mengusap dan meremas penisku dari luar celana yang aku pakai, dan beberapa saat kemudian Siska melepas ciumannya,

“Mas, temani aku malam ini ya?” suara lirih dengan nafas yang berat terdengar dari bibir Siska

Aku yang tak sanggup berucap kata – kata hanya mengangguk. Aku seakan tidak percaya bahwa wanita yang selama ini menjadi bayanganku, kini dia berada di pelukanku.

Dengan cekatan jari lentik Siska membuka resleting celana yang aku pakai, dan beberapa saat kemudian, celana dan CD yang aku pakai sudah terlepas dilantai. Kini penisku sudah berdiri tegak tanpa penghalang apapun. Dengan sedikit tertegun Siska memperhatikannya beberapa saat, dengan jari lentiknya mengelus lembut batang penisku, bersamaan dengan itu, aku melepas baju yang aku pakai. Kini aku sudah telanjang bulat.

Siska beringsut kebawah perutku, dengan sekejap, bibir tipisnya terlihat mengecup ujung penisku yang sudah sangat tegang. Aku hanya duduk pasrah dengan nafsu yang menggebu melihat perlakuan Siska. Sekejap kemudian, penisku kini sudah masuk kedalam mulut Siska. Basah dan hangat aku rasakan disaat Siska mulai memaju mundurkan kepalanya. Sapuan lidah terasa menggelitik ujung penisku, sangat geli. Beberapa jilatan kebatang penis dan remasan lembut jari Siska di biji pelirku, membuatku seakan melayang, dan tanpa sadar aku mulai mendesah,

“Aaaaah......Ssssh.....teruus sayaaang...”

Mendengar itu, Siska semakin mempercepat ritmenya serta hisapannya dari mulutnya terasa semakin kuat. Karena perlakuan Siska, aku kini seakan tak sanggup untuk menahan lagi. Penisku terasa berkedut, dan hampir saja aku dibuat jebol pertahananku. Seakan Siska merasakan itu, dia menghentikan aktifitasnya, Siska melepas kulumannya.

“Kita kekamarku saja yuk mas,” Kata Siska sembari berdiri lalu menggandengku untuk menuju kamarnya

Setelah kita berdua sampai didalam kamar, Siska kini melepaskan semua pakaian yang dikenakannya hingga telanjang bulat. Aku saat ini hanya berdiri mematung di dekat pintu kamarnya dengan penis masih sangat tegang, aku seakan masih tidak percaya bahwa kini aku bisa melihat Siska dalam keadaan tanpa memakai apapun didepanku. Payudara yang bulat dengan puting merah keclokatan serta dibagian bawah sekitar vaginanya terlihat mulus seperti bayi tanpa ada bulu sedikitpun menandakan dia sangat rajin merawat tubuhnya. Aku tertegun beberapa saat. Setelah semua pakaian yang dikenakannya terlepas dari tubuhnya, Siska naik ke atas ranjang dengan posisi telentang dengan kedua lutut di tekuk dan pahanya di buka lebar. Dengan posisi ini, terlihat jelas bibir vagina Siska sudah sangat basah.

“Mas, kok malah berdiri aja disitu sih..kesini dong..” Suara Siska mengejutkanku

“Eh..ii..iya sayang...”Suaraku terdengar sedikit gugup

Aku melangkah mendekatinya, dan langsung mengarahkan wajahku ke selakangan Siska yang sudah terbuka. Aku julurkan lidahku tepat di daging kecil yang sedikit menonjol diantara belahan bibir vaginya.

“Aaaaah....Sshhh.......” Terdengar Siska mulai mendesah

Bersamaan dengan itu, tangan kananku meraih payudaranya dan bermain disana secara bergantian kiri dan kanan. Terdengar desahan Siska semakin jelas dengan tubuhnya yang seakan tak bisa diam seperti cacing kepanasan, menjadikan aku lebih rakus untuk melumat vaginanya.

“ooh....mas Heri....puasin aku malam ini mas....oooohhhhh....”

“Lidahmu enak banget sayaaang,,,aaah...terus mas..” Ceracau Siska

Lidahku menelusuri kesemua bagian vaginanya, hingga liang anusnya pun tak terlewat untuk aku jilat. Siska semakin menggelinjang tak beraturan. Kedua tangannya terasa menjambak rambutku, setelah beberapa saat kedua pahanya merapat dan menghimpit kepalaku, aku seakan tidak bisa bernafas di posisi itu...

“Aaaaah....ssssssh.....” Siska mendesah dengan keras dengan mengangkat pinggulnya. Bersamaan dengan itu, terasa liang vaginanya semakin membanjir, Dia mengalami orgasme pertamanya. Aku diamkan posisi seperti ini beberapa saat. Siska terlihat memejamkan matanya dengan nafas tersengal serta senyum kepuasan. Setelah terlihat mata Siska terbuka, aku beringsut ke atas, kini tubuhku menindih tubuh Siska.

“Enak ya sayang?” Tanyaku

Siska hanya mengangguk dan tersenyum menggoda,

Tanpa menunggu lama, ku arahkan penisku yang sudah sangat tegang dari tadi ke liang vagina Siska, setelah terasa pas, sedikit kuhentakkan pinggulku sehingga kepala penisku menyeruak masuk kedalam liang vaginanya.

“aaah...pelan pelan sayaaang,” lenguh Siska yang kini mulai mendekapku lebih erat. Aku dorong lagi lebih dalam,”bless...”

aku lirik kebawah, kontolku sudah amblas masuk sepenuhnya kedalam vaginanya membuat Siska mulai mendesah,

“aaaah......”. Siska mendesah dengan mata terpejam,



Aku biarkan sesaat, terasa dinding rahimnya seperti memijat mijat batang penisku, sempit dan hangat. Setelah beberapa saat, aku mulai memaju mundurkan pinggulku perlahan, Siska mulai meracau kembali



“Terus sayang,, kontolmu juga enak banget...” kini posisi kedua kaki Siska melingkar di pinggulku. Semakin cepat aku menggenjotnya, semakin keras dia mendesah..



“emm....aaah....enaaaak banget sayang....ooohh,,,terusssss sayanggg....” Siska kini sudah seperti kesetanan, kadang tak sengaja kuku tangannya mencekeram di punggunggku disaat aku mempercepat genjotanku..



Setelah sekitar lima belas menit diposisi ini, Siska menyuruhku berhenti, dia melepaskan pelukannya, lalu dia berganti posisi nungging seperti orang sujud dengan paha agak terbuka tepat dihadapanku, terlihat pantat yang besar dan bulat membuatku semakin bernafsu. Tak menunggu lama, kuarahkan penisku keliang vaginanya yang telah siap menyambut batang penisku lagi, dan ku genjot dari belakang lagi dari tempo pelan sampai semakin cepat.



“aaaah...posisi begini memekmu terasa lebih sempit sayang....” desahku

“oooh....eemmm....aaah” Siska hanya medesah



Sekitar sepuluh menit aku maju mundurkan penisku kedalam vaginanya, aku merasa ada sesuatu yang ingin keluar dari lubang penisku.



“Aku mau keluar sayang...aaaah.” aku semakin mempercepat genjotanku,

.crot...crot...terasa spermaku menyembur didalam vaginanya di iringi dengan kedutan – kedutan dinding rahimnya..

“aaaah...enak sekali sayang....” suara Siska diantara desahannya

Aku cabut penisku, sebagian cairan spermaku keluar mengalir dari lubang itu. Aku rebahkan tubuhku disampingnya.

Kini kami berdua berpelukan dengan manja dengan keadaan masih sama – sama telanjang. Kepala Siska bersandar di bahuku dengan posisi berbaring, aku pun membelai manja rambutnya..ahh, kita seperti sepasang kekasih saat ini..

“terima kasih banyak ya mas, ternyata kamu luar biasa. Sudah sering ML ya? ” pertanyaan Siska tiba – tiba membuatku sedikit terkejut

“Eh, gak kok Sis, hanya belajar dari film aja.hehe,” Jawabku sekenanya

“Mas bohong banget...hehehe”

“Sis, aku boleh bilang sesuatu gak ke kamu,” Kataku kini sedkit serius

“Dih, serius amat mas. Langsung bilang aja lagi,”

“Kamu mau gak, kalau misal aku ngajakin kamu nikah?” Suaraku sedikit bergetar,

Entah kenapa, pertanyaan itu tiba – tiba keluar dari mulutku. Tapi memang, semenjak pertama kali bertemu Siska ini, ada perasaan yang lain

“Maa..maksud mas Heri?” Siska sedikit tersentak mendengar pertanyaanku

“iya, aku aku serius. Aku mau kok menjadi pendampingmu dan aku juga bersedia merawat Stefani bersamamu”

Ucapku sembari memandang wajahnya, kini mata kami saling bertatapan.

Siska terlihat terdiam, dan akhirnya Siska hanya menggelengkan kepala lalu menundukkan wajahnya.

“Kamu tidak mau menerima aku ya Sis?” Tanya ku penasaran

“Mas Heri ini orang baik, seorang pengajar dan tidak sepantasnya mas Heri menikahiku yang hanya seorang janda yang mempunyai anak. Mas bisa memilih wanita singgle yang mungkin lebih baik dari aku mas,” Kata Siska terdengar lirih

“Apa seorang pria lajang yang memilih menikahi janda adalah sebuah kesalahan Sis?” tanyaku

“Bukan itu maksud aku mas, mas belum tahu siapa aku sebenarnya. Aku gak mau nanti kalau mas tahu siapa aku, mas akan meninggalkanku” Ucap Siska dengan menunduk dan kini matanya sedikit berkaca

“Maksud kamu apa Sis?” tanyaku heran

“Sudahlah mas, jangan bahas ini dulu ya, kita lihat aja nanti” kini Siska menatapku dengan teduh. Mendengar itu aku hanya mengangguk dantersenyum.

Kita saling berpandangan dengan sama – sama terdiam untuk beberapa saat dan setelah itu kita kembali berciuman beradu lidah. Suara hujan diluar rumah sudah sedikit mereda, hembusan hawa dingin dari lubang angin kamar Siska seakan membuat kita kembali bergairah dan kita kembali bercumbu..

Berlanjut Kesini
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd