Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Skandal Desa (discontinued,, sorry)

Kalian tim mana?

  • Bu Widya

    Votes: 452 62,8%
  • Kak Putri

    Votes: 135 18,8%
  • Bu Dea

    Votes: 61 8,5%
  • Kak Cindy

    Votes: 72 10,0%

  • Total voters
    720
Status
Please reply by conversation.
Skandal Desa
Part 7: Puncak Kasih Sayang Ibunda


Widya Anindya 39 tahun, Ibu dari Rafi dan Anindya Putri


Anindya Putri 21 tahun, Kakak perempuan Rafi


Dea Mustika 41 tahun, Ibu dari Yudi dan Cindy


Cindy Purnamasari 20 tahun, Kaka perempuan Yudi


Pov Putri



*DOR DOR DOR*

“BUKA!!..”

“BUKA PINTUNYA!!..” Teriakku

Arghh sial, kenapa pintunya mesti di kunci segala??

Aku lanjut menggedor-gedor pintu.

*DOR DOR DORR!*

“Iya iya sebentar!..” suara ibu akhirnya terdengar dari dalam

*cklekk* pintu akhirnya terbuka, ibu terlihat sudah melepas dasternya dan kini memakai kaos putih tanpa lengan dengan legging hitam

“Ibu?? Kenapa pintunya di kunci??..”

“Ehh anu…takut biawak masuk, kamu tahu kan biawak disini gede gede bisa dorong pintu juga..”

Alasan ibu terdengar di buat-buat sekali, bertahun tahun tinggal disini aku belum pernah melihat kadal biawak raksasa masuk rumah.

“Ehmm…masa sih bu, aku ga pernah lihat tuh biawak di sekitaran sini..”

“Ah kamunya nggak lihat, udah sanah jagain warung! Nanti ada yang beli kasihan nunggu..” suruh ibu sambil tangannya hendak menutup pintu lagi. Aku kini meminta ibu agar tidak mengunci pintunya dan ibu pun mengiyakan.

“Si yudi lagi ngapain bu di dalam? Bukannya cuman bawain barang.. Kok ga keluar keluar??..” tanya ku

“Oh dia lagi istirahat sebentar.., masa ibu tega ngebiarin anak orang capek kepanasan di luar kak..”

“Heh, ada ada aja bu.., jangan sampe kelamaan aja..”

“Iya kakak…udah sana balik lagi..”

Aku tak rela bila anak mesum itu berada di dalam bersama ibu. Namun aku tak bisa berbuat apa apa, aku harus menjaga warung saat ini. Aku pun dengan langkah berat berjalan kembali ke warung.

Pikiranku kemana-mana membayangkan ibu dan yudi sedang apa di dalam, apa yang akan ibu atau yudi lakukan. Mengingat ibu dan yudi sudah kuketahui memiliki hubungan gelap selama ini.

Aku bahkan tak bisa fokus melayani pembeli di warung karena hal itu. Hampir saja aku memberi kembalian terlalu banyak pada seorang ibu ibu.

Sudah tiga puluh menit berlalu dan yudi dan ibu masih di dalam.

Sejam pun berlalu—

Ah ini lah saatnya, sudah terlalu lama mereka di dalam! Pasti mereka berbuat yang tidak tidak!

Segera ku turunkan tirai warung untuk sementara lalu pergi ke dalam rumah. Untung saja ibu tidak mengunci pintunya lagi, aku pun langsung masuk ke dalam.

Di ruang tamu rupanya kosong, lalu aku pindah ke ruang tv… juga kosong. Waduh, sialan… dimana mereka.

Aku cek ke dapur dan kamar mandi pun kosong, dan opsi terakhir hanya di salah satu dari tiga kamar.

Aku yakin seribu persen mereka di kamar ibu, aku pun bersiap untuk masuk kedalam. Tapi sebelumnya aku ingin mendengar dulu suara apa pun dari dalam kamar, aku pun menempelkan telinga ku ke lubang kunci kamar ibu. Dan apa yang ku dengar sepertinya sesuai dugaan ku..

“Ahh…enak banget yud…ohh ya disitu yud..emhh..”

“Enakan sama mamang apa sama aku bu wid?..”

“Hmmh…enakan sama kamu yud, si mamang itu mah kasar banget hihihi..”

“Aku juga bisa agak kasar lho bu wid, mau coba??..”

“Hah?? Hahaha, jangan ah gini aja udah enak, hmmhh ouhh terus lanjutin yud..”

“Aku naik ya bu widya, biar lebih enak..”

“Oh iya yud naik aja, langsung aja kamunya maju mundur gituu…nahh hemmhhhhh..”

“Emhh iya bu widya, gini aja terus ya..”

“Ohhh iya betul yud teruss…ouhhh, kamu pinter banget bikin orang enak yud…ibu puas sama kamu..”

“Ah bu widya bisa aja, aku kan udah biasa sama ibu kayak gini di rumah..udah belajar lah hhehe..”

“Ibumu pasti puas banget ya sama kamu, jadi iri saya yud hahaha..”

“Kabari aja bu, pasti saya bantu bu widya…tapi asal si rafi ga ada aja..”

“Ohh iya iya, mana mungkin pas ada si rafi hihihi, bisa cemburu berat dia hihi, lagian dia gak bisa enakin ibunya…jadinya sama temennya deh hihihii..”



Grrrrrrrrr….

Telinga ku seperti mau berdarah mendengar percakapan ibu dan yudi, mereka benar benar melakukannya di siang bolong begini??

Ingin sekali aku mendobrak pintu kamar ibu sekarang, namun aku mendengar seseorang di depan warung memanggil-manggil. Terpaksa aku harus pergi ke depan untuk melayani pembeli, meninggalkan ibu dan yudi yang entah sedang berbuat apa di dalam.



Setelah melayani ibu ibu yang memborong lauk, tak lama kemudian aku mendengar pintu depan terbuka, saat aku cek rupanya yudi yang keluar di temani ibu. Samar samar aku bisa mendengar percakapan mereka dari sini.

“Makasih banyak ya yud, udah bantu ibu pagi ini..” ucap ibu

“Sama sama bu, lain kali lagi ya bu wid hehe..”

“Hush kamu ga lihat siapa di belakang itu?..” ucap ibu sambil menunjuk pada ku

Aku segera kembali ke dalam warung karena kaget ketahuan oleh ibu.

Apa yang mereka bicarakan selanjutnya aku tidak tahu lagi, tahu tahu motor yudi sudah lewat depan warung saja.

“Kak? Sini dulu..” panggil ibu dari luar

“Ya bu? Kenapa?..” sahut ku sambil berjalan keluar

“Tadi kamu kepo ya? Hihihi..”

Ah sial, ibu malah membahas yang tadi.

“Yaa...emangnya kenapa?..”

“Engga..*** ada yang perlu kamu khawatirkan kak.., ga perlu kepo hihi..” ujar ibu sambil tersenyum

Ehh?? Ada apa ini? Tiba tiba ibu bicara seperti itu. Malah makin mencurigakan saja ibu ini. Aku berusaha untuk tetap tenang dan tidak terlihat curiga.

“Ohh yaudah bu, maafin kakak udah ngintip tadi..”

“Nah gitu dong, dah sana jagain warung dulu.., nanti waktu rame ibu bantu kesana..” ucap ibu lalu pergi ke dalam rumah

Huuffttt...menyebalkan sekali seharusnya giliran ibu sekarang yang menjaga warung.

Aku merasa ibu makin nekat saja melakukan hubungan terlarangnya dengan yudi, bisa bisanya mereka melakukan itu dirumah saat ada aku disini, yang paling membuat ku kesal adalah ibu malah bilang ‘ga ada yang perlu di khawatirkan’.

Menurutku ibu mulai merasa takut hubungannya dengan yudi terendus olehku, percuma bu! Aku sudah tahu semua! Tinggal butuh satu bukti kuat untuk aku sodorkan pada ibu nanti, Bukti visual aktivitas seksual mereka. Sepertinya aku harus mulai berpikir cara mendapatkan bukti itu. Entah lah, keuangan ku pas-pasan bila harus membeli kamera mata mata. Lagipula aku cukup gaptek kecuali urusan handphone dasar.



14:00

Waktu makan siang telah usai, aku dan ibu sedang mencuci piring piring kotor bekas pelanggan yang makan ditempat barusan, di tempat duduk warung juga ada rafi yang barusan pulang sedang memakan jajanan yang ia beli di sekolah tadi.

“Bu, tadi ada si yudi nggak kesini?..” tanya rafi

“Iya ada, emangnya kenapa?..” balas ibu

“Hati hati bu sama dia sekarang, orangnya bahaya...kemarin aja aku ribut sama sore sore..”

“Hush! Jangan sembarang ngomong gitu, baik kok dia yudi..” sanggah ibu

“Yaelah bu, udah berubah sekarang yudi bu sejak mulai kerja serabutan..” ucap rafi

“Kalian tinggal baikkan aja apa susahnya? Masa sahabat dari orok musuhan sih? Jangan gitu dong..” saran ibu

“Yah kan perilaku orang bisa berubah bu..”

“Kalau benar ucapan si rafi mending ibu hati hati aja deh bu, orang kerja serabutan pasti halalin segala cara buat dapat uang kan?..” tambah ku

“Tuh bu, kakak aja setuju..”

“Heh kalian ga boleh ngomong gitu, si yudi udah ibu anggap anak angkat loh..”

“Alah bu aku ga mau nambah adek lagi, apalagi kakak kan?..” keluh rafi sambil mengipas ngipas dengan topi sekolahnya karena siang ini sangat panas.

“Hm iya, kakak ogah punya adik kayak si yudi itu..” ucapku

“Rafi, Kak Putri kalau kalian mau musuhan sama yudi gapapa, tapi jangan ajak ibu... dia orangnya baik banget mau jemput ibu dari pasar tanpa disuruh..”

“Terserah ibu deh! Aku cuma peringatin ibu aja..” sungut rafi lalu bangkit dari tempat duduknya lalu pergi ke dalam

Aku perhatikan wajah ibu seperti kesal dengan ucapan rafi barusan. Setelah piring terakhir kembali ke raknya ibu tak langsung pergi ke dalam, ibu menanyakan sesuatu pada ku terlebih dahulu.

“Kak?..” panggil ibu

“Kenapa bu?..” sahut ku

“Ermm..emang benar ucapan adikmu itu tadi?..”

“Saran ku sih dengerin aja ucapan rafi bu, dia yang paling tahu tentang anak itu kan..”

“Ngga kak, ibu ga percaya yudi se-nakal itu, rafi terlalu berprasangka buruk sama kerjaan serabutan si yudi itu..”

“Iya sih, tapi perasaan aku ibu sama yudi lebih baik jangan terlalu dekat dulu deh..” saran ku

“Maksud kamu apa kak? Ibu sayang sama yudi seperti ibu sayang sama kamu dan rafi..”

“Saking sayangnya sampai di ajak ke kamar juga bu? Ehhh...”

“M-maksud kamu apa kak?..”

“Engg-engga bu bercanda ahahha, dah ah aku mau ke dalam dulu masukin perabotan..”

Huff hampir saja aku keceplosan..



Sore hari pukul 17:00

Aku baru bangun dari tidur siang ku setelah hari yang agak aneh dan melelahkan. Saat aku keluar dari kamar ku mendapati ibu sedang memangku kepala rafi di pahanya sementara rafi tertidur.

“Eh kakak, baru bangun..” sapa ibu

“Uhmm iya bu, rafi kenapa bu?..” tanya ku

“Demam dia kak, barusan ibu cek suhunya 39 derajat celcius..”

“Huh kok bisa, padahal dia tadi ceria ceria aja..”

“Iya kak ibu juga bingung, padahal hari panas terus belakangan ini..”

“Halah paling kebanyakan minum es ini anak..” tuduh ku

“Kurang istirahat juga nggak loh, tiap pulang sekolah dia pasti tidur siang..” ujar ibu sambil mengelus kepala rafi

“Yaudah bawa ke kamarnya aja bu, makin sore makin dingin kan disini..” saran ku

“Tapi dia minta tiduran di paha ibu kak, hihi..” ucap sambil sambil tertawa sedikit

“Hadeh anak manja dasar..” ledekku

“Gapapa kak, orang lagi sakit emang lagi manja manjanya..”

“Yaudah bu, aku mau ke warung dulu ya... aku lupa beli kecap sama bumbu..”

“Iya kak..”



17:30

Hampir setengah jam aku di warung padahal hanya membeli kecap dan bumbu, namun karena aku bertemu teman SMA ku dulu jadi agak lama membahas urusan ini itu.

Saat aku baru mau masuk ke dalam rumah aku mendapati tiga pasang sendal yang asing di halaman rumah. Ada siapa di dalam?

Aku segera masuk untuk mencari tahu.

“Eh kak putri, dari mana aja..”

Sial... anak mesum itu lagi, siapa lagi kalau bukan si yudi.

“Ehmm..kalian siapa?..” tanya ku melihat dua pria lain sepantaran yudi tapi berparas tua sedang duduk bersama di ruang tv bersama ibu juga. Oh iya ibu saat ini sedang memakai tank top hitam dan legging hitam.

“Ohh ini kenalin temanku dari kebun, lagi mampir aja kesini sekalian kenalan sama bu widya, ehh sama keluarga bu widya hehe..”

“Kenalin saya arif teh..”

“Saya, jaka teh..” sapa kedua orang itu padaku

“E-eh i-iya iya..saya putri anaknya bu widya..” sapa ku

“Waduh anaknya juga cantik men..” bisik jaka pada arif namun terdengar olehku

“EKHEMMM..” kode ku memergoki bisik bisik jaka

“Oh iya kak, tolong buatin teh buat mereka bertiga..” suruh ibu

“Duh, iya iya bu..sebentar ya..” balas ku malas malasan

Aku segera ke dapur untuk membuat teh, namun aku tidak benar benar langsung membuat teh, tentu saja aku menguping dulu percakapan mereka disana.

“Itu anak pertamanya bu widya?..” tanya jaka

“Ohh iya, kenapa cantik ya?..” balas ibu

“Cantik banget bu, kayak ibunya persis hehe..” goda jaka

“Ah kamu bisa saja jaka, kamu memang mau sama dia..” tawar ibu

“Duh kalau di bolehin sama bu widya sih boleh boleh saja haha..” tawa jaka

Telinga ku mendidih mendengar ibu menawarkan ku pada anak kucel itu.

“Hahaha, kamu kalau bisa buat dia bahagia sih boleh boleh ajaa..” ucap ibu

“Hahah mana bisa dia bu wid, sama aku aja rada gantengan sedikit..” ucap arif

“Hihi yaudah kalian berdua coba dekatin aja kak putri, ibu izinin kok..”

“Kalau gagal sama bu widya boleh nggak? Hehehe..” ucap jaka

Sialan, bisa bisanya orang baru kenal itu bicara seperti itu pada ibu. Aku sampai lupa untuk membuat teh untuk mereka.

“Duh kamu ini, kita kan baru kenal juga..” balas ibu

“Kalau sudah deket berarti boleh? Yaudah aku sering sering kesini deh, ya nggak yud?..” ucap jaka

“Hahah kalian mau mampir kesini kapan aja boleh, pulang kerja di ladang kesini aja..”

“Sipp deh bu wid, enak nih siang siang ngadem di warung bu widya..”

“Hehe iya iya datang aja, oh iya teh nya mana ya??... Kakk!! Mana tehnya kak!..” teriak ibu

“Iya iya! Sebentar bu..”

Aku mengakhiri kegiatan menguping ku, dan segera menyeduh teh tiga cangkir. Aku tak habis pikir lagi dengan ibu, tak hanya menawarkan ku pada anak kucel dekil itu, ibu juga mempersilahkan mereka datang tiap hari sesuka hati mereka.

Setelah menyajikan teh pada mereka, aku berniat langsung pergi namun ibu menyetop ku dan menyuruhku untuk duduk dulu.

“Duh buru buru banget sih kak, ga sopan ini ada tamu..” ucap ibu

Aku tak menjawab hanya tersenyum senyum malu pada tiga lelaki kucel yang mengapit ibu. Jaka dan arif menatapi ku seperti pria hidung belang, dari atas kebawah ku perhatikan bola matanya bergerak gerak. Lama kelamaan aku jadi risih duduk diam sementara dua laki laki ini menelanjangi ku.

Tak lama kemudian jaka pun memecah keheningan.

“Ermm teh putri umurnya berapa kalau boleh tahu?..” tanya jaka

“Hm? Ohh aku baru 21 mas jaka..” jawab ku

“Waduh masa masa wajib kawin nih hehe, ya gak bu wid?..” balas jaka

“Hihihi, kawin emangnya gampang..” ucap ibu

“Ohhh berarti belum punya pacar???..” ucap arif menyela

“Emm belum sihh hahaha..” jawab ibu

“Ehh! Apaan...udah kali!..sok tahu aja ibu..” sanggah ku berbohong padahal aku belum punya sama sekali, tapi daripada di tembak dua manusia itu aku lebih baik berbohong.

“Looh?? Kok ibu nggak tahu??..”

“Ermmm yaaa.. Kan rahasia!..”

“Udah ga rahasia dong! Hihihi..” sahut jaka

“Iya deh, puas?..” balas ku agak kesal

Aku tanpa mengucapkan sepotong kata meninggalkan ruang tv menuju kamarnya rafi dengan perasaan kesal. Ibu lagi lagi menyuruhku untuk duduk lagi tapi aku tak menghiraukannya.

Di kamar rafi aku duduk di kursi belajarnya sambil memandangi adik ku ini, aku merasa kasihan pada rafi jika ia tahu ibunya mempunyai hubungan gelap dengan teman sebayanya, lebih parahnya lagi aku curiga pada dua pria itu arif dan jaka yang diajak oleh yudi berkenalan pada ibu. Apa maksud yudi mengenalkan ibuku pada mereka berdua?

Apa yang bisa kulakukan sekarang? Aku tak bisa grasak grusuk membongkar hubungan gelap ibu dengan yudi karena bukti ku masih kurang. Tapi kalau dibiarkan terus ibu bisa jatuh ke jurang yang lebih dalam dengan kehadiran dua lelaki itu.

Aku meneteskan air mata sambil memandangi adikku yang sedang tidur itu, kasihan sekali adikku ini, saat ia sedang sakit demam ibunya malah bercanda tertawa tawa dengan tiga pria asing di luar. Apa iya ibu benar benar menyayangi rafi? Sudah berulang kali aku mendengar ibu sangat menyayangi rafi, tapi buktinya ibu malah dekat dekat dengan temannya yang sepantaran bahkan berhubungan dekat dengan yudi.

Apa iya bu?

Rupanya rafi terbangun oleh elusan tanganku, ia agak kaget melihatku di dalam kamarnya, tepat di depan matanya.

“Ehh! K-kakak?? Ngapain di kamarku?..”

“Kakak cuman ngecek kamu aja.., kayaknya belum turun suhunya..” ucapku memegang dahi rafi

“Oh...bikin kaget aja..” balas rafi lalu kembali rebahan

“Gimana udah mendingan?..”

“Aduh belum kak, aku ngerasa kecapekkan banget sepulang sekolah tadi..”

“Yaudah istirahat aja dulu, nanti malam kakak bangunin buat makan malam..”

“Huftt iya deh masih lemes juga ini, tapi ibu mana kak?..”

“Udah gausah mikirin ibu kamu, tidur aja..”

“Aku mau ditemenin ibu kak tidurnya..”

“Hadehh kamu ini manja banget raf, ibu kamu lagi sibuk!..”

“Tolong panggil ibu kak, suruh kesini..”

“Kalau ibu ngga dateng berarti lagi sibuk ya?..”

“Iya iya..” balas rafi mengakhiri percakapan

Setelah itu aku keluar kamar rafi dan menuju ruang tengah dimana ibu masih bersama ketiga lelaki tadi. Namun jika aku perhatikan, arif dan jaka duduknya makin dempet saja dengan ibu dibandingan sebelumnya. Ah sialan mereka makin dekat saja sepertinya dengan ibu, buktinya mereka seperti tak mengacuhkan ku dan tetap bercanda dan tertawa saat aku berdiri disini.

Mana bisa aku suruh ibu menemani rafi sekarang, ia pasti lebih memilih menemani tamunya sore ini. Aku merasa bodo amat dan pergi ke kamar ku.

Saat aku sedang rebahan di kasur sambil chatting dengan cindy, aku mendengar pekikkan ibu yang kencang dari luar. Aku langsung buru buru keluar kamar untuk mengecek keadaan.

Aku terkejut mendapati air teh yang tumpah mengenai karpet dan kaki ibu.

“Aduhh kenapa lagi sih!!..” geram ku

“Emm-maaf maaf bu widya aku ga sengaja nendang tehnya..” ucap jaka sambil mengeringkan tumpahan teh dengan tissue

Anehnya ibu tak merasa kesal atau apa, ia malah tertawa seakan hanya kejadian sepele.

“Ahahaha kamu sih jaka, ada ada aja hahaha..” tawa ibu

Setelah tumpahan teh di lantai kering, jaka tidak berhenti. Ia malah mengambil tisu lagi untuk di lap ke kaki jenjang ibu.

Aku yang melihatnya jadi meradang.

“Heeyy!! Jangan megang megang kamu!!..” omel ku

Jaka berhenti dan menatapi ku sambil mengucapkan maaf. Tapi ibu malah membela jaka dan menyuruhnya untuk mengelap kakinya lagi.

“Duh kakak, biarin aja kenapa sih...dia kan bertanggung jawab namanya....ayo jak tolong keringin kaki ibu lagi...lengket nih ngga enak..”

“T-tapi bu??..biar aku aja yang beresin”

“Udahh kamu ke kamar aja istirahat..”

Baru saja kenal beberapa jam ibu sudah membela si jaka ini, bahkan membiarkan anak itu menyentuh kakinya. Makin kesal saja aku rasanya pada mereka.



18:30

Saatnya menyiapkan makan malam, aku keluar dari kamarku untuk memanaskan lauk sisa warung yang tidak terjual. Betapa terkejutnya aku mendapati jaka dan arif sedang tiduran di sofa ruang tamu.

Akupun bertanya pada ibu yang sedang di mencuci sayuran di dapur.

“Bu! Itu kenapa jaka sama arif belum pulang??..” tanya ku dengan nada agak tinggi

“Ah kakak, biarin aja mereka mau istirahat dulu katanya..” balas ibu dengan datar

“T-tapi kan ini rumah kita bu, bukan hotel? Masa iya seenaknya naruh kaki diatar sofa gitu? Gak sopan!..” protes ku

“Alah kakak lebay ih, mereka ngga ganggu kan..”

“Buat aku menggangu bu!..”

“Emangnya mereka ngapain sama kamu..” ibu masih bicara dengan nada datar seakan tidak apa apa dengan kehadiran jaka dan arif

“Risih aja aku bu, aku ga suka ada cowok asing di rumah lama lama..”

“Nanti mereka juga pulang kok, tunggu aja...lagipula kenapa kamu gak temenan aja sama mereka, bukannya lebih baik?..”

“Terserah ibu deh..” ucapku mengalah

Setelah itu aku membantu ibu membawa hidangan makan malam ke ruang tv untuk di makan lesehan.

Tak lupa aku membangunkan adikku untuk ikut makan.

Sambil mengucek mata rafi tampak keheranan ada dua pria asing sedang tiduran dengan sangat tidak sopan diatas sofa kami.

“Huh...kaak...i-itu siapa?..” tanya rafi dengan ekspresi lemasnya

“Tanya ibumu sanah, kakak juga heran..”

Setelah rafi bertanya pada ibu, ia tampak kebingungan lalu ikut duduk di samping ku.

“Kok ibu ngebolehin temennya yudi tidur disini sih kak?..” tanya rafi sambil menyendok nasi

“Itu dia, kakak juga gatau...ibu bilang biarin aja kan?..” balas ku

“Kaliann...haduhh gimana sih...masalah banget sih ada temannya yudi tidur disini?..” omel ibu sambil ikut duduk

Rafi tak menjawab dan hanya menunduk, ia tahu kalau beradu argumen dengan orang tua ujung ujungnya selalu salah. Tapi aku tidak seperti itu.

“Masalahnya kalau keseringan mereka jadi nganggap rumah ini jadi rumah mereka bu!..” seru ku

“Ya gapapa kan? Mereka juga butuh tempat bernaung, apalagi si jaka itu anak yang tempat tinggalnya numpang di rumah pakde juragan kentang..”

“Huh, ibu kenapa teguh banget izinin mereka disini..” gerutu ku

“Udah kak jangan berantem sama ibu, aku jadi ngga nafsu makan nih..” keluh rafi

Karena kasihan dengan rafi, aku mengakhiri debat singkat ku dengan ibu.

Saat kami sedang makan, jaka dan arif tiba tiba ikut nimbrung untuk makan

“Wah pas banget nih bangun tidur langsung ada nasi ehehehe..” ucap jaka tanpa rasa segan

“Silahkan ambil piringnya jaka, arif ayo ayo makan..” ajak ibu

Aku merasa risih di dekat mereka, aku pun melanjutkan makan ku ke dapur, tak lama kemudian rafi pun ikut membawa piringnya ke dapur.

“Kenapa kamu raf? Pindah juga?..” tanya ku

“Ah iya kak, males duduk sama mereka, ngga sopan banget gelagatnya..” ujar rafi

“Hahaha, benar kan kata kakak apa?...mereka itu ganggu banget..”

“Duh kak, aku takut kalau mereka ngapa ngapain ibu...mana ibu dekat banget sama mereka..”

“Rafi tenang aja, kakak ngga bakal biarin itu terjadi..” ucapku menenangkan adikku

Setelah makanan kami selesai, aku dan rafi kembali ke kamar masing-masing, sementara ibu bersama jaka dan arif masih asik mengobrol di depan TV.

Sekitar 30 menit kemudian aku tidak mendengar lagi suara obrolan dari ruang tv. Aku keheranan, padahal aku tak mendengar ucapan pamit sedikit pun.

Dengan perlahan aku membuka pintu kamarku untuk mengintip. Dan apa yang kulihat tidak sesuai dugaanku.

“Loh kakak, tumben keluar kamar jam segini..” sapa ibu yang sedang duduk di lantai menonton tv

“Emmm iya, oh ya mereka pada pulang bu?..”

“Iya mereka pulang kok, padahal ibu udah suruh nginep dulu disini eh gamau..” ujar ibu

“Duuhh bu jangan tawarin buat nginep juga kali..” keluh ku

“Ah ibu kasihan aja sama si jaka itu, dia kerja bulak balik tiga kilo jalan kaki dari rumahnya..”

“Cih biarin, memang itu tugasnya laki laki kerja apapun kondisinya dan rintangannya” ucap ku

Aku lalu kembali ke kamar, perasaan ku cukup lega mereka tidak bermalam di rumah ini. Aku pun dapat tidur dengan nyenyak..



Pov Rafi

Pukul 23:30, Tengah malam

Tidur nyenyak ku terganggu oleh ketukan pintu kamar ku.

“Raf...” *tok tok tok*

“Iyaa..iya sebentar..”

Rupanya itu ibu yang sedang membawa selimut. Ibu ku lihat masih memakai tank top hitamnya yang sejak sore belum diganti-ganti.

“Eh ibu, ada apa tengah malam gini..” tanya ku

“Sayang, ibu lupa kamu lagi sakit.. maafin ibu ya..” ucap ibu sambil menutup pintu dan menguncinya. Kemudian aku dan ibu duduk bersebelahan di kasur.

“Oh soal itu, gapapa bu kalau emang lagi ada tamu..” balas ku

“Kamu kedinginan gak? Nih ibu bawain selimut biar hangat..”

Aku segera memakai selimut pemberian ibu, karena cuaca lumayan dingin malam ini sehabis hujan sore harinya.

“Ahh iya bu makasih, tau aja..”

Aku sudah berharap ibu akan ikut tidur bersama ku, namun ibu langsung kembali ke kamarnya. Aku pun menyusul ke kamar ibu untuk minta tidur bareng.

Sepertinya akan mudah aku masuk ke kamar ibu karena pintunya belum tertutup rapat. Lagi pula lampu kamar ibu terlihat masih menyala.

*kreeeeekk*

“Aaahh!!! RAAAFII!!..” teriak ibu menjerit

Aku sangat terkejut mendapati ibu tidak memakai baju sehelai pun di depan kaca lemari. Buru buru ibu mengambil bajunya untuk menutup buah dadanya dan aku juga langsung menutup rapat pintu kamar ibu. Lalu duduk di kursi untuk menenangkan diri.

Beberapa menit kemudian pintu kamar ibu terbuka dan ibu keluar.

“Eh, Rafi...kamu ngapain disini tengah malam gini?..” tanya ibu

“Aku...a-anu tadi bu...yang tadi itu...” ucap ku terbata-bata

“Apa? Yang tadi apa?..”

“Waktu aku ga sengaja buka kamar ibu, eh ibu lagi nggak pakai baju..” ucap ku sambil menunduk

“Ohh yang tadi.., Ngga papa sayang... ibu kaget aja pintu kamar tiba tiba kebuka..” ujar ibu sambil mengelus kepala ku

“Ibu ngga marah?..” tanya ku memastikan

“Kenapa harus marah sayang?..”

“Enggg..anu...a-aku kan tadi lihat ibu telanjang..”

“Itu kan nggak sengaja sayang, lagian kamu kemarin juga habis nenen disini nih haha..” ucap ibu sambil memegang sebelah buah dadanya, penis ku tiba tiba mengeras melihat ibu meremas buah dadanya sendiri.

Aku merasa lega sekali, aku kira ibu akan marah besar setelah kejadian tadi.

“Oh yaudah kalau gitu ibu tidur dulu ya, kamu mau ikut?..” tawar ibu

Jawaban ku tentu saja iya, setelah mematikan lampu dapur aku segera menyusul ke kamar ibu.

Aku sebenarnya ingin bercinta dengan ibu malam ini, namun kondisi ku yang belum fit dan lemah membuatku memilih untuk langsung tidur.

Hingga saat aku terbangun jam dua pagi, aku mendapati ibu tidur tengkurap di samping ku. Posisi ku saat ini sedang merangkulnya dari samping.

Bongkahan pantat ibu terlihat sangat menggoda bila ku lihat dari sudut sekarang ini. Aku yang tak tahan beringsut menindih tubuh ibu dari atas lalu aku tekan tekan tubuh seksi dan montok ibu kandung ku ini, terutama di bagian pantat dengan penis ku yang masih terhalang kain celana.

Rasanya nikmat sekali, hingga aku tak tahan ingin crot walaupun baru sebentar aku menaiki tubuh ibu.

“Enghh..ahhh...engghhh..ohhh..ahh..enghh...enak bu..” desah ku

Sambil memeluk erat tubuh ibu dari atas aku percepat genjotan dan ulekan ku

“Ahh ahh ahh arghhh...ibuuu..rafi mau keluar bu..hhhhhngghhhhhh...oh oh oh ohh ohhh..”

Akhirnya aku tak tahan lagi dan ejakulasi cukup banyak di dalam celana ku.

Aku merasa sangat puas bahkan terus menyebut nyebut ibu sambil membenamkan wajahku di kulit punggungnya yang terbuka.

“Ouhh ibu...ibu...ibu...ibu...ah enak..e-enak..ssshh..”

Tiba tiba ibu mengeluarkan suara yang membuat aku kaget setengah mati.

“Oh kamu raf, ibu kira ibu lagi ketindihan kok berat banget badan..” Ucap ibu sambil tengkurap

“Maafin rafi bu, udah ganggu tidur ibu..” ucapku sambil tetap menindih tubuh ibu dibawah.

“Udah disitu aja gapapa sayang, kalau kamu suka..”

“Makasih bu, rafi sayang ibu.. muachh..” cium ku di pundak dan leher ibu.

Kami berdua pun lanjut tidur dengan posisi seperti ini sampai pagi.



Keesokkan harinya pukul 06:30

Aku terbangun dengan keadaan segar, sepertinya aku sudah tidak sakit lagi.

Aku menemui ibu yang sedang mencuci sayur di dapur, ibu juga kudapati hanya memakai kemben yang hanya menutupi bagian dadanya sampai atas lutut.

“Bu, kakak dimana?..” tanya ku sambil menghampiri ibu dari belakang

“Eh sayang ibu udah bangun...ohh..kakakmu ibu suruh ke kota beli baju baru..”

“Ohh...” ucapku pendek sambil mulai memeluk ibu dari belakang. Jujur saja aku sangat horny melihat ibu hanya memakai kemben pagi pagi begini, sepertinya ibu sedang bersiap siap untuk mandi.

“Ibu mau mandi raf, mundur dulu..”

Aha, ini dia kesempatan ku!

“Aku juga mau mandi bu..” ucapku sambil tetap memeluk ibu, sesekali aku juga cium pundak seksi ibu

“Yaudah nanti abis ibu mandi..”

“Bareng aja bu, biar cepet..”

“Hah?! ada ada aja kamu, udah gede masi aja mandi bareng hihi..” tawa ibu

“Boleh ya bu ya, boleh ya...” rengek ku agak manja

Setelah menunggu setengah menit akhirnya ibu angkat bicara.

“Ehmm yaudah deh, gapapa sekali sekali ibu mandiin kamu lagi..” ucap ibu

“Yess...makasih ya ibu, rafi makin sayang sama ibu..emhhhmuach..” kecup ku keras di leher ibu

“Oh iya hari ini kamu libur ya? Ada rapat guru..” tanya ibu

“Iya bu, kan aku udah bilang kemarin..”

“Seneng nih, libur sekolahnya haha..” ejek ibu

“Ah iya bu aku seneng banget libur, bisa berduaan terus sama ibu..” ucap ku

“Udah ah lepas, jadi mandi gak sih?..” protes ibu

Aku pun melepas pelukanku dan segera mengambil handuk untuk mandi.

Tak lupa aku mengunci pintu dan menutup semua jendela terlebih dahulu karena kami berdua ibu dan anak akan mandi bersama dan rumah tidak ada yang menjaga.

“Udah di tutup semuanya sayang?..” tanya ibu saat ku hampiri di depan kamar mandi.

“Udah bu..”

“Yuk masuk..”

Ini dia momen yang mendebarkan dalam hidupku. Aku mengikuti ibu melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Lalu aku kunci slot pintu kamar mandi.

“Hihi kamu pakai di slot segala, emangnya siapa yang mau ganggu?..”

“Takut kakak tiba tiba masuk..” jawab ku singkat sambil membuka baju ku.

“Kan kakak lagi ke kota..” ucap ibu sambil mengikat rambutnya.

“Berarti, sekarang cuma kita berdua bu di rumah..”

“Iya sayang..”

Saat aku ingin menurunkan celana dalam ku, ibu menatap ku dalam dalam.

“Rafi, kamu...”

“Boleh bu? Rafi keluarin?..” tanya ku sambil memegangi celana dalam

“Uhh...i-iya iya boleh, tapi jangan nakal ya..”

“Makasih ibu, rafi gak bakal nakalin ibu kok..”

Aku pun melepas celana dalam ku setelah mendapat izin dari ibu.

Terpampang lah penis ukuran standar ku yang sudah ngaceng sedari tadi di hadapan ibu kandung ku sendiri.

Ibu sedikit kaget melihat penis anak laki lakinya yang terakhir kali ia lihat 13 tahun lalu saat ku masih kecil.

Kini penis ku mengacung ke arah ibu dengan keras dan bangga. Penuh dengan peju yang siap disemburkan pada ibu kandung ku, entah itu di luar atau bahkan di dalam liang vagina ibu.

“Ibu...rafi udah ngga tahan bu..” ucap ku mendekati ibu

“Emhh..s-sayang, kita kan mau mandi..”

Aku mulai mencucuk cucukan penis tegang ku di selangkangan ibu yang masih terbalut kemben tipis. Kedua tanganku memegangi pundak ibu dari depan sambil penis ku menekan nekan dibawah. Aku tatap ibu sambil sesekali mencium dada bagian atasnya.

“Emhh..rafi kamu ngapain..”

Aku angkat kemben ibu hingga keatas pinggang, lalu ku selipkan masuk penis ku di jepitan pangkal paha ibu.

“Ahhhhh...” desah ibu mulai terdengar saat tergesek gesek bibir vaginanya dengan penis anaknya

Aku terus menggoyang maju mundur penis ku sementara ibu makin mengeratkan jepitannya pada penis ku, menambah sensasi nikmat tiada tara bagai ngentot sungguhan.

Awalnya ibu hanya mendesah sekali sekali. Namun kini saat genjotan dan goyanganku makin intens desahan ibu makin sering dan ibu tak malu bersuara keras.

“Ah ah ah ah ah ah ah ah ah ah ahh ah ahh ah ohh..” desah ibu dengan cepat seirama dengan gesekan penis ku

Sambil ku goyang, ibu mengambil gayung dan disiram pada badan kami berdua yang menempel. *byyuurr*

“Brrr.... dingin bu..ohhh..”

“Enak sayang?..”

“Badan aku dingin tapi, ohhh...kontol rafi hangat di memek ibu..” ucapku dengan kotor

“Gesek terus ya sayang biar hangat, sambil ibu siram badan kita..”

“Ohh..i-iya buu..emhh..”

*Plok Plok Plok Plok Plok* suara selangkangan kami yang beradu mulai terdengar nyaring karena basah

*Cplok Cplok Cplok Cplok Cplok Cplok*

Suara khas orang ngentot mulai memenuhi kamar mandi di rumah ini, di dalamnya ibuku sedang memeluk aku yang dengan penuh nafsu menggeseki area kewanitaanya. Ini seperti mimpi saja.

Ibu terus menyiram badan kami hingga kembennya melorot, aku yang melihat kemben ibu melorot membuka dengan paksa dan melempar kemben ibu ke ember cucian baju. Ibu tampak kaget namun ia tak melarang bahkan tertawa sedikit.

Kini kedua buah dada ibu yang besar bergoyang goyang di hadapanku secara langsung.

Kami berdua sudah tanpa sehelai kain di badan kami. Kulit putih mulus ibu menempel di kulit coklat ku, dada ibu dengan indahnya bergoyang goyang naik turun di hadapanku seirama dengan genjotan ku dibawah.

Aku meraba raba tubuh telanjang ibu untuk pertama kalinya dengan nafsu menggebu-gebu. Kulit ibu sangat halus bagai sutra. Walau hampir 40 tahun tubuh ibu masih sangat seksi dan putih, lebih ramping dari ibunya yudi menurutku. Tapi tidak terlihat kurus, sangat pas.

“Shh-sayang kamu mau mandi apa gimana sih?..” tanya ibu saat ku perhatikan tubuhnya

Kuberanikan diri memuji tubuh ibu.

“Tubuh ibu seksi banget bu..” ucap ku

Ibu tampak malu ku puji seperti itu.

“Ah yang bener..kendor gak sayang ininya?..” tanya ibu sambil memegang kedua buah dadanya pada bagian bawah

“Ahh nggak bu, masih ‘mengkel’ banget, masih muat satu liter susu ini mah hehe..” canda ku

“Satu liter? Sok tahu kamu, dulu waktu kamu bayi hampir tiap jam nyusu tau...mana mungkin cuma satu liter..”

Aku menelan ludah saat ibu terus menggerakkan buah dadanya naik turun tepat di hadapan ku. Ibu lebih tinggi dari ku sehingga buah dadanya tepat di hadapanku, di bantu dengan posisi aku yang agak menekuk kaki ku kedepan agar penis ku pas di jepitan paha ibu.

Kini aku meminta izin dari ibu untuk menghisap pentil ibu yang sudah mengeras itu.

“Duh ibu, pentilnya ngaceng tuh hehe..”

“Hihi, gara gara kamu ini..” jawab ibu dengan suara manisnya

“Boleh aku hisap bu?..” pintu ku sambio menatap

“Dedek rafi mau nenen ya pagi pagi..hahaha..” ledek ibu

“Iya bu..”

Ku kecup sekali puting susu ibu dan ibu langsung menggeliat. Ku kecup lagi sekali dan ku diamkan mulut ku di puting ibu agak lama sambil ku sedot sedot seperti yang aku lakukan terakhir 16 tahun lalu ketika aku masih kecil. Kini puting ibu dan mulutku akhirnya bertemu kembali setelah sekian lama.

Saat ku sedot susunya, ibu menatap ku dalam dalam sambil mengelus rambutku. Aku pun melepas mulut ku dan mencium pipi ibu sebagai tanda rasa sayang ku. Aku benar benar jatuh cinta pada ibuku, aku tak sabar untuk bercinta dengan ibu hari ini.

“Udah kenyang?..” tanya ibu sambil tersenyum

“Belum bu..”

“Maaf ibu udah ga bisa kasih kamu susu lagi sayang..”

“Nggg..aku bisa bu, aku bisa buat ibu hamil lagi...”

“Bukan itu maksudnya sayang...”

“Kalau gitu pakai kondom bu?..”

Ibu mendorong badan ku hingga penis ku tercabut dari jepitan pahanya. Sambil memegangi bahu ku ibu mulai bercerita alasannya.

“Jadi...setelah kamu lahir, ibu di diagnosa udah ga bisa hamil lagi sama dokter..-

Bahkan dokter juga bilang berpengaruh ke produksi air susu ibu..”

Aku terkejut mendengar pernyataan dari ibu, kenapa ibu baru cerita sekarang?

“Jadi...aku dulu..”

“Iya sayang, maafin ibu..” wajah ibu mulai terlihat sedih

“Jangan bilang aku ga pernah minum air susu ibu!..”

“M-maaf sayang, tapi itu kenyataannya..hiks..hikss..”

“I-ibu...jangan sedih bu..”

“Ibu merasa bersalah ga bisa kasih kamu asi sayang..hikss..”

“Yang penting aku sekarang udah gede bu, aku sehat..”

“T-tapi kamu besar bukan karena susu ibu, tapi air susu dari wanita lain..-

Bapak mu dulu diam diam menghamili wanita lain dari desa sebelah semata-mata biar kamu bisa dapat asi sayang, ibu juga terpaksa setuju ide bapak mu itu...jadi setelah 5 bulan kamu mulai dapat asi..” jelas ibu

Aku sangat terkejut mendengar cerita ibu, selama ini aku tumbuh tidak dengan nutrisi langsung dari ibu??

Penis ku yang sedari tadi ngaceng jadi melemas saking kagetnya mendengar cerita ibu.

Aku terharu mendengar ibu rela mengizinkan bapak melakukan skandal dengan wanita lain demi memberiku akses pada asi.

“Jadi itu alasannya ibu ngga mau nikah lagi?..” tanya ku

“Iya betul, ibu udah ga bisa kasih keturunan lagi.., selain larangan dari kakakmu juga..”

“Berarti....”

“Iya sayang, ibu pikir ngga masalah.., toh kamu sudah 18 tahun..”

“Jadi ini alasannya ibu selama ini goda aku..”

“Iya sayang, ibu juga punya kebutuhan biologis... dan cuma kamu yang ibu mau..”

Penis ku langsung mengeras mendengar pernyataan ibu. Sudah sah sekarang, ibu mengizinkan aku menyetubuhinya!

Langsung saja ku kecup bibir ibu sambil memeluknya erat erat. Ku raba raba bongkahan pantat ibu yang besar itu dengan gemas, tapi gemas karena sayang.

“Auhh s-sayangg...mmhmmmm..pelan pelan sayang..”

Aku tak menggubris dan terus mencipoki ibu dengan ganas, kami bertukar air ludah sambil sesekali aku sedot lidah ibu.

“Slruuupps..slurrrpp..mhmhmm..”

“Ngghh..sayang, kita selesain mandinya dulu..”

Aku melepas bibirku hingga berbunyi keras.

“Iya bu, aku juga udah kedinginan disini..”

Setelah itu kami pun mandi bersama sambil tubuh kami tetap menempel, hanya saat kami saling menyabuni tubuh aku lepas dari tubuh ibu. Setelahnya aku menempel lagi entah dari depan atau belakang. Tentunya dengan penis dijepit paha ibu.

“S-sshh-sayang, udah udah...mandinya udah selesai..” ucap ibu pada ku yang sedang menggenjotnya dari belakang sambil meremas kedua buah dadanya

“Ahh nanggung bu, dari tadi aku belum nge-crot..engghh enghh ohhhh..”

“Yaudah ibu bantu ya..”

Ibu pun bicara kotor pada ku untuk menstimulasi fantasi kotor ku.

“Ahh ahh iya sayangg..teruss..ohh ohh, entot ibu kuat kuat sayang..”

“Enak gak sayang, ngentot ibu kandung mu sendiri?..”

“Ayo rafi sayang anak pintar...keluarin semua peju mu buat ibu sayang..keluarin aja semua yang baaanyak buat ibu, ayo ayo...ahnnn anak ibu pintar..”

*PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK* Suara pantat ibu beradu dengan selangkangan ku

“Ayo sayang dikit lagi keluar.. ahhhnnn, sayang..keluarin ouhhhh..”

*CROOOTTTTTTT CROTT CROTT CROTTT*

“AHHHHH BUU AKU SAMPE BUU..ENGGHH AH AH AH AH AHH AHH ENGHHH..”

*CROOOTTTTTTT CROTT CROTT CROTTT*

“Ahhh iyahhh anakku sayang keluarnya banyak banget...tuh ember jadi kotor kena peju kamu..”

“Huuuhh...makasih ibu sayangku, muach..”

“Udah lepas kontol kamu dari paha ibu, terus handukan..”

“Iya bu..”

Baru dijepit pahanya saja aku sudah keluar banyak sekali, bagaimana nanti saat ku masuk ke liang vaginanya?

Aku dan ibu lalu keluar dengan perasaan puas, aku puas sudah bercinta tanpa penetrasi tadi dan ibu puas sudah meluapkan isi hatinya padaku.

Walau aku harus menerima kenyataan ibu sudah tidak bisa hamil lagi dan aku tak pernah minum susu dari ibu, setidaknya aku aman untuk bersetubuh dengan ibu nanti tanpa takut hamil.

Saat ku kira ibu akan mengajakku ke kamarnya, ibu malah menarik tangan ku ke ruang tamu.

“Ehh bu? Kok kesini..” tanya ku heran

“Udah ikut aja kata ibu ya..”

“T-tapi bu, enakan di kamar kan..”

“Kita ngentot disini sayang, di sofa ini dulu ibu sama bapak selalu main disini..”

“Ohh....”

“Yuk sayang, ibu udah ga sabar ngerasain kontol perjaka anak ibu..”

Aku pun disuruh duduk di sofa,tak lupa melepas handukku terlebih dahulu. Lalu ibu juga melepas handuknya.

Aku melirik sebentar ke arah jam, rupanya sudah pukul 8:30 pagi. Pantas suasananya makin panas saja.

Kini pantat besar ibu sudah berada tepat di hadapanku, menunggu untuk ku genjot.

Ibu menurunkan pantatnya hingga ujung kepala penis ku menempel pada vagina ibu. Posisi ibu membelakangi ku yang sedang duduk di sofa.

“Udah siap sayang?..” tanya ibu dengan seksinya

“Siap bu, ayo buruan rafi udah ga sabar mau ngentot ibu dari tadi pagi..”

“Ahh anak ibu nakal juga rupanya..hihihi, sehabis ini jaga rahasia kita ya.. pasti nanti ibu kasih kamu jatah ngentot tiap hari..”

“Iya iya bu mana mungkin aku cerita udah ngentot ibu sendiri sama temen, bisa minta juga mereka waduh...”

“Hihihi, ajak aja gapapa...”

“Ah nggak ah, aku nggak rela ibu main sama temen temen aku...apalagi si yudi itu ihh..”

“Hihihi..., yaudah ibu masukin yah..mmhhmm..”

Kepala penis ku pun masuk ditelan vagina ibu.

“Ahh bu enak banget bu..”

“Ohh ibu juga sayangku.., sekarang giliran kamu ayo masukin semua kontol kamu ke vagina ibu..”

“Ahh iya bu, tolong terima kontol anakmu ini buu...engggghhhhhhhh....Ooohhhhhhhhhhhsss..”

Dengan sekuat tenaga aku dorong terus keatas kontol ku agar masuk semuanya di liang vagina ibu.

*BLESSSS* Dengan bantuan pantat ibu yang ku dorong kebawah, Kontol ku akhirnya serta merta masuk semua ke dalam vagina ibu.

“Oghhhhh...buu..masuk bu..enghhh..”

“Emmmhhhh penuh banget memek ibu sama kontol kamu sayangghh..emmhhh ahh..”

“Nah iya bu, bilangnya memek aja..”

“Iya iya...ayo sayang entot memek ibu kandung mu..”

Mendengar ibu bicara seperti itu aku langsung tancap gas mengentoti ibu dengan ganas.

Nikmatnya surga dunia, jepitan memek ibu terasa sangat enak meremas remas dan menghisap hisap kontol ku di dalam. Walau kemarin ibu melarangku untuk bercinta, kini ibu akhirnya mengizinkan ku anak lelakinya untuk mengentoti tubuhnya yang indah.

Surga sepertinya bukan di kaki ibu, tapi di kemaluan ibu.

“Ahhh iya sayang..emmhh entot ibu keras keras...ohh..”

“Ohh iya bu...rafi entotin yang kuat ya..”

*PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK*

“Nngghh nghh nghh nghh ngghh aaaaahhh iyaaaa begitu sayang...emmhhhmmm ahhh..”

“Ahh memek ibu paling enak...memek ibu sendiri paling enak yessshhh...ayo bu goyang terus pantat ibu..”

*PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK*

“Ahhhh ngentott kamu rafii....anak mana lagii yang ngentotin ibunya sendiri raffiii...ohhh terusss...”

“Aku buu...aku anak yang entotin ibunya sendiri..***ra gara ibu juga suka pakai baju seksi...aku jadi sange terus sama ibu...engghhh yaahhh terus bu goyang yang kencengg...mhmhmm”

“Ibu sengaja s-sayang...ibu dari dulu sering pakai tank top bukan karena gerah.., ibu pengen kamu sange sama ibu...ohhh akhirnya aku ngentot lagiii gustiii...ohh..”

“Berarti dari aku SMP ibu udah godain aku?..” tanya ku sambil terus mengebor liang senggama ibu

“Ahh ahh ahh..i-iya sayang, tapinya kamu dulu ga peka sih...baru deh pas SMA kelas dua kamu mulai ngintip ngintip ibu kan?..”

“I-iya bu..”

Tak ku sangka sudah lama ibu ingin bercinta dengan ku, entah kenapa baru belakangan ini aku mulai bergerak. Padahal seharusnya sedari smp dulu aku sudah bisa menikmati memek ibu.

Sambil meremas kedua buah dadanya, aku genjot ibu dengan kencang dan keras. Sesekali aku juga mencupang punggung putih mulus ibu yang berkeringat.

Aku juga sempat mencoba gaya doggy style namun ibu tak betah karena di sofa sempit dan takut jatuh. Kami pun lanjut ngentot dengan cara awal namun aku minta ibu untuk menghadapku agar aku bisa sambil menikmati buah dadanya. Ibu tak keberatan dan melakukannya.

Di posisi ini aku merasa makin menyatu dengan tubuh ibu, bagaimana tidak? Kontolku berada di dalam mengobok-obok memek ibu, sementara itu tubuh ku menempel dirangkul ibu dan sebelah tangan ku memegang buah dada yang sedang ku kenyot sebelahnya lagi meremas pantat ibu.

Makin lama cuaca makin panas, keringat kami mulai banjir dan bersatu menciptakan bau aroma khas orang ngentot.

Gerakkan ku kini sudah sangat cepat mengebor memek ibu, suara tubuh kami yang beradu memenuhi ruang tamu rumah bu widya ini.

Aku tak tahan lagi, sepertinya aku akan segera ejakulasi.

“Ahh ahh ahh ah ahh ahh ahh bu..akhhh-ahh.. a-aku mau keluar buu...ahh aghh aghhh..emmnngghh..”

“Ohhh iya s-sayang ibu juga udah mau sampee...mmmhhmmm aaaahhhh..”

*PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK*

*PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK*

Suara persetubuhan ibu dengan ku makin keras menjelang puncaknya.

“Ohh ohh ibuu...aku ga tahan buhh..emhh emhh enak banget ngentotin ibuu..ohh..”

“AHGHHHH BUU AKU KELUARR Buuuuuu!..”

*PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK*

*PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK*

*PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK*

“AHhhh Ibu juga keluarr sayanggg...ENGGGHH!..”

“TERIMA PEJU RAFI IBU KU SAYANGG..EMMHHHMHMMMM SLUUURRPP..”

“AHH IYA SAYANGKU SIRAM RAHIM IBU SAMA PEJU HANGAT KAMUUU.....AHHHsshhhh..”

*CROOOOOOOOOOTTTTT CROTT CROT CROT CROT CROOOOTTTT CROOT CROT CROT CROTTT*

Sambil tubuh kami menempel erat, mulutku menyedot kencang, pelukanku juga erat. Aku menyemburkan begitu banyak sperma di dalam vagina ibu. Ibu juga kurasakan ikut orgasme berbarengan dengan keluarnya sperma ku di dalam.

Penis ku berkedut kedut memuntahkan jutaan calon anak yang untungnya tak bisa ibu terima jadi bayi. Sehingga aku tak khawatir untuk keluar di dalam.

Setelah gelombang orgasme berakhir, ibu ambruk ke samping sofa lepas dari penis ku yang melemas. Kami berdua ngos ngosan setelah bersetubuhan perdana kami. Saat ku tengok, ibu terlihat sangat berantakan dengan keringat bercucuran begitu banyak dan rambut yang acak acakan. Dari vagina ibu juga masih mengalir keluar peju ku yang sangat banyak tumpah ke sofa.

“Ahh..haaahhh hahhh...rafi...” panggil ibu

“Iya bu? Huuhh haahhh..”

“Makasih ya..”

“Hmmh? Iya bu, rafi seneng bisa ngentotin ibu..”

“Nanti malam lagi ya, tunggu kakakmu pulas ibu tunggu di kamar ibu ya..”

“Siap bu, makin sayang aja deh sama ibu..”

“Sini sayang peluk ibu...mhmmmm..”

Aku pun berpelukan menyamping dengan ibu. Lalu aku iseng iseng memainkan buah dada ibu.

“Kamu belum puas sayang?..” tanya ibu

“Ngg-ngga bu udah puas hehe..”

“Bu, ini susu ibu gede banget ya padahal nggak ada isinya..”

“Faktor keturunan mungkin sayang, hehe..” jawab ibu

“Oh iya bu, dulu yang ngasih aku ASI siapa namanya?..” tanya ku penasaran

“Kamu penasaran?..”

“Iya bu, mungkin aku bisa minta lagi hahaha..” candaku

“Hahaha jangan lah, mau ngenyot nenen sama ibu aja jangan yang lain..”

“Hehe siap bu, punya ibu juara deh pokoknya.., Jadi namanya siapa bu?..”

“Namanya Bu Kartika..” jawab ibu

“Bu Kartika?..”

“Iya Bu Kartika, emangnya kamu kenal?..”

“Ummm kayaknya ngga...”

Tiba tiba terdengar suara motor berhenti di depan rumah, sepertinya itu kakak sudah pulang.

“Duh kakakmu itu, ayo ayo ke kamar pakai baju..” suruh ibu

Aku pun lari ngibrit ke kamar ku sampai sampai aku lupa membersihkan bekas persetubuhan kami di sofa tadi.

Semoga kakak tidak melihat tumpahan peju ku.






Bersambung....

By: Asuka_Langley

Lanjut ke page 69 part 8
 
Terakhir diubah:
Akhirnya rafi main juga ma ibunya ... apakah ibunya juga main sama tmn²nya rafi?
 
Keren broo hahaha.
Ini yg di tunggu".😁
Cuma penasaran aja, kira" bu widya bisa berhenti dari yudi dan lanjut terus sama rafi atau engga.😂
Penasaran jg bu widya lebih suka kn rafi atau yudi haha
 
@Asuka_Langley Ada 2 karakter baru, jadi tidak menarik jika cerita mengarah ke mama yang jadi super binal mudah sekali digoda siapa saja. apalagi yudi bergerak ke arah antagonis jadinya pasaran ceritanya,
mending fokus ke 4 karakter utama contoh rafi dan kakaknya, atau sambung sekalian ke cerita sebelah rafi dan bu kartika.
cerita yang banyak misteri begini sebaiknya ditutup dengan epilog dengan POV mamanya yang menceritakan semuanya
 
@Asuka_Langley Ada 2 karakter baru, jadi tidak menarik jika cerita mengarah ke mama yang jadi super binal mudah sekali digoda siapa saja. apalagi yudi bergerak ke arah antagonis jadinya pasaran ceritanya,
mending fokus ke 4 karakter utama contoh rafi dan kakaknya, atau sambung sekalian ke cerita sebelah rafi dan bu kartika.
cerita yang banyak misteri begini sebaiknya ditutup dengan epilog dengan POV mamanya yang menceritakan semuanya
Siap hu thank u masukannya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd