Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Mantab suhu lancroetkan terus

Mau kasih saran hu, adain dong scene gangbang aling nya, terus pada buang pejunya dimulut aling biar si aling makin birahi nelen peju pribumi

Semangat terus suhu
 
Bimabet
22 - Kejutan Tengah Malam


MEKWJKK_t.jpg

Fitri

MEKWJBM_t.jpg

Ci Velin

MEKWJBO_t.jpg

Mama

MEKQMRM_t.jpg

Om Zul

MEKRNCB_t.jpg

Bang Ardi

POV : Edisen

Malam ini kami sudah bisa tidur dengan nyenyak di rumah. Pintu rumah sudah selasai diperbaiki oleh Bang Ardi dan Om Zul selama dua hari. Akupun bisa meninggalkan rumah tanpa beban karena malam minggu ini aku berencana untuk ngapel ke rumah Fitri pacarku.

Alasan kenapa aku mau pacaran dengannya karena dipicu oleh rasa penasaran gimana rasanya pacaran dengan cewek pribumi. Apalagi keseharian Fitri yang memakai jilbab menambah rasa penasaranku terhadapnya.

Aku sebenaranya bukan cowo yang percaya diri mendekati cewe, tapi karena Fitri yang lebih aktif mengajak aku ngobrol sampai berterus terang ingin menjalin hubungan pacaran denganku maka akupun menerimanya menjadi pacarku. Tidak tahu kenapa Fitri begitu sayang padaku. Kata Fitri dia suka tipikal cowo chinese sepertiku.

Walaupun Fitri bukan orang Tionghoa seperti aku, tapi semakin lama dipandang Fitri itu orangnya ternyata cantik khas cewek Indo. Hubunganku dengan Fitri memang belum mendapat persetujuan dari Papanya. Alasannya karena banyak perbedaan diantara kami. Mulai dari perbedaan suku sampai keyakinan. Dari pihak aku mungkin Papaku juga bakalan tidak akan setuju. Kalau Mama kemungkinan besar pasti setuju saja karena Mama sendiri sering berhubungan dengan lelaki pribumi sampai naik ke ranjang.

Aku mengajak Fitri untuk keliling-keliling dengan sepeda motorku. Malam ini Fitri mengenakan kaos oblong lengan pendek dan celana jeans. Seperti kesehariannya dia mengenakan jilbab berwarna biru muda. Selama perjalanan Fitri memelukku dengan erat layaknya orang sedang berpacaran. Payudaranya yang masih tertutup baju terasa menempel di punggungku. Sebagai cowo normal aku merasa nafsuku mulai bangkit. Kontolku lambat laun berdiri di balik celanaku.

Puas berkeliling kuajak dia mampir ke rumahku. Sesampai di rumah Fitri sempat bertemu dengan ci Velin lalu ngobrol tentang pelajaran sekolah. Kami duduk ngobrol berdua di ruang tamu. Tidak berapa lama, Mama keluar dengan baju tidurnya yang seksi melihat kami sambil tersenyum. Dari senyumannya aku yakin dia oke-oke saja menerima hubunganku dengan Fitri.

Ci Velin dan Mama sepertinya paham kalau orang lagi pacaran tidak boleh diganggu. Mereka tidak lagi menampakkan diri sehingga suasana malam itu hanya tinggal aku dan Fitri di ruang tamu. Fitri lebih aktif berbicara sedangkan aku lebih pasif mendengar saja. Akhirnya Fitri kehabisan topik pembicaraan sehingga suasana menjadi canggung dan agak tegang.

Kuberanikan diri untuk mendekati Fitri lalu mencium bibirnya. Dia hanya menutup mata pasrah menerima ciumanku mendarat di bibirnya. Nafsuku semakin meningkat, maka kuberanikan diri menjamah payudaranya yang masih tertutup baju itu. Baru saja kuremas sekali, tanganku ditepis olehnya.

"Jangan Sennn..." kata Fitri.

"Kenapa Fitt...?! tanyaku.

" Aku takut Senn..." katanya.

"Takut apa Fit...emangnya ada yang salah sampe kamu takut...?! kataku

"Iya Sen... ini gak boleh dilakuin Sen..." katanya.

"Ngak apa-apa kan asal sama-sama suka..." kataku

"Menurut ajaran ini perbuatan zina Sen..***k boleee pokoknya..." tegas Fitri

"Kalau Fitri sayang sama aku ini bukan zina Fitt...." kataku

"Kata Papa kalau belum nikah belum boleh Senn..." katanya.

"Papa mu kan gak tahu Fit... udah deh pokoknya sebentar saja Fitt...." kataku. Aku sudah males berdebat dengannya. Nafsuku sudah semakin bergejolak ingin menyetubuhi Fitri. Kudorong Fitri sampai terbaring di sofa lalu kuremas kuat payudara Fitri yang masih tertutup baju sambil memberikan ciuman.

"Jangannnn Sennn... Fitri gakkk mauu Sennn...." kata Fitri.

"Ayo donggg... sebentar aja Fitttt...." kataku sembil mencium pipi sampai turun ke lehernya. Jilbabnya sedikit terurai akibat kucumbu.

"Hentikannnn Sennn...hiksss...hikkksss....tolongggg...." Fitri mulai menangis. Mendengar tangisannya akupun berhenti.

"Tolonggg Sennn....jangan lakukan inii... hikss...hikssss...." kata Fitri. Tangisannya menghancurkan niatku untuk menyetubuhinya. Nafsuku telah menjadi rasa kasihan setelah mendengar isak tangisnya. Kupalingkan pandanganku darinya karena perasaan bersalah atas apa yang telah kulakukan padanya.

Kukurung kembali niatku lalu menarik tangannya untuk kembali dalam posisi duduk. Lalu Fitri memelukku kuat-kuat sambil menangis. Betapa jahatnya aku ini sampai tega mau memperkosa gadis baik-baik seperti Fitri ini.

"Maafin Fitri ya Sennn...aku belum sanggup melakukan ini....tapi aku sayang sama Edisen...hiksss...hiksss...." perkataan Fitri ini membuatku sadar kalau Fitri adalah seorang gadis yang sangat baik. Aku hanya terdiam tanpa bisa bilang apa-apa padanya.

"Sennn...aku udah mau pulang... kalau kemalaman nanti Papa aku bisa marah..." kata Fitri, lalu kuantar dia pulang dengan selamat. Selama dalam perjalanan dia tetap memelukkan sebagai bukti dia masih sayang padaku. Setelah sampai di rumahnya aku minta maaf padanya dan dibalas dengan sebuah anggukan sambil tersenyum manis.

Aku tiba di rumah sekitar pukul 11 malam. Buatku masih terlalu awal untuk tidur di kamar. Akupun duduk di meja makan untuk bermain game online favoritku. Kulihat banyak teman tim aku masih berstatus online lalu aku diundang untuk bergabung dalam pertandingan mengejar peringkat. Aku bermain dua babak bersama teman2 sampai tidak terasa waktu sudah tengah malam.

Tiba-tiba ada suara seseorang membuka pintu rumah. Mungkinkah itu Papa yang baru pulang tengah malam begini. Rasanya tidak mungkin, karena Papa belum punya kunci pintu rumah yang baru ini. Kalau begitu siapa yang buka pintu? Aku bersembunyi sambil memperhatikan siapa yang masuk ke rumah karena sejujurnya aku takut.

Ternyata yang masuk itu adalah Om Zul dan Bang Ardi. Ngapain mereka tengah malam masuk rumah kami?! Mereka jalan mengendap-endap menuju kamar Mama lalu masuk ke dalamnya. Secepatnya aku keluar dari pintu belakang untuk mengintip dari jendela kamar Mama yang letaknya di samping rumah.

Suasana kamar Mama hanya diterangi lampu tidur berwarna kuning. Mama sedang tidur dalam posisi sedikit miring dengan pakaian nightgown hitam satu tali yang longgar tanpa beha. Kelihatan kedua bukit kembar Mama saling menempel seperti ingin keluar dari baju tidurnya.

Bang Ardi: "Waduh bang... ini amoy betul-betul mengiurkan...liat saja kontol udah tegang bangg..."

Om Zul : "Pokoknya malam ini kita garap habis-habisan ini amoy...hehehe..."

Om Zul dan Bang Ardi menanggalkan seluruh pakaiannya sampai kontol mereka yang panjang itu menyembul keluar. Kedua kontol mereka sudah tegak mengarah ke atas. Kini Mama yang masih tertidur, berada di antara dua lelaki pribumi yang siap untuk menyetubuhinya. Mereka naik keatas ranjang lalu berbaring dia kiri kanan Mama sambil tersenyum mesum dengan lidah sedikit terjulur.

Mama tiba-tiba berganti posisi tidur menjadi terlentang. Mata bang Zul memberikan kode kepada bang Ardi untuk sama-sama mulai mengerjai tubuh Mama.

Bang Ardi pun mulai mencium bibir mama sambil tangannya menyusup masuk ke dalam baju tidurnya. Buah dada mama dielus-elus lembut sambil jarinya memainkan putingnya.

"Cuuuppp...cuuuppp...hmmmm.....cuuupppp...." Bang Ardi mencium bibir Mama dengan lembut sambil sesekali dijilat.

"Hmmm...hmmmm...ummm...cuuupppp...." tanpa sadar Mama melenguh lalu merespon dengan ciuman juga.

Om Zul mengelus-elus paha Mama yang mulus itu dengan gerakan naik turun. Sesekali tangannya menyusup sambil mengelus selangkangan Mama yang masih tertutup celana dalam. Tubuh Mama memberi respon. Mama melebarkan selangkangannya seakan memeknya ingin dielus oleh Om Zul.

"Banggg...teteknya mengeras ini..." kata Bang Ardi

"Udah sange ini amoy... memeknya belum ku colek aja kolornya udah basah Dii...." kata Om Zul. Obrolan mereka ternyata membuat Mama sadar lalu terbangun.

"Eeeehhhh....hmmmm...siaaapppaaa kaliann....hhmmmm.....?!! Mama terkejut ingin bangun dari ranjang menyadari tubuhnya sedang dijamah dua lelaki sambil mulutnya masih di cium Bang Ardi sehingga tidak bisa bangun.

"Hmmmmm....hentttiikannn....siaapa kaliannn...kenapa kalian bisa di kamarkuu...hhhmmm...? kata Mama sambil mengelak dari ciuman Bang Ardi.

"Cici gak perlu tahu siapa kamii...nikmati aja nanti juga enak cii...hmmmm...cuuuppp...." kata Bang Ardi terus mencium Mama.

"Gakkk gak maaauuu.....hhmm....awass kaliann..." kata Mama memberontak mau mendorong bang Ardi tapi gak kuat menahan serangannya.

"TOLONGGGGG.....HENTIKANNNN.....TOLONGGGG....!!! Mama menjerit

"Diii..lu sumpal mulutnya pake sempak lu...cepattt..!!! kata Om Zul lalu mulut Mama di masukkan sempak Bang Ardi sampai gak bisa bersuara.

"Hmmmm....hhhhhmmmm......mmmmm.....mmmm....."

Bang Zul menarik celana dalam Mama sampai lepas lalu jarinya memainkan paksa memek Mama.

"Kolornya sudah kulepas...cepat lepasin bajunya...biar kita langsung entot aja biar diam ini Amoy... memeknya udah basah juga...." kata Om Zul. Sewaktu Bang Ardi melepaskan baju Mama, tangan Mama terlepas lalu melepaskan sumpalan dari mulutnya.

"BANGSATTT KALIANNNN.....BANGG ZULLLL.... KENAPA ABANGGG DI SINI...?!! LEPASIN AKU....!!!! Dalam keadaan telanjang Mama menjeritt sambil meronta-ronta.

"Udah Di...lepasin dia...." perintah Bang Zul lalu Bang Ardi pun berhenti membiarkan Mama bergeser menjauhi mereka sampai ke sandaran ranjang. Mama menutup payudaranya dengan kedua tangannya.

"PERGI KALIANNN....!!! PERGI...!!! jerit Mama. Om Zul turun dari ranjang untuk mengambil HP nya lalu menunjukkan sebuah foto kepada Mama. Ternyata itu foto telanjang ci Velin yang diambil setelah mereka menyetubuhinya.

"Dari Mama kalian dapat foto Velin...?! Cepat hapusss!!!! kata Mama

"Rencananya kami mau kirim ke ko Afuk suami cici itu...kalau ngak akan kami sebar terutama orang-orang kampung sini...biar si Velin diperkosa rame-rame sama preman-preman kamping sini...hahahahahaha...."ancam Om Zul

"Tolong jangan lakukan itu.... tolong Banggg....!!!!" kata Mama memohon.

"Baik kalau begitu asal cici ikuti maunya kami...." kata Om Zul

"Kalian mau apa rupanya...?" tanya Mama

"Hahahahahaha... cici ini bodoh atau pura-pura bodoh... ya sudah jelas kami mau tubuh cici ini.... kenalin ini kawan abang namanya Ardi, dia pengen entot memek lu cii....lu lihat ini kontol kita ini sudah siap buat entot memek cina lu ciiikk...jadi cici jangan melawan apalagi jerit-jerit....nanti kami bikin cici keenakan ....hehehehehe..." kata om Zul

Tiba-tiba kedengaran suara pintu kamar mandi yang tertutup diikuti siraman air. Sudah pasti itu ci Velin yang lagi kencing di kamar mandi. Secepatnya aku menyusul ke dalam menunggu di depan pintu kamar mandi supaya dia tidak terkejut kalau ada orang masuk ke rumah. Biasanya kalau ci Velin terkejut dia akan teriak bisa bikin kacau suasana.

Begitu dia keluar dari kamar mandi, cepat-cepat ku tutup mulutnya supaya ngak teriak.

"Shhhh...", " Ci ini aku... bicara pelan-pelan saja....." kataku dengan suara yang pelan agar tidak kedengaran orang-orang dalam kamar Mama.

"Sennn... ngapain lu malam-malam di sini ?! kata ci Velin dengan suara pelan.

"Ci...lu jangan terkejut ya... Mama lagi ngentot sama dua lelaki pribumi... aku mau ajak lu liatin mereka tapi lu jangan bersuara ya..." kataku lalu ci Velin mengikuti ku ke posisi semula.

"Astagaaa Mama....!!!" kata ci Velin sambil menutup mulutnya karena terkejut.

Saat itu Mama sedang digenjot oleh Bang Ardi dengan kecepatan tinggi. Sedangkan Om Zul menyodorkan kontolnya ke mulut Mama. Tangannya menahan kepala Mama sambil pinggang maju mundur agar kontolnya keluar masuk mulut Mama.

"Hmmmm...mmmm...hmmmm...."

"Enakk memek nya banggg... kata Bang Ardi.

"Hahahahaha...genjot sampe lu puas Diii..." kata Om Zul

"HMMMMM.....AAAAAAAHHHHHH......AAAAAAHHHHHHH......!!!!

"Muncrat ini amoy banggg...hehehe..." kata Om Ardi

"Udah keluar ya Ciii...?! tanya Om Zul lalu direspon Mama dengan anggukan pertanda Mama sudah keluar.

"Ciii... lu udah keluar tapi abang belum keluar jadi kontol abang belum puas..." kata Bang Ardi kembali memasukkan kontolnya ke memek Mama.

"Iya banggg....Aaaaahhh...aaaahhh...hhhmmm..."

Sekarang Mama naik ke atas tubuh bang Ardi lalu mengarahkan memeknya hingga kontol pribumi itu tercelup kedalam kemaluannya. Tanpa diperintah lagi, Mama berinisiatif mengoyang tubuhnya seperti menunggang kuda.

Tangan Bang Ardi meremas payudara Mama dengan kuat. Tangan Mama memegang lengan bang Ardi yang sedang meremas payudaranya. Sedangkan Om Zul berdiri disamping Mama lalu memasukkan kontolnya ke mulut Mama.

.......

"Sennn... Mama binal bangat...." kata ci Velin

"Iya Cii... makanya jangan diganggu ci... biarin Mama menikmati semua itu..." kataku

"Lu sering liat mama begituan..? tanya ci Velin

"Sering juga ci...Mama memang binal ci...." kataku.

Ci Velin menyaksikan aksi Mama bersama dua lelaki pribumi itu tanpa bisa berkata-kata lagi. Tidak tahu ci Velin sadar atau ngak, tangannya meremas payudaranya sendiri.


"Bangg...boleh aku tembak dalam bangg...?!" kata Bang Ardi

Mendengar perkataan bang Ardi, Mama ingin berkomentar tetapi mulutnya masi disumpal dengan kontol om Zul.

"Tenang lu ci... lu urus dulu kontol abang ini... jangan berhenti sampe abang suruh..." kata Om Zul

"Dii...emang siap kalo ini amoy jadi bunting gara-gara situ...? kata Om Zul ke Bang Ardi

"Gak siap banggg...kalo ngentot ini amoy kapan aja siap...heheheh..." kata Bang Ardi.

"Tembak luar aja Di...nanti repot kalau Pak Imron si ketua sampe tahu..." kata Om Zul

"Siaaapp Banggg.......Arrrrhhhhh....anjingggg....terima peji abang Ciiikkk...." Bang Ardi lepaskan kontolnya lalu menyemburkan keluar spermanya. Gila banyak benar sperma bang Ardi sampe perut Mama belepotan.

"Kalau situ dah puas entot itu memek, cepat bersihin peju lu.... bentar lagi gantian kontol aku nancap di memek itu amoy..." perintah Om Zul lalu diikuti bang Ardi

.........

"Sennn... balik kamar yukk..." kata Ci Velin

"Mama belum selesai tuh... masa udah mau balik...?! kataku

"Iyah Sen...ikut cici ke kamar yuk...udah gak tahan nihh..." ajak ci Velin lalu ku ikuti ke kamarnya.

Sesampai di kamarnya aku duduk di ranjangnya. Ci Velin menutup pintu kamarnya lalu berdiri di hadapanku sambil melepaskan baju tidurnya yang seksi. Ci Velin juga tidak memakai bra kalau tidur seperti Mama. Celananya juga diturunkan sendiri sampai benar-benar bugil tanpa merasa malu.

"Buka baju lu Sen...cepetan..." kata Ci Velin dengan tidak sabaran. Nafasnya udah tidak stabil karena terbawa nafsu.

Akupun berdiri lalu melepaskan kaos oblongku. Sebelum kaos oblongku lepas dari kepalaku, celanaku dipeloroti oleh ci Velin sampai kontolku yang sudah tegang keluar.

Kedua tangan ci Velin mendorong pundakku, mengarahkan ku untuk duduk kembali ke ranjangnya lalu dia naik ke atas pangkuanku lalu mengarahkan memeknya yang sudah basah ke kontolku.

Ohhhh...enak sekali kontolku melasak masuk ke dalam memek ci Velin.

Ci Velin mulai mengoyangkan pinggulnya sampai kurasakan kontolku keluar masuk memeknya. Kedua tangannya memeluk kepalaku dengan erat. Wajahku menempel diantara kedua buah dadanya yang kenyal. Tercium bau bedak ciciku yang harum.

"Aaaahhh...aaaahhh...aaaahhh..... " ci Velin mendesah.

Dalam pelukan ci Velin kurasakan betapa liarnya ciciku ini. Nafsunya mengebu-gebu seperti yang cewe yang haus kenikmatan. Jauh berbeda dengan pacarku Fitri yang menjaga dirinya dari nafsu birahi seperti yang dialami ciciku ini.

Aku tidak bisa menuntaskan nafsuku terhadap Fitri, tapi aku masi beruntung ada ci Velin yang bersedia menyerahkan tubuhnya buat adiknya.

Ci Velin mendorongku sampai aku terlentang di atas ranjangnya. Payudaranya dicondongkan kedepan sambil tangannya memegang kedua pahaku. Tanganku meremas kedua buah dadanya yang menonjol bikin gemas.

Melihat ci Velin yang sedang bergoyang diatasku, terlintas ingatan ku kepada Mama yang tadi mengoyang diatas tubuh Bang Ardi di kamarnya. Ci Velin dan Mama benar-benar mirip, layaknya bunda dan putrinya. Kebinalan ci Velin sudah mengimbangi Mama. Suara desahan ci Velin memang mirip suara desah Mama. Mama dan Ci Velin sama-sama memiliki nafsu yang besar sehingga butuh tempat pelampiasan. Ciciku dan Mamaku benar-benar wanita yang binal.


"Sennnn... kalau mau keluar bilang-bilangg yaaa....aaahhh...aaahhh....." kata ci Velin

"Iyaaa ciii...tar laggiii yaaa...." katakui

"Tapii jangannn cepat cepattt...aaahhh...aaaahhhh...." katanya

"Iyaaa belummm...tar laggi ci..."kataku

Berlahan-lahan kontolnya terasa ada sesuatu yang ingin keluar.

"Ciikkk...mau keluarr ciii.... " kataku.

"Iyaa sennn....aaahhh...aaaahhh....aaahhhh...cici jugaaa..." katanya

"Berhenti cii...aku mau keluarrr..." kataku lalu ci Velin menghentikan goyangnya lalu melepaskan kontolku. Ci Velin mengocok kontolku sampai spermaku keluar mengenai wajahnya.

"Ihhhh....jorokkk...wajahku kena Sennn...." kata ci Velin

"Sorry cii..abis enak sekalii kocokan cici..." kataku dengan perasaan lega setelah melepas spermaku.

"Dasarrr bandel adikku ini... ya udah, lu bobok dulu...aku mau cuci muka dulu di kamar mandi..." kata ci Velin lalu dalam keadaan telanjang dia keluar kamarnya untuk pergi ke kamar mandi.

Akhirnya nafsuku yang tertahan dari sejak Fitri mampir di rumah dapat kusalurkan kepada ciciku ini. Kututup mataku sambil menunggu ci Velin kembali ke kamar. Tanpa sadar aku menjadi ngantuk lalu ketiduran.

........

Pagi hari aku bangun dan melihat jam dinding sudah pukul 6 lebih. Tapi ci Velin tidak ada di kamarnya ini. Akupun keluar kamar memeriksa apa yang terjadi. Suasana dapur masih sepi, berarti Mama masih belum bangun. Kuberjalan menuju kamar Mama yang pintu kamarnya terbuka setengah.

Aku diam-diam masuk kedalamnya ternyata Mama dan ci Velin masih tidur di ranjang dalam keadaan telanjang. Sepertinya aku telah melewatkan sesuatu yang panas semalam. Ranjang mama begitu kacau balau sampai menyisakan noda-noda sperma beberapa ada masih belum kering. Puntung rokok dan aromanya pun masih tercium tetapi Om Zul dan Bang Ardi sudah tidak ada di sana.

Mama dan Ci Velin masih tertidur lelap, sepertinya mereka sangat kelelahan setelah pertempuran hebat semalam. Kutinggalkan saja mereka di sana lalu ke kamarku untuk kembali tidur.

Lagi enak tidur tiba-tiba ci Velin membangunkan aku.

"Sennn...cepat bangunn...!!!! panggil Ci Velin

"Apaan sih cii..***ngguin aja lu..." kataku

"Cepat lu mandi dan sarapan...tar lagi kita mau berangkat..." katanya

"Mau ke mana emangnya..? kataku

"Om Faiz mengajak kita olah raga sambil berenang setelah itu kita jalan-jalan ke kota... kalau lu gak mau ikut ya udah...lu sendiri di rumah..." katanya

"Ya udah aku ikut..." kataku dengan agak kesal karena masih terasa ngantuk.

"Ayo cepetan ya... nanti tante Vivi juga ikutan..lu kan tahu sendiri...tante vivi itu gak suka nunggu lama2... kalo mereka udah nyampe tapi lu belum siap-siap bisa kena ngomel sama tante lu..." katanya

"Iya...iyaaa.....bawel banget sihh lu ci.... eh tapi ngomong2 kenapa semalam lu gak balek ke kamar lu ci...?! tanyaku.

"Semalam sewaktu aq menuju ke kamar mandi mau cuci muka, rupanya di dalam ada om Ardi yang lagi telanjang pipis di kloset. Kutunggu di depan pintu kamar mandi sampai dia selesai. Setelah sampai giliran aq masuk ke kamar mandi, sewaktu pintu kututup rupanya bang Ardi menahan pintunya dari luar lalu memaksa untuk masuk ke dalam. Tenaga bang Ardi mendorong pintunya terlalu kuat. Aq gak bisa menahan dia untuk masuk ke kamar mandi.

Aq suruh Bang Ardi keluar tapi dia gak mau. Justru dia semakin melangkah mendekatiku sampai tubuhku nyandar di dinding. Tak sengaja aq lihat penisnya semakin panjang tegak ke atas, padahal tadi waktu dia pipis belum segede itu.

Dalam jarak yang dekat Bang Ardi tanya kenapa muka aq ada sperma, ya aq jawab jujur aja itu sperma lu Sen. Bang Ardi tertawa lalu mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu itu lalu mengusap wajah aq dengan lembut. Aq gak bisa melarikan diri hanya bisa pasrah terhadap perlakuannya. Kututup mata saat wajahku diusap olehnya. Tiba-tiba tangannya yang satu lagi menyusup ke dalam memekku. Lubang kemaluanku dicolek-colek sampai aku geli setengah mati. Aku gak bisa mengeluarkan tangan yang kuat bang Ardi dari kemaluanku. Jujur Sen... aq menikmati sensasi permainan jari bang Ardi di dalam lubang memek aq.

Aq gak bisa menolak wajahnya yang mendekat untuk mencium bibirku. Kami sempat berciuman sampai akhirnya memekku mengeluarkan cairan yang membasahi selangkanganku. Aq mau bersihkan cairanku dengan air tapi bang Ardi memakai handuk yang sama mengusap kemaluanku. Tubuhku sudah dilanda birahi. Bang Ardi mengajakku keluar dari kamar mandi, lalu merangkul aku berjalan menuju kamar Mama. Di sana Mama sedang digenjot Om Zul dengan penuh nafsu. Mama melihatku masuk kamarnya tapi mama gak peduli karena sedang mabuk birahi.

Aq dibaringkan disamping Mama lalu Bang Ardi memasukkan penisnya yang besar ke dalam memekku. Malam itu, kami sempat mengulangi pertempuran di ranjang Mama sampai beberapa kali sampai aq dan Mama terkapar lemas. Semalam itu memang sungguh melelahkan. Tadi pagi kira2 pukul 5 lewat, Om Zul dan Bang Ardi pergi dari rumah kita.

Udah dehh... lu cepat beres-beres, sebentar lagi Om Faiz udah mau nyampe. Jangan sampe mereka udah di sini tapi lu belum siap...sarapan sudah Mama buatkan ada di meja makan...."

Aku segera mandi dengan buru-buru, selasai itu ku lihat Mama sudah keliatan segar dengan berpenampilan cukup seksi, bersiap-siap menunggu Om Faiz yang datang menjemput.

Melihat Mama yang sudah siap, akupun semakin bergegas pakai baju lalu sarapan. Untunglah masih keburu. Selesai sarapan Om Faiz membunyikan klakson mobilnya dari luar pagar rumah. Di dalam mobil Om Faiz bersama tante Vivi. Kami semua masuk ke dalam mobil Om Faiz lalu berangkat.

Om Faiz kita akan olahraga sambil renang di apartemen berkelas milik temannya bisnisnya. Di apartemant itu banyak lokasi untuk berfoto dan tempat santai. Dia dan temannya sering olahraga fitness di sana. Kebetulan personal trainer nya itu juga teman om Faiz. Kalau mau aerobik juga ada, kebetulan Mama dan tante Vivi itu masih anggota salah satu club aerobik. Dulu aku sering temani Mama ke tempat aerobik, nungguin di sana sampai berjam-jam. Aku banyak berkenalan dengan om-om yang mencoba mendekati Mama.

Tapi sudahlah itu sudah masa lalu, gak tahu yang sekarang gimana?

Sepertinya apartemen yang dibilang Om Faiz itu asik juga tempatnya. Jadi penasaran gimana suasananya?​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd