Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
2 - Win Win Solution
POV : Edisen


Mama & Pak Imron

Keesokan harinya seperti biasa aku dan mama pergi duluan ke toko. Kali ini memang tidak ada barang yang hilang. Sampai pukul 10 papa baru menyusul ke toko.

Kira2 pukul 2 siang, Pak Imron datang ke toko. Kali ini dia datang hanya berdua dengan rekannya tapi bukan yang kemaren.



"Selamat siang ko Afuk..." Pak Imron menyapa tapi tidak direspon oleh papa. Lalu dia mengalihkan pandangan ke mama. "Bagaimana cici cantik.. janjinya kemaren mau bayar hari ini.." kata Pak Imron.

"Aduhh...Gimana ya Pak.. kami masi belum ada uangnya.." kata mama.

"Loh... katanya 2 hari mau dibayar.. gimana sih janjinya cici ini..?! kata Pak Imron dengan suara yang mulai meninggi. "Betul kan ko Afuk kemaren kalian bilang hari ini mau bayar tapi rupanya ingkar.. gimana kalian bisa jadi warga sini ko..? " sambungnya.

"Siapa yang janji sama Bapak..?!!! Yang bilang 2 hari kan bukan saya... Itu urusan Bapak sama istri aku..." kata Papa.

"Jadi gimana ini cik kalo suami lu udah bilang gitu?! kata Pak Imron.

"Begini aja Pak... kami bayar yang bulanan 300 ribu itu aja dulu, nanti yang satu juta kami usahakan lagi ya Pak..." kata Mama.

Tiba-tiba Papa mendekati Mama dan berkata: "Kata siapa aku mau bayar 300 ribu itu...!!!! Gila lu keluarin 300 ribu buat orang ini...", amarah papa mulai naik.

"HEII Koo... APA MAKSUD LU BILANG2 "orang ini"...?!" Pak Imron terpancing emosi mendengar perkataan Papa.

"Maaf Pak, suami aku gak bermaksud apa2 cuma emosi saja..." kata Mama berusaha menahan amarah Pak Imron.

"Ya udah cepat dibayar biar urusannya selesai, lu pikir saya suka lama2 di toko kalian ini..." kata Pak Imron.



"Iya pak.. tapi 300rb dulu ya Pak.." kata mama lalu berjalan menuju ke laci untuk mengambil uang.

"Heii.. SIAPA SURUH LU BAYAR..!!!" kata papa dengan suara marah.

"Pokoknya aku tidak akan bayar, lu kan tahu sendiri kalo uang kita sudah menipis Ling.." kata papa.

"Iya aku tahu, tapi semua itu gara2 salah lu sendiri. GARA2 LU KALAH MAIN JUDI SEMUA JADI HANCUR.." kata mama dengan suara yang lebih keras.

Tiba-tiba Papa menampar pipi mama. PLAAAKKKK.....!!!!! LU URUS SENDIRI AJA INI TOKO....!!! Setelah berkata begitu, lalu papa pergi meninggalkan toko dengan membawa uang di laci dan hanya meninggalkan uang receh saja.

"Parah kali suami lu cik... punya istri cantik gak dihargai malah ditampar pulak..." kata Pak Imron.

Aku merasa kasian melihat mama. Pipi Mama memerah dan mama hanya terdiam sambil menahan tangisan tidak bisa berkata-kata. Aku pun mencoba memberi saran ke mama.

"Ma..gimana kalo kita minta uang dulu sama cici Wei-Na" kataku.

Setelah mama berusaha menenangkan dirinya lalu menjawabku: "Gak bisa Sen, biar kamu tahu ya.. toko ini masih belum ada hasil, biaya hidup kita selama ini masi dari gaji Wei-Na. Dia sendiri juga punya kebutuhan hidup."

"Mudah2an si Siu Lien cepat dapet kerja biar bisa bantu biaya hidup kita." Mama menambahkan.

Jadi selama ini seluruh kebutuhan hidup keluarga kami ditanggung oleh ci Elena. Sedangkan Ci Erika masih nganggur lagi berusaha mencari kerja. Mereka saat ini tinggal satu kost2 di pusat kota. Kadang weekend mereka pulang ke rumah dengan membawa mobil avanza lama yang dikasi papa.

Mama banyak curhat ke aku mengenai sikap papa terhadapnya selama ini. Lagi serius bicara dengan mama, tanpa kusadari Pak Imron sedang berdiri di luar depan toko bersama rekannya sambil merokok. Mereka sepertinya sedang merencanakan sesuatu. Dalam obrolan mereka yang tidak bisa kudengar, sesekali mereka berdua melihat ke dalam. Kadang melihat ke mama kadang melihat ke aku. Aku dan mama membiarkan saja mereka duduk2 di luar toko kayak tukang parkir, lagipula kami gak bisa mengusir mereka.

.....

Hari sudah mulai gelap,

tapi mama masih belum tutup toko padahal jalanan sudah sepi. Kutanya mama kenapa toko belum ditutup, mama bilang kalau dia males pulang ke rumah. Nyampe rumah pasti papa ajak bertengkar lagi. Tapi suka ga suka mama tetap harus pulang demi aku dan cici ku Fei-Fei. Kami pun mulai menutup toko dan Pak Imron dan rekannya itu ikut-ikutan membantu.

Setelah semua pintu belakang dan jendela tertutup aman, kami akan keluar dari toko untuk pulang melalui pintu depan. Tapi Pak Imron menghalangi kami untuk keluar.

"Hei cici cantik... elu sudah mau pulang, tapi urusan kita masih belum selesai. Jadi gimana ini?" Kata Pak Imron sambil mendesak kami untuk masuk kembali ke toko.

"Iya Pak, tapi tolong kasi kami waktu lagi biar kami usahakan..." kata mama sambil berusaha untuk keluar tapi tangan Pak Imron menghalangi pintu membuat mama tidak bisa lewat. Mama berusaha menarik lengan Pak Imron untuk melepaskan tangannya yang menghalangi pintu, tapi gak berhasil sampai mama kesal dan kembali masuk ke dalam toko lalu duduk di kursi yang ada di depan meja toko.

Pak Imron pun menyusul masuk ke dalam toko lalu duduk di kursi yang lain dekat mama lalu berkata: "Emang mau berapa lama lagi cikk..?!"

Dari luar rekannya ikut masuk ke dalam toko lalu menutup pintu toko. Kunci pintu toko yang aku pegang tiba2 direbut oleh rekan Pak Imron lalu pintunya dikunci olehnya.

"Kasi aku dua hari lagi ya Pak..." pinta mama.

"Maap cii.. saya udah gak percaya sama cici.." kata Pak Imron.

"Jadi gimana dong Pakkk..?!" tanya mama dengan wajah tampak bingung harus bagaimana.

"Jadi begini saja, suami cici kan sudah menyerahkan masalah ini ke cici, jadi bagusnya kita selesaikan sekarang saja..." kata Pak Imron dengan nada penuh maksud sambil menatap mama.

"Maksudnya gimana Pak..?!" tanya mama dalam kebingungan.

"Hahahaha....polos kali cici ini, masak gak tahu maksuk Bapak.." ledek Pak Imron.

Sebagai laki2 aku tentu tahu maksud Pak Imron dari gerak geriknya. Pak Imron pasti bermaksud ingin main dengan mama cuma mama yang terlalu fokus mikirin uang sampe ga paham maksud Pak Imron. Dari tadi mata Pak Imrom trus melirik ke tubuh mama.

Hari ini mama pakai kemeja pas badan model casual lengan pendek berwarna putih. Celana krem shortpant lebar casual sedikit di atas lutut. Tapi karena mama dalam posisi duduk, celana mama sedikit tertarik ke atas sehingga agak memperlihatkan paha mama yang putih mulus.

"Begini lo ci, sejak pertama cici masuk ke kampung ini, Bapak itu sudah tertarik dengan kecantikan cici.. terus terang bapak ini sudah menduda 5 tahun, bapak lagi mau cari istri yang bisa puaskan gairah bapak yang sudah lama gak disalurkan. Cuma cici ini kan sudah punya suami, jadi bapak gak bisa apa2.."

"Tadi suami cici kan sudah serahkan masalah ini ke cici, jadi kita sama2 saling bantu lah.. cici bantu bapak salurkan gairah Bapak, trus nanti Bapak juga pasti bantu cici untuk urusan keamanan ini.. jadi kita saling bantu begitu.."

" Gimana ciikk...?!" tangan Pak Imron yang kasar itu mulai meraba paha mama yang mulus itu.

Mendapat perlakuan begitu, mama secara refleks menepis tangan Pak Imron lalu berkata dengan nada terkejut: " Bapak ini gila ya..?! aku sudah punya suami Pakk.."

Tapi direspon Pak Imron dengan santai: "Bapak juga tahu cici sudah punya suami..tapi urasan ini sudah menjadi urusan kita berdua bukan.."

Aku bermaksud untuk mendekati mama tapi ditahan oleh rekan Pak Imron dengan kuat. "Om..lepaskan Om.." sahutku ke rekan Pak Imron. Tapi aku gak kuat menahan kekuatan rekan Pak Imron ini. Dari postur saja sudah ketahuan beda tenaganya. Badannya lebih besar dariku, postur tubuh aku ini kurus layaknya anak2 remaja umumnya yang tumbuh ke atas. Aku terus memberontak tapi leherku dirangkul secara paksa sampai sedikit tercekik. Kedua tanganku tidak mampu melepaskan rangkulan tangannya yang besar mengelilingi leherku. LEPASKAN OM....!!! kataku dengan suara yang kesulitan mengambil nafas.

Melihat perlakuan rekan Pak Imron terhadapku ini mama langsung berdiri dari kursinya lalu berkata dengan suara yang keras: "LEPASKAN ANAKKU... KALIAN MAU APA....?!!

"Tenang ci tenang..."

"Bapak tidak akan menyakit cici maupun anak lu cii..." kata Pak Imron sambil berjalan mendekati mama.

"Pokoknya cici ikuti aja perintah Bapak, semua akan baik2 saja.." tangan Pak Imron mulai merangkul mama ke dalam pelukannya.

Mama dengan cepat mendorong dada Pak Imron untuk lepas dari rangkulannya. Mama terlepas dari rangkulan Pak Imron tapi justru mama yang terpental ke belakang.

"LEPASKAN AKU PAKK... LEPASKAN ANAKKU... aku akan jerit kalo Bapak gak pergi dari sini... PERGI KALIANN!!!! ucap mama dengan keras tetapi tidak berpengaruh apa2 buat Pak Imron untuk kembali mendekati mama dengan langkah pelan.

"Jerit saja sesuka lu cii... Bapak tahu lokasi di daerah sini, tidak ada orang yang akan datang menolong cici kecuali Bapak.. kalo sampe ada orang datang ke sini, cici juga akan diperkosa sama orang itu... hahahahaha... lebih baik cici ikuti saja perintah Bapak..." jelas Pak Imron seakan dia akan mulai bertindak sesuatu.

"Leepasskan Ommm..." aku ditahan tak berdaya menolong mama yang sebentar lagi akan diperkosa oleh Pak Imron.

TOLONGGG... TOLONGGG...!!! mama menjerit sambil melangkah mundur dikala Pak Imron terus melangkah mendekatinya.

Dengan cepat tangan kanan Pak Imron menangkap lengan mama lalu di tarik mendekap ke pelukannya. Lalu tangan kirinya menjambak rambut mama lalu mulut mama dicium dengan posisi dagu terangkat.

"Eeeemmmhhhh.....mmmmmm.... aaaaaahhhhh... Jannngggann Paaakkk" suara mama saat Pak Imron terus mencium bibir mama tapi mama trus berontak memalingkan wajahnya.

Mama terus menolak sekuat-kuatnya, sampai Pak Imron kewalahan. Pak Imron berhenti mencium mama lalu menoleh ke arahku dan rekannya, "Zulll.. elu urus dulu tuh anak, awak mau sikat dulu ini amoy...."

Ternyata rekan Pak Imron bernama om Zul.

Beres bang.....!!! Sikattt sampai puassss bang tuh amoyyy...!!! bales om Zul lalu dia mendudukanku dengan paksa di kursi lalu mengambil tali plastik mengikat tanganku dengan kuat. Aku berusaha berontak dari om Zul tapi gak bisa menahan tenaganya.

Sementara Pak Imron menarik mama ke dalam kamar yang biasa kugunakan untuk istiahat. Aku tidak bisa lagi melihat Pak Imron dan mama di kamar.

"TOLONNGGG...hhhmmm.....TOOLONGGGG... aaahhhhh..." suara jeritan mama dari dalam kamar.

Aku hanya mendengar suara mama yang terus menjerit minta tolong tapi sebentar2 terputus. Sepertinya Pak Imron berusaha mencium mulut mama tapi mendapat perlawanan.

"DIAAMM KAU ANJINGGG...!!! tegas Pak Imron. "GAKKK USAH SOK SUCII LU MOYY... ELU BUKAN PERAWANN LAGI... SADAR DIRI LU MOYYY...?!"

"Ammmpunnn Pakkk.....ammpunnn.....jangann perkosaa akuu pakkkk...ammpunn" pinta mama.

" Apa lu bilanggg?!! Perkosaa?! kata Pak Imron. "Biar lu tahu moyy...Bapakk bukan mau perkosa, tapi Bapak mau kali lu enakkk...tahuu??!!! tambahnya.

"Jannggann Pak... aku gakk mauu..." kata mama.

"Jangan munafik lu moyy..... nanti k*ntol bapak bikin lu keenakan baru tahu rasanya lu moyyy..." kata Pak Imron

" Jannngann maasssukinnn Paakkk...."

"Tidaakkkkkk Pakkk...jangann lakuin ituuu...jaaaannnnggg..." "Jaaannnggg...hhmmmm... ggaannn"

"Jaaannggggann Pakkk.... Jaaannnggg....ggggannn!!!!"

"Ooooohhh tolongg janngann...aaaaahhhh Saakkkittt Pakkkk!!!!

" JANGAANNNN PAAAAKKK.....SAKITTT PAKKK........AAAAKKKKKHHHHH......." jerit mama.

"Annjinngg... Diaam luu Moyy... memekk lu yang sempitt...!!!" ucap Pak Imron. "ANJINNGG... Sempitt kali nih memekkk...aahhhh..." tambahnya lagi.

"AAAAKKKKKHHHHH..... SAKITT PAAKK...Hahhhhh...haaahhh..." jerit mama kesakitan sambil mengambil nafasnya.

Aku terus mendengar suara Mama menjerit kesakitan, sepertinya memek mama sudah digenjot Pak Imron.

"HENTIKANN PAAKKK...SAKKKITTT..... AAHHHHH.....AAAHHH........"

"HENNNTTII....KAANNN....AAAHHHH....AAAAHHHH......."

"AAAHHHH.....AAAAAHHHHH...AAAHHHHHHH.."

"aaaaahhhhhhh....aaaaahhhhhh....." jerit mama semakin pelan.

"aaahhh...aaahhh...aaahhh..." suara mama berubah. Ini bukan suara jeritan tapi mama mendesah.

"hhhmmm....aaaahhh...hhhhmmm...aaahhh...." "Oooohhh....aaahhh...aaahhhh...aaaahhhh..."

Mama tidak menjerit lagi, mama mendesah. Desahan mama semakin kencang: " Ahhhh...aahhh...ahhh..aahhh.."

......

"Moooyy...siapa namany lu moyy..." tanya Pak Imron.

"Aaaahhh... Aaalinggg Paakkk...aaahhh...aahhh..." jawab mama sambil mendesah.

"Appa?! Alingg?? tanya Pak Imron lagi. "Iyaaaaahhh Pakkk..iyyaaa...." jawab mama.

"Enannkkk memek cina lu Linggg... istilahnya "Peret" kata orang...ahh..ahh..!!!"

"AAAHHHH.....AAAHHHH....AAAHHH...." desahan mama semakin keras.

"Aaahhh...Hmmm....Aaahhh..." desahan mama seperti wanita yang merasakan kenikmatan.

......

"Cuuuppp...sssrruupp...ccuuupp..." lalu terdengar suara Pak Imron sedang mengisap sesuatu. Tebakan aku Pak Imron pasti sedang mengisap tetak mama.

"Aahhh....aaahhh...hhmmm...hhhmm..." lenguhan mama sepertinya menikmati isapan Pak Imron.



Gak seberapa lama tiba-tiba,

ZUUULLL !!! Jerit Pak Imron dari dalam kamar memanggil Om Zul.

Ada apa Bangg..?! jawab Om Zul. "Bawa dulu ke sini tuh anak..." kata Pak Imron. "ok Bang..!!" kata Om Zul.

Aku heran kenapa aku disuruh masuk ke kamar sementara Pak Imron sedang ngent*t dengan mama.

Maka ikatan tali plastik pada tanganku dilepas om Zul. Lalu om Zul mendorongku melangkah menuju kamar tempat Pak Imron dan mama bersetubuh.

Shhiittt...!!! Aku gak percaya apa yang ku lihat.



Apa yang dilihat Edisen di kamar itu ?​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd