Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
28 - A Rise of Edisen: Panggil Aku Rizal


MEMBQTR_t.jpg

Ci Erika

MEMBQQJ_t.jpg

Om Faiz

MEMBQQN_t.jpg

Tante Vera

MEMBQQK_t.jpg

Edisen

POV : Edisen
Selamat tinggal kehidupan mewah di apartemen kota. Kami sudah sampai di dusun tempat tinggal kami. Sungguh suasana yang jauh berbeda. Tentu saja kami lebih terbiasa hidup di kota, karena pada dasarnya kami ini adalah keluarga Tionghua yang terpaksa harus tinggal di kampung. Mudah-mudahan semakin lama kami bisa terbiasa dengan kehidupan di kampung.

Om Faiz mengantar kami pulang ke rumah. Selama di mobil Mama duduk di sebelah om Faiz sedangkan aku dan ci Velin duduk di belakang. Seakan Mama dan om Faiz adalah suami istri. Secara ga langsung, aku serasa memiliki seorang sosok ayah.

Semenjak pulang dari apartemen, om Faiz banyak memberikan nasehat padaku bagaimana menjadi seorang laki-laki dewasa. Kehadiran om Faiz menyadarkan aku ingin bertumbuh menjadi cowok yang lebih matang dari sekarang. Aku tidak mau gagal menjadi pria seperti papa kandungku yang tahunya hanya membuat Mama tertekan.

Mama terlihat bahagia selama di mobil. Kukatakan seperti itu karena selama di mobil Mama bisa melepaskan tekanan hidupnya. Mama tertawa lepas ketika saling canda dengan om Faiz, apalagi menyinggung candaan yang lebih berbau mesum. Tidak jarang juga aku dan ci Velin diajak nimbrung ikut obrolan mereka. Mama bilangin kalau kami harus cepat belajar dewasa. Lagipula usia kami sudah di atas 17 tahun, tidak ada salahnya kami tahu lebih banyak mengenai seks laki dan perempuan asal tahu jaga diri.

Om Faiz bilang ke Mama kalau dia mau membimbing aku menjadi laki-laki dewasa agar bisa menjaga Mama dan cici. Bahkan om Faiz juga bilang kalau dia sudah menganggap aku sebagai anak sendiri. Papa sudah tidak bisa diharapkan lagi, tahunya hanya bikin masalah. Sudah saatnya aku harus bangkit menjadi cowok yang bisa diandalkan dalam keluarga. Mamapun sangat setuju akan usulan Om Faiz.

"Nak...mulai hari ini, lu boleh bebas datang ke rumah om untuk belajar..... kalau siang setelah pulang sekolah lu datang ke bengkel truk untuk bantu kerja...." kata om Faiz

"Kenapa harus begitu... aku juga ada kerja bantu jaga toko om...." kataku

"Kerjaan laki-laki itu jangan cuma tahunya duduk berdiri seperti jaga toko... gak berguna...kita sebagai lelaki harus bisa kerja pake otot... berani kotor terus berkeringat... baru fisik kita bisa kuat...." jelas om Faiz.

"Betul juga Sen apa kata Om Faiz... ngak apa Sen, nanti toko Mama minta ci Velin yang bantu jaga.. lu ikuti aja apa kata om... ok ?! kata Mama dengan menyakinkan, maka ku ikuti saran Om Faiz.

.........

Sesampai di depan rumah ternyata ada sebuah mobil sedan mewah sedang terparkir. Ternyata itu ci Erika yang sudah sampai lebih dulu sedang menunggu kami.

Ci Erika memakai seorang supir yang bernama Mas Saiful, biasa dipanggil ipul oleh ci Erika. Orangnya tampak muda, sepertinya belum sampai 30 tahun. Perawakannya agak kurus tinggi terus hitam dekil. Kata ci Erika kalau dia baru kerja sebulan. Dia dikasi kerja supir atas dasar kasihan. Keliatan banget orangnya amat sungkan, postur tubuhnya selalu menundukkan kepala ketika melihat kami.

Kami memperkenalkan om Faiz kepada ci Erika. Reaksi ci Erika saat berkenalan tidak terlalu bersahabat. Sikap sombong maupun judesnya terlihat dari cara dia menatap dan berbicara, apalagi bicara kepada Ipul supirnya. Melihat sikap ci Erika yang begitu angkuh, om Faiz hanya senyum lalu permisi meninggalkan kami.

Setelah masuk ke rumah, kami duduk sejenak di ruang tamu menanyakan kabar ci Erika. Mama pun menanyakan alasan ci Erika kenapa pulang ke rumah. Saat ini ci Erika sedang tidak akur dengan suaminya, padahal mereka baru saja menikah. Ci Erika menceritakan bahwa suami itu model cowok anak Mami. Segala sesuatu harus nanya mamanya, bahkan sampai urusan rumah tangga. Ci Erika mengajak suaminya untuk tinggal sendiri tapi ditolak.

Bisnis keluarga suaminya saat ini memang sedang berkembang. Saat ini dia harus merintis perusahaannya yang membuka cabang yang baru, sehingga dalam satu bulan ini suaminya harus ke luar kota bersama papa mertuanya. Selama beberapa hari dia tinggal berdua dengan mertua perempuannya sering terjadi konflik terutama yang hubungan dengan urusan dapur. Jadi untuk menghindari konflik, lebih baik dia pulang ke rumah dulu. Lagipula urusan rumah sudah banyak asisten rumah tangga yang bisa membantu mertuanya.

Kata ci Erika, mulai besok selama dia di rumah kami boleh bebas kasi perintah ke Ipul si supir untuk membawa kami kemanapun. "Setiap pagi suruh saja si Ipul antar kalian ke sekolah... atau bawa Mama ke toko atau pasar..." Mama bermaksud untuk memberi Ipul kamar tidur tamu, tapi kata ci Erika "jangan di kasi tidur di kamar yang bagus". Suruh saja supir tidur di kamar pembantu, kamar kecil yang letaknya di paling belakang.

Aku secara pribadi merasa kasian dengan perlakuan ci Erika terhadap Ipul. Namun aku dan Mama tidak bisa berbuat apa-apa karena keluarga suami ci Erika yang menggaji supirnya.Ci Erika suka sekali membentak si Ipul dengan bahasa yang kasar. Kadang suka bilangin kejelekan Ipul di depannya dengan bahasa dialek yang tidak dimengerti oleh Ipul. Tidak jarang ci Erika berkata-kata yang berbau rasis yang sifatnya merendahkan. Sifat begini memang sudah terbawa dari keluarga Papa yang suka merendahkan orang yang berbeda suku dan status sosial. Semoga suatu saat nanti Ci Erika bisa menyadari bahwa kelakuannya itu adalah sebuah kesalahan.

...................

Keesokan harinya, Ipul melakukan tugasnya mengantar kami ke tempat yang kami suruh. Mama ke toko, aku dan ci Velin ke sekolah sedangkan ci Erika hanya di rumah bermalasan di kamar saja seperti seorang nyonya.

Pulang dari sekolah kuminta Ipul mengantarku ke bangkel om Faiz. Disana aku mulai diperkenalkan dengan semua montir maupun mekanik. Awalnya mereka masih sentimen dengan aku, mungkin karena aku ini anak orang Tionghoa yang berbeda dengan mereka, terus keliatan masih anak ingusan. Tapi om Faiz menegaskan kalau aku ini sudah dianggap anak olehnya. Mendengar itu, para buruh om Faiz menjadi lebih segan terhadapku.

Perlahan aku diajari tentang pekerjaan mekanik ini. Buat aku yang masih anak sekolahan yang selalu terjaga, ini pekerjaan yang amat berat. Biasanya aku selalu ada di ruang ber-AC sehingga tidak terbiasa dengan panasnya terik matahari yang menyengat. Kebiasaan di rumah yang selalu bersih, kali ini aku harus bersentuhan dengan mesin dan oli yang akan membuat badanku menjadi kotor dan bau oli bercampur keringat. Melihat ku yang masih beradaptasi kadang buruh2 itu menyepelekan aku yang masih terlalu lemah seperti anak kemaren sore. Namun nasehat Om Faiz terus kuingat sehingga mendorongku untuk terus berusaha.

........

Sudah beberapa minggu aku kerja di bangkel truk om Faiz. Para buruh bengkel pun semakin bisa menerima aku sebagai bagian dari mereka. Awalnya aku memang tidak terbiasa dengan cara bicara mereka yang cenderung kasar, kurang menjaga kebersihan dan kerapian. Akhirnya aku justru semakin nyaman bergaul dengan mereka. Hal yang bikin aku asik bergaul dengan para buruh ini adalah mereka itu sangat apa adanya dan juga kompak. Sebuah slogan yang sering mereka ucapkan itu: " makan gak makan yang penting ngumpul dengan kawan". Berbeda dengan lingkunganku sebelumnya yang sangat jaga image harus jaga gengsi, dan juga cenderung suka membatasi bahkan menutup diri terutama dengan orang pribumi.

.................

Ada suatu malam ketika aku pulang dari rumah om Faiz dengan mengendarai sepeda motor. Dari belakang aku diikuti sekelompok pemuda yang juga mengendarai sepeda motor. Dari jauh mereka mengejarku hingga akhirnya mereka menyusulku. Aku ditendang jatuh dan sepeda motorku dirampas oleh mereka. Setelah mereka meninggalkanku di tepi jalan, aku menelepon om Faiz untuk minta tolong, tetapi tidak diangkat. Lalu akupun menghubungi bang Zulman. Mendengar kabarku bang Zulman bersama beberapa buruh kerja lain datang menolongku.

Kuceritakan kejadian ini kepada mereka, lalu mereka mencoba mencari tahu siapa sekelompok pemuda itu. Keesokan harinya akhirnya aku mendapat kabar bahwa kelompok pemuda itu berasal dari kampung sebelah. Bang Zulman dan beberapa buruh lainnya merampas kembali sepeda motorku hingga ada satu buruh yang terluka patah tulang akhir perkelahian, beberapa lainnya luka ringan. Kabar ini kudengar waktu aku pulang sekolah dan seperti biasa aku kerja bantu di bengkel om Faiz, ternyata sepeda motorku sudah terparkir di bengkel. Para buruh itu menceritakan kejadian yang mereka alami semalam.

Menyaksikan kejadian ini membuatku perasaanku tersentuh bahwa para buruh ini benar-benar setia kawan bahkan rela berkorban demi temannya. Mereka mau berkorban demi merebut sepeda motorku. Aku secara pribadi kagum dengan kesetiakawanan para buruh itu. Aku tidak tahu bagaimana membalas kesetiakawanan mereka.

.............

Suatu kali, seperti biasa kalau sore menjelang malam aku pulang ke rumah dijemput oleh supir mas Ipul rupanya di dalam ada ci Erika yang duduk di belakang. Sewaktu aku masuk ke mobil para buruh itu selalu mencoba mengintip ke dalam mobil. Aku tahu pikiran mereka kenpa mengintip. Waktu jam istirahat kami biasanya ngobrol apa adanya sampai menyinggung hal-hal yang bersifat mesum. Mereka terbuka kalau mereka penasaran dengan cewek panlok bahkan pengen nyobain memeknya. Beberapa ada yang bilang suka dengan Mama katanya lebih pengalaman soal urusan ranjang. Ada yang suka dengan ci Velin model anak SMA yang masih polos. Dan ada yang suka ci Erika yang tipe binor highclass.

Sewaktu di mobil ci Erika melihat tampilanku yang agak awut-awutan sehabis kerja ci Erika meledekku.

"Sen... koq lu makin hari makin kayak orang "huana" (sebutan untuk orang pribumi) sih...?" kata ci Erika dengan nada meledek.

"Maksud lu gimana ci..? tanyaku

"Tuh liat tampilan lu itu... awut-awutan gitu... kulit lu makin item dekil aja lu... liat lu udah gak beda sama supir cici ini..." ledek ci Erika dengan bahasa dialek yang pasti tidak dimengerti mas Ipul. Dalam hati aku tidak senang mendengar perkataan ci Erika yang rasis begitu.

"Loh...emangnya salah kalau mirip "huana"...? tanyaku dengan nada sinis.

"Bukan salah Sen.. cici cuma mo bilang kalau lu udah kebanyakan bergaul dengan orang pribumi, lama-lama lu jadi sama kayak mereka..." kata ci Erika

"Biarin aja... apa salahnya bergaul sama mereka...? " tanyaku seakan membela diri.

"Ya terserah lu... cici kan cuma bilang apa yang cici liat aja... kalau lu udah mirip dengan mereka... udah itu aja...!!! tegas ci Erika dan akupun gak mau berdebat lagi dengan ciciku yang rasis ini.

Tengah malamnya aku bangun turun ke kamar mandi untuk buang air kecil. Pada saat aku masuk ke kamar mandi, aku menginjak sesuatu. Sebercak sperma yang masih menempel di lantai. Penemuan ini bukan pertama kali, sudah beberapa kali kadang kutemukan sedikit di dinding kadang di kloset. Walaupun hanya berupa bercak, tapi aku yakin ini adalah sprema. Aku yakin ini pasti peju Mas Ipul. Cowok di rumah ini hanya ada aku dan dia, kalau bukan aku sudah pasti dia. Sebagai cowok aku bisa maklumi saja kadang aku sendiri juga suka coli di kamar mandi kalau lagi pengen.

.....................



Suatu malam aku mampir ke rumah om Faiz. Pintu rumahnya ku ketuk ternyata yang buka pintu itu si Rizki yang keluar cuma pake celana pendek.

"Hei Sen... mau cari bapak ya..?! kata Rizki

"Iya Riz, tadi gw di suruh mampir ke rumah..." kataku

"Masuk aja... itu Bapak lagi ngentot di kamarnya..." kata Rizki

"Sama siapa..? tanyaku

"Gw juga baru kenal tadi dikenalin sama Bapak... namanya tante Vera..." kata Rizki sambil dia jalan masuk ke kamar pribadinya.

Belum nyampe ke kamar saja, sudah kedengaran suara seorang wanita yang sedang mendesah.

"Aaaahhh....aaaahhh....Pakkk terusss Pakkkk...!!!!

Kucoba intip kekamar melihat siapa wanita yang bernama tante Vera yang sedang digenjot om Faiz. Menang aku tidak kenal wanita itu, tapi yang jelas dia itu panlok.

Saat ini mereka sedang duduk di ranjang dengan posisi tante Vera duduk di pangkuan om Faiz. Mereka berpelukan sambil melakukan penetrasi. Tante Vera begitu liar seperti kuda binal yang haus seks.

"Ohhhh Pakkkk.... enakkk banget kontol Baappaakkkk.....aaaahhhh....!!!!

"Emanggg punya suami lu gak enakkk....?! tanya Om Faiz

"Paaayahhh punya suami Veraaa... gakkk kuatttt....aaahhh...aaahhh....!!!

"Besaraannn mana sama punyaa Bapakkk....? tanya Om Faizz

"Besarr punya bapakkkk....ooohhh..ooohhhh... Pakkkkk....." jawab tante Vera

"Kenapaa sayangggg...?!

"Veraaaa sampeeeee.....OOOHHHHHH.....OOOOHHHH.....AAAAAHHHHH.....!!!!! jerit tante Vera sambil memeluk om Faiz dengan erat.

"Puasss kamu sayanggg...?? kata om Faiz

"Puasss bangettt Pakkk....aaahh...aaaahhh..." jawab tante Vera dengan mata terpejam.

"Tapi Bapak belum puasss...hehehehe..." kata Om Faiz lalu membaringkan tante Vera ke ranjang lalu melakukan penetrasi.

"Bapakkk kuat bangetttt...Vera udah keluar berkali-kali tapi Bapak belum apa-apa...." puji tante Vera menunggu memeknya ditusuk om Faiz

"Kontol pribumi memeng kuat sayangggg.... gak mau cepat keluarrr dia.... banyak wanita cina seperti lu itu puas sama kontol Bapak ini...." kata om Faiz.

"Oh yaaa..?! masa sihhh...?! kata tante Vera.

"Bapak gak bohong... sini ada encik cina pindah dari kota ke sini, namanya Aling, sudah Bapak entot berkali-kali sampe dia ketagihan sama kontol Bapak ini... terakhir putrinya yang namanya Velin juga bapak entot ampe dia bilang lain kali pengen ulangi lagi...hehehe..." kata Om Faiz

"Emang suami Aling itu kemana emang nya...? tanya tante Vera

"Lakinya ya sama kayak lakik lu... lemahh, pikirannya cari duit mulu.... kasian istri lagi butuh kepuasaan tapi ditelantarkan.... kalaupun ngentot juga gak bisa puas... persis kayak Vera....." kata om Faiz

"Iya yaa... memang Bapak ini hebat banget.....Aaaaaaaahhhhhh... besar banget kontolnyaaaa......aaaahhhh....." kata tante Vera yang memeknya sedang kemasukan kontol om Faiz.

"Ayooo sayannggg... kali ini bapak mau kasi lu hadiah peju Bapak.... " kata om Faiz

"Jangann di dalam ya Pakkk....aaahhh...aaaahhhh...."

"Kenapa gak mau di dalam...? tanya Om Faiz

"Anakku udah dua lo Pakkk... gak mau nambahh lagiii.....hhmmm...." kata tante Vera

"Dua itu kan bukan dari peju Bapakkk....."

"Jangannn Pakkkkk... tolongggg jangannn...." kata tante Vera

"Baikkk... tapi janji lu bakal sering-sering bapak entot yaaa..." kata om Faiz

"Passstiii Pakkkk... kontol Bapakkk kuat begini aaaaahhhh...aaahhhh... Vera sukaaa...!!!

Tanpa sadar, om Faiz menyadari kehadiranku di pintu kamar lalu menyuruh ku masuk.

"Nakkk... sini masukkk....!!! kata om Faiz sambil mengenjot tante Vera. maka akupun beranikan diri masuk lalu duduk di sofa kamar.

"Paakkkk... siapaaaa ituuu...?! Koq bapak suruh masukkkk....?! tanya tante Vera

"Ini anak angkat akuu.... biar saja sayangggg... biar anakku belajar dari bapaknya.... namanya A-Sen...." kata Om Faiz

"A-Senn... orang cina yaaaa....? aaaahh...aaahhh... " tanya tante Vera sambil memaksakan diri memalingkan kepalanya melihatku.

"Betulll dia cina jugaaa...." jawab om Faiz

"Ohh... tapi udah gak terlalu mirip cinaaa lagi Pakkk... mirip udah sama Bapakkk..." kata tante Vera

"Baguss kalau gitu... itu baru anak Bapakkkk.... kata om Faiz

Uuuuuuhhh...uuuuhhhh....!!!! Om Faiz mulai menghujamkan kontolnya ke memek tante Vera dengan keras.

"Ooooohhh Pakkkk...enakkk bangettttt...aaaaaahhhh....aaaaahhhh.....lagggiiiii...!!! desah tante Vera.

"Apanya lagiiii?!

"Lebih kuat lagggiiii....ooohhh Pakkk....andaiii suamiku bisa beginiii...aaahhh...aaahhh...!!! kata tante Vera

"Jangan ngeluh sayanggg... kalau suami Vera loyo kan masih ada Bapakkk di sinii....Uuuuhhh...uuuhhhh....!!! kata om Faiz

"Aaaaaahhhh...aaaaahhhh.....iyaaaaa Pakkkk..kk...kkk.. aaahhhhh....!!

Kira-kira 20 menit kemudian Om Faiz mencabut kontolnya lalu menyemburkan spermanya ke muka ci Vera.

"Aaaahhhhh..... memek Vera beranak dua tapi masih enak sayangggg....!!! puji om Faiz

"Seeennnn... lu jangan liat saja... sini keluarkan kontol lu... cepat lu entot enci ini..." perintah om Faiz

"Loh Pakkk... koq gitu..?! tante Vera terkejut mendengar perintah om Faiz

"Lu diam aja.. biar lu cobain kontol anak angkat aku ini..." kata om Faiz

Awalnya aku ragu-ragu tapi karena didesak oleh om Faiz kuberanikan diri untuk mengeluarkan kontolku yang sudah tegang dari tadi.

"Cepat masukkin kontol kamu...." kata om Faiz sambil menahan kedua kaki tante Vera.

Dengan ragu-ragu ku masukin kontolku ke memek tante Vera, tanganku menekan ke ranjang tidak berani menyentuh bagian tubuhnya yang mulus seperti Mama. Tubuh tante Vera sedikit lebih berlemak dan kendor, tapi masih punya daya tarik dimata lelaki. Aku sendiripun terangsang melihat tubuh tante Vera.

"Lebih cepat donggg Dekkk....!!! kata tante Vera agak mengeluh.

"Iyaaa tante...." kataku sambil kucoba mempercepat tempo peneterasi ku. Semakin cepat aku goyanganku justru membuat ku semakin cepat ejakulasi. Kira-kira 5 menit aku menyemburkan spermaku ke dalam memek tante Vera.

"Lohhh... koq keluarin di dalam sihhh....? tante Vera merajuk.

"Ohhh.. maafin aku Tann.. aku lupa..." kataku.

"Tidak apa sayangggg... nanti kalo lu hamil lu bole cari Bapak... nanti Bapak yang tanggungjawab... bisa nambah cucu... hehehe..." kata om Faiz membelaku.

"Sudah... Vera istirahat dulu... Bapak mau bicara sama anak Bapak dulu...." tambah om Faiz.

Om Faiz mengajakku keluar dari kamarnya dan membiarkan tante Vera tidur sendiri.

"Nakkkk....menyedihkan sekali cara ngentot lu itu..." kata Om Faiz

"Maksud om...?! tanyaku

"Bapak liat..lu terlalu lemah untuk memuaskan wanita...kontol lu belum cukup besar... nembak keluar nya juga terlalu cepat Nak...." kata om Faiz

"Terus gimana dong Pak... " kataku dengan perasaan rendah diri sebagai cowok.

"Begini saja... Asen serius mau jadi anak Bapak? " tanya om Faiz dengan tegas

"Iya Pakkk... aku serius...!! kujawab dengan tegas pula.

"Kalau begitu... Asen harus ikuti semua nasehat Bapak, saya jamin kamu bakal jadi laki yang kuat, gak kayak Bapak kandung lu.....kamu siap Nak..?!

"Siappp Pakkk...!!! jawabku

"Sekali lagi Bapak kasi tahu... kamu ini Bapak anggap sebagai anak angkat Bapak... jadi hal pertama yang Bapak mau adalah kamu harus punya nama panggilan baru... Bapak tidak suka nama Edisen yang dikasi Bapak kandung lu itu..." kata Om Faiz

"Kalo gitu, nama panggilan aku apa dong..? tanyaku

"Hmmm... karana nama anak Bapak yang pertama itu Rizki, maka kamu Bapak kasi nama Rizal yang artinya "Berkah". Bapak harap dengan kehadiran kamu, kita sama-sama dapat "berkah". Kamu boleh dipanggil Izal juga boleh....terserah kamu..." kata Om Faiz

"Baik Pakkk...aku mau...!!! kataku

"Kemudian sebagai tanda resmi kamu jadi anak angkat Bapak... kamu harus jalani satu hal lagi... kamu siap?! kata Om Faiz.

"Siap Pakkk...apa itu ?! kataku tanpa berpikir panjang lagi.

"Besok Bapak akan bawa kamu bertemu dengan guru spiritual Bapak untuk melakukan sunat...." kata Om Faiz.

"Apaaa?! jangan Pak... aku takutt...!!! Aku terkejut membayangkan gimana rasanya disunat.

"Jangan takut Nakk.. sunat adalah hal yang baik... banyak keuntungan kalau kamu sudah disunat..." jelas om Faiz dengan panjang lebar, maka akhirnya kuberanikan diri untuk berkata iya.

Pulang dari rumah om Faiz, sepanjang malam aku tidak bisa tidur membayangkan gimana rasanya proses tindakan sunat besok. Sebelumnya aku sempat bilang ke Mama akan rencana ini, tapi Mama sempat menolak karena takut terjadi apa-apa, tapi setelah Mama menelepon om Faiz lalu diyakinkan maka Mama memberiku kebebasan.

Keesokan harinya pagi-pagi aku dijemput om Faiz untuk berangkat yang jaraknya tidak terlalu jauh. Rumahnya seperti model rumah adat namun luas, letaknya agak masuk ke dalam hutan. Sesampai di sana, ternyata guru spiritual Om Faiz adalah seorang dukun yang dipanggil Ki Jarwo. Dari usianya sudah tua tapi fisiknya masih kuat.

Sejujurnya aku sangat takut menghadapi tindakan sunatnya yang memotong kulit yang menutup kemaluanku. Kalau di tempat begini mana ada pakai obat bius untuk menghilangkan rasa sakit. Semakin kubayangkan semakin takut. Tentu ekspresi takutku kelihatan baik oleh Ki Jarwo maupun om Faiz.

Kata Ki Jarwo tidak perlu takut apalagi dengan rasa sakit. Nanti dia akan pakai mantra untuk menghilangkan rasa sakit. Bahkan Ki Jarwo akan memberikan ramuannya yang akan membesarkan batang penisku sehingga bisa memuaskan wanita manapun. Namun ada efek sampingnya, warna kulit penisnya akan cenderung menghitam dan nafsu akan cepat meningkat tapi ejakulasi menjadi lama.

Kuikuti semua proses ritual sampai tindakan sunat itu selesai. Benar-benar tidak ada rasa sakit sedikitpun. Yang ada adalah kontolku terasa kebas-kebas dan kontolku terasa seperti balon mengembang. Kata Ki Jarwo itu efek ramuannya sudah bekerja, dia akan terus begitu selama seminggu. Kukatakan bahwa seminggu itu lama sekali, tapi Ki Jarwo berkata ini sudah cepat. Biasanya kalau tindakan normal sampai dua minggu baru sembuh total. Pulang dari sana aku hanya menutup kemaluanku dengan sarung.

Sesampai di rumah ci Erika dan ci Velin menertawakan aku, bahkan Mama juga ikut-ikutan. Bahkan ledekan ci Erika yang paling rasis dan tajam dengan berkata: "Si A-Sen...benar-benar mau jadi laki pribumi.....hahahaha..."

Mendengar perkataan ci Velin yang begitu merendahkan orang-orang pribumi, perasaanku menjadi tidak suka. Teringat dengan kesetiakawanan para buruh om Faiz, aku turut merasakan tersinggung seakan aku benar-benar adalah cowok pribumi.

"Jaga mulutmu ciii...!!!" tegasku

"Lohh emangnya kenapa Sen... kan emang betul apa yang gw bilang... hahahahaha...." ledek ci Erika

"Jangan merendahkan oranggg....sekalipun beda suka sama kita ciii..." kataku.

"Ya suka-suka aku laaa... mulut kan punya aku... lagipula aku kan gak bilang merendahkan...cuma bilang lu itu mirip sama mereka...." kata ci Erika

"Biarin ci... lu bakal nyesel kalau lu rendahin orang kayak begitu...." kataku kesal lalu masuk ke kamar.

"Hahahaha...nyesel apanya Sennn... cici kan gak salah, kenapa musti nyesel..." ci Erika membela dirinya.

Sejujurnya aku masih pengen berdebat dengan ci Erika, tapi aku sudah tidak tahan berada di sana melihat penampilan mereka semua yang seksi. Ci Erika dan ci Velin sama-sama memakai tanktop, bedanya ci Erika gak pakai bra sehingga putingnya keliatan menonjol sedangkan ci Velin masih pakai bra.Begitu juga Mama memakin kaos oblong ketat tanpa bra yang juga sedikit menonjolkan putingnya. Sebagai cowok normal menyaksikan pemandangan itu menggoda membuat kontolku bereaksi.

Ada yang berbeda dengan diriku. Biasanya aku menyaksikan wanita-wanita di rumahku yang berpakaian seksi tidak terlalu membangkitkan nafsuku karena sudah terbiasa. Walaupun bernafsu tapi tidak secepat ini nafsuku memuncak. Kali ini beda, aku jadi mudah terangsang menyaksikan semua wanita yang serumah denganku dengan penampilan seksi mereka. Selama seminggu ini aku terus berjuang menghindari mereka, kalau mau makan aku makan saja di kamar.

Seminggu berlalu dalam kesabaran menahan diri godaan pada wanita yang serumah denganku. Selain itu menahan diri dari ledekan ci Erika yang menertawakan aku, hingga semua penderitaanku berakhir.

Setiap kali mandi ku perhatikan kontolku yang baru saja sembuh ini terasa berbeda. Ukurannya semakin besar dan panjang, bentuk kepala nya menjadi keren bahkan warnanya cendrung gelap. Melihat kontolku yang sekarang aku semakin percaya diri menjadi seorang cowok. Mulai hari ini namaku bukan lagi Edisen. Panggil aku Rizal.

Aku masih menyimpan kekesalanku terhadap ci Erika. Tapi gimana caranya agar ci Erika menyesal atas sikapnya itu ?
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd