Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAN IMPIAN

CHAPTER 13

Saat matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit, Diana beserta rombongan tiba di rumah mereka setelah menjalani lima jam perjalanan dari kampung halaman. Tina langsung saja pergi ke kamarnya sementara Diana dan John memutuskan untuk ngopi dahulu di dapur. Diana dan John sebenarnya bukan termasuk penggemar kopi. Namun untuk kali ini, harum aroma kopi begitu nikmat dan segera mencerahkan kabut yang menutupi konsentrasi. Keduanya duduk berhadapan di kursi meja makan sambil minum kopi.

“Sebenarnya mama keberatan pamanmu, Giri, tinggal di sini. Dia akan mengganggu privasi kita,” kata Diana sedikit memelankan suaranya, khawatir terdengar oleh Tina yang mengajak Giri ke Jakarta.

“Aku juga berpikiran seperti itu. Tapi, aku sangat takut Tina marah lagi sama aku,” ucap John yang juga memelankan suaranya.

“Tantemu juga terang-terangan tidak ingin menampung Giri. Dia sama pemikiran dengan kita,” lanjut Diana.

“Mungkin Rafael bisa menampung paman Giri. Bagaimana kalau kita minta tolong Rafael saja,” John mengungkapkan idenya.

“Oh … Coba kamu telepon dia … Semoga saja Rafael bisa menempatkan Giri …” wajah Diana sumringah.

John mengambil smartphone dari saku celana lalu menghubungi Rafael. Telepon John langsung disambut Rafael dan tak memakai basa-basi John mengungkapkan bahwa keberadaan pamannya yang bernama Giri kurang diterima olehnya dan ibunya tetapi mereka sungkan mengatakan itu pada Tina. Tanpa diminta Rafael pun menawarkan tempat untuk tempat tinggal Giri yang letaknya tidak jauh dari rumah pengusaha muda itu. Rafael pun berpikir kalau Giri akan ia pekerjakan di rumahnya saja, jadi rumah yang akan ditinggali Giri dirasakan cocok mengingat jarak yang tidak jauh dan bisa dicapai dengan berjalan kaki. Tentu saja John dan Diana merasa senang dan menerima masukan dari Rafael.

“Masalah selesai …” kata John sambil meletakkan smartphone miliknya di atas meja sesaat setelah hubungan teleponnya terputus.

“Syukurlah … Mama jadi lega sekarang …” ungkap Diana dengan rona muka yang bahagia.

“Mama pengen meluruskan pinggang dulu di kamar. Badan mama pegel-pegel banget,” tiba-tiba Diana bangkit dan berlalu begitu saja meninggalkan John, padahal kopi di gelasnya masih penuh.

“Aku mau habiskan kopi ini dulu. Baru ngaso di kamar,” kata John membiarkan ibunya berlalu.

John masih ingin menikmati kopinya sambil memainkan smartphone. Tiba-tiba pemuda itu teringat dengan Dedi. John baru ingat kalau Dedi belum ia hubungi untuk bergabung di villa taman impian. Jemari John dengan lihai menari di atas layar ponsel pintarnya mencari sebuah nomor kontak. Setelah mendapatkan nomor kontak yang dituju, ia langsung melakukan panggilan video atau yang biasa dikenal dengan video call.

Hallo …” suara Dedi terdengar seperti dibuat-buat tetapi bukan itu yang membuat kedua mata John membulat. John melihat wajah Dedi berkeringat di atas wajah ibunya yang juga berkeringat.

“Sialan …! Siang-siang gini …” Maki John. “Hai tante …” kata John kemudian yang akhirnya menyadari kalau dirinya sedang mengganggu Dedi dan ibunya sedang bercinta.

Hai John … Makasih ya udah buat Dedi nakal …” ucap Citra dengan senyum genitnya.

“Selamat menikmati saja tante … Jangan lupa, tante juga harus minum jamu kuat … Dedi itu bertenaga kuda …” goda John pada Citra.

Hi hi hi …” Citra terkekeh.

Ada apa nelpon?” Dedi bertanya dengan suara yang kurang enak didengar.

“Ntar aku kirim pesan whatsapp saja … Sekarang, kalian lanjutkan dulu kuda-kudaannya,” jawab John dan langsung mematikan panggilan videonya.

John pun mengetik pesan melalui aplikasi whatsapp lalu mengirimnya kepada Dedi. Sesaat kemudian John bangkit dari duduk dan berjalan ke lantai dua menghampiri kamarnya. John membaringkan badan di atas kasur empuk miliknya. “Aduuuuh … Enak banget,” gumam pemuda itu sambil menatap langit-langit kamarnya. Pikiran John menerawang ke sana-sini sebelum akhirnya tertidur karena lelah.

Tidur John tidak nyenyak sedikit pun dari tadi. Tidur, terbangun, tidur, terbangun, dan terus terulang begitu. John yang sedikit kesal dengan udara panas mulai mencoba duduk di pinggir tempat tidur. John yang masih mengantuk pun memutuskan untuk melanjutkan tidurnya di kamar ibunya yang ber-AC. Lalu pemuda itu berjalan keluar kamar lalu menuju kamar ibunya di lantai satu. Pintu kamar dibuka pelan, tanpa menghasilkan derit engsel dari pintu. Tak lama, John mendengar bunyi gemericik air di kamar mandi. Diana pasti di dalam sana.

“Ma …” panggil John setelah menutup pintu kamar.

“Ya, sayang …” jawab Diana dari dalam kamar mandi.

Sebuah senyum nakal mengembang di bibir John. John lantas membuka pakaiannya hingga telanjang bulat dan menghampiri pintu kamar mandi. John pun masuk ke dalam kamar mandi. Tubuh seksi Diana yang basah oleh air menyambutnya setelah menutup pintu. John menatap ke arah sang ibu yang tengah mengguyur tubuhnya di bawah shower. Diana yang mengetahui John masuk ke dalam kamar mandi tanpa permisi tidak terkejut. Bahkan, Diana berusaha menggoda pemuda itu dengan meliuk-luikan badannya dengan gerakan erotis.

“Mama memang seksi …” ucap John sambil menghampiri Diana lalu memeluknya dari belakang.

“Jangan lupa … Mama juga cantik …” desah Diana lalu tangannya terjulur menyentuh dan memegang kejantanan John yang mulai mengeras.

“Ya … Mama cantik dan seksi …” ucap John.

Tangan John menangkup kedua bukit kembar Diana sambil menciumi leher wanita itu. John pun menghirup aroma wangi sabun wangi dari leher jenjang Diana, menghirup dan menghisapnya dengan nikmat hingga membuat Diana yang tidak sadar sedikit mendesah.

“Em, kamu juga sangat tampan, sayang …” ucap Diana sambil memainkan jari lentiknya di kejantanan John dan gerakan kecil itu semakin membuat John terangsang.

Tangan John pun mengusap lembut payudara Diana, bermain-main di sekitar dada hingga dengan sengaja tanganya menyentil puting itu pelan hingga membuat sang empu semakin mendesah. John dengan sensual terus memainkan kedua tangannya di payudara Diana, meremas, bermain dan memilin puting wanita itu hingga membuat sang empu mendesah semakin menjadi. Setelah memainkan dan memilinnya, John menaruh kedua telunjuknya di kedua puting payudara Diana dan mulai menggoyang tangannya dari pelan hingga cepat yang membuat kedua bongkahan payudara itu bergoyang mengikuti jari telunjuknya dan tubuh Diana semakin bergerak bagaikan cacing kepanasan.

John mengerang tertahan ketika tangan Diana bertemu kontak dengan kulit sensitifnya. Tangan lentik itu mengocoknya seraya mengurutnya sebentar, membuat John tidak tahan untuk tidak mendesah, pinggulnya tanpa sadar bergerak seirama dengan tangan nakal Diana. John senang kelaminnya dipermainkannya seperti mainan, diputar, dipeliti, dan dipijit kepalanya, sesekali Diana mengocoknya cepat terus menjadi lambat dan berhenti kemudian beralih ke kantong sensitif diantara paha putih John.

Beberapa saat kemudian, John mendorong tubuh ibunya agak merunduk, tetap berdiri dengan pantat wanita itu menungging. Tubuh mereka basah oleh air shower yang terus menyala. John mengarahkan kejantanannya ke lubang vagina Diana, menggeseknya beberapa kali lalu mulai menghentakan kejantanannya masuk ke dalam lubang yang hangat dan basah itu. Diana mendesah nikmat ketika kejantanan John masuk dengan sempurna ke lubang vaginanya. Kenikmatan yang dirasakan Diana bertambah saat John mulai mengeluar-masukkan penisnya pada organ kewanitaannya.

“Aaahh … Aaahh … Aaahh … Aaahh …!” Diana terus mendesah gila seperti perempuan yang haus akan nafsu. Penis yang dirasakannya besar dan panjang, menusuk langsung lubang rakus itu dan menumbuk titik manisnya dengan sangat telak. Dan Diana pun merabai payudaranya sendiri dengan nikmat.

“Unghh saayyannghh … lubang mamaahhh sangat penuh ... Geenjoot teerruss aaacchh ...!” Diana bergerak dengan risau saat analnya ditusuk-tusuk oleh jari telunjuk dan jari manis milik John. Diana menggoyangkan pantatnya gatal, kedua lubangnya berkedut ingin segera digenjot dan dipompa lebih cepat.

“Mama binal banget …” John menepuk pantat milik Diana dengan gemas karena perilaku binalnya itu.

“Aaahh … Aaahh … Aaahh … Aaahh …!” Diana mendesah makin gila. John menarik bokong bulat itu agak ke belakang hingga kaitan alat kelamin mereka semakin mengerat. Diana menyeringai sambil meremasi buah dadanya sendiri, dia benar-benar sedang terbakar nafsu.

"Oughh ... Aaaahhh ... Eenaaakkk …!” Diana mendesah keenakan, hampir saja ia lupa dengan lubang analnya yang sedang dipenuhi oleh dua jari. John mendorong kedua jarinya dengan keras di lubang anal milik Diana lalu menumbuk prostat di dalamnya dengan kasar. Hal itu membuat Diana langsung dimabuk oleh kenikmatan. Wanita berambut hitam legam itu semakin kasar meremasi dadanya untuk melampiaskan rasa nikmat yang tengah mendera tubuhnya.

“Aawwuuhh ... Oouhhhh ... Oouhhh … Astagaa! Penissmuuhh aaahh ... Ini nikmaaat!” John terus menggenjot lubang vagina milik Diana dan langsung dihadiahi dengan racauan gila. John merasakan penisnya semakin tegang mendengar desahan seksi milik Diana. Pemuda itu semakin menyodokkan jarinya ke dalam lubang anus milik Diana dengan cepat supaya desahan dari wanita itu terdengar semakin kacau.

“Meemmeekk maammaaa … Aaarrgghh …!” John tidak sanggup mengungkapkan bagaimana lubang ibunya sangat lihai memanjakan penis miliknya, begitu ketat, panas, dan penuh dengan pijatan heboh.

Mendengar pujian anaknya itu, Diana jadi semakin basah dan gila seketika. Pantatnya bergerak maju dan mundur seirama dengan sodokan John, menginginkan kenikmatan yang lebih. Ketika maju titik manisnya digenjot oleh kepala penis milik John, dan ketika mundur, lubang prostatnya bertumbukkan langsung dengan jari John yang begitu keras. Kedua hal itu membuat dia merasa sangat puas. Dua lubangnya benar-benar terlayani dengan baik.

Sepuluh menit berselang, akhirnya Diana tidak sanggup lagi untuk bertahan, dia mencapai puncak dengan gila. “Aaaarrgghhh ...!” Diana menggelengkan kepalanya kencang, kedua benda di dalam lubangnya tidak mau memberinya istirahat untuk menikmati pelepasannya. Ia terus ditumbuk dan digenjot oleh penis dan jari John. Dan Diana merasakan sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa. Dalam tempo yang tidak terlalu lama tiba-tiba kembali tubuhnya mengejang sambil mengerang cukup keras. Diana mencapai orgasmenya yang kedua kali.

“Sekarang mama ingin di atas,” ucap Diana sembari berusaha menghentikan genjotan John.

John pun berhenti menggenjot lalu melepaskan tautan kelaminnya. Kini John duduk di atas closet duduk sementara Diana berada di atas tubuh John dengan mengangkang. Kedua kelamin mereka pun sudah bersatu kembali. Giliran Diana lah yang menggerakan tubuhnya. Diana tidak kehabisan tenaga sama sekali untuk bergerak, dia malah semakin gencar menggoyangkan pantatnya, mengejar kenikmatan dengan caranya sendiri. Menerima dua kali orgasme baginya masihlah belum cukup. Jadi mau tidak mau supaya tubuhnya terpuaskan maka ia memutuskan untuk semakin brutal bergoyang di atas tubuh John supaya sodokan kejantanan yang ada di dalam lubang vaginanya itu semakin terasa nikmatnya. Posisi seperti ini sangat bersahabat dengan nafsunya. Penis milik John yang sejak tadi masih konsisten menggempur titik manisnya dengan gila. Diana menikmati ini, tentu saja. Memangnya siapa yang bisa mengelak surga dunia macam ini di dalam lubang vagina miliknya.

“Aaahh ... Aaarghhhh ... Ouughhh ...” Selangkangan milik Diana semakin basah, cairan pelumasnya mengalir dengan sangat deras dari sana. “Kaauuh-aaahhhh lubangkuuh penuuh-ouughhh!” Diana tidak bisa berkata-kata saat merasakan penis milik John terasa semakin besar di dalam sana. Lubangnya seperti melar begitu lebar saat merasakan betapa besarnya penis itu ketika sedang mendekati klimaks.

“Iinnii … Saatnya …!!!” pekik Diana.

“Ourghh!” Dengan tiga hentakan terakhir akhirnya John mencapai juga klimaksnya. Hal itu juga diikuti oleh Diana. Mereka mencapai puncak kenikmatan bersama-sama. Diana merasakan tubuhnya merinding dengan hebat bahkan sampai ambruk ke depan menimpa John. Sperma milik John mengalir dari vagina Diana. Cairan itu mengalir dengan deras di paha mengkilap Diana.

Setelah beberapa saat menikmati sisa-sisa orgasme, keduanya saling bersitatap dan saling melempar senyum kepuasan. Diana dan John kemudian menyelesaikan acara mandi mereka lalu bersama-sama keluar dari kamar mandi setelah mengeringkan tubuh mereka. Diana dan John sengaja tidak mengenakan pakaian. Mereka berdua malah berbaring telanjang di atas tempat tidur sambil saling berpelukan.

“John … Sebenarnya mama sangat antusias dengan rencanamu mengumpulkan pasangan ibu dan anak dalam satu acara. Tapi, ada sesuatu yang mengganggu pikiran mama,” kata Diana sambil menatap wajah John.

“Apa itu?” tanya John.

“Papamu … Rasanya papamu kurang sekali merasakan apa yang kita rasakan. Masalahnya, selain kesibukan papamu, Tina sebagai pasangan papamu kayaknya kurang antusias, gak seperti kita …” Diana mengungkapkan kegelisahan hatinya.

“Hhhmm … Benar juga …” John baru menyadari.

“Gimana kalau kita buat acara sendiri buat papamu?” tanya Diana.

“Acara apa?” John malah balik bertanya.

“Entahlah … Mama sendiri bingung. Acara apa yang cocok buat papamu,” jawab Diana.

“Begini saja … Tanya sama papa. Acara seperti apa yang dia sukai,” John mengajukan solusi.

“Oh … Ide yang cemerlang. Nanti mama coba bicara dengan papamu. Dia maunya seperti apa,” Diana tersenyum senang.

“Sekarang sudah jam tiga sore … Kok Paman Giri belum sampai ya?” ucap John sembari menengok ke arah jam dinding.

“Aih … Mama lupa … Tadi pamanmu sudah sampai dan langsung berangkat dengan Tina menemui Rafael,” kata Diana sedikit menaikan intonasi suaranya.

“Oh … Kok aku gak tahu ya … Padahal aku gak terlalu nyenyak tidur sebelum menemui mama di sini,” John pun terkejut.

“Sudah gak usah dipikirkan. Masalah pamanmu biar Tina yang urus,” kata Diana.

“Benar juga … Lebih baik kita teruskan pertarungan kita,” ungkap John sambil mulai meremas buah pantat Diana.

Diana tersenyum senang dan memang itu yang ia harapkan. Kedua insan itu pun mulai saling merangsang. Sentuhan pada titik sensitif mereka pun semakin membuat nafsu birahi mereka kembali terangkat. Bersama, berdua, mengayuh dayung kenikmatan di tengah badai samudera gelora. Berlari bersama mengarungi indahnya keajaiban surga dunia. Benang-benang gairah yang terentang menegang jiwa terlepas sudah. Terurai dengan indahnya, mewujud tirai kenikmatan tiada tara. Seiring tarian jiwa berputar cepat, membawa ke batas kenikmatan bercinta. Membumbungkan rasa bahagia tak terhingga.

#####

Tina dan Rafael akhirnya bertemu di kantor perusahaan milik Rafael dan bersepakat untuk mempekerjakan Giri di kediaman sang eksekutif muda. Giri yang mempunyai basic pendidikan SMK mesin dijadikan sebagai montir dan pengurus seluruh kendaraan keluarga konglomerat tersebut. Giri pun diantar oleh salah satu pegawai Rafael ke tempat tinggal sementaranya sebelum Giri memiliki tempat tinggal sendiri. Sementara itu, Tina tidak bisa menolak ajakan Rafael untuk makan siang. Selain tidak enak hati menolak Rafael, Tina pun ternyata merasakan perutnya yang kosong.

Tina dan Rafael makan di sebuah restoran bergaya Jepang yang sangat mewah. Di meja makan, keduanya menikmati makan siang mereka dengan sedikit guyonan. Keduanya nampak asik dengan pembicaraan mereka. Rafael berbicara dengan berbagai macam topik, dari topik-topik berat sampai topik ringan yang konyol sehingga membuat keduanya tertawa renyah. Tina memang sudah memaafkan kesalahan Rafael namun tidak dengan hatinya, dan untuk kembali padanya ia tidak bisa karena Rafael sudah menghancurkan semua kepercayaan Tina begitu saja.

“Terimakasih ya, kamu sudah mau menerima ajakanku,” ujar Rafael.

“Iya sama-sama. Aku juga senang bisa bertemu kamu lagi, sekian lama kita tidak bertemu,” ucap Tina sambil memberikan senyum simpul kepada pemuda kaya di hadapannya.

“Pacar kamu tidak marah kamu pergi bersamaku?” celetuk Rafael.

“Pacar? Kamu meledekku ya? Aku masih sendiri dari setelah kamu pergi,” jawab Tina sembari mencibirkan bibirnya.

“Aku yang pergi atau kamu yang pergi?” goda Rafael membuat pipi Tina memerah.

“Aku gak punya pacar …” lirih Tina sambil mengalihkan pandangan.

“Loh, memangnya kenapa? Kamu kan cantik, pintar, baik. Emang tidak ada lelaki satu pun yang dapat memikat hatimu?” puji Rafael.

“Gombal …!” ujar Tina.

“Kalau begitu … Bisakah aku memilikimu lagi?” tanya Rafael ragu-ragu. Tina pun menatap wajah pemuda itu.

“Saat ini aku masih ingin sendiri, Rafael … Aku masih ingin bebas …” jawab Tina tegas.

“Kamu masih ingin sendiri atau masih marah padaku?” tanya Rafael penasaran.

“Aku hanya ingin sendiri dulu, bukan berarti aku marah atau membencimu,” tegas Tina lagi.

“Syukurlah … Aku senang kamu tidak marah lagi padaku. Aku percaya menjalani hidup sendirian memang menyenangkan sambil menunggu kesediaanmu,” kata Rafael masih tetap berusaha sambil tersenyum.

“Hi hi hi … Aku akan uji kesabaranmu …” goda Tina sembari cekikikan.

“Sepertinya ini sudah sangat siang. Aku harus kembali ke kantor. Lain kali aku akan ajak kamu lagi makan, Bagaimana menurutmu?” kata Rafael.

“Ah kamu ini bisa saja … Ya sudah ayo kita pulang!” Ajak Tina.

Keduanya keluar dari restoran dengan terus bergandengan tangan. Rafael rasanya tidak lelah untuk tersenyum hari ini, dia sangat senang sekali. Rafael benar-benar tidak bisa mengantar Tina pulang ke rumahnya karena kesibukan dirinya di kantor. Tina sama sekali tidak keberatan dan membiarkan Rafael keluar area restoran setelah melambaikan tangan. Setelah mobil Rafael tidak tampak lagi dari pandangan, Tina segera mengeluarkan smartphone dari tas tangannya lalu menghubungi Giri hendak mengetahui tempat tinggal sementara yang disediakan Rafael untuk pamannya itu.

Hallo …” sapa Giri pada Tina di seberang sana.

“Paman sudah di rumah kah?” tanya Tina.

Kamu gak akan percaya melihat ini. Sebaiknya kamu segera ke sini,” kata Giri bernada takjub.

“Wow … Kelihatannya paman senang sekali,” ujar Tina ikut merasa senang.

Ini rumah cantik sekali. Dan pasti paman akan kerasan tinggal di sini,” ungkap Giri.

“Tadinya aku mau langsung pulang. Karena paman ngomong begitu, aku jadi penasaran. Aku ingin sekali ke sana,” ucap Tina.

Paman kirim alamatnya lewat WA ya … Dan kamu memang harus lihat rumah ini,” kata Giri.

“Ya … Aku tunggu WA-nya …” sahut Tina.

Sambungan telepon terputus namun tak lama ada pesan whatsapp yang masuk ke smartphone milik Tina. Setelah mengetahui alamat rumah tersebut, Tina segera memesan taksi online. Tak lama kemudian, taksi online yang dipesan Tina pun datang. Langsung saja Tina masuk ke dalamnya dan taksi itu segera mengantarkan Tina ke tempat tujuan. Perjalanan cukup memakan waktu karena macet di pertigaan yang entah kenapa lampu lalu lintasnya tidak pernah nyala. Setelah hampir dua jam, akhirnya Tina sampai juga di kediaman Giri yang diberikan Rafael untuk ditinggali sementara.

“Wah … Benar juga … Rumah ini cantik sekali …” Tina tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Rumah yang ditinggali Giri ternyata rumah bergaya minimalis dengan dua lantai itu terlihat indah. Di lingkungan halaman belakang terdapat kolam renang kecil untuk bersantai. Singkatnya rumah ini sangat nyaman untuk ditinggali.

“Paman sangat berterima kasih padamu. Paman merasa hanya kamu satu-satunya orang yang peduli sama paman,” ucap Giri tiba-tiba sendu.

“Paman jangan bersedih begitu. Gak benar juga hanya aku yang peduli. Buktinya, Rafael peduli juga sama paman,” ucap Tina berusaha membesarkan hati pamannya.

“Dia peduli karena kamu. Paman rasa boss paman itu menyukaimu,” kata Giri sambil mengajak Tina bersantai di pinggir kolam renang.

“Dia memang mantanku paman … Dulu aku pernah pacaran sama dia. Tapi karena dia selingkuh, makanya aku putusin. Hi hi hi …” kata Tina yang diakhiri cekikikan.

“Oh, pantas … Dia masih mengharapkanmu bukan?” tanya Giri sembari memberikan sebotol air mineral kepada Tina.

“Ya … Tapi aku lagi gak pengen pacaran … Aku masih ingin sendiri …” jawab Tina santai.

“Ditinggal oleh orang-orang yang berperan penting dalam kehidupan tentu saja bukan suatu hal yang mudah. Setiap pengalaman ada kenangan manis yang didapat pasti mempunyai tempat tersendiri di hati. Meskipun begitu, hidup tetap harus berjalan seperti sebelumnya. Bukan berarti kehilangan orang penting dalam kehidupan atau ditinggalkan kekasih, hidup dapat berhenti begitu saja. Dengan keadaan tersebut, setiap orang harus belajar memaknai hidup bahwa selalu ada yang datang dan pergi. Bukan hanya itu, setiap kejadian yang terjadi pasti terdapat hal baik yang bisa dipelajari. Dengan begitu, setiap orang bisa belajar menghargai kehadiran seseorang dengan lebih baik lagi di kemudian hari,” ungkap Giri yang kini duduk di dekat Tina.

“Terkadang kesendirian, membuatku lebih tau makna hidup. Tak ada pertengkaran, tak ada kebohongan, tak ada aturan dan keterpaksaan,” jelas Tina.

“Ya, paman setuju … Kesendirian mungkin bisa memberimu kekuatan untuk menjalani hidup. Tapi untuk menjadi seseorang yang kuat, kamu tidak bisa sendirian,” ungkap Giri lagi.

“Jadi … Maksud paman?” tanya Tina mulai mengarah.

“Kamu itu perempuan yang cantik … Ketika kamu memilih hidup dalam kesendirian, paman yakin kalau itu bukan karena kamu tak mampu menjalani kebersamaan, tetapi ketakutan akan kehilangan adalah sebuah alasan. Hilangkan perasaan takut akan kehilangan. Seperti paman bilang tadi dalam kehidupan selalu ada yang datang dan pergi. Sudah saatnya kamu membuka diri dan carilah pasangan yang membuat hidupmu lebih ceria,” kata Giri seraya memegang lengan Tina dengan lembut.

“Hi hi hi … Aku gak nyangka kalau paman pintar berpuisi …” Tina menggeser duduknya kemudian menyandarkan tubuhnya pada Giri. “Aku pun sebenarnya setuju dengan perkataan paman. Hanya saja benar kata paman kalau aku takut kehilangan. Aku belum siap untuk merasakan kehilangan lagi,” lanjut Tina.

Di balik rasa segan yang Giri miliki terhadap keponakannya itu, dia memberanikan diri untuk melingkarkan tangannya di pinggang Tina. Giri ingin mencurahkan rasa sayang pada gadis ini tanpa harus melibatkan urusan lain. Pelukannya begitu tulus dan ikhlas memancarkan kasih sayang yang luas tak bertepi. Rasa kasih dan sayang itu muncul karena Giri merasa ada semangat lagi untuk hidup karena ada yang peduli dengan hidupnya. Dan Tina lah yang membangkitkan semangat itu.

Tina pun merasa pelukan dan usapan pamannya begitu lembut dan perlahan membuat dirinya dapat merasakan bagaimana ketulusan seorang Giri kepadanya. Tina juga manusia, ia sangat tersanjung juga hatinya tersentuh. Dari situlah mulai tumbuh rasa yang lebih dari sekedar suka dan sayang. Namun Tina tidak berani mengatakan itu adalah cinta karena ia memiliki pemaknaan sendiri tentang cinta yang jauh lebih kompleks dari apa yang digambarkan oleh Kahlil Gibran dalam puisi-puisinya. Hati gadis itu ternodai dengan banyak hal-hal patamorganis. Saat ini Tina mulai belajar menerima kenyataan hidup, bahwa narasi Semesta jauh lebih kompleks dari narasi sutradara terbaik manapun. Plot twist kehidupan adalah plot twist yang tidak akan pernah terduga oleh akal genius manapun.

“Terima kasih atas kebaikanmu kepada paman. Berkat kamulah, paman merasa dihormati dan paman merasa berharga,” ungkap Giri sembari mengeratkan pelukannya.

“Hi hi hi … Paman jangan terlalu berlebihan begitu. Lebih baik sekarang paman cukur rambut dulu. Rambut paman berantakan sekali. Em, itu kumis dan jenggot juga …” kata Tina sambil mengurai pelukan lalu berdiri.

“Oh, iya … Memang paman berniat untuk cukur,” timpal Giri yang juga ikut berdiri.

“Aku mau pulang. Lain kali aku akan ke sini lagi,” ucap Tina.

“Baiklah … Maaf paman tidak bisa nganter,” kata Giri.

“Tidak apa-apa paman. Aku bisa pulang sendiri kok …” canda Tina.

Tina pun akhirnya meninggalkan Giri. Gadis itu pulang ke rumahnya dengan menggunakan taksi online. Tina merasa bahagia karena pamannya sudah mempunyai pekerjaan di kota ini. Suatu kebahagiaan tersendiri bisa menolong pamannya. Entah kenapa ia begitu menyayangi pamannya. Tina merasakan rasa sayangnya begitu menyenangkan, Tina merasa nyaman dan aman berada dekat dengan pamannya itu.

#####

John berbaring terlentang di tempat tidur, di sebelah tubuh telanjang Diana. Diana memeluk tubuh John sambil mensejajarkan wajahnya saat John sedang memainkan smartphone miliknya. Pemuda itu berpikiran harus menghubungi anggota komunitasnya untuk memperingati mereka tentang acara kumpul-kumpul di villa taman impian yang akan dilaksanakan dua hari ke depan.​


Pertama kali yang John hubungi adalah pasangan Andi dan Yuni. John menghubungi Andi sekedar untuk mengingatkan kalau acara kumpul bersama antar anggota komunitas akan dilaksanakan hari Sabtu. Andi pun menjawabnya dengan banyolan kalau dia tak perlu diingatkan lagi karena John sudah mengatakannya berkali-kali.

Setelah itu, John menelepon Rafael yang masih dalam perjalanan pulang dari kantornya. Kembali John mengingatkan Rafael tentang acara yang mereka susun. Rafael tidak pernah akan lupa, bahkan pemuda itu ingin sekali waktu berjalan lebih cepat. Rafael merasa tidak sabar untuk menunggu sampai hari Sabtu.

Orang yang dihubungi John selanjutnya adalah Dedi. Sama dengan sebelumnya, John mengingatkan Dedi untuk bersiap-siap dengan hari Sabtu yang akan datang. Dedi pun menjawab kalau dia dan ibunya sangat antusias untuk menghadiri acara spesial tersebut. Mereka tidak sabar untuk segera ke sana.

Kemudian John menghubungi Agam. Kebetulan Agam sedang berada dengan ibunya, maka John bisa langsung mendapat jawaban ‘bersedia’ dari mereka. Sebenarnya Agam dan ibunya agak terkejut dengan acara yang akan dilaksanakan karena memang sebelumnya John tidak bercerita kepada mereka tentang acara kumpul bersama ini.​


Anggota selanjutnya yang dihubungi John adalah Gugun. Kali ini John memerintahkan kepada Gugun untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk pelaksanaan kumpul bersama anggota komunitas. John menyuruh Gugun menghubungi Rafael untuk masalah dana yang diperlukan. Gugun awalnya segan namun setelah dijelaskan oleh John bahwasannya memang Rafael lah yang memerintahkan hal tersebut, barulah Gugun menyetujui perintah John.​


Selanjutnya John menelepon pasangan Fahri dan Fina. Pasangan ini berasal dari luar Kota Jakarta, tepatnya Kota Cianjur. John sedikit berbasa basi pada Fahri agar merasa lebih dekat. John pun sedikit bercanda agar tidak canggung. Setelah itu, John mengutarakan maksud menelepon Fahri tentang pelaksanaan kumpul bersama di villa taman impian. John merasa lega karena Fahri dan Dina menyatakan kesediaannya datang ke villa yang telah ditentukan. Setelah menutup pembicaraan, John pun mengirim alamat villa kepada Fahri melalui aplikasi whatsapp.​


Terakhir, John menghubungi pasangan Ronny dan Maya. Pasangan ini juga berasal dari luar Jakarta. Mereka tinggal di Kota Bandung. Sama seperti sebelumnya, John berbasa-basi terlebih dahulu yang diselingi candaan dengan maksud mendekatkan diri dan menghilangkan kecanggungan. Setelah beberapa saat barulah John menceritakan kalau dirinya akan mengadakan acara berkumpul bersama antar anggota komunitas di villa taman impian. John pun sangat senang dengan jawaban Ronny yang menyatakan bahwa dirinya dan ibunya akan datang ke tempat itu.​


Delapan pasang ibu dan anak berhasil dihubungi John dan kesemuanya menyatakan akan hadir di acaranya. Wajah-wajah antusias tergambar jelas pada John dan Diana. Ibu dan anak tersebut melanjutkan obrolan mereka seputar acara yang akan dilaksanakan di villa taman impian. Tentu saja untuk acara Sabtu depan, John menginginkan acara difokuskan pada pengenalan antar anggota agar terbangun kebersamaan dan keakraban antar mereka semua.​

Bersambung

Chapter 14 di halaman 23
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd