botakajaib
Guru Semprot
- Daftar
- 5 Dec 2019
- Post
- 597
- Like diterima
- 7.278
Selamat sore saudaraku semua, hanya ingin berkontribusi di forum tercinta ini, mohon maaf apabila ada kata - kata yang masih berantakan.
Aku Lelaki Biadap
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
Episode Lanjutan
..................................................
“Braakk...”,
Suara gaduh membuatku terperanjat dari tidurku, sesaat ku lirik jam dinding yang ada tepat diatas pintu kamar.
“Hmm..masih jam 02.15 dini hari” gumamku
Disela – sela suara hewan malam, terdengar samar – samar orang berbincang di jalan depan rumah,
“Udah biarin saja disini, ayo kita tinggal saja”
“Yakin ditinggal disini?”
“Udah,,ayo cepetan..”
Setelah itu terdengar bunyi mobil distart dan langsung meninggalkan tempat itu. Dengan menahan kantuk, kupaksakan beranjak dari tempat tidurku karena rasa penasaran ingin tahu apa yang terjadi diluar asal sumber suara.
Aku berjalan menuju ruang tamu, kusibakkan korden jendela melihat arah datangnya suara tadi, kulihat kekanan dan kiri, serta jalanan didepan rumah, sepi.
Sampai suatu saat kedua mataku terhenti pada suatu tempat, aku terperanjat, terlihat perempuan tergeletak diteras rumah diseberang rumahku. Iya, dia Devita, tetanggaku.
Aku biasa memanggilnya tante Vita, seorang janda yang telah bercerai dengan suaminya. Aku dengar dari cerita mama, kalau tante Vita ini di tinggal begitu saja oleh suaminya. Kabar terahir suaminya sekarang telah menikah lagi dengan wanita lain. Tante vita mempunyai anak yang masih berusia 4 tahun dan sekarang ikut neneknya, atau ibu dari tante vita di kampung semenjak dia disini.
Tante Vita ini berasal dari kota Se****** yang dipindah tugaskan dari tempat kerjanya kekota ini. Dia mengontrak sebuah rumah yang berhadapan tepat dengan rumahku, hanya antara rumah kami dipisah oleh jalan paving selebar 4 meter. Dia tinggal sendirian disitu, rumahnya sering terlihat kosong, karena tante Vita sendiri berangkat kerja pagi dan sering pulang pada malam hari. Aku sendiri jarang sekali ngobrol dengannya, tetapi dia akrab dengan mamaku. Tak jarang setiap hari libur tante Vita datang kerumahku dan ngobrol dengan mama diteras.
“Ngapain tante Vita tidur diteras..?” aku bertanya - tanya
Kuberanikan diri untuk keluar rumah berjalan menghampiri wanita ini. Keadaan sekitar sangatlah sepi, mungkin tetangga yang lainnya sudah terlelap. Setelah mendekat dan jongkok di samping tubuhnya yang terlentang diteras, terdengar tante Vita mendengkur pelan, terlihat dia tidur dengan lelapnya. Rambut dan bajunya acak – acakan disertai aroma bau alkohol seketika tercium di hidungku.
“ sepertinya dia mabuk, “ gumamku
Setelah melihat wajah tante Vita tertidur dengan pulasnya, kini pandanganku beralih ke bawah, tante Vita masih memakai baju kerjanya dengan kemeja warna biru muda dan rok pendek diatas lutut. Tante Vita malam ini terlihat sangat sexy sekali, terlebih setelah aku lihat rok pendeknya agak sedikit tersingkap, maka terpampanglah paha putih mulusnya di bawah redup cahaya lampu teras. Jantungku berdegup kencang melihat pemandangan itu, baru kali ini aku memandang tante vita dari dekat, dan semakin dekat malah.
“Te..Tante Vita, bangun te...” Aku goyang - goyangkan bahunya dengan bermaksud untuk membangunkannya.
Dia hanya menggeliat pelan dan mengeluarkan suara tidak jelas seperti orang mengigau tetapi tetap matanya tetap tertutup rapat. Mataku terus memandang paha mulusnya dan melirik gundukan payudaranya, bra warna merah terlihat jelas dari sela kancing kemejanya. Payudaranya terlihat naik turun bersamaan dengan dengkuran pelannya membuat nafasku mulai terasa berat, dan penisku terasa semaking menggeliat di bawah sana.
“kesempatan nih, mumpung dia tidak sadar...” Pikirku yang sudah mulai tidak sehat
Sedikit gambaran, tante vita ini berusia 28 tahun, kulitnya putih terawat dengan rambut sebahu, tubuhnya sangat ideal, ditambah pantatnya yang agak besar menambah keseksiannya. Yang membuat aku tidak tahan adalah bibirnya, sangat tipis dan sexy menurutku. Sudah lama sejak pertama melihat tante Vita ini aku selalu membayangkan bibir itu aku lumat dan bibir itu juga yang menghisap – hisap penisku. Tetapi cara berpakaian tante Vita dalam kesehariannya sangat biasa saja, dan kadang sesekali menggunakan hijab, dari situ aku hanya bisa membayangkan, dan tidak sedikitpun punya pikiran yang terlalu jauh, karena menurutku sangat tidak mungkin.
Tanganku mulai membelai pipi dan bibir tante vita, agak lama jemariku menari disana, ku elus dengan tanganku yang gemetaran, antara takut dan nafsu melihat wanita ini. Belaianku turun ke dadanya, aku remas pelan payudaranya walau hanya diluar bajunya. Aku remas bergantian sebelah kiri dan kanan, badan tante Vita menggeliat pelan dan lagi – lagi bibirnya seakan mengucapkan sesuatu tetapi tidak terdengar jelas bahkan sekilas seperti suara mendesah, aku hentikan aktifitasku, aku lirik matanya tetap terpejam, aku lanjutkan lagi untuk mengelusnya. Melihat tante Vita tidak merespon, kini aku semakin berani, salah satu jariku mulai menelusup diantara kancing baju kemejanya. Akan tetapi ada kejadian yang membuatku seakan tersambar petir saat itu, belum sampai ujung jariku menyentuh kulit payudaranya tiba – tiba aku dikagetkan sorot lampu senter yang mengarah padaku.
“Mas Rudi?” suara seseorang yang tak asing memanggil namaku di balik cahaya senter,
Dengan reflek tanganku kutepis dari dada tante Vita, aku menoleh kebelakang, ternyata Pak RT dan Pak Iwan seorang yang ditugaskan sebagai keamanan desa, berdiri di jalan paving depan rumah tante vita yang juga depan rumahku. Keringat dinginku langsung keluar karena takut.
“Eh...ii,,iya Pak” Jawabku dengan nada gemetaran dengan nada terbata
Aku seakan sudah pasrah apabila perbuatanku tadi diketahui oleh Pak RT dan Pak Iwan. Kedua orang itu berjalan mendekatiku, semakin mereka mendekat, semakin jantungku berdegub kencang dengan posisiku masih berjongkok disamping tubuh tante Vita yang masih tertidur. Tangan dan badanku gemetar, entah apa jadinya nanti, kalau perbuatanku dilaporkan ke orangtuaku dan warga kampung oleh kedua orang ini, pasti akan sangat malu.
“Ada apa mas, kok mbak Vita tiduran di sini?” Tanya pak RT dengan santai
Aku sedikit lega mendengarnya, dari cara pengucapan Pak RT yang tenang, seperti sama sekali tidak mengetahui perbuatannku tadi, atau mungkin mereka tahu tapi tidak mau menegurku, aku sendiri tidak tahu pastinya, aku pun berusaha untuk bersikap biasa saja.
“Saya tidak tahu pastinya pak, setelah saya keluar rumah dia sudah tertidur disini sepertinya dia baru saja pulang dari tempat kerjanya” Jawabku dengan santai dan berusaha menghilangkan rasa panik
“Kasihan sekali dia..” gumam pak RT
“Apa kita bawa masuk rumahnya saja Pak ?, kuncinya mungkin ada di tas kecil yang dibawanya itu” tawarku ke mereka
“Jangan Mas, kita tidak boleh masuk rumah orang sembarangan tanpa ijin yang punya” ujar Pak RT
“Kita pindahkan saja kesana pak, dia pasti kedinginan disini,kasihan..” sahut pak Iwan sambil menunjuk kursi panjang yang ada diteras rumah tante Vita. Setelah diam beberapa saat, pak RT menyetujuinya, karena malam itu memang terasa sangat dingin ditambah kabut pagi sudah mulai turun.
Sejurus kemudian Pak RT dan pak Iwan memindahkah tante Vita ke kursi panjang yang ada diteras rumahnya, Pak RT memintaku mengambilkan sebuah selimut untuk menutupi tubuh tante Vita agar tidak kedinginan. Aku bergegas kembali kerumah mengambil sebuah selimut, dan menyerahkan ke pak RT untuk ditutupkan ke tubuh tante Vita yang masih terlelap.
Bersambung...
Ilustrasi Tante Vita
Aku Lelaki Biadap
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
Episode Lanjutan
..................................................
“Braakk...”,
Suara gaduh membuatku terperanjat dari tidurku, sesaat ku lirik jam dinding yang ada tepat diatas pintu kamar.
“Hmm..masih jam 02.15 dini hari” gumamku
Disela – sela suara hewan malam, terdengar samar – samar orang berbincang di jalan depan rumah,
“Udah biarin saja disini, ayo kita tinggal saja”
“Yakin ditinggal disini?”
“Udah,,ayo cepetan..”
Setelah itu terdengar bunyi mobil distart dan langsung meninggalkan tempat itu. Dengan menahan kantuk, kupaksakan beranjak dari tempat tidurku karena rasa penasaran ingin tahu apa yang terjadi diluar asal sumber suara.
Aku berjalan menuju ruang tamu, kusibakkan korden jendela melihat arah datangnya suara tadi, kulihat kekanan dan kiri, serta jalanan didepan rumah, sepi.
Sampai suatu saat kedua mataku terhenti pada suatu tempat, aku terperanjat, terlihat perempuan tergeletak diteras rumah diseberang rumahku. Iya, dia Devita, tetanggaku.
Aku biasa memanggilnya tante Vita, seorang janda yang telah bercerai dengan suaminya. Aku dengar dari cerita mama, kalau tante Vita ini di tinggal begitu saja oleh suaminya. Kabar terahir suaminya sekarang telah menikah lagi dengan wanita lain. Tante vita mempunyai anak yang masih berusia 4 tahun dan sekarang ikut neneknya, atau ibu dari tante vita di kampung semenjak dia disini.
Tante Vita ini berasal dari kota Se****** yang dipindah tugaskan dari tempat kerjanya kekota ini. Dia mengontrak sebuah rumah yang berhadapan tepat dengan rumahku, hanya antara rumah kami dipisah oleh jalan paving selebar 4 meter. Dia tinggal sendirian disitu, rumahnya sering terlihat kosong, karena tante Vita sendiri berangkat kerja pagi dan sering pulang pada malam hari. Aku sendiri jarang sekali ngobrol dengannya, tetapi dia akrab dengan mamaku. Tak jarang setiap hari libur tante Vita datang kerumahku dan ngobrol dengan mama diteras.
“Ngapain tante Vita tidur diteras..?” aku bertanya - tanya
Kuberanikan diri untuk keluar rumah berjalan menghampiri wanita ini. Keadaan sekitar sangatlah sepi, mungkin tetangga yang lainnya sudah terlelap. Setelah mendekat dan jongkok di samping tubuhnya yang terlentang diteras, terdengar tante Vita mendengkur pelan, terlihat dia tidur dengan lelapnya. Rambut dan bajunya acak – acakan disertai aroma bau alkohol seketika tercium di hidungku.
“ sepertinya dia mabuk, “ gumamku
Setelah melihat wajah tante Vita tertidur dengan pulasnya, kini pandanganku beralih ke bawah, tante Vita masih memakai baju kerjanya dengan kemeja warna biru muda dan rok pendek diatas lutut. Tante Vita malam ini terlihat sangat sexy sekali, terlebih setelah aku lihat rok pendeknya agak sedikit tersingkap, maka terpampanglah paha putih mulusnya di bawah redup cahaya lampu teras. Jantungku berdegup kencang melihat pemandangan itu, baru kali ini aku memandang tante vita dari dekat, dan semakin dekat malah.
“Te..Tante Vita, bangun te...” Aku goyang - goyangkan bahunya dengan bermaksud untuk membangunkannya.
Dia hanya menggeliat pelan dan mengeluarkan suara tidak jelas seperti orang mengigau tetapi tetap matanya tetap tertutup rapat. Mataku terus memandang paha mulusnya dan melirik gundukan payudaranya, bra warna merah terlihat jelas dari sela kancing kemejanya. Payudaranya terlihat naik turun bersamaan dengan dengkuran pelannya membuat nafasku mulai terasa berat, dan penisku terasa semaking menggeliat di bawah sana.
“kesempatan nih, mumpung dia tidak sadar...” Pikirku yang sudah mulai tidak sehat
Sedikit gambaran, tante vita ini berusia 28 tahun, kulitnya putih terawat dengan rambut sebahu, tubuhnya sangat ideal, ditambah pantatnya yang agak besar menambah keseksiannya. Yang membuat aku tidak tahan adalah bibirnya, sangat tipis dan sexy menurutku. Sudah lama sejak pertama melihat tante Vita ini aku selalu membayangkan bibir itu aku lumat dan bibir itu juga yang menghisap – hisap penisku. Tetapi cara berpakaian tante Vita dalam kesehariannya sangat biasa saja, dan kadang sesekali menggunakan hijab, dari situ aku hanya bisa membayangkan, dan tidak sedikitpun punya pikiran yang terlalu jauh, karena menurutku sangat tidak mungkin.
Tanganku mulai membelai pipi dan bibir tante vita, agak lama jemariku menari disana, ku elus dengan tanganku yang gemetaran, antara takut dan nafsu melihat wanita ini. Belaianku turun ke dadanya, aku remas pelan payudaranya walau hanya diluar bajunya. Aku remas bergantian sebelah kiri dan kanan, badan tante Vita menggeliat pelan dan lagi – lagi bibirnya seakan mengucapkan sesuatu tetapi tidak terdengar jelas bahkan sekilas seperti suara mendesah, aku hentikan aktifitasku, aku lirik matanya tetap terpejam, aku lanjutkan lagi untuk mengelusnya. Melihat tante Vita tidak merespon, kini aku semakin berani, salah satu jariku mulai menelusup diantara kancing baju kemejanya. Akan tetapi ada kejadian yang membuatku seakan tersambar petir saat itu, belum sampai ujung jariku menyentuh kulit payudaranya tiba – tiba aku dikagetkan sorot lampu senter yang mengarah padaku.
“Mas Rudi?” suara seseorang yang tak asing memanggil namaku di balik cahaya senter,
Dengan reflek tanganku kutepis dari dada tante Vita, aku menoleh kebelakang, ternyata Pak RT dan Pak Iwan seorang yang ditugaskan sebagai keamanan desa, berdiri di jalan paving depan rumah tante vita yang juga depan rumahku. Keringat dinginku langsung keluar karena takut.
“Eh...ii,,iya Pak” Jawabku dengan nada gemetaran dengan nada terbata
Aku seakan sudah pasrah apabila perbuatanku tadi diketahui oleh Pak RT dan Pak Iwan. Kedua orang itu berjalan mendekatiku, semakin mereka mendekat, semakin jantungku berdegub kencang dengan posisiku masih berjongkok disamping tubuh tante Vita yang masih tertidur. Tangan dan badanku gemetar, entah apa jadinya nanti, kalau perbuatanku dilaporkan ke orangtuaku dan warga kampung oleh kedua orang ini, pasti akan sangat malu.
“Ada apa mas, kok mbak Vita tiduran di sini?” Tanya pak RT dengan santai
Aku sedikit lega mendengarnya, dari cara pengucapan Pak RT yang tenang, seperti sama sekali tidak mengetahui perbuatannku tadi, atau mungkin mereka tahu tapi tidak mau menegurku, aku sendiri tidak tahu pastinya, aku pun berusaha untuk bersikap biasa saja.
“Saya tidak tahu pastinya pak, setelah saya keluar rumah dia sudah tertidur disini sepertinya dia baru saja pulang dari tempat kerjanya” Jawabku dengan santai dan berusaha menghilangkan rasa panik
“Kasihan sekali dia..” gumam pak RT
“Apa kita bawa masuk rumahnya saja Pak ?, kuncinya mungkin ada di tas kecil yang dibawanya itu” tawarku ke mereka
“Jangan Mas, kita tidak boleh masuk rumah orang sembarangan tanpa ijin yang punya” ujar Pak RT
“Kita pindahkan saja kesana pak, dia pasti kedinginan disini,kasihan..” sahut pak Iwan sambil menunjuk kursi panjang yang ada diteras rumah tante Vita. Setelah diam beberapa saat, pak RT menyetujuinya, karena malam itu memang terasa sangat dingin ditambah kabut pagi sudah mulai turun.
Sejurus kemudian Pak RT dan pak Iwan memindahkah tante Vita ke kursi panjang yang ada diteras rumahnya, Pak RT memintaku mengambilkan sebuah selimut untuk menutupi tubuh tante Vita agar tidak kedinginan. Aku bergegas kembali kerumah mengambil sebuah selimut, dan menyerahkan ke pak RT untuk ditutupkan ke tubuh tante Vita yang masih terlelap.
Bersambung...
Ilustrasi Tante Vita
Terakhir diubah: