Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG TANPA BATAS

Wah makasih updatenya

Ini sih bikin deg-deg ser sih. Dah lama ga baca cerita dengan aksi eksib atau teasing tipis-tipis begini. Tapi kalau diliat, si Nia ini benar-benar seperti menemukan mainan baru. Entah apa ada sisi lain Nia yang bakal keluar. Misal genit + menggoda secara teranga-terangan gitu walaupun ga sampai berhubungan badan.

Benar yang dikatakan Nia, Martin seperti ragu akan kegiatan mereka. Nindi pun seperti sadar dan memberikan tantangan ke tiga 3 untuk Nia agar membantu Martin. Entah apa Martin masih bisa mencoba kegiatan ini kedepannya, jika tidak maka dia sendiri tidak akan menikmatinya berbeda dengan Nia yang setiap tahapan mampu memberikan stimulus dikehidupannya.

Ditunggu kelanjutannya​
 
CHAPTER 4


Martin menata makanan di meja makan besar yang terletak di teras belakang rumah samping kolam renang. Pria itu menata makanan dengan pikiran yang kurang fokus. Sesungguhnya Martin masih merasa ragu, namun benar apa yang dikatakan Nia, dirinya tidak ingin mengecewakan istrinya yang telah lebih dahulu menikmati hidup gaya baru ini. Tiba-tiba saja, Martin terkejut ketika sepasang tangan memeluk dirinya dari belakang. Sepasang tangan halus milik wanita itu kini bahkan sudah melingkari perutnya. Punggung Martin pun merasakan dua bukit kenyal menempel di punggungnya.

“Sepertinya kita harus bicara berdua.” Nindi berkata dengan suara dibuat mendesah.

Sejenak Martin menatap Nia yang berada beberapa meter dari dirinya. Nia pun tersenyum dan menganggukan kepala tanda menyetujui permintaan Nindi pada suaminya. Martin dan Nindi kemudian berjalan ke sudut area kolam renang sebelah utara dan duduk di kursi taman berhimpitan.

“Martin, aku tahu kalau kamu masih merasa ragu. Sebenarnya ada apa denganmu?” Tanya Nindi sangat serius.

“Bagaimana kamu tahu kalau aku masih ragu?” Martin balik bertanya namun ia mengakui kalau Nindi mempunyai felling yang sangat baik.

“Ingat dengan tantanganmu untuk mendekati wanita yang tempo hari kusarankan? Martin, aku tahu banyak tentang laki-laki, dan aku sangat tahu siapa dirimu. Aku mau tanya sekali lagi, kenapa kamu masih merasa ragu?” Nindi kini cukup mendesak Martin.

“Aku takut ini tidak akan berhasil, Ndi ... Aku masih sangsi ... Dan aku sangat takut kehilangan Nia ...” Akhirnya Martin berkata jujur dengan suara lirih.

“Martin ... Aku akui kemungkinan itu memang ada. Tapi, alangkah tidak adilnya kalau seseorang menghalang-halangi hak yang memang harus ia terima. Lihat istrimu, ia sudah menyukai gaya hidup bebasnya. Apa kamu tega mencabut apa yang sudah ia senangi?” Kata Nindi penuh penekanan.

“Itulah sebenarnya yang sedang aku pikirkan. Aku takut kehilangan Nia tetapi aku tidak ingin membuat dia bersedih karena diambil kesenangannya olehku.” Martin kini sangat kentara mengeluh.

“Sekarang bandingkan olehmu kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Kemungkinan pertama adalah kamu membiarkan Nia dengan kesenangannya terus ditinggalkan dia. Kemungkinan kedua, kami menarik kesenangan Nia dan akhirnya juga ditinggalkan dia karena kecewa padamu. Kamu akan pilih yang mana?” Nindi benar-benar membuat Martin berpikir keras.

“Aku tidak pilih keduanya. Aku hanya ingin aku dan Nia terus bersatu.” Martin tidak mampu menjawab.

“Ikutilah kesenangan dia, itulah jalan terbaik agar kamu tidak ditinggalkannya. Martin, kamu ini laki-laki yang banyak disukai wanita. Seharusnya kamu selangkah lebih maju dari Nia. Kamu seharusnya sudah meniduri berpuluh-puluh wanita. Coba explore kelebihanmu sebagai laki-laki tampan. Aku yakin Nia tidak keberatan.” Nindi mencoba memberi sugesti pada Martin.

Martin menatap mata Nindi dalam-dalam. Ternyata kata-kata Nindi itu meresap dalam pikiran bawah sadarnya. Hatinya seperti mulai terbuka untuk menerima pencerahan. Martin mulai meyakini kalau dirinya mampu menjadi seorang pria yang dikatakan Nindi dan meyakini dirinya memiliki banyak keistimewaan. Pelan-pelan di hati Martin mulai tumbuh kepercayaan dirinya, egonya mulai naik menguasai pikirannya.

“Martin ...” Ujar Nindi sambil menangkup wajah tampan Martin. “Lupakan cinta. Cinta hanya membuat kita merasa bodoh. Kalau ingin pintar bermain cinta maka camkan, kalau cinta itu tak mengenal siapa dengan siapa. Cinta itu bisa diekspresikan dalam hal apapun dan kepada siapapun.” Lanjut Nindi yang sukses menyadarkan Martin dari kegelapannya. Saat itu juga hancurlah keraguan dalam dirinya.

“Apakah kita akan memulai melakukan sesuatu yang seksual?” Suara Martin mendesah. Bibirnya kini hampir bersentuhan dengan bibir Nindi.

“Dengan senang hati, Martin ... Buat aku orgasme, sayang ...” Balas desah Nindi.

Satu detik kemudian bibir mereka sudah saling melumat, saling mengecap lidah satu sama lain. Lidah mereka tidak tinggal diam, juga ikut terlibatdalam ciuman ini. Mereka melakukan french kiss. Tangan Nindi mulai masuk ke dalam boxer Martin dan mendapati ‘sesuatu’ di sana. Martin memejamkan matanya menikmati sensasi yang didapat dari Nindi saat jari-jari Nindi memanjakan penisnya.

Martin pun tak mau kalah, kini tangannya meremas kedua bukit yang begitu menantang di depannya dengan lembut yang disambut desahan pelan dan geliatan dari Nindi. Martin bisa merasakan payudara Nindi mengeras, putingnya mendesak kain tipis yang menghalanginya. Akhirnya vagina Nindi pun berdenyut-denyut dan mulai basah.

Tiba-tiba suara riuh menggema, bahkan sekarang diiringi dengan suitan-suitan centil dan senang. Nia yang melihat Martin dan Nindi sedang bercumbu pun tersenyum senang. Apalagi saat kejantanan Martin keluar dari boxernya dan tangan Nindi mengurut kejantanan Martin. Hanya satu menit kurang, Nia melihat tangan suaminya masuk ke dalam celana renang Nindi dan Nia dapat memastikan jari-jari Martin kini sedang menstimulasi organ kewanitaan Nindi.

Tiba-tiba Martin dan Nindi berpindah ke lantai taman. Semua yang hadir bersorak- soray ketika kedua insan itu mulai melakukan gaya 69. Nindi yang beradi atas tubuh Matin dengan liar mengocok dan menghisap penis Martin. Sementara Martin menjilati vagina Nindi sambil meremas-remas pantatnya. ‘Pertempuran’ Nindi melawan Martin masih menjadi perhatian orang-orang termasuk Nia walau sambil mempersiapkan makan malam. Nia merasakan rangsangan yang begitu hebat. Nia sudah sangat bergairah ingin bercumbu, dan badannya terasa hangat seperti bara yang siap berkobar menjadi api.

Sepuluh menit berselang, Martin dan Nindi menyudahi ‘pertempuran’ mereka. Keduanya sudah mendapatkan pelepasan hasrat masing-masing. Nindi melingkarkan tangannya ke lengan Martin saat mereka berjalan ke arah meja makan di mana peserta yang lain memang sengaja menunggu Martin dan Nindi untuk bergabung.

“Hei ... Malam ini suamimu menjadi milikku.” Goda Nindi pada Mia dan Mia pun tersenyum.

“Kamu bisa memilikinya sekarang tapi kembalikan padaku nanti pada waktunya.” Balas canda Nia.

Tidak berapa lama, makan malam pun dimulai dengan diawali makanan pembuka, makanan utama, cheese board, dan diakhiri dengan dessert. Pada malam itu, pakaian renang para wanita sangat terbuka. Bra-bra yang mereka gunakan longgar sehingga memungkinkan laki-laki yang duduk di sebelahnya memandang utuh gundukan daging indah di dada mereka.

Makan malam sangat meriah dengan pasangan-pasangan yang saling bercanda dan saling menggoda. Makan malam pun usai, semua peserta segera membersihkan bekas malam makan mereka dengan cepat. Hendrik sebagai tuan rumah meredupkan lampu sekitar kolam renang.

"Hadirin sekalian, saya persembahkan tempat ini bagi kita untuk melakukan sesuatu yang seksual dengan pasangan masing-masing. Kami persilahkan untuk memulainya karena kalian hanya memiliki waktu satu jam saja." Kata Hendrik sambil tertawa.

Nia yang berpasangan dengan Ricky lagi telah memilih sebuah gazebo kecil di ujung selatan kolam renang. Nia dengan tanpa ragu-ragu duduk di pangkuan Ricky sambil kedua tangannya memeluk leher laki-laki itu. Nia menggeliat gelisah merasakan libidonya yang sejak tadi bertingkah di dalam tubuhnya. Mereka pun berciuman mesra di tengah suasana serba remang. Tak lama Nia melepaskan ciumannya dan berkata.

"Aku agak kepanasan. Bolehkah aku membenarkan pakaianku sebentar?" Nia hanya mengenakan bikini seksi, Ricky penasaran apa maksud ucapannya itu. Nia tiba-tiba melepas branya, menjatuhkan atasan di lantai batu gazebo. "Nah! Ini jauh lebih baik. Jauh lebih keren." Dia berbaring di pelukan Ricky dan kembali melakukan ciuman erotis.

Beberapa saat kemudian, ciuman Ricky beralih ke payudara Nia. Payudara Nia dihisap sambil sesekali menggigit mesra kedua putingnya. Sekitar lima menit berselang, Ricky meminta Nia untuk mengangkanginya. Nia bergerak menghadapkan tubuhnya ke tubuh Ricky dengan menyelipkan lututnya ke kedua sisinya kursi, menanamkan vaginanya yang tertutup bikini di atas penis Ricky yang terhalang boxernya. Nia mulai bergoyang di atas tubuh Ricky, menggesek-gesekan vaginanya pada penis Rivky. Ricky menciumi payudara Nia sambil memeluk tubuhnya. Laki-laki itu menghisap payudaranya kiri dan kanan. Nia mendesah-desah keenakan, Ricky benar-benar mengirim sinyal kenikmatan ke inti seksual Nia.

"Apakah kamu melakukan ini dengan Devi juga?" Tanya Nia.

"Tentu saja," gumamnya sambil menggerakkan mulutnya ke payudara satunya. "Dia bisa orgasme seperti ini. Aku ingin lihat, apakah kamu bisa orgasme juga." Lanjut Ricky.

“Aku … bisa,” Nia terengah-engah beberapa menit kemudian. Dia membiarkan perasaan erotis dan rangsangan seksual menyapu seluruh tubuhnya. Klitoris Nia terstimulasi sempurna menyalurkan kenikmatan yang tiada tara dan rasanya tubuh Nia bernyanyi kegirangan.

Pantat Nia semakin liar bergoyang saat tonjolan penis Ricky menyentuh-nyentuh klitorisnya dan penis itu menyusuri alur sempit di vaginanya yang sudah sangat basah. Sekitar sepuluh menit bergerak, akhirnya orgasme Nia datang. Wanita itu mengerang bersamaan dengan perasaan kemegahan erotis yang menyapu dirinya. Nia sungguh merasakan kenikmatan puncak permainan ini dengan penuh kepuasan.

"Ricky, kamu benar-benar hebat. Kamu adalah pria pertama selain suamiku yang membuatku orgasme." Kata Nia sambil terengah-engah.

“Terima kasih atas pujiannya.” Ricky tersenyum dengan tangan masih meremas lembut payudara Nia.

Merasa perlu membayar apa yang telah diberikan Ricky, Nia menggeser duduknya agak ke belakang lalu tangannya mengeluarkan kemaluan Ricky dari boxernya. Nia menggenggam penis itu dengan seluruh telapak tangannya lalu menggerakannya turun naik dengan sangat lembut.

"Ya, sayang ... Enak sekali ... Aaahh ..." Desah Ricky.

Sambil menggerakkan tangannya, Nia mencium bibir Ricky sekilas. Tangan Nia mulai mencengkram lebih kuat penis kaku Ricky dan memberi perhatian khusus pada kepala penis di mana Nia tahu kalau itu bagian paling sensitif dari organ seks pria. Nia juga mulai melihat sekeliling area kolam untuk melihat pasangan lain. Fadil sedang menghisap payudara besar Anggi beberapa meter jauhnya. Hendrik bersama Devi, dan mereka juga sedang bergoyang di mana Devi berada di pangkuan Hendrik.

Martin bersama Nindi di kursi malas. Mereka berbaring berhadapan dengan pakaian yang hampir terlepas dari tubuh mereka. Jelas terlihat kalau jari tangan Martin terkubur di dalam vagina Nindi sementara tangan Nindi melingkari batang kemaluan Martin. Mereka sedang saling memberikan kenikmatan pada organ intim mereka masing-masing sambil berciuman.

Nia pun kembali memperhatikan Ricky sepenuhnya. Ricky terengah-engah lebih keras dan lebih cepat saat Nia mengerjai kemaluannya. Ricky kembali menghisap payudara Nia dan menggosok celah vaginanya dari luar celana renangnya.

Sebuah erangan panjang meletus dari sisi lain area kolam. Nia tahu suara itu. Martin baru saja orgasme. Nia menoleh dan melihat Nindi telah berhenti memijat kemaluan suaminya. Dan ternyata Nindi sedang mengalami orgasme juga. Mereka rupanya orgasme secara bersama-sama.

Nia kembali menatap Ricky, membungkuk dan menciumnya dengan penuh gairah. Nia meningkatkan intensitas kocokannya. Beberapa detik kemudian, Ricky terkesiap, "Ya! Aku akan ...!" Nia merasakan penis Ricky membesar dan berkedut-kedut di tangannya, tak lama sperma keluar dari ujung kepala penisnya. Nia pun memperlambat cumbuan tangannya sambil mengarahkan penis itu ke perutnya sampai Ricky selesai. Ricky lalu menarik Nia ke arahnya lalu menciumnya dengan keras. "Kamu yang terhebat. Terima kasih."

"Yah, kita harus saling berterima kasih. Ini benar-benar menyenangkan." Nia terkekeh. Ricky dan Nia saling berpelukan dan memperhatikan peserta yang lainnya yang masih terus bertempur. Beberapa menit semua peserta pun berhenti dengan rasa puas yang luar biasa.

Anggi berlari ke dalam rumah dan kembali dengan segenggam kain lap hangat. Anggi memberikan lap hangat itu kepada masing-masing pasangan untuk membersihkan cipratan sperma di tubuh mereka. Nia dan Ricky bangkit dan masuk ke dalam kolam renang begitu pun dengan pasangan yang lain. Ricky pun meninggalkan Nia menghampiri istrinya, Devi. Beberapa detik berselang, Martin sudah berada di samping Nia.

“Ini sangat luar biasa, Martin.” Bisik Nia sambil melingkarkan tangannya di lengan Martin. Nia pun melayangkan pandangannya di sekitar area kolam yang remang-remang.

“Apakah kita baik-baik saja?” Tanya Martin lalu mencium bibir istrinya.

“Ya, kita sangat baik ... Tapi aku sangat horny sekarang ... Kamu harus meniduriku sampai pagi.” Ujar Nia yang disambut Martin dengan tertawa keras.

“Aku bicara dengan Nindi kalau aku sekarang harus lebih bebas. Tadi Aku berjanji padanya kalau besok aku akan mulai berhubungan seks dengan siapa saja yang aku mau. Aku akan lebih membuka diri. Dan pada waktu yang sama, aku akan membebaskanmu untuk bercinta dengan siapa saja dan kapan saja. Apakah kamu keberatan?” Tanya Martin dan tentu saja Nia membelalakan matanya.

“Seriuskah?” Tanya Nia tidak percaya.

“Ya, aku sangat serius.” Martin tersenyum.

“Oh sayang ... Aku sangat senang mendengarnya.” Nia mencium bibir Martin untuk sesaat.

Acara selesai, setiap pasangan mengucapkan selamat malam kepada yang lain dengan pelukan dan ciuman. Mereka semua tersenyum karena semuanya memiliki niat yang sama yaitu untuk bercinta setelah mereka sampai di rumah. Akhirnya semua kembali ke rumah masing-masing membawa kisah sendiri-sendiri malam itu.

Martin dan Nia tak bisa menahan hasrat bercinta untuk lebih lama. Sesampainya di rumah, mereka bercinta dengan penuh gairah, rasa cinta dan nikmat menjadi satu. Pada malam itu, Martin dan Nia mengikrarkan kembali cinta mereka satu sama lain dan menegaskan bahwa hubungan mereka akan tetap dijaga dan langgeng walau masing-masing dari mereka memiliki pasangan lain.​

******​

Pagi yang cerah mengiringi hari ini, sinar matahari dengan hangat dan penuh kelembutan meresap dalam tubuh Martin, ia begitu menikmati belaian hangat sang mentari. Martin menyesap kopinya sambil melihat berita pagi di televisi. Segelas kopi menjadi hal wajib untuk membantu merilekskan otak dan tubuhnya.

“Hai ...” Suara itu membuat Martin terkejut.

“Aduh Nindi ... Berhentilah membuatku jantungan ... Jantungku semakin lemah.” Gerutu Martin namun suaranya kini sangat bersahabat.

“Sepi banget rumah ... Kemana si Nia?” Tanya Nindi sambil menghampiri Martin lalu duduk di sebelah laki-laki itu.

“Dia pergi ke rumah orangtuanya. Orangtuanya kangen sama cucunya.” Jelas Martin. “Mau kopi?” Tanya Martin pada Nindi kemudian.

“Tidak, terima kasih ...” Ucap Nindi yang tiba-tiba merangkul lengan Martin ke pelukannya.

“Hhhmm ... Tumben mesra ... Biasanya mesum.” Kata Martin setengah bercanda.

“Nah sekarang gantian, kamu yang mesumin aku.” Nindi membalas candaan Martin.

“Semalam rasanya aku kewalahan melayani Nia. Sekarang sepertinya kamu meminta aku untuk berbuat tidak senonoh padamu.” Kata Martin sambil meletakkan gelas kopi di atas meja.

“Emh ... Tapi kamu tidak lelah kan?” Nindi secara tiba-tiba menghadapkan wajahnya ke wajah Martin. Jarak wajah mereka tidak lebih dari lima centi. Martin paham betul kalau wanita menginginkan seks darinya pagi ini.

“Apakah Fadil tidak memberimu malam tadi?” Tanya Martin yang mulai tergugah hasratnya. Gairah kelelakiannya naik secara alami.

“Ngasih, tapi yang aku pikirkan saat dengannya adalah kamu, Tin.” Ucap Nindi setengah berbisik.

Martin mendekatkan bibirnya ke bibir Nindi. Nindi pun bergerak luwes, membuka mulutnya lewat perintah nafsu yang melaung kencang. Martin mengganas. Liur tumpah dari sudut bibir, kedua bibir saling mengaburkan kewarasan, seakan menggerayangi di setiap sudut tubuh. Ia sukar untuk berhenti, terlalu menikmati situasi yang sedang tak terkendali.

Dengan sangat lembut, Martin mulai melepaskan pakaian Nindi tanpa adanya perlawanan. Pakaian Nindi terlepas sudah dari tubuhnya yang putih mulus dan menampakan gundukan payudaranya yang kencang dan tubuh polosnya yang seksi. Martin tersenyum dan mendorong pelan tubuh Nindi agar berbaring di atas sofa, kemudian Martin melepaskan seluruh pakaiannya hingga telanjang ia benar-benar telanjang.

Mata Nindi terbuka sepenuhnya seketika, menatap dada Martin yang bidang. Kulitnya sangat putih, lengannya berotot terlihat gagah. Nindi kemudian melirik penisnya yang sudah tegang sempurna. Dan wanita itu pun tersenyum, seraya menarik Martin agar jatuh di pelukannya.

"Aku menginginkanmu." Bisik Nindi setengah mendesah.

"Dengan senang hati." Jawab Martin seraya menjilat telinganya.

Martin mempersiapkan kejantanannya memasuki lubang ketat Nindi. Martin merasa sedikit hangat karena ujung kejantanannya memasuki sebuah ruang sempit di bawah sana. Martin memasukan secara perlahan penisnya ke dalam vagina Nindi. “Bleeesssss!” masuk sudah penis Martin setengah tertelan vaginanya. Martin bantu usaha Nindi dengan menekan pinggulnya hingga kini seluruh penisnya berada di tubuh Nindi. “Ooooohhhhh …. Sssstttttt!” desis Nindi saat menikmati tusukan penis Martin. Secara perlahan-lahan Martin mulai menggerakan pantatnya naik turun dengan teratur, sehingga penisnya menyusuri setiap bagian lembah nikmat Nindi tanpa henti.

“Oh .. oh .. oh ..!” desis Nindi terus keluar dari mulutnya setiap penis Martin menyeruak masuk menembusi vaginanya.

Martin mempercepat temponya, panjang kejantanan Martin tepat mengenai titik sensitif Nindi dan menghasilkan bunyi erotis. Wanita itu tak pernah menduga kalau Martin akan membawanya ke sensasi bercinta yang lain. Cairan cintanya membuncah, mengaliri paha dalamnya. Martin dan Nindi semakin bersemangat, gerakan mereka semakin kasar dan liar. Nindi bergerak erotis di bawah Martin. Memanjakan lubangnya yang kenikmatan karena hujaman penis martin.

Tiba-tiba aktivitas mereka harus terhenti karena smartphone Martin berdering kencang. Tangan Martin langsung menyambar alat komunikasi pipihnya dan langsung saja matanya terbuka lebar.

“Nia ....” Ucap Martin pelan lalu mengaktifkan video call-nya.

“Hallo, sayang ... Sudah sampai kah?” Tanya Martin pada Nia di seberang sana.

“Baru nyampe sayang ... Em, kok gak pake baju? Sedang apa kamu?” Tiba-tiba Nia bertanya dengan nada curiga.

Belum sempat Martin menjawab, tiba-tiba tangan Nindi memeluk dan menarik punggung Martin sehingga Martin jatuh di atas tubuh Nindi. Tak bisa dihindari lagi, layar smartphone Martin pun mengarah ke wajah Nindi.

“Heeiii ...! Kalian sedang apa??” Pekik Nia di sana sesaat Nia melihat wajah suaminya berhimpitan dengan wajah sahabatnya. Nindi pun tersenyum.

“Kami sedang senang-senang ...” Jawab Nindi tanpa rasa sungkan.

“Wow ... Kalian rupanya sedang olahraga pagi ... Baiklah, teruskan olahraga kalian. Sejam lagi aku telpon lagi. Selamat bersenang-senang.” Kata Nia sambil tersenyum di sana. Tak lama sambungan video call pun terputus.

Martin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala lalu meletakkan smartphone-nya lagi di atas meja. Keduanya pun tertawa sebelum akhirnya Martin melanjutkan gerakan pompaannya. Martin menumbukkan kembali kejantanannya ke liang hangat Nindi. Keduanya semakin menggila, meningkatkan ritme kocokan agar mencapai puncak. Terbukti dari penis Martin yang semakin berkedut-kedut dan vagina Nindi yang semakin menjepit penis Martin.

"KE-KEELUUUARRR ...!!!"

“AAAAACCCHHH ....!!!”

Desah panjang keduanya saat mencapai klimaks, sperma Martin langsung tumpah pada vagina Nindi cukup banyak. Dan penis Martin merasakan kehangatan saat disiram oleh cairan cinta Nindi yang keluar dengan deras. Keduanya bernafas dengan terengah, tapi Nindi sedikit mendesah saat dadanya masih diremas. Martin menaruh dagunya pada pundak kanan Nindi dengan nafas yang masih terengah akibat klimaks.

“Aaaahh ... Luar biasa ... Kamu ternyata pintar membahagiakan wanita.” Puji Nindi.

Martin bergerak dari atas tubuh Nindi dan duduk di lantai samping sofa. Tak lama, Nindi pun duduk di samping Martin sambil melingkarkan tangannya ke pinggang pria yang baru saja memberinya kenikmatan. Mereka terdiam, tidak ada percakapan diantara keduanya sampai Nindi bersuara.

“Aku sangat senang kamu sudah bisa berubah. Jangan ada lagi keraguan dengan pilihanmu. Nikmatilah hidup yang paling dekat dengan kita, hari ini. Hidup ini indah, jadi nikmatilah hidup ini dengan sebaik-baiknya.” Kata Nindi.

“Ya, Ndi ... Aku juga berpikir demikian. Terima kasih sudah mengingatkanku. Sejak saat ini aku akan menikmati hidupku.” Jawab Martin.

“Wanita ini banyak, Tin ... Aku sangat yakin kalau kamu akan sangat mudah menggaet mereka. Jadi sangat rugi bagimu kalau hanya mempunyai satu cinta. Seperti kataku, cinta itu tak mengenal siapa dengan siapa. Cinta itu bisa diekspresikan dalam hal apapun dan kepada siapapun.” Tandas Nindi mengingatkan untuk yang kedua kalinya pada Martin.

“Benar, aku sangat setuju. Selama ini aku hanya mempunyai satu cinta, tapi ke depan aku akan memiliki banyak cinta, termasuk kamu.” Ujar Martin mulai bercanda.

Setelahnya mereka pun tertawa dengan banyak cerita yang mereka lontarkan. Hari itu Nindi banyak menanamkan ismenya kepada Martin. Lambat laun Martin menerima dan sepakat dengan ajaran-ajaran kebebasan yang dilontarkan Nindi, terutama kebebasan seks. Martin bertekad akan menyingkirkan pikiran ortodox-nya untuk merasakan kebebasan.​

******​
Bersambung

Thanks for reading, sorry for typo

Note:

Nia Vs Martin
Nindi Vs Fadil
Devi Vs Ricky
Anggi Vs Hendrik
Ruth Vs Davin
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd