Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG TANPA BATAS



Malam itu, Nia sudah berdandan cantik membuat Nindi memuji Nia setengah mati. Kedua wanita itu hendak hang out bersama. Sebuah night club di pusat kota menjadi pilihan mereka untuk sekedar melepas penat setelah seharian bekerja. Walau bukan hari libur namun suasana di dalam night club begitu ramai, deretan bangku sudah terisi oleh para pengunjung sementara yang lain asyik bergoyang di dance floor mengikuti irama musik elektro.

Nia dan Nindi duduk di sebuah sofa dan menikmati segelas wine. Gelak tawa, senyum manja, bahkan teriakan girang terdengar samar di sela alunan mudik yang memekakan telinga. Nindi sangat merindukan suasana hingar bingar di nigh club ini yang sudah ia tinggalkan lebih dari lima tahun.

“Nia ... Berapa hari Martin tugas ke luar kota?” Tanya Nindi setengah berteriak.

“Lima hari, Jumat dia pulang.” Jawab Nia yang juga harus agak berteriak.

“Ah, sialan. Aku baru saja berbulan madu sama dia, sudah ditinggal.” Canda Nindi lalu menyesap wine-nya.

“Hi hi hi ... Jangan pikirin dia dulu, lebih baik kita cari pengganti dia di sini.” Nia terkikik lalu mengedarkan pandangannya melihat suasana sekeliling nigh club.

“Hi hi hi ... Sekarang kamu bisa bilang begitu. Apakah kamu sudah siap make love dengan orang lain sekarang?” Ujar Nindi setengah memberi semangat pada Nia.

“Kalau dapat yang cocok, aku siap.” Tegas Nia sambil tersenyum.

“Aku sudah membuka jalan untukmu, Nia ... Martin sudah melakukannya denganku. Berarti kini kamu bebas untuk make love dengan siapa saja. Bersenang-senanglah dengan kebebasanmu. Dan aku sangat berharap kamu melakukannya malam ini juga.” Nindi sangat serius mendorong Nia.

Kedua wanita cantik itu terus mengedarkan pandangan mereka, menoleh kesana-kemari seolah sedang mencari mangsa. Beberapa kali Nindi merekomendasikan laki-laki pada Nia tetapi Nia menolaknya karena penampilan laki-laki itu masih jauh di bawah Martin. Nia hanya ingin bersama laki-laki malam itu yang wajah dan penampilannya melebihi suaminya.

“Yaaa ... Standarmu terlalu tinggi. Rasanya sulit mendapatkan cowok yang melebihi Martin di sini.” Nindi mengeluh sambil menggelengkan kepalanya.

“Hei ... Kita harus punya standar tinggi. Dimana-mana kalau cari barang harus yang lebih baik dari yang kita punya. Bukan begitu?” Ucap Nia setengah bercanda.

“Iya juga sih.” Nindi pun mengakui pemikiran Nia.

Malam terus bergerak, Nindi dan Nia masih setia di tempatnya. Beberapa pria sempat mengajak kedua wanita itu berdansa namun ditolak mereka. Tiba-tiba Nindi memberikan kode kepala kepada Nia, sejurus kemudian kepala Nia menoleh ke arah pandangan Nindi. Mata Nia kemudian menemukan seorang pemuda tampan tengah menatap lekat ke arahnya. Kedua mata beradu cukup lama. Nia terpesona melihat wajah pemuda tampan tersebut.

“Kamu tahu siapa dia?” Tanya Nindi pada Nia yang masih terus menatap ke arah pemuda tampan itu.

“Tidak.” Jawab Nia sangat singkat.

“Dia adalah anak Pak Brotoseno.” Ucap Nindi.

Mendengar ucapan Nindi, Nia langsung menoleh ke arah sahabatnya dengan mengerutkan dahinya. Nia cukup terkejut setelah mengetahui identitas pemuda tampan tersebut. Siapa yang tidak mengenal nama besar ‘Brotoseno’, seorang taipan kelas atas yang konon kabarnya termasuk jajaran orang terkaya di dunia.

“Kamu sangat beruntung jika bisa mengajaknya tidur. Lihat, dia terus menatap ke arahmu. Aku yakin dia menginginkanmu.” Kata Nindi yang lagi-lagi memberikan support pada Nia untuk melangkah lebih jauh.

Nia menolehkan kembali kepalanya ke arah di mana pemuda tampan itu berada. Benar saja, Nia melihat pemuda tampan itu tengah berdiri dengan kedua matanya yang menatap tajam ke arah dirinya. Nia, dengan keberanian yang tiba-tiba memenuhi jiwa, melemparkan senyum pada si pemuda. Jantung Nia berdegup kencang, seakan meronta-ronta meminta keluar tatkala si pemuda membalas senyumnya sambil mengangkat gelas di genggamannya.

“Yess ... Sukses ... Selamat bersenang-senang.” Pekik Nindi pelan. Nindi merasa kalau Nia berhasil menggaet pemuda tampan itu. “Aku akan hunting dulu. Sebentar lagi dia akan datang padamu.” Lanjut Nindi sambil berdiri lalu meninggalkan Nia begitu saja.

Apa yang dikatakan Nindi tidak meleset sedikitpun. Si pemuda tampan berjalan mendekati Nia. Nia pun menarik nafas dalam-dalam guna menenangkan jantungnya yang berdetak liar. Nia mendapatkan pengalaman yang luar biasa hari ini. Kali ini Nia benar-benar tidak menyangka kalau ia akan didatangi orang yang sangat istimewa.

“Hai ...” Sapa si pemuda sesaat setelah berdiri di samping Nia.

“Hai juga ...” Genit Nia yang mulai bisa menguasai dirinya. “Silahkan!” Ujar Nia sambil memberikan ruang kepada si pemuda duduk di sebelahnya.

“Terima kasih.” Si pria duduk di sebelah Nia. “Felix ...” Si pemuda tampan memperkenalkan dirinya sambil memberikan seulas senyum manis di hadapan Nia. Ia pun menyodorkan tangannya.

“Nia ...” Balas Nia yang dengan segera menyambut sodoran tangan Felix. Nia pun membalas senyuman si pemuda dengan senyuman termanisnya. Nia tak henti menatap wajahnya, mengagumi ketampanannya.

“Kemana temanmu?” Tanya Felix memulai perbincangan. Dalam hati, Felix memuji kecantikan Nia.

“Entahlah ... Dia bilang ada perlu.” Jawab Nia sedikit berbohong.

“Aku berharap kamu tidak merasa terganggu dengan adanya aku di sini. Juga, berharap tidak ada yang marah kalau aku mengajakmu ngobrol-ngobrol atau mungkin jalan ke suatu tempat.” Felix berkata dengan bahasa yang sangat halus.

“Hi hi hi ... Malam ini aku bebas. Santai saja tidak ada yang akan melarang atau marah padamu.” Jawab Nia dengan hati yang senang dan gembira.

“Hhhmm ... Kalau begitu ... Bagaimana kalau perkenalan ini, kita awali dengan berdansa.” Pinta Felix saat terdengar sayup-sayup lagu slow diputar. Felix mengulurkan tangannya sambil membungkuk di hadapan Nia, ia bermaksud mengajak wanita yang baru dikenalnya itu berdansa.

“My pleasure ...” Nia menerima ajakan Felix meski merasa agak gugup. Akhirnya Felix meraih tangan Nia dan menggenggamnya.

Nia dan Felix mulai berdansa mengikuti alunan musik. Felix tersenyum, dan tangannya meraih pinggang Nia lalu mendekatkan tubuh Nia ke tubuhnya. Jarak di antara mereka kini sudah tidak ada sama sekali. Nia meletakkan tangan kirinya di atas bahu Felix, sementara tangan kanannya kini tengah bertautan erat dengan tangan pemuda yang baru dikenalnya itu. Ia menatap wajah Felix yang sejak tadi tatapannya yang intens itu tidak pernah lepas menatap wajahnya. Dalam situasi seperti ini ia selalu merasa terintimidasi oleh tatapan Felix yang tajam dan memabukkan baginya.

“Terima kasih sudah mau berkenalan denganku.” Ucap Felix syahdu.

“Sama-sama ... Malah aku yang beruntung bisa berkenalan dengan pemuda tampan sepertimu.” Nia tak mampu menahan kekagumannya kepada pemuda yang sedang memeluknya.

Felix tersenyum, sayup-sayup suara musik yang pelan dan manis masih mengiringi mereka berdua. Felix menuntun Nia untuk bergerak seirama. Detik demi detik Felix semakin merasakan gejolak yang menggebu dalam dirinya saat ia menatap wajah Nia. Sorot mata Nia yang sendu, pipinya yang merona hangat dan bibir mungilnya yang kissable itu membuat Fekix serasa menjadi pasien yang overdosis karena kecanduan oleh pesona wanita di hadapannya. Begitu pula dengan Nia. Wanita itu merasakan desiran darahnya yang mengalir cepat. Entah kenapa saat itu ia sangat senang. Ia sangat bangga bersama orang seistimewa Felix.

“Kau sangat cantik, Nia ... Seumur hidupku aku baru kali ini melihat kecantikan seorang wanita yang natural.” Ucap Felix.

“Jangan ngegombal. Aku tahu kamu punya banyak wanita. Orang sepertimu pasti sering mempermainkan wanita.” Balas Nia sambil menatap wajahnya.

“Sebegitu burukkah aku? Padahal aku hanya ingin membahagiakan mereka. Mereka saja yang tidak mengerti pola pikirku.” Felix coba membantah pernyataan Mia.

“Maksudmu?” Tanya Nia tidak mengerti ucapan Felix barusan.

“Aku ini suka kebebasan. Aku bercinta atas dasar suka sama suka. Aku tidak ingin terikat oleh siapa pun dengan drama percintaanku. Aku sudah katakan dari awal tapi mereka saja yang tidak mengerti.” Jelas Felix.

“Hhhhmm ... Kayaknya kamu sudah menemukan orang yang tepat. Aku juga punya pemikiran yang sama denganmu. Aku suka kebebasan.” Ungkap Nia.

“Serius?” Felix seperti mendapat angin. Pertanyaan Felix dijawab Nia dengan anggukan dan senyuman.

Tiba-tiba Felix mengelus pipi Nia dengan lembut, dan Nia tersenyum dengan apa yang dilakukan Felix sambil sambil memegang tangan Felix yang sedang membelai pipinya. Kemudian Felix menjauhkan dahinya ke dahi Nia dan segera melumat bibir wanita itu. Mata Nia membulat, namun akhirnya ia luluh juga karena kondisi ini dan mencoba memejamkan matanya. Felix terus mengecup bibir wanita itu sampai akhirnya Nia membalas ciumannya.

Nia mulai merasa terangsang. Nia berdansa dengan segenap hasrat. Gelenyar hasrat Nia kian bergolak saat Felix terus melumat bibir Nia dan memaksa bibirnya terbuka agar ia bisa menyesapkan lidahnya ke mulut Nia. Felix ingin sepenuhnya merasakan manis dan hangatnya bibir Nia. Wanita itu semakin tenggelam oleh birahinya. Nia membiarkan Felix mendominasi dirinya, lidah mereka saling bertautan satu sama lain dan itu membuat gejolak dalam diri mereka semakin membara. Hanya deru nafas dan decakan lidah yang mengiringi momen kala itu. Sayup-sayup musik dari dalam ruangan sudah tidak terdengar lagi di telinga mereka. Nia mengalungkan kedua tangannya ke leher Felix sementara Felix sendiri memeluk pinggang Nia dengan erat, dan terus mencoba meraih tubuh wanita itu ke dalam pelukannya karena Nia beberapa kali hampir menjatuhkan tubuhnya karena mulai kecapaian.

“Fel-Felix!” Pekik Nia di sela ciuman mereka. Wanita itu sudah merasa pasokan oksigennya mulai habis dan berharap Felix memberinya kesempatan untuk bernafas.

Akhirnya Felix melepaskan tautan bibir mereka berdua dan terlihat benang saliva terjalin di antara bibir mereka berdua. Nafas mereka terengah-engah, dan Felix melihat bibir Nia yang merah dan sedikit bengkak akibat perlakuannya.

“Sorry, aku tidak tahan ...” Kata Felix sambil menatap Nia dalam.

“Hi hi hi ... Aku hampir kehabisan nafas. Lebih baik kita pergi ke tempat lain yang lebih privasi ...” Ujar Nia sambil menangkup wajah Felix.

“Ya ... Ayo ...” Ajak Felix sangat bersemangat.

Lalu mereka berdua pamit kepada Nindi untuk keluar nightclub, awalnya Nindi sempat melarang mereka keluar karena ini terlalu cepat, tapi akhirnya ia mengerti dan mengizinkan mereka berdua meninggalkan nightclub. Tak lama, Nia dan Felix sudah berada di mobil mewah milik pemuda tampan itu. Selama di perjalanan Felix dan Nia tidak pernah sekalipun melepaskan tautan antara tangan mereka berdua, bahkan Nia menyandarkan kepalanya dengan nyaman di bahu Felix.

Sesampainya di apartemen Felix, tepat saat mereka baru memasuki pintu masuk apartemen, Felix dengan tatapan tajam itu langsung meraih tubuh Nia ke dalam pangkuannya. Felix membawa Nia ke kamarnya dan menghempaskan tubuhnya dengan lembut ke atas ranjang dengan ukuran king sizenya.

“Kau cantik sekali ...” Ucap Felix setengah mendesah yang disambut senyuman menggoda dari Nia.

Tak lama setelah mengatakan itu, Felix kembali mencium bibir Nia dengan sangat rakus, seperti hendak memakan wanita itu. Kini bukan hanya bibir saja, ciuman Felix mulai beranjak menelusuri leher jenjang Nia yang membuatnya menggelinjang resah. Nia merasakan sensasi aneh saat bibir halus Felix menjeramahi lehernya, sentuhannya membuat pertahanannya semakin runtuh hingga ia mengeluarkan desahan dari mulutnya.

“Aa-ah, ah Felix...”

Mendengar desahan Nia, Felix semakin kehilangan akal sehatnya. Felix terus menciumi semua bagian wajah Nia, mulai dari dahi, pipi, hidung dan bibir manis Nia yang tidak pernah ia lewatkan. Lalu ia menelusuri leher putih Nia dan semakin mendekati dada wanita itu. Wangi bunga sakura yang sedari tadi Felix hirup dari tubuh Nia membuatnya semakin mabuk.

Pada suatu saat, Nia pasrah tatkala Felix menarik rok dan celana dalamnya. Dan Felix kini mencium vagina Nia yang diluar dugaan ternyata sangat harum itu, saat Felix mengecupnya, Nia langsung tersentak kegelian. Erangan Nia meluncur tanpa bisa ditahan. Nafsu birahinya benar-benar tak terkendali. Kini Felix mulai beraksi, dia menjilat vagina Nia memakai ujung lidahnya.

"Aahh... aahh... emmhhh..." Desahan Nia semakin nikmat saat Felix memasukan lidahnya ke dalam lorong vagina wanita itu.

Masih dengan menjilati vagina Nia, Felix mulai membuka celana panjang dan boxernya. Nia melihat dari sudut matanya, bagaimana besar dan panjang penis milik Felix. Penis itu sudah sangat tegang siap untuk menerjang. Nia semakin bernafsu, kini tangan Nia meremas kepala Felix yang sedang menusuk-nusuk lorongnya memakai lidah pemuda itu. Nia terus mendesah dan mengerang, kenikmatan di vaginanya menjalar ke seluruh tubuhnya. Sebelum Nia klimaks, Felix menghentikan jilatannya. Nia pun menoleh ke arah Felix dengan tatapan kecewa.

“Aku akan memasukimu sekarang.” Ujar Felix sambil mengatur posisi tubuhnya di antara dua paha Nia. Akhirnya Nia mengerti dan memberikan senyuman dan anggukan tanda ia setuju.

Nia menggeliat hebat saat ujung penis yang besar milik Felix mulai menerobos masuk. Perlahan penisnya mulai masuk memenuhi liang vagina Nia. Felix merasakan sensasi dahsyat ketika penisnya tertanam seluruhnya dan bergesekan dengan vagina Nia yang bergerinjal-gerinjal. Setelah cukup tenang, Felix mulai menggerakan penisnya perlahan, menggoda vagina Nia untuk memberikan hisapan serta kedutannya. Pergerakan Felix mulai memancing desahan Nia yang menikmati permainan mereka.

“Ooohhh... Mmhhh... Aahhhh...” Nia terus mendesah saat Felix menggerakan penisnya. Kali ini Felix menggerakan tubuhnya dengan tempo cepat menumbuk titik kenikmatan Nia.

Desahan Felix dan Nia menggema dalam ruangan itu, saling bersahutan memancing gairah pasangannya masing-masing. Nia mengaitkan kakinya pada pinggang kokoh Felix, memeluknya hingga tubuh mereka semakin dekat dan penis Felix semakin jauh melesak ke dalam vagina Nia. Cairan precum baik milik Nia atau pun Felix tampak terlihat membuat pergerakan Felix semakin cepat karena mendapat pelumas alami.

“Ssshhh... Aahhh... Baby... Aahhh yeaahh mmhhh...” Nia terus mendesah-desah kenikmatan.

“Kau menikmatinya sayang? Ssshhh... Katakan bagaimana rasanya penisku.” Ujar Felix di sela genjotannya.

“Aahh... Aahh... Aahhh... Nikmat ahhh... Ooohh, panjang dan besar ngghh... Vaginaku terasa sesakk ahhh ahhh ...” Jujur Nia sambil terpejam dan melemparkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

Felix semakin brutal menghentakan penisnya, dan desahan Nia pun semakin keras terdengar. Bunyi gesekan kulit dan desahan erotis membuat suhu ruangan di sekitar mereka meningkat menjadi sangat panas. Hasrat seks mereka meletup-letup dan kian menggila. Selama beberapa saat kemudian tubuh Nia menegang tak terkendali, dinding vaginanya makin meremasi penis Felix yang masih gagah perkasa. Akhirnya orgasme pertama Nia melanda dirinya. Felix pun menghentikan genjotannya.

“Gimana?” Tanya Felix sesaat setelah Nia membukakan matanya.

“Luar biasa, sayang ...” Piji Nia sambil menarik tubuh Felix ke dalam dekapannya.

“Aku mulai lagi ya ...” Ucap Felix, lagi-lagi anggukan Nia yang menjawabnya.

Secara pelan dan hati-hati Felix mulai lagi menaik-turunkan tubuhnya. Posisi kedua paha Nia terkangkang selebar-lebarnya, membuat tikaman-tikaman Felix terasa jauh di dalam dasar lobang kemaluan Nia. Berselang kemudian, desahan Nia bergetar meminta diteruskan kenikmatan yang Felix berikan. Kedua tangan Nia berpegang pada pinggang pemuda di atasnya. Nia memandang Felix dengan tatapan sayu, sehingga perasaan Felix terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu ini, terlentang pasrah di bawahnya, menerima seluruh perlakuannya. Selama limabelas menit penis Felix bergerak bebas di lobang kewanitaan Nia, kemudian Felix merasakan otot-otot kemaluan Nia dengan kuat menyedot penisnya. Semakin lama Felix merasakan semakin kuat vagina Nia menjepit penisnya. Felix melihat wajah Nia yang nampak semakin memerah menahan orgasme keduanya yang akan melandanya sebentar lagi. “Aaadduuhhh … sayaanngg ... Aaagggghhhhhh …!!!” Nia tak kuasa lagi menahan orgasmenya.

“Enak..” Bisik Nia di telinga Felix sesaat melepas pergi orgasmenya.

“Apanya?” Tanya Felix pura-pura tidak tahu.

Nia tak menjawab, dengan tatapan sayunya ia membelai wajah Felix yang berkeringat, dan yang Nia perbuat itu sangat merayu birahi Felix. Felix meminta melanjutkan lagi dan Nia pun menganggukan kepala. Secara pelan dan hati-hati, Felix mulai lagi menaik-turunkan tubuhnya. “Oohh … oohh … oohh …!!” desahan-desahan nikmat keluar dari mulut Nia, mata wanita itu setengah terpejam. Desahannya itu terus mengiringi sepuluh menit mereka bercinta. Sementara itu tangan Nia mendekap pantat Felix keras-keras sehingga kocokan yang pemuda itu berikan semakin cepat. “Ooohh … shhh … sayang … enak …!” gumam Nia sangat pelan. Nia semakin tak sanggup menahan gelombang birahinya, ia semakin melenguh-lenguh dan nafasnya semakin memburu, Nia merasakan sebentar lagi puncak kenikmatan itu akan dicapainya kembali. “Oh .., oh .., oh .., aaaccchhhhkk ……!!” orgasme Nia disambut dengan erangan panjang dan getaran badannya yang dahsyat.

Felix melanjutkan hujaman-hujamannya terhadap liang vagina Nia. Tusukan penisnya pada vagina Nia terus menekan adrenalin pemuda itu yang melesat lonjakkan birahi yang mengalir deras sampai ke ujung penisnya. Sesaat kemudian, aliran birahi Felix hampir sampai di ujungnya. Felix mencabut penis miliknya dari dalam vagina Nia dan akhirnya, “Croot … croot … croot … croot …!!” berkali-kali Felix memuntahkan sperma di tubuh Nia sampai membasahi perutnya. “Uuggghh ….!!!” Erang Felix menikmati klimaks yang menjalar di seluruh tubuhnya.

Felix memandang wajah Nia yang pipinya memerah sambil menikmati sisa orgasmenya, terhias senyum kepuasan dari roman muka Nia. Tak lama, Felix membersihkan spermanya dari tubuh Nia kemudian berbaring di samping tubuh wanita cantik itu. Felix membelai kening Nia yang penuh keringat, pemuda itu pun mengecup kening dan bibir Nia.

“Terimakasih, sayang.” Kata Nia. Ucapan terima kasih itu sangat tulus keluar dari hati Nia, karena wanita itu merasakan kenikmatan bercinta yang luar biasa. Selama ini, Nia belum pernah merasakan multiple orgasme seperti yang baru saja ia rasakan.

“Buat apa?” Tanya Felix yang lagi berpura-pura tidak tahu.

“Hi hi hi … Buat orgasmenya.” Kata Nia sambil tertawa lirih.

“Sama-sama.” Jawab Felix dibarengi dengan senyuman.

“Kamu ternyata sangat jantan, Felix ...” Ujar Nia sembari bergerak ke atas tubuh Felix. Nia meletakkan dagunya di dada bidang pemuda tampan itu. “Seumur hidupku, aku baru merasakan kenikmatan bercinta seperti tadi.” Jujur Nia.

“He he he ... Pacarmu harus belajar padaku, Nia ...” Canda Felix sekenanya.

“Pacar??? Aku gak punya pacar ... Aku punya suami ...” Ucap Nia yang kontan membuat Felix terkejut. Felix menatap wajah Nia dengan alis yang hampir bertautan.

“Kau ... Kau punya suami?” Tanya Felix dengan nada keterkejutannya.

“Iya ... Emangnya kenapa?” Goda Nia yang tak pernah lepas dari senyuman.

“Ng...Ngak ... Ta..tapi ... Aahhh ...” Felix benar-benar tak percaya. Pemuda itu lalu menggeser tubuh Nia perlahan, kemudian ia bangkit dan duduk bersila di atas kasur.

“Gak ada yang perlu dirisaukan.” Akhirnya Nia pun bangkit dan duduk bersila di depan Felix. Nia melihat tarikan nafas Felix yang berat dengan mata yang agak terbuka lebar.

“Jujur, aku sangat risau, Nia ... Aku kira kamu masih gadis, belum punya suami ... Aku mau mengatakan kalau aku bukan type laki-laki yang suka meniduri istri orang. Maksudku, aku tidak ingin menjadi pengrusak rumah tangga orang lain.” Tutur Felix yang sudah bisa menguasai diri.

“Kamu tidak pernah merusak rumah tanggaku. Seperti yang tadi aku katakan di nightclub kalau aku suka kebebasan, begitu juga suamiku. Percayalah, kalau suamiku tidak keberatan dengan perbuatanku ini.” Jelas Nia sangat jelas, tapi semakin membuat Felix terbelalak.

“Maksudmu ... Suamimu tak akan marah walau mengetahui istrinya tidur dengan orang lain?” Felix bertanya dengan mimik yang heran dan bingung.

“Ya ... Karena kami menganut free sex ... Kami melakukannya untuk menghangatkan ranjang kami yang sempat dingin.” Jawab Nia santai.

“Ah ... Apakah itu berhasil?” Tanya Felix lagi penasaran.

“Sejauh ini ... Ya ... Kehidupan seks kami semakin hari semakin panas.” Nia tersenyum dan tangannya mengambil tangan Felix lalu ia letakkan di payudaranya.

“Wow ...” Felix bergumam. Pemuda itu mulai merasa kagum pada Nia dan suaminya. “Aku sendiri nggak habis pikir dengan kehidupan kalian, tapi perlu aku akui kalau aku salut pada kalian.” Felix mulai bisa tersenyum.

“Kapan-kapan akan aku perkenalkan kamu pada suamiku. Dan sekarang, bagaimana kalau kita melanjutkan lagi untuk ronde selanjutnya.” Goda Nia yang disambut antusias oleh Felix.

Malam itu, keduanya benar-benar tenggelam dalam nafsu birahi yang sangat tinggi. Baik Nia maupun Felix telah benar-benar tenggelam dalam lautan birahi, kenikmatan birahi benar-benar menguasai mereka. Nia memang benar-benar bisa mendapatkan kenikmatan bercinta sepenuhnya dari Felix. Nia merasakan orgasmenya terus berdatangangan tak mau berhenti. Sebuah pengalaman yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Dan mereka pun mereguk kenikmatan bercinta, bermesra dan berbagi rasa hingga menjelang fajar.​

******​


Martin berjalan di lorong hotel dengan langkah ringan. Di tangannya ada sebuah bunga mawar yang segar. Tak lama, Martin berdiri di depan sebuah pintu lalu ia pun mengetuknya beberapa kali. Setelah pintu terbuka lebar, munculah seorang wanita cantik nan menarik menyambut Martin dengan sangat sopan dan anggun. Si wanita tersenyum senang saat Martin memberikan bunga mawar yang sedari tadi berada di tangannya.

“Terima kasih ... So sweet ... Silahkan masuk ...!” Ajak si wanita kepada Martin.

Martin melangkah masuk ke dalam kamar hotel si wanita. Kamar hotel yang sangat luas dan megah ini didesain dengan konsep khas Timur-Tengah, yang didominasi warna-warna terang dan keemasan. Lantai dan dinding bermotif semakin menambah semarak suasana. Tak lupa ranjang tidur besar dengan tirai penutup di sekelilingnya, serta kursi dan meja bak kerajaan, yang dapat membuat penghuni suite mewah ini berasa seolah menjadi raja dan ratu.

“Malam banget selesai seminarnya?” Kata si wanita penghuni kamar hotel sambil menutup pintu.

“Entahlah ... Mungkin karena ini malam terakhir seminar.” Jawab Martin.

“Loh, bukannya selesai hari jumat?” Tanya si wanita keheranan.

“Seharusnya iya, selesai hari jumat. Tapi dipercepat. Makanya seminar hari ini sampai malam begini.” Jawab Martin dengan matanya menatap meja yang dipenuhi makanan. “Nina, apakah kamu menyiapkan makanan itu untukku?” Tanya Martin kemudian sambil menghampiri meja.

“Buat kita.” Ujar Nina lembut. Wanita yang bernama Nina itu memeluk tubuh Martin dari belakang.

“Hhhmm ... Kebetulan aku sangat lapar ...” Ujar Martin sembari memegang tangan Nina yang melingkar di perutnya.

Mereka pun makan sambil berbincang-bincang. Martin dan Nina tidak dengan kebetulan berada dalam satu hotel. Martin yang sedang menghadiri seminar sebagai perwakilan dari kantornya sengaja mengajak Nina menginap di hotel tempat diselenggarakan seminar. Nina pun menyetujui ajakan Martin dan mereka telah tiga hari menginap di hotel yang sama, bahkan di kamar yang sama.

“Aku mandi dulu ... Tunggulah di ranjang ... Aku akan menyusul sebentar lagi.” Kata Martin setelah menyelesaikan makan malamnya.

“Siap tuan raja ... Apakah aku harus telanjang, tuan raja?” Goda Nina sangat genit.

“Ya ... Sebaiknya begitu ... Biar aku bisa langsung menidurimu.” Kata Martin lalu mencium bibir Nina sekilas.

Sementara Martin berjalan ke kamar mandi, Nina benar-benar menelanjangi dirinya. Wanita itu lantas naik ke atas tempat tidur kemudian menghidupkan televisi untuk sekedar menunggu ‘sang pangeran’ selesai mandi. Tidak lebih lima menit, Martin pun keluar dari kamar mandi dengan tubuh telanjang. Penis Martin yang sudah tegang menjadi tontonan Nina yang langsung tersenyum menyambut kedatangan Martin di atas tempat tidur.

“Hhhmm ... Ternyata kamu sudah basah juga ...” Ucap Martin dengan tangan kanannya memeriksa vagina Nina yang memang sudah ingin didatangi tamu istimewanya.

“Punyamu juga sudah tegang ... Seperti kelaperan ...” Balas canda Nina sangat erotis.

“Lebih baik, aku akan buat vaginamu benar-benar basah dulu.” Kata Martin.

“Silahkan ..." Ucap Nina dengan nada khasnya yang genit.

Hasrat terpanas terasa berdentam dalam tubuh Martin, ia mencium tubuh Nina, menuruni perutnya, berhenti sebentar untuk mencelupkan lidahnya ke dalam pusar Nina. "Aaahhh..." Nina mendesah pelan dan hal itu membuat Nina bergetar. Martin terus menurunkan mulutnya ke pangkal paha Nina. Kedua tangan Martin memegang lutut Nina lalu membuka lebar kedua kaki Nina agar memudahkan posisi tubuhnya di antara kedua kaki wanita itu. Martin menurunkan wajahnya sejajar dengan vagina Nina yang berkedut-kedut dan basah. Lidah Martin menjilat vagina Nina, menggigit ringan klitorisnya dan dengan hati-hati Martin memasukkan satu jarinya ke dalam lubang vagina Nina.

"Aaahhhh... Sayyaangghh... Luar biasa... Aaahhh..." Nina terkesiap merasakan jari Martin yang keluar masuk di lubang vaginanya. "Jangan berhenti... Aaahhhh... Kumohon jangan berhenti ..." Desah Nina lagi.

Martin terus memanjakan klitoris Nina dengan lidah dan gigitannya serta menambah dua jari untuk memasuki lubang vagina Nina. Dan Nina mengetatkan rektum vaginanya, menghisap tiga jari Martin lebih dalam dan mengenai pusat gairah Nina. Gejolak ketegangan dapat dirasakan wanita itu di seluruh tubuhnya.

"Oohhh ..." Nina bergetar dan menggeliat membusungkan dadanya.

Martin mengulurkan satu tangannya yang bebas dan meremas satu payudara Nina membuat tubuh Nina tambah bergetar karena nikmat. Martin mengeluarkan masukkan tiga jarinya secara perlahan, cepat kemudian perlahan lagi menggoda pusat gairah Nina. Isapan dan jilatan lidahnya pada klitoris Nina menambah banyak cairan keluar dari vagina Nina.

"Saayyaangghh ... Aaahhh ... Aku ... AAAAHHHHHHH ...!!!" Nina mengerang melepaskan orgasme pertamanya.

Setelah Nina mencapai orgasme dan memekik kepuasan, Martin bangun. Pria itu bangga dan merasa terhormat bisa memberi Nina kenikmatan seperti itu. Tubuh Martin sendiri sekarang gemetar, seakan terbakar dan begitu putus asa. Begitu menginginkan Nina.

“Gantian ...” Ujar Nina sambil bangkit bangun dan mengulurkan tangan untuk menyentuh kejantanan Martin. "Aku ingin merasakannya, sayang." Kata Nina kemudian. Martin menelan ludah saat melihat Nina menundukkan kepalanya dan mulai memasukkan kejantanannya ke dalam mulutnya yang mungil.

"Enngghh ..." Erang Martin saat merasakan kejantanannya sudah berada sepenuhnya dalam mulut Nina.

Martin menunduk dan menatap mata Nina. Nina mengulum kejantanan Martin dan tetap mengarahkan pandangan matanya ke wajah Martin. Wanita itu ingin melihat ekspresi kenikmatan di wajah Martin. Nina mulai menaik turunkan kepalanya mengulum kejantanan Martin yang besar dan keras. Nina begitu menyukai tekstur dan rasa kejantanan Martin.

"Niinnnaa ..." Desis Martin saat merasakan kepala kejantanannya mengenai pangkal tenggorokan Nina. Nina meletakkan kedua tangannya di atas paha Martin dan membelai paha pria tersebut. Nina menaik turunkan kepalanya dengan cepat, lidahnya menjilat jilat ujung kejantanan Martin.

"Eunghh ... Niinnaa ... Akkuuu ..." Martin klimaks saat Nina meremas kedua testisnya. Sperma Martin memenuhi mulut Nina dan Nina meneguk sperma Martin tanpa rasa jijik.

"Rasamu begitu nikmat, sayang ..." Tangan Nina mulai menggenggam kembali kejantanan Martin.

Nina sedikit menaikkan tubuhnya dan memposisikan kejantanan Martin di antara kedua payudaranya. Nina meletakkan kedua tangannya di samping masing-masing payudaranya dan mulai mengapit kejantanan Martin. Ia menaik turunkan tubuhnya, payudaranya mengapit kejantanan Martin yang mulai mengeras kembali.

"Eeemmm... Saayyannghh ... Payudaraku nikmat, bukan ...?" Nina menundukkan kepalanya. Ia mulai merasa panas melihat kejantanan Martin keluar masuk di antara kedua payudaranya. Ia semakin menundukkan kepalanya dan mengulum kepala kejantanan Martin. Martin menengadahkan kepalanya karena mendapatkan kenikmatan beruntun dari Nina. Tangan Martin meremas rambut Nina. Setelah beberapa saat Nina melepaskan kuluman mulutnya dan melepaskan jepitan kedua payudaranya pada kejantanan Martin dan Nina menarik tubuh Martin untuk menindihnya. Nina melilitkan kakinya di pinggang Martin dan ia menangkup pipi Martin, menatap dalam dalam mata pria itu.

"Kumohon, sayang ... Aku membutuhkan lebih darimu ..." Ucap Nina pelan. Martin mengurut kejantanannya dan mulai memposisikannya di depan lubang vagina Nina.

"Siap?" Bisik Martin dengan posisi siap bertempur.

"Lakukan sekarang ... Aaaahhhh..." Pekik Nina karena tiba-tiba penis Martin mulai menerobos pintu kewanitaannya.

Martin memasukkan kejantanannya dengan perlahan. Martin masuk satu inci, satu inci yang memabukkan. Lalu Martin berhenti, untuk memberi Nina waktu untuk menyesuaikan diri. Martin akan melakukannya secara perlahan meski itu akan membunuhnya. Ini adalah siksaan yang sangat manis. Tapi ia akan membuat ini menyenangkan untuk Nina, ia akan memberikan yang terbaik.

"Eeemmm... Aaaahhh... Kenapa aku tidak merasa perlu untuk menguasaimu... Aaahhh... " Bisik Nina di telinga Martin. Ia menjulurkan lidah, menjilat lalu menggigit cuping telinga Martin.

Martin lalu bergerak memainkan senjatanya keluar masuk liang kewanitaan Nina yang semakin basah dengan kecepatan yang begitu intens sambil bibirnya bergantian melumat kedua payudara Nina. Nina yang merasakan serangan serangan Martin pada tubuhnya hanya bisa mendesah desah lirih sambil menarik narik rambut Martin. Beberapa saat kemudian Nina mengangkat badannya dan merapatkan kedua pahanya lalu bergoyang di bawah memberikan kenikmatan pada batang senjata Martin. Martin yang merasakan sensasi kenikmatan itu hanya bisa memejamkan mata sambil menikmati setiap goyangan-goyangan Nina.

Martin terus menghujam lebih ke dalam dan membuat Nina memekik. Bukan pekik kesakitan tetapi pekik kenikmatan. Kejantanan Martin memenuhi vagina Nina. Martin memberi Nina seluruh dirinya. Keinginan mereka berpadu begitu sempurna, hingga mustahil mengetahui siapa menginginkan apa. Kenikmatan, hanya itulah tujuan mereka. Kuku jari Martin mencengkram bantal di sebelah kepala Nina saat ia menghujamkan kejantanannya lebih dalam mengenai pusat gairah Nina. Rektum Nina menjepit kejantanan Martin, menambah rasa dan nikmat pada kejantanan pria itu.

"Niiinnaaa ..." Desah Martin di telinga Nina. Ia menggigit ringan telinga Nina. Martin kemudian mencium setiap inci leher Nina yang membuat wanita itu semakin menggeliat menahan geli yang dicampuri rasa nikmat yang meluap.

"Kumohon ... Lebih keras sayangh ... Aaahhh ... Lebih cepat ..." Nina mendesak Martin, memohon untuk melakukan lebih.

Martin terus menghujam pusat gairah Nina dengan cepat. Ia menundukkan kepalanya di leher Nina, mencium aroma Nina yang memabukkan. Nina melingkarkan kedua tangannya di leher Martin, Nina juga menggerakkan pinggulnya berlawanan arah dengan gerakan pinggul Martin. Menciptakan irama yang menggairahkan dan panas bagi mereka berdua. Dan, saat Martin menyemburkan spermanya di dalam vagina Nina, rektum vagina Nina mencengkeram kejantanan Martin penuh luapan kepuasaan dan membasahi kejantanan Martin dengan cairan kenikmatannya. Tak lama kedua saling melemparkan senyum sebelum akhirnya Martin turun dari atas tubuh Nina dan tidur terlentang di samping Nina.

“Sayang ... Akankah kita menginap di sini sampai hari jumat?” Ucap Nina setengah meminta.

“Hhhmm ... Lebih baik kita pulang ke rumah. Aku kan janji akan mengenalkanmu pada istriku.” Jawab Martin sambil menghadapkan tubuhnya pada Nina.

“Kok aku takut ya ...?” Nina mengeluh.

“Jangan takut ... Istriku tidak akan apa-apa ... Dia tahu kalau aku bercinta denganmu di hotel ini.” Lanjut Martin membuat Nina menoleh ke wajah prianya.

“Apakah istrimu benar-benar akan menerimaku walau dia tahu kalau aku tidur denganmu?” Nina masih merasa sangsi.

“Aku jamin dia akan menerimamu ... Percayalah padaku ...” Jawab Martin lagi.

Nina pun tersenyum walau hatinya agak ciut. Janda anak satu itu masih kurang percaya dengan semua yang terjadi. Betapa Martin dan istrinya begitu membebaskan masing-masing untuk bercinta dengan orang lain. Nina pun menjadi sangat penasaran dan ingin mengetahui bagaimana kehidupan keluarga Martin yang sebenarnya. Oleh karena itulah, walau ada ketakutan namun Nina berniat untuk berkunjung ke rumah Martin dan menemui istrinya.​

-----ooo-----

Bersambung

Thanks for reading, sorry for typo
 
Terakhir diubah:
Makasih updatenya

Wah udh mulai berhubungan dengan orang lain nih Martin sama Nia. Tapi selera Nia terlali tinggi sih, mesti lewatin Martin baru dia mau memberikan tubuhnya. Kita lihat kedepannya seperti ap perkembangan Nia nanti.

Ditunggu kelanjutannya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd