Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG TANPA BATAS

Bimabet
Makasih updatenya

Sepertinya peran Nindi sebagai konduktor, bakal diambil alih oleh Nia. Dilihat bagaimana inisiatif Nia meyakinkan Martin, bisa dipastikan kalau Nia tidak berniat keluar dari permainan seperti ini.

Ditunggu kelanjutannya​
 
Makasih updatenya

Sepertinya peran Nindi sebagai konduktor, bakal diambil alih oleh Nia. Dilihat bagaimana inisiatif Nia meyakinkan Martin, bisa dipastikan kalau Nia tidak berniat keluar dari permainan seperti ini.

Ditunggu kelanjutannya​
He he he ... Suhu @CameLs kalau udah kasih komen, bikin motivasi aku meningkat.
Makasih atas komennya ya suhu ...
 
CHAPTER 7



Sabtu malam, seperti kebiasaan sekelompok kecil orang yang menganut falsafah kebebasan sudah berkumpul di rumah Nindi. Malam itu Fadil dan Nindi bertindak sebagai tuan rumah. Fadil dengan ketiga pria yang lain sedang sibuk membuat barbekyu untuk malam itu, sementara Nia mengantar Nina berkeliling dan memperkenalkan Nina kepada semua orang. Nia tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk memperkenalkan Nina kepada yang lain, sebab Nindi sudah bicara sebelumnya kepada semua anggota sebagai pembuka jalan untuk memastikan bahwa kelompok kecil ini akan memiliki anggota baru. Karena Nina enak dipandang, tidak ada pria yang sedikit pun kecewa dengan kehidiran Nina di kelompok ini.

Nindi sebagai tuan rumah membuat peraturan bahwa setiap orang hanya boleh menggunakan bikini untuk semua wanita dan hanya boxer untuk semua pria. Hawa seksual sungguh menguar kuat di rumah Nindi. Walau acara belum dibuka, namun sebagian peserta sudah melakukan aktivitas yang cukup membangkitkan birahi. Terutama Fadil terus menggoda Nina dengan ucapan dan rabaan. Bahkan Fadil sering memeluk tubuh Nina dengan tangan jahilnya di organ pembangkit birahi milik Nina.

“Hei ... Jangan ganggu dulu wanita itu ... Acara belum dimulai ...!” Nindi sampai harus memperingati suaminya berkali-kali.

Ketika semua orang sudah duduk dan makan, Fadil meminta Nina berbicara tentang latar belakangnya dan alasan pindah untuk bergabung dengan kelompok ini. Nina sambil tersipu mulai menceritakan tentang dirinya lalu alasan dirinya untuk bergabung dengan mereka. Nina menjelaskan kalau ia sangat merasakan dan melakukan paham kebebasan tanpa batas yang menjadi filosofi kelompok ini. Nina yakin ia akan menikmati perannya dan menjadikan hidupnya lebih berwarna.

“Aku juga mau mengatakan kalau aku sangat mencintai Martin dan Nia karena merekalah yang mengenalkan kehidupan baru yang aku rasa akan sangat cocok dengan diriku. Aku sangat menyukai seks dan disinilah kiranya aku akan mendapatkan banyak seks. Sudah sejak dulu aku mencari komunitas semacam ini, dan baru kali inilah aku mendapatkannya.” Nina mengakhiri ceritanya.

Semua orang bersorak senang atas keputusan Nina yang ingin menjadi bagian dari grup. Fadil, Ricky, dan Hendrik pun terang-terangan menyatakan keinginannya untuk bercinta dengan wanita cantik itu malam ini. Nin puna sedikit menggoda mereka dengan lirikan genit dan leletan lidah. Dan pada akhirnya diadakan pengundian, siapa mendapatkan siapa. Ternyata Nindi berpasangan dengan Hendrik. Ada satu wanita yang tidak mempunyai pasangan yaitu Devi, namun Devi diberi keuntungan kalau dirinya bisa bercinta dengan siapa saja dan ikut bergabung dengan pasangan yang ia inginkan untuk melakukan treesome.

“Ya, aku kira kamu sudah mendapatkan tempat yang baik di sini. Bagi wanita, penerimaan sangat ditentukan dari suara laki-laki. Aku sudah menanyakan semua laki-laki di sini, dan mereka sangat menyambutmu, terutama Fadil.” Terang Nindi sambil melirik ke arah Fadil.

“Ha ha ha ... Sepertinya perhatian Fadil akan berkurang padamu, Nindi ...” Celoteh Ricky bergurau.

“Biarkan saja, aku pun sekarang punya pasangan baru yang sangat menggairahkan.” Nindi membalas sambil memeluk tubuh Martin yang kebetulan duduk di sebelahnya.

Setelah makan malam selesai, masing-masing mereka menanggalkan seluruh pakaian yang tersisa di tubuh mereka. Kini semuanya telanjang bulat dan mulai bergerak ke pasangan masing-masing. Tak lama pasangan pun terbentuk, Nindi berpasangan dengan Martin, Nina berpasangan dengan Hendrik, Anggi berpasangan dengan Fadil, dan kejadian berulang karena Nia kembali berpasangan dengan Ricky. Acara utama pun dimulai, masing-masing pasangan sudah melakukan foreplay ringan sambil berbicara santai pada pasangannya. Mereka berkumpul di ruang tengah dengan jarak mereka yang cukup dekat.

Nia tersenyum di pangkuan Ricky saat melihat Martin berhasil ditangkap oleh Nindi. Nia tahu betul kalau Nindi sangat bernafsu pada Martin selama bertahun-tahun. Bahkan Nindi sempat mabuk kepayang kepada Martin saat mereka masih duduk di bangku kuliah. Nia sangat paham kalau dibalik nafsu besar Nindi pada Martin ada sebuah rasa cinta yang ada di hati sahabatnya itu pada Martin. Kemudian Nia mengalihkan pandangan pada Nina. Sahabat barunya itu terlihat sedang berciuman mesra dengan Hendrik dengan rabaan erotis tangan Hendrik di payudaranya. Nia berharap kalau Nina bisa segera menikmatinya.

“Kamu masih ingin memperhatikan mereka?” Tiba-tiba Ricky berkata dan Nia pun lumayan terkejut.

“Oh, maaf ... Aku kurang memperhatikanmu ... Aku hanya ingin memastikan kedua orang yang aku sayangi menikmati suasana ini.” Ucap Nia dengan segera menghadapkan tubuhnya kepada Ricky.

“Mereka pasti menikmatinya ... Lebih baik kamu juga menikmatinya.” Bisik Ricky di telinga kiri Nia.

“Ya, lebih baik kita juga menikmatinya. Dan mulailah, berikan aku yang terbaik darimu.” Desah Nia sambil menggelinjang geli saat telinganya menjadi bahan ciuman bibir Ricky.

"Aku berjanji akan memberimu kebahagiaan sampai besok pagi," godanya. "Tapi, jika kamu masih ragu atau ingin berhenti, ucapkan saja." Kata Ricky cukup bijaksana.

Ricky pun mulai meremas dan menciumi payudara Nia yang bulat dan sekal. Nia mendesah, libidonya mulai terangkat. Nia memeluk kepala Ricky membuatnya semakin menekan dadanya. Nia pun kemudian bergerak pelan mencoba menstimulasi penis kenas Ricky yang tergencet di pangkal pahanya. Tak lama, tangan Nia membetot penis Ricky dan menggesek-gesekkan kepala penis itu ke belahan vaginanya. Posisi itu membuat hasrat bercinta Nia semakin liar. Nia mulai kehabisan kesabaran untuk segera memasukan penis Ricky ke dalam vaginanya.

Posisi Martin dan Nindi bersebelahan dengan Nia dan Ricky sehingga Martin dapat dengan jelas melihat aksi Nia dengan pasangannya. Martin yang sedang mendapatkan blowjob dari Nindi menoleh dan mengedipkan mata pada istrinya sambil tersenyum. Kali ini Martin merasa lega karena perasaan negatif yang pernah ia rasakan tadi malam sirna sama sekali. Kejadian semalam membuat perasaan Martin sangat bebas. Ia merasa seperti dapat bernapas lagi seperti biasanya.

Erangan-erangan para pria membahana di ruangan itu. Penis-penis keras mereka mendapatkan layanan dari mulut-mulut para wanitanya. Hampir lima menit kejadian itu berlangsung. Dan entah direncana atau tidak para wanita segera melepaskan penis pasangannya dan dengan gerakan yang sama serta bersamaan mulai mengangkangi penis-penis itu, menempatkannya di lobang kemaluan masing-masing.

Sementara Nindi sedang berusaha memasukan penis Martin ke dalam vaginanya, Martin kembali menatap Nia. Istrinya itu sedikit mendorong tubuh Ricky ke belakang lalu duduk di atas selangkangan Ricky dengan membelakanginya. Nia menoleh ke arah Martin yang sudah sejak tadi memperhatikan dirinya. Dengan senyum nakalnya, Nia mengulurkan tangan di antara kedua pahanya meraih penis Ricky yang sudah sekeras batu. Nia memposisikan penis itu menjulang ke atas. Penis yang tegak berdiri itu sudah siap memasuki vagina Nia. Masih dengan menatap intens kepada Martin, Nia menggerakkan batang penis Ricky, menggosok-gosok kepala penis itu ke atas ke bawah celahnya beberapa kali dengan tidak memutuskan ikatan visual dengan Martin. Nia ingin memastikan kalau suaminya melihat setiap detail apa yang akan ia lakukan.

Nia kemudian perlahan-lahan menurunkan tubuhnya sehingga vaginanya menelan batang kemaluan Ricky. Martin menyaksikan milimeter-milimeter setiap pergerakan tenggelam dari penis panjang temannya lalu menghilang ke dalam vagina istrinya yang licin dan hangat. Martin merasakan sensasi luar biasa, itu adalah hal paling menggairahkan yang pernah dilihatnya. Mata Nia terpejam dalam ekstasi saat merasalan kepenuhan di dalam dirinya dan tak lama penetrasi itu menjadi lengkap.

Martin akhirnya tersenyum karena sadar akan dirinya yang sudah sepenuhnya dapat menerima istrinya ‘bermain’ dengan pria lain. Tidak ada keraguan lagi jika ia turut menikmatinya. Martin memandang Nindi, ternyata Nindi juga sedang fokus pada pasangan Nia dan Ricky. Nindi berbisik, "Aku merasakan kalau kamu sudah santai, Martin. Sekarang giliranmu menikmatinya. Seks itu indah jika ada kerelaan. Biarkan dirimu lepas bebas. Perhatikan saja dirimu sendiri. Reguk kenikmatan sebanyak-banyaknya untuk dirimu sendiri. Martin, ingat dan camkan. Kebahagiaan dan kepuasan diri sendiri adalah segalanya. Persetan dengan kebahagiaan dan kepuasan orang lain, walau itu istrimu sendiri." Martin tersenyum dan mengangguk tanda menyetujui ucapan Nindi.

Nindi pun mulai menggerakan pinggulnya turun. Perlahan tapi pasti kejantanan Martin mulai tenggelam dibekap kehangatan vagina Nindi. Ternyata Martin merasakan kebenaran mutlak dari kata-kata Nindi yang baru saja didengarnya. Jepitan kuat vagina Nindi membuktikan kalau dirinya sedang menikmati kebahagiaan dan kesenangan sendiri. Vagina Nindi yang basah dan hangat terasa lebih ketat dari milik Nia, menciptakan banyak gesekan untuk Martin nikmati sepenuhnya.

Martin berbisik kepada Nindi, "Maafkan ... Aku sudah tidak memberikan perhatian penuh kepadamu." Ungkapan penyesalan keluar dari mulut Martin setulus-tulusnya.

Nindi balas berbisik dengan setengah mendesah dalam gerakan naik turunnya di atas tubuh Martin, “Jangan meminta maaf. Itu sangat tidak perlu. Aku akan mengatakan sesuatu yang mungkin akan mengejutkanmu karena perkataanku ini sangat kasar. Tapi percayalah, bukannya aku menjelekkan seseorang tapi aku ingin kamu lebih terbuka dan bisa menikmati kebebasan ini secara total. Martin, biarkan saja Nia mencari kesenangan dan kebahagiaannya sendiri, lupakan dia kalau dia tidak berada di sisimu. Tanggalkan cintamu padanya saat dia tidak membutuhkanmu. Kamu akan menjadi manusia paling rugi di dunia jika memikirkan Nia yang sedang bercinta dengan oranglain. Carilah kebahagiaan dan kesenanganmu sendiri, jika perlu kamu kalahkan kebahagiaan dan kesenangan yang didapat Nia. Kamu harus lebih unggul darinya.”

“Oh ... I love you ...” Tiba-tiba Martin memeluk erat tubuh Nindi hingga gerakan wanita itu terhenti. Otak dan Hati seolah mendapat upgrading. Ucapan Nindi itu benar-benar sangat terpatri dalam sanubarinya sebagai motivasi dirinya untuk mendapatkan kebahagian dan kesenangan secara total.

“Mari kita lakukan ... Aku akan memberimu pengalaman bercinta yang tak pernah akan kamu lupakan.” Martin kemudian sesumbar penuh percaya diri dan itu sangat menyenangkan buat Nindi.

Dengan pelan Nindi mulai menggoyangkan pantatnya pada penis Martin dengan mata terpejam, apa yang tergambar pada wajahnya memberitahukan Martin betapa apa yang tengah dirasakan wanita itu sungguh menakjubkan. Martin mengerang saat penisnya bergesekan dengan dinding vagina Nindi. Keringat mulai membasahi tubuh mereka yang saling memacu kepuasan. Apalagi saat Martin mengamati Nindi di depannya. Payudara Nindi yang lumayan besar bergelantungan, bergerak seirama goyangan badannya. Umpatan keduanya kerap kali terlontar setiap melakukan sesuatu yang membuat mereka mengerang hebat. Dan setelah sekian lama, Martin mulai berejakulasi, Nindi pun mengerang keras. Wanita itu dapat merasakan penis Martin menjadi bertambah besar, dan Nindi semakin keras menjerit merasakan sperma Martin menghantam jauh di dalam tubuhnya. Nindi mendapatkan orgasmenya sendiri karenanya, tubuhnya bergetar hebat, dia menyentakkan pinggulnya semakin merapat pada tubuh Martin agar dia semakin masuk ke dalam.

“Hos ... hos ... hos ... Luar biasa sayang ... Kau telah memberikan aku kepuasan yang besar.” Puji Nindi sambil mengelus wajah Martin.

“Kamu yang luar biasa ... Memekmu sangat ketat, Nindi ... Aku bakal kecanduan dengan memekmu.” Bisik Martin takut terdengar oleh Nia yang sejak lama sudah menyelesaikan permainan cintanya dengan Ricky.

Nindi pun tersenyum dan terkejut saat Devi sudah berada di sampingnya. Devi ternyata menginginkan Martin dan dengan agak enggan Nindi pun bergerak bangkit meninggalkan tubuh Martin. Tanpa menunggu persetujuan dari Martin, Devi mulai memberikan rangsangan baru pada penis Martin yang masih setengah keras. Usaha Devi tak membutuhkan waktu lama, penis Martin kembali siap melaksanakan tugasnya.

Kini Martin meminta Devi untuk menungging. Martin ingin melakukan gaya doggie. Dengan senang hati Devi memposisikan dirinya menungging dan langsung saja Martin memasukkan penisnya ke dalam vagina Devi lewat belakang. Martin mulai mengayun kedua tanganku memegangi pinggul Devi agar penisnya dapat lebih dalam masuk ke dalam vaginanya. Martin menggoyangnya dengan keras, memasukkan batang penisnya sedalam-dalamnya ke vagina Devi dengan tangannya menahan gerakan pantat Devi. Devi mengerang waktu Martin berusaha merangsak semakin lebih dalam. Martin dapat mendengar suara kekurangan nafasnya itu, tapi seperti seorang jalang yang baik Devi tak berhenti dan Martin mulai dapat mendengar lenguhannya diantara suara nafas Devi yang tersendat-sendat saat Devi menggoyangkan pinggulnya mengimbangi ayunan Martin.

Martin melirik Nia saat sedang menyetubuhi Devi dengan keras. Nia sedang memperhatikan dirinya di dalam pelukan Ricky. Nia pun tersenyum dan dibalas Martin dengan senyuman termanisnya. Tiba-tiba datang ide gila di otak Martin, seketika itu Martin memperlambat gerakan pompaannya lalu meminta izin kepada Devi untuk berhenti sebentar.

“Ricky ... Keberatankah apabila posisimu digantikan oleh Fadil?” Tanya Martin yang sukses membuat mata Nia terbelalak. Ricky pun tersenyum dan bersedia berganti posisi dengan Fadil.

“Aku sangat berterima kasih padamu, Martin ... Sudah lama aku ingin merasakan vagina istrimu.” Ucap Fadil sesaat setelah dekat dengan Nia. Martin tidak asal membuat keputusan itu. Martin teringat saat istrinya menyebut nama Fadil saat mereka bersetubuh beberapa minggu yang lalu.

Dan perkiraan Martin tidak meleset. Nia dengan sigap menangkap penis Fadil yang sudah mengeras dan tegang maksimal. Nia mulai mengulum penis Fadil dan mengurut-urutnya. Sat itu juga fokus Martin kembali pada Devi yang rela menunggunya. Devi dengan segera melebarkan pahanya untuk memberikan akses pada Martin untuk memulai lagi percintaan mereka yang sempat tertunda.

“Ayo, sayang ... Puaskan aku ...” Desah Devi memohon.

Martin pun tersenyum lalu bergerak di antara paha Devi yang sangat terbuka. Martin lalu meletakkan kepala penisnya di bibir kemaluan Devi. Dan dengan satu hentakan kuat, Penis Martin masuk seluruhnya tanpa hambatan apapun. Tak berlama-lama, Martin langsung memompa vagina Devi dengan kecepatan sedang. Dan selama Martin memompa penisnya keluar masuk vagina Devi, Martin juga meremas-remas payudara wanita itu dan memilin-milin serta menarik-narik putingnya.

Sementara itu, setelah beberapa menit, Fadil sudah ingin memulai ‘pertarungan’ yang sesungguhnya dengan Nia. Fadil berlutut di antara kaki Nia, dan kemudian mengarahkan kepala kemaluannya yang keras di pintu masuk liang kenikmatan milik Nia. Fadil kemudian perlahan-lahan mendorongkan penisnya ke dalam vagina Nia, dan itu menimbulkan erangan kesenangan darinya. Setelah penis Fadil tertanam sempurna dan bergerak keluar masuk, Fadil menjatuhkan tubuhnya ke tubuh Nia lalu mereka berciuman sangat liar.

“Oh, Fadil ... Ennaak saayyanngghh ... Lebih cepat saayyaangghh ... Ooooh, ya! Bagus sekali!" Nia tak mampu menahan ocehannya dan tentu saja ocehan kotornya terdengar oleh Martin dan semua peserta di sana. Jelas Nia menginginkan perhatian dari semua pria yang ada.

Usaha Nia ternyata berhasil. Tak lama Hendrik muncul di dekat kepala Nia. Hendri menyidirkan penisnya ke mulut Nia, hanya butuh beberapa detik untuk mengetahui apa yang dimaui Hendrik. Nia langsung melakukannya. Nia menangkap batang penis Hendrik, mengusap-usapnya sebentar sebelum memasukan penis itu ke dalam mulutnya. Nia sudah seperti bintang film porno yang siap melahap penis siapa pun dengan vagina dan mulutnya. Nia sendiri merasakan badannya amat bergetar serta panas dan perasaannya sendiri mulai diliputi oleh suatu sensasi yang menggila.

Sementara itu, gairah Martin semakin tidak terbendungkan. Martin terus menghentak-hentakan kejantanannya pada vagina Devi. Nampaknya Devi pun merasakan hal yang sama, pantat wanita itu terangkat setiap Martin mendorong masuk, dan tangannya memberikan bantuan kecepatan pada pantat Martin agar pria di atasnya melakukan dengan lebih cepat dan keras. Martin tidak terpengaruh dengan gerakan pantat Devi yang semakin bergelinjang dan tangan Devi yang semakin menarik-narik keras pantatnya agar bergerak lebih cepat. Martin hanya menambah sedikit kecepatan pada gerakan mengocoknya.

Pinggul Devi semakin bergelinjang, kepalanya terlempar ke kiri dan kanan sambil mulut yang kembali mengerang-ngerang nikmat “Auh… auh…. ooh… oohh…” Gelinjang tubuh Devi semakin keras dan hebat. Berputar, ke kiri ke kanan dan ke atas ke bawah, hingga akhirnya gerakannya semakin tak beraturan, badannya terlonjak-lonjak, tangannya menarik punggung Martin hingga tubuh wanita itu terangkat dan kepalanya terdongak dengan mata terbeliak dia menjerit keras, “Aaaaaakkkhhhhhh…….!!!“ Kaki Devi terjulur kaku, tak lama kemudian badanya terhempas lemas dan tangannya terlepas dari punggung martin dan jatuh lemas di atas karpet. Martin merasakan vagina berkontraksi sangat keras memijit-mijit dan menghisap-hisap penisnya sehingga Martin terbeliak menahan sensasi nikmat yang teramat sangat.

“Giliranku, Martin ...” Suara rengekan membuat menoleh ke arah si pemilik suara.

“Menungginglah, Anggi ...” Martin memerintah.

Anggi menungging membuat posisi merangkak di samping Devi. Martin memposisikan selangkangannya di tengah-tengah pantat Anggi. Sebelum Martin memasukkan penisnya, Martin sedikit terpana melihat keseksian tubuh Anggi yang selama ini luput dari perhatiannya, kulit punggung yang begitu putih kekuning-kuningan, mengkilap oleh basahnya keringat yang keluar dari pori-pori tubuhnya. Hanya ada satu kata untuk mengomentari keadaan itu, yaitu “Sempurna..!” tanpa terasa bibir Martin bergumam.

“Ada apa, Tin ...?” Tanya Anggi pada Martin. Martin segera menjawab, “Tubuhmu betul-betul sempurna.” Anggi tidak menjawab mungkin dia merasa bangga dengan pujian Martin. Tangan Anggi mulai menggapai-gapai untuk meraih penis Martin untuk diarahkan ke vaginanya yang sudah menanti. Lalu Martin mengarahkan penisnya ke liang vagina Anggi yang basah dan ‘Bleshhhh……’

Kembali penis Martin menyusuri liang vagina basah yang lain setelah dua lubang nikmat sebelumnya. Pantat Martin memulai bergoyang maju mundur agar penisnya mengocok-ngocok vagina Anggi. Tangan Martin meraih buah dadanya yang bergantungan bebas dan diremas-remas dengan gemas untuk menambah sensasi nikmat di sekujur tubuhnya. Tubuh Anggi bereaksi dengan apa yang Martin lakukan, mulut Anggi mengerang nikmat “Auh… auh… ooh …. ooh…“ dan pinggulnya bergerak-gerak semakin liar. Martin mendiamkan gerakan pinggulnya, kini pinggul dan pantat Anggi yang menghentak-hentakkan selangkangan Martin sehingga penis pria itu semakin dalam mengocok dan mengaduk-aduk vaginanya. Kepala Anggi tidak bisa diam menggeleng-geleng sambil mulut yang tak henti-hentinya mengerang nikmat.

Martin sejenak menoleh ke arah Nia yang sedang ‘digagahi’ Fadil. Mereka begitu seru sepertinya sedang saling ingin mengalahkan. Sementara Hendrik dengan wajah ekstasi menerima blowjob dari Nia, tangan Hendrik tak lepas dari payudara Nia. Martin pun menoleh ke arah Nina yang juga sedang ‘dikerjai’ Ricky. Akhirnya mata Martin tertumbuk pada Nindi yang sedang berjalan telanjang menghampiri dirinya. Nindi pun memeluk tubuhku dari belakang saat aku sedang menumbuk vagina Anggi.

“Gimana sayang ...?” Tanya Nindi menggoda.

“Hhhhmm ... Luar biasa ...” Gumamku.

Gerakan pinggul dan pantat Anggi semakin liar tak terkendali, jeritan nikmatnya semakin keras, dan kedutan dan pijatan vaginanya pada penis Martin semakin keras. Hingga akhirnya badan Anggi kaku, tangannya mencengkram bantal sofa dengan sangat keras dan menjerit “Aaaakkhhhh…..” kepala terdongak dengan mata yang terbeliak. Setelah itu kembali kontraksi keras terjadi pada vaginanya yang memelintir dan menghisap-hisap penis membuat Martin terbeliak-beliak menahan nikmat. Tak lama kemudian, badan Anggi jatuh tertelungkup hingga penis Martin yang masih tegang lepas dari vaginanya.

“Kamu yang luar biasa, Martin ... Tiga wanita tumbang dalam satu kali permainan. Sementara kamu sepertinya masih kuat untuk memberiku orgasme yang kedua kalinya.” Ucap Nindi sambil membersihkan penis Martin dengan air dingin.

“Aku ingin bercinta denganmu, Nindi.” Bisik Martin dan dijawab dengan anggukan dan senyuman Nindi.

“Mari kita lakukan ... Vaginaku memang sudah panas lagi.” Goda Nindi.

Martin segera menarik tubuh Nindi dan meletakkannya terbaring di atas karpet. Dengan gerakan cepat Martin menindih tubuh Nindi. Mulut mereka kemudian saling mengunci dalam ciuman panas. Tak lama, tangan Nindi membimbing penis Martin untuk diletakkan pada posisi yang seharusnya. Martin pun mulai menekan, penisnya sedikit demi sedikit mulai membelah lorong hangat dan nikmat milik Nindi. Lalu Martin terus menekan penisnya sampai kedua kaki Nindi bergetar ketika penisnya masuk semuanya ke dalam lobang kelamin Nindi.

“Aaarghhh…" Sekali lagi desahan panas bibir manis Nindi mengudara. Nindi terus mendesah nikmat, saat menerima sodokan demi sodokan penis Martin dengan berbagai gaya. Tubuh Nindi yang dalam kunjungan Martin itu bergerak mengikuti ritme, erangan kenikmatan semakin membuat mereka menggila. Martin merasa nikmat saat miliknya terbungkus oleh vagina Nindi, menjepitnya dengan sangat ketat dan panas. Martin mendorong dengan lancar dan tenggelam ke dalam dirinya. Dan saat ini yang Martin merasakan hanya perasaan damai yang melingkupi dirinya. Seakan semua bayangan yang selama ini terus membayanginya terangkat dan meninggalkanmya dengan cahaya .

Nindi menggigit bibir bawahnya dan masih melihat Martin. Kaki kanannya melingkar di pinggang laki-laki di atasnya. Kulit Nindi mulai berkeringat dan saat Martin mengubur wajahnya di cekungan leher Nindi, Martin dapat mencium aroma lavender khas dirinya, aroma dirinya sendiri, dan seks. Dan itu adalah kombinasi paling memabukkan di seluruh dunia. Entah berapa lama durasi aktivitas panas ini mereka lakukan, dan entah berapa kali pula Nindi mencapai puncak kenikmatannya. Entahlah, yang Martin pikirkan saat ini adalah kenikmatan yang diberikan oleh Nindi setiap kali memasuki bagian sensitifnya.

"Lebih cepat sayang!" Pinta Nindi lirih pada Martin sambil mendorong pinggulnya ke atas.

Martin menyeringai dan menggerakkan pinggulnya dengan lebih cepat hingga membuat Nindi mendesah setengah frustrasi. Martin menarik hingga hampir keluar dan mendorong kembali dengan kecepatan tinggi. Lagi dan lagi. Martin ingin menikmati setiap sensasinya. Perasaan hangat dan ketat dan sempurna dari diri Nindi. Dan saat itu Martin tidak tahu apakah ini seks atau bercinta. Ini terlalu membingungkan dan kelabu. Batas Martin mengabur dan akhirnya semua pertahanannya pun runtuh.

“I love you ...” Terdengar lagi bisikan mesra Martin di telinga Nindi.

“I love you too ...” Nindi balas berbisik.

Ternyata permainan antara Martin dan Nindi adalah akhir dari acara pesta rutin sabtu malam. Semuanya mengakhiri pesta seks dan mulai mempersiapkan diri untuk kembali pulang. Saat Martin, Nia dan Nina hendak keluar rumah, tiba-tiba Fadil menahan tangan Martin dan mengajaknya untuk berbincang sesaat. Nia dan Nina pun jalan duluan untuk kembali ke rumahnya, sementara aku diajak Fadil duduk di sofa ruang tamu.

“Martin ... Bagaimana kalau malam ini kita membuat acara khusus laki-laki antara kita berdua?” Tanya Fadil yang sama sekali aku tidak mengerti.

“Maksudmu?” Martin balik bertanya.

“Malam ini kita tukar istri ... Kamu malam ini bermalam di rumahku bersama Nindi ... Dan aku akan bermalam di rumahmu bersama istrimu dan kekasimu ... Bagaimana?” Ujar Fadil yang untuk sesaat aku cukup terperanjat namun tak lama aku pun tersenyum.

“Deal ... Aku ikut ...” Jawab Martin penuh keyakinan.

“Bagus ... Kalau begitu kita tunggu Nindi yang sedang bicara dengan Nia dan Nina ... Mudah-mudahan istrimu menyetujui usulan ini.” Ucap Fadil tampak senang.

“Kalau Nia dan Nina menolak?” Tanya Martin lagi.

“Ya batallah.” Jawab Fadil sangat ringan.

Martin dan Fadil berbincang-bincang sebentar sebelum akhirnya Nindi datang dengan wajah sumringah. Nindi memberikan kode tangan agar suaminya segera meninggalkan rumah. Dengan sigap Fadil berdiri lalu menepuk-nepuk pundak Martin lalu keluar rumah dengan langkah cepat. Nindi segera menutup pintu dan menguncinya kemudian mendekati martin. Nindi duduk di pangkuan Martin dengan melingkarkan tangannya di leher pria itu sementara tangan Martin sudah melingkar di pinggang Nindi.

“Kita akan berbulan madu di sini, sayang.” Desah Nindi menggoda hasrat Martin.

“Sebenarnya, aku juga belum puas denganmu ... Kebetulan Fadil mempunyai ide cemerlang.” Ungkap Martin.

“Aku harap kamu baik-baik saja dan bebas tanpa batas. Jangan ada lagi tekanan batin dalam dirimu. Akhirilah rasa cintamu yang berlebihan pada Nia. Biarkan dia menikmati kebebasannya dan balas dengan menikmati kebebasanmu sendiri.” Ucap Nindi lemah lembut.

“Ya, percayalah. Aku sudah bisa melakukan itu. Aku akan memposisikan diriku lebih baik dari Fadil, ya harus lebih baik dari dia.” Kata Martin sungguh-sungguh.

Tiba-tiba Nindi menarik tengkuk Martin kemudian menyatukan bibir mereka menjalin ciuman. Ciuman mereka begitu menggelora dan syarat akan hasrat bercinta yang menggebu-gebu. Akhirnya malam itu mereka habiskan dengan saling menyerang satu sama lain di atas ranjang. Kebahagiaan dan kesenangan tampak lekat di wajah mereka. Mengerang ekstasi dengan keras seolah-olah tidak ada hal lain. Malam semakin larut, kedua insan itu terus saling memberikan kenikmatan seks. Semakin malam, semakin bernafsu mereka untuk menggapainya, sampai akhirnya mereka kehabisan tenaga. Seluruh tenaga telah terkuras habis, namun berimbang dengan rasa nikmat yang melingkupi tubuh mereka. Saat waktu menunjukkan pukul 3 pagi menjelang subuh, mereka pun tertidur sambil saling berpelukan.​

* * * * *​

Matahari mulai agak tinggi, Martin keluar dari rumah Nindi yang diantar oleh Fadil sampai di depan pintu keluar. Martin berjalan agak goyah merasakan seluruh tubuhnya yang lemas. Bukan main, Martin merasa kepayahan meladeni hasrat Nindi yang sangat besar. Beronde-ronde mereka bercinta sampai Martin merasa spermanya mengering. Saat masuk ke dapur lewat pintu belakang, Martin hanya mendapati Nina yang sedang duduk di kursi meja makan yang ditangannya ada segelas kopi hangat.

“Waduh ... Yang baru pulang ... Bagaimana rasanya?” Goda Nina sambil bangkit hendak membuatkan kopi untuk Martin.

“Fuuuhh ... Luar biasa ... Sampai badanku lemas-lemas begini.” Jawab Martin sambil duduk di kursi meja makan. Martin bingung tidak melihat Nia di sini. “Nia kemana?” Tanya Martin kemudian.

“Sama sepertimu, kelelahan ... Dia bercinta sampai subuh.” Jawab Nina sambil mengocek kopi yang sudah tertuang dalam gelas.

“Loh kok bisa ... Kan kalian bertiga ... Seharusnya tenaga kalian lebih.” Kata Martin bingung.

“Tidak, Tin ... Hanya Nia dan Fadil saja ... Aku tiba-tiba kedatangan tamu bulanan jadi aku tidak ikut serta.” Jawab Nina sambil meletakkan gelas berisi kopi panas di depanku.

“Oh pantes ...” Martin tersenyum lalu mengambil kopi yang baru saja Nina bikinkan dan menyeruputnya.

“Martin ... Aku sangat menyukai kehidupan di sini. Sejak lama aku mencari komunitas seperti grup kita. Masalahnya rumahku sangat jauh dari sini. Aku tidak mungkin pulang pergi setiap minggunya. Tin, aku ingin pindah ke kota ini.” Ungkap Nina sangat serius.

“Bagaimana kalau kamu pindah kerja saja ke sini.” Martin memberikan solusi.

“Itu dia yang aku pikirkan sekarang. Makanya aku memerlukan bantuanmu. Bisakah kamu mencarikan posisi untukku di tempat kerjamu.” Pinta Nina.

“Oh, itu bisa diatur ... Dengan pengalaman kerjamu dan koneksiku di kantor, rasanya tidak akan sulit untukmu untuk mendapatkan posisi di tempat kerjaku.” Ungkap Martin penuh keyakinan.

“Oh terima kasih ...” Nina mengambil tangan Martin lalu menciumnya.

Tiba-tiba Nia muncul dengan menggunakan baju tidur tipisnya tanpa daleman. Nia tersenyum malu-malu saat masuk ke dapur. Martin dan Nina pun menyambut Nia dengan senyuman penuh arti. Nia duduk di sisi sebelah kiri Martin, lalu memeluk tubuh suaminya sambil meletakkan kepalanya di bahu Martin. Untuk beberapa saat tidak ada pembicaraan di antara mereka sebelum akhirnya Martin memecahkan kesunyian itu.

“Aku akan menyediakanmu sarapan. Mau sarapan apa?” Tanya Martin pada Nia.

“Tidak usah, aku belum lapar.” Jawab Nia dengan takut-takut. “Apakah kalian tidak menyadari, apa yang sudah aku lakukan tadi malam?" Saat Nia berbicara, suaranya turun satu oktaf. Nia tentu mengharapkan reaksi dari Nina atau suaminya. Martin dan Nina sama-sama tertawa.

“Kamu dan aku melakukan gangbang kecil atau pesta seks dengan semua teman kita. Ditambah dengan melakukan tukar pasangan. Kita berdua sangat menikmatinya. Bukan begitu?” Martin berkata lembut. Tangannya mulai melingkari pinggang Nia. Nia pun mengulurkan tangan dan dengan lembut mengusap vaginanya melalui kaos panjang yang dia pakai sebagai baju tidur.

"Ya, aku sangat menikmatinya walau sedikit sakit vaginaku, tapi ini jenis sakit yang baik, bukan jenis yang buruk." Setelah meraba-raba vaginanya, Nia melanjutkan ucapannya, "Aku sangat menikmatinya, aku menikmati sebagai wanita jalang. Rasa-rasanya aku tidak bisa mundur lagi. Aku akan terus dengan gaya hidup seperti ini. Martin, apakah kamu marah padaku?” Tanya Nia sungguh-sungguh.

“Tentu tidak ... Aku pun akan melakukan hal yang sama denganmu. Aku sangat mendukungmu. Seperti yang aku bilang kemarin, aku bersumpah akan mendukung seribu persen apa yang kamu pilih dan maui. Itu sudah terjadi dan tidak bisa aku tarik lagi.” Martin menegaskan berharap Nia menjadi lebih tenang.

“Apakah kamu merasa bersalah atau menyesal atas perbuatanmu?” Tanya Nina dengan pertanyaan retoris.

“Tentu tidak ... Hanya saja, aku masih memikirkan suamiku ... Martin, sekali lagi aku tanya dan jawab sejujur-jujurnya. Apakah kamu marah dengan tingkahku malam tadi? Apakah kamu rela istrimu ditiduri banyak laki-laki?” Kembali Nia bertanya dengan pertanyaan yang sama.

“Dan sekali lagi aku katakan kalau aku baik-baik saja. Nia, hentikan memikirkanku. Jalani saja hidup kita yang baru ini. Oke?” Martin kembali harus meyakinkan istrinya. Nia pun tersenyum puas dengan jawaban suaminya itu.

Tiba-tiba pintu dapur terbuka. Semua menoleh ke arah pintu dapur, Nindi sudah berdiri di ambang pintu dengan senyum lebar di wajahnya. Nindi melangkah masuk ke dapur. Dia mengenakan kaos bergaris hitam-putih dan celana pendek Daisy Duke yang tidak banyak menyembunyikan bagian belakangnya yang kencang. Dengan sengaja, Nindi duduk di pangkuan Martin dan memegang tangan pria itu lalu mengarahkan ke payudaranya. Nia dan Nina tertawa. Nindi jelas sedang menggoda Martin.

“Kamu belum puas dengan suamiku? Apa perlu satu jam tambahan buatmu?” Canda Nia.

“Suamimu sungguh luar biasa, Nia ... Dia bisa membuatku multiple orgasme.” Nindi berkata tanpa ragu.

“Wow ... Benarkah? Kok aku gak pernah merasakannya?” Nia mendelik pada Martin.

“Karena semalam aku dipaksa.” Kilah Martin dan semua wanita tertawa.

“Hei, Nia ... Selamat ya ... Kamu sudah mencapai tahap yang sama dengan kami. Dan kamu, Nina, kamu juga sudah mencapai tahap yang sama dengan kami. Sekarang kita bisa melakukan seks bebas. Kita bebas bersenang-senang dengan siapa saja yang kita mau. Jangan pernah ingin mundur lagi.” Ucap Nindi.

“Aku juga senang karena aku sudah mencapai tahap itu. Tapi, aku masih khawatir pada Martin. Aku tidak ingin suamiku ini marah karena aku sudah menjadi wanita jalang.” Keluh Nia.

“Hi hi hi ... Kamu harus menyingkirkan pikiran itu dari otakmu ... Suamimu itu lebih jalang darimu ... Percayalah.” Ungkap Nindi sambil membantu tangan Martin meremasi payudaranya.

“Benarkah?” Tanya Nia sambil menatap Nindi lekat-lekat.

“Dia semalam berkata padaku kalau dia berniat akan meniduri banyak wanita. Itu cita-citanya.” Jelas Nindi lagi sambil tertawa kecil.

“Hhhmm ... Kalau begitu aku menjadi tenang ... Aku pun akan melakukan apa yang menjadi cita-cita Martin. Aku akan mencari burung-burung lebih banyak lagi.” Nia berkata sangat yakin.

"Bagaimana dengan Felix?" Martin menggoda. "Orang yang benar-benar membuatku gelisah beberapa malam yang lalu." Lanjut Martin, Nia pun tersipu.

"Aku inginkan dia lagi kalau dia tertarik. Kuharap kamu tidak melakukan hal bodoh yang sama seperti kemarin.” Jawab Nia sambil tersenyum lebar.

“Wow ... Aku ingin dia menjadi anggota kita untuk melengkapi Nina. Undang dia ke pertemuan sabtu depan. Dia sangat layak menjadi anggota kita. Tampan, bahkan sangat tampan. Aku juga menginginkannya.” Ucap Nindi sangat bersemangat.

"Mengapa tidak langsung saja mengundangnya makan malam pada minggu ini. Nina pulang Kamis siang, mungkin malam itu bisa mengajaknya makan malam di sini." Martin mengajukan saran. Nia pun menoleh pada suaminya.

"APAKAH KAMU INGIN Felix berhubungan seks denganku? Kenapa sih sangat bersemangat supaya aku mendekatinya lagi?” Suara Nia naik satu oktaf.

Martin tertawa, "Ya ..."​

-----ooo-----​

Bersambung

Thank for reading, sorry for typo

Note:
Nia Vs Martin
Nindi Vs Fadil
Devi Vs Ricky
Anggi Vs Hendrik
Nina​
 
Makasih updatenya

Ane pikir cuma tukar pasangan biasa. Semalam dengan satu wanita/pria. Ini mah udah orgy hahahaha. Martin sementara sudah berubah ya, bakan berniat melakukannya lagi dengan wanita-wanita lain, Nia pun juga begitu, mencara penis diluar sana.

Wow Felix + Nina menjadi anggota baru yang tak terikat pasangan satu sama lain nih.

Ditunggu kelanjutannya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd