Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG TANPA BATAS

Bimabet
CHAPTER 12

Suara desahan menggema di kamar tidur. Derak kasur berdecit ditambah desahan diikuti pekikan menambah panas situasi. Tampak kedua insan sedang memadu kasih dengan begitu liar. Menghentakkan batangnya sekuat tenaga di lubang surgawi sang wanita yang menungging. Seolah berada dalam nirwana, wanita itu meracau dengan bola mata ke atas seakan kenikmatan yang didapatkan tidak mampu ditampung oleh tubuhnya.

"UGHH LEBIH CEPATHH ...!" Pekik kencang wanita itu ketika sang pria mencengkram pinggul wanita itu dan menariknya sesuai tempo masukan batangnya. Suara kulit yang saling bertabrakan menambah panas situasi. "AKH AKH AKH!" Sang pria seolah tidak peduli dengan kondisi kacau kawannya saat ini. Ia terus menghentak dengan cepat dan bertenaga. Satu hal yang laki-laki itu inginkan adalah mampu melampiaskan hasratnya.

Wanita itu mencabik bantal dengan kuku-kuku panjangnya, menyalurkan kenikmatan yang membutakan. Ia merasa dirinya akan segera keluar. Pinggulnya mengikuti penetrasi batang pria itu yang besar dan panas. "ISI AKU DENGAN SPERMAMUUHH! PUASKANHH AKHHHH!" detik berikutnya sang pria menanamkan batangnya dalam-dalam diikuti dengan orgasme yang telah mencapai puncaknya.

Sang pria - Felix - mengeluarkan batangnya dari liang nikmat itu kemudian duduk di kasur. Memandang langit-langit. Nia perlahan bangun. Tubuhnya begitu lengket akibat keringat, sperma, dan cairannya sendiri. Mereka telah melakukan 3 ronde sejak ia menginjakkan kaki di kondominium mewah ini. Aroma seks begitu pekat mengisi kamar tidur seolah menegaskan hubungan panas mereka begitu liar tanpa kendali. Mengingat kembali aktivitas mereka membuatnya bergetar. Betapa kenikmatannya malam ini tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan yang ia rasakan sebelumnya.

“Kamu luar biasa, sayang ...” Desah Nia sambil merangkak ke atas tubuh Felix. “Malam ini kamu telah membuatku melayang.” Lanjut Nia sambil mengusap wajah tampan pemuda itu.

“Hhhmm ... Terima kasih atas pujiannya ... Tapi, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?” Felix tersenyum lalu mengambil tangan Nia yang sedang mengusap wajahnya.

“Katakanlah!” Ujar Nia.

“Tadi saat pesta malam sabtu kita, kamu ditanya oleh Fadil, kenapa kamu sempat berpikir untuk tinggal di Amerika, kamu menjawab menemukan kehidupan baru di sana. Sejujurnya aku belum paham dengan perkataan itu. Bisakah kamu menjelaskan padaku, apa yang kamu maksud dengan kehidupan baru itu?” Tanya Felix. Nia pun semakin melebarkan senyumnya.

“Kehidupan baru di sana yang kumaksud adalah aku menemukan budaya baru yang tidak ada di sini, bahkan mungkin tidak akan pernah ada. Di sana begitu mudah mendapatkan pasangan di tempat tidur. Hanya dengan sekali berkenalan kita bisa melakukan seks, setelah itu bubar tanpa bekas seakan tidak pernah bertemu. Di sana aku selalu mendapatkan pasangan yang berbeda-beda setiap harinya dan aku sangat menikmati kehidupan seperti itu.” Jelas Nia.

“Kalau kamu suka dengan kehidupan itu, kenapa kamu kembali kepada kami?” Tanya Felix lagi.

“Aku ditelepon Berta ... Bertha menyarankan agar aku ikut pulang bersama kalian ... Tadinya aku menolak, tapi setelah Bertha mengatakan bahwa banyak yang akan kecewa dengan sikapku, maka aku pun mulai memikirkannya. Di sini aku punya Martin, bagaimana pun dia adalah suamiku. Aku juga punya balita. Dan setelah aku pikir-pikir, ternyata aku sangat egois. Aku merasa telah lari dari tanggung jawabku. Lagi pula, aku kan bisa kapan saja pergi ke Amerika. Tapi tetap rumahku adalah di sini.” Ungkap Nia.

“Ya, pikiran yang cukup aku mengerti. Kalau begitu alasanmu, mungkin aku akan memikirkan ulang konsep rumah perumahan bersama kita agar kita bisa menemukan kehidupan baru yang lebih semarak lagi. Kalau bisa mengalahkan kehidupan barumu di Amerika sana.” Ungkap Felix sambil menatap wajah Nia.

“Ah, benar sekali ... Kalau kamu bisa menciptakannya, mungkin aku akan melupakan Amerika.” Pekik Nia sangat senang. Wanita itu bangkit dan duduk di atas tubuh Felix.

“Punya saran?” Tanya Felix yang kini tangannya menangkup buah pinggul Nia.

“Mungkin yang bisa kita lakukan di awal-awal adalah menambah keanggotaan kelompok. Artinya kamu harus menyiapkan lahan yang cukup luas untuk rumah-rumah baru.” Jelas Nia.

“Aku rasa lahan tiga hektar sudah cukup luas untuk sebuah perumahan. Tapi, boleh juga usulanmu. Aku akan tambah beberapa hektar lagi lahan perumahan kita. Tadinya aku berpikir lahan seluas tiga hektar cukup untuk kita. Kalau begitu besok aku akan menghubungi lagi si pemilik tanah. Aku akan beli semua tanahnya.” Kata Felix.

“Ya, aku setuju ... Bahkan aku berpikir, kalau kelompok kita yang sudah besar nanti mempunyai usaha bersama, seperti sebuah perusahaan yang dikelola oleh kelompok kita sendiri.” Nia mencetuskan pemikirannya.

“Wow ... Ide yang cemerlang ... Bagaimana kalau kita obrolkan sekalian dengan yang lain supaya idemu bisa terealisasikan.” Kata Felix sangat bersemangat.

“Dengan kekuatan finansial yang kamu miliki, aku sangat yakin ideku bisa tercipta. Tinggal saja kita perlu orang-orang yang berkompeten untuk membangun usaha bersama kita.” Ucap Nia sambil merangkak naik ke atas tubuh Felix. Nia segera memposisikan pinggulnya di atas penis Felix.

Felix tak meneruskan obrolan itu karena penisnya sudah tertelan seluruhnya oleh vagina Nia. Nia pun mulai menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan seperti anak kecil yang sedang bermain jumping. Mereka semakin erat berpelukan dan pantat keduanya semakin cepat saling menyambut, bergoyang ke atas ke bawah mengayuh nikmat pada kemaluan mereka yang basah kuyup. Kedua insan yang tengah diamuk birahi itu kini begitu kompak bekerjasama. Felix dan Nia sudah tidak ingat apa-apa lagi selain menikmati persetubuhan mereka yang semakin menggila. Mereka betul-betul menikmati persetubuhannya ini, gerakkan semakin cepat dan semakin tak beraturan, lenguhan-lenguhan kenikmatan mereka berdua pun semakin kerap terdengar. Dalam pikiran mereka hanya satu, bagaimana mencapai kepuasan persetubuhan ini.​

******​

Minggu pagi udara cukup cerah, berkumpul banyak orang di kediaman Martin. Di antara banyak orang itu, terlihat seorang pria paruh baya sedang memberikan penjelasan kepada seluruh anggota kelompok Nindi. Pria paruh baya itu bernama Andre, seorang arsitektur yang ditunjuk oleh Felix untuk merealisasikan keinginannya untuk membuat kompleks perumahan kecilnya. Andre berumur 51 tahun namun masih terlihat gagah dan sembada. Jika bicara soal ketampanan, siapapun tidak bisa mengelak jika Andre memang tampan. Tidak seperti wajahnya yang baby face, Andre punya tubuh berotot yang sangat maskulin. Andre adalah seorang arsitektur yang kaya dengan pengalaman. Berbagai penghargaan ia raih atas hasil karyanya. Kariernya sebagai arsitek termahal yang dicari para pengembang memang tengah melejit.

Andre memulai proses pengerjaannya dengan bertemu dengan kelompok Nindi di rumah Martin. Semua anggota hadir mendengarkan penjelasan Andre tentang konsep perumahan kecil yang akan dibangunnya. Setelah secara gamblang menjelaskan konsep perumahan, Andre mempersilahkan setiap orang untuk bertanya. Tanya-jawab pun berlangsung intens dan bersahutan. Bahkan tercetus usulan atau masukan dari anggota pertemuan dan menjadi catatan khusus untuk Andre.

Andre berkata, “Semua masukan sudah saya catat, bila memungkinkan akan menjadi bagian pembangunan. Tapi yang jelas masukan untuk ruang bermain anak-anak akan saya realisasikan mungkin akan terkonsolidasi dengan taman di bagian tengah area. Dan berarti kolam renang akan bergeser sedikit ke sebelah timur. Untuk hal-hal yang lain, saya coba kalkulasikan terlebih dahulu dengan space yang tersedia. Pada intinya, konsep perumahan ini harus memudahkan para tetangga bersosialisasi dan berkumpul. Jadi jarak antar rumah sudah tidak bisa diganggu gugat lagi.”

Andre mengedarkan pandangannya ke setiap orang yang ada di ruang tamu rumah Martin. Andre tersenyum kecil lalu berkata, “Felix mengatakan kalau kalian adalah keluarga besar yang unik. Kata unik itu yang selalu mengganggu pikiran saya. Apakah saya bisa mengetahui, apakah arti unik yang dikatakan Felix itu?”

Terdengar cekikikan dari beberapa wanita yang hadir. Akhirnya Nindi pun menggoda Andre dengan suara genitnya, "Unik itu bisa diartikan sangat dekat, bahkan bisa dibilang intim."

Martin pun angkat bicara, "Pak ... Apakah Felix tidak menjelaskan seperti apa kita ini?"

“Em ... Tidak ... Dia hanya mengatakan unik dengan mukanya yang bikin penasaran.” Jawab Andre sambil melirik Felix yang duduk santai seakan tidak memperhatikan pembicaraan Andre.

Semua tertawa kecuali Felix dan Andre. Akhirnya Fadil yang menjelaskannya, “Jadi begini Pak Andre ... Semua orang yang ada di sini adalah kelompok poliamori. Setiap kami di sini memiliki hubungan romantis bahkan intim walau kami mempunyai pernikahan yang sah. Kami bersenang-senang dan bercinta satu sama lain secara terbuka. Tidak itu saja, kami semua memiliki gaya hidup bebas, kami menganut free sex tapi keterbukaan yang menjadi fondasi kita.”

"Oh...!" Suara Andre naik satu oktaf dalam satu suku kata itu. Andre cukup terkejut dengan penjelasan yang Fadil berikan. Lagi-lagi Andre menatap satu persatu orang-orang di ruangan itu, terutama pada para wanita yang menurut Andre cantik-cantik. Akhirnya Andre pun bertanya, "Bagaimana kalian bisa membentuk kelompok ini?"

Fadil pun menjawab, “Kami punya satu pandangan bahwa mencintai itu bebas. Kami membuang hampir setiap batasan bercinta yang kami miliki. Kami benar-benar menikmati untuk mencintai satu sama lain, tidak hanya secara psikis tetapi juga secara fisik. Kami menghidupi cinta dengan nafas kebebasan karena dengan itu cinta akan menjadi kebahagiaan.”

Martin menyambung penjelasan Fadil, “Kami menghilangkan batas-batas formal untuk mencintai. Wanita-wanita ini adalah istri-istriku dan juga istri-istri semua pria yang ada di sini. Begitu pun sebaliknya, pria-pria ini adalah suami-suami mereka. Kami saling memiliki satu sama lain dan kami saling terbuka.”

Andre pun langsung merespon, “ Jadi kalian melakukan hubungan seks satu sama lain?”

Martin tersenyum sambil menjawab pertanyaan Andre dengan jawaban ‘Ya’, sedangkan yang lain ikut tersenyum sembari menganggukan kepala. Seketika Andre ikut tersenyum dan wajahnya berubah sedikit cerah dengan mata yang berbinar. Kemudian Andre berkata dengan suara yang serius dan sungguh-sungguh.

“Ini sungguh menarik dan saya ingin sekali menjadi bagian dari kelompok ini. Itu pun kalau kalian mau menerima seseorang yang sudah tua seperti saya. Tapi percayalah, saya dan istri adalah orang yang terbuka tentang gaya hidup seperti ini. Kami bahkan melakukan free sex juga. Dan sejak dulu saya dan istri sudah membicarakan dan menginginkan swinger. Tapi, baru sekarang ini saya menemukannya di kelompok kalian dan menurutku ini benar-benar unik.” Andre menjelaskan keinginannya sambil menatap Felix.

“Hi hi hi ... Bapak terlihat masih muda kok ... Aku menebak bapak berumur awal 40 tahunan.” Ucap Devi dengan lirikan genitnya pada Andre.

“Ibu salah ... Saya sudah 51 tahun dan istri saya 47 tahun. Usia yang sudah tidak muda lagi.” Andre meluruskan pandangan Devi dan tersenyum padanya.

OMG ... 51 tahun?” Anggi memekik tak percaya.

“Ya ... Saya sudah 52 tahun dan istri saya yang bernama Maya sudah berusia 47 tahun. Tapi menurutku, istri saya masih terlihat berusia tigapuluh tahunan dan masih cantik. Saya yakin istri saya akan sangat tertarik untuk bergabung di sini. Saya dan istri menginginkan kehidupan bebas seperti hampir sepanjang hidup kami. Kembali saya ingin bertanya, apakah kami bisa menjadi bagian dari kelompok ini?” Tanya Andre kalem namun sarat permohonan.

“Bagaimana ibu ketua?” Hendrik bertanya pada Nindi.

“Tak ada seorang pun yang boleh menghalangi kebebasan bercinta. Itu adalah motto kelompok kami. Sejak saat ini, Pak Andre dan istri telah sah menjadi bagian dari kami.” Ucap Nindi sangat yakin dan semuanya bertepuk tangan pertanda semua orang setuju dengan masuknya Andre sebagai anggota baru.

“Terima kasih ... Terima kasih ... Sebaiknya kita tunda dulu pembicaraan ini ... Sekarang kita kembali membicarakan rencana pembangunan komplek perumahan.” Kata Andre yang terdengar sangat bijaksana.

Andre yang sudah mengetahui tujuan dibuat perumahan ini akhirnya menjelaskan kelebihan konsep perumahannya yang kemudian Andre sebut dengan ‘cohousing’. Andre kemudian memaparkan cohousing yang merupakan konsep berbagi hunian yang dipercaya membuat orang-orang merasa lebih aman dan bahagia karena rasa kebersamaan yang kuat. Lebih jauh Andre menekankan pada setiap orang bahwa hunian yang akan ia bangun nantinya mendukung kehidupan kelompok ini sebagai satu komunitas.

Kluster yang dibangun bentuknya bebas dari kendaraan bermotor, area perumahan dipisahkan dengan kendaraan bermotor. Harapannya anak-anak nantinya lebih aman bermain di jalanan perumahan. Area parkir kendaraan bermotor akan diletakkan di pinggir lahan pemukiman, dengan harapan membuat penghuninya mau tidak mau akan saling berpapasan saat akan keluar, sehingga bisa saling sapa. Andre juga menjelaskan bahwa konsepnya merupakan sebuah pemukiman yang memiliki fasilitas bersama seperti ruang serbaguna, kolam renang atau fasilitas olahraga lainnya, perpustakaan, tempat bermain anak, gudang dan parkiran mobil. Setiap warga nantinya juga berhak memberikan masukan untuk membangun komunitasnya. Tugas pemeliharaan fasilitas lingkungan perumahan seperti pengelola sampah, penyedia internet, dan keamanan lingkungan dibagi antarwarga.

“Terakhir,” kata Andre. “Besok, saya akan membuat suatu perjanjian yang harus kalian tandatangani dan sepakati tentang hak dan kewajiban masing-masing keluarga dalam hidup berkomunal seperti ini. Ada kewajiban-kewajiban yang harus dibagi ada juga kewajiban-kewajiban yang mutlak harus keluarga lakukan sendiri. Saya sengaja menyarankan kalian untuk membuat perjanjian ini agar kalian bisa hidup berdampingan secara harmonis.” Andre menutup penjelasannya tentang cohousing.

“Setuju ...” Kata orang-orang yang hadir hampir bersamaan.

Andre pun melakukan wawancara dengan setiap keluarga untuk memastikan apa-apa saja yang mereka perlukan dan inginkan dengan rumah mereka. Andre benar-benar profesional dalam pekerjaannya, ia bekerja dengan sangat detail dan teliti, sehingga semua orang yang ada menaruh respect yang setinggi-tingginya terhadap cara kerjanya. Keakraban pun terjalin dengan mudah, sehingga Andre sudah merasa menjadi bagian dari kelompok ini.​

******​

Keesokan harinya ...

Sabtu pagi yang cerah, Andre membimbing seluruh anggota kelompok Nindi untuk menandatangani perjanjian guna kepentingan mereka sendiri. Andre pun menjelaskan point per point tentang isi perjanjian tersebut. Semua menerima dan sepakat dengan perjanjian yang dibuat Andre. Kini semua orang mengetahui secara pasti hak dan kewajiban yang mereka miliki pada saat perumahan mereka siap untuk ditinggali. Setelah semuanya selesai, Martin, Fadil dan Andre duduk-duduk di halaman belakang rumah Martin, ketiganya berbincang-bincang dengan serunya sambil menikmati kopi hangat.

“Sejak saat ini, jangan panggil saya dengan embel-embel pak ... Saya sebenarnya kurang menyukai formalitas. Panggil saja nama atau kamu, dan itu akan terdengar lebih akrab. Aku berharap itu berlaku untuk semua orang yang ada di sini.” Kata Andre sambil tersenyum.

“Oh baiklah kalau begitu ... Memang kedengerannya kurang akrab ... Em, aku akan memberitahumu kalau setiap sabtu malam kami selalu mengadakan pertemuan. Makan malam, minum-minum dan seks. Apakah kamu ingin bergabung dengan kita malam ini?” Tanya Fadil.

Andre pun menjawab, “Oh ya ...? Saya dan istri pasti akan bergabung dengan kalian. Saya sudah bicara dengan istri tentang kalian dan istri saya sangat menginginkan terlibat bersama kalian. Istri saya sangat senang mendengar kabar dari saya kalau di sini ada komunitas poliamori ... Tapi, apakah kami pantas berada di antara kalian?” Andre menutupnya dengan pertanyaan.

“Seperti yang Nindi katakan kemarin, tidak seorang pun boleh menghalangi kebebasan bercinta. Dan kami semua sudah menerimamu sebagai anggota. Sepertinya masih ada yang mengganjal?” Ucap Martin.

“Kami sadar, kalau kami sudah tua. Umur kami jauh di atas kalian. Saya takut dianggap terlalu memaksakan diri.” Jawab Andre.

“Ha ha ha ... Walau umur sudah tua, aku rasa wajahmu lebih muda dari pada Fadil.” Canda Fadil.

“Sialan ...” Martin mendelik tapi tak lama tersenyum. Martin pun melanjutkan ucapannya, “Tidak begitu pemikiranku. Aku bahkan berkeinginan bercinta dengan wanita setengah baya. Salah satu fantasiku yang sudah lama belum terwujud.” Kata Martin sekenanya.

“Ha ha ha ... Saya jamin kamu akan kelenger menghadapi istri saya ... Perlu kalian ketahui, istri saya termasuk wanita hyperseks ... Dia tidak akan pernah puas dengan satu kali berhubungan seks.” Jelas Andre setelah tertawa terbahak-bahak.

“Wow ... Wow ... Wow ... Luar biasa ... Aku menjadi gak sabar meniduri istrimu, Andre ... Ini sangat menggairahkan.” Pekik Martin sangat bersemangat.

“Ya ... Siap-siap saja dengan goyangan mautnya ... Em, ngomong-ngomong, apakah nanti malam aku bisa memilih wanita yang akan menemaniku?” Tanya Andre malu-malu.

“Hei ... Rupanya teman kita sudah membidik wanita kita, Tin ... Siapa orangnya? Oh sebentar, biar aku tebak ... Pasti Nia ...” Tanya Fadil sembari menatap wajah Andre dengan mata agak melebar.

“Bukan ... Tapi istrimu ... Nindi ...” Jawab Andre tentu saja Martin tertawa terbahak-bahak.

“Hah ... Kok bisa? Biasanya semua laki-laki di sini selalu memperebutkan Nia, Istri Martin ...” Fadil tak percaya.

“Di sinilah kelebihan orang tua ... Orang tua seperti saya sudah menomor-duakan segi kecantikan dan kemolekan wanita ... Saya dan mungkin beberapa orang setua saya akan memilih wanita yang bisa membahagiakan pasangannya di atas ranjang.” Kata Andre santai.

“Maksudnya ...??” Tanya Fadil dan Martin agak bersamaan.

“Tipe wanita seperti Nindi yang pasti memiliki vagina yang kencang dan rapet dan sempit.” Andre menahan ucapannya ingin melihat reaksi kedua pria yang sedang bersamanya.

“Oke ... Menarik nih ... Bagaimana kamu bisa menilai kalau Nindi mempunyai vagina yang kencang dan rapet?” Tanya Martin penasaran.

“Mudah saja ... Lihat bagian bibir. Nindi memiliki alis mata susunannya tipis, maksudnya bukan berarti jarang, tepatnya seperti garis jelas dan beraturan. Kedua, Nindi memiliki payudara tipe mangkok, atau kalo dilihat dari depan seperti dua lingkaran, bukan payudara jantung pisang, atau pepaya. Ketiga, ukuran telinga kecil dan tipis seakan-akan terlihat transparan. Terakhir, bokong membulat dan padat, kalau dilihat persis ada lekukan seperti gitar spanyol.” Jelas Andre.

“Gila bener ... Memang kalau arsitek bisa menilai detail begitu.” Martin pun kagum.

“Ini tidak ada hubungannya dengan arsitek, ini murni pengalaman.” Andre pun tersenyum saat melihat Nindi keluar dari pintu belakang rumah. Nindi hanya berdiri di teras sambil mengangkat gelasnya pada ketika pria itu. Ketiga pria tersebut membalas dengan senyuman. Tak lama Nindi kembali ke dalam rumah.

“Oh ya ... Apa pekerjaan istrimu?” Tanya Fadil.

"Maya seorang bidan di rumah sakit. Dia sudah bekerja di sana selama dua puluh tahun. Dia bidan berlisensi dan membuka praktek di rumah. Kami sudah menikah dua puluh enam tahun.” Jawab Andre.

“Apakah kamu punya fotonya?” Tanya Fadil lagi seakan sangat penasaran.

“He he he ... Punya ...” Jawab Andre lalu mengambil smartphone miliknya.

Sejenak Andre mengutak-atik layar smartphone. Pria paruh baya itu membuka folder galery. Hanya satu menit kurang, Andre berhasil menemukan foto istrinya lalu menunjukkan pada Fadil dan Martin. Kedua pria itu pun langsung berdecak kagum. Ternyata istri Andre yang bernama Maya memiliki paras yang cantik, tidak terlihat gurat-gurat ketuaan di wajahnya. Martin dan Fadil tak percaya kalau wanita itu sudah berusia 47 tahun mengingat wajahnya yang masih terlihat cantik dan muda.

“Aku sepertinya ingin sekali memutar waktu agar berjalan lebih cepat.” Ujar Fadil yang tampak sekali bernafsu. Semua pun tertawa setelah mendengar ucapan Fadil.​

******​

Sabtu malam, pukul 19.00. Semua sudah berkumpul di rumah Martin. Sepuluh orang yang terdiri lima pria dan lima wanita sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk acara mereka malam ini. Peraturan yang dibuat tuan rumah adalah untuk para pria hanya boleh memakai celana basket tanpa daleman, sementara untuk para wanita hanya boleh memakai kaos oblong tipis tanpa bra dan memakai celana dalam. Seperti biasanya, para wanita mempersiapkan makanan di dapur dan para pria mengatur tata letak meja makan dan kursi-kursi panjang di halaman belakang.

Sekitar pukul 19.15, terdengar bel rumah berbunyi. Martin segera bisa menebak siapa yang datang. Dengan langkah cepat, Martin menuju pintu depan rumah. Setelah membuka pintu, tebakan Martin benar. Andre bersama istrinya yang bernama Maya berada di hadapannya. Mereka bertiga saling memberikan senyum sebelum akhirnya Martin mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam rumah.

“Silahkan ... Masuk ...!” Martin mempersilahkan Andre dan istrinya untuk masuk. Dan setelah berada di dalam rumah, Andre langsung saja memperkenalkan istrinya kepada Martin.

"Maya, ini Martin ... Eem Martin, ini istriku Maya." Kata Andre.

“Senang berkenalan dengan wanita cantik sepertimu?” Martin meraih tangan lembut wanita tengah baya yang masih cantik dan terlihat muda itu, kemudian mencium buku tangannya dengan sangat mesra.

“Saya juga senang berkenalan denganmu ... Laki-laki tampan dan sangat romantis ...” Maya tersenyum simpul, wajahnya yang manis bertambah manis saat senyuman wanita itu menimbulkan lesung pipinya.

"Setelah ini, kalian tidak perlu mengetuk pintu atau memijit bel rumah kalau berkunjung ke rumahku atau rumah anggota yang lain. Kalian langsung masuk saja.” Kata Martin yang dibuat seramah mungkin.

Martin pun membawa kedua orang tersebut ke belakang rumah. Secara diam-diam Martin memperhatikan wanita paruh baya itu. Hasratnya pada Maya mulai merajalela. Mengetahui jika wanita itu sangat cantik, otak mesumnya langsung bekerja cepat untuk mencari cara agar Maya bisa bersamanya malam ini.

Martin pun kemudian memperkenalkan Maya kepada seluruh anggota. Martin lumayan terkejut saat proses berbaur Maya yang begitu mudah. Andre dan Maya masing-masing berada dalam kelompok orang yang berbeda. Andre telah bersama dengan Nindi dan Anggi. Maya sudah berbincang-bincang seru bersama Fadil dan Felix. Terakhir mata Martin menangkap Ricky dan Hendrik mulai menggoda Nia, Nina dan Devi.

Martin sebagai tuan rumah terpaksa harus menyelesaikan persiapan acaranya. Martin tidak bisa berbaur dengan anggota yang lain karena persiapan acara belum selesai. Martin kemudian melanjutkan membakar ayam di panggangan. Ada beberapa potong ayam lagi yang harus segera ia selesaikan. Beberapa saat kemudian, Maya menghampiri Martin dan membantu membakar ayam.

“Lebih baik, kamu tunggu saja di meja makan. Asap ini akan merusak wangi bajumu.” Kata Martin.

“Tidak apa-apa ... Aku bisa menghindari asapnya.” Maya berkilah. Seketika kedua mata saling beradu pandang untuk sesaat.

Tiba-tiba Martin membungkuk dan mencium pipi Maya kemudian Martin berbisik di telinganya, “Kamu cantik sekali, aku tak menyangka kalau kamu sangat menggairahkan.”

“Oh ... Benarkah?” Maya berkata genit.

“Sudah lama aku berfantasi bercinta dengan wanita yang berusia jauh di atasku. Rasanya malam ini aku akan mendapatkan kesempatan itu.” Bisik Martin lagi.

“Hi hi hi ... Kamu membuatku horny saja.” Ucap Maya yang lagi-lagi dengan nada genitnya.

Beberapa menit kemudian, acara pun dimulai dengan sedikit ‘pidato’ dari Nindi yang secara formalitas memperkenalkan kembali Andre dan Maya kepada orang-orang. Acara mulai meriah ketika setiap pria diberi kebebasan untuk menentukan pasangan masing-masing. Tentu saja Martin tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Sebagai tuan rumah, Martin mempunyai kesempatan pertama untuk memilih pasangan. Dan sangat dipastikan Martin memilih Maya untuk menjadi pasangannya malam ini. Setelah itu dilanjutkan dengan memilih pasangan bagi anggota yang lainnya.

Acara makan malam pun berlangsung dengan berbagai perbincangan. Begitu meriah oleh canda dan tawa. Semuanya begitu antusias membicarakan kompleks perumahan yang akan mereka tinggali bersama. Dan yang pertama yang beranjak dari meja makan adalah pasangan Nindi dan Andre. Mereka berdua memilih tempat di bangku panjang sebelah timur.

Tak lama, satu persatu pasangan meninggalkan meja makan. Martin membawa Maya ke gazebo kecil di bagian barat halaman. Keduanya duduk berhimpitan dengan gejolak hasrat masing-masing yang sudah tinggi. Tangan mereka saling menggenggam dan mata mereka saling menatap mesra. Dua wajah saling mendekat. Menatap dengan sayu dan gairah. Belah bibir saling menggesek. Kecupan ringan menjadi awal percumbuah mereka. Maya mendesah pelan. Nikmat saat bibirnya dikulum. Dua tangan Martin bergerak mengusap buah dada Maya. Gerakannya menggoda, menimbulkan geraman suka. Ciuman lembut berubah menjadi lumatan dalam dan bergairah. Bibir berdecap berulangkali. Liur bercampur menjadi satu. Martin menghisap seluruhnya dan ditelan cepat. Beberapa menit berselang, ciuman mereka terlepas.

“Kau sangat cantik dan menggairahkan.” Bisik Martin dengan nafas terengah-engah.

“Terima kasih, aku merasa tersanjung. Tapi aku kira, istrimu lebih cantik dariku.” Ucap Maya sambil melihat ke arah Nia yang sudah berada di atas pangkuan Fadil. Tampak pantat Nia sudah bergerak maju mundur menciptakan desahan dan erangan dari mulut mereka.

“Kamu tetap yang tercantik untukku malam ini.” Kata Martin.

Tangan Martin mulai melakukan pekerjaannya. Gaun bercorak bunga sudah menghilang dari tubuh Maya. Disusul dengan branya yang berwarna krem pun terlepas dari tubuhnya. Remasan lembut Martin pada payudara dengan gerakan menggoda membuat Maya senang. Perlahan tangan wanita paruh baya itu menyusup ke dalam celana Martin dan menggenggam kejantanannya. Martin mengerang. Meremas payudara Maya dengan gemas.

"Aaahh ...!" Punggung Maya membusung meminta lagi. Martin melirik ke wajah Maya. Melihat ekspresi seks yang paling menggairahkan. Martin terus menjilati dan menghisap payudara Maya, dan sekali-sekali menggigit karena gemas, sehingga payudara wanita itu menjadi merah-merah.

Beberapa menit kemudian, keduanya saling membuka celana yang membuat keduanya kini saling telanjang bebas. Tangan mereka saling membelai. Berusaha menggapai satu sama lain tanpa perlu basa-basi lagi, tanpa perlu banyak kata-kata lagi. Rasanya sesuatu sudah sangat mendesak ingin segera diwujudkan. Maya duduk di kursi dengan paha terbuka lebar. Martin pun memposisikan dirinya senyaman mungkin di antara kedua paha wanita itu. Martin mulai memajukan pinggulnya dan membuat kepala penisnya kini sudah menempel di liang nikmat milik Maya. Dengan perlahan penis Martin memasuki lorong sempit vagina Maya. Martin menekan hingga penisnya tertanam seutuhnya di dalam vagina Maya.

Martin dan Maya saling tersenyum sebelum akhirnya mereka saling bergerak, nulai mencari kenikmatan. Kaki Maya yang terbuka lebar ia gantungkan ke pinggul Martin agar memperdalam tusukan penis beruratnya. Mereka terus bergerak erotis. desah Maya tak lelah saat Martin bergerak semakin cepat. Menggenjot vaginanya yang sempit dengan gerakan ke atas dan ke bawah juga memutar. Payudara sintal Maya tak dibiarkan menganggur oleh Martin. Laki-laki itu menyusu pada Maya bak bayi kehausan. Sedangkan Maya hanya mendesah nikmat sambil menjambak rambut tebal Martin.

Bibir vagina Maya membungkus ketat penisnya Martin. Saat penis Martin menekan masuk, bibir vagina Maya ikut masuk dan saat penis Martin ditarik keluar, bibir vagina Maya terlihat keluar. Maya merasakan vaginanya betul-betul penuh oleh sumpalan penis Martin. Maya merasakan penis Martin melesak semakin dalam di lubang vaginanya. Maya mengerang dibuatnya, dinding vaginanya menempel ketat di penis Martin, Maya merasakan ujung dinding rahimnya diterjang dengan kuat oleh kepala penis Martin.

“Uugghhhh ... Maaarrrtttiiinn ... kkooontollmmmmu ... paaanjjaaannngg ... sekaaallliii ...” Jerit Maya saat merasakan penis Martin menyentuh dinding rahimnya.

Dengan memeluk tubuh Maya, Martin pun memompa penisnya keluar masuk vagina Maya. Lama-lama sodokan-sodokan penisnya semakin bertambah cepat, Maya pun semakin merintih kenikmatan dibuatnya. Vagina wanita paruh baya itu semakin basah oleh cairan yang keluar dari kemaluan mereka berdua. Penis Martin semakin leluasa keluar masuk lubang nikmat Maya.

“Eeeeggghhh ... hhmmm ... hhmmm ... sssshhh ... aaaagghhh ... Maarrttiinnn ... kontooolmu betuulll-betuuulll... enaaakk... ooogghhh ... terus saaayyaang ... terusss ... jangan berhenti ... aaagghh ... yaachhh...” Racau Maya dengan suara keras.

Batang kemaluan Martin semakin gencar menyerang vagina Maya, dari berlutut Martin pun merubah posisinya dengan setengah berjongkok, sementara tubuhnya ia condongkan ke depan, kedua tangannya ia letakkan di samping kepala Maya menahan bobot tubuhnya. Kaki Maya yang masih menempel di pundak Martin menjadi terdorong ke arah tubuhnya. Pantat Maya sedikit terangkat, batang kemaluan Martin pun melesak lebih dalam akibat posisi ini. Kembali Martin memompa penisnya keluar masuk vagina Maya dengan tanpa mengurangi ritme sodokannya. Maya merasakan posisi bersetubuh seperti ini memberikan kenikmatan yang luar biasa karena kelentitnya ikut terdorong keluar masuk saat penis Martin keluar masuk di lubang vaginanya.

Tiga puluh menit berlalu, puncak kenikmatan Maya sudah di ambang pintu. Nampaknya Maya akan meraih puncak birahinya. Nafasnya semakin memburu, tubuhnya mulai mengejang, pantatnya terangkat saat Martin menekan penisnya seolah ia ingin membuat penis Martin masuk lebih dalam ke relung kenikmatannya. Malam ini Maya betul-betul merasakan kenikmatan bersetubuh yang belum pernah ia rasakan selama ini. Tubuhnya seperti mau rontok karena nikmatnya digenjot oleh Martin.

“Oouuggghhh ... Aaaaahhhhhh ... Sssshhhhh ... Aaaakuuu ...” Jerit Maya.

‘Ssssrrrr... ssrrrrr... ssrrrr... ssrrrrr... sssrrrrr...’ Vagina Maya menyemprotkan cairan kenikmatannya, membasahi lubang vaginanya dan penis Martin.

Martin tidak menghentikan genjotannya saat Maya meraih puncak kenikmatannya. Martin juga merasakan hal yang sama, ia merasakan desakan birahinya sedang berusaha menerobos penisnya. Martin merasakan penisnya berdenyut-denyut, arus birahinya sedang berusaha mendesak keluar dari kepala penisnya, dan akhirnya, ‘Crreeeett... creeeett... creeettt... creeeettt ... creeett ...’ Penis Martin menyemburkan air mani ke dalam lubang vagina Maya, hampir bersamaan dengan keluarnya cairan nikmat Maya.

Tubuh mereka menggelepar saat mereka berdua meraih kepuasan permainan seks ini. Keduanya berpelukan dan berciuman sambil menikmati puncak kenikmatan mereka. Nafas mereka berdua masih terdengar memburu, tubuh mereka berdua masih terlihat mengejang-ngejang. Setelah gejolak birahi mereka mereda dan batang kemaluan Martin mulai hilang ketegangannya, Martin pun menarik keluar penisnya. Martin mencium Maya dengan mesra. Maya pun membalas ciuman tersebut, ia betul-betul merasa puas, gairah birahinya malam ini terlampiaskan.

“Fuuuhh ... Luar biasa ... Aku puas sekali dengan permainanmu ...” Kata Maya sambil memeluk tubuh Martin yang baru saja duduk di sampingnya.

“Kamu juga bener-bener hot.” Balas puji Martin.

“Aku ingin sekali semalaman bersamamu, sayang.” Ungkap Maya.

“Aku juga.” Timpal Martin sembari membalas pelukan Maya.

Martin dan Maya pun melanjutkan sisa waktu yang ada dengan ngobrol seputar diri mereka. Menceritakan pengalaman masing-masing sehingga keduanya saling mengetahui, apa yang disuka dan apa yang tidak. Mereka tidak menyadari kalau benih-benih rasa mulai hadir. Martin menyukai Maya, dan mereka saling menyukai. Keduanya merasa tak hanya menganggap masing-masing sebagai pasangan bercinta, ada perasaan lebih yang mereka rasakan.​

-----ooo-----

Bersambung

Thanks for reading, sorry for typo
 
Makasih updatenya

Saran aja mungkin anggota nambah gpp tapi kalau kebanyakan juga nntinya ada beberapa anggota terlihat hanya srbagai pelengkap hahaha.

Untung si Nia sempat sadar lagi. Semoga dengan perumahan barunya dia bisa betah

Ditunggu kelanjutannya
 
ane harap sih ada pasangan yg diam" baper dgn pasangan lainnya seperti martin dgn maya, felix dgn nia dan mungkin ga kalo para istri ada yg hamil bukan dgn suami sah nya....lanjut bos
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd